Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER BERBASIS KELUARGA

DI DESA TEGAL TUGU, KECAMATAN GIANYAR

Oleh :
Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan
Tingkat 3 Semester VI

Ida Ayu Milla Brahmani NIM. P07120016029


Ni Putu Ari Puspitarini NIM. P07120016057
Ni Kadek Kristian Purnama Dewi NIM P07120016087
I Ketut Gede Palguna Putra NIM P07120016116
Putu Riska Indah Mentari NIM P07120016001
Kadek Lidya Mustikawati NIM P07120016119

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
TAHUN 2019
HALAMAN JUDUL

PROPOSAL
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER BERBASIS KELUARGA
DI DESA TEGAL TUGU, KECAMATAN GIANYAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Tugas KKN IPE
Politeknik Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan
Oleh :
Kelompok 27
Desa Tegal Tugu Gianyar

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
TAHUN 2019
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL
KEPERAWATAN KOMPLEMENTER BERBASIS KELUARGA
DI DESA TEGAL TUGU, KECAMATAN GIANYAR

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

Pembimbing

Nengah Runiari, S.Kp,S.Pd,M.Kep,Sp.Mat

MENGETAHUI:
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp,M.Kep,Sp,MB


NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas

berkat asung kerta wara nugraha-Nya, kami dapat menyusun proposal pengabdian

masyarakat yang berjudul “Keperawatan Komplementer Berbasis Keluarga Di

Desa Tegal Tugu, Kecamatan Gianyar” tepat pada waktunya. Proposal ini dibuat

sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat.

Kami mendapat banyak dukungan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat dari berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah memberikan dukungan moril selama

kegiatan berlangsung.

2. Bapak I Dewa Putu Gede Putra Yasa, S.Kp., M.Kep.Sp.MB. selaku Ketua

Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar yang telah

memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan.

3. Bapak I Dewa Made Tantra selaku Kepala Desa Tegal Tugu, Kecamatan Gianyar,

Kabupaten Gianyar yang telah memberikan dukungan dan membantu kesuksesan

kegiatan pengabdian masyarakat ini.

4. Bapak dan Ibu dosen pembimbing kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) /

Interprofessional Education (IPE) yang telah memberikan ilmu yang dapat

digunakan dalam penyusunan proposal pengabdian masyarakat ini.


5. Keluarga, kerabat serta sahabat yang telah memberikan dorongan dan dukungan.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini

yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju ke arah yang lebih

baik, karenanya saran untuk perbaikan sangat kami harapkan dan semoga proposal

pengabdian masyarakat ini bermanfaat bagi pembaca.

Gianyar, 8 Februari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi membawa pengaruh yang sangat besar masa

sekarang, sehingga mengakibatkan,perubahan pola hidup dan kebiasaan seseorang

yang secara tidak langsung membawa dampak buruk maupun baik terutama

mengenai masalah kesehatan. Perubahan kesehatan yang dipengaruhi oleh faktor-

faktor gaya hidup seseorang sehingga menyebabkan beberapa dari mereka akan

mengalami masalah kesehatan mulai dari yang ringan hingga berat. Seperti

dewasa ini banyak sekali penyakit yang sering terjadi baik penyakit menular

maupun penyakit tidak menular (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

2013)§.

Penyakit tidak menular yang diakibatkan karena perubahan gaya hidup

cenderung kurang sehat pada saat ini membuat masyarakat mengalami penurunan

kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan jumlah masyarakat yang tidak melakukan

pola hidup sehat seperti merokok (28,6%), kolesterol (44,8%), diabetes mellitus

(35,7%), hipertensi (72,8%), dan obesitas (37,5%) §. Kejadian diatas

menyebabkan peningkatan penyakit tidak menular meningkat pesat. Hal ini

dibuktikan dengan adanya prevalensi 22,85% menjadi 88,8% pada tahun 2013.

