Anda di halaman 1dari 9

SENI RUPA PADA BONEKA WAYANG POTEHI

ARTIKEL

Disusun dalam rangka memenuhi tugas tengah semester

Mata Kuliah MPKS Wayang

Mata Kuliah : MPKS Wayang

Semester : 1 (satu)

Dosen : Darmoko, M.Hum

ELENA SARRAH NOVIA


NPM 1306460021

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Universitas Indonesia
2013
SENI RUPA PADA BONEKA

WAYANG POTEHI

PENGANTAR

Tidak banyak yang mengenal jenis-jenis wayang selain wayang kulit


purwa dan wayang golek. Padahal banyak terdapat jenis wayan yang apik dan
memiliki keuinikan tersendiri. Sekarang karena mminimnya pemerhati, wayang-
wayang tersebut hampir lenyap. Salah satu dari sekian banyak wayang yang
hampir punah ialah wayang potehi. Wayang poheti merupakan kebudayaan yang
dibawa pendatang dari Tiongkok. Bentuknya jauh berbeda dari wayang kulit,
namun tidak kalah menarik. Dengan busana tokoh yang warna-warni, wayang
potehi seharusnya mampu menarik banyak hati penikmat wayang dewasa ini.

1
PEMBAHASAN

Asal-usul Wayang Potehi

Wayang potehi merupakan salah satu kesenian yang berasal dari Cina.
Menurut beberapa sumber, wayang potehi merupakan hasil kreativitas 5 orang
napi terpidana mati pada zaman Dinasti Tang (618-917 SM) di Provinsi Hokkian.
Daripada sedih menunggu ajal, mereka memilih untuk menghibur diri. Mereka
kemudian memanfaatkan barang seadanya di penjara untuk membuat pertunjukan
wayang potehi. Boneka dibuat dari sisa-sisa kain bekas, dan untuk mengiringi
pertunjukan mereka menggunakan perkakas seadanya (panci, gelas, piring) untuk
digunakan sebagai alat musik. Di dalam panggung sederhana mereka
mementaskan pertunjukan wayang potehi. Mereka mementaskan cerita kehidupan
sehari-hari.

Pertunjukan wayang kain ini banyak disukai orang. Lalu pada suatu hari
berkunjunglah seorang pejabat Negara, ternyata ia menyukai wayang potehi.
Kabar ini terdengar sampai ke telinga Kaisar. Hingga akhirnya Kaisar memanggil
mereka dan membebaskan mereka dari hukuman mati. Mereka diminta untuk
berkeliling ke seluruh negeri untuk mempromosikan wayang potehi.

Kata wayang potehi sebenarnya tersusun dari dua kata yang memilki asal
berbeda. Kata wayang berasal dari Jawa yang artinya bayangan, sedangkan potehi
berasal dari tiga kata dialek Hokkian yaitu Poo (kain), Tay (kantung), dan Hie
(wayang). Sesuai dengan namanya, boneka pada wayang potehi berasal dari kain,
mirip dengan tokoh Si Unyil di Indonesia. Cara memainkannya pun serupa, yaitu
dengan memasukkan jari tangan pada kantung kain pada boneka dan
menggerakkannya sesuai dengan cerita yang dimainkan. Tiap karakter memilki
busana yang berbeda.

Berbeda dengan wayang kulit, wayang potehi tidak memerlukan


perlengkapan yang cukup rumit. Hanya dibutuhkan sekitar lima orang untuk
memainkan sebuah pertunjukan, seorang sebagai dalang, seorang sebagai asisten,
dan sisanya memainkan alat musik sederhana, seperti gembreng besar, rebab,

2
gendang, dan suling. Mereka menjalankan tugasnya di balik panggung sederhana.
Kini kisah-kisah yang dipentaskan tidak hanya tenatng kehidupan sehari-hari,
namun juga seputar kehidupan di kerajaan juga cerita tentang dewa-dewa. Waktu
yang dibutuhkan pun tidak lama, hanya sekitar 120 menit untuk satu kali babak.

Wayang Potehi di Indonesia

Wayang potehi masuk ke Indonesia sejak abad ke 16-19. Pedagang


Tiongkok yang pergi berdagang membawa kebudayaan ini sampai ke Indonesia.
Pada mulanya pementasan wayang menggunakan bahasa Hokkian, namun seiring
dengan perkembangan zaman digunakanlah bahasa Indonesi dan bahasa Jawa
dalam pementasan.

Wayang ini cukup populer di kalangan rakyat Indonesia, hingga pada


tahun 1967 wayang potehi dan keseninan sejenis seperti barong sai dipaksa ‘mati
suri’. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto segala kegiatan ibadah yang
berbau leluhur Cina dilarang, hal tersebut diatur dalam Inpres nomor 14 Tahun
1967.

Kebangkitan wayang potehi terjadi pada masa pemerintahan Presiden


Abdulrahman Wahid, ia menghapuskan peraturan tersebut. Ia bahkan sangat
menghargai pluralisme. Sejak saat itu lah wayang potehi kembali dikenal
masyarakat.Namun seni wayang potehi kini terancam punah dan harus bersaing
dengan seni pertunjukan lain yang terus berkembang dan inovatif.

Seni Rupa pada Boneka Wayang Potehi

Ada banyak karakter boneka dalam wayang potehi. Sebagian besar


diantaranya bisa dimainkan pada lebih dari satu karakter. Boneka tersebut
berukuran sekitar 30-40 cm. Kepala dan kaki boneka terbuat dari kayu sedangkan
busananya terbuat dari kain.

