n
i
n
i
i
n
i
n
i
i i
n
i
n
i
i i
n
i
i i
Yi Y n X X n
Y X Y X n
r
1 1
2 2
1 1
2 2
1 1 1
) ( ) (
Simbol r adalah koefisien korelasi. Apabila nilai r positif maka hal ini
menunjukkan hubungan yang searah, sedangkan apabila r bernilai negatif maka
menunjukkan hubungan berlawanan. Dalam hal interval besaran koefisien relasi ini
mendekati 0 maka dapat disimpulkan hubungan sangat lemah, sedangkan apabila
mendekati 1 maka dapat disimpulkan hubungan sangat kuat. Variabel yang akan
dibandingkan disimbolkan dengan x dan y, x merupakan variabel bebas yaitu
persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi, sedangkan y merupakan
variabel terikat yaitu jumlah penerimaan PPh Pasal 25/29 orang pribadi tiap bulan.
49
Disebut variabel terikat karena variabel ini tidak bebas. Penerimaan PPh Pasal 25/29
orang pribadi dipengaruhi oleh persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak orang
pribadi sebagai variabel bebas.
b. Koefisien Determinasi (KD)
Koefisien Determinasi bernilai antara 1 sampai 0. Semakin besar nilainya berarti
semakin besar juga pengaruh suatu variabel dan sebaliknya, apabila semakin
kecil nilainya berarti semakin kecil juga pengaruh variabel tersebut terhadap
variabel lainnya.
c. Pengaruh variabel lain
Pengaruh variabel lain adalah nilai dari variabel selain yang penulis analisis.
Berikut adalah analisis hubungan antara persentase peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP
Pratama Yogyakarta:
Keterangan:
x = persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi (dalam %)
y = persentase penerimaan PPh 25/29 orang pribadi (dalam %)
2 2
1 1
2 2
1 1
2 2
1 1 1
) 100 ( ) 10000 ( 12 ) 98 , 99 ( ) 9996 ( 12
) 100 )( 98 , 99 ( ) 9998 ( 12
) ( ) (
n
i
n
i
i
n
i
n
i
i i
n
i
n
i
i i
n
i
i i
Yi Y n X X n
Y X Y X n
r
00 , 1
) 66 , 331 )( 59 , 331 (
978 . 109
r
2
r KD
2
1 r
50
Penafsiran dari r :
a) 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel
b) 0 s.d. 0,25 : korelasi sangat lemah
c) 0,25 s.d. 0,50 : korelasi cukup
d) 0,50 s.d. 0,75 : korelasi kuat
e) 0,75 s.d. 0,99 : korelasi sangat kuat
f) 1 ,00 : korelasi sempurna
Angka-angka dalam perhitungan tersebut diperoleh dari Tabel III.8 sebagai
berikut:
Tabel III.8 Penghitungan Koefisien Korelasi (r)
x(%) y (%) x y xy
8,26 4,57 68,23 20,88 37,75
8,25 6,51 68,06 42,38 53,71
14,65 28,39 214,62 805,99 415,91
8,26 5,85 68,23 34,22 48,32
8,57 5,67 73,44 32,15 48,59
7,26 6,86 52,71 47,06 49,80
6,34 5,73 40,20 32,83 36,33
9,18 6,50 84,27 42,25 59,67
6,42 5,50 41,22 30,25 35,31
9,07 5,57 82,26 31,02 50,52
6,12 5,73 37,45 32,83 35,07
7,60 13,12 57,76 172,13 99,71
99,98 100,00 9.996,00 10.000,00 9998,00
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
51
Koefisien korelasi bernilai 1,00 atau berkolerasi sempurna. Nilai r yang positif
menunjukkan bahwa peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar (x) berbanding
lurus terhadap peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi (y) di KPP Pratama
Yogyakarta. Semakin besar peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar, semakin
besar pula peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi dan begitu pula
sebaliknya. Nilai r yang maksimal di antara interval yang ada (antara -1,00 s.d. 1,00)
menunjukkan hubungan yang sangat kuat, dapat dikatakan sempurna.
1 1
1 2
r KD
Koefisien Determinasi bernilai antara 1 sampai 0. Semakin besar nilainya berarti
semakin besar juga pengaruh suatu variabel dan sebaliknya, apabila semakin
kecil nilainya berarti semakin kecil juga pengaruh variabel tersebut terhadap
variabel lainnya. Dalam hal ini, karena KD bernilai 1 (sangat kuat dan positif), maka
persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar (x) berkolerasi positif
terhadap persentase peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi di KPP Pratama
Yogyakarta.
Pengaruh variabel lain = 0 1 1 1
2
r
Maksudnya adalah pengaruh variabel bebas selain peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi terdaftar terhadap penerimaan PPh 25/29 orang pribadi dianggap
tidak ada atau 0 (nol) sehingga persentase peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang
pribadi hanya akan ditentukan oleh persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi
terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta.
52
5. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap jumlah Wajib Pajak
orang pribadi yang telah dibuatkan pemetaan (mapping) di KPP Pratama
Yogyakarta
Untuk analisis yang kelima ini, penulis mendapatkan kesulitan dalam memperoleh
data yang dibutuhkan, yaitu berupa data rekonsiliasi pembuatan mapping yang
dilakukan oleh Account Representative di seksi Waskon I s.d. Waskon IV KPP
Pratama Yogyakarta. Penulis hanya mendapatkan informasi berupa wawancara dari
beberapa AR yang terlibat langsung dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I serta
anggota Sekretariat Sensus Pajak Nasional Tahap I di KPP Pratama Yogyakarta
(wawancara terlampir).
Narasumber dari wawancara yang dilakukan oleh penulis menyatakan bahwa
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional belum mempunyai pengaruh signifikan terhadap
jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang telah dibuatkan pemetaan (mapping) di KPP
Pratama Yogyakarta. Hal itu terjadi karena belum selesainya pembuatan mapping
Wajib Pajak yang dilakukan oleh Account Representative. Biasanya, pembuatan
mapping dilakukan minimal setahun sekali. Untuk tahun pajak 2011, mapping telah
dibuat pada bulan Juni 2011, sedangkan untuk tahun pajak 2012 pembuatan mapping
belum selesai dilakukan mengingat sebagian besar Account Representative masih
disibukkan dengan Sensus Pajak Nasional Tahap II. Jadi, mapping setelah
dilaksanakannya Sensus Pajak Nasional Tahap I juga belum selesai dibuat sehingga
penulis tidak bisa menganalisis data tersebut.
Idealnya, berdasarkan tujuan dilaksanakannya Sensus Pajak Nasional, diharapkan
terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak yang telah dibuatkan mapping. Namun,
53
kenyataan di lapangan tidak selalu membuktikan hal tersebut. Di sisi lain, Sensus
Pajak Nasional cukup membantu para Account Representative dalam pengenalan
wilayah kerjanya masing- masing. Hal itu dapat dilihat dari pembagian wilayah sensus
yang sesuai dengan wilayah yang menjadi tanggung jawab masing- masing Account
Representative. Misalnya, AR yang bertugas untuk wilayah Kotabaru akan lebih
mengenal kondisi Wajib Pajak yang berada di wilayah Kotabaru serta potensi
perpajakan apa saja yang ada di wilayah tersebut.
