Anda di halaman 1dari 11

I Wayan Juni Antara Transposisi #1 Acrilyc and Oil on Canvas/130cm x 130cm 2011.

DESKRIPSI
Karya lukis I Wayan Juni Antara yang berjudul Transposisi #1 dengan ukuran
persegi 130cm x 130cm menghadirkan figur kartun jepang Naruto yang sedang berlari
dan terlihat akan mengeluarkan jurus-jurus ninjanya. Naruto dikomposisikan berada
agak ditengah-tengah bidang kanvas, pergerakan Naruto terlihat dinamis dengan
tatapan mata yang terfokus kepada satu objek. Juni Antara juga menghadirkan figur-
figur pewayangan dengan gaya wayang Kamasan Klungkung. Pada visualnya karya
lukis ini dihadirkan dengan posisi kotak-kotak beraturan dan ada juga yang tidak
beraturan. Tokoh wayang yang dihadirkan ialah puna kawan dari pihak protagonis
Tualen dan Mredah, dihadirkan pula tokoh Rama, putri, pembantu putri, tokoh
laksmana, batu dan pohon yang distilisasi. Tokoh-tokoh wayang yang dihadirkan
mempunyai adegan penceritaan sebagaimana layaknya adegan pada lukisan wayang
Kamasan Klungkung, namun dapat dilihat secara nyata pada karya ini tokoh-tokoh
wayang yang bercerita di sini ditempatkan pada kotak-kotak yang ditempatkan baik
secara beraturan mahu pun tidak.

Terdapat dua adegan wira cerita wayang yang dihadirkan pada karya ini,
adegan wayang diatas merupakan tokoh punakawan protagonis Tualen dan Mredah
serta tokoh Laksmana yang membawa keris, kemudian dibawahnya ada tokoh putri
dan raja ditemani oleh pembantu putri. Adegan wayang seolah menempel pada
background tokoh Naruto. Warna yang digunakan pada tokoh Naruto menuruti warna
tokoh aslinya kemudian pada cerita wayang menghadirkan beberapa warna asli namun
ada beberapa warna kontras seperti merah, biru, kuning oker, serta hijau. Beberapa
bagian tubuh wayang terlihat mencatu dengan latar belakang.
Secara ringkas dan umum dapat penulis deskripsi kan yang dihadirkan adalah
sebuah karya lukisan modern, berukuran persegi. Subject matter-nya merupakan tokoh
kartun Naruto dari Jepang yang terkenal serta tokoh-tokoh wayang bergaya wayang
Kamasan Klungkung.





ANALISIS.
Bentuk-bentuk yang dihadirkan di dalam karya Transposisi #1 merupakan
bentuk modern dan tradisi, nampak pada tokoh modern kartun Jepang yaitu Naruto
serta hadirnya tokoh-tokoh wayang sebagai kutub tradisional. Garis pada tokoh
wayang mengikuti pola bentuk garis wayang pada umumnya yaitu adanya
teknik nyigar dan cawi pada tokoh wayang, kemudian pewarnaan secara realis suryalis
terhadap tokoh Naruto. Bentuk wayang masih diadopsi dengan bentuk aslinya, serta
bentuk naruto digarap senyata mungkin dengan tokoh aslinya. Pola-pola kotak-kotak
sekilas seperti bentuk dalam sebuah game tetris.

Sikap tokoh Naruto menunjukkan bahwa ia sedang melakukan acting, bentuk
mata yang terlihat focus serta bentuk selendang sebagai ikat kepala yang menjuntai
kedepan memberikan bentuk ruang tiga dimensi dengan teknik pencahayaan yang
tepat. Badan Naruto yang sedang membongkok serta sikap kaki kanan lebih diatas kaki
kiri menegaskan bahasa tubuh yang sigap. Bentuk garis-garis lipatan kain pada pakaian
yang dikenakan naruto menambah aksen gerak tubuh nya sehingga seirama dan selaras
dengan pergerakan Naruto.
Teknik yang digunakan dalam melukis masih menggunakan teknik pemakaian
kuas serta pencampuran medium warna iaitu akrilik dan minyak. Secara teknik adanya
tekstrur minim di dalam perwujudan wayang. Pewarnaan latar belakang menggunakan
warna Prussian blue dari sudut kanan atas bergradasi secara horizontal menuju
kepojok kiri bawah. Warna latar belakang dari wayang kemasan dalam
karya Trasposisi #1 sangat kontras dengan warna latar wayang kamasan pada
umumnya, Juni Antara menggunakan warna merah (red carmine) pada latar belakang
figur wayang karyanya.Bentuk-bentuk tradisi dari langit dan awan secara stilisasi juga
dihadirkan pada karya ini. Warna-warna khas dari wayang kemasan dihadirkan pula
walaupun dengan intensities yang minim.


