Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PERAN KADER KESEHATAN DALAM UPAYA MENCEGAH

DISKRIMINASI PENYANDANG DISABILITAS DI DESA PAREMONO

KABUPATEN MAGELANG

BIDANG KEGIATAN :

PKM – ARTIKEL ILMIAH

Diusulkan oleh :

Ketua Ade Novi 13.0603.0026 Angkatan 2013

Anggota 1 Ubaidillah 13.0603.0006 Angkatan 2013

Anggota 2 Kholifatun Putri Asiyah 15.0602.0012 Angkatan 2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

MAGELANG

2017

i
HALAMAM PENGESAHAN PKM ARTIKEL ILMIAH

1 Judul : Peran Kader Kesehatan dalam Upaya


. Mencegah Diskriminasi Penyandang
Disabilitas di Desa Paremono Kabupaten
Magelang.
2 Bidang Kegiatan : Kesehatan (PKM-AI)
.
3 Ketua Pelaksana Kegiatan
.
a. Nama Lengkap : Ade Novi
b. NIM : 13.0603.0026
c. Jurusan : Ilmu Keperawatan
d. Universitas/Institusi/Politeknik : Universitas Muhammadiyah Magelang
e. Alamat Rumah dan No. Tel./HP : Gejayan RT 02 RW 06, Polengan,
Srumbung, Magelang, 085729915888
f. Alamat E-mail : Adenovi3696@gmail.com
4 Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 orang
.
5 Dosen Pendamping
.
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ns.Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep
b. NIP/NIDN : 047606006/0613097601
c. Alamat Rumah dan No. Telepon/HP : 081392951333

Magelang, 26 Januari 2017

Menyetujui,
Wakil/Pembantu Dekan atau Ketua Pelaksana Kegiatan
Ketua Jurusan/Departemen/Program
Studi/Pendamping Unit Kegiatan Mahasiswa

(Ns. Retna Tri Astuti, S.Kep., M.Kep) ( Ade Novi )


NIDN. 0602067801 NIM. 13.0603.0026

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/ Dosen Pendamping


Direktur Politeknik/
Ketua Sekolah Tinggi,

(Drs. Mujahidun, M.Pd.) ( Ns.Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep )

ii
NIDN. 966706112 NIDN. 0613097601

iii
PERAN KADER KESEHATAN DALAM UPAYA MENCEGAH
DISKRIMINASI PENYANDANG DISABILITAS DI DESA PAREMONO
KABUPATEN MAGELANG

Ade Novi, Ubaidillah,Kholifatun Putri Asiyah


Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Magelang, Jl. Mayjend Bambang Soegeng Km. 5,
Mertoyudan, Magelang

ABSTRAK
Disabilitas bukan merupakan masalah yang dapat menyebabkan kematian, akan tetapi
dapat menurunkan produktifitas bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat. Kegiatan
yang dapat membantu bagi ODGJ dan meningkatkan tingkat kepedulian masyarakat
yaitu melalui optimalisasi kader kesehatan jiwa. Membentuk kader kesehatan jiwa
dapat membantu mencegah diskriminasi pada ODGJ dikeluarga dan masyarakat,
mengoptimalkan kemandirian klien dengan disabilitas khususnya klien dengan
ODGJ, mencegah kekambuhan pada ODGJ dan meningkatkan peran caregiver.
Metode yang dilakukan yaitu dengan MOM (Manajemen Organisasi Masyarakat)
dimulai dengan koordinasi bersama Dinkes, perawat CMHN, perangkat desa, Tim
RSJ, dan Tim. Koordinasi yang dilaksanakan untuk membahas Lokakarya mini.
Dalam lokakarya mini terjalinnya kesepakatan bersama kader, kemudian dilakukan
pelatihan kader selama 4 hari dan penyusunan program, pelaksanaan program
meliputi deteksi dini, psikoedukasi keluarga, kunjungan rumah. Hasil yang diperoleh
dari kegiatan tersebut yaitu terbentuknya kader kesehatan jiwa yang terlatih,
terjalinnya relasi dengan pihak pihak terkait meliputi RSJ, Dinkes, Puseksmas
Mungkid, dan adanya komitmen bersama dengan masyarakat untuk melindungi,
meningkatkan kwalitas hidup penyandang disabilitas. Dengan adanya kader
kesehatan jiwa yang optimal diharapkan kader dapat mengubah pola hidup dan
perilaku ODGJ, caregiver dan masyarakat serta kader kesehatan jiwa dapat
berpengaruh dalam pendeteksian sekaligus meningkatkan peran caregiver dalam
merawat ODGJ sekaligus memberikan pengetahuan bagi caregiver untuk peduli pada
kebutuhan ODGJ yaitu kebutuhan akan obat, peran keluarga, kebutuhan religi dan
kebutuhan sosial. Untuk memudahkan pemantauan warga binaan perlu adanya
kegiatan yang dapat terus menerus dilaksanakan oleh kader kesehatan jiwa
dimasyarakat untuk memantau kesehatan ODGJ serta menjalin kearifan caregiver dan
masyarakat yaitu dengan pembentukan Poyandu Jiwa.