Berdasarkan kondisi geografisnya, Indonesia merupakan Negara dengan jumlah


penduduk yang sangat pesat. Salah satunya desaTegal Tugu adalah desa yang

berdiri di tengah-tengah wilayah yang berkembang. Desa Tegal Tugu terletak

pada 08°33’25.473”LS dan 115°20’109.982”BT berada di sebelah selatan Pusat

Kota Gianyar dengan dialiri dengan Satu Sungai, yaitu Sungai Cangkir,

denganluas Wilayah 261 Ha atau 2.61 Km², dengan ketinggian 110 Meter di atas

permukaan laut. Pelayanan kesehatan di desa Tegal Tugu cukup terjangkau

namun sebagian masyarakat mengimbangi dengan terapi seperti yoga,terapi

tersebut lebih efektif jika diimbangi dengan terapi lainnya seperti terapi

komplementer.

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan

dalam pengobatan modern. Pengobatan komplementer tradisional-alternatif

adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas,

keamanan, dan efektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik.

Terminology ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas dengan

pendekatan keluarga dalam suatu pelayanan kesehatan. Terapi komplementer

yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan di masyarakat. Terapi ini

merupakan salah satu bentuk intervensi yang dinilai cukup efektif untuk

mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi penyakit lainnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis akan melakukan

pelayanan kesehatan komplementer berbasis keluarga di DesaTegalTugu.


B. RumusanMasalah

Bagaimakah efektifitas pengembangan pelayanan komplementer di Desa

Tegal Tugu, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar ?

C. Tujuan

1. TujuanUmum

Tujuan umum pada kegiatan ini adalah mengetahui efektifitas pengembangan

pelayanan komplementer di DesaTegal Tugu, Kecamatan Gianyar,Kabupaten

Gianyar ?

2. Tujuankhusus

a. Mengidentifikasi pengetahua nmasyarakat terkait terapi komplementer

b. Memberdayakan masyarakat agar mampu merawat anggota yang sakit

dengan pelayanan terapi komplementer berbasis keluarga.

D. Manfaat

Hasil kegiatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat khususnya

masyarakat desa Tegal Tugu dalam meminimalisasi komplikasi-komplikasi

penyakit degenerasi maupun penyakit lainnya dengan pelayanan terapi

komplementer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pelayanan Komplementer

1. Pengertian pelayanan komplementer

Menurut (WHO,2009) Pengobatan komplementer adalah pengobatan non

konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk

Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi

merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah

pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun-

temurun pada suatu negara. Produk jamu yang menjadi obat tradisional di Indonesia

dapat dikategorikan sebagai pengobatan komplementer di Negara lain.

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam

pengobatan modern. Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan

pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi

individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk

mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi. Pendapat lain

menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain luas dalam

sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan

ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan

kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Snyder & Lindquis,

2010). Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan
ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit

atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.

Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan

terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang

mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual.

Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga

sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip

keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio, psiko,

sosial, dan spiritual).

Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat

dalam menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi

komplementer.Penerapan terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu

kembali pada teori-teori yang mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers

yang memandang manusia sebagai sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai

dimensi dan energi. Teori ini dapat mengembangkan pengobatan tradisional yang

menggunakan energi misalnya tai chi, chikung, dan reiki.

Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam

mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam

praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini

didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan

pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi

seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer


meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder &

Lindquis, 2010)

2. Tujuan Terapi Komplementer

Tujuan terapi komplementer secara umum (Nezabudkin, 2011) :

a. Memperbaiki fungsi dan sistem kerja organ-organ tubuh secara menyeluru

b. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyaki

c. Menstimulasi dan mengaktifkan mekanisme penyembuhan alami tubuh

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan

sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan

pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Sesuai dengan Peraturan

Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional-alternatif adalah

pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan

evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima

dalam kedokteran konvensional.

3. Jenis-jenis Terapi Komplementer

Menurut (Nezabudkin, 2011) terapi komplementer mengadopsi dari kearifan

budaya suatu bangsa yang berarti terapi yang didapatkan melalui proses sosial yang

bukan merupakan sistem yang baku dalam pelayanan kesehatan namun cukup kuat

untuk menentukan kepercayaan terhadap penyakit dan penyembuhannya. Sehingga

dalam penerapannya dapat dimodifikasi oleh terapis sesuai dengan kemampuannya,

tetapi hasil akhirnya adalah tindakan tersebut berefek positif bagi kesehatan pasien.
Dalam hal ini kemampuan terapis secara kognitif, afektif dan psikomotor sangat

menentukan keberhasilan terapi. Ruang lingkup tindakan komplementer yang

berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik dan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan,

antara lain :

a. Intervensi tubuh dan pikiran (Mind and body intervension)

b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif (alternative systems of medical

practice)

c. Cara penyembuhan manual (manual healing methods)

d. Pengetahuan farmakologi dan biologi (pharmacologic and biologic

treatments)

e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan (diet and nutrition the

prevebtion and treatment of desease)

f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan (unclassified diagnostic and treatment

methods)

