Anda di halaman 1dari 104

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
TANGERANG SELATAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

ANALISIS EFEKTIVITAS SENSUS PAJAK NASIONAL TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DAN
PENINGKATAN JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
YOGYAKARTA


Diajukan oleh:
Ahmad Syafaruddin Khoirur Rizqi
NPM 093020007237

Mahasiswa Program Diploma III Keuangan
Spesialisasi Pajak
Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat
Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan
pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
2012
2

3

iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang
berjudul Analisis Efektivitas Sensus Pajak Nasional Terhadap Penerimaan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan Peningkatan Jumlah Wajib Pajak Orang
Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Laporan Praktik Kerja Lapangan ini merupakan salah satu
syarat agar dinyatakan lulus pada Program Diploma III Keuangan Spesialisasi
Administrasi Perpajakan. Tentunya, dalam proses penulisan laporan ini penulis tidak
bekerja sendirian, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis, baik dalam hal teknis maupun nonteknis, yaitu:
1. Ibunda tercinta, Ibu Istriyanti yang senantiasa mendoakan, memotivasi, serta
melimpahkan kasih sayang dan cintanya kepada penulis;
2. Ayahanda, Bapak Kadarmaji yang selalu mendukung, mencurahkan perhatian
Beliau kepada penulis, dan memfasilitasi penulis dalam segala hal;
3. Adinda, Ayun Amalia Firdausy yang dengan segala tingkah lucunya mampu
menghibur penulis dalam suka maupun duka;
4. Segenap keluarga besar H.Sukriyanto yang telah menjadi tempat bernaung dan
tumbuh besar penulis dari lahir hingga sekarang;
5. Ukhti terkasih, yang menjadi penyemangat dan pemberi berjuta warna bagi
penulis;
v
6. Bapak Kusmanadji, Ak., MBA., selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi
Negara;
7. Bapak Kusmono, S.H., Sp.N., M.Hum., selaku Kepala Bidang Akademis
Pendidikan Pembantu Akuntan;
8. Bapak Endang Supriyatna, S.H., M.Hum., selaku dosen pembimbing dan dosen
penilai I yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan arahan kepada penulis
dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dan penyusunan Laporan Praktik
Kerja Lapangan;
9. Bapak Arif Mulyono, S.S.T., selaku dosen penilai II yang telah meluangkan waktu
Beliau dalam penilaian Laporan Praktik Kerja Lapangan ini;
10. Seluruh widyaiswara dan dosen Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis;
11. Bapak Arridel Mindra, Sp.I, M.Si., selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Yogyakarta yang telah menyediakan waktu dan tempat bagi penulis
untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan;
12. Seluruh jajaran pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta yang telah
banyak membantu penulis dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan;
13. Rekan-rekan bimbingan PKL Pajak Penghasilan orang pribadi di bawah asuhan
Bapak Endang Supriyatna, S.H., M.Hum. (Farabi, Hafiz, Irfan, Panggah, Panji);
14. Rekan-rekan seperjuangan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta yang
telah menunjukkan kerja sama yang hebat selama pelaksanaan Praktik Kerja
Lapangan (Ade, Alif, Arsyan, Diatio, Fajar, Indra, Panji);
vi
15. Teman-teman sekelas di 1B, 2I, dan 3E Pajak pada khususnya dan teman-teman
Pajak 2009 pada umumnya yang telah berbagi kebersamaan selama menjalani
kegiatan perkuliahan di kampus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara;
16. Keluarga Departemen Pendidikan dan Keilmuan (P&K) Ikatan Mahasiswa Pajak
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang telah berbagi rasa suka dan duka selama
menjalankan amanah di kampus tercinta;
17. Keluarga Forum Tentor Pajak 2009 yang telah menjadi tempat belajar dan
bergembira bersama bagi penulis;
18. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
banyak kesalahan dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga
menjadi masukan positif bagi penulis dalam pembuatan karya tulis yang lebih baik.
Semoga Laporan Praktik kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca sekalian.

Tangerang Selatan, Juli 2012
Penulis,


Ahmad Syafaruddin Khoirur Rizqi
NPM 093020007237
vii
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini seluruhnya hasil kerja saya sendiri. Dalam hal
ini, kutipan yang saya ambil dari buku, majalah, peraturan-peraturan yang berlaku,
dan/atau sumber-sumber lainnya, telah saya sebutkan dalam daftar pustaka dan
catatan kaki.
Apabila dalam laporan ini ditemui bahwa sebagian atau seluruh isinya merupakan
jiplakan atau bersifat plagiat sesuai dengan Bab II A No.7 dan Bab II B No.3 dalam
Keputusan Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Nomor KEP-100/PP.7/2001
tentang Pedoman Penilaian Laporan Praktik Kerja Lapangan/Karya Tulis Tugas
Akhir, Penyelenggaraan Ujian Komprehensif, dan Pemberian Yudisium Pendidikan
Program Diploma Bidang Keuangan di Lingkungan Departemen Keuangan
dinyatakan tidak lulus/kelulusan dibatalkan dan dikeluarkan dari Program Diploma III
Keuangan Spesialisasi Pajak.

Tangerang Selatan, Juli 2012
Yang Membuat Pernyataan,



Ahmad Syafaruddin Khoirur Rizqi
NPM 093020007237
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PKL .......................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DARI TIM PENILAI .................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN ............................................................................................ vii
DAFTAR ISI............................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................................... 3
C. Pembatasan Masalah ................................................................................................ 4
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................... 4
E. Sistematika Penulisan .............................................................................................. 6
BAB II GAMBARAN UMUM, DATA, DAN FAKTA ............................................... 8
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta............................ 8
1. Sejarah dan gambaran umum ............................................................................ 8
ix
2. Visi dan misi .................................................................................................... 10
3. Tugas dan fungsi .............................................................................................. 10
4. Wilayah kerja ................................................................................................... 11
5. Struktur organisasi ........................................................................................... 14
6. Sumber daya manusia ...................................................................................... 17
7. Potensi perpajakan ........................................................................................... 21
B. Data dan Fakta ....................................................................................................... 21
1. Jumlah penduduk dan kepala keluarga di wilayah kerja KPP Pratama
Yogyakarta ....................................................................................................... 21
2. Jumlah Wajib Pajak orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta..................... 22
3. Wajib Pajak orang pribadi yang telah dibuatkan pemetaan (mapping) dan
profiling di KPP Pratama Yogyakarta ............................................................. 23
4. Rencana dan realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Yogyakarta ........... 23
5. Rencana dan realisasi penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di
KPP Pratama Yogyakarta................................................................................. 23
BAB III LANDASAN TEORI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ......................... 24
A. Landasan Teori....................................................................................................... 24
1. Dasar hukum .................................................................................................... 24
2. Definisi pajak dan fungsi pajak........................................................................ 25
x
3. Definisi Pajak Penghasilan............................................................................... 26
4. Definisi Pajak Penghasilan orang pribadi ........................................................ 27
5. Definisi Sensus Pajak Nasional ....................................................................... 29
a. Tujuan Sensus Pajak Nasional ................................................................... 30
b. Sasaran Sensus Pajak Nasional .................................................................. 30
c. Produk Sensus Pajak Nasional ................................................................... 30
d. Tahapan pelaksanaan Sensus Pajak Nasional ............................................ 31
e. Prioritas lokasi dan obyek Sensus Pajak Nasional..................................... 33
f. Target Formulir Isian Sensus (FIS)............................................................ 34
g. Jadwal Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional .............................................. 34
h. Tim Pelaksana Sensus Pajak Nasional....................................................... 35
i. Rencana Anggaran Sensus Pajak Nasional ................................................ 35
4. Definisi Pajak Penghasilan orang pribadi ........................................................ 27
5. Definisi Sensus Pajak Nasional ....................................................................... 29
B. Analisis dan Pembahasan....................................................................................... 36
1. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap realisasi penerimaan pajak
di KPP Pratama Yogyakarta ............................................................................ 36
2. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta.................................. 40
xi
3. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta..................... 44
4. Analisis hubungan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta .... 46
5. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap jumlah Wajib Pajak orang
pribadi yang telah dibuatkan pemetaan (mapping) di KPP Pratama
Yogyakarta ....................................................................................................... 52
C. Masalah yang Dihadapi.......................................................................................... 53
D. Alternatif Pemecahan Masalah .............................................................................. 57
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 61
A. Simpulan ................................................................................................................ 61
B. Saran....................................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 66
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP






xii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Yogyakarta ............................................13
Tabel II.2 Batas Administratif Kota Yogyakarta.................................................. 13
Tabel II.3 Sebaran Pegawai Berdasarkan Seksi.................................................... 18
Tabel II.4 Sebaran Pegawai Berdasarkan Golongan ............................................ 19
Tabel II.5 Sebaran Pegawai Berdasarkan Jabatan ................................................ 19
Tabel II.6 Sebaran Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan............................. 20
Tabel II.7 Sebaran Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................... 20
Tabel II.8 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar di KPP Pratama
Yogyakarta ........................................................................................... 22
Tabel II.9 Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi per masa tahun 2011 di KPP
Pratama Yogyakarta ............................................................................. 22
Tabel II.10 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama
Yogyakarta ...........................................................................................23
Tabel II.11 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
di KPP Pratama Yogyakarta ................................................................ 23
Tabel III.1 Jadwal Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I ........................... 34
Tabel III.2 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama
Yogyakarta ........................................................................................... 37
xiii
Tabel III.3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
di KPP Pratama Yogyakarta ................................................................ 41
Tabel III.4 Penerimaan PPh 25/29 Orang Pribadi Per Bulan Selama Tahun 2011
di KPP Pratama Yogyakarta ................................................................ 43
Tabel III.5 Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi terdaftar di KPP Pratama
Yogyakarta ........................................................................................... 44
Tabel III.6 Penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi per masa tahun 2011 di KPP
Pratama Yogyakarta ............................................................................. 45
Tabel III.7 Persentase Peningkatan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Persentase
Penerimaan PPh 25/29 Orang Pribadi Per Bulan Selama Tahun 2011
di KPP Pratama Yogyakarta ................................................................ 47
Tabel III.8 Penghitungan Koefisien Korelasi (r).................................................... 50








xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Yogyakarta ............................................12
Gambar II.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Yogyakarta .................................... 14
Gambar III.1 Alur Kegiatan Sensus Pajak Nasional Tahap I .................................... 31
Gambar III.2 Rangkaian Kegiatan Sensus Unit Pelaksana Sensus (UPS)
Sensus Pajak Nasional Tahap I ............................................................ 32
Gambar III.3 Grand Design Sensus Pajak Nasional Tahap I KPP Pratama
Yogyakarta ........................................................................................... 33
Gambar III.4 Peningkatan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar Selama
Tahun 2011 .......................................................................................... 46











xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I Daftar Account Representative Beserta Wilayah Kerjanya
LAMPIRAN II Tim dan Jadwal Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I KPP
Pratama Yogyakarta
LAMPIRAN III Formulir Isian Sensus (FIS) orang pribadi Sensus Pajak Nasional
Tahap I
LAMPIRAN IV Surat Permintaan Sarana dan Prasarana Sensus Pajak Nasional
KPP Pratama Yogyakarta
LAMPIRAN V Berita Acara Responden Tidak Dapat Ditemui di Lokasi Sensus
(FIS Kategori 3)
LAMPIRAN VI Laporan Harian Sensus Pajak Nasional KPP Pratama Yogyakarta
LAMPIRAN VII Monitoring Sensus Pajak Nasional KPP Pratama Yogyakarta
LAMPIRAN VIII Formulir Pengamatan Sensus Pajak Nasional KPP Pratama
Yogyakarta
LAMPIRAN IX Surat Pernyataan Tidak Bersedia Mengisi/Menandatangani FIS
LAMPIRAN X Berita Acara Responden Menolak Mengisi dan Menandatangani
Surat Pernyataan
LAMPIRAN XI Laporan Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional KPP Pratama
Yogyakarta (Realisasi FIS)
LAMPIRAN XII Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya penggalian potensi pajak di Kantor Pelayanan Pajak dilaksanakan dengan
cara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Intensifikasi merupakan upaya peningkatan
penerimaan pajak dari Wajib Pajak yang sudah terdaftar (mempunyai NPWP),
sedangkan ekstensifikasi merupakan upaya peningkatan penerimaan pajak melalui
pendaftaran Wajib Pajak baru. Intensifikasi dilaksanakan terutama oleh Account
Representative pada seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon), sedangkan
ekstensifikasi dilaksanakan oleh seksi Ekstensifikasi.
Salah satu upaya yang mampu menggabungkan unsur intensifikasi dan
ekstensifikasi adalah Sensus Pajak Nasional (SPN). SPN diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus Pajak Nasional.
Berdasarkan PMK tersebut, definisi SPN adalah salah satu program penggalian
potensi perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak, pencapaian target
penerimaan perpajakan dan pengamanan penerimaan negara.
SPN bersifat komprehensif, meliputi seluruh aspek perpajakan dengan penekanan
pada aspek sosialisasi, edukasi, dan pelayanan untuk meningkatkan
2

kesadaran pemenuhan kewajiban Wajib Pajak.
SPN dapat dimanfaatkan untuk penggalian potensi perpajakan secara keseluruhan,
antara lain meliputi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan (PPh), dan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN). SPN juga dapat dilaksanakan terhadap subjek pajak
orang pribadi maupun badan.
SPN merupakan langkah proaktif yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak
dengan cara mendatangi lokasi subjek meliputi domisili, tempat tinggal, tempat usaha,
atau tempat kedudukan dari subjek pajak. Pemilihan lokasi sensus harus
menggunakan peta blok dan mapping wilayah dengan urutan skala prioritas utama
adalah sentra ekonomi atau kawasan bisnis, yang kedua adalah high rise building, dan
yang terakhir adalah kawasan pemukiman.
Pelaksanaan SPN terdiri dari 3 (tiga) kegiatan pokok, yaitu kegiatan persiapan,
kegiatan pelaksanaan, serta kegiatan monitoring dan evaluasi. Kegiatan persiapan
berisi pembentukan tim SPN, penyusunan rencana kerja yang disetujui oleh Kepala
Kanwil DJP, penyediaan data, serta koordinasi internal dan eksternal. Kegiatan
pelaksanaan berisi kegiatan pencacahan, pelaporan, dan asistensi. Kegiatan
monitoring berisi pengawasan dan perekaman data hasil sensus.
Terkait dengan latar belakang dilaksanakannya SPN, Hartoyo, Direktur
ekstensifikasi dan Penilaian DJP dalam Law Enforcement Terhadap Wajib Pajak
Baru 2%, http://www.pajak.go.id/content/news/law-enforcement-terhadap-wajib-
pajak-baru-2 (diakses 28 Mei 2012) menyatakan sebagai berikut:
Saat ini dari 230 juta penduduk Indonesia, terdapat 110 juta orang yang
merupakan pekerja aktif. Dari 110 juta orang tersebut, setengahnya adalah pekerja
yang telah memiliki pendapatan melebihi batas Penghasilan Tidak Kena Pajak
3

(PTKP). Maka seharusnya terdapat minimal 50 juta orang pribadi yang wajib
terdaftar sebagai Wajib Pajak pada database Master File Wajib Pajak Nasional
(MFN) DJP. Namun pada kenyataannya, saat ini jumlah Wajib Pajak orang
pribadi pada database MFN DJP baru sekitar 20 juta dan dari 20 juta tersebut baru
8,7 juta yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)
Pajak Penghasilan (PPh) tahun pajak 2011.
Pelaksanaan SPN dibagi ke dalam beberapa tahap. Jangka waktu SPN Tahap I
adalah bulan Oktober s.d. Desember 2011, selanjutnya diikuti dengan SPN Tahap II
yang diaksanakan pada bulan Mei s.d. Oktober 2012. Walaupun SPN memiliki tujuan
yang baik, masih perlu dikaji seberapa besar tingkat efektivitas SPN terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak
orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta. Untuk itu, penulis tertarik
untuk membahas hal tersebut dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul
Analisis Efektivitas Sensus Pajak Nasional Terhadap Penerimaan Pajak
Penghasilan orang pribadi dan Peningkatan Jumlah Wajib Pajak orang pribadi
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja
Lapangan ini adalah :
1. Mempelajari kembali mata kuliah Pajak Penghasilan dan Laboratorium Pajak
Penghasilan yang telah penulis dapatkan selama mengikuti kegiatan perkuliahan
di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara;
2. Mengamati praktik penggalian Penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi
terkait dengan dilaksanakannya Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama
Yogyakarta;
4