Kata kunci (keywords) : Kader Kesehatan, Penyandang Disabilitas, Diskriminasi,


Kader Kesehatan Jiwa.

ABSTRACT
Disability is not a problem that can lead to death, but can reduce the productivity for
themselves, families and communities. Activities that can help to ODGJ and raise the
level of public awareness is through the optimization of mental health cadres.
Forming a mental health cadre can prevent discrimination on ODGJ in the family and
society, optimize client independence with disabilities, especially clients with ODGJ,
prevent recurrence in ODGJ and enhance the role of caregiver. The method used was

1
MOM (Societies Organisational management) that begun by coordination with
dinkes, CMHN nurse, silvan peripheral, RSJ team, and Team. A coordination held to
discuss the mini workshop. In a mini workshop cadres intertwining mutual
agreement, then got a training of cadres for 4 days and prepared for the program, the
implementation of the program include early detection, family psychoeducation, and
home visits. The results of this activity was the formation of trained mental health
cadre, the establishment of relations with the related parties include RSJ, Dinkes,
Puseksmas Mungkid, and a shared commitment with the community to protect,
improve the quality of life of persons with disabilities. With the optimazatuon of
mental health cadre,it was expected that cadres can change their lifestyle and
behavior of ODGJ, caregivers and the community as well as a mental health cadre
can affect the detection and increase the role of caregiver in caring ODGJ while
providing knowledge for the caregiver to care for the needs of ODGJ: the need for
medication, the role of family, religious needs and social needs. To facilitate the
monitoring of inmates need for activities that can be continuously carried out by the
community of mental health cadre for health monitoring and establish ODO’s
wisdom and interlaces with caregiver and the community in which the formation of
Poyandu Jiwa.

Keywords (keywords): Health Cadre , Disability, Discrimination, Mental Health


Cadree

PENDAHULUAN
Daerah yang menjadi sasaran pelaksanaan adalah desa Paremono, kecamatan
Mungkid, Kabupaten Magelang. Lokasi ini strategis karena terletak dekat dengan
kantor pemerintah, sekolah, kampus. Daerah yang terkenal sebagai daerah padat
penduduknya dengan sebagian besar mata pencaharian sebagian besar penduduknya
(80%) adalah sebagai petani. Disekeliling desa ini merupakan pegunungan yang
subur dan juga masih aktif. Paremono juga merupakan desa terluas dibanding dengan
ke-15 desa lainnya di Kecamatan Mungkid. Desa ini terletak kira-kira 6 km dari candi
Borobudur. Sedangkan dalam bidang perekonomian terdapat beberapa potensi seperti
industri, perdagangan dan jasa. Dalam bidang organisasi di desa Paremono sudah
terdapat organisasi pertanian, perkumpulan petani pengguna air (P3A), organisasi
sosial masyarakat. Selain itu desa Paremono termasuk dalam kawasan strategis
nasional (KSN) yaitu poros pintu masuk kawasan candi Borobudur, candi Mendut,
dan candi Pawon, dan juga memiliki 3 mata air yang sampai saat ini masih
dimanfaatkan secara maksimal guna kesejahteraan warga desa. Di desa Paremono
kecamatan Mungkid kasus gangguan jiwa masih relatif masih tinggi. Hal ini ditandai
dengan banyaknya data yang diperoleh dari Puskesmas setempat yaitu sebanyak 36
jiwa. Akan tetapi, bentuk pelayanan dan tingkat kepedulian masyakat yang diberikan
pada pasien gangguan jiwa masih rendah. Dibuktikan dengan belum adanya
kelompok yang peduli terhadap kondisi pasien gangguan jiwa di desa tersebut.
1. Latar belakang
Meskipun bukan penyebab utama kematian namun masalah disabilitas saat ini
sudah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara termasuk Indonesia.