Berikut ini jenis-jenis terapi komplementer antara lain :

a. Komplementer Medik

Jenis tindakan ini berdasarkan pada ilmu biomedik dan telah diterima oleh

kedokteran konvensional dan dalam penyelenggaraannya dilakukan oleh dokter,

dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki sertifikat kompetensi dan

keahlian khusus di bidang pengobatan komplementer. Peraturan ini diatur melalui

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/per/2007

tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif Di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan. Dokter berperan sebagai leader atau yang bertanggung jawab
terhadap tindakan komplementer yang diberikan kepada klien. Kedudukan tenaga

kesehatan lainnya yang ikut berperan didalam terapi ini adalah perawat, bidan,

fisioterapi yang mempunyai sertifikat kompetensi dan diakui oleh organisasi profesi

maupun lembaga yang berwenang dalam uji kompetensi tersebut. Berbeda dengan

tindakan komplementer keperawatan, pada tindakan komplementer medis ini

diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan: Rumah Sakit, Praktik berkelompok

maupun perorangan dan harus mempunyai dokter penanggung jawab. Perawat dapat

melakukan tindakan komplementer medik dengan menjadi pembantu dokter

(assisten) dalam menjalankan tindakan komplementer tersebut.

Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan tindakan komplementer medis

di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut meliputi :

1) Mempunyai ijazah pendidikan tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat

dll)

2) Mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi

3) Mempunyai sertifikasi dan dinyatakan lulus uji kompetensi keahlian tertentu di

bidang pengobatan komplementer

4) Mempunyai SBR-TPKA (Surat Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan

Komplementer-alternatif)

5) Mempunyai ST-TPKA (Surat Tugas Tenaga Pengobatan Komplementer

Alternatif)

6) Mempunyai SIK-TPKA (Surat Ijin Kerja Tenaga Pengobatan Komplementer-

Alternatif)
Sedangkan untuk penetapan tindakan komplementer yang dapat dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Di Negara

Indonesia terdapat 3 jenis teknik pengobatan komplementer medis yang telah

diintegrasikan ke dalam pelayanan medis konvensional, yaitu:

1) Akunpunktur medik yaitu metode pengobatan alternatif yang telah dilandasi

dengan ilmu biomedik serta bersinergis dengan pengobatan konvensional. Disebut

pengobatan alternatif karena akupuntur adalah pengobatan tradisional dari Cina yang

digunakan di Indonesia. Akupuntur bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi

kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri).

2) Terapi hiperbarik, yaitu metode terapi dimana pasien berada di dalam sebuah

ruangan dan diberikan tekanan oksigen murni. Terapi ini sering digunakan pada

pasien dengan kasus gangren untuk mencegah amputasi.

3) Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik

berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa

fitofarmaka.

Terapi dengan menggunakan herbal medik ini diatur lebih lanjut oleh Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 121/MENKES/SK/II/2008 tentang

Standar Pelayanan Medik Herbal. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,

yaitu:

a) Memiliki sertifikasi kompetensi di bidang herbal dan telah mendapatkan

kewenangan dari organisasi seminar Perhimpunan Dokter Indonesia Pengembang

Kesehatan Tradisional Timur (PDPKT)


b) Standar ketenagaan (SDM) adalah dokter dan atau dokter gigi yang sudah

memiliki kompetensi.

c) Bahan yang digunakan harus yang telah terstandar (obat jadi) namun apabila

meracik sendiri dokter pelaksana harus didampingi asissten apoteker.

d) Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan medik herbal wajib mendapatkan

izin dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

e) Komplementer Tradisional Alternatif

Sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan definisi pengobatan komplementer

tradisional alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif,

kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan

kualitas, keamnan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan

biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam

penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan pelayanan pengobatan

konvensional dengan tenaga pelaksanaannya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan

lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer

tradisional alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional alternatif yang

dapat diselenggarakan secara sinergi dan terintegrasi harus ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan setelah melalui pengkajian.

Jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif berdasarkan Permenkes RI,

Nomor: 1109/Menkes/Per/2007 adalah:

1) Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions): Hipnoterapi,

mediasi, penyembuhan spiritual, doa, dan yoga.


2) Sistem pelayanan pengobatan alternatif: akupuntur, akupresur, naturopati,

homeopati, aromaterapi, Ayurveda.

3) Cara penyembuhan manual: chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu,

osteopati, pijat urut.

4) Pengobatan farmakologi dan biologi: jamu, herbal, gurah.

5) Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan: diet makro nutrient,

mikro nutrient.

6) Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan: terapi ozon, hiperbarik, EECP.

Masalah dan hambatan yang dihadapi kementrian kesehatan adalah:

1) Belum menjadi program prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan

kesehatan.

2) Belum memadainya regulasi yang mendukung pelayanan kesehatan

komplementer tradisional alternatif.

3) Masih lemahnya pembinaan dan pengawasan

4) Terbatasnya kemampuan tenaga kesehatan dalam melakukan bimbingan.

5) Masih terbatasnya pengembangan program Pelayanan Kesehatan

Komplementer Tradisional Alternatif di Pusat dan Daerah.

6) Terbatasnya anggaran yang tersedia untuk Pelayanan Kesehatan

Komplementer Tradisional Alternatif

7) Fungsi SP3T dalam penapisan pelayanan kesehatan

Rencana tindak lanjut Kementerian Kesehatan adalah:


1) Penyusunan sistem pelayanan pengobatan non konvensional untuk menata

seluruh stakeholders yang terkait dalam penyelenggaraan pengobatan komplementer

tradisional alternatif.

2) Penyusunan formularian vadenicum pengobatan herbal yang dapat digunakan

sebagai pedoman bagi dokter/dokter gigi menuliskan resep (Physicians Desk

Reference) sebagai penyempurnaan daftar obat herbal asli Indonesia - jamu / tanaman

obat yang telah dikeluarkan oleh Badan POM dan Direktorat Jenderal Bina

Pelayanan Farmasi.

3) Penyusunan Pedoman / Panduan dan Standar Pelayanan Komplementer

Tradisional Alternatif antara lain : hipnoterapi, naturopi.

4) Mengembangkan RS dalam pelayanan pengobatan dan penelitian pelayanan

komplementer tradisional alternatif jamu dan herbal / tanaman asli Indonesia bekerja

sama dengan : - Lintas Program Terkait : Badan Litbangkes, Direktorat Jenderal

Pelayanan Farmasi, Badan PPSDM - Lintas Sektor Terkait : Balai POM, LIPI,

Kemenristek, Universitas.

5) Menetapkan Kelompok Kerja Komplementer Tradisional -Alternatif dengan

Surat Keputusan Menteri Kesehatan

4. Akupresure

a. Definisi akupresure

Akupresure merupakan salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan

pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. itik pijat pengobatan

Akupresur merupakan simpul meridian tempat berkumpulnya energi vital (Qi) dan

merupakan titik perangsangan untuk menimbulkan keseimbangan energi (Key, 2009).


Therapy Akupresur adalah tehnik penyembuhan tradisional dari China dengan

menggunakan jari-jari tangan ataupun dengan menggunakan alat bantu seperti stik

kayu (tusuk jari).

b. Manfaat akupresure

Menurut (Key,2009) Manfaat akupresur lainnya yaitu sebagai berikut:

1) Manajemen stress dan keseimbangan tubuh energi

Akupresur membantu seseorang dalam pengelolaan stres. Ini menenangkan

ketegangan syaraf dan meningkatkan ketahanan stres individu karena langsung

bekerja pada sistem saraf otonom. Akupresur meningkatkan relaksasi tubuh dan

menciptakan pikiran positif. Akupresur adalah ampuh dalam mengurangi

ketidaknyamanan dan bekerja sangat dalam meningkatkan seseorang kesejahteraan

mental serta kesejahteraan emosional karena kunci untuk gangguan belajar dan

trauma emosional. Dengan membebaskan stres, meningkatkan kekebalan akupresur

seseorang untuk berbagai penyakit, mempromosikan kesehatan dan mengembalikan

aliran energi positif dalam tubuh.