C. Masalah yang Dihadapi
Dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I di KPP Pratama Yogyakarta,
terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh Tim Unit Pelaksana Sensus. Walaupun
secara keseluruhan tidak terlalu berpengaruh, alangkah baiknya jika masalah tersebut
dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan agar Sensus Pajak Nasional tahap
berikutnya dapat berjalan dengan lebih lancar. Beberapa masalah tersebut antara lain
adalah:
1. Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia
Target pemenuhan 1.500 Formulir Isian Sensus (FIS) yang ditetapkan pada
Sensus Pajak Nasional Tahap I di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta dalam
jangka waktu 2 (dua) bulan cukup menjadi beban bagi Account Representative.
Tentunya diperlukan tenaga yang cukup banyak untuk menjadi Tim Unit Pelaksana
Sensus (Tim UPS), sedangkan KPP Pratama Yogyakarta masih menggunakan tenaga
dari pegawainya, terutama Account Representative sebagai anggota Tim UPS. Tiap-
tiap tim hanya terdiri dari 2 (dua) orang anggota, yaitu seorang AR dan seorang
54
pelaksana yang diperbantukan dari seksi-seksi yang ada di KPP Pratama Yogyakarta.
Keputusan yang dibuat oleh Kepala Kantor bersama dengan Kepala Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Yogyakarta untuk tidak menggunakan tenaga
outsorcing dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional memang cukup logis mengingat
wilayah yang disensus tidak terlalu luas, namun secara tidak langsung dapat
membebani anggota tim UPS itu sendiri.
Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta hanya
berjumlah 28 orang, sedangkan jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang harus diawasi
berjumlah 72.221 orang. Apabila dipukul rata, setiap Account Representative rata-rata
harus mengawasi Wajib Pajak sebanyak 2.579 orang. Suatu angka yang cukup besar.
Ditambah lagi dengan tugas Account Representative yang sangat banyak. Oleh karena
itu diperlukan adanya tenaga tambahan untuk membantu kerja Account
Representative dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional agar fungsi utama AR,
yaitu pengawasan terhadap Wajib Pajak dapat lebih maksimal.
2. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya
Kurangnya kesadaran wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya menjadi salah satu hambatan yang muncul dalam pelaksanaan Sensus
Paak Nasional. Banyak Wajib Pajak yang menganggap bahwa membayar pajak
hanya mengurangi penghasilan yang diperolehnya. Mereka merasa tidak
mendapatkan fungsi pajak secara langsung, padahal fungsi pajak bagi pembangunan
di Indonesia sangat besar. Di samping itu, pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan seringkali menjadi faktor utama penyebab
55
rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Akibatnya, Tim UPS seringkali harus
memberikan penjelasan tentang pemenuhan kewajiban perpajakan terlebih dahulu
kepada responden sensus, sedangkan mereka harus mengejar target jumlah FIS yang
diberikan sehingga cukup menghambat dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
Tahap I.
3. Terbatasnya akses komputer untuk perekaman Formulir Isian Sensus (FIS)
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Tim Unit
Pelaksana Sensus melakukan perekaman FIS (Formulir Isian Sensus). Dalam
praktiknya, kadang perekaman FIS terkendala dengan terbatasnya akses komputer,
baik itu yang diakibatkan oleh komputer yang terkena virus maupun komputer yang
sudah ketinggalan zaman. Tentu saja hal ini dapat menghambat kinerja dari Tim
UPS.
4. Belum adanya aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan Sensus Pajak
Nasional yang diberikan oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak
Dalam memudahkan kinerja dan pengadministrasian data terkait Sensus Pajak
Nasional yang dilakukan oleh tiap-tiap Kantor Pelayanan Pajak di seluruh Indonesia,
seharusnya dibuat suatu aplikasi tindak lanjut (back office) yang berisi database
Sensus Pajak Nasional dan langkah- langkah pemanfaatannya. Dalam database ini
semua data tentang Sensus Pajak Nasional ditata secara rapi sehingga pegawai pajak
dapat mencari data yang diinginkan secara mudah dan sistematis. Dengan adanya
aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan Sensus Pajak Nasional yang diberikan
oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, diharapkan kinerja dari pegawai pajak,
seperti himbauan pembuatan NPWP oleh AR dapat meningkat. Meskipun sudah
56
menggunakan aplikasi perekaman FIS, aplikasi ini kurang mendukung fungsi
pemanfaatan data hasil Sensus Pajak Nasional.
5. Tim UPS yang kurang solid
Tim Unit Pelaksana Sensus disusun oleh sekretariat Sensus Pajak Nasional KPP
Pratama Yogyakarta dengan memperhatikan beberapa hal, seperti jenis kelamin, usia,
fasilitas kendaraan yang dimiliki, dsb. Walaupun sudah dirancang sedemikian rupa
agar tim tersebut dapat bekerja dengan solid, pada kenyataannya ada beberapa tim
yang tidak menunjukkan kinerja optimal. Ada anggota Tim UPS yang bekerja secara
individual dan tidak melakukan koordinasi antaranggota tim dengan baik. Akibatnya,
target FIS yang diberikan kepada masing- masing Tim UPS tidak tercapai dengan
cepat.
6. Banyak masyarakat yang masih antipati dengan pajak
Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa apabila membayar pajak, oknum
petugas pajak seperti Gayus Tambunan akan menyelewengkan uang pajak.
Dampaknya adalah Wajib Pajak menjadi enggan membayar pajak karena pandangan
negatif yang terlanjur melekat. Padahal dalam kenyataannya, Kantor Pelayanan Pajak
Pratama hanya sebagai tempat untuk mengadministrasikan data-data perpajakan dan
tempat untuk melaporkan bahwa Wajib Pajak tersebut telah menyetor pajak terutang
ke kas negara, bukan tempat untuk membayar pajak. Hal inilah yang cukup menjadi
kendala dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Banyak Tim UPS yang merasa
terancam ketika menjalankan tugas ketika melaksanakan sensus di kawasan yang
terkenal kurang aman, bahkan ada yang diteriaki maling karena memperlihatkan
atribut petugas pajak.
57
7. Penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi yang cenderung kecil
Penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi cenderung kecil apabila dibandingkan
dengan penerimaan dari Wajib Pajak badan. Oleh sebab itu, tidak sedikit petugas
pajak yang meremahkan wajib pajak orang pribadi dan lebih memerhatikan Wajib
Pajak pembayar pajak terbesar. Padahal, Sensus Pajak Nasional Tahap I justru
difokuskan pada pemenuhan target Formulir Isian Sensus (FIS) untuk orang pribadi.
Akibatnya, beberapa sensus yang dilakukan terkesan hanya mengejar setoran
karena kurang memperhatikan aspek-aspek penting pengisian formulir tersebut.
D. Alternatif Pemecahan Masalah
Dari rincian beberapa permasalahan yang sudah penulis uraikan sebelumnya,
penulis mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah Sumber Daya Manusia
Peningkatan jumlah Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan Sensus Pajak
Nasional sangat membantu dalam pencapaian target FIS yang telah ditentukan.
Peningkatan jumlah SDM tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga
outsorcing sebagai petugas pelaksana sensus. Saat ini, langkah tersebut sudah
diterapkan di beberapa KPP, namun untuk KPP Pratama Yogyakarta hal ini belum
dilakukan. Dengan demikian, sensus dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tugas
utama AR di kantor tetap dapat berjalan dengan optimal. Walaupun melibatkan tenaga
tambahan dari luar, peran AR sebagai ketua Tim UPS tetap diperlukan agar
pelaksanaan sensus dapat berjalan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.
2. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya
58
Salah satu fungsi Sensus Pajak Nasional adalah sebagai sarana menyosialisasikan
peraturan-peraturan perpajakan kepada masyarakat. Apalagi mengingat peraturan
dalam dunia perpajakan bersifat sangat dinamis, menyesuaikan pertumbuhan ekonomi
masyarakat sehingga masyarakat sebagai Wajib Pajak perlu untuk mendapat
pemberitahuan secara berkala dari Direktorat Jenderal Pajak. Walaupun bentuk-
bentuk pemberitahuan kepada masyarakat sudah cukup gencar, baik itu melalui
penyuluhan, pemberitahuan di media cetak dan elektronik, serta bentuk-bentuk
sosialisasi lainnya, tidak ada salahnya untuk mengoptimalkan sosialisasi perpajakan
melalui Sensus Pajak Nasional.
3. Mengoptimalkan akses komputer untuk perekaman Formulir Isian Sensus
(FIS)
Komputer yang berfungsi sebagai media perekaman FIS sebaiknya ditingkatkan,
baik itu kuantitas maupun kualitasnya. Selama penulis melaksanakan praktik kerja
lapangan di KPP Pratama Yogyakarta, penulis menjumpai hampir semua komputer
yang berada di Seksi Pengolahan Data dan Informasi bervirus sehingga sering hang.
Padahal, salah satu tugas Seksi PDI dalam Sensus Pajak Nasional adalah sebagai
petugas perekam FIS. Selain itu, beberapa unit komputer yang ada sudah ketinggalan
zaman sehingga kinerjanya tidak optimal. Oleh karena itu, sudah sewajarnya untuk
meningkatkan sarana dan prasarana berupa komputer di KPP Pratama Yogyakarta
sebagai media perekaman FIS.
4. Mengusulkan pembuatan aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan
Sensus Pajak Nasional kepada kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak
59
Sebagai unit terbawah yang berhadapan langsung dengan Wajib Pajak, KPP
memegang peranan penting dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Peran besar
KPP tersebut dapat terlihat dari terpenuhinya target FIS yang diberikan oleh kantor
pusat Direktorat Jenderal Pajak. Namun, pihak KPP sendiri masih belum
mendapatkan manfaat optimal dari pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Hal tersebut
terjadi dikarenakan belum adanya aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan
Sensus Pajak Nasional yang dibuat oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Selama ini, pemanfaatan data hasil sensus diserahkan kepada masing- masing AR
yang terkait dengan data tersebut. Ternyata dalam praktiknya, sebagian besar AR
belum mampu memanfaatkan data hasil sensus dengan optimal. Oleh karena itu,
sebaiknya KPP mengusulkan pembuatan aplikasi tindak lanjut (back office)
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional kepada kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak.
5. Meningkatkan kekompakan Tim UPS
Agar Sensus Pajak Nasional dapat berjalan dengan lebih baik, dalam artian tidak
sekedar mengejar target FIS, sudah selayaknya jika tiap anggota dalam kepanitiaan
Sensus Pajak Nasional di tingkat KPP merasa nyaman dengan anggota yang lain.
Untuk itu, diperlukan suatu cara untuk meningkatkan kekompakan anggota tim. Hal
itu dapat diwujudkan dengan melaksanakan outbond atau mengikuti pelatihan
teamwork. Jika tiap anggota tim sudah merasa mempunyai peran dalam kepanitiaan
Sensus Pajak Nasional, pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan lebih lancar,
tidak ada yang bekerja secara individual karena hal itu justru menghambat kinerja tim
secara keseluruhan.
6. Memperbaiki citra Direktorat Jenderal Pajak di mata masyarakat
60
Perbaikan citra Direktorat Jenderal Pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Contoh nyatanya antara lain adalah menggencarkan sosialisasi melalui spanduk,
banner, iklan, pemberian cinderamata kepada masyarakat berupa gantungan kunci,
pena, stiker, payung, dan lain- lain. Yang terpenting dari pelaksanaan sosialisasi
tersebut adalah masyarakat merasa tertarik. Jika sudah mendapat tanggapan positif
dari masyarakat, pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dapat berjalan dengan lebih
lancar.
7. Memandang penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi sama pentingnya
dengan penerimaan pajak yang lain
Sekecil apapun jumlahnya, penerimaan pajak dari Wajib Pajak orang pribadi tetap
berkontribusi pada total penerimaan di KPP Pratama Yogyakarta. Apalagi, potensi
perpajakan KPP Pratama Yogyakarta didominasi oleh tingginya jumlah Wajib Pajak
orang pribadi. Jika hal ini diperhatikan dengan baik, bukan tidak mungkin penerimaan
pajak orang pribadi sanggup menjadi penentu keberhasilan pencapaian target
penerimaan KPP Pratama Yogyakarta. Maka, pegawai pajak yang menjadi anggota
Tim UPS harus memandang semua Wajib Pajak itu sama pentingnya dan tidak
membeda-bedakan.
61
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh serta analisis dan pembahasan masalah
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil simpulan sebagai
berikut, yaitu:
1. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional belum berkontribusi secara maksimal
terhadap peningkatan pencapaian target penerimaan pajak secara keseluruhan dan
penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta, namun
Sensus Pajak Nasional cukup membantu untuk mempertahankan prestasi pencapaian
target penerimaan dari tahun sebelumnya sehingga tidak mengalami penurunan. Hal
ini cukup wajar mengingat Sensus Pajak Nasional tahap I masih berfokus pada subjek
pajak orang pribadi, belum mencakup subjek pajak badan, dan masih terbatas
dilakukan di blok tertentu.
Penerimaan PPh 25/29 orang pribadi pada bulan-bulan selama dan setelah
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I, yaitu Oktober s.d. Desember 2011
menyumbang porsi yang ideal terhadap total penerimaan selama tahun 2011. Ketiga
bulan tersebut mempunyai jumlah penerimaan sebesar 3.583.319.767 atau
62
berkontribusi sebesar 24,41%. Jumlah tersebut cukup ideal karena hampir mencapai
seperempat dari total penerimaan tahun 2011, sebanding dengan perbandingan 3
terhadap 12 bulan (25%).
2. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional belum berkontribusi secara maksimal
terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama
Yogyakarta. Dilihat dari penambahan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar selama dan
setelah pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I, yaitu bulan Oktober sampai
dengan Desember 2011, penambahan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar pada bulan
Oktober mengalami peningkatan dari bulan September, dari 414 menjadi 585, namun,
pada bulan November, mengalami penurunan menjadi 395 dan pada bulan Desember
naik lagi menjadi 490. Jika ditotal, penerimaan ketiga bulan ini mencapai 1.470,
berkontribusi sebesar 22,79% terhadap total penambahan jumlah Wajib Pajak orang
pribadi terdaftar selama tahun 2011.
Koefisien korelasi bernilai 1,00 atau berkolerasi sempurna. Nilai r yang maksimal
di antara interval yang ada (antara -1,00 s.d. 1,00) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan (korelasi) sempurna yang kuat dan positif antara peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi terdaftar dengan peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan
orang pribadi. Nilai r yang positif menunjukkan bahwa peningkatan Wajib Pajak
orang pribadi terdaftar (x) berbanding lurus terhadap peningkatan penerimaan PPh
25/29 orang pribadi (y) di KPP Pratama Yogyakarta. Semakin besar peningkatan
Wajib Pajak orang pribadi terdaftar, semakin besar pula peningkatan penerimaan PPh
25/29 orang pribadi dan begitu pula sebaliknya.