3. Mengamati implementasi isu- isu perpajakan terkini dalam kehidupan sehari- hari
beserta manfaat dan dampak yang ditimbulkannya;
4. Menguji keterkaitan antara pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dengan
penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta;
5. Menguji keterkaitan antara pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dengan
peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Yogyakarta;
6. Mengidentifikasi berbagai masalah atau hambatan yang dihadapi selama
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama Yogyakarta;
7. Menambah pengetahuan penulis, di samping teori yang telah didapatkan selama
mengikuti kegiatan perkuliahan sebagai bekal untuk terjun ke lapangan kerja.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat Sensus Pajak Nasional dilaksanakan dalam beberapa tahap,
pembahasan dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan ini difokuskan pada SPN Tahap I
yang dilaksanakan pada periode Oktober s.d. Desember 2011, sedangkan SPN Tahap
II yang dilaksanakan pada periode Mei s.d. Oktober 2012 tidak dibahas karena pada
saat Laporan Praktik Kerja Lapangan ini disusun pelaksanaannya belum selesai. Oleh
karena itu, data penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi dan peningkatan jumlah
Wajib Pajak orang pribadi yang digunakan dalam pembahasan berasal dari masa
pajak Oktober s.d. Desember 2011.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, penulis menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut:
5

1. Metode studi kepustakaan
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari
literatur yang terkait dengan pembahasan dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan,
antara lain buku-buku referensi perkuliahan, Undang-Undang Pajak, Peraturan
Menteri Keuangan, Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak, catatan-catatan selama perkuliahan, artikel yang dimuat pada media cetak dan
elektronik.
2. Metode penelitian lapangan
Penelitian lapangan yaitu dengan melakukan pengumpulan data dan informasi
secara langsung pada objek yang akan diteliti. Penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data dalam penelitian lapangan, yaitu:
a. Metode wawancara
Penulis melakukan pengumpulan data melalui tanya jawab secara langsung
dengan pihak atau pejabat yang terkait dengan topik yang akan dibahas, dalam hal ini
adalah petugas atau pejabat yang berwenang di KPP Pratama Yogyakarta.
b. Metode observasi
Penulis melakukan pengumpulan data melalui pengamatan langsung objek yang
akan dianalisis, dalam hal ini objek yang berada di KPP Pratama Yogyakarta.
3. Metode statistik
Penulis akan menerapkan metode statistik untuk menganalisis data, sehingga
dapat diambil sebuah kesimpulan yang ilmiah dari pengolahan data hasil observasi.
Metode statistik yang digunakan penulis adalah analisis korelasi, yaitu menggunakan
korelasi r dan koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar persentase (%)
6

peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terhadap persentase (%) penerimaan
Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta.
E. Sistematika Penulisan
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini terdiri atas empat bab dan masing- masing bab
terdiri dari beberapa sub-bab dengan susunan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang penulisan, tujuan penulisan,
pembatasan masalah, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan Laporan
Praktik Kerja Lapangan.
BAB II GAMBARAN UMUM, DATA, DAN FAKTA
Bab ini terdiri dari dua sub-bab, yaitu gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Yogyakarta serta data dan fakta. Gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Yogyakarta mencakup sejarah dan gambaran umum, visi dan misi, tugas dan
fungsi, wilayah kerja, struktur organisasi, sumber daya manusia, serta potensi
perpajakan di KPP Pratama Yogyakarta. Data dan fakta berisi jumlah penduduk dan
kepala keluarga di wilayah kerja KPP Pratama Yogyakarta, jumlah Wajib Pajak orang
pribadi, rencana dan realisasi penerimaan pajak secara umum, serta rencana dan
realisasi penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta.
BAB III LANDASAN TEORI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis menguraikan landasan teori yang digunakan untuk
menganalisis permasalahan yang penulis kaji serta analisis masalah dengan
menggunakan data dan fakta yang ada berdasarkan teori-teori yang penulis peroleh.
Data dan fakta diolah menggunakan metode statistik sehingga akan didapatkan suatu
7

hubungan antara Sensus Pajak Nasional dengan penerimaan Pajak Penghasilan orang
pribadi dan jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama
Yogyakarta. Selain itu, penulis juga akan membahas masalah yang dihadapi oleh KPP
Pratama Yogyakarta selama pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Data tersebut akan
diperoleh melalui observasi dan wawancara. Selanjutnya, penulis akan mencoba
memberikan alternatif solusi pemecahan masalah yang terjadi.
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis menarik kesimpulan dari uraian bab-bab sebelumnya dan
memberikan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan bagi KPP Pratama Yogyakarta
dalam melaksanakan Sensus Pajak Nasional tahap berikutnya.






8
BAB II
GAMBARAN UMUM, DATA, DAN FAKTA
A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta
1. Sejarah dan gambaran umum
Kantor pajak di Indonesia ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda yang
saat itu bernama inspectien yan financien. Memasuki zaman penjajahan Jepang,
Kantor Pajak diubah namanya menjadi Kantor Penetapan Pajak. Kemudian, setelah
Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 nama Kantor Penetapan Pajak
diganti menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Pada tahun 1960 nama Kantor Inspeksi
Keuangan diubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak.
Kantor pajak di Yogyakarta ada berawal dari didirikannya Kantor Inspeksi
Keuangan Yogyakarta yang kemudian berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Pajak
Yogyakarta. Hal ini berlangsung sampai dengan tahun 1986. Dilatarbelakangi oleh
perkembangan masyarakat dari tahun ke tahun dan meningkatnya jumlah Wajib Pajak
di Indonesia, maka diadakanlah perubahan nama kantor pajak di Indonesia. Salah satu
contohnya adalah Kantor Inspeksi Pajak Yogyakarta yang diubah namanya menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta sejak 1 April 1986 sesuai dengan organisasi dan
tata kerja Direktorat Jenderal Pajak.
9

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Yogyakarta Satu dipecah menjadi 2 (dua), yaitu Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bantul.
Reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak tersebut ditandai juga dengan peleburan
Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB) serta Kantor Pemeriksaan
dan Penyidikan Pajak (Karikpa). Jadi, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta
selain merupakan pecahan dari KPP Yogyakarta Satu (KPP Induk) juga merupakan
penggabungan dari KP PBB Yogyakarta dan fungsi pemeriksaan dari Karikpa
Yogyakarta.
Sistem Administrasi Modern di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta
dimulai pada Saat Mulai Operasi (SMO) tanggal 30 Oktober 2007, bersamaan dengan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembukaan
perdana (launching) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta dilaksanakan oleh
Menteri Keuangan Republik Indonesia pada tanggal 5 November 2007. Gedung
kantor yang sekarang digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta
adalah bekas gedung Kantor Pelayanan Pajak Yogyakarta Satu. Gedung tersebut
terletak di Jalan Panembahan Senopati Nomor 20 Yogyakarta dan diresmikan pada
hari Kamis, 3 Agustus 1995 oleh Direktur Jenderal Pajak pada saat itu, yaitu DR.Fuad
Bawazier.


10

2. Visi dan misi
Visi:
Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas
dan profesionalisme yang tinggi.
Misi:
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan
yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.
3. Tugas dan fungsi
Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta adalah melakukan
kegiatan operasional di bidang pajak negara di wilayahnya berdasarkan Undang-
Undang perpajakan dan peraturan yang berlaku. Pajak-pajak yang dimaksud adalah
Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL)
Fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta yang telah ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, penggalian
potensi pajak, serta ekstensifikasi Wajib Pajak;
b. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan serta berkas
Wajib Pajak;
11

c. Penatausahaan dan pengecekan SPT Masa, pemantauan, dan penyusunan Laporan
Masa PPN, PPh, PPnBM, dan PTLL;
d. Penatausahaan, penerimaan, penagihan, penyelesaian keberatan dan restitusi PPN,
PPh, PPnBM, PBB, BPHTB, dan PTLL;
e. Verifikasi dan penerapan sanksi pajak;
f. Registrasi Wajib Pajak;
g. Pemberian Surat Ketetapan Pajak; dan
h. Pengurusan tata usaha dari rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak.
4. Wilayah kerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta berada di ibukota Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY), yaitu kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan
satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus kota di Provinsi DIY, sedangkan empat
daerah tingkat II lainnya yang berstatus kabupaten adalah Bantul, Gunungkidul,
Kulonprogo, dan Sleman. Wilayah Yogyakarta terbentang dari 110 24 191 sampai
dengan 110 28 53 Bujur Timur dan 7 15 24 sampai dengan 7 49 26 Lintang
Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 meter di atas permukaan laut. Secara garis
besar kota Yogyakarta merupakan dataran rendah. Daerah barat ke timur relatif datar,
sedangkan daerah utara ke selatan memiliki kemiringan 1 derajat.
Kota Yogyakarta terletak di lembah 3 (tiga) sungai, yaitu Sungai Gajah Wong,
Sungai Code, dan Sungai Winongo. Meski terletak di lembah, kota Yogyakarta jarang
mengalami banjir karena adanya sistem drainase peninggalan pemerintah kolonial
Belanda yang tertata rapi dan giatnya penambahan saluran air oleh Pemerintah Kota
Yogyakarta.
12

Berikut disajikan gambar peta administratif kota Yogyakarta yang merupakan
wilayah kerja dari KPP Pratama Yogyakarta dalam Gambar II.1.
Gambar II.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Yogyakarta

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta

Kota Yogyakarta terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan
2.531 RT. Di antara seluruh daerah tingkat II di Provinsi DIY, kota Yogyakarta
memiliki wilayah kerja tersempit, yaitu 32,5 km
2
(1,025% dari keseluruhan luas
Provinsi DIY). Data jumlah penduduk serta persentase penduduk yang memiliki
NPWP dalam wilayah kerja KPP Pratama Yogyakarta disajikan pada Tabel II.1.
13

Tabel II.1 Wilayah Kerja KPP Pratama Yogyakarta

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta
Perbatasan wilayah administratif kota Yogyakarta disajikan dalam Tabel II.2
sebagai berikut:
Tabel II.2 Batas Administratif Kota Yogyakarta
No Bagian Batas
1 Utara Kecamatan Mlati dan Kecamatan Depok (Kabupaten Sleman)
2 Timur Kecamatan Banguntapan (Kabupaten Bantul) dan Kecamatan
Depok (Kabupaten Sleman)
3 Selatan Kecamatan Banguntapan, Kecamatan Sewon, dan Kecamatan
Kasihan (Kabupaten Bantul)
4 Barat Kecamatan Gamping (Kabupaten Sleman) dan Kecamatan
Kasihan (Kabupaten Bantul)
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
14

5. Struktur organisasi
Gambar II.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Yogyakarta

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta
Dalam modernisasi perpajakan, struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama di Indonesia mengalami perubahan. Saat ini, struktur organisasi di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dibangun berdasarkan fungsi, yaitu terdiri dari
subbag umum, seksi-seksi, dan jabatan fungsional. Struktur organisasi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 62/PMK.01/2009 adalah sebagai berikut:
a. Subbagian Umum
Subbagian umum terdiri dari tiga bagian, yaitu urusan keuangan, kepegawaian,
dan rumah tangga. Bagian keuangan mempunyai tugas untuk mengelola keuangan
dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta seperti gaji pegawai, lembur,
15

intensif, dan lain- lain. Untuk bagian kepegawaian, mempunyai tugas untuk
memberikan pelayanan kepada pegawai-pegawai tentang kenaikan pangkat, kenaikan
gaji berkala, cuti, pensiun, dan lain- lain. Sedangkan bagian rumah tangga mempunyai
tugas untuk menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan di kantor.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas untuk melakukan
pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,
pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan
e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
c. Seksi Pelayanan
Seksi pelayanan sebagai bagian dari Kantor Pelayanan Pajak mempunyai tugas
melakukan penetapan dan penerbitan hukum perpajakan, pengadministrasian
dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan,
serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib
Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan. Sesuai dengan fungsi dari tugas
pemerintah sebagai pelaksana pembangunan dan berbagai layanan masyarakat (public
goods and services).
d. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan berfungsi untuk melakukan urusan tata usaha dalam piutang
pajak, tindakan penagihan, pengajuan usul penghapusan piutang, penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, serta pendokumentasian dokumen tentang penagihan.
16

e. Seksi Pemeriksaan
Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas untuk mempunyai tugas melakukan
penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,
penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, serta administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan berfungsi sebagai pengamat dalam
meningkatkan potensi perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta.
Selain itu, seksi ini juga bertugas dalam penilaian obyek dan subyek pajak massal,
penerbitan SPOP, monografi perpajakan, dan melakukan himbauan ber-NPWP
kepada masyarakat di wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta, Seksi Pengawasan dan
Konsultasi terdiri dari 4 seksi, yaitu Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi
Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi
Pengawasan dan Konsultasi IV. Pembagian keempat seksi tersebut dilakukan
berdasarkan wilayah kecamatan yang dibawahinya. Tugas dari Seksi Pengawasan dan
Konsultasi adalah untuk mengawasi Wajib Pajak dalam melakukan segala kewajiban
perpajakannya. Di dalam Seksi Pengawasan dan Konsultasi terdapat Account
Representative (AR) yang mempunyai tugas untuk memberikan penyuluhan,
bimbingan, dan konsultasi kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kepatuhannya di
bidang perpajakan.

17

Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta, Kepala Kantor membawahi
95 (sembilan puluh lima) orang pegawai dengan rincian sebagai berikut:
1) 10 Pejabat Eselon IV;
2) 28 Account Representative yang terbagi ke dalam empat seksi Pengawasan dan
Konsultasi;
2) 17 Fungsional Pemeriksa Pajak terbagi ke dalam dua kelompok (3 tim dalam 1
kelompok);
3) 2 Juru Sita Pajak Negara;
4) 2 Operator Console;
5) 35 Pelaksana yang terbagi pada Subbagian Umum dan seksiseksi.
6. Sumber daya manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di KPP Pratama Yogyakarta dapat
dianalisis persebarannya berdasarkan beberapa hal, seperti seksi, golongan, jabatan,
tingkat pendidikan, dan jenis kelamin. Penjelasan dari tiap sebaran akan dijelaskan
satu-persatu. Untuk sebaran pegawai berdasarkan seksi dapat dilihat pada Tabel II.3,
sebaran pegawai berdasarkan golongan dapat dilihat pada Tabel II.4, sebaran pegawai
berdasarkan jabatan dapat dilihat pada Tabel II.5, sebaran pegawai berdasarkan
tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel II.6, dan sebaran pegawai berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel II.7.




