Anda di halaman 1dari 49

KULIAH ARUS

ARUS VERTIKAL (UPWELLING) DAN KETERKAITANNYA


VARIABILITAS IKLIM


Oleh : Dr. Kunarso





PS. OSEANOGRAFI-FPIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
PENGERTIAN UPWELLING
Upwelling adalah istilah yang menyatakan
proses penaikan massa air dari bawah ke
permukaan perairan laut (Nontji 1987)

Di Laut Arafura dan Selat Makasar upwelling
mempunyai kecepatan vertikal sekitar
0,5 1 meter/hari.
ARTI PENTING UPWELLING
(Manfaat Upwelling)
1. Merupakan fenomena penyuburan (pemupukan)
laut secara alami.
2. Meningkatkan produktivitas primer (Nibakken,
1988)
3. Secara tidak langsung, meningkatkan
produktivitas perikanan (Thurman, 1991).
4. Bisa sebagai dasar dalam penentuan fishing
ground ikan (Lehodey et al .,1997; Kunarso dkk.,
2009).
5. Mempengaruhi suhu udara di permukaan laut.
1. MEKANISME PEMBANGKITAN UPWELLING
Peristiwa upwelling menurut mekanisme terjadinya
bisa dibedakan menjadi 4 :

1. Transport Ekman
2. Divergensi ( pemisahan dua aliran massa air )
3. Ketidakseimbangan arus masuk dan keluar
4. Penyeretan oleh arus kuat
1. Mekanisme Transport

Mekanisme Transport Ekman umumnya
untuk menjelaskan proses upwelling yang
terjadi di daerah pantai ( Bowden, 1983 ;
Thurman, 1991; Stewart, 2002)
Upwelling di daerah pantai terjadi karena
adanya angin yang bertiup sejajar dengan
garis pantai ( Stewart, 2002 )
Gambar 1 : Sketsa Transport Ekman penyebab upwelling
( Sumber : Stewart 2002 )
Gambar 2 : Upwelling di daerah pantai
(Sumber : http://www.atmos.washington.edu)
2. Mekanisme Divergensi

Mekanisme divergensi awalnya berkaitan
dengan transport Ekman, namun umumnya
mekanisme divergensi untuk menjelaskan
kejadian upwelling di daerah yang jauh
dari pantai, misalnya Upwelling Equatorial
yang terjadi di Samudera Hindia, Samudera
Pasifik atau Atlantik.

Digerakkan oleh angin dari timur ke arah
barat (angin Pasat )
Gambar 3 : Upwelling Equatorial.
Gambar 4. Pada saat di Pasifik terjadi La Nina
(anomali suhu permukaan laut rendah) (Sumber:
www.cgd.ucar.edu/cas/cdeser/)

3. Mekanisme Ketidakseimbangan Arus Masuk
dan Keluar
Disebabkan adanya ketidakseimbangan antara
aliran arus horisontal yang masuk ke suatu
daerah perairan dengan masa air yang keluar
dari daerah tersebut, sehingga untuk
memenuhi keseimbangan air permukaan
mengharuskan air dari lapisan bawah naik ke
permukaan (Nontji,1987)
Upwelling karena mekanisme ini misalnya
yang terjadi di Laut Banda dan Laut Arafura.
Gambar 5. Model Aliran Massa di Laut Banda Pada Musim Timur.
(Sumber: Nontji,1987)
4. Mekanisme Penyeretan oleh Arus
Kuat
Upwelling yang terjadi karena adanya
mekanisme ini pada prinsipnya disebabkan
karena adanya arus yang kuat menarik
(menyeret) masa air di suatu daerah yang
semi tertutup misalnya selat. Untuk
menggantikan kekosongan air permukaan
maka terjadilah kenaikan air dari lapisan
bawah (Nontji,1987
2. Kedalaman Lapisan Upwelling
Dengan mekanisme traspor Ekman,
upwelling bisa menaikkan air yang kaya
nutrien dari kedalaman 100 1000 m
(Stewart, 2002; Thurman, 1991).
Kedalaman lapisan upwelling ini tergantung
dari kecepatan angin yang merupakan
pembangkit dari upwelling tersebut.
Gambar 5 : Transpor Ekman bisa menggerakkan arus vertikal
dari kedalaman 200 1000 meter.
3. Tipe Tipe Upwelling

Menurut Nontji (1987) tipe-tipe upwelling bisa
dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Tipe tetap ( Stationary type )
2. Tipe Berskala ( Periodic Type )
3. Tipe Silih Berganti (Alternating Type)
4.Dasar penentuan lokasi upwelling

Indikator upwelling:
1. Temperatur
2. Klorofil-a
3. Nutrien
4. Salinitas
5. Pola Angin
6. Pola Arus

(Nontji,(1987);Thurman(1991);Stewart(2002)
Setiapermana (1992)