Wajah boneka wayang potehi diberi warna sesuai dengan karakter yang
dimiliki sang tokoh. Misalnya tokoh dewa wajahnya diberi warna emas,
sedangkan hakim wajahnya berwarna hitam. Lain halnya dengan rakyat jelata
yang wajahnya berwarna coklat polos.

3
Biasanya pada boneka wayang potehi juga mengenakan tutup kepala dan
alas kaki. Tutup kepala dan alas kaki yang dikenakan menyesuaikan kedudukan
sosial dari tokoh tersebut. Tutup kepala dari seorang raja atau kaisar misalnya,
disebut first grade cap. Sedangkan rakyat jelata yang tidak memilki kedudukan
tidak memilki tutup kepala. Warna dari tutup kepala menyesuaikan dengan warna
busana yang dikenakan oleh tokoh.

Busana yang dikenakan juga berbeda-beda. Setiap busana memilki motif


dan warna yang menandakan karakter dari setiap tokoh. Warna nya antara lain
merah, kuning, hijau, biru, hitam, cokelat, dan putih. Motif dalam busana boneak
wayang terdiri dari tanaman dan binatang. Mulai dari unggas, mamalia, sampai
binatang jadi-jadian. Sedangkan motif tanaman antara lain bunga lili, bunga
mawar, dan daun. Selain binatang, ada juga motif ombak.

Tokoh-tokoh dalam wayang potehi antara lain Lie Si Bin sebagai raja, Sie
Djin Koei sebagai ksatria, Dewi Kwan Im Poo Sat sebagai dewa, dan Lo An
sebagai rakyat jelata. Karakter dan sifat mereka dapat tergambar melalui pakaian
yang mereka kenakan.

Lie Si Bin sebagai raja mengenakan tutup kepala yang hanya dimiliki oleh
raja, yang dinamakan first grade cap. Wajahnya berwarna putih polos. Pakaian
yang dikenakan berwarna kuning dengan motif naga dan cakar 5. Naga
melambangkan kekuatan, keadilan dan kebahagiaan. Sedangkan cakar 5
menandakan bahwa ia adalah seorang rja. Warna kuning menyatakan bahwa yang
mengenakan memilki kejayaan, kebesaran, dan keemasan. Sehingga dapat
diketahui bahwa karakter Lie Si Bin adalah raja yang adil.

Warna putih mendominasi busana dari Sie Djin Koei, tampak menrik
dengan dihiasi motif sing, kepiting, teratai, dan satu lagi motif yang diduga
sebagai motif ombak. Warna puutih menggambarkan bahwa yang mengenakan
busana memilki sifat suci, murni, bertanggung jawab, dan bersih. Motif singa
melambangkan kejujurn dan keadilan, motif teratai melambangkan keindahan dan
kepiting melambangkan intelektual yang tinggi. Sehingga karakter tokoh tersebut
adalah ksatria yang jujur dan baik hati, mau menolong kaum lemah.

4
Dewi Kwan Im Poo Sat sebagai dewa mengenakan kostu berwarna kuning.
Warna tersebut dipadu dengan motif bunga teratai, dan burung Hong. Bunga
teratai pada busana mennggambarkan keindahan. Sedangkan burung Hong
mengandung makna tentang keseimbangan, keadilan, keindahan, dan
memberantas kejahatan. Kuning berarti keemasan, dan kejayaan. Dari penjelasan
tadi dapat diketahui bahwa karakter Dewi ini suci, baik, dan penyabar.

Lain halnya dengan rakyat jelata. Lo An sebagai rakyat tidak terlalu


digambarkan dengn jelas karakternya. Ia tidak mengenakan penutup kepala dan
memiliki busana warna abu-abu polos. Tida ada motif yang menggambarkan
status sosial maupun karakternya.

Berbagai karakter dari setiap tokoh mampu digambarkan dengan apik oleh
pencipta dalam tampilan boneka wayang potehi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sang pembuat memilki ketertarikan terhadap seni yang tinggi. Detil-detil kecil
sungguh diperhatikan dengan baik. Sehingga dapat menciptkan pertunjukan
wayang potehi yang menarik bagi semua kalangan.

Sumber: Wikipedia

5
Sumber: BBC Indonesia

6
KESIMPULAN

Wayang potehi merupkan suatu karya seni yang indah. Keindahan


terseebut tercermin dari seni rupa yang terdapat pada boneka wayang potehi.
Berbagai karakter dari setiap tokoh mampu digambarkan dengan apik oleh
pencipta dalam tampilan boneka wayang potehi. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sang pembuat memilki ketertarikan terhadap seni yang tinggi. Detil-detil kecil
sungguh diperhatikan dengan baik. Kombinasi antara warna dan motif
menghasilkan busana yang unik, sehingga dapat membantu menciptkan
pertunjukan wayang potehi yang menarik bagi semua kalangan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Indrawati, Dara. 2010. Deskripsi dan Intepretasi Warna dan Motif Busana
Boneka Wayang Potehi. Skripsi. Universits Indonesia

Yudiasmoro. 2010. “Puppets from Prison”. Jalan Jalan Magazine

www.tempo.co/read/news/2013/02/08/113459969/Melirik-Kebudayaan-Wayang-
Potehi-di-Makassar, diakses pada 19 Oktober 2013

www.bbc.co.uk/indonesia/multimedia/2013/08/130809_galeri_wayang_potehi.sht
ml, diakses pada 20 Oktober 2013

sejarah.kompasiana.com/2012/02/29/wayang-potehi-bertahan-dalam-perjalanan-
panjang-dan-sejarah-yang-kelam-439116.html, diakses pada 20 Oktober
2013

Anda mungkin juga menyukai