2
Dikarenakan disabilitas mempengaruhi produktivitas dan kualitas kesehatan
perseorangan maupun masyarakat, menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi
individu dan beban berat bagi keluarga baik mental maupun materi karena
penderita menjadi tidak produktif (Maramis, 2008).
Dengan disahkannya UU Disabilitas oleh DPR menjadi hal yang menggembirakan
sebagai perlindungan bagi penyandang disabilitas terutama bagi ODGJ dan bagi
lembaga-lembaga berinisiatif memberikan kemudahan akses dan fasilitas yang
dibutuhkan oleh penyandang disabilitas khususnya ODGJ. Dan dalam program
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) tahun 2016 dengan pendekatan
keluarga bahwa dalam indikator capaian keluarga sehat yaitu salah satunya
penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak diterlantarkan.
Berdasarkan hasil pengamatan di desa, kasus gangguan jiwa di desa Paremono
kecamatan Mungkid relatif masih tinggi. Hal ini ditandai dengan banyaknya data
yang diperoleh dari Puskesmas setempat yaitu sebanyak 36 jiwa. Akan tetapi,
bentuk pelayanan dan tingkat kepedulian masyakat yang diberikan pada pasien
gangguan jiwa masih rendah. Dibuktikan dengan belum adanya kelompok yang
peduli terhadap kondisi pasien gangguan jiwa di desa tersebut. Dengan adanya
kasus tersebut, maka salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
diskriminasi dan meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas yaitu dengan
mengoptimalkan peran kerja kader kesehatan. Di desa Paremono sudah terdapat
kader kesehatan yang aktif namun dalam pelaksanaannya belum merambah sampai
ke kesehatan jiwa, sehingga kader yang sudah ada perlu dilatih agar menjadi
Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) . Dengan adanya kader kesehatan jiwa yang optimal
diharapkan kader dapat mengubah pola hidup dan perilaku ODGJ, caregiver dan
masyarakat. KKJ dapat berpengaruh dalam pendeteksian sekaligus meningkatkan
peran caregiver dalam merawat ODGJ sekaligus memberikan pengetahuan bagi
caregiver untuk peduli pada kebutuhan ODGJ. Untuk memudahkan pemantauan
warga binaan perlu adanya kegiatan yang dapat terus menerus dilaksanakan oleh
KKJ di masyarakat yaitu dengan pembentukan Poyandu Jiwa.
Posyandu jiwa yaitu suatu pos yang memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat khususnya dalam hal kesehatan jiwa. Kegiatan
posyandu dijadikan sebagai bentuk tindak lanjut program optimalisasi kader.
Sistem pelaksanaan posyandu jiwa sama dengan sistem posyandu balita maupun
lansia dengan sistem lima meja, namun yang membedakan yaitu isi dari
pelaksanaan setiap meja. Meja pertama, diawali dengan pendaftaran pasien. Meja
kedua, penimbangan pasien, pengukuran tekanan darah, dan pengecekan obat.
Meja ketiga, konsultasi kesehatan jiwa pasien dan keluarga. Meja keempat,
penyuluhan kepada pasien dan keluarga secara berkelompok. Meja kelima,
pelayanan kesehatan dan rehabilitasi pasien.
2. Rumusan masalah
Dari data yang didapatkan dari Puseksamas Mungkid dengan kasus gangguan jiwa
yang masih relatife tinggi di Desa Paremono yaitu sebanyak 36 orang, disamping

3
itu adapula jumlah ODGJ yang belum terlaporkan. Dengan belum diketahuinya
angka pasti berapa banyak orang yang mengalami gangguan jiwa di Desa
Paremono menimbulkan keprihatinan yang perlu diperhatikan karena sewaktu
waktu hal yang mungkin muncul yaitu potensi kekambuhan bagi ODGJ di
masyarakat, dan keluarga maupun masyarakat belum tahu bagaimana cara untuk
menangani ODGJ. Keluarga perlu diberikan pengetahuan kesehatan jiwa agar
dapat mengurangi potensi kekambuhan pada ODGJ. Cara yang dapat dilakukan
untuk memberikan pengetahuan kepada keluarga, dapat melalui kader kesehatan
yang mengerti tentang kesehatan jiwa di masyarakat. karena belum adanya kader
yang bergerak di bidang kesehatan jiwa, Sehingga memicu berkurangnya
partisipasi keluarga untuk merawat ODGJ, Dengan adanya kasus tersebut maka
tindakan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara membentuk dan mengoptimalkan
peran kader kesehatan yang ada menjadi KKJ yang dapat membantu masyarakat
maupun keluarga.
3. Tujuan kegiatan
a. Membentuk dan mengoptimalkan peran Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) di
masyarakat yang terlatih dalam melakukan deteksi dini kasus gangguan jiwa
di masyarakat sehingga dapat diketahui jumlah ODGJ di Desa Paremono,
kader kesehatan jiwa yang dapat memberikan pengetahuan psikologis bagi
keluarga dan masyarakat, kader yang dapat mengelola masyarakat dan
keluarga untuk sehat jiwa, mengelola ODGJ dan caregiver agar dapat diterima
oleh masyarakat, menjadi motivator dan fasilitator khususnya tentang
kesehatan jiwa di masyarakat.
b. Mengoptimalkan peran kader kesehatan jiwa untuk mencegah diskriminasi
pada ODGJ di keluarga dan masyarakat.
c. Mengoptimalkan peran kader dan kemandirian klien dengan disabilitas
khususnya klien dengan ODGJ.
d. Mencegah kekambuhan pada ODGJ dan meningkatkan peran caregiver.
4. Manfaat kegiatan untuk waktu yang akan datang
a. Kader yang terbentuk sebagai Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) di masyarakat
dapat melakukan deteksi dini secara teratur kurang lebih 1 bulan sekali,
mengelola masyarakatnya agar sehat jiwa, memberikan keterebukaan dan
pengetahuan kepada caregiver di masyarakat, dan Kader dapat menjadi
motivator dan fasilitator bagi masyrakat, ODGJ, caregiver bila ingin berobat
ke Puskesmas maupun ke Rumah Sakit Jiwa.
b. Kader dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan keluarga untuk
menghilangkan diskriminasi bagi ODGJ.
c. Keluarga dapat secara mandiri mengetahui terhadap anggota keluarganya
yang mengalami gangguan jiwa bila relapse
d. ODGJ dapat stabil dengan memenuhi beberapa kebutuhan yaitu kebutuhan
akan obat, sosial, religi.