5. Upwelling Di Indonesia
Nontji (1987) memetakan 11 lokasi
upwelling di Indonesia.
Terbukti : Perairan Selatan Jawa hingga
Sumbawa, Laut Cina Selatan, Selat
Makasar, Laut Banda dan Arafura.
Prediksi : Perairan Barat Aceh, Perairan
Barat Kepulauan Mentawai, Laut Flores,
Laut Maluku, Laut Seram, Perairan Sebelah
Timur Pulau Halmahera dan Perairan Utara
Irian Jaya
Gambar 6 : Peta Lokasi lokasi Upwelling di Indonesia
( Sumber : Nontji, 1987 )

1. Upwelling Di Laut Banda dan Arafura

Karakteristik
- Terjadi pada saat musim timur.
- Dari kedalaman sekitar 125 300 m.
- Suhu lebih rendah 3 derajat daripada saat
musim barat.
- Salinitasnya lebih tinggi 1
- Phosfat dan Nitrat meningkat dua kali lipat.
- Kadar plankton meningkat

Gambar 7 . Model Aliran Massa di Laut Banda Pada Musim Timur
(Sumber: Nontji,1987)




Gambar 4-102: Pola arus rata-rata bulanan di kedalaman 50 cm (m/det) bulan Agustus
= 0.00 0.25 m/det


= 0.25 0.75 m/det


= 0.75 1.50 m/det



U
S
Gambar 8 dan
9. Pola angin
dan arus laut
pada periode
iklim Normal
Gambar
10 dan 11 .
Distribusi
SPL dan
Khlorofil-a
pada bulan
Agustus
tahun
2001(tahun
Normal)
2. Upwelling di Selatan Jawa Hingga
Barat Sumatra

Karakteristik
- Terjadi sekitar bulan Mei hingga September.
- SPL bisa 3C lebih rendah daripada saat Musim Barat.
- Upwelling ini mengalami evolusi dari timur ke barat.


Gambar 12 : Pola perkembangan upwelling dari selatan Jawa hingga
barat Sumatera (Sumber : Susanto, dkk,2001)
6. PENGARUH VARIABILITAS IKLIM TERHADAP
UPWELLING DI INDONESIA

Variabilitas Upwelling AT Karakteristik Upwelling

El Nio, IOD(+>) lebih lama periodenya,
lebih luas distribusi spasialnya,
lebih kuat intensitasnya
lebih dingin suhu

La Nia, IOD(-<) paling singkat periodenya,
paling sempit distribusi spasialnya,
paling kecil intensitasnya
paling hangat suhu airnya
No. Lokasi Upwelling
Bulan Kejadian
J F M A M J J A S O N D
1. Barat Laut Aceh !
2. Sebelah Barat Kep. Mentawai
Sumatera

3. Selatan NTT ! ! ! !
Selatan NTB ! ! ! !
Selatan Jawa ! ! ! !
Selatan Sumatera ! ! !
4. Selat Makasar Selatan !
5. Laut Flores (Selatan Teluk Bone)
6. Laut Maluku
7. Laut Arafura ! ! ! ! ! ! ! !
Laut Banda ! ! ! !
8. Laut Seram ! !
9. Laut Halmahera
10. Perairan Laut Utara Irian Jaya
11. Laut Cina Selatan (Sekitar Kep.
Natuna)
!
Tabel 1 : Lokasi upwelling, bulan kejadian dan intensitasnya pada tipe periode Normal
Tabel 2 : Lokasi upwelling, bulan kejadian dan intensitasnya pada tipe periode El Nio
No. Lokasi Upwelling
Bulan Kejadian
J F M A M J J A S O N D
1. Barat Laut Aceh ! ! ! !
2. Sebelah Barat Kep. Mentawai
Sumatera
! ! !
3. Selatan NTT ! !
Selatan NTB ! ! ! !
Selatan Jawa ! ! ! ! ! !
Selatan Sumatera ! ! ! ! ! !
4. Selat Makasar Selatan
5. Laut Flores Utara (Selatan Teluk
Bone)

6. Laut Maluku ! !
7. Laut Arafura ! ! ! ! ! ! ! !
Laut Banda ! ! ! !
8. Laut Seram ! ! !
9. Laut Halmahera
10. Perairan Laut Utara Irian Jaya
11. Laut Cina Selatan (Sekitar Kep.
Natuna)
!
Tabel 3 : Lokasi upwelling, bulan kejadian dan intensitasnya pada tipe periode La Nia
No. Lokasi Upwelling
Bulan Kejadian
J F M A M J J A S O N D
1. Barat Laut Aceh
2. Sebelah Barat Kep. Mentawai
Sumatera
3. Selatan NTT !
Selatan NTB !
Selatan Jawa !
Selatan Sumatera
4. Selat Makasar Selatan
5. Laut Flores (Selatan Teluk Bone)
6. Laut Maluku
7. Laut Arafura ! ! ! ! ! ! !
Laut Banda
8. Laut Seram
9. Laut Halmahera
10. Perairan Laut Utara Irian Jaya
11. Laut Cina Selatan (Sekitar Kep.
Natuna)