63
Koefisien Determinasi bernilai antara 1 sampai 0. Semakin besar nilainya berarti
semakin besar juga pengaruh suatu variabel dan sebaliknya, apabila semakin
kecil nilainya berarti semakin kecil juga pengaruh variabel tersebut terhadap
variabel lainnya. Dalam hal ini, karena KD bernilai 1 (sangat kuat dan positif), maka
persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar (x) berkolerasi positif
terhadap persentase peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi di KPP Pratama
Yogyakarta. Artinya, peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta akan diikuti dengan peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang
pribadi.
Secara umum, terdapat beberapa masalah atau hambatan yang dihadapi selama
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama Yogyakarta, namun secara
keseluruhan tidak mempengaruhi kinerja Tim UPS dalam pencapaian target Formulir
Isian Sensus. Masalah yang ada tersebut dapat menjadi bahan masukan dalam
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap II yang sampai saat laporan ini dibuat
masih berjalan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis mencoba
memberikan saran-saran yang dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu untuk pihak
internal maupun pihak eksternal KPP Pratama Yogyakarta.
1. Untuk pihak internal KPP Pratama Yogyakarta
a. Peran Account Representative dalam pengolahan data hasil Sensus Pajak Nasional
Tahap I di KPP Pratama Yogyakarta lebih ditingkatkan lagi, mengingat Account
64
Representative merupakan ujung tombak pencapaian target penerimaan KPP
Pratama Yogyakarta;
b. Penggunaan tenaga dari luar (outsorcing) akan cukup membantu dalam
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Peran AR tidak lagi sebagai pelaksana sensus
secara langsung, namun cukup sebagai pendamping. Dengan demikian, tugas
utama AR untuk mengawasi Wajib Pajak tetap dapat berjalan dengan lancar.
Namun, hal itu perlu dipertimbangkan dengan alokasi dana yang tersedia,
mengingat penggunaan tenaga outsorcing mengharuskan pengeluaran kas untuk
membayar upah atau honor tenaga outsorcing tersebut;
c. Penyediaan sarana perekaman Formulir Isian Sensus (FIS) berupa unit komputer
yang bebas dari virus dan sesuai perkembangan zaman. Sampai saat ini, sebagian
unit komputer yang tersedia di KPP Pratama Yogyakarta, terutama di Seksi
Pengolahan Data dan Informasi merupakan inventaris hasil pengadaan barang
yang dilakukan sudah cukup lama. Hal tersebut dapat diketahui dari tampilan dan
spesifikasi komputer yang ketinggalan zaman. Selain itu, hampir seluruh
komputer tersebut bervirus sehingga ketika dipergunakan sering hang. Akibatnya,
proses perekaman Formulir Isian Sensus menjadi terhambat dan kinerja petugas
perekam tidak optimal;
d. Penyediaan aplikasi tindak lanjut hasil Sensus Pajak Nasional yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, seperti AR. Selama ini, data
hasil Sensus Pajak Nasional hanya sampai pada perekaman di komputer saja,
belum ada langkah lebih lanjut (back office) untuk pemanfaatan data tersebut.
Padahal, adanya database yang lengkap dan sistemastis sangat menunjang kinerja
65
AR dalam pengawasan Wajib Pajak serta menjaring Wajib Pajak baru yang
potensial;
e. Mengadakan program outbond atau pelatihan teamwork bagi seluruh anggota
Sekretariat Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama Yogyakarta. Dengan adanya
program outbond atau pelatihan teamwork tersebut, tiap-tiap anggota Sekretariat
Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama Yogyakarta dapat terjaga semangatnya
dan merasa memiliki andil dalam kepanitiaan tersebut sehingga tidak ada lagi
yang bekerja secara individual. Kerjasama antar anggota pun dapat terjalin lebih
erat.
2. Untuk pihak eksternal KPP Pratama Yogyakarta
a. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya;
b. Memperbaiki citra Direktorat Jenderal Pajak di mata masyarakat melalui berbagai
cara;
c. Memandang penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi sama pentingnya dengan
penerimaan pajak yang lain. Sekecil apapun jumlahnya, penerimaan pajak dari
Wajib Pajak orang pribadi tetap berkontribusi pada total penerimaan di KPP
Pratama Yogyakarta.
66
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. 2008. Himpunan Peraturan Mahasiswa
dan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Tangerang: badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Buku Panduan Sensus Pajak Nasional. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak.
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus Buku 1 Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
2. Dokumen
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009.
------------. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
------------. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus
Pajak Nasional.
------------. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.03/2011 tentang
Pembentukan Tim Sensus Pajak Nasional.
------------. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-09/PJ/2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2011 tentang
Pedoman Teknis Sensus Pajak Nasional.
------------. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ/UP.90/2011
tentang Penegasan Rekrutmen Pelaksana Sensus Pajak Nasional (SPN) Non-
Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS).
------------. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-75/PJ/2011 tentang
Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang
Sensus Pajak Nasional dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
30/PJ/2011 tentang Pedoman Teknis Sensus Pajak Nasional.
67
------------. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-76/PJ/2011 tentang
Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.
Direktorat Jenderal Pajak. Law Enforcement Terhadap Wajib Pajak Baru 2%.
http://www.pajak.go.id/content/news/law-enforcement-terhadap-wajib-pajak-
baru-2 (diakses 28 Mei 2012)
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php (diakses 17 Juli 2012)
LAMPIRAN I
DAFTAR ACCOUNT REPRESENTATIVE BESERTA WILAYAH KERJANYA (SETELAH MUTASI BULAN JUNI 2012)
NO NAMA AR NIP SEKSI WILAYAH KERJA
1 MASNA CHURIA 197405061994022001 060083849 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Purwokinanti, Gunungketur
2 RINO YESSY YANIARDI 197401221995112002 060087593 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Muja-Muju
3 ALFIN SUBARKAH 197105131992031001 060081296 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Ngupasan
4 BAROKAH SEMEDI AMD 197505261995111001 060087586 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Pandeyan, Giwangan
5 ASMAH NURHAYATI 060082575 060082575 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Sorosutan
6 DEWI SUSILAWATI 197312061994022001 060083777 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Tahunan
7 MINACHURROZAQ 197203221992011001 060080546 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Semaki, Warungboto
8 HERU PURNOMO 197809192000121001 060100215 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Prawirodirjan
9 YUANITA KUSUMASTUTI 197506131996022001 060089330 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Suryatmajan
10 LATIF PRASAJA 197903062000121001 060099728 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Terban
11 WALUYONO 197204031994021001 060083762 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Klitren
12 WIHARDIANI 197205221992012001 060080232 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Tegalpanggung, Pringgokusuman
13 DEWI APRI MEISARI 197504301996022001 060088508 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Demangan
14 THERESIA SETYAWATI 197605041996022002 060089318 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Bausasran
15 TIMBUL WAHYONO 197607121999031003 060096340 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Kotabaru
16 BUDI RIYANTO 198006222001121001 060101472 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Baciro
17 MOCH AGUNG GUNARSO 197109141992011002 060080327 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Tegalrejo, Bener
18 ENDANG SUTIYANI 060054619 060053619 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Wirobrajan, Patangpuluhan
19 DESI WIDIASTUTI 197512131996022001 060088555 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Cokrodiningratan
20 WIWIN NURBIYATI 197401271995112001 060087588 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Bumijo
21 AKHMAD SURYOPRANANTO 197510201995111001 060087623 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Kricak, Pakuncen
22 IRSYAD SANTOSO 197502271995111001 060087773 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Gowongan, Sosromenduran
23 SETIAWATI 197405281995112001 060087814 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Karangwaru
24 EKO JATMIKO 197607311996031001 060090468 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Notoprajan, Ngampilan
25 SUKARDI 196403171984031001 131400203 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Prenggan, Brontokusuman
26 AGUS PRASOJO 197308161994021002 060083528 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Panembahan, Mantrijeron
27 SIGIT SISWANDOYO 197605061996031001 060090453 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Wirogunan, Purbayan
28 RINA KADARYANI 197701161999032001 060095406 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Rejowinangun, Patehan
29 ANA ANDAYANI 197601211996032001 060090521 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Gedongkiwo
30 KHURIAH NUR AZIZAH 197406061996022001 060088571 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Keparakan, Kadipaten
31 ARIEF SETIAWAN 198302232004121002 060108148 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Suryodiningratan
LAMPIRAN II
TIM DAN JADWAL PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL TAHAP I KPP PRATAMA YOGYAKARTA
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V
3 - 8 Okt 10 - 15 Okt 17 - 22 Okt 24 - 29 Okt 31 - 5 Nop 7 - 12 Nop 14 -19 Nop 21 - 26 Nop 28 - 30 Nop
1 Kel. Suryatmajan 001 341 1 Apriasi Adi Nugraheni Anna Maolina
002 329 2 Yuniari Edi Sutiar Arif Riyadi
003 311 3 Sigit Siswandoyo Edy Supa'at
981
2 Kel. Ngupasan 001 254 4 Nur Cholis Rochman Okie Indra Wijaya
002 226 5 Theresia Setyawati Wiyono
003 354 6 Rino Siwi Raharjo Andhi Goenawan H.