Pada bagian-bagian tertentu nampak terlihat adanya bagian menyatu dan
menghasilkan warna-warna baru seperti pada tubuh wayang yang berada pada luar
kotak menjadi warna kehijauan, sepertinya ini sengaja diciptakan karena pengaruh dari
percampuan antara warna biru dan kuning serta tak luput juga menggunakan
teknik sigar. Secara keseluruhan dapat jelas dilihat bahawa I Wayan Juni Antara
menghadirkan ikon tradisi diwakilkan oleh figura cerita bergaya wayang Kamasan
serta nuansa modernitas serta merta menghadirkan tokoh Naruto sebagai ikon kartun
terkenal di belahan dunia timur termasuk Indonesia.


INTERPRETASI
Menginterpretasikan dari judul Transposisi #1 merupakan karya yang
mempertemukan atau dapat juga dikatakan sebuah tambrakan secara halus dari kosa
rupa tradisi dengan wacana global. Teks-teks visual seperti wayang serta Naruto secara
vulgar menampilkan dua kutub yang berbeza. Pentafsiran terhadap kosa rupa tradisi
serta modern globalisasi menjadi wacana yang ingin diangkat oleh perupa I Wayan
Juni Antara. Kegelisahannya terhadap seni tradisi seperti wayang digarap secara apik
dengan mengkotak-kotakkan tubuh wayang yang memberikan gambaran bahawa seni
tradisi yang masih terbelenggu oleh pakem-pakem klasikal dan pada era globalisasi ini
telah di dominasi oleh tayang-tayangan kartun Jepang.
Dapat dibaca pula usaha Juni Antara dalam menyejajarkan tokoh wayang
dengan tokoh Naruto. Seperti yang sudah diulas sebelumnya tokoh Naruto merupakan
tokoh kartun Ninja yang notabene terdapat pada zaman Jepang masa kuno, berkat
teknologi dan kemampuan seniman Jepang di dalam berolah kreatif maka Naruto,
seorang Ninja zaman Jepang Kuno mampu diangkat kembali tanpa meninggalkan cirri
khas eranya walaupun ada beberapa bagian yang sudah dimodenkan seperti pakaian
ninja dan atribut lainnya. karya ini seolah menjadi pertanyaan mampu kan tradisi Bali
seperti halnya wira cerita wayang men global dan digemari anak-anak hingga kalangan
dewasa? Juni Antara mewacanakan hal itu pada karya ini.
Secara analisis semiotik tanda yang dihadirkan Juni Antara ialah tokoh Naruto
yang secara naratif menguasai seluruh bidang. Secara denotasi Naruto dihadirkan
sebagai Naruto yang sesungguhnya, Naruto yang sedang beraksi. Secara Denotasi
wayang atau tokoh wayang yang dihadirkan memang dimaksudkan sebagai sebuah
seni tradisi, sebuah lokalitas, khas, bernuansa tradisi Bali dengan bentuknya bergaya
Kamasan Klungkung. Kemudian dilihat dari sudut Konotatif Naruto menjadi latar
secara menyeluruh memberikan makna penguasaan secara global tanpa meninggalkan
ketradisian Jepang dalam konteks ini adalah digunakannya Ninja sebagai bagian
tradisi. Tokoh-tokoh serta adegan wayang yang tersusun kotak serta beberapa bagian
mencatu dan lepas berkonotasi sebagai sebuah tradisi dengan lingkup pakem-pakem
yang kini mulai dilihat oleh globalisasi serta beberapa bagian tradisi yang memang
sudah berbaur dengan kosa rupa globalisasi modern.
Pada adegan wayang dibagi menjadi dua adegan, yang pertama bagian atas
merupakan adegan peperangan. Secara ikonografi figura kastria menghunus senjata
keris merupakan seorang yang mempunyai kedudukan sosial tinggi, dilihat dari
bentuk mahkota denganGaruda Mungkur. Garuda Mungkur pada sebahagian mahkota
wayang secara ikonografi memiliki artis sebagai jimat protektif di belakang kepala
kastria memiliki kepentingan yang khas. Secara original, atribut-atribut ini bisa
diberikan secara sistematis hanya kepada figura-figura yang diperkarakan memiliki
anugrah ilahi tertentu atau ketampanan. Adegan peperangan pada karya ini dibaca
sebagai sebuah usaha untuk memperjuangkan dialek-dialek tika tradisi yang kian
ditinggalkan generasi muda kini, serta merta dihadirkan tokoh punakawan protagonis
Twalen dan Mredah merupakan sebagai penuntun, pamomong, teman kehidupan.
Secara mendalam Ponokawan adalah lambang rakyat yang hadir dalam kehidupan
kenegaraan dan selalu menyampaikan aspirasinya kepada para pemimpin negara.
Lebih jauh lagi, Ponokawan juga sebagai simbol hati nurani manusia. Ponokawan
berasal dari kata pono yang berarti tahu, dan kawan yang berarti teman. Teman yang
tahu tentan hidup dan kehidupan.
Adegan wayang kedua yaitu di bagian bawah merupakan sebuah adegan yang
menghadirkan tokoh-tokoh sorang raja yang sedang bercengkerama dengan puteri,
permaisuri, serta dayang nya. Di sini nampak belum jelas treenails apa hubungan dari
adegan ini dengan yang adegan wayang di atasnya, kemudian adegan bercengkerama
dengan tokoh naruto. Apakah Juni Antara hanya menempatkan begitu saja adegan
wayang tanpa memikirkan kemungkinan adanya sebuah point dari adegannya atau
hanya sebagai pelengkap dari kosa rupa tradisi saja dengan maksud hanya sebatas
wakil dari bentuk-bentuk tradisi? Menurut pandangan saya belum ada deskripsi secara
mengkhusus mengenai adegan wayang kedua (pojok kiri bawah), hanya sebatas
penempatan begitu saja untuk melengkapi unsur tradisi.
Dari keseluruhan objek yang dihadirkan dapat diresapi ialah adanya wacana
etnisitas yang ingin diangkat ke permukaan oleh Juni Antara. Sebuah relasi-relasi
kontras namun di balik itu semua adanya harapan bahawa tradisi Bali dirindukan
berkaca kepada tradisi jepang dengan mengangkat lokalitasinya sebagai
sebuah image baru dari tradisi Jepang. Sebuah benturan antara tradisi dan globalisasi
namun masing-masing kutub memiliki sisi tradisi tersendiri hanya saja ada satu kutub
yang belum terjamah secara total dan selalu di bayang-bayangi oleh globalisasi. Liat
saja penempatan kotak-kotak pada sisi kiri bidang lukisan yang masih berkumpul dan
beberapa di sisi kanan yang sudah hilang, menunjukkan bahawa sebahagian besar
pakem-pakem tradisi sudah hilang, di bongkar oleh Globalisasi teknologi. Gradasi
warna dapat diertikan sebagai sebuah perubahan zaman, perubahan era, perubahan
bentuk, dan lainnya dari tradisi ke bentuk modern namun tetap menerapkan ciri
tradisional.