18

Tabel II.3 Sebaran Pegawai Berdasarkan Seksi
Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta
Berdasarkan Tabel II.3, dalam hal jumlah, sebaran pegawai Seksi Pengawasan dan
Konsultasi menempati peringkat pertama. Hal ini wajar karena ada Account
Representative di seksi Pengawasan dan Konsultasi yang berperan sebagai ujung
tombak dalam pengawasan kepatuhan wajib pajak. Peringkat kedua ditempati oleh
Fungsional Pemeriksa. Fungsional Pemeriksa bertugas untuk memeriksa Wajib Pajak,
jadi perannya cukup signifikan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta.
Peringkat ketiga ditempati oleh seksi Pelayanan. Seksi Pelayanan merupakan seksi
yang sibuk, terutama di Tempat Pelayanan Terpadu karena setiap hari harus melayani
Wajib Pajak dalam pengadministrasian kewajiban perpajakannya. Untuk peringkat
seterusnya adalah Subbag Umum, seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan, Seksi Penagihan, dan Seksi Pemeriksaan.
19

Tabel II.4 Sebaran Pegawai Berdasarkan Golongan
Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta
Berdasarkan Tabel II.4, untuk sebaran pegawai berdasarkan golongan, yang
menempati golongan tertinggi adalah Kepala Kantor dengan golongan IV/b. Untuk
sebagian besar pegawai, golongan yang ditempati adalah golongan III. Untuk
golongan yang terendah adalah golongan II/b.
Tabel II.5 Sebaran Pegawai Berdasarkan Jabatan

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta
20

Berdasarkan Tabel II.5, di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta,
jabatan yang paling banyak adalah pelaksana, sedangkan untuk jabatan dengan
jumlah pegawai paling sedikit adalah Operator Console dan Juru Sita Pajak, yaitu
masing- masing 2 (dua) orang.
Tabel II.6 Sebaran Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta
Berdasarkan Tabel II.6, dalam sebaran pegawai berdasarkan tingkat pendidikan,
dapat kita lihat bahwa untuk gelar Sarjana/Diploma IV mendominasi dengan jumlah
hampir separuh dari keseluruhan pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Yogyakarta. Untuk gelar Diploma III sebagian besar pegawai adalah lulusan dari
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Tabel II.7 Sebaran Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber: Subbag Umum KPP Pratama Yogyakarta

Dari Tabel II.7, sebaran pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta
didominasi oleh laki- laki, yaitu dua pertiga dari keseluruhan jumlah pegawai.
21

7. Potensi perpajakan
Potensi perpajakan di KPP Pratama Yogyakarta meliputi beberapa aspek. Jenis
pajak yang menyumbang penerimaan terbesar adalah Pajak Penghasilan, terutama
PPh Pasal 21. Hal itu disebabkan oleh komposisi Wajib Pajak terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta yang didominasi oleh orang pribadi. Untuk penerimaan dari
PPN, sektor usaha yang paling dominan dalam penerimaan pajak KPP Pratama
Yogyakarta dalam beberapa tahun terakhir adalah perantara keuangan. Untuk
penerimaan dari PBB dan BPHTB tidak ada karena saat ini sudah dialihkan
kewenangan pemungutan dan pengadministrasiannya kepada pemerintah daerah.
B. Data dan Fakta
1. Jumlah penduduk dan kepala keluarga di wilayah kerja KPP Pratama
Yogyakarta
Wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta meliputi seluruh
wilayah kota Yogyakarta, yaitu terdiri dari 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW, dan
2531 RT. Luas wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta adalah 32,5
km, dengan kepadatan penduduk sebesar 16.132 jiwa per km
2
. Jumlah penduduk kota
Yogyakarta sebanyak 524.315 jiwa atau sebanyak 119.140 kepala keluarga dengan
kepala keluarga nonmiskin sebanyak 94.713 jiwa. Yogyakarta memiliki 67.280
Wajib Pajak orang pribadi dengan persentase orang yang memiliki NPWP sebesar
71,04 %. Data-data yang lebih lengkap dapat dilihat di Tabel II.1.



22

2. Jumlah Wajib Pajak orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta
Tabel II.8 Jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta
No Keterangan per 1 Januari 2010 per 1 Januari 2011
1 Jumlah Wajib Pajak orang pribadi
karyawan
50.963 55.569
2 Jumlah Wajib Pajak orang pribadi
nonkaryawan
15.633 16.652
66.596 72.221
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta terdiri dari Wajib
Pajak orang pribadi karyawan dan nonkaryawan, dengan jumlah per 1 Januari 2010
adalah 66.596 dan per 1 Januari 2011 adalah 72.221. Rincian lebih lengkap dapat
dilihat pada Tabel II.8. Untuk tahun 2011, dapat dilihat penambahan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi per masa di KPP Yogyakarta pada Tabel II.9.
Tabel II.9 Penambahan Wajib Pajak orang pribadi per masa tahun 2011 di KPP
Pratama Yogyakarta
Bulan Jumlah Bulan Jumlah
Januari 533 Juli 409
Februari 532 Agustus 592
Maret 945 September 414
April 533 Oktober 585
Mei 553 November 395
Juni 468 Desember 490
Total 6.449
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
23

3. Wajib pajak orang pribadi yang telah dibuatkan pemetaan (mapping) dan profiling
di KPP Pratama Yogyakarta
Data Wajib Pajak orang pribadi yang telah dibuatkan mapping tidak dapat
disajikan dalam laporan ini dikarenakan AR (Account Representative) yang
berwenang dalam pembuatan mapping dan profiling ketika diwawancarai menyatakan
belum melakukan pembuatan mapping dan profiling setelah pelaksanaan SPN Tahap I
selesai hingga sekarang.
4. Rencana dan realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Yogyakarta
Tabel II.10 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Yogyakarta
Tahun Pajak Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp)
2010 902.458.374.753 785.005.319.651
2011 976.876.330.853 850.518.245.987
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
5. Rencana dan realisasi penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP
Pratama Yogyakarta
Tabel II.11 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di
KPP Pratama Yogyakarta
Tahun Pajak Jenis Pajak
Rencana
Penerimaan (Rp)
Realisasi
Penerimaan (Rp)
2010 PPh 25/29 orang
pribadi
16.124.970.000 12.960.477.589
2011 PPh 25/29 orang
pribadi
15.501.290.000 14.678.797.101
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
24
BAB III
LANDASAN TEORI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Dasar hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam analisis efektivitas Sensus Pajak Nasional
terhadap penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi dan peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta adalah:
a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009.
b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus Pajak
Nasional.
d. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-09/PJ/2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2011 tentang
25

Pedoman Teknis Sensus Pajak Nasional.
2. Definisi pajak dan fungsi pajak
Siti Resmi (2009, 1) mengutip definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr.
Rochmat Soemitro, S.H. adalah sebagai berikut:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi: Pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
surplus- nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.
Menurut undang-undang, pengertian pajak baru ada pada Undang-Undang Nomor
28 tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). Sejak 25 Maret
2009, UU KUP mengalami perubahan menjadi Undang-Undang Nomor 16 tahun
2009.
Dalam pasal 1 angka 1 UU KUP, definisi pajak dinyatakan sebagai berikut:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Jika dilihat dari pengertian pajak tersebut, pajak dianggap sebagai kontribusi
wajib dari warga negara kepada negara untuk keperluan pembiayaan negara. Dengan
demikian, pajak yang dibayar ke kas negara merupakan wujud partisipasi warga
negara dalam rangka pembangunan nasional.
26

Fungsi pajak ada 2 (dua), yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan
fungsi regulerend (pengatur), penjelasannya adalah sebagai berikut:
Fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik pengeluaran rutin maupun
pengeluaran pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara, pemerintah berupaya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara intensifikasi maupun ekstensifikasi pemungutan pajak melalui
penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), dll.
Fungsi regulerend (pengatur) artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta
mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
3. Definisi Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) adalah: Pajak Penghasilan
dikenakan terhadap Subjek Pajak atas Penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak.
Objek Pajak Penghasilan dalam undang- undang terdapat dalam pasal 4 ayat (1)
Undang-Undang Pajak Penghasilan, yaitu:
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
27

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun.
Objek Pajak Penghasilan berdasarkan pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pajak
Penghasilan merupakan objek Pajak Penghasilan yang sifatnya tidak final, artinya
dapat dikreditkan terhadap pajak terutang di akhir tahun. Objek Pajak Penghasilan
yang dikenai pajak bersifat final terdapat dalam pasal 4 ayat (2) Undang-Undang
Pajak Penghasilan, artinya tidak dapat dikreditkan terhadap pajak terutang di akhir
tahun.
4. Definisi Pajak Penghasilan orang pribadi
Pengenaaan Pajak Penghasilan sangat dipengaruhi oleh keadaaan dari subjek
pajak. Di dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan subjek pajak orang pribadi ada
dua jenis, yaitu:
a. Subjek pajak orang pribadi dalam negeri
Subjek pajak orang pribadi dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat
tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus
delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia;
b. Subjek pajak orang pribadi luar negeri, adalah:
1) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
28

bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
2) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat dipahami bahwa Pajak Penghasilan orang
pribadi adalah Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Penghitungan Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
dilakukan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan, yaitu perhitungan dengan menggunakan tarif pajak berlapis:
a. Untuk penghasilan sampai dengan Rp50.000.000, tarifnya 5%.
b. Untuk penghasilan di antara Rp50.000.000 s.d. Rp250.000.000, tarifnya 15%.
c. Untuk penghasilan di antara Rp250.000.000 s.d. Rp500.000.000, tarifnya 25%.
d. Untuk penghasilan di atas Rp500.000.000, tarifnya 30%.
Perhitungan di atas digunakan untuk menentukan Pajak Penghasilan yang terutang
di akhir tahun. Caranya adalah penghasilan selama satu tahun (selain yang telah
dikenakan pajak final), dikurangi biaya-biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang
sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Setelah itu
hasil yang didapat dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Hasil tersebut
29

merupakan Penghasilan Kena pajak (PKP). Kemudian PKP tersebut dikalikan
tarif PPh Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan untuk mencari Pajak
Penghasilan terutang. Besarnya PTKP mulai tahun pajak 2009 adalah:
a. Rp15.840.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi,
b. Tambahan Rp1.320.000 untuk Wajib Pajak orang pribadi yang telah menikah,
c. Tambahan Rp1.320.000 untuk setiap anak yang dimiliki Wajib Pajak orang
pribadi, paling banyak 3 (tiga) orang anak,
d. Tambahan Rp15.840.000 untuk Wajib Pajak orang pribadi yang istrinya memiliki
penghasilan dari satu pemberi kerja.
5. Definisi Sensus Pajak Nasional
Sensus Pajak Nasional (SPN) adalah kegiatan pengumpulan data mengenai
kewajiban perpajakan dengan mendatangi subyek pajak di seluruh wilayah Indonesia
dalam rangka memperluas basis pajak dan bertujuan mencapai target penerimaan
perpajakan serta penerimaan negara. Program sensus tersebut merupakan salah satu
program penggalian potensi perpajakan sebagaimana diamanatkan dalam Pidato
Presiden Republik Indonesia pada Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas RUU
Tentang APBN Tahun Anggaran 2012 Beserta Nota Keuangan:
Dengan komitmen itu, dalam RAPBN 2012, penerimaan perpajakan
direncanakan mencapai 1.019,3 triliun rupiah, atau memberi kontribusi hampir
79 persen dari total pendapatan negara dan hibah..Untuk mengamankan
sasaran penerimaan perpajakan itu, Pemerintah terus melanjutkan langkah-
langkah reformasi perpajakan, termasuk melanjutkan reformasi peraturan dan
perundang-undangan pajak. Dalam mengoptimalkan penggalian potensi
perpajakan, pada bulan September 2011, Pemerintah berencana melakukan
Sensus Pajak Nasional. Melalui kegiatan sensus itu, kita ingin cakupan potensi
pajak terus meningkat, baik dalam rangka ekstensifikasi maupun intensifikasi
perpajakan.
30

a. Tujuan Sensus Pajak Nasional
Menjaring seluruh potensi perpajakan di wilayah kerja masing- masing KPP dalam
rangka Tri Dharma Perpajakan:
1) Seluruh Wajib Pajak terdaftar.
2) Seluruh objek pajak dipajaki.
3) Pelaksanaan kewajiban perpajakan tepat waktu dan tepat jumlah.
b. Sasaran Sensus Pajak Nasional
1) Yang belum ber NPWP, diberikan NPWP
2) Yang belum bayar pajak, agar membayar pajak
3) Yang belum lapor SPT, agar melaporkan SPT
4) Yang ada tunggakan pajak, agar melunasi
5) Yang ada obyek KMS, agar membayar & melaporkan SPT PPN.
6) Yang sudah membayar namun belum optimal, agar membayar sesuai dengan
ketentuan.
7) Data dan informasi Wajib Pajak belum lengkap/standar, menjadi lengkap/standar.
8) Optimalisasi penerimaan dari 1500 Wajib Pajak Wajib Profil.
c. Produk Sensus Pajak Nasional
Data dan informasi hasil sensus pajak untuk ditindaklanjuti:
1) Identitas Wajib Pajak
2) Kegiatan usaha
3) Perkembangan usaha
4) Kepatuhan perpajakan
5) Data lain hasil pengamatan
31

d. Tahapan pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
Pada dasarnya pelaksanaan sensus dilakukan secara simultan dan berkelanjutan
mulai tahap persiapan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring, perekaman serta
tindaklanjut hasil sensus. Gambaran kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
Gambar III.1 Alur Kegiatan Sensus Pajak Nasional Tahap I

Sumber: Sekretariat SPN Tahap I KPP Pratama Yogyakarta

Penjelasan Gambar III.1:
1) Persiapan di KPP
a) Membentuk Tim Sensus Pajak Nasional di tingkat KPP;
b) Melakukan kerjasama dengan pemda/instansi keamanan/komunitas pengusaha/
instansi lainnya di tingkat KPP;
c) Menyiapkan peta blok (data SIG PBB) dan SISMIOP, serta mapping wilayah
KPP;
d) Menyiapkan data Wajib Pajak yang berada di lokasi yang akan disensus;
e) Menyiapkan data 1500 Wajib Pajak Penentu Penerimaan yang ada di masing-
masing lokasi sensus;
32

f) Menentukan sasaran Sensus Pajak Nasional;
g) Menyiapkan sarana dan prasarana;
h) Menyiapkan sosialisasi dan penyuluhan;
i) Menentukan jadwal Sensus Pajak Nasional selama tahun 20112012.
2) Pelaksanaan di KPP
a) Melakukan sosialisasi ke lokasi Sensus Pajak Nasional paling lambat seminggu
sebelum melaksanakan Sensus Pajak;
b) Melakukan sensus pajak ke objek Sensus Pajak Nasional berdasarkan peta blok
(data SIG PBB) & SISMIOP serta mapping wilayah KPP.

Gambar III.2 Rangkaian Kegiatan Sensus Unit Pelaksana Sensus (UPS) SPN Tahap I

Sumber: Sekretariat SPN Tahap I KPP Pratama Yogyakarta

Sesuai dengan Grand Design SPN, sensus dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan pelaksanaan dan kegiatan back office setelah pelaksanaan yang merupakan
kegiatan tindak lanjut hasil sensus dalam rangka penggalian potensi pajak.
33

Gambar III.3 Grand Design SPN Tahap I KPP Pratama Yogyakarta

Sumber: Sekretariat SPN Tahap I KPP Pratama Yogyakarta
e. Prioritas lokasi dan obyek Sensus Pajak Nasional
Sesuai dengan ketentuan bahwa prioritas lokasi adalah sentra ekonomi, high rise
building, dan kawasan pemukiman, maka untuk KPP Pratama Yogyakarta pada
sensus tahun 2011 ini difokuskan pada kawasan sentra ekonomi yang berada di 6
(enam) kelurahan dan 4 (empat) kecamatan sebagai berikut :
1) Kelurahan Suryatmajan, Kec. Danurejan
2) Kelurahan Ngupasan, Kec. Gondomanan
3) Kelurahan Sosromenduran, Kec. Gedongtengen
4) Kelurahan Gowongan, Kec. Jetis
5) Kelurahan Cokrodiningratan, Kec. Jetis
6) Kelurahan Bumijo, Kec. Jetis
7) Kelurahan Klitren, Kec. Gondokusuman
34

8) Kelurahan Kotabaru, Kec. Gondokusuman
9) Kelurahan Terban, Kec. Gondokusuman
10) Kelurahan Demangan, Kec. Gondokusuman
Di wilayah tersebut akan ditentukan kembali blok dan cluster yang akan dijadikan
sasaran sensus dengan mempertimbangkan lokasi adanya sentra ekonomi. Setelah
lokasi sensus berupa cluster ditentukan, akan dibuat matching data Norang pribadi
(Nomor Obyek Pajak) dengan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
f. Target Formulir Isian Sensus ( FIS )
Sesuai dengan instruksi dari Kepala Kantor Wilayah DJP Daerah Istimewa
Yogyakarta bahwa target yang ditetapkan untuk KPP Pratama Yogyakarta untuk
tahun 2011 adalah 5.500 Formulir Isian Sensus dengan rinciannya terdapat pada
lampiran.
g. Jadwal pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
Tabel III.1 Jadwal Pelaksanaan SPN Tahap I
No. Waktu Kegiatan
1 01 18 September 2011 Persiapan awal
2 19 20 September 2011 Bimbingan teknis (dari KPDJP)
3 21 29 September 2011 Persiapan lanjutan
4 21 29 September 2011 Sosialisasi dan koordinasi dengan pihak
ketiga
5 30 September 2011 Launching SPN serentak secara nasional
6 01 Oktober 30 November 2011 Pelaksanaan sensus
7 01 Oktober 31 Desember 2011 Evaluasi dan monitoring
Tindak lanjut hasil sensus (back office)
Sumber: Sekretariat SPN Tahap I KPP Pratama Yogyakarta
Catatan : detail jadwal pelaksanaan sensus terlampir
35

Sensus Pajak Nasional tahun 2011 akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yang
akan dimulai pada saat launching serentak secara nasional pada tanggal 30 September
2011, sedangkan jadwal (time schedule) pelaksanaan sensus di lingkungan KPP
Pratama Yogyakarta disajikan dalam Tabel III.
h. Tim pelaksana Sensus Pajak Nasional
Sensus Pajak Nasional (SPN) dilaksanakan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak, Kantor Wilayah di seluruh Indonesia dan Kantor Pelayanan Pajak di seluruh
Indonesia, baik oleh Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
maupun Non Pegawai Negeri Sipil. Selain itu juga didampingi oleh Pejabat
Pemerintah Daerah dan kepolisian setempat. Adapun Unit Pelaksana Sensus (UPS) di
lingkungan KPP Pratama Yogyakarta terdiri atas 1 (satu) orang Pelaksana PNS DJP
sebagai ketua merangkap anggota dan 1 (satu) Pelaksana PNS DJP sebagai anggota,
dengan didampingi 1 (satu) petugas dari kelurahan setempat. Hal itu diatur dalam
Surat Keputusan Kepala KPP Pratama Yogyakarta Nomor : KEP-
014/WPJ.23/KP.02/2011 tanggal 15 September 2011 tentang TIM SPN tingkat KPP.
i. Rencana anggaran Sensus Pajak Nasional
Sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-76/PJ/2011
tanggal 28 September 2011, alokasi anggaran kegiatan SPN adalah dana yang
dialokasikan pada DIPA KPP Pratama, DIPA Kanwil DJP, dan DIPA Kantor Pusat
DJP. Adapun Rencana Biaya SPN tahun 2011 KPP Pratama Yogyakarta adalah
sebesar Rp120.592.000,00 (seratus dua puluh juta lima ratus sembilan puluh dua ribu
rupiah).