006 51
007 87
008 30
1.002
3 Kel. Sosromenduran 003 211 8 Sukardi Indrapriyanti
004 155 9 Wisnu Laksana Dian Aprilianti
005 258 10 Tri Haryanti Sulistyo Astono
006 230 11 Dewi Apri Meisari Ekhsan Sugiarta
007 431 12 Edy Triyanto Iwang Kurniawan
008 373 13 Barokah Semedi Hanief Rouhan Mashadi
1.658
4 Kel. Gowongan 002 291 14 Dewi Nurlia H. Astari Dhini K.
003 176
007 152
008 244 16 Intan Ikasari Arief Pandu Atmojo Aji
863
5 Kel. Bumijo 001 286 17 Wiwin Nurbiyati Nur Adi Wibowo
002 432 18 Latif Prasaja Alex Taufiq
003 203 19 Fakhrudin Triwibowo Elfrida Norita Siregar
921
6 Kel. Cokrodiningratan 009 195 20 Suparyanto Nana Indriyati
5.620
Keterangan:
Kepala Kantor,
: Dilakukan sensus di lokasi
Arridel Mindra
NIP 197008241991031005
TIM DAN JADWAL PELAKSANAAN SENSUS
KPP PRATAMA YOGYAKARTA
2011
NO KELURAHAN BLOK OP PBB TIM KETUATIM UPS PETUGAS SENSUS
JADWAL PELAKSANAAN SPN
7 Eko Jatmiko Aziz Imam Machmudi
JUMLAH TOTAL OP PBB
15 Munawar Almansur Evan Rizaldhi
LAMPIRAN III
FORMULIR ISIAN SENSUS (FIS) ORANG PRIBADI SENSUS PAJAK NASIONAL TAHAP I
LAMPIRAN IV
SURAT PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA SPN KPP PRATAMA YOGYAKARTA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA
Jalan Panembahan Senopat i No. 20 Telepon : 0274-373403
Yogyakart a 55121 Faximile : 0274-380417
Homepage DJP : www.pajak.go.id
Nomor : S- /WPJ.23/KP.02/ 2011 22 September 2011
Perihal : Permintaan Sarana dan Prasarana
Sensus Pajak Nasional
Yth. Kepala Sub Tim Sarana dan Prasarana
Sensus Pajak Nasional
KPP Pratama Yogyakarta
Sehubungan dengan pelaksanaan program Sensus Pajak Nasional (SPN), dibutuhkan sarana dan prasarana
untuk mendukung suksesnya program tersebut. Berikut daftar sarana dan prasarana yang dibutuhkan:
No Jenis Perlengkapan Jumlah
1 Binder Clip Besar 10 kotak
2 Binder Clip Sedang 10 kotak
3 Binder Clip Kecil 10 kotak
4 Ordner Besar 1 lusin
5 Formulir Isian Sensus OP (hijau) cetak bolak balik 4500 lembar
6 Formulir Isian Sensus Badan (magenta) cetak bolak balik 1000 lembar
7 Formulir Pengamatan SPN 5500 lembar
8 Amplop Coklat 5000 set
9 Leaflet/Brosur SPN 5000 set
10 Leaflet Kewajiban Perpajakan 5000 set
11 Goodie Bag 5000 set
12 Surat Pernyataan Tidak Bersedia Mengisi/Menandatangani FIS 2000 lembar
13 Tanda Terima FIS 2000 lembar
14 Berita Acara Responden Tidak Dapat Ditemui di Lokasi Sensus 1500 lembar
15 Map Logo SPN 6000 lembar
16 Ballpoint 10 lusin
17 Pensil 5 lusin
18 Lem Kertas 15 buah
19 Kertas HVS F4 5 rim
20 Kertas HVS A4 5 rim
21 Tip Ex 5 lusin
22 Staples kecil dan isinya 15 buah
23 Tas/Backpack 25 buah
24 Tanda Pengenal Petugas (Name Tag)
Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ketua,
Farid Hidayat
NIP 197010081995031002
BERITA ACARA RESPONDEN
TIDAK DAPAT DITEMUI DI LOKASI SENSUS (FIS KATEGORI 3)
Pada hari ini .......................tanggal............bulan...........................tahun.................
Berdasarkan Surat Tugas Nomor.....................................tanggal.............................
Kami selaku Unit Pelaksana Sensus atas responden:
Nama : ...........................................................................
NPWP : ...........................................................................
NOP : ...........................................................................
Alamat : ...........................................................................
telah melakukan kunjungan:
Kunjungan Orang yang dapat ditemui
Ke
Hari Tanggal Waktu Nama Tanda Tangan
Dengan hasil akhir Formulir Isian Sensus tidak diisi.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya.
Unit Pelaksana Sensus
Supervisor Petugas
LAMPIRAN V
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA
Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121
Telepon
Faximile
Homepage DJP
:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id
LAPORAN HARIAN
Tanggal Pelaksanaan Sensus : ...........................................................................
Kode Cluster : ...........................................................................
Nama Cluster : ...........................................................................
Sektor : ...........................................................................
No Nomor DPS Tim Pelaksana Sensus Status Pelaksanaan*
1 2 3 4
Jumlah
LAMPIRAN VI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA
Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121
Telepon
Faximile
Homepage DJP
:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id
MONITORING SPN
PERIODE : .. s.d.
1C.1 KPP
No Nama Petugas Target
Kategori Wajib Pajak
1 2 3 4 Total
Total
LAMPIRAN VII
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA
Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121
Telepon
Faximile
Homepage DJP
:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id
FORMULIR PENGAMATAN SPN
Nomor Formulir :......................................