2) Meringankan nyeri

Akupresur dikenal memiliki efek jangka panjang pada nyeri di bagian tubuh

yang berbeda. Akupresur dipraktekkan di seluruh dunia untuk mengobati radang

sendi, nyeri otot di lengan dan leher, nyeri leher, nyeri sendi, spondilitis, osteoartritis,

nyeri yang disebabkan oleh olahraga dan atletik dan nyeri tubuh lainnya. Terapis

akupresur berpendapat bahwa akupresur harus digunakan sebagai pengobatan utama

untuk gangguan lokomotif. Satu dapat belajar perawatan diri aplikasi akupresur untuk

mengatasi kelelahan, sakit kepala, nyeri otot kronis dan fibromyalgia. Dengan teknik
akupresur, seseorang dapat menyingkirkan gangguan saraf seperti kelumpuhan

wajah, gangguan saraf perifer, epilepsi, vertigo, multiple sclerosis, sinusitis,

insomnia, masalah libido dan gangguan perut.

3) Berkaitan dengan bersalin

Akupresur sangat membantu dalam menangani perubahan dan risiko

kehamilan. Berlatih akupresur selama kehamilan melemaskan otot-otot Anda,

menyeimbangkan mood dan emosi, meredakan gejala fisiologis yang berhubungan

dengan kehamilan seperti kembung, retensi air, kram otot, nyeri pada leher,

punggung, pinggul, linu panggul, sakit kepala, mual, tekanan darah, aliran darah.

Pada trimester terakhir kehamilan, akupresur menginduksi akhir persalinan,

memudahkan proses pengusiran dan mengurangi nyeri persalinan. Setelah

melahirkan, ia membantu seorang wanita dengan memperkuat kekuatan

penyembuhan dari tubuhnya. Secara alami mengurangi depresi pasca melahirkan,

stres, masalah laktasi dan gangguan kelamin. Akupresur terapi pijat sangat membantu

seorang wanita trauma postmenstrual, menopause, nyeri menstruasi, perubahan

suasana hati dan sakit punggung.

4) Meningkatkan kehidupan seks

Praktek akupresur memupuk energi seksual dan membuat bercinta lebih baik.

Hal ini diketahui meningkatkan kesuburan, rayuan dan daya tahan seksual. Pecinta

memiliki titik bonus merangsang titik akupresur masing-masing dengan tubuh penuh

pelukan, ciuman dan sentuhan rahasia. Hal ini meningkatkan kimia cinta dalam suatu

hubungan dan membuatnya pernah langgeng. Dengan akupresur, Anda dapat

menemukan solusi untuk masalah seksual seperti menghambat gairah seksual,


ejakulasi dini, impotensi, infertilitas dan frustrasi seksual. Ini membantu Anda untuk

mencapai yang lebih dalam komunikasi seksual dan kepuasan seksual.

c. Teori dasar pada akupresure

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pijat akupresur:

1) Pertama kali yang harus diperhatikan adalah kondisi umum si penderita.

a) Pijat akupresur tidak boleh dilakukan terhadap orang yang seperti berikut Dalam

keadaan yang terlalu lapar.

b) Dalam keadaan terlalu kenyang.

c) Dalam keadaan terlalu emosional (marah, sedih, khawatir)

d) Dalam keadaan hamil muda.

Selain kondisi si penderita, ruangan untuk terapi akupresur pun harus diperhatikan:

1. Suhu ruangan jangan terlalu panas atau terlalu dingin.

2. Sirkulasi udara baik, tidak terlalu pengap dan tidak melakukan pemijatan

di ruang berasap.

3. Terapi bisa dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring dengan tenang,

tidak dalam keadaan tegang.

d. Teknik pemijatan dengan akupresure

1) Cara pemijatan

Setelah terapis mendiagnosa penyebab penyakit dan menggolongkan

syndrome menjadi delapan diagnose kemudian baru dapat ditentukan arah pemijatan

yang akan dilakukan. Arah pemijatan disesuaikan dengan sifat penyakit yang

diderita. Sifat penyakit yang, se, panas, luar maka pemijatan pada titik akupunktur

yang dilakukan adalah berlawanan jarum jam sebanyak 60 putaran atau dengan
istilah sedate.sedangkan, sifat penyakit yin, si, dingin, dalam maka pemijatan yang

dilakukan adalah searah jarum jam sebanyak 30 putaran.