36

B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap realisasi penerimaan
pajak di KPP Pratama Yogyakarta
Pada bab ini, penulis akan melakukan analisis data dan pembahasan berdasarkan
fakta- fakta yang diperoleh di lapangan. Data dan fakta yang ada pada bab II akan
diolah lebih lanjut sehingga mampu menunjang penulisan laporan PKL ini.
Sebelum mulai menganalisis, hendaknya perlu mengetahui definisi kata
efektivitas agar pembahasan yang dilakukan tepat sasaran dan tidak keluar dari
pembatasan masalah yang telah ditetapkan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata efektivitas mengacu pada keefektifan, sedangkan keefektifan
sendiri mempunyai makna sebagai berikut: keefektifan n 1 keadaan berpengaruh;
hal berkesan; 2 kemanjuran; kemujaraban (tt obat); 3 keberhasilan (tt usaha,
tindakan); kemangkusan; 4 hal mulai berlakunya (tt undang- undang, peraturan).
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu hal yang akan dianalisis
dianggap mempunyai efektivitas atau keefektifan apabila hal tersebut menimbulkan
pengaruh terhadap hal lain. Jadi, pembahasan dalam bab ini menyangkut pengaruh
Sensus Pajak Nasional terhadap hal atau objek yang diamati, yaitu penerimaan Pajak
Penghasilan orang pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi
terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta.
Hal pertama yang perlu dianalisis mengenai laporan PKL tentang efektivitas
Sensus Pajak Nasional adalah tentang realisasi penerimaan pajak selama tahun 2011,
terutama pada bulan-bulan selama dan setelah dilaksanakannya Sensus Pajak
Nasional Tahap I (Oktober s.d. Desember 2011). Data yang diambil bersifat global
37

mengingat sampai dengan Sensus Pajak Nasional Tahap II dilaksanakan mulai bulan
Juli 2012, aplikasi tindak lanjut (back office) Sensus Pajak Nasional belum ada. Jadi,
penerimaan pajak sebagai hasil dari kegiatan Sensus Pajak Nasional disajikan menjadi
satu kesatuan dengan penerimaan pajak secara umum, tidak disajikan secara terpisah.
Berikut disajikan kembali data penerimaan pajak selama tahun 2010 dan 2011
dalam tabel III. untuk dianalisis lebih lanjut. Fungsi disajikannya data penerimaan
tahun 2010 adalah sebagai pembanding.
Tabel III.2 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Yogyakarta
Tahun Pajak Rencana Penerimaan (Rp) Realisasi Penerimaan (Rp)
2010 902.458.374.753 785.005.319.651
2011 976.876.330.853 850.518.245.987
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
Dari data di atas, dapat dianalisis besarnya persentase pencapaian target
penerimaan per tahun di KPP Pratama Yogyakarta. Persentase pencapaian target
penerimaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase pencapaian target penerimaan = % 100 x
rencana
realisasi

Untuk tahun 2010 dan 2011, persentase pencapaian target penerimaan KPP
Pratama Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Persentase pencapaian target penerimaan 2010 = % 100
753 . 374 . 458 . 902
651 . 319 . 005 . 785
x = 86,99%
Persentase pencapaian target penerimaan 2011 = % 100
853 . 330 . 876 . 976
987 . 245 . 518 . 850
x = 87,07%
38

Dapat dilihat bahwa walaupun penerimaan tahun 2011 sebesar 850.518.245.987
lebih tinggi daripada penerimaan tahun 2010 yang hanya sebesar 785.005.319.651,
persentase pencapaian target penerimaan relatif tetap sebesar 87% atau tidak
mengalami kenaikan. Besarnya peningkatan target penerimaan sebesar
74.417.956.100 juga lebih besar daripada besarnya peningkatan realisasi penerimaan
sebesar 65.512.926.336. Hal itu diakibatkan oleh beberapa hal, seperti:
a. Peningkatan target yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
Kenaikan rencana penerimaan yang cukup tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya secara tidak langsung memengaruhi tercapainya penerimaan pajak.
Rencana penerimaan tahun 2011 seharusnya tidak terlalu besar selisihnya dengan
rencana penerimaan tahun 2010. Dalam tabel III., dapat kita lihat bahwa rencana
penerimaan tahun 2011 naik sebesar Rp 74.417.956.100 dari tahun sebelumnya.
Kenaikan target penerimaan yang dukup tinggi tersebut diberikan kepada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta kemungkinan dikarenakan dalam tahun-tahun
sebelumnya cukup memenuhi target penerimaan yang diberikan oleh Direktorat
Jenderal Pajak. Pada dasarnya, pertumbuhan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Yogyakarta cukup bagus. Hal ini dapat diperlihatkan dengan tren
naiknya penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta setiap
tahunnya.
Kenaikan target penerimaan yang terlalu besar ini tak lepas dari sistem dalam
pemberian target penerimaan kepada Kantor Pelayanan Pajak terkait. Sistem yang
digunakan oleh Indonesia adalah menggunakan sistem top-down. Jadi, target
penerimaan pajak pertama-tama ditentukan oleh DPR. Kemudian, target tersebut akan
39

menjadi target penerimaan bagi Direktorat Jenderal Pajak. Dari Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Pajak, target penerimaan dibagi ke Kantor Wilayah. Dari Kantor
Wilayah dibagi lagi untuk setiap Kantor Pelayanan Pajak. Pada Kantor Pelayanan
Pajak ini, target penerimaan pajak dibagi ke seksi Waskon dan dari seksi Waskon
akan dibagi kepada Account Representative. Pada pembagian dari seksi Waskon
kepada Account Representative baru bersifat bottom-up untuk mencapai target kantor.
Dengan sistem demikian, akan ada konsekuensi bahwa ada target penerimaan pajak
yang tidak tercapai. Hal ini terkait dengan penentuan target penerimaan pajak yang
tidak memperhitungkan kondisi riil Wajib Pajak, tetapi hanya memperhitungkan sisi
historis Wajib Pajak sehingga kondisi riilnya seringkali diabaikan. Kenaikan target
penerimaan harus mempertimbangkan juga dengan kondisi Wajib Pajak orang pribadi
yang penghasilannya tidak jauh berbeda dengan penghasilan tahun-tahun sebelumnya.
b. Berkurangnya jumlah Wajib Pajak penyetor pajak terbesar,
Di tingkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah Istimewa
Yogyakarta, terdapat penyesuaian Wajib Pajak terdaftar berdasarkan tempat tinggal
atau tempat kegiatan usaha dilakukan. Semula ada beberapa Wajib Pajak potensial
penyetor pajak yang cukup besar terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta, dengan
adanya penyesuaian lokasi maka harus melakukan perpindahan administrasi
perpajakan ke KPP Pratama Sleman, Bantul, Wates, atau Wonosari. Contohnya antara
lain adalah RSUD dr. Sardjito yang sekarang terdaftar di KPP Pratama Sleman dan
PLN yang sekarang terdaftar di KPP Pratama Bantul. Padahal, potensi pajak di
wilayah kerja KPP Pratama Yogyakarta terbatas sehingga cukup menyulitkan untuk
penggalian potensi perpajakan melalui kegiatan ekstensifikasi.
40

c. Keadaan ekonomi baik secara mikro maupun makro.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun berjalan di kota Yogyakarta juga mempunyai
dampak yang cukup signifikan terhadap tercapainya target penerimaan pajak terhadap
realisasi penerimaan. Apabila pertumbuhan ekonomi tinggi, penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi juga tinggi sehingga penerimaan pajak pun meningkat.
Dari pembahasan yang pertama ini, terlihat bahwa pelaksanaan Sensus Pajak
Nasional belum terlalu berkontribusi terhadap peningkatan pencapaian target
penerimaan pajak secara keseluruhan di KPP Pratama Yogyakarta. Namun, adanya
Sensus Pajak Nasional sudah cukup untuk mempertahankan prestasi pencapaian target
penerimaan dari tahun sebelumnya sehingga tidak mengalami penurunan. Hal ini
cukup wajar mengingat Sensus Pajak Nasional tahap I masih berfokus pada subjek
pajak orang pribadi, belum mencakup subjek pajak badan, dan masih terbatas
dilakukan di blok tertentu.
2. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta
Setelah menganalisis keterkaitan antara Sensus Pajak Nasional dengan realisasi
penerimaan pajak di KPP Pratama Yogyakarta, penulis akan menganalisis lebih
lanjut, yaitu keterkaitan antara Sensus Pajak Nasional terhadap penerimaan Pajak
Penghasilan, terutama dari Pajak Penghasilan orang pribadi.
Berikut disajikan kembali rencana dan realisasi penerimaan Pajak Penghasilan
orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta dalam tabel III. Jenis pajak yang disajikan
dalam tabel adalah PPh Pasal 25/29 orang pribadi, mengingat pajak jenis ini paling
tepat untuk menggambarkan penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP
41

Pratama Yogyakarta. PPh Pasal 25 merupakan Pajak Penghasilan yang dibayar setiap
bulan sebagai angsuran pajak terutang di akhir tahun, sedangkan PPh Pasal 29 adalah
pajak yang dibayar sebagai pelunasan pajak kurang bayar di akhir tahun, sebelum
menyampaikan surat pemberitahuan tahunan (SPT Tahunan) Pajak Penghasilan orang
pribadi.
Tabel III.3 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di
KPP Pratama Yogyakarta
Tahun Pajak Jenis Pajak Rencana
Penerimaan (Rp)
Realisasi
Penerimaan (Rp)
2010 PPh 25/29 orang
pribadi
16.124.970.000 12.960.477.589
2011 PPh 25/29 orang
pribadi
15.501.290.000 14.678.797.101
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
Sama seperti pembahasan sebelumnya, dari data di atas dapat dianalisis besarnya
persentase pencapaian target penerimaan PPh 25/29 orang pribadi di KPP Pratama
Yogyakarta. Persentase pencapaian target penerimaan PPh 25/29 orang pribadi dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Persentase pencapaian target penerimaan PPh 25/29 orang pribadi = % 100 x
rencana
realisasi


Untuk tahun 2010 dan 2011, persentase pencapaian target penerimaan PPh 25/29
orang pribadi KPP Pratama Yogyakarta adalah sebagai berikut:

42

Persentase pencapaian target penerimaan PPh 25/29 orang pribadi tahun 2010
= % 100
000 . 970 . 124 . 16
589 . 477 . 960 . 12
x = 80,38%
Persentase pencapaian target penerimaan PPh 25/29 orang pribadi tahun 2011
= % 100
000 . 290 . 501 . 15
101 . 797 . 678 . 14
x = 94,69%
Dapat dilihat bahwa persentase pencapaian target penerimaan PPh 25/29 orang
pribadi tahun 2011 sebesar 94,69% mengalami kenaikan dari tahun 2010 yang hanya
80,38%. Realisasi penerimaan PPh 25/29 orang pribadi meningkat dari
12.960.477.589 menjadi 14.678.797.101 (naik 1.718.319.512) , sedangkan target
penerimaan PPh 25/29 orang pribadi justru mengalami penurunan dari
16.124.970.000 menjadi 15.501.290.000 (turun 623.680.000).
Penerimaan PPh 25/29 orang pribadi yang mengalami tren peningkatan ini
menunjukkan bahwa Sensus Pajak Nasional cukup berkontribusi terhadap pencapaian
target penerimaan PPh 25/29 orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta. Apalagi
mengingat Sensus Pajak Nasional Tahap I berfokus pada subjek pajak orang pribadi.
Selanjutnya, untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara pelaksanaan Sensus
Pajak Nasional terhadap penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi, berikut
disajikan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi per bulan selama tahun 2011 dalam
tabel III.4.



43

Tabel III.4 Penerimaan PPh 25/29 orang pribadi Per Bulan Selama Tahun 2011 di
KPP Pratama Yogyakarta
Bulan Penerimaan PPh 25/29 orang
pribadi
Persentase Penerimaan Bulan X
terhadap Total
Januari 670.480.829 4,57%
Februari 956.190.941 6,51%
Maret 4.167.322.844 28,39%
April 858.400.638 5,85%
Mei 832.465.368 5,67%
Juni 1.006.967.440 6,86%
Juli 841.248.939 5,73%
Agustus 954.553.816 6,50%
September 807.846.519 5,50%
Oktober 817.240.091 5,57%
November 840.630.403 5,73%
Desember 1.925.449.273 13,12%
Total 14.678.797.101 100%
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
Penerimaan PPh 25/29 orang pribadi yang perlu diperhatikan dalam pembahasan
ini adalah selama triwulan terakhir tahun 2011, mengingat Sensus Pajak Nasional
Tahap I mulai berjalan efektif sejak tanggal 1 Oktober 2011 sampai dengan tanggal
30 November 2011 untuk kemudian ditindaklanjuti mulai tanggal 1 Desember 2011
hingga sekarang. Jika diperhatikan, penerimaan selama bulan Oktober dan November
relatif hampir sama dengan penerimaan bulan-bulan sebelumnya. Penerimaan selama
Oktober sebesar 817.240.091 berkontribusi sebesar 5,57% terhadap total penerimaan
tahun 2011, sedangkan penerimaan selama November sebesar 840.630.403
berkontribusi sebesar 5,73% terhadap total penerimaan. Namun, dibandingkan dengan
penerimaan bulan September sewaktu SPN Tahap I belum dimulai, penerimaan kedua
bulan ini mengalami peningkatan. Puncaknya, penerimaan yang cukup besar terjadi
44

pada bulan Desember 2011 yaitu sebesar 1.925.449.273, berkontribusi sebesar
13,12%. Ketiga bulan tersebut mempunyai jumlah penerimaan sebesar 3.583.319.767
atau berkontribusi sebesar 24,41%. Jumlah tersebut cukup ideal karena hampir
mencapai seperempat dari total penerimaan tahun 2011, sebanding dengan
perbandingan 3 terhadap 12 bulan (25%).
Hal yang cukup unik dapat diamati di sini, penerimaan terbesar terjadi pada bulan
Maret 2011 sebesar 4.167.322.844, berkontribusi sebesar 28,39% terhadap total
penerimaan. Hal ini diakibatkan oleh adanya batas akhir penyampaian SPT Tahunan
PPh orang pribadi pada tanggal 31 Maret 2011 sehingga kebanyakan Wajib Pajak
menyetorkan pajak kurang bayarnya ke kas negara sebagai syarat untuk dapat
menyampaikan SPT Tahunan PPh orang pribadi mendekati tanggal batas akhir
tersebut.
3. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap peningkatan jumlah
Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta
Untuk menganalisis keterkaitan antara pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta, berikut disajikan kembali Tabel III.5 dan Tabel III.6.
Tabel III.5 Jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta
No Keterangan per 1 Januari 2010 per 1 Januari 2011
1 Jumlah Wajib Pajak orang pribadi
karyawan
50.963 55.569
2 Jumlah Wajib Pajak orang pribadi
nonkaryawan
15.633 16.652
66.596 72.221
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta

45

Tabel III.6 Penambahan Wajib Pajak orang pribadi per masa tahun 2011 di KPP
Pratama Yogyakarta
Bulan Jumlah Persentase
Januari 533 8,26%
Februari 532 8,25%
Maret 945 14,65%
April 533 8,26%
Mei 553 8,57%
Juni 468 7,26%
Juli 409 6,34%
Agustus 592 9,18%
September 414 6,42%
Oktober 585 9,07%
November 395 6,12%
Desember 490 7,60%
Total 6.449 100,00%
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
Dilihat dari penambahan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar selama dan setelah
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I, yaitu bulan Oktober sampai dengan
Desember 2011, penambahan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar pada bulan Oktober
mengalami peningkatan dari bulan September, dari 414 menjadi 585. Namun, pada
bulan selanjutnya, November, mengalami penurunan menjadi 395. Kemudian, pada
bulan Desember naik lagi menjadi 490. Jika ditotal, penerimaan ketiga bulan ini
mencapai 1.470, berkontribusi sebesar 22,79% terhadap total penambahan jumlah
Wajib Pajak orang pribadi terdaftar selama tahun 2011.
Hal unik juga terjadi pada bulan Maret 2011. Pada bulan ini penambahan jumlah
Wajib Pajak orang pribadi terdaftar mencapai titik tertinggi, hingga 14,65% dari
keseluruhan total penambahan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar selama tahun 2011.
Hal ini terjadi terkait dengan kewajiban penyampaian SPT Tahunan Pajak
46

Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2011
sehingga banyak Wajib Pajak yang mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP pada
bulan ini.
Jika disajikan dalam grafik, peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi
terdaftar selama tahun 2011 dapat diamati dalam gambar III.4 sebagai berikut:
Gambar III.4 Peningkatan Jumlah Wajib Pajak orang pribadi Terdaftar
Selama Tahun 2011
0
200
400
600
800
1000
Jumlah 533 532 945 533 553 468 409 592 414 585 395 490
Jan Feb Mar Apri Mei Juni Juli Agu Sep Okt Nov Des

Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
4. Analisis hubungan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terhadap
penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta
Untuk mengetahui hubungan antara persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak
orang pribadi terdaftar dengan penerimaan PPh Pasal 25/29 orang pribadi, berikut
disajikan Tabel III.7 yang berisi data persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak
orang pribadi terdaftar terhadap persentase penerimaan PPh Pasal 25/29 orang pribadi
di KPP Pratama Yogyakarta. Data yang disajikan adalah rincian per bulan selama
47

tahun 2011 sehingga dapat diamati perkembangan yang terjadi untuk dianalisis lebih
lanjut.
Tabel III.7 Persentase Peningkatan Wajib Pajak orang pribadi dan Persentase
Penerimaan PPh 25/29 orang pribadi Per Bulan Selama Tahun 2011 di KPP Pratama
Yogyakarta
Bulan
Jumlah
Peningkatan
Wajib Pajak
orang
pribadi
Persentase
Peningkatan
Wajib Pajak
orang
pribadi (x)
Jumlah
Penerimaan PPh
25/29 orang
pribadi
Persentase
Penerimaan PPh
25/29 orang
pribadi (y)
Januari 533 8,26% 670.480.829 4,57%
Februari 532 8,25% 956.190.941 6,51%
Maret 945 14,65% 4.167.322.844 28,39%
April 533 8,26% 858.400.638 5,85%
Mei 553 8,57% 832.465.368 5,67%
Juni 468 7,26% 1.006.967.440 6,86%
Juli 409 6,34% 841.248.939 5,73%
Agustus 592 9,18% 954.553.816 6,50%
September 414 6,42% 807.846.519 5,50%
Oktober 585 9,07% 817.240.091 5,57%
November 395 6,12% 840.630.403 5,73%
Desember 490 7,60% 1.925.449.273 13,12%
Total 6.449 100,00% 14.678.797.101 100,00%
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
Tujuan dari pelaksanaan Sensus Pajak Nasional adalah untuk meningkatkan
penerimaan pajak pada umumnya dan PPh Pasal 25/29 orang pribadi pada khususnya
serta meningkatkan jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar. Idealnya,
peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi berbanding lurus dengan penerimaan
PPh Pasal 25/29 orang pribadi. Semakin banyak Wajib Pajak orang pribadi terdaftar,
48

semakin tinggi pula penerimaan PPh Pasal 25/29 orang pribadi dan begitu pula
sebaliknya.
Untuk mengetahui hubungan antara persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak
orang pribadi terdaftar dengan penerimaan PPh Pasal 25/29 orang pribadi, kita dapat
menggunakan analisis korelasi sederhana hubungan antara dua variabel. Dengan
analisis korelasi, dapat diketahui besarnya hubungan dari kenaikan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi terhadap penerimaan PPh Pasal 25/29 orang pribadi. Dengan
menggunakan persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar
sebagai variabel x dan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi sebagai variabel y, kita
dapat mencari hubungan tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
a. Rumus Koefisien Korelasi (r)




n
i
n
i
i
n
i
n
i
i i
n
i
n
i
i i
n
i
i i
Yi Y n X X n
Y X Y X n
r
1 1
2 2
1 1
2 2
1 1 1
) ( ) (

Simbol r adalah koefisien korelasi. Apabila nilai r positif maka hal ini
menunjukkan hubungan yang searah, sedangkan apabila r bernilai negatif maka
menunjukkan hubungan berlawanan. Dalam hal interval besaran koefisien relasi ini
mendekati 0 maka dapat disimpulkan hubungan sangat lemah, sedangkan apabila
mendekati 1 maka dapat disimpulkan hubungan sangat kuat. Variabel yang akan
dibandingkan disimbolkan dengan x dan y, x merupakan variabel bebas yaitu
persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi, sedangkan y merupakan
variabel terikat yaitu jumlah penerimaan PPh Pasal 25/29 orang pribadi tiap bulan.
49

Disebut variabel terikat karena variabel ini tidak bebas. Penerimaan PPh Pasal 25/29
orang pribadi dipengaruhi oleh persentase peningkatan jumlah Wajib Pajak orang
pribadi sebagai variabel bebas.
b. Koefisien Determinasi (KD)

Koefisien Determinasi bernilai antara 1 sampai 0. Semakin besar nilainya berarti
semakin besar juga pengaruh suatu variabel dan sebaliknya, apabila semakin
kecil nilainya berarti semakin kecil juga pengaruh variabel tersebut terhadap
variabel lainnya.
c. Pengaruh variabel lain

Pengaruh variabel lain adalah nilai dari variabel selain yang penulis analisis.
Berikut adalah analisis hubungan antara persentase peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi terhadap penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP
Pratama Yogyakarta:
Keterangan:
x = persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi (dalam %)
y = persentase penerimaan PPh 25/29 orang pribadi (dalam %)
2 2
1 1
2 2
1 1
2 2
1 1 1
) 100 ( ) 10000 ( 12 ) 98 , 99 ( ) 9996 ( 12
) 100 )( 98 , 99 ( ) 9998 ( 12
) ( ) (





n
i
n
i
i
n
i
n
i
i i
n
i
n
i
i i
n
i
i i
Yi Y n X X n
Y X Y X n
r
00 , 1
) 66 , 331 )( 59 , 331 (
978 . 109
r

2
r KD
2
1 r
50

Penafsiran dari r :
a) 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel
b) 0 s.d. 0,25 : korelasi sangat lemah
c) 0,25 s.d. 0,50 : korelasi cukup
d) 0,50 s.d. 0,75 : korelasi kuat
e) 0,75 s.d. 0,99 : korelasi sangat kuat
f) 1 ,00 : korelasi sempurna
Angka-angka dalam perhitungan tersebut diperoleh dari Tabel III.8 sebagai
berikut:
Tabel III.8 Penghitungan Koefisien Korelasi (r)
x(%) y (%) x y xy
8,26 4,57 68,23 20,88 37,75
8,25 6,51 68,06 42,38 53,71
14,65 28,39 214,62 805,99 415,91
8,26 5,85 68,23 34,22 48,32
8,57 5,67 73,44 32,15 48,59
7,26 6,86 52,71 47,06 49,80
6,34 5,73 40,20 32,83 36,33
9,18 6,50 84,27 42,25 59,67
6,42 5,50 41,22 30,25 35,31
9,07 5,57 82,26 31,02 50,52
6,12 5,73 37,45 32,83 35,07
7,60 13,12 57,76 172,13 99,71
99,98 100,00 9.996,00 10.000,00 9998,00
Sumber: Diolah dari Seksi PDI KPP Pratama Yogyakarta
51

Koefisien korelasi bernilai 1,00 atau berkolerasi sempurna. Nilai r yang positif
menunjukkan bahwa peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar (x) berbanding
lurus terhadap peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi (y) di KPP Pratama
Yogyakarta. Semakin besar peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar, semakin
besar pula peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi dan begitu pula
sebaliknya. Nilai r yang maksimal di antara interval yang ada (antara -1,00 s.d. 1,00)
menunjukkan hubungan yang sangat kuat, dapat dikatakan sempurna.
1 1
1 2
r KD
Koefisien Determinasi bernilai antara 1 sampai 0. Semakin besar nilainya berarti
semakin besar juga pengaruh suatu variabel dan sebaliknya, apabila semakin
kecil nilainya berarti semakin kecil juga pengaruh variabel tersebut terhadap
variabel lainnya. Dalam hal ini, karena KD bernilai 1 (sangat kuat dan positif), maka
persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar (x) berkolerasi positif
terhadap persentase peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi di KPP Pratama
Yogyakarta.
Pengaruh variabel lain = 0 1 1 1
2
r
Maksudnya adalah pengaruh variabel bebas selain peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi terdaftar terhadap penerimaan PPh 25/29 orang pribadi dianggap
tidak ada atau 0 (nol) sehingga persentase peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang
pribadi hanya akan ditentukan oleh persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi
terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta.
52

5. Analisis hubungan Sensus Pajak Nasional terhadap jumlah Wajib Pajak
orang pribadi yang telah dibuatkan pemetaan (mapping) di KPP Pratama
Yogyakarta
Untuk analisis yang kelima ini, penulis mendapatkan kesulitan dalam memperoleh
data yang dibutuhkan, yaitu berupa data rekonsiliasi pembuatan mapping yang
dilakukan oleh Account Representative di seksi Waskon I s.d. Waskon IV KPP
Pratama Yogyakarta. Penulis hanya mendapatkan informasi berupa wawancara dari
beberapa AR yang terlibat langsung dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I serta
anggota Sekretariat Sensus Pajak Nasional Tahap I di KPP Pratama Yogyakarta
(wawancara terlampir).
Narasumber dari wawancara yang dilakukan oleh penulis menyatakan bahwa
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional belum mempunyai pengaruh signifikan terhadap
jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang telah dibuatkan pemetaan (mapping) di KPP
Pratama Yogyakarta. Hal itu terjadi karena belum selesainya pembuatan mapping
Wajib Pajak yang dilakukan oleh Account Representative. Biasanya, pembuatan
mapping dilakukan minimal setahun sekali. Untuk tahun pajak 2011, mapping telah
dibuat pada bulan Juni 2011, sedangkan untuk tahun pajak 2012 pembuatan mapping
belum selesai dilakukan mengingat sebagian besar Account Representative masih
disibukkan dengan Sensus Pajak Nasional Tahap II. Jadi, mapping setelah
dilaksanakannya Sensus Pajak Nasional Tahap I juga belum selesai dibuat sehingga
penulis tidak bisa menganalisis data tersebut.
Idealnya, berdasarkan tujuan dilaksanakannya Sensus Pajak Nasional, diharapkan
terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak yang telah dibuatkan mapping. Namun,
53

kenyataan di lapangan tidak selalu membuktikan hal tersebut. Di sisi lain, Sensus
Pajak Nasional cukup membantu para Account Representative dalam pengenalan
wilayah kerjanya masing- masing. Hal itu dapat dilihat dari pembagian wilayah sensus
yang sesuai dengan wilayah yang menjadi tanggung jawab masing- masing Account
Representative. Misalnya, AR yang bertugas untuk wilayah Kotabaru akan lebih
mengenal kondisi Wajib Pajak yang berada di wilayah Kotabaru serta potensi
perpajakan apa saja yang ada di wilayah tersebut.

C. Masalah yang Dihadapi
Dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I di KPP Pratama Yogyakarta,
terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh Tim Unit Pelaksana Sensus. Walaupun
secara keseluruhan tidak terlalu berpengaruh, alangkah baiknya jika masalah tersebut
dapat diminimalkan atau bahkan dihilangkan agar Sensus Pajak Nasional tahap
berikutnya dapat berjalan dengan lebih lancar. Beberapa masalah tersebut antara lain
adalah:
1. Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia
Target pemenuhan 1.500 Formulir Isian Sensus (FIS) yang ditetapkan pada
Sensus Pajak Nasional Tahap I di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta dalam
jangka waktu 2 (dua) bulan cukup menjadi beban bagi Account Representative.
Tentunya diperlukan tenaga yang cukup banyak untuk menjadi Tim Unit Pelaksana
Sensus (Tim UPS), sedangkan KPP Pratama Yogyakarta masih menggunakan tenaga
dari pegawainya, terutama Account Representative sebagai anggota Tim UPS. Tiap-
tiap tim hanya terdiri dari 2 (dua) orang anggota, yaitu seorang AR dan seorang
54

pelaksana yang diperbantukan dari seksi-seksi yang ada di KPP Pratama Yogyakarta.
Keputusan yang dibuat oleh Kepala Kantor bersama dengan Kepala Seksi
Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Yogyakarta untuk tidak menggunakan tenaga
outsorcing dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional memang cukup logis mengingat
wilayah yang disensus tidak terlalu luas, namun secara tidak langsung dapat
membebani anggota tim UPS itu sendiri.
Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Yogyakarta hanya
berjumlah 28 orang, sedangkan jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang harus diawasi
berjumlah 72.221 orang. Apabila dipukul rata, setiap Account Representative rata-rata
harus mengawasi Wajib Pajak sebanyak 2.579 orang. Suatu angka yang cukup besar.
Ditambah lagi dengan tugas Account Representative yang sangat banyak. Oleh karena
itu diperlukan adanya tenaga tambahan untuk membantu kerja Account
Representative dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional agar fungsi utama AR,
yaitu pengawasan terhadap Wajib Pajak dapat lebih maksimal.
2. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya
Kurangnya kesadaran wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya menjadi salah satu hambatan yang muncul dalam pelaksanaan Sensus
Paak Nasional. Banyak Wajib Pajak yang menganggap bahwa membayar pajak
hanya mengurangi penghasilan yang diperolehnya. Mereka merasa tidak
mendapatkan fungsi pajak secara langsung, padahal fungsi pajak bagi pembangunan
di Indonesia sangat besar. Di samping itu, pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan seringkali menjadi faktor utama penyebab
55

rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Akibatnya, Tim UPS seringkali harus
memberikan penjelasan tentang pemenuhan kewajiban perpajakan terlebih dahulu
kepada responden sensus, sedangkan mereka harus mengejar target jumlah FIS yang
diberikan sehingga cukup menghambat dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional
Tahap I.
3. Terbatasnya akses komputer untuk perekaman Formulir Isian Sensus (FIS)
Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Sensus Pajak Nasional, Tim Unit
Pelaksana Sensus melakukan perekaman FIS (Formulir Isian Sensus). Dalam
praktiknya, kadang perekaman FIS terkendala dengan terbatasnya akses komputer,
baik itu yang diakibatkan oleh komputer yang terkena virus maupun komputer yang
sudah ketinggalan zaman. Tentu saja hal ini dapat menghambat kinerja dari Tim
UPS.
4. Belum adanya aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan Sensus Pajak
Nasional yang diberikan oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak
Dalam memudahkan kinerja dan pengadministrasian data terkait Sensus Pajak
Nasional yang dilakukan oleh tiap-tiap Kantor Pelayanan Pajak di seluruh Indonesia,
seharusnya dibuat suatu aplikasi tindak lanjut (back office) yang berisi database
Sensus Pajak Nasional dan langkah- langkah pemanfaatannya. Dalam database ini
semua data tentang Sensus Pajak Nasional ditata secara rapi sehingga pegawai pajak
dapat mencari data yang diinginkan secara mudah dan sistematis. Dengan adanya
aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan Sensus Pajak Nasional yang diberikan
oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, diharapkan kinerja dari pegawai pajak,
seperti himbauan pembuatan NPWP oleh AR dapat meningkat. Meskipun sudah
56

menggunakan aplikasi perekaman FIS, aplikasi ini kurang mendukung fungsi
pemanfaatan data hasil Sensus Pajak Nasional.
5. Tim UPS yang kurang solid
Tim Unit Pelaksana Sensus disusun oleh sekretariat Sensus Pajak Nasional KPP
Pratama Yogyakarta dengan memperhatikan beberapa hal, seperti jenis kelamin, usia,
fasilitas kendaraan yang dimiliki, dsb. Walaupun sudah dirancang sedemikian rupa
agar tim tersebut dapat bekerja dengan solid, pada kenyataannya ada beberapa tim
yang tidak menunjukkan kinerja optimal. Ada anggota Tim UPS yang bekerja secara
individual dan tidak melakukan koordinasi antaranggota tim dengan baik. Akibatnya,
target FIS yang diberikan kepada masing- masing Tim UPS tidak tercapai dengan
cepat.
6. Banyak masyarakat yang masih antipati dengan pajak
Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa apabila membayar pajak, oknum
petugas pajak seperti Gayus Tambunan akan menyelewengkan uang pajak.
Dampaknya adalah Wajib Pajak menjadi enggan membayar pajak karena pandangan
negatif yang terlanjur melekat. Padahal dalam kenyataannya, Kantor Pelayanan Pajak
Pratama hanya sebagai tempat untuk mengadministrasikan data-data perpajakan dan
tempat untuk melaporkan bahwa Wajib Pajak tersebut telah menyetor pajak terutang
ke kas negara, bukan tempat untuk membayar pajak. Hal inilah yang cukup menjadi
kendala dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Banyak Tim UPS yang merasa
terancam ketika menjalankan tugas ketika melaksanakan sensus di kawasan yang
terkenal kurang aman, bahkan ada yang diteriaki maling karena memperlihatkan
atribut petugas pajak.
57

7. Penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi yang cenderung kecil
Penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi cenderung kecil apabila dibandingkan
dengan penerimaan dari Wajib Pajak badan. Oleh sebab itu, tidak sedikit petugas
pajak yang meremahkan wajib pajak orang pribadi dan lebih memerhatikan Wajib
Pajak pembayar pajak terbesar. Padahal, Sensus Pajak Nasional Tahap I justru
difokuskan pada pemenuhan target Formulir Isian Sensus (FIS) untuk orang pribadi.
Akibatnya, beberapa sensus yang dilakukan terkesan hanya mengejar setoran
karena kurang memperhatikan aspek-aspek penting pengisian formulir tersebut.
D. Alternatif Pemecahan Masalah
Dari rincian beberapa permasalahan yang sudah penulis uraikan sebelumnya,
penulis mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan jumlah Sumber Daya Manusia
Peningkatan jumlah Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan Sensus Pajak
Nasional sangat membantu dalam pencapaian target FIS yang telah ditentukan.
Peningkatan jumlah SDM tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga
outsorcing sebagai petugas pelaksana sensus. Saat ini, langkah tersebut sudah
diterapkan di beberapa KPP, namun untuk KPP Pratama Yogyakarta hal ini belum
dilakukan. Dengan demikian, sensus dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tugas
utama AR di kantor tetap dapat berjalan dengan optimal. Walaupun melibatkan tenaga
tambahan dari luar, peran AR sebagai ketua Tim UPS tetap diperlukan agar
pelaksanaan sensus dapat berjalan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.
2. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya
58

Salah satu fungsi Sensus Pajak Nasional adalah sebagai sarana menyosialisasikan
peraturan-peraturan perpajakan kepada masyarakat. Apalagi mengingat peraturan
dalam dunia perpajakan bersifat sangat dinamis, menyesuaikan pertumbuhan ekonomi
masyarakat sehingga masyarakat sebagai Wajib Pajak perlu untuk mendapat
pemberitahuan secara berkala dari Direktorat Jenderal Pajak. Walaupun bentuk-
bentuk pemberitahuan kepada masyarakat sudah cukup gencar, baik itu melalui
penyuluhan, pemberitahuan di media cetak dan elektronik, serta bentuk-bentuk
sosialisasi lainnya, tidak ada salahnya untuk mengoptimalkan sosialisasi perpajakan
melalui Sensus Pajak Nasional.
3. Mengoptimalkan akses komputer untuk perekaman Formulir Isian Sensus
(FIS)
Komputer yang berfungsi sebagai media perekaman FIS sebaiknya ditingkatkan,
baik itu kuantitas maupun kualitasnya. Selama penulis melaksanakan praktik kerja
lapangan di KPP Pratama Yogyakarta, penulis menjumpai hampir semua komputer
yang berada di Seksi Pengolahan Data dan Informasi bervirus sehingga sering hang.
Padahal, salah satu tugas Seksi PDI dalam Sensus Pajak Nasional adalah sebagai
petugas perekam FIS. Selain itu, beberapa unit komputer yang ada sudah ketinggalan
zaman sehingga kinerjanya tidak optimal. Oleh karena itu, sudah sewajarnya untuk
meningkatkan sarana dan prasarana berupa komputer di KPP Pratama Yogyakarta
sebagai media perekaman FIS.
4. Mengusulkan pembuatan aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan
Sensus Pajak Nasional kepada kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak
59

Sebagai unit terbawah yang berhadapan langsung dengan Wajib Pajak, KPP
memegang peranan penting dalam pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Peran besar
KPP tersebut dapat terlihat dari terpenuhinya target FIS yang diberikan oleh kantor
pusat Direktorat Jenderal Pajak. Namun, pihak KPP sendiri masih belum
mendapatkan manfaat optimal dari pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Hal tersebut
terjadi dikarenakan belum adanya aplikasi tindak lanjut (back office) pelaksanaan
Sensus Pajak Nasional yang dibuat oleh kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Selama ini, pemanfaatan data hasil sensus diserahkan kepada masing- masing AR
yang terkait dengan data tersebut. Ternyata dalam praktiknya, sebagian besar AR
belum mampu memanfaatkan data hasil sensus dengan optimal. Oleh karena itu,
sebaiknya KPP mengusulkan pembuatan aplikasi tindak lanjut (back office)
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional kepada kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak.
5. Meningkatkan kekompakan Tim UPS
Agar Sensus Pajak Nasional dapat berjalan dengan lebih baik, dalam artian tidak
sekedar mengejar target FIS, sudah selayaknya jika tiap anggota dalam kepanitiaan
Sensus Pajak Nasional di tingkat KPP merasa nyaman dengan anggota yang lain.
Untuk itu, diperlukan suatu cara untuk meningkatkan kekompakan anggota tim. Hal
itu dapat diwujudkan dengan melaksanakan outbond atau mengikuti pelatihan
teamwork. Jika tiap anggota tim sudah merasa mempunyai peran dalam kepanitiaan
Sensus Pajak Nasional, pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan lebih lancar,
tidak ada yang bekerja secara individual karena hal itu justru menghambat kinerja tim
secara keseluruhan.
6. Memperbaiki citra Direktorat Jenderal Pajak di mata masyarakat
60

Perbaikan citra Direktorat Jenderal Pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Contoh nyatanya antara lain adalah menggencarkan sosialisasi melalui spanduk,
banner, iklan, pemberian cinderamata kepada masyarakat berupa gantungan kunci,
pena, stiker, payung, dan lain- lain. Yang terpenting dari pelaksanaan sosialisasi
tersebut adalah masyarakat merasa tertarik. Jika sudah mendapat tanggapan positif
dari masyarakat, pelaksanaan Sensus Pajak Nasional dapat berjalan dengan lebih
lancar.
7. Memandang penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi sama pentingnya
dengan penerimaan pajak yang lain
Sekecil apapun jumlahnya, penerimaan pajak dari Wajib Pajak orang pribadi tetap
berkontribusi pada total penerimaan di KPP Pratama Yogyakarta. Apalagi, potensi
perpajakan KPP Pratama Yogyakarta didominasi oleh tingginya jumlah Wajib Pajak
orang pribadi. Jika hal ini diperhatikan dengan baik, bukan tidak mungkin penerimaan
pajak orang pribadi sanggup menjadi penentu keberhasilan pencapaian target
penerimaan KPP Pratama Yogyakarta. Maka, pegawai pajak yang menjadi anggota
Tim UPS harus memandang semua Wajib Pajak itu sama pentingnya dan tidak
membeda-bedakan.





61
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan data dan fakta yang diperoleh serta analisis dan pembahasan masalah
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil simpulan sebagai
berikut, yaitu:
1. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional belum berkontribusi secara maksimal
terhadap peningkatan pencapaian target penerimaan pajak secara keseluruhan dan
penerimaan Pajak Penghasilan orang pribadi di KPP Pratama Yogyakarta, namun
Sensus Pajak Nasional cukup membantu untuk mempertahankan prestasi pencapaian
target penerimaan dari tahun sebelumnya sehingga tidak mengalami penurunan. Hal
ini cukup wajar mengingat Sensus Pajak Nasional tahap I masih berfokus pada subjek
pajak orang pribadi, belum mencakup subjek pajak badan, dan masih terbatas
dilakukan di blok tertentu.
Penerimaan PPh 25/29 orang pribadi pada bulan-bulan selama dan setelah
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I, yaitu Oktober s.d. Desember 2011
menyumbang porsi yang ideal terhadap total penerimaan selama tahun 2011. Ketiga
bulan tersebut mempunyai jumlah penerimaan sebesar 3.583.319.767 atau
62

berkontribusi sebesar 24,41%. Jumlah tersebut cukup ideal karena hampir mencapai
seperempat dari total penerimaan tahun 2011, sebanding dengan perbandingan 3
terhadap 12 bulan (25%).
2. Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional belum berkontribusi secara maksimal
terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama
Yogyakarta. Dilihat dari penambahan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar selama dan
setelah pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap I, yaitu bulan Oktober sampai
dengan Desember 2011, penambahan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar pada bulan
Oktober mengalami peningkatan dari bulan September, dari 414 menjadi 585, namun,
pada bulan November, mengalami penurunan menjadi 395 dan pada bulan Desember
naik lagi menjadi 490. Jika ditotal, penerimaan ketiga bulan ini mencapai 1.470,
berkontribusi sebesar 22,79% terhadap total penambahan jumlah Wajib Pajak orang
pribadi terdaftar selama tahun 2011.
Koefisien korelasi bernilai 1,00 atau berkolerasi sempurna. Nilai r yang maksimal
di antara interval yang ada (antara -1,00 s.d. 1,00) menunjukkan bahwa terdapat
hubungan (korelasi) sempurna yang kuat dan positif antara peningkatan jumlah Wajib
Pajak orang pribadi terdaftar dengan peningkatan penerimaan Pajak Penghasilan
orang pribadi. Nilai r yang positif menunjukkan bahwa peningkatan Wajib Pajak
orang pribadi terdaftar (x) berbanding lurus terhadap peningkatan penerimaan PPh
25/29 orang pribadi (y) di KPP Pratama Yogyakarta. Semakin besar peningkatan
Wajib Pajak orang pribadi terdaftar, semakin besar pula peningkatan penerimaan PPh
25/29 orang pribadi dan begitu pula sebaliknya.
63

Koefisien Determinasi bernilai antara 1 sampai 0. Semakin besar nilainya berarti
semakin besar juga pengaruh suatu variabel dan sebaliknya, apabila semakin
kecil nilainya berarti semakin kecil juga pengaruh variabel tersebut terhadap
variabel lainnya. Dalam hal ini, karena KD bernilai 1 (sangat kuat dan positif), maka
persentase peningkatan Wajib Pajak orang pribadi terdaftar (x) berkolerasi positif
terhadap persentase peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang pribadi di KPP Pratama
Yogyakarta. Artinya, peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta akan diikuti dengan peningkatan penerimaan PPh 25/29 orang
pribadi.
Secara umum, terdapat beberapa masalah atau hambatan yang dihadapi selama
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama Yogyakarta, namun secara
keseluruhan tidak mempengaruhi kinerja Tim UPS dalam pencapaian target Formulir
Isian Sensus. Masalah yang ada tersebut dapat menjadi bahan masukan dalam
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Tahap II yang sampai saat laporan ini dibuat
masih berjalan.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis mencoba
memberikan saran-saran yang dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu untuk pihak
internal maupun pihak eksternal KPP Pratama Yogyakarta.
1. Untuk pihak internal KPP Pratama Yogyakarta
a. Peran Account Representative dalam pengolahan data hasil Sensus Pajak Nasional
Tahap I di KPP Pratama Yogyakarta lebih ditingkatkan lagi, mengingat Account
64

Representative merupakan ujung tombak pencapaian target penerimaan KPP
Pratama Yogyakarta;
b. Penggunaan tenaga dari luar (outsorcing) akan cukup membantu dalam
pelaksanaan Sensus Pajak Nasional. Peran AR tidak lagi sebagai pelaksana sensus
secara langsung, namun cukup sebagai pendamping. Dengan demikian, tugas
utama AR untuk mengawasi Wajib Pajak tetap dapat berjalan dengan lancar.
Namun, hal itu perlu dipertimbangkan dengan alokasi dana yang tersedia,
mengingat penggunaan tenaga outsorcing mengharuskan pengeluaran kas untuk
membayar upah atau honor tenaga outsorcing tersebut;
c. Penyediaan sarana perekaman Formulir Isian Sensus (FIS) berupa unit komputer
yang bebas dari virus dan sesuai perkembangan zaman. Sampai saat ini, sebagian
unit komputer yang tersedia di KPP Pratama Yogyakarta, terutama di Seksi
Pengolahan Data dan Informasi merupakan inventaris hasil pengadaan barang
yang dilakukan sudah cukup lama. Hal tersebut dapat diketahui dari tampilan dan
spesifikasi komputer yang ketinggalan zaman. Selain itu, hampir seluruh
komputer tersebut bervirus sehingga ketika dipergunakan sering hang. Akibatnya,
proses perekaman Formulir Isian Sensus menjadi terhambat dan kinerja petugas
perekam tidak optimal;
d. Penyediaan aplikasi tindak lanjut hasil Sensus Pajak Nasional yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang membutuhkan, seperti AR. Selama ini, data
hasil Sensus Pajak Nasional hanya sampai pada perekaman di komputer saja,
belum ada langkah lebih lanjut (back office) untuk pemanfaatan data tersebut.
Padahal, adanya database yang lengkap dan sistemastis sangat menunjang kinerja
65

AR dalam pengawasan Wajib Pajak serta menjaring Wajib Pajak baru yang
potensial;
e. Mengadakan program outbond atau pelatihan teamwork bagi seluruh anggota
Sekretariat Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama Yogyakarta. Dengan adanya
program outbond atau pelatihan teamwork tersebut, tiap-tiap anggota Sekretariat
Sensus Pajak Nasional di KPP Pratama Yogyakarta dapat terjaga semangatnya
dan merasa memiliki andil dalam kepanitiaan tersebut sehingga tidak ada lagi
yang bekerja secara individual. Kerjasama antar anggota pun dapat terjalin lebih
erat.
2. Untuk pihak eksternal KPP Pratama Yogyakarta
a. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan Wajib Pajak orang pribadi dalam
pemenuhan kewajiban perpajakannya;
b. Memperbaiki citra Direktorat Jenderal Pajak di mata masyarakat melalui berbagai
cara;
c. Memandang penerimaan dari Wajib Pajak orang pribadi sama pentingnya dengan
penerimaan pajak yang lain. Sekecil apapun jumlahnya, penerimaan pajak dari
Wajib Pajak orang pribadi tetap berkontribusi pada total penerimaan di KPP
Pratama Yogyakarta.
66

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. 2008. Himpunan Peraturan Mahasiswa
dan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Tangerang: badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.
Direktorat Jenderal Pajak. 2012. Buku Panduan Sensus Pajak Nasional. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak.
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus Buku 1 Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat.
Supranto, J. 2000. Statistik Teori dan Aplikasi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
2. Dokumen
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009.
------------. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008.