Cluster : ............................................................
Tanggal : ............................................................
Petugas Pengamat : ............................................................
Klasifikasi Status Tindak Lanjut : ............................................................
I. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan
Jenis Kegiatan
Dilaksanakan
Keterangan
Ya Tidak
a. Penjelasan Maksud dan Tujuan SPN
b. Wawancara Responden dan Pengisian FIS oleh Petugas
c. Penandatanganan FIS oleh Responden
d. Penempelan Stiker
II. Sasaran Pengamatan
a. Kondisi Usaha/Kantor/Tempat Tinggal
b. Harta Tidak Bergerak
LAMPIRAN VIII
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA
Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121
Telepon
Faximile
Homepage DJP
:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id
c. Harta Bergerak
d. Lainnya
III. Hambatan/masalah yang ditemui
IV. Kesimpulan Hasil Pengamatan
SURAT PERNYATAAN TIDAK BERSEDIA MENGISI/MENANDATANGANI
FORMULIR ISIAN SENSUS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Responden :
NOP :
NPWP :
Alamat :
setelah menerima penjelasan dari Petugas Sensus, dengan ini saya menyatakan dengan
sungguh-sungguh bahwa saya tidak bersedia mengisi dan/atau menandatangani Formulir
Isian Sensus Pajak Nasional. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya
tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
.,..... 2011
Mengetahui, Responden yang bersangkutan,
Petugas Sensus Pajak Nasional
NIP
LAMPIRAN IX
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA
Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121
Telepon
Faximile
Homepage DJP
:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id
BERITA ACARA RESPONDEN MENOLAK MENGISI DAN MENANDATANGANI
SURAT PERNYATAAN
Pada hari ini.....................tanggal..............bulan....................tahun...................berdasarkan
Surat Tugas Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Nomor......................tanggal...................
maka kami yang tersebut di bawah ini selaku Sub Tim Penyisiran Sensus Pajak Nasional
terhadap responden (Wajib Pajak):
Nama : ........................................................................
NPWP : ........................................................................
NOP : ........................................................................
Alamat : ........................................................................
sehubungan responden (Wajib Pajak) menolak untuk diwawancara dan mengisi serta
menandatangani Surat Pernyataan, maka Sub Tim Penyisiran membuat Berita Acara
Menolak untuk Mengisi dan Menandatangani Surat Pernyataan dengan disaksikan oleh
saksi dari pihak lain.
Berdasarkan Berita Acara ini maka akan ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya.
Saksi Ketua UPS
. .
NIP
LAMPIRAN X
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA
Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121
Telepon
Faximile
Homepage DJP
:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id
LAMPIRAN XI
LAPORAN PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL KPP PRATAMA YOGYAKARTA (REALISASI FIS)
Badan OP Badan OP Badan OP Badan OP
1 Suryatmajan 001 209 1 Apriasi Adi Nugraheni Anna Maolina 20 198 - 4 - 2 1 2 224 227 108,61%
002 275 2 Yuniari Edi Sutiar Arif Riyadi 8 381 - - - - - - 389 389 141,45%
003 261 3 Sigit Siswandoyo Edy Supa'at 3 213 - - - - - - 216 216 82,76%
2 Ngupasan 001 228 4 Nur Cholis Rochman Okie Indra Wijaya 13 185 - 2 - 5 - 57 205 262 114,91%
002 114 5 Theresia Setyawati Wiyono 4 90 - - - 4 - 9 98 107 93,86%
003 315 6 Rino Siwi Raharjo Andhi Goenawan H. 10 192 - - - - - - 202 202 64,13%
006, 007, 008 60 7 Eko Jatmiko Aziz Imam Machmudi 11 71 - - - 8 - 1 90 91 151,67%
3 Sosromenduran 003 191 8 Sukardi Indrapriyanti 8 157 - - - 3 - - 168 168 87,96%
004 149 9 Wisnu Laksana Dian Aprilianti 8 121 - - 1 7 - - 137 137 91,95%
005 222 10 Tri Haryanti Sulistyo Astono 4 210 - - - - - 12 214 226 101,80%
006 144 11 Dewi Apri Meisari Ekhsan Sugiarta 21 136 - - - - - 10 157 167 115,97%
007 390 12 Edy Triyanto Iwang Kurniawan 9 337 - 4 - - 3 51 350 404 103,59%
008 353 13 Barokah Semedi Hanief Rouhan Mashadi 7 309 - - - - 3 36 316 355 100,57%
4 Gowongan 002 257 14 Dewi Nurlia H. Astari Dhini K. 5 325 - - - - - - 330 330 128,40%
003,007 256 15 Munawar Almansur Evan Rizaldhi 16 322 - 1 - 4 - 30 343 373 145,70%
008 222 16 Intan Ikasari Arief Pandu Atmojo Aji 13 266 - - - - - - 279 279 125,68%
5 Bumijo 001 377 17 Wiwin Nurbiyati Nur Adi Wibowo 8 335 - - - - 2 50 343 395 104,77%
002 252 18 Latif Prasaja Alex Taufiq 10 246 - - - - 4 49 256 309 122,62%
003 183 19 Fakhrudin Triwibowo Elfrida Norita Siregar 5 171 - - - 1 14 4 177 195 106,56%
6 Cokrodiningratan 009 189 20 Suparyanto Nana Indriyati 5 185 - - - - - 38 190 228 120,63%
4.647 188 4.450 - 11 1 34 27 349 4.684 5.060 108,89%
TAMBAHAN FIS
Badan OP Badan OP Badan OP Badan OP
1 Malioboro Mall 56 10 - - - 57 - - 123 123
2 Ramai Mall 5 68 - - - - - - 73 73
3 Toko Progo 4 14 - - - 25 - - 43 43
4 Pasar Beringharjo - 548 - 30 - - - - 578 578
65 640 - 30 - 82 - - 817 817
TARGET 5.500 5.501 5.877 100,02%
REALISASI FIS
JUMLAH
RESPONDEN
PERSENTASE No Nama
Jumlah
REALISASI PELAKSANAAN
REALISASI FIS
Jumlah
KATEGORI (1) KATEGORI (2) KATEGORI (3) KATEGORI (4)
LAPORAN PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL
KPP PRATAMA YOGYAKARTA
3 OKTOBER 2011 s.d 31 NOVEMBER 2011
NO KELURAHAN BLOK TARGET TIM KETUA TIM PETUGAS SENSUS
JUMLAH
RESPONDEN
PRESENTASE
KATEGORI (1) KATEGORI (2) KATEGORI (3) KATEGORI (4)
LAMPIRAN XII
WAWANCARA
A. Wawancara I
Narasumber : Wiwin Nurbiyati
Jabatan : Account Representative Seksi Waskon III
Waktu wawancara : Rabu, 4 Juli 2012 pukul 16.00 WIB
1. Apakah Ibu turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang dilaksanakan
pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, sebagai AR yang membawahi wilayah Bumijo saya turut terjun ke lapangan
sebagai Ketua Tim UPS untuk wilayah tersebut, yaitu Tim 17.
2. Apakah Sensus Pajak Nasional Tahap I berjalan sesuai dengan rencana?
J awab:
Untuk KPP Pratama Yogyakarta, SPN Tahap I sudah berjalan sesuai dengan
rencana dan dapat dilaksanakan tepat waktu.
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap SPN?