Dalam pemijatan, sebaiknya jangan terlalu keras dan membuat pasien

kesakitan. Pemijatan yang benar harus dapat menciptakan sensasi rasa (nyaman,

pegal, panas, gatal, perih, kesemutan, dan lain sebagainya). Apabila sensasi rasa

dapat tercapai maka di samping sirkulasi chi (energi) dan xue (darah) lancer, juga

dapat merangsang keluarnya hormon endomofrin (hormon sejenis morfin yang

dihasilkan dari dalam tubuh untuk memberikan rasa tenang).

2) Ukuran

Didalam resume ini, Pembaca akan menemukan istilah cun. Cun adalah

satuan hitung untuk panjang atau lebar jarak antara titik akupunktur dengan titik

acuannya yang digunakan dalam penentuan titik terapi akupunktur atau ilmu pijat

turunannya. Berbeda dengan centimeter, cun lebih fleksibel karena digunakan adalah

tangan pasien sendiri.

3) Cara kerja akupresur

Sasaran Akurpresur adalah merangsang kemampuan tubuh dalam

menyembuhkan diri sendiri. Sang terapis akan memegang atau menekan berbagai

titik pada tubuh atau sistem otot untuk merangsang energi dari tubuh sendiri.

Rangsangan tersebut menyingkirkan sumbatan energi dan rasa lelah.

Ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh

ketegangan otot atau hambatan yang lain, maka energi tubuh akan menjadi seimbang.

Keseimbangan membawa kesehatan yang baik dan perasaan sejahtera. Jika salah satu

dari jalurnya terhambat/tersumbat, maka perlu aplikasi dengan tekanan yang tepat
menggunakan jari untuk mengendurkan ketegangan otot, membuat sirkulasi darah

lancar, dan menstimulasi atau menyeimbangkan aliran energi.

e. Titik-titik akupresure

Asuhan mandiri kesehatan tradisional komplementer (yankestradkom) adalah

suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan

dengan mengutamakan promotif, prevetif tanpa mengabaikan kuratif dan

rehabilitative yang dalam pelaksanaannya bersinergi dengan program yang lain dan

berkesinambungan. Setiap masalah kesehatan memiliki titik-titik yang berbeda yang

harus diberikan tindakan akupresure (Miyuiati, 2017). Adapun titik-titik pada setiap

masalah yaitu :

a. Hipertensi

1) Titik LR 3 : berada di antara jempol dan telunjuk jari kaki sebanyak ± 20-30 kali

( LR 3 berfungsi untuk mengusir faktor fathogen angina, membersihkan Qi paru

dari serangan pathogen, memperlancar Qi usus lambung dan untuk mengurangi nyeri)

2) Titik LI 4 : berada di sela-sela tulang ibu jari dan telunjuk tangan dan PC 6 :

terletak dua jari dibawah pergelangan tangan kanan dan kiri sebanyak 20-30 kali

 LI 4 berfungsi untuk menurunkan kadar kalori dan memberikan ketenangan

untuk mengontrol emosi

 PC 6 berfungsi untuk meningkatkan stamina dalam tubuh memberikan efek rasa

bugar
3) Titik GB 20 : terletak di cekungan tulang tengkorak belakang bagian bawah dan

GB 21 : terletak di pundak kanan dan kiri, dan GV 20 : terletak tepat diatas

kepala, pemijatan dan penekanan dilakukan ± 20-30 kali.

 GB 20 berfungsi untuk meningkatkan aktivitas kolateral, menghilangkan

obstruksi dari meridian dan mengatasi pusing/nyeri kepala akibat hipertensi

 GB 21 berfungsi untuk mengatasi sumbatan-sumbatan pada pembuluh darah

 GV 20 berfungsi untuk mengatasi rasa pusing dan nyeri kepala akibat

hipertensi

4) Titik EX-HN 3 : terletak di tengah-tengah alis bagian dalam. Berikan pemijatan

dan penekanan dari dalam ke keluar sebanyak ± 20-30 kali

b. Diabetes Mellitus

Gejala ditimbulkan pada diabetes mellitus yaitu banyak kencing (poliuria),

banyak minum (polidipsi), banyak makan (polifagia), penurunan berat badan dan rasa

lemah.