PERTIMBANGAN

Secara teknik pewarnaan pada tokoh Naruto digarap dengan ketekunan, dilihat dari
warna yang meniru prototype Naruto pada tokoh kartun. Pencahayaan didukung
dengan teknik penggarapan lipatan-lipatan kain menambah kuatnya kesan gerak
dinamis dari tokoh Naruto. Sepertinya Juni Antara berpatokan pada penokohan Naruto
yang Imaginatif dapat dibaca dari karakter, warna, bentuk anatomi, bentuk wajah,
mata, telinga, rambut serta bentuk kain selendang dinilai sangat kartunis imaginatif
bergaya manga.
Penggambaran pada tokoh wayang walaupun tidak keseluruhan menyerupai
prototaipnya seperti wayang kemasan namun kesan estetik dari pewarnaan yang
dihadirkan cukup mengesankan. Adanya sebuah tinjauan estetis dari gradasi serta
warna-warna kontra yang dihadirkan memberikan efek tersendiri dalam menghadirkan
kosa rupa tradisi dengan garapan baru.
Komposisi figura Naruto dibuat secara utuh dan besar merupakan sebuah ide untuk
menunjukkan besarnya sebuah tradisi yang dikembangkan dan diperkenalkan melalui
teknologi di era globalisasi serta sebagai pengantar maksud atau idea seniman dalam
menuangkan gagasan nya kepada tradisi Bali untuk berkaca kepada tradisi Jepang.
Sebagai komparasi sepertinya karya Juni Antara yang menghadirkan kotak-kotak
sebagai sebuah identiti selain dari pada kosa rupa tradisi diranah kontemporer sebagai
konsep umum yang dikumandangakan memiliki persamaan dalam menginterpretasi
sebuah pengkotak-kotakan dengan karya-karya lukis Sutjipto Adi[18]. Karya-karya
sucipto adi bertemakan sosial politik dengan menggabungkan teknik lukis dan drawing
. Namun dilihat dari segi perbezaan figura kotak pada Sutjipto adi cenderung menyatu
dengan background dan permainan warna lah yang membentuk bentuk kotak-kotak
dari karya Sutjipto Adi. pengolahan warna karya Juni Antara cenderung lebih cerah
dan terlihat nge-pop. Walaupun hanya sebatas perbandingan namun dalam pembuatan
kritik seni secara akademik, komparasi sebuah karya perlu dilakukan untuk melihat
berbagai sisi-sisi estetik dan gaya khas masing-masing seniman dalam menuangkan
ekspresinya.
Sebagai saran, perlu untuk memperhitungkan penempatan kotak-kotak serta
memilih adegan wayang naratif sehingga mampu memberikan narasi yang lebih kuat
terhadap subjek matter nya, selain berperanan serta dalam memenuhi nilai artistik dan
estetik pemilihan adegan yang naratif akan memudahkan masyarakat membaca teks-
teks visual yang ingin di hadirkan oleh seniman.

Anda mungkin juga menyukai