J awab:
Secara umum, masyarakat Yogyakarta cukup terbuka terhadap SPN. Dalam
artian, mayoritas responden SPN memberikan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam pengisian FIS, walaupun ada juga yang menolak untuk
memberikan. Biasanya, hal itu disebabkan dengan alasan yang bersangkutan
bukan orang atau pemilik usaha yang didatangi oleh Tim UPS. Jika yang ditemui
hanya pegawai, mereka diminta memberitahukan kepada pemilik usaha bahwa
beberapa hari setelahnya Tim UPS akan mendatangi tempat tersebut kembali.
Kepatuhan masyarakat terhadap pajak juga cukup baik sehingga pada akhirnya
sebagian besar target responden berhasil disensus.
4. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Idealnya seperti itu, namun menurut saya, SPN belum berkontribusi secara
maksimal terhadap peningkatan penerimaan PPh orang pribadi dan peningkatan
jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta. Pada
kenyataannya, SPN hanya sampai sebatas pada perekaman FIS, belum ada
aplikasi tindak lanjutnya, jadi sampai saat ini belum ada kontribusinya secara
langsung.
5. Apakah sosialisasi tentang SPN yang dilakukan oleh Kantor Pusat DJP maupun
yang dilakukan oleh KPP Pratama Yogyakarta kepada masyarakat sudah cukup
baik?
J awab:
Ya, sosialisasi yang dilakukan sudah cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari
spanduk yang dipasang serta beragam souvenir SPN berupa pin, pena, stiker,
payung, dsb yang diberikan untuk menarik minat masyarakat dalam program
SPN.
6. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat ditemui di lokasi
sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk kategori 2,
responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia menjawab
dan menandatangani FIS, biasanya adalah pegawai yang beralasan tidak
mempunyai kewenangan untuk menjawab. Pada akhirnya, FIS kategori 2 ini
dapat berubah menjadi kategori 1 karena Tim UPS mendatangi responden
tersebut dan bertemu dengan pemilik usaha secara langsung. Untuk FIS kategori
3, yaitu responden tidak berada di tempat saat pencacahan, akan tetapi ada pihak
yang memiliki hubungan dengan responden, tidak ditemukan sama sekali. Untuk
FIS kategori 4, yaitu objek sensus tidak/belum berpenghuni, sangat sedikit
jumlahnya.
7. Apakah target pencapaian FIS terpenuhi?
J awab:
Ya, target 5.500 FIS terpenuhi, bahkan melebihi. Realisasi FIS SPN Tahap I
adalah 5.501 FIS yang diperoleh dari 5.877 responden.
8. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Namun, sampai saat ini (Juli
2012) mapping terbaru setelah pelaksanaan SPN Tahap I belum selesai dibuat
mengingat sebagian besar AR masih disibukkan dengan SPN Tahap II dan
kegiatan kantor lainnya.
9. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan SPN?
J awab:
Kendala yang dihadapi hampir tidak ada karena Tim UPS sudah melaksanakan
kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti pihak kelurahan sebagai
pendamping. Sebelum sensus dimulai, para warga sudah diberitahu pihak
kelurahan bahwa akan dilaksanakan sensus di wilayah tersebut sehingga sensus
dapat berjalan dengan lancar.
10. Saat ini (Juli 2012) sedang dilaksanakan SPN Tahap II. Dari SPN Tahap I yang
telah dilakukan, adakah perubahan atau peningkatan yang terjadi?
J awab:
Secara umum tidak banyak yang berubah. Perubahan yang ada, jika dulu target
FIS hanya 5.500, sekarang meningkat menjadi 15.000 FIS. Sebenarnya hal itu
sebanding dengan jangka waktu yang diberikan. Jika dulu hanya dilaksanakan
dalam waktu 2 (dua) bulan, sekarang dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan.
Untuk teknis dan prosedur SPN Tahap II tidak ada yang berubah dari SPN Tahap
I.
B. Wawancara II
Narasumber : Bapak Sukardi
Jabatan : Account Representative Seksi Waskon IV
Waktu wawancara : Rabu, 4 Juli 2012 pukul 16.30 WIB
1. Apakah Bapak turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang
dilaksanakan pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya turut terjun ke lapangan sebagai Ketua Tim UPS untuk Blok 003
Kelurahan Sosromenduran, yaitu Tim 8.
2. Apakah Sensus Pajak Nasional Tahap I berjalan sesuai dengan rencana?
J awab:
Untuk KPP Pratama Yogyakarta, SPN Tahap I sudah berjalan sesuai dengan
rencana dan dapat dilaksanakan tepat waktu.
3. Bagaimana respon masyarakat terhadap SPN?
J awab:
Cukup bagus, walaupun banyak juga masyarakat yang masih memandang negatif
pegawai pajak mengingat banyaknya kasus-kasus korupsi dan penyuapan yang
dilakukan oleh beberapa oknum pegawai pajak, seperti Gayus Tambunan. Saya
sendiri sudah kebal terhadap hal- hal seperti itu, jadi saya jalankan saja tugas
sesuai perintah.
4. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Belum ada kontribusinya. Pada kenyataannya, SPN hanya sampai sebatas pada
perekaman FIS, belum ada aplikasi tindak lanjutnya.
5. Apakah sosialisasi tentang SPN yang dilakukan oleh Kantor Pusat DJP maupun
yang dilakukan oleh KPP Pratama Yogyakarta kepada masyarakat sudah cukup
baik?
J awab:
Ya, sosialisasi yang dilakukan sudah cukup baik.
6. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat ditemui di lokasi
sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk kategori 2,
responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia menjawab
dan menandatangani FIS, biasanya adalah pegawai yang beralasan tidak
mempunyai kewenangan untuk menjawab. Pada akhirnya, FIS kategori 2 ini
dapat berubah menjadi kategori 1 karena Tim UPS mendatangi responden
tersebut dan bertemu dengan pemilik usaha secara langsung. Untuk FIS kategori
3, yaitu responden tidak berada di tempat saat pencacahan, akan tetapi ada pihak
yang memiliki hubungan dengan responden, ditemukan tetapi hanya beberapa.
Untuk FIS kategori 4, yaitu objek sensus tidak/belum berpenghuni, tidak ada
sama sekali.
7. Apakah target pencapaian FIS terpenuhi?
J awab:
Ya, target 5.500 FIS terpenuhi, bahkan melebihi. Realisasi FIS SPN Tahap I
adalah 5.501 FIS yang diperoleh dari 5.877 responden.
8. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
9. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan SPN?
J awab:
Yang cukup signifikan mungkin hanya respon awal masyarakat yang masih
antipati terhadap pajak, apalagi saat ini banyak terkuak oknum-oknum pegawai
pajak yang nakal. Adanya kasus Gayus itu cukup signifikan efeknya terhadap
DJP. Diharapkan, adanya SPN bisa menjadi media sosialisasi bagi Wajib Pajak
dan pemulihan citra DJP di mata masyarakat.
10. Saat ini (Juli 2012) sedang dilaksanakan SPN Tahap II. Dari SPN Tahap I yang
telah dilakukan, adakah perubahan atau peningkatan yang terjadi?
J awab:
Perubahan yang ada, jika dulu target FIS hanya 5.500, sekarang meningkat
menjadi 15.000 FIS. Sebenarnya hal itu sebanding dengan jangka waktu yang
diberikan. Jika dulu hanya dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) bulan, sekarang
dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan. Untuk teknis dan prosedur SPN
Tahap II tidak ada yang berubah dari SPN Tahap I.