Titik yang dikuatkan :

- SP 6 : berfungsi untuk memperbaiki limfa dalam tubuh

- SP 10 : berfungsi untuk menguatkan peredaran darah dalam tubuh

- GB 34 : berfungsi mengembalikan kekuatan otot kaki yang melemah

- ST 36 : berfungsi untuk meningkatkan stamina

- LI 4 : Menurunkan panas, membersihkan tenggorokan dan mendorong keluarnya

angin dalam tubuh

c. Nyeri Kepala
Titik yang dipijat dengan teknik penguatan :

- GB 20, 21, EXHN 5 : melancarkan energi vital di kepala bagian samping

- GV 20 : membuyarkan sumbatan energi di atas kepala

- ST 8, EX HN 3 : melancarkan energi di kepala bagian depan

- LR 3, GB 42 : menurunkan panas hati

- ST 36 : meningkatkan stamina
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah


krrangk
Keluarga dengan
penyakit kronis

Penyuluhan mengenai
pemberian terapi Meningkatkan pemahaman
komplementer berbasis kluarga mengenai cara
keluarga meminimalisasi keluhan dan
komplikasi-komplikasi
penyakit lainnya

Meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal

Gambar 1 : Kerangka Pemecahan Masalah Penyuluhan Pelayanan Terapi Komplementer Berbasis


Keluarga di Desa Tegal Tugu

Keterangan :
: Kegiatan yang dilakukan

B. Realisasi Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah pelayanan kesehatan komplementer berbasis keluarga

dilakukan melalui penyuluhan di keluarga yang mengalami permasalahan. Kegiatan

diawali dengan mengadakan kesepakatan dengan pihak keluarga, kemudian

dilanjutkan dengan :
1. Mengidentifikasi pengetahuan pelayanan terapi komplementer

Identifikasi pengetahuan dilakukan dengan cara tanya jawab berkaitan dengan

masalah dan piñatalaksanaan masalah yang diderita. Sasaran keluarga yaitu 26 KK

yang belum pernah menerima penyuluhan terkait pelayanan terapi komplementer

2. Mendemonstrasikan pelayanan terapi komplementer terkait masalah yang diderita

Demonstrasi dilakukan oleh tim mahasiswa D III keperawatan dan dibantu oleh

mahasiswa D IV keperawatan, D IV Kesehatan Lingkungan, D III Keperawatan Gigi,

D III Analis Kesehatan, D IV Kebidanan, D III Kebidanan, D IV Gizi, D III Gizi.

Sasaran keluarga yang diberikan penyuluhan adalah sebanyak 26 KK, pemberian

materi mengenai komplementer dilakukan selama 15 menit pada tiap KK. Pemberian

materi diberikan selama 8 menit dan dilanjutkan dengan demonstrasi selama 7.

Kendala dalam melakukan penyuluhan dan demonstrasi adalah kemampuan keluarga

dalam memahami materi yang diberikan berkaitan dengan tingkat pendidikan dalam

keluarga yang berbeda-beda. Pemecahan kendala tersebut yaitu memberikan materi

penyuluhan dengan kalimat-kalimat sederhana agar dapat dipahami semua anggota

keluarga.

C. Khalayak sasaran

Sasaran survey adalah seluruh masyarakat di wilayah Desa Tegal Tugu, Gianyar.

Masing- An darJumlah sasaran yaitu 26 KK yang didapat dengan cara random

sampling, disurvei untuk mengetahui status kesehatan dari masing-masing keluarga.

D. Metode Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan dengan metode pendekatan berbasis keluarga, yang

diawali dengan melakukan survey kepada seluruh anggota keluarga. Setelah data
terkumpul dan dianalisis maka selanjutnya seseorang yang mengalami masalah

kesehatan akan diberikan penyuluhan mengenai pelayanan terapi komplementer.

E. Waktu dan Tempat

KKN IPE dilakukan selama 3 minggu, dimulai pada tanggal 4 Februari sampai

tanggal 23 Febuari 2019 di wilayah Desa Tegal Tugu, Gianyar

F. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk penyuluhan berupa leaflet dan booklet.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Data Geografi

Desa Tegal Tugu merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Gianyar

dengan luas wilayah 261 Ha atau 2.61 Km² dan batas wilayah :

Di sebelah Utara : Kelurahan Gianyar/Kelurahan Samplangan

Di sebelah Timur : Desa Temesi

Di sebelah Barat : Desa Serongga/Kelurahan Abianbase

Di sebelah Selatan : Desa Lebih

2. Keluarga Binaan

Sasaran keluarga yang telah didata berjumlah 26 KK dengan masalah yang

terdata sebagai berikut.