4
e. Dengan optimalnya peran kader, dapat terbentuknya posyandu kesehatan jiwa
dimasyarakat sebagai kegiatan bulanan kader untuk memberikan penyuluhan
dan konseling kepada keluarga maupun masyarakat, serta mengukur status
perkembangan kesehatan ODGJ.

TUJUAN
Diskriminasi terhadap ODGJ atau penyandang disabilitas di Desa Paremono masih
relatif tinggi yang dibuktikan dengan belum adanya kesadaran dari kader kesehatan
yang ada di Desa Paremono dan masyarakat yang belum peduli untuk memeriksakan
dan memberikan pengobatan terhadap ODGJ. Selain adanya diskriminasi terhadap
ODGJ, dari tingkat kemadirian ODGJ pun masih sangat kurang, karena masih
minimnya pengobatan terhadap ODGJ sehingga ODGJ tidak produktif. Dengan
adanya masalah yang ada di Desa Paremono perlu dibentuk Kader Kesehatan Jiwa
yang ada di Desa Paremono dengan mengambil kader kesehatan yang sudah ada di
masing - masing dusun. Perlu pengoptimalan dalam pelaksanaan kader kesehatan
yang berfokus pada kesehatan jiwa yang bertujuan untuk mencegah diskriminasi
sehingga dapat meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas di Desa Paremono
Kabupaten Magelang.

METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam program kegiatan Peran Kader Kesehatan
dalam Upaya Mencegah Diskriminasi Penyandang Disabilitas di Desa Paremono
Kabupaten Magelang adalah :
1. Identifikasi Masalah
Desa Paremono adalah desa yang terletak diantara jalan Palbapang-Borobudur,
jalan Magelang-jogja, jalan Blabak-Mendut dengan kasus gangguan jiwa yang
relatif masih tinggi. Hal ini ditandai dengan banyaknya data yang diperoleh dari
Puskesmas setempat yaitu sebanyak 36 jiwa dengan gangguan jiwa. ODGJ
termasuk dalam golongan penyandang disabilitas, dimana disabilitas
mempengaruhi produktivitas dan kualitas kesehatan perseorangan maupun
masyarakat, menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan beban
berat bagi keluarga baik mental maupun materi karena penderita menjadi tidak
produktif. Hal ini tentu saja menjadi sebuah masalah yang harus diatasi. Salah
satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan optimalisasi kader
kesehatan jiwa. Sehingga akan tercipta kepedulian masyarakat terhadap pasien
gangguan jiwa.
2. Analisis Kebutuhan
Desa Paremono merupakan desa luas wilayah 400.350 hektar, yang terbagi
menjadi 14 dusun dengan 14 RW dan 52 RT. Jumlah KK 1879 dengan jumlah
laki-laki 2934 dan jumlah perempuan 3309 orang. Lokasi ini strategis karena
terletak dekat dengan kantor pemerintah, sekolah, kampus. Sudah terdapatnya
fasilitas kesehatan seperti BKIA dan PKD serta bidan desa. Untuk mencapai