Tipe Upwelling secara umum yang terjadi di
Indonesia ada dua yaitu :

1. Tipe Periodik ( Periodic Type )

2. Tipe Silih Berganti ( Alternating Type )


KAITAN VARIABILITAS IKLIM DENGAN
UPWELLING
a
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1
9
9
0
1
9
9
1
1
9
9
2
1
9
9
3
1
9
9
4
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
1
9
9
9
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
E
k
m
a
n

P
u
m
p
i
n
g
(
S
v
)
Ekman Pumping
2
3
5
7
8 9
1
0
1
1
6
4
Sumber: Kuswardani, 2012
Kuswardani, 2012
b
Pola pergeseran kolom air hangat dan perubahan kedalaman termoklin pada
kasus a) El Nio-DMI(+) dan b) La Nia-DMI(-) (Sumber: Marsac and Le Blanc,
1998).
a
b
a)Variabilitas SST 1986-2011, b) Variabilitas Ekman pumping di Jawa Barat (Kuswardani, 2012)
1
2
3
4
5
7
8
9
1
0
1
1
1
2
6
2
3
5
7
8
9
10
11
6
4
12
1
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1
9
9
0
1
9
9
1
1
9
9
2
1
9
9
3
1
9
9
4
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
1
9
9
9
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
E
k
m
a
n

P
u
m
p
i
n
g
(
S
v
)
Ekman Pumping
2
3
5
7
8 9
10 11
6
4
Sumber: Kuswardani, 2012
Tahun
SK1
SK2
K1 K2
M1 M2
M3
L1
L2
L3
L4
L5
(a) Semakin besar nilai DMI (b) maka semakin besar luasan
upwelling

a
b



La Nia-IOD(-)
La Nia-IOD(+)
La Nia-IOD(-)
El Nio-IOD(+)
El Nio-IOD(-)
Variabilitas klorofil-a antar kasus kajian, pada variasi bujur di lintang 13 LS,
tampak DMI lebih berpengaruh daripada ENSO
Upwelling di
barat
klorofil-a di barat saat MT
MP2
El Nio-
IOD(+)
Koherensi Ekman pumping Vs klorofil-a
Analisa tingkat keterpengaruhan antar parameter penelitian
Gambar 8. Perbandingan luasan upwelling pada variasi kasus kejadian
ENSO dan IOD, tampak pada saat La Nia IOD positif upwelling
mempunyai luasan tertinggi
Gambar 5. Perkembangan luasan upwelling saat kasus El Nio-IOD(-) 2004 pada bulan (a) Juli
(b) Agustus, dan (c) September, tampak upwelling digambar sebagai poligon warna
merah
a
c
b
Gambar 6. Perkembangan luasan upwelling saat kasus El Nio-IOD(+) 2002 pada bulan (a) Juli
(b) Agustus, (c) September, dan (d) Oktober, tampak upwelling digambar sebagai
poligon warna merah
a
d
c
b
Gambar 7. Perkembangan luasan upwelling saat kasus La Nia-IOD(+) 2008 pada bulan (a) Juni
(b) Juli, (c) Agustus, dan (d) September dan (e) Oktober , tampak upwelling
digambar sebagai poligon warna merah
a
e
d c
b
Prediksi Musim Tuna 3 Bulan Ke Depan
Berdasarkan data dasar di atas menunjukkan 3 bulan ke depan
terjadi kasus normal-IOD(-) lemah. Produktifitas ikan tuna akan
cenderung agak berkurang dari kondisi normal. Disarankan tidak
terlalu tergesa-gesa mengeluarkan seluruh kapal, cek hasil
beberapa kapal sampling yang telah di laut. Penangkapan bulan
Februari-April 2014 cenderung di di sebelah timur pada kisaran 114-
118BT.
DAFTAR
Faktor Penyebab Perbedaan Karakter Upwelling
Pada Variasi Iklim yang Berbeda
Perbedaan tekanan

El Nio tekanan udara di Pasifik timur kecil,

Angin dan kolom air hangat dari Pasifik
barat

Pasifik timur

paras muka laut di Pasifik barat turun


(Tjasyono, 2003)


Gambar 14. Fluktuasi grafik SOI dari Januari 2002 hingga
bulan Maret 2007
(Sumber: http://www.bom.gov.au)
Gambar 13. Kolom air dingin di Pasifik timur
(Sumber : http://www.nasa.gov)
MEKANISME UPWELLING LEPAS PANTAI
KARENA SIKLON
Surface divergence
Sea Surface
Thermocline
Upwelling
Wind
Ekman Transport
ARUS (EDDY CURRENT) DAN UPWELLING
KARENA PENBEDAAN ALTIMETRI





WASSALAMUALAIKUM. WR.WB

Anda mungkin juga menyukai