C. Wawancara III
Narasumber : Ibu Dewi Apri Meisari dan Ibu Theresia Setyawati
Jabatan : Account Representative Seksi Waskon II
Waktu wawancara : Kamis, 5 Juli 2012 pukul 16.00 WIB
1. Apakah Ibu turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang dilaksanakan
pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya (Ibu Dewi) sebagai Ketua Tim UPS untuk Blok 006 Kelurahan
Sosromenduran, yaitu Tim 11, sedangkan Ibu Wati sebagai Ketua Tim UPS
untuk Blok 002 Kelurahan Ngupasan.
2. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Belum ada kontribusinya. Pada kenyataannya, SPN hanya sampai sebatas pada
perekaman FIS, belum ada aplikasi tindak lanjutnya.
3. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat ditemui di lokasi
sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk kategori yang
lain (2, 3, dan 4) ada, tapi hanya sedikit.
4. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
D. Wawancara IV
Narasumber : Bapak Farid Hidayat
Jabatan : Kepala Seksi Waskon IV
Waktu wawancara : Jumat, 6 Juli 2012 pukul 10.00 WIB
1. Apakah Bapak turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang
dilaksanakan pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya sebagai Ketua Sekretariat SPN Tahap I di KPP Pratama Yogykarta
2. Apakah Sensus Pajak Nasional Tahap I berjalan sesuai dengan rencana?
J awab:
Untuk KPP Pratama Yogyakarta, SPN Tahap I sudah berjalan sesuai dengan
rencana dan dapat dilaksanakan tepat waktu.
3. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Sesuai rencana awal, SPN Tahap I cukup membantu pencapaian target
penerimaan KPP Pratama Yogyakarta pada tahun 2011, walaupun belum terlalu
signifikan. Namun, tren peningkatan sudah terlihat. Begitu pula dengan
peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar, cukup signifikan pada
bulan-bulan pelaksanaan SPN.
4. Apakah sosialisasi tentang SPN yang dilakukan oleh Kantor Pusat DJP maupun
yang dilakukan oleh KPP Pratama Yogyakarta kepada masyarakat sudah cukup
baik?
J awab:
Ya, sosialisasi yang dilakukan sudah cukup baik.
5. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Alhamdulilah yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat
ditemui di lokasi sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk
kategori (responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia
menjawab dan menandatangani FIS), kategori 3 (responden tidak berada di
tempat saat pencacahan, akan tetapi ada pihak yang memiliki hubungan dengan
responden), dan kategori 4 (objek sensus tidak/belum berpenghuni), ada tapi
hanya sedikit.
6. Apakah target pencapaian FIS terpenuhi?
J awab:
Ya, target 5.500 FIS terpenuhi, bahkan melebihi. Realisasi FIS SPN Tahap I
adalah 5.501 FIS yang diperoleh dari 5.877 responden. Malah, sebenarnya kalau
diteruskan justru lebih baik.
7. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
8. Kapan pembuatan mapping dilaksanakan? Apakah ada ketentuan dalam jangka
waktu tertentu, Account Representative harus melakukan updating terhadap
mapping?
J awab:
Tidak ada ketentuan yang mengatur hal tersebut, namun sebaiknya mapping
dibuat minimal setahun sekali. Untuk tahun 2011 sudah dibuat pada pertengahan
tahun, sedangkan untuk tahun 2012 belum selesai dibuat dikarenakan data-data
yang terkumpul perlu disinkronkan lagi.
9. Untuk pelaksanaan SPN, apakah KPP Pratama Yogyakarta bekerja sama dengan
BPS (Badan Pusat Statistik) dalam pengumpulan basis data responden serta
tenaga outsorcing sebagai petugas pelaksana sensus?
J awab:
Tidak, KPP Pratama Yogyakarta bekerja secara mandiri, baik dalam
pengumpulan basis data responden sensus maupun sebagai petugas pelaksana
sensus. Pegawai yang ada dianggap sudah cukup sehingga tidak menggunakan
tenaga tambahan dari instansi lain.
10. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan SPN?
J awab:
Secara umum tidak ada hambatan berarti dalam pelaksanaan SPN Tahap I.
Mungkin karena program tersebut masih baru, diperlukan persiapan panjang
sebelum pelaksanaan di lapangan. Namun itu wajar.
11. Saat ini (Juli 2012) sedang dilaksanakan SPN Tahap II. Dari SPN Tahap I yang
telah dilakukan, adakah perubahan atau peningkatan yang terjadi?
J awab:
Perubahan yang ada, jika dulu target FIS hanya 5.500, sekarang meningkat
menjadi 15.000 FIS. Sebenarnya hal itu sebanding dengan jangka waktu yang
diberikan. Jika dulu hanya dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) bulan, sekarang
dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan. Untuk teknis dan prosedur SPN
Tahap II tidak ada yang berubah dari SPN Tahap I.
E. Wawancara V
Narasumber : Iwang Kurniawan
Jabatan : Operator Console
Waktu wawancara : Jumat, 6 Juli 2012 pukul 16.00 WIB
1. Apakah Bapak turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang
dilaksanakan pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya turut terjun ke lapangan sebagai Anggota Tim UPS untuk Blok 007
Kelurahan Sosromenduran, yaitu Tim 12.
2. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Menurut saya sampai sejauh ini belum ada kontribusinya secara langsung.
3. Setelah FIS terkumpul, dilaksanakan perekaman data. Apakah ada kendala dalam
proses tersebut?
J awab:
Kendala yang ada hanya keterbatasan komputer sebagai sarana perekaman FIS
saja. Sebagian komputer yang ada di KPP Pratama Yogyakarta, terutama di Seksi
PDI sudah cukup lama digunakan sehingga saat ini kinerjanya tidak maksimal.
4. Bagaimana pemanfaatan data hasil SPN Tahap I? Siapa saja yang boleh
mengakses data tersebut?
J awab:
Sampai saat ini (Juli 2012), aplikasi pemanfaatan data hasil sensus tersebut
belum ada. Seharusnya, jika melihat grand design SPN, aplikasi tersebut
digunakan dalam tahap akhir SPN. Namun, karena Kantor Pusat DJP belum
memberikan aplikasi tersebut, pelaksanaan SPN hanya sampai sebatas
perekaman FIS saja. Padahal, data yang terkumpul dalam database tersebut
sangat potensial untuk meningkatkan penerimaan pajak dan menjaring Wajib
Pajak baru. Yang boleh mengakses adalah pihak-pihak terkait dalam internal
KPP Pratama Yogyakarta, seperti Account Representative dan kepala seksi,
terutama Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, Kepala Seksi Pengolahan Data
dan Informasi, serta Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
NAMA : AHMAD SYAFARUDDIN
KHOIRUR RIZQI
NPM : 093020007237
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
TEMPAT TANGGAL LAHIR : YOGYAKARTA, 24 AGUSTUS 1991
AGAMA : ISLAM
ALAMAT RUMAH : JALAN IMOGIRI BARAT KM 8, SUDIMORO
RT 01 TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL,
DIY 55186
ALAMAT E-MAIL : alv_syafarrizqi248@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD NEGERI PUJOKUSUMAN II YOGYAKARTA
Lulus berijazah tahun 2003
2. SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA
Lulus berijazah tahun 2006
3. SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA
Lulus berijazah tahun 2009
4. PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA
5. PRODIP III KEUANGAN SPESIALISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
Tahun 2009 s.d. sekarang (2012)