5
kondisi yang ideal berupa terciptanya kepedulian masyarakat terhadap ODGJ
diperlukan transformasi dengan melibatkan seluruh elemen terkait. Sehingga
diharapkan melalui program ini, akan membentuk kader kesehatan jiwa yang
optimal dan dapat memberikan pelayanan kesehatan pada pasien ODGJ.
3. Penyusunan Program
Penyusunan program dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan, meliputi
tahap identifikasi masalah dimasyarakat dengan melihat masalah apa yang
sedang ada dimasyarakat yang tidak begitu diperhatikan tetapi dampaknya besar,
analisis kebutuhan dengan cara membaca kondisi geografis dan kebutuhan
masyarakat sasaran, penyusunan program yaitu merancang program yang akan
dilaksanakan di tempat sasaran dengan meninjau masalah yang ada dan
kebutuhannya. Setelah dilakukan penyusunan program dilakukan tahap
pelaksanaan program.
4. Pelaksanaan Program
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan
grand design program tersebut yaitu optimalisasi peran kader kesehatan dalam
mencegah diskriminasi.
a. MOM (Manajeman Organisasi Masyarakat)
Kegiatan MOM yang pertama dimulai dengan kegiatan rapat koordinasi dan
lokakarya mini yang dilaksanakan di Balai Desa Paremono bersama Kepala
Puskesmas Mungkid, Perawat CMHN, Kepala Desa, Keswamas RS
Prof.Dr.Soerojo Magelang, Dinkes Kab. Magelang, Dosen Pembimbing, dan
Tim.
b. Tahap kedua yaitu pelatihan Kader Kesehatan Jiwa yang dilaksanakan di
Balai Desa Paremono. Kegiatan pertama meliputi pre test dan post test oleh
kader, pemaparan materi oleh narasumber dari Dinas Kesehatan
Kab.Magelang, Keswamas RS Prof.Dr.Soerojo Magelang, Tim Pengembang
Keperawatan Jiwa UMMagelang, dan Tim pelaksana, simulasi/ teknik
deteksi dini dan wawancara, dilanjut dengan evaluasi pelatihan kader selama
4 hari.
c. Implementasi kader kesehatan jiwa ke masyarakat meliputi beberapa
kegiatan yaitu diawali dengan sosialisasi per dusun se-desa Paremono yang
dihadiri oleh caregiver maupun masyarakat. Setelah dilakukan sosialisaisi
kepada masyarakat dilakukan deteksi dini dan pemetaan oleh kader secara
mandiri ditiap dusun untuk mengetahui jumlah ODGJ yang ada di dusunya
yang dibagi kedalam 3 bagian, yaitu orang dengan sehat, risiko, dan
gangguan jiwa/sakit. Kegiatan ketiga yaitu Psikoedukasi keluarga yang
dilaksanakan di setiap kluster yang terbagi dalam 4 kluster dan di hadiri oleh
tim pelaksana, tim Pengembangan Jiwa UMMagelang, Perawat CMHN
puskesmas mungkid, Keswamas RS Prof.Dr.Soerojo Magelang, keluarga
(caregiver), dan masyarakat. Dan pada saat proses pelaksanaan dilakukan

6
diskusi bersama keluarga tentang ODGJ yang ada di masyarakat maupun
anggota keluarganya sendiri.
d. Tahap Evaluasi, dalam tahap evaluasi ini dilakukan pada hasil kegiatan yang
telah dilakukan oleh kader, serta pengetahuan yang sudah diperoleh keluarga
untuk mengimplementasikannya kepada ODGJ dan evaluasi berdasarkan
pelaksanaan program yang sudah dicapai oleh kader dan tim pelaksana.
5. Monitoring dan Evaluasi
a. Tahap monitoring
Kegiatan monitoring dilakukan satu bulan sekali selama 4 bulan. Dengan
demikian tujuan dari tahap monitoring adalah sebagai berikut:
1. Melihat perkembangan program yang telah dilaksanakan.
2. Mengetahui kendala yang ada dalam proses pelaksanaan program.
3. Mencari solusi terhadap masalah yang ada, sehingga Program Hibah
Bina Desa yang dilaksanakan benar-benar efektif dan maksimal serta
bersinergi.
b. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan melalui proses evaluasi, kekurangan yang terjadi
dalam pelaksanaan program yaitu masih adanya masyarakat yang stigmanya
masih kuat akan kekuatan-kekuatan lain. Tahap ini dilakukan oleh Tim
Peneliti (Mahasiswa dan Dosen) bersama pihak panitia dari masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. MOM (Manajeman Organisasi Masyarakat)
Dalam kegiatan MOM :
a. Kegiatan pertama dimulai dengan rapat koordinasi bersama pada hari Rabu,
15 Juni 2016 dengan pembuatan kesepakatan bersama pihak-pihak terkait
yang dapat mendukung berjalannya proses kegiatan program. Setelah
kesepakatan disetujui bersama, kemudian perencanaan pengadaan kegiatan
Lokakarya mini kepada masyarakat dengan mengundang tokoh masyarakat,
tokoh agama, perangkat desa dan kader kesehatan. Calon kader kesehatan jiwa
yang diundang dalam lokakarya mini yaitu sebanyak 3 orang/dusun.
b. Kegiatan kedua yaitu pelaksanaan lokakarya mini dilaksanakan di gedung
serbaguna Desa Paremono pada hari Kamis, 21 juli 2016. Dalam kegiatan
tersebut bertujuan untuk membuat kesepakatan bersama dengan masyarakat
tentang pelaksanaan program.
2. Tahap kedua yaitu Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa yang di jadikan sebagai bentuk
awal pelaksanaan kegiatan. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Rabu-Sabtu,
3-6 Agustus 2016. Kegiatan pertama meliputi pre test dan post test oleh kader,
pemaparan materi oleh narasumber dari Dinas Kesehatan Kab.Magelang,
Keswamas RS Prof.Dr.Soerojo Magelang, Tim Pengembang Keperawatan Jiwa
UMMagelang, dan Tim Pengabdian, simulasi/ teknik deteksi dini dan wawancara,
dilanjut dengan evaluasi pelatihan kader selama 4 hari. Dan di hari Sabtu, kader