------------. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang Sensus
Pajak Nasional.
------------. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.03/2011 tentang
Pembentukan Tim Sensus Pajak Nasional.
------------. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-09/PJ/2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-30/PJ/2011 tentang
Pedoman Teknis Sensus Pajak Nasional.
------------. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-13/PJ/UP.90/2011
tentang Penegasan Rekrutmen Pelaksana Sensus Pajak Nasional (SPN) Non-
Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS).
------------. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-75/PJ/2011 tentang
Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK.03/2011 tentang
Sensus Pajak Nasional dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
30/PJ/2011 tentang Pedoman Teknis Sensus Pajak Nasional.
67

------------. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-76/PJ/2011 tentang
Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional.
Direktorat Jenderal Pajak. Law Enforcement Terhadap Wajib Pajak Baru 2%.
http://www.pajak.go.id/content/news/law-enforcement-terhadap-wajib-pajak-
baru-2 (diakses 28 Mei 2012)
http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php (diakses 17 Juli 2012)




LAMPIRAN I
DAFTAR ACCOUNT REPRESENTATIVE BESERTA WILAYAH KERJANYA (SETELAH MUTASI BULAN JUNI 2012)
NO NAMA AR NIP SEKSI WILAYAH KERJA
1 MASNA CHURIA 197405061994022001 060083849 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Purwokinanti, Gunungketur
2 RINO YESSY YANIARDI 197401221995112002 060087593 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Muja-Muju
3 ALFIN SUBARKAH 197105131992031001 060081296 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Ngupasan
4 BAROKAH SEMEDI AMD 197505261995111001 060087586 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Pandeyan, Giwangan
5 ASMAH NURHAYATI 060082575 060082575 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Sorosutan
6 DEWI SUSILAWATI 197312061994022001 060083777 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Tahunan
7 MINACHURROZAQ 197203221992011001 060080546 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Semaki, Warungboto
8 HERU PURNOMO 197809192000121001 060100215 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Prawirodirjan
9 YUANITA KUSUMASTUTI 197506131996022001 060089330 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Suryatmajan
10 LATIF PRASAJA 197903062000121001 060099728 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Terban
11 WALUYONO 197204031994021001 060083762 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Klitren
12 WIHARDIANI 197205221992012001 060080232 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Tegalpanggung, Pringgokusuman
13 DEWI APRI MEISARI 197504301996022001 060088508 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Demangan
14 THERESIA SETYAWATI 197605041996022002 060089318 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Bausasran
15 TIMBUL WAHYONO 197607121999031003 060096340 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Kotabaru
16 BUDI RIYANTO 198006222001121001 060101472 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Baciro
17 MOCH AGUNG GUNARSO 197109141992011002 060080327 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Tegalrejo, Bener
18 ENDANG SUTIYANI 060054619 060053619 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Wirobrajan, Patangpuluhan
19 DESI WIDIASTUTI 197512131996022001 060088555 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Cokrodiningratan
20 WIWIN NURBIYATI 197401271995112001 060087588 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Bumijo
21 AKHMAD SURYOPRANANTO 197510201995111001 060087623 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Kricak, Pakuncen
22 IRSYAD SANTOSO 197502271995111001 060087773 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Gowongan, Sosromenduran
23 SETIAWATI 197405281995112001 060087814 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Karangwaru
24 EKO JATMIKO 197607311996031001 060090468 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Notoprajan, Ngampilan
25 SUKARDI 196403171984031001 131400203 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Prenggan, Brontokusuman
26 AGUS PRASOJO 197308161994021002 060083528 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Panembahan, Mantrijeron
27 SIGIT SISWANDOYO 197605061996031001 060090453 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Wirogunan, Purbayan
28 RINA KADARYANI 197701161999032001 060095406 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Rejowinangun, Patehan
29 ANA ANDAYANI 197601211996032001 060090521 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Gedongkiwo
30 KHURIAH NUR AZIZAH 197406061996022001 060088571 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Keparakan, Kadipaten
31 ARIEF SETIAWAN 198302232004121002 060108148 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Suryodiningratan


LAMPIRAN II
TIM DAN JADWAL PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL TAHAP I KPP PRATAMA YOGYAKARTA
Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V
3 - 8 Okt 10 - 15 Okt 17 - 22 Okt 24 - 29 Okt 31 - 5 Nop 7 - 12 Nop 14 -19 Nop 21 - 26 Nop 28 - 30 Nop
1 Kel. Suryatmajan 001 341 1 Apriasi Adi Nugraheni Anna Maolina
002 329 2 Yuniari Edi Sutiar Arif Riyadi
003 311 3 Sigit Siswandoyo Edy Supa'at
981
2 Kel. Ngupasan 001 254 4 Nur Cholis Rochman Okie Indra Wijaya
002 226 5 Theresia Setyawati Wiyono
003 354 6 Rino Siwi Raharjo Andhi Goenawan H.
006 51
007 87
008 30
1.002
3 Kel. Sosromenduran 003 211 8 Sukardi Indrapriyanti
004 155 9 Wisnu Laksana Dian Aprilianti
005 258 10 Tri Haryanti Sulistyo Astono
006 230 11 Dewi Apri Meisari Ekhsan Sugiarta
007 431 12 Edy Triyanto Iwang Kurniawan
008 373 13 Barokah Semedi Hanief Rouhan Mashadi
1.658
4 Kel. Gowongan 002 291 14 Dewi Nurlia H. Astari Dhini K.
003 176
007 152
008 244 16 Intan Ikasari Arief Pandu Atmojo Aji
863
5 Kel. Bumijo 001 286 17 Wiwin Nurbiyati Nur Adi Wibowo
002 432 18 Latif Prasaja Alex Taufiq
003 203 19 Fakhrudin Triwibowo Elfrida Norita Siregar
921
6 Kel. Cokrodiningratan 009 195 20 Suparyanto Nana Indriyati
5.620
Keterangan:
Kepala Kantor,
: Dilakukan sensus di lokasi
Arridel Mindra
NIP 197008241991031005
TIM DAN JADWAL PELAKSANAAN SENSUS
KPP PRATAMA YOGYAKARTA
2011
NO KELURAHAN BLOK OP PBB TIM KETUATIM UPS PETUGAS SENSUS
JADWAL PELAKSANAAN SPN
7 Eko Jatmiko Aziz Imam Machmudi
JUMLAH TOTAL OP PBB
15 Munawar Almansur Evan Rizaldhi



LAMPIRAN III
FORMULIR ISIAN SENSUS (FIS) ORANG PRIBADI SENSUS PAJAK NASIONAL TAHAP I




LAMPIRAN IV
SURAT PERMINTAAN SARANA DAN PRASARANA SPN KPP PRATAMA YOGYAKARTA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

Jalan Panembahan Senopat i No. 20 Telepon : 0274-373403
Yogyakart a 55121 Faximile : 0274-380417
Homepage DJP : www.pajak.go.id

Nomor : S- /WPJ.23/KP.02/ 2011 22 September 2011
Perihal : Permintaan Sarana dan Prasarana
Sensus Pajak Nasional


Yth. Kepala Sub Tim Sarana dan Prasarana
Sensus Pajak Nasional
KPP Pratama Yogyakarta

Sehubungan dengan pelaksanaan program Sensus Pajak Nasional (SPN), dibutuhkan sarana dan prasarana
untuk mendukung suksesnya program tersebut. Berikut daftar sarana dan prasarana yang dibutuhkan:
No Jenis Perlengkapan Jumlah
1 Binder Clip Besar 10 kotak
2 Binder Clip Sedang 10 kotak
3 Binder Clip Kecil 10 kotak
4 Ordner Besar 1 lusin
5 Formulir Isian Sensus OP (hijau) cetak bolak balik 4500 lembar
6 Formulir Isian Sensus Badan (magenta) cetak bolak balik 1000 lembar
7 Formulir Pengamatan SPN 5500 lembar
8 Amplop Coklat 5000 set
9 Leaflet/Brosur SPN 5000 set
10 Leaflet Kewajiban Perpajakan 5000 set
11 Goodie Bag 5000 set
12 Surat Pernyataan Tidak Bersedia Mengisi/Menandatangani FIS 2000 lembar
13 Tanda Terima FIS 2000 lembar
14 Berita Acara Responden Tidak Dapat Ditemui di Lokasi Sensus 1500 lembar
15 Map Logo SPN 6000 lembar
16 Ballpoint 10 lusin
17 Pensil 5 lusin
18 Lem Kertas 15 buah
19 Kertas HVS F4 5 rim
20 Kertas HVS A4 5 rim
21 Tip Ex 5 lusin
22 Staples kecil dan isinya 15 buah
23 Tas/Backpack 25 buah
24 Tanda Pengenal Petugas (Name Tag)
Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Ketua,


Farid Hidayat
NIP 197010081995031002



BERITA ACARA RESPONDEN
TIDAK DAPAT DITEMUI DI LOKASI SENSUS (FIS KATEGORI 3)

Pada hari ini .......................tanggal............bulan...........................tahun.................
Berdasarkan Surat Tugas Nomor.....................................tanggal.............................
Kami selaku Unit Pelaksana Sensus atas responden:
Nama : ...........................................................................
NPWP : ...........................................................................
NOP : ...........................................................................
Alamat : ...........................................................................
telah melakukan kunjungan:


Kunjungan Orang yang dapat ditemui
Ke
Hari Tanggal Waktu Nama Tanda Tangan






















Dengan hasil akhir Formulir Isian Sensus tidak diisi.
Demikian berita acara ini dibuat dengan sebenarnya.
Unit Pelaksana Sensus
Supervisor Petugas

LAMPIRAN V
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121

Telepon
Faximile
Homepage DJP

:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id



LAPORAN HARIAN

Tanggal Pelaksanaan Sensus : ...........................................................................
Kode Cluster : ...........................................................................
Nama Cluster : ...........................................................................
Sektor : ...........................................................................

No Nomor DPS Tim Pelaksana Sensus Status Pelaksanaan*



1 2 3 4














































Jumlah


LAMPIRAN VI
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121

Telepon
Faximile
Homepage DJP

:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id



MONITORING SPN

PERIODE : .. s.d.
1C.1 KPP
No Nama Petugas Target
Kategori Wajib Pajak
1 2 3 4 Total













Total

LAMPIRAN VII
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121

Telepon
Faximile
Homepage DJP

:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id



FORMULIR PENGAMATAN SPN
Nomor Formulir :......................................

Cluster : ............................................................
Tanggal : ............................................................
Petugas Pengamat : ............................................................
Klasifikasi Status Tindak Lanjut : ............................................................

I. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan
Jenis Kegiatan
Dilaksanakan
Keterangan
Ya Tidak
a. Penjelasan Maksud dan Tujuan SPN
b. Wawancara Responden dan Pengisian FIS oleh Petugas
c. Penandatanganan FIS oleh Responden
d. Penempelan Stiker

II. Sasaran Pengamatan
a. Kondisi Usaha/Kantor/Tempat Tinggal



b. Harta Tidak Bergerak




LAMPIRAN VIII
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121

Telepon
Faximile
Homepage DJP

:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id


c. Harta Bergerak



d. Lainnya




III. Hambatan/masalah yang ditemui










IV. Kesimpulan Hasil Pengamatan

















SURAT PERNYATAAN TIDAK BERSEDIA MENGISI/MENANDATANGANI
FORMULIR ISIAN SENSUS


Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Responden :
NOP :
NPWP :
Alamat :

setelah menerima penjelasan dari Petugas Sensus, dengan ini saya menyatakan dengan
sungguh-sungguh bahwa saya tidak bersedia mengisi dan/atau menandatangani Formulir
Isian Sensus Pajak Nasional. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya
tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

.,..... 2011
Mengetahui, Responden yang bersangkutan,
Petugas Sensus Pajak Nasional





NIP



LAMPIRAN IX
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121

Telepon
Faximile
Homepage DJP

:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id



BERITA ACARA RESPONDEN MENOLAK MENGISI DAN MENANDATANGANI
SURAT PERNYATAAN

Pada hari ini.....................tanggal..............bulan....................tahun...................berdasarkan
Surat Tugas Pelaksanaan Sensus Pajak Nasional Nomor......................tanggal...................
maka kami yang tersebut di bawah ini selaku Sub Tim Penyisiran Sensus Pajak Nasional
terhadap responden (Wajib Pajak):

Nama : ........................................................................
NPWP : ........................................................................
NOP : ........................................................................
Alamat : ........................................................................

sehubungan responden (Wajib Pajak) menolak untuk diwawancara dan mengisi serta
menandatangani Surat Pernyataan, maka Sub Tim Penyisiran membuat Berita Acara
Menolak untuk Mengisi dan Menandatangani Surat Pernyataan dengan disaksikan oleh
saksi dari pihak lain.

Berdasarkan Berita Acara ini maka akan ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya.

Saksi Ketua UPS




. .
NIP
LAMPIRAN X
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
KANTOR WILAYAH DJP DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA YOGYAKARTA

Jl. P. Senopati No.20
Yogyakarta 55121

Telepon
Faximile
Homepage DJP

:
:
:
(0274) 373403, 380415
(0274) 380417
www.pajak.go.id




LAMPIRAN XI
LAPORAN PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL KPP PRATAMA YOGYAKARTA (REALISASI FIS)
Badan OP Badan OP Badan OP Badan OP
1 Suryatmajan 001 209 1 Apriasi Adi Nugraheni Anna Maolina 20 198 - 4 - 2 1 2 224 227 108,61%
002 275 2 Yuniari Edi Sutiar Arif Riyadi 8 381 - - - - - - 389 389 141,45%
003 261 3 Sigit Siswandoyo Edy Supa'at 3 213 - - - - - - 216 216 82,76%
2 Ngupasan 001 228 4 Nur Cholis Rochman Okie Indra Wijaya 13 185 - 2 - 5 - 57 205 262 114,91%
002 114 5 Theresia Setyawati Wiyono 4 90 - - - 4 - 9 98 107 93,86%
003 315 6 Rino Siwi Raharjo Andhi Goenawan H. 10 192 - - - - - - 202 202 64,13%
006, 007, 008 60 7 Eko Jatmiko Aziz Imam Machmudi 11 71 - - - 8 - 1 90 91 151,67%
3 Sosromenduran 003 191 8 Sukardi Indrapriyanti 8 157 - - - 3 - - 168 168 87,96%
004 149 9 Wisnu Laksana Dian Aprilianti 8 121 - - 1 7 - - 137 137 91,95%
005 222 10 Tri Haryanti Sulistyo Astono 4 210 - - - - - 12 214 226 101,80%
006 144 11 Dewi Apri Meisari Ekhsan Sugiarta 21 136 - - - - - 10 157 167 115,97%
007 390 12 Edy Triyanto Iwang Kurniawan 9 337 - 4 - - 3 51 350 404 103,59%
008 353 13 Barokah Semedi Hanief Rouhan Mashadi 7 309 - - - - 3 36 316 355 100,57%
4 Gowongan 002 257 14 Dewi Nurlia H. Astari Dhini K. 5 325 - - - - - - 330 330 128,40%
003,007 256 15 Munawar Almansur Evan Rizaldhi 16 322 - 1 - 4 - 30 343 373 145,70%
008 222 16 Intan Ikasari Arief Pandu Atmojo Aji 13 266 - - - - - - 279 279 125,68%
5 Bumijo 001 377 17 Wiwin Nurbiyati Nur Adi Wibowo 8 335 - - - - 2 50 343 395 104,77%
002 252 18 Latif Prasaja Alex Taufiq 10 246 - - - - 4 49 256 309 122,62%
003 183 19 Fakhrudin Triwibowo Elfrida Norita Siregar 5 171 - - - 1 14 4 177 195 106,56%
6 Cokrodiningratan 009 189 20 Suparyanto Nana Indriyati 5 185 - - - - - 38 190 228 120,63%
4.647 188 4.450 - 11 1 34 27 349 4.684 5.060 108,89%
TAMBAHAN FIS
Badan OP Badan OP Badan OP Badan OP
1 Malioboro Mall 56 10 - - - 57 - - 123 123
2 Ramai Mall 5 68 - - - - - - 73 73
3 Toko Progo 4 14 - - - 25 - - 43 43
4 Pasar Beringharjo - 548 - 30 - - - - 578 578
65 640 - 30 - 82 - - 817 817
TARGET 5.500 5.501 5.877 100,02%
REALISASI FIS
JUMLAH
RESPONDEN
PERSENTASE No Nama
Jumlah
REALISASI PELAKSANAAN
REALISASI FIS
Jumlah
KATEGORI (1) KATEGORI (2) KATEGORI (3) KATEGORI (4)
LAPORAN PELAKSANAAN SENSUS PAJAK NASIONAL
KPP PRATAMA YOGYAKARTA
3 OKTOBER 2011 s.d 31 NOVEMBER 2011
NO KELURAHAN BLOK TARGET TIM KETUA TIM PETUGAS SENSUS
JUMLAH
RESPONDEN
PRESENTASE
KATEGORI (1) KATEGORI (2) KATEGORI (3) KATEGORI (4)



LAMPIRAN XII
WAWANCARA

A. Wawancara I
Narasumber : Wiwin Nurbiyati
Jabatan : Account Representative Seksi Waskon III
Waktu wawancara : Rabu, 4 Juli 2012 pukul 16.00 WIB

1. Apakah Ibu turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang dilaksanakan
pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, sebagai AR yang membawahi wilayah Bumijo saya turut terjun ke lapangan
sebagai Ketua Tim UPS untuk wilayah tersebut, yaitu Tim 17.