3. Keluarga dengan Penyakit Kronis

Gambar 1. Persentase Keluarga dengan Penyakit Kronis

Gambar diatas menyatakan hasil survey yang telah dilakukan terhadap 26 KK

di Desa Tegal Tugu di tiga banjar (Banjar Prathama Mandala, Banjar Tri Wangsa,

dan Banjar Tegal Kajanan) terkait penyakit kronis yang diderita oleh keluarga.

Hasil dari survey didapatkan bahwa sebanyak 14 KK (53,85%) mengatakan ada

anggota keluarga yang menderita penyakit kronis dan sebanyak 12 KK (46,15%)

mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis.
Gambar 2 : Jenis Penyakit Kronis yang Diderita Keluarga

Hasil survey terkait penyakit kronis yang diderita oleh keluarga didapatkan

hasil sebanyak 11 KK (42,31%) memiliki anggota keluarga yang menderita

hipertensi, sebanyak 1 KK (3,85%) memiliki anggota keluarga yang menderita asam

urat dan vertigo, sebanyak 1 KK (3,85%) memiliki anggota keluarga yang menderita

diabetes melitus, sebanyak 1 KK (3,85%) memiliki anggota keluarga yang menderita

asma, dan sebanyak 12 KK (46,15%) tidak memiliki anggota keluarga yang

menderita penyakit kronis.


Gambar 3 : Persentase Anggota Keluarga dalam Penyembuhan

Persentase anggota keluarga yang sedang dalam proses penyembuhan

penyakit dari 26 KK, yaitu sebanyak 12 orang (46,15%).


Gambar 4 : Persentase Anggota Keluarga Yang Pernah Dirawat

di RS Dalam 3 Bulan Terakhir

Persentase anggota keluarga yang pernah dirawat di RS dalam 3 bulan

terakhir yaitu sebanyak 2 KK (7,69%) mengatakan bahwa ada anggota keluarganya

yang dirawat di rumah sakit dalam 3 bulan terakhir, dan sebanyak 24 KK (92,31%)

mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah dirawat di RS dalam 3 bulan

terakhir. Penyakit saat dirawat, yaitu demam thypoid.

Gambar 5 : Persentase Anggota Keluarga yang Pernah Mendapatkan Pelayanan Komplementer

Persentase anggota keluarga yang pernah mendapatkan pelayanan

komplementer sebanyak 3 KK (11,54%) dan sebanyak 23 KK (88,46%) tidak pernah

melakukan pengobatan komplementer.


 Intervensi yang dilakukan atas masalah yang didapatkan di keluarga tersebut

adalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan terkait masalah yang diderita

keluarga. Misalkan pada keluarga yang memiliki hipertensi diberikan penyuluhan

terkait pengertian, tanda dan gejala, pencegahan, penyebab, titik akupressur dan

pengobatan tradisional yang bisa menurunkan tekanan darah. Hasil penyuluhan

didapatkan bahwa keluarga megerti tentang penyakit yang diderita.

B. Pembahasan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013, 1–384. https://doi.org/1
Desember 2013
Buckle, S. (2010). Aromatherapy. http//.www.naturalhealthweb. com/articles,
diperoleh 6 februari 2019.
Key, G. (2009). Aromatherapy beauty tips. http//.www.naturalhealthweb.
com/articles/ georgekey3.html, diperoleh 6 februari 2019.
Nezabudkin, V. (2011).How to research alternatiftreatment before using
them.http//.www.naturalhealthweb. com/articles/ Nezabudkin1.html, diperoleh 6
februari 2019.
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2010). Clinical nursing skills: Basic to
advanced skills. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Snyder,M. & Lindquist, R. (2010).Complementary/alternative therapies in nursing.
4th ed. New York: Springer.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2009).Community public health nursing. 6th ed. St.
Louis:Mosby Inc.
Wahyunah, & Saefulloh, M. (n.d.). Analisis faktor yang berhubungan dengan
kejadian stroke di rsud indramayu 1 2, 65–76.

Anda mungkin juga menyukai