7
diminta untuk mempraktekan kembali materi yang sudah diberikan selama 3 hari
sebelumnya, yaitu meliputi cara wawancara dan cara deteksi dini.
3. Implementasi dan pendampingan kader kesehatan jiwa yang dilakukan di
masyarakat meliputi sosialisasi masyarakat, deteksi dini, pemetaan rumah ODGJ,
Psikoedukasi keluarga.
a. Sosialisasi dilakukan per dusun se-desa Paremono selama 8 hari yang dihadiri
oleh caregiver maupun masyarakat. Kegiatan ini dilakukan oleh kader
kesehatan dan didampingi oleh Tim. Dengan materi yang disampaikan dalam
sosialisasi ini adalah pengenalan program dan pengenalan kesehatan jiwa.
b. Deteksi dini dilakukan oleh kader secara mandiri ditiap dusun untuk
mengetahui jumlah ODGJ yang ada di dusunnya yang dibagi kedalam 3
bagian, yaitu orang dengan sehat, risiko, dan gangguan jiwa/sakit.
c. Pemetaan letak rumah penyandang disabilitas tiap dusun bertujuan agar
memudahkan jika akan dilakukan kunjungan rumah oleh kader, pihak
puskesmas, maupun tim.
d. Psikoedukasi keluarga yang dilaksanakan di setiap kluster, yaitu sebanyak 4
kluster. Psikoedukasi di hadiri oleh tim, tim Pengembangan Jiwa
UMMagelang, Perawat CMHN puskesmas mungkid, Keswamas RS
Prof.Dr.Soerojo Magelang, keluarga (caregiver), dan masyarakat. Kegiatan
psikoedukasi keluarga di isi oleh kader kesehatan jiwa, dan dibantu oleh tim
jika ada masalah yang belum dapat terpecahkan. Pada saat proses pelaksanaan
dilakukan diskusi bersama keluarga tentang ODGJ yang ada di masyarakat
maupun anggota keluarganya sendiri.
4. Tahap Evaluasi, dilakukan evaluasi pada hasil kegiatan yang telah dilakukan oleh
kader, serta pengetahuan yang sudah diperoleh keluarga untuk
mengimplementasikannya kepada ODGJ. Kegiatan lokakarya hasil dan evaluasi
dilakukan pada hari Jum’at, 11 november 2016 untuk memaparkan program yang
telah dilaksanakan. Kegiatan ini dihadiri oleh Kader Kesehatan Jiwa perdusun,
Perangkat Desa, perawat CMHN, Tim PHBD dan Dosen pembimbing.
5. Tahap Pendampingan Kader dan evaluasi, tahap ini dilakukan oleh Tim Peneliti
(Mahasiswa dan Dosen) bersama pihak masyarakat.
Program yang telah dilaksanakan di Desa Paremono telah berjalan selama 4 bulan.
Dari pelaksanaan kegiatan diatas terdapat 5 point yang dilaksanakan dalam program
yang telah diuraikan di atas, dengan penjabaran hasil dan tindak keberlanjutan
program, yaitu :
Point Hasil Tindak Lanjut
1. a. Terbentuknya kesepakatan antar pihak dan Adanya pihak-pihak yang berkomitmen untuk
elemen terkait untuk mendukung berjalannya melanjutkan program kesehatan jiwa oleh
program, perencanaan pengadaan lokakarya kader kesehatan jiwa terlatih, perawat CMHN
mini pada hari kamis, 21 Juli 2016. puskesmas mungkid, Tim pengembangan
keperawatan jiwa UMMagelang sebagai
fasilitator.