2. Apakah Sensus Pajak Nasional Tahap I berjalan sesuai dengan rencana?
J awab:
Untuk KPP Pratama Yogyakarta, SPN Tahap I sudah berjalan sesuai dengan
rencana dan dapat dilaksanakan tepat waktu.

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap SPN?
J awab:
Secara umum, masyarakat Yogyakarta cukup terbuka terhadap SPN. Dalam
artian, mayoritas responden SPN memberikan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam pengisian FIS, walaupun ada juga yang menolak untuk
memberikan. Biasanya, hal itu disebabkan dengan alasan yang bersangkutan
bukan orang atau pemilik usaha yang didatangi oleh Tim UPS. Jika yang ditemui
hanya pegawai, mereka diminta memberitahukan kepada pemilik usaha bahwa
beberapa hari setelahnya Tim UPS akan mendatangi tempat tersebut kembali.
Kepatuhan masyarakat terhadap pajak juga cukup baik sehingga pada akhirnya
sebagian besar target responden berhasil disensus.

4. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Idealnya seperti itu, namun menurut saya, SPN belum berkontribusi secara
maksimal terhadap peningkatan penerimaan PPh orang pribadi dan peningkatan
jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP Pratama Yogyakarta. Pada
kenyataannya, SPN hanya sampai sebatas pada perekaman FIS, belum ada
aplikasi tindak lanjutnya, jadi sampai saat ini belum ada kontribusinya secara
langsung.



5. Apakah sosialisasi tentang SPN yang dilakukan oleh Kantor Pusat DJP maupun
yang dilakukan oleh KPP Pratama Yogyakarta kepada masyarakat sudah cukup
baik?
J awab:
Ya, sosialisasi yang dilakukan sudah cukup baik. Hal itu dapat dilihat dari
spanduk yang dipasang serta beragam souvenir SPN berupa pin, pena, stiker,
payung, dsb yang diberikan untuk menarik minat masyarakat dalam program
SPN.

6. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat ditemui di lokasi
sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk kategori 2,
responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia menjawab
dan menandatangani FIS, biasanya adalah pegawai yang beralasan tidak
mempunyai kewenangan untuk menjawab. Pada akhirnya, FIS kategori 2 ini
dapat berubah menjadi kategori 1 karena Tim UPS mendatangi responden
tersebut dan bertemu dengan pemilik usaha secara langsung. Untuk FIS kategori
3, yaitu responden tidak berada di tempat saat pencacahan, akan tetapi ada pihak
yang memiliki hubungan dengan responden, tidak ditemukan sama sekali. Untuk
FIS kategori 4, yaitu objek sensus tidak/belum berpenghuni, sangat sedikit
jumlahnya.

7. Apakah target pencapaian FIS terpenuhi?
J awab:
Ya, target 5.500 FIS terpenuhi, bahkan melebihi. Realisasi FIS SPN Tahap I
adalah 5.501 FIS yang diperoleh dari 5.877 responden.

8. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Namun, sampai saat ini (Juli
2012) mapping terbaru setelah pelaksanaan SPN Tahap I belum selesai dibuat
mengingat sebagian besar AR masih disibukkan dengan SPN Tahap II dan
kegiatan kantor lainnya.

9. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan SPN?
J awab:
Kendala yang dihadapi hampir tidak ada karena Tim UPS sudah melaksanakan
kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti pihak kelurahan sebagai
pendamping. Sebelum sensus dimulai, para warga sudah diberitahu pihak


kelurahan bahwa akan dilaksanakan sensus di wilayah tersebut sehingga sensus
dapat berjalan dengan lancar.

10. Saat ini (Juli 2012) sedang dilaksanakan SPN Tahap II. Dari SPN Tahap I yang
telah dilakukan, adakah perubahan atau peningkatan yang terjadi?
J awab:
Secara umum tidak banyak yang berubah. Perubahan yang ada, jika dulu target
FIS hanya 5.500, sekarang meningkat menjadi 15.000 FIS. Sebenarnya hal itu
sebanding dengan jangka waktu yang diberikan. Jika dulu hanya dilaksanakan
dalam waktu 2 (dua) bulan, sekarang dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan.
Untuk teknis dan prosedur SPN Tahap II tidak ada yang berubah dari SPN Tahap
I.

B. Wawancara II
Narasumber : Bapak Sukardi
Jabatan : Account Representative Seksi Waskon IV
Waktu wawancara : Rabu, 4 Juli 2012 pukul 16.30 WIB

1. Apakah Bapak turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang
dilaksanakan pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya turut terjun ke lapangan sebagai Ketua Tim UPS untuk Blok 003
Kelurahan Sosromenduran, yaitu Tim 8.

2. Apakah Sensus Pajak Nasional Tahap I berjalan sesuai dengan rencana?
J awab:
Untuk KPP Pratama Yogyakarta, SPN Tahap I sudah berjalan sesuai dengan
rencana dan dapat dilaksanakan tepat waktu.

3. Bagaimana respon masyarakat terhadap SPN?
J awab:
Cukup bagus, walaupun banyak juga masyarakat yang masih memandang negatif
pegawai pajak mengingat banyaknya kasus-kasus korupsi dan penyuapan yang
dilakukan oleh beberapa oknum pegawai pajak, seperti Gayus Tambunan. Saya
sendiri sudah kebal terhadap hal- hal seperti itu, jadi saya jalankan saja tugas
sesuai perintah.

4. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Belum ada kontribusinya. Pada kenyataannya, SPN hanya sampai sebatas pada
perekaman FIS, belum ada aplikasi tindak lanjutnya.



5. Apakah sosialisasi tentang SPN yang dilakukan oleh Kantor Pusat DJP maupun
yang dilakukan oleh KPP Pratama Yogyakarta kepada masyarakat sudah cukup
baik?
J awab:
Ya, sosialisasi yang dilakukan sudah cukup baik.

6. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat ditemui di lokasi
sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk kategori 2,
responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia menjawab
dan menandatangani FIS, biasanya adalah pegawai yang beralasan tidak
mempunyai kewenangan untuk menjawab. Pada akhirnya, FIS kategori 2 ini
dapat berubah menjadi kategori 1 karena Tim UPS mendatangi responden
tersebut dan bertemu dengan pemilik usaha secara langsung. Untuk FIS kategori
3, yaitu responden tidak berada di tempat saat pencacahan, akan tetapi ada pihak
yang memiliki hubungan dengan responden, ditemukan tetapi hanya beberapa.
Untuk FIS kategori 4, yaitu objek sensus tidak/belum berpenghuni, tidak ada
sama sekali.

7. Apakah target pencapaian FIS terpenuhi?
J awab:
Ya, target 5.500 FIS terpenuhi, bahkan melebihi. Realisasi FIS SPN Tahap I
adalah 5.501 FIS yang diperoleh dari 5.877 responden.

8. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

9. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan SPN?
J awab:
Yang cukup signifikan mungkin hanya respon awal masyarakat yang masih
antipati terhadap pajak, apalagi saat ini banyak terkuak oknum-oknum pegawai
pajak yang nakal. Adanya kasus Gayus itu cukup signifikan efeknya terhadap
DJP. Diharapkan, adanya SPN bisa menjadi media sosialisasi bagi Wajib Pajak
dan pemulihan citra DJP di mata masyarakat.

10. Saat ini (Juli 2012) sedang dilaksanakan SPN Tahap II. Dari SPN Tahap I yang
telah dilakukan, adakah perubahan atau peningkatan yang terjadi?
J awab:


Perubahan yang ada, jika dulu target FIS hanya 5.500, sekarang meningkat
menjadi 15.000 FIS. Sebenarnya hal itu sebanding dengan jangka waktu yang
diberikan. Jika dulu hanya dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) bulan, sekarang
dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan. Untuk teknis dan prosedur SPN
Tahap II tidak ada yang berubah dari SPN Tahap I.

C. Wawancara III
Narasumber : Ibu Dewi Apri Meisari dan Ibu Theresia Setyawati
Jabatan : Account Representative Seksi Waskon II
Waktu wawancara : Kamis, 5 Juli 2012 pukul 16.00 WIB

1. Apakah Ibu turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang dilaksanakan
pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya (Ibu Dewi) sebagai Ketua Tim UPS untuk Blok 006 Kelurahan
Sosromenduran, yaitu Tim 11, sedangkan Ibu Wati sebagai Ketua Tim UPS
untuk Blok 002 Kelurahan Ngupasan.

2. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Belum ada kontribusinya. Pada kenyataannya, SPN hanya sampai sebatas pada
perekaman FIS, belum ada aplikasi tindak lanjutnya.

3. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat ditemui di lokasi
sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk kategori yang
lain (2, 3, dan 4) ada, tapi hanya sedikit.

4. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah.








D. Wawancara IV
Narasumber : Bapak Farid Hidayat
Jabatan : Kepala Seksi Waskon IV
Waktu wawancara : Jumat, 6 Juli 2012 pukul 10.00 WIB

1. Apakah Bapak turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang
dilaksanakan pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya sebagai Ketua Sekretariat SPN Tahap I di KPP Pratama Yogykarta

2. Apakah Sensus Pajak Nasional Tahap I berjalan sesuai dengan rencana?
J awab:
Untuk KPP Pratama Yogyakarta, SPN Tahap I sudah berjalan sesuai dengan
rencana dan dapat dilaksanakan tepat waktu.

3. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Sesuai rencana awal, SPN Tahap I cukup membantu pencapaian target
penerimaan KPP Pratama Yogyakarta pada tahun 2011, walaupun belum terlalu
signifikan. Namun, tren peningkatan sudah terlihat. Begitu pula dengan
peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar, cukup signifikan pada
bulan-bulan pelaksanaan SPN.

4. Apakah sosialisasi tentang SPN yang dilakukan oleh Kantor Pusat DJP maupun
yang dilakukan oleh KPP Pratama Yogyakarta kepada masyarakat sudah cukup
baik?
J awab:
Ya, sosialisasi yang dilakukan sudah cukup baik.

5. Dari 4 (empat) kategori Formulir Isian Sensus, yang manakah yang
mendominasi?
J awab:
Alhamdulilah yang mendominasi adalah kategori 1, yaitu responden dapat
ditemui di lokasi sensus dan bersedia menjawab dan menandatangani FIS. Untuk
kategori (responden dapat ditemui di lokasi sensus, akan tetapi tidak bersedia
menjawab dan menandatangani FIS), kategori 3 (responden tidak berada di
tempat saat pencacahan, akan tetapi ada pihak yang memiliki hubungan dengan
responden), dan kategori 4 (objek sensus tidak/belum berpenghuni), ada tapi
hanya sedikit.

6. Apakah target pencapaian FIS terpenuhi?
J awab:


Ya, target 5.500 FIS terpenuhi, bahkan melebihi. Realisasi FIS SPN Tahap I
adalah 5.501 FIS yang diperoleh dari 5.877 responden. Malah, sebenarnya kalau
diteruskan justru lebih baik.

7. Apakah SPN membantu pembuatan mapping Wajib Pajak?
J awab:
Ya, adanya SPN cukup membantu AR dalam pengenalan wilayah kerjanya
masing- masing sehingga pembuatan mapping Wajib Pajak dan potensi
perpajakan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

8. Kapan pembuatan mapping dilaksanakan? Apakah ada ketentuan dalam jangka
waktu tertentu, Account Representative harus melakukan updating terhadap
mapping?
J awab:
Tidak ada ketentuan yang mengatur hal tersebut, namun sebaiknya mapping
dibuat minimal setahun sekali. Untuk tahun 2011 sudah dibuat pada pertengahan
tahun, sedangkan untuk tahun 2012 belum selesai dibuat dikarenakan data-data
yang terkumpul perlu disinkronkan lagi.

9. Untuk pelaksanaan SPN, apakah KPP Pratama Yogyakarta bekerja sama dengan
BPS (Badan Pusat Statistik) dalam pengumpulan basis data responden serta
tenaga outsorcing sebagai petugas pelaksana sensus?
J awab:
Tidak, KPP Pratama Yogyakarta bekerja secara mandiri, baik dalam
pengumpulan basis data responden sensus maupun sebagai petugas pelaksana
sensus. Pegawai yang ada dianggap sudah cukup sehingga tidak menggunakan
tenaga tambahan dari instansi lain.

10. Kendala atau hambatan apa saja yang dihadapi selama pelaksanaan SPN?
J awab:
Secara umum tidak ada hambatan berarti dalam pelaksanaan SPN Tahap I.
Mungkin karena program tersebut masih baru, diperlukan persiapan panjang
sebelum pelaksanaan di lapangan. Namun itu wajar.

11. Saat ini (Juli 2012) sedang dilaksanakan SPN Tahap II. Dari SPN Tahap I yang
telah dilakukan, adakah perubahan atau peningkatan yang terjadi?
J awab:
Perubahan yang ada, jika dulu target FIS hanya 5.500, sekarang meningkat
menjadi 15.000 FIS. Sebenarnya hal itu sebanding dengan jangka waktu yang
diberikan. Jika dulu hanya dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) bulan, sekarang


dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan. Untuk teknis dan prosedur SPN
Tahap II tidak ada yang berubah dari SPN Tahap I.

E. Wawancara V
Narasumber : Iwang Kurniawan
Jabatan : Operator Console
Waktu wawancara : Jumat, 6 Juli 2012 pukul 16.00 WIB

1. Apakah Bapak turut serta dalam Sensus Pajak Nasional Tahap I yang
dilaksanakan pada bulan Oktober s.d. November 2011?
J awab:
Ya, saya turut terjun ke lapangan sebagai Anggota Tim UPS untuk Blok 007
Kelurahan Sosromenduran, yaitu Tim 12.

2. Apakah SPN cukup berkontribusi terhadap peningkatan penerimaan PPh orang
pribadi dan peningkatan jumlah Wajib Pajak orang pribadi terdaftar di KPP
Pratama Yogyakarta? Jika membantu, berapa persentase kontribusinya?
J awab:
Menurut saya sampai sejauh ini belum ada kontribusinya secara langsung.

3. Setelah FIS terkumpul, dilaksanakan perekaman data. Apakah ada kendala dalam
proses tersebut?
J awab:
Kendala yang ada hanya keterbatasan komputer sebagai sarana perekaman FIS
saja. Sebagian komputer yang ada di KPP Pratama Yogyakarta, terutama di Seksi
PDI sudah cukup lama digunakan sehingga saat ini kinerjanya tidak maksimal.

4. Bagaimana pemanfaatan data hasil SPN Tahap I? Siapa saja yang boleh
mengakses data tersebut?
J awab:
Sampai saat ini (Juli 2012), aplikasi pemanfaatan data hasil sensus tersebut
belum ada. Seharusnya, jika melihat grand design SPN, aplikasi tersebut
digunakan dalam tahap akhir SPN. Namun, karena Kantor Pusat DJP belum
memberikan aplikasi tersebut, pelaksanaan SPN hanya sampai sebatas
perekaman FIS saja. Padahal, data yang terkumpul dalam database tersebut
sangat potensial untuk meningkatkan penerimaan pajak dan menjaring Wajib
Pajak baru. Yang boleh mengakses adalah pihak-pihak terkait dalam internal
KPP Pratama Yogyakarta, seperti Account Representative dan kepala seksi,
terutama Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, Kepala Seksi Pengolahan Data
dan Informasi, serta Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi.




DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : AHMAD SYAFARUDDIN
KHOIRUR RIZQI
NPM : 093020007237
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
TEMPAT TANGGAL LAHIR : YOGYAKARTA, 24 AGUSTUS 1991
AGAMA : ISLAM
ALAMAT RUMAH : JALAN IMOGIRI BARAT KM 8, SUDIMORO
RT 01 TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL,
DIY 55186
ALAMAT E-MAIL : alv_syafarrizqi248@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. SD NEGERI PUJOKUSUMAN II YOGYAKARTA
Lulus berijazah tahun 2003
2. SMP NEGERI 5 YOGYAKARTA
Lulus berijazah tahun 2006
3. SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA
Lulus berijazah tahun 2009
4. PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS INDONESIA
5. PRODIP III KEUANGAN SPESIALISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
Tahun 2009 s.d. sekarang (2012)

Anda mungkin juga menyukai