8
b. Terbentuknya 4 kesepakatan bersama dengan Program yang dilaksanakan berkaitan dengan
masyarakat, yaitu waktu pelaksanaan program program kesehatan jiwa dalam rentang waktu
kesehatan jiwa dengan rentang waktu efektif selama 4 bulan. Dan terpilihnya kader
pelaksanaan selama 4 bulan dalam 3 tahapan kesehatan jiwa dari 14 dusun sejumlah 42
meliputi pelatihan, pendampingan dan orang yang menjalankan program kesehatan
evaluasi, penentuan program, pembentukan jiwa dan terbagi dalam 4 kluster. Adanya mitra
kader dipilih sebagai bentuk pemberdayaan dari dinas kesehatan kabupaten magelang, RS
kader, dan pembagian wilayah dari 14 dusun Prof.Dr.Soerojo Magelang, dan puskesmas
tersebut dibagi menjadi 4 kluster dan setiap Mungkid yang dapat membantu dalam
kluster ada 1 orang penanggung jawab. pelaksanaan di Desa Paremono.
2. Adanya peningkatan pemahaman kader Kader Kesehatan Jiwa yang telah terbentuk dan
tentang tingkat pengetahuan dan sikap kader. terlatih mengimplementasikan pengetahuan
Dari materi yang telah disampaikan oleh yang sudah diberikan selama pelatihan kepada
beberapa narasumber tentang peran kader, keluarga, ODGJ dan masyarakat.
teknik wawancara, dan deteksi dini, kader
dapat mempraktekkan secara langsung
melalui simulasi teknik wawancara dan
deteksi dini setelah pelatihan kader.
3. a. Terdapat peningkatan pemahaman oleh Adanya komitmen bersama dari keluarga dan
keluarga dan masyarakat tentang orang masyarakat untuk memberikan pelayanan
dengan gangguan jiwa kesehatan kepada ODGJ.
b. Adanya peningkatan jumlah ODGJ setelah Dengan adanya peningkatan jumlah ODGJ,
dilakukan deteksi dini oleh kader kesehatan maka dilakukanlah pemetaan untuk
jiwa dengan jumlah ODGJ sebanyak 69 mempermudah kader untuk mengetahui letak
orang, dan 3 orang dengan resiko. rumah ODGJ saat kunjungan rumah dalam
memberikan penyuluhan dan dilakukannya
psikoedukasi keluarga bersama caregiver.
c. Terbentuknya buku sebaran kasus ODGJ Adanya program kunjungan rumah oleh kader
perdusun berupa denah dusun yang dibawa dan petugasan kesehatan secara terencana dan
oleh kader kesehatan jiwa di setiap dusun. berkala.
d. Adanya peningkatan pemahaman bagi Adanya komitmen caregiver untuk tidak
caregiver tentang kesehatan jiwa. menelantarkan ODGJ dengan memberikan
pengobatan ke pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas atau RSJ.
KESIMPULAN
Dengan belum adanya kelompok yang peduli terhadap kondisi pasien gangguan jiwa
di desa Paremono, terbentuklah Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) di masyarakat yang
terlatih sebanyak 42 kader aktif dan mampu melakukan deteksi dini gangguan jiwa
dimasyarakat sehingga diketahui peningkatan hasil pretest dan posttest yang diisi oleh
kader yaitu sebanyak 100%. Dalam penilaiannya terbagi dalam 2 kriteria, meliputi
tingkat pengetahuan dengan rata-rata hasil peningkatan 3 skor sebanyak 15%, dan
sikap kader dengan rata-rata hasil peningkatan 2 skor sebanyak 13%. Dan

9
didapatkannya peningkatan jumlah ODGJ di Desa Paremono yang terbagi dalam 3
bagian yaitu orang dengan sehat, resiko, dan gangguan jiwa/sakit. Jumlah
peningkatan ODGJ sebesar 100% sebanyak 69 ODGJ dan 3 orang dengan resiko.
Setelah diketahuinya jumlah ODGJ kader melakukan implementasi ke masyarakat
salah satunya dengan cara memberikan pengetahuan psikologis bagi keluarga dan
masyarakat. Serta kader dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa
gangguang jiwa sama halnya dengan penyakit lainnya seperti DM, Stroke, Hipertensi
yang butuh pengobatan terus menerus dan pengontrolan, sehingga dapat merubah
pola fikir dan perilaku masyarakat tentang keberadaan ODGJ di masyarakat.
Kemampuan kader juga dibuktikan dengan kader yang mampu melakukan rujukan
dan melaporkan kasus gangguan jiwa ke pelayanan kesehatan, seperti puskesmas,
ataupun Rumah Sakit Jiwa.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam
pelaksanaan kegiatan ini :
1. Ir. Eko Muh Widodo, MT selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang.
2. Drs. Mujahidun, M.Pd selaku Wakil Rektor III bidang Kemahasiswaan.
3. Puguh Widiyanto, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang.
4. Ns. Sigit Priyanto, M.Kep selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan (S-1).
5. Ns. Sambodo Sriadi Pinilih, M.Kep selaku dosen pembimbing pelaksanaan
kegiatan.
6. Tim Pengembang Keperawatan Jiwa UMMagelang
7. Perawat CMHN/Keswamas RS Prof.Dr.Soerojo Magelang
8. Sari Umi Handayani selaku Kepala Desa Paremono.
9. Kepala Puskemas Mungkid.
10. 14 Kepala Dusun Desa Paremono
11. Sri Ratna selaku perawat CMHN puskesmas Mungkid
12. Teman-teman tim pelaksana kegiatan (Affan Salis, M. Rijal Majid, Alib Wahyudi,
Faisal Kurniadi, Joko Sigit, Fajar Septiyanto, Agus, Santoso, Rini Listyowati, Umi
Amimah, Nurul Hidayati, Diah Septiani, Wenny Widya S.)

DAFTAR PUSTAKA
Lestari dan Wardhani., 2014.Stigma dan Penanganan Penderita Gangguan Jiwa Berat
Yang Dipasung.Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17 No.2 April 2014 :
157-166.
Maramis, W. F., 2008. Catatan Ilmu Keperawatan Jiwa. Airlangga University Press :
Surabaya.
WHO., 2009. Improving Health System And Service For Mental Health : WHO
Library cataloguingin-publication data.
Yosep, Iyus., 2013. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.

10
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua,Anggota, dan Pembimbing


A. Identitas Diri Ketua
1. Nama Lengkap Ade Novi
2. Jenis Kelamin Laki – Laki
3. Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
4. NIM 13.0603.0026
5. Tempat dan Tanggal Lahir Magelang, 3 Juni 1996
6. E-mail Adenovi3696@gmail.com
7. No Telepon/HP 085729915888

B. Riwayat Penyakit
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 1 MTs SMA
Polengan Muhammadiyah 1 Muhammadiyah 1
Srumbung Muntilan
Jurusan - - IPA
Tahun 2001-2007 2007-2010 2010-2013
Masuk/Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat
1.
2.
3.

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir


No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1.
2.
3.

Semua data yang isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari ternyata di jumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah.
Magelang, 26 Januari 2017
Pengusul

(Ade Novi)

11
A. Identitas Diri Anggota 1
1. Nama Lengkap Ubaidillah
2. Jenis Kelamin Laki – Laki
3. Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
4. NIM 13.0603.0006
5. Tempat dan Tanggal Lahir Magelang, 23 Juli 1995
6. E-mail Ubaidillah2307@gmail.com
7. No Telepon/HP 085878166740

B. Riwayat Penyakit
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Selatan 1 SMPN 8 Kota SMAN 1
Kota Magelang Magelang Mertoyudan
Magelang
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk/Lulus 2001-2007 2007-2010 2010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat
1.
2.
3.

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir


No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1.
2.
3.

Semua data yang isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari ternyata di jumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah.
Magelang, 26 Januari 2017
Pengusul

(Ubaidillah)

12
A. Identitas Diri Anggota 2
1. Nama Lengkap Kholifatun Putri Asiyah
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi D3 Farmasi
4. NIM 15.0602.0012
5. Tempat dan Tanggal Lahir Magelang, 09 Oktober 1995
6. E-mail kholifatunputri@yahoo.co.id
7. No Telepon/HP 085643945381

B. Riwayat Penyakit
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN Magelang 7 SMPN 9 SMAN 5
Magelang Magelang
Jurusan IPS
Tahun Masuk/Lulus 2002-2009 2009-2012 2012-2015

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)


No Nama Pertemuan Ilmiah/Seminar Judul Artikel IlmiahWaktu dan Tempat
1.
2.
3.

D. Penghargaan dalam 10 tahun terakhir


No Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Penghargaan
1.
2.
3.

Semua data yang isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Apabila dikemudian hari ternyata di jumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah.
Magelang, 26 Januari 2017
Pengusul

(Kholifatun Putri Asiyah.)

13

Anda mungkin juga menyukai