Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah istilah klinis umum untuk
infeksi traktus genital atas. Terdapat sekitar 1 juta kasus PID di Amerika Serikat
setiap tahunnya. Prevalensi ini meningkat pada negara berkembang dengan
masyarakat sosioekonomik rendah.
ebih dari seperempat pasien PID membutuhkan ra!atan di rumah sakit.
"esiko meningkat pada daerah dengan prevalensi penyakit menular seksual tinggi
akibat dari aktivitas seksual bebas dan berganti pasangan. #egara berkembang
seperti Indonesia memiliki segala resiko yang menyebabkan rentannya terjadi PID
pada !anita Indonesia.
$ntuk itu% diperlukan pen&egahan dan penatalaksanaan yang tepat untuk
mengurangi prevalensi PID. 'arenanya% dibutuhkan pengetahuan tentang PID
agar dapat di&egah% didiagnosa dini% dan ditatalaksana dengan &epat dan segera.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas lebih
lanjut dan menambah !a!asan pemba&a mengenai PID dalam populasi se&ara
umum% deteksi dini% manifestasi klinis dan &ara penatalaksanaannya se&ara tepat.
Dan untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik poliklinik ginekologi
minggu ( departemen obstetri dan ginekologi.
) 1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PELVIC INFLAMMAT!" DISEASE
2.1.1 De#$n$%$
Pelvic inflammatory disease *PID) adalah penyakit infeksi dan inflamasi
pada traktur reproduksi bagian atas% termasuk uterus% tuba fallopi% dan struktur
penunjang pelvis. PID merupakan sebuah spektrum infeksi pada traktus genitalia
!anita yang termasuk di dalamnya endometritis% salpingitis% tuba+ovarian abses%
dan peritonitis.
PID biasanya disebabkan oleh kolonisasi mikroorganisme di endoserviks
yang bergerak ke atas menuju endometrium dan tuba fallopi. Inflamasi dapat
timbul kapan saja dan pada titik manapun di traktus genitalia.
2.1.2 E&$'e($)l)g$ 'an Fakt)r !e%$k)
E&$'e($)l)g$
PID adalah masalah kesehatan yang &ukup sering. Sekitar 1 juta kasus PID
terjadi di Amerika Serikat dalam setahun dan total biaya yang dikeluarkan
melebihi , juta dollar per tahun. ebih dari seperempat kasus PID membutuhkan
ra!atan inap. PID menyebabkan -%./ kematian per 1--- !anita usia 10+11 tahun.
Diperkirakan 1----- !anita menjadi infertil diakibatkan oleh PID.
234 mengalami kesulitan dalam menentukan prevalensi PID akibat dari
beberapa hal termasuk kurangnya pengenalan penyakit oleh pasien% kesulitan
akses untuk mera!at pasien% metode subjektif yang digunakan untuk
mendiagnosa% dan kurangnya fasilitas diagnosti pada banyak negara berkembang%
dan sistem kesehatan masyarakat yang sangat luas.
) .
Fakt)r !e%$k)
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya PID% namun yang utama adalah
aktivitas seksual. PID yang timbul setelah periode menstruasi pada !anita dengan
aktivitas seksual berjumlah sekitar (05% sedangkan 105 disebabkan karena luka
pada mukosa misalnya akbiat A'D" atau kuretase.
"esiko juga meningkat berkaitan dengan jumlah pasangan seksual. 2anita
dengan lebih dari 1- pasangan seksual &enderung memiliki peningkatan resiko
sebesar 6 kali lipat.
$sia muda juga merupakan salah satu faktor resiko yang disebabkan oleh
kurangnya kestabilan hubungan seksual dan mungkin oleh kurangnya imunitas.
7a&tor resiko lainnya yaitu pemasangan kontrasepsi% etnik% status
postmarital dimana resiko meningkat 6 kali dibanding yang tidak menikah% infeksi
bakterial vaginosis% dan merokok.
1
Peningkatan resiko PID ditemukan pada etnik
berkulit putih dan pada golongan sosioekonomik rendah. PID sering mun&ul pada
usia 10+1/ tahun dan pada !anita yang pertama kali berhubungan seksual.
Pasien yang digolongkan memiliki resiko tinggi untuk PID adalah !anita
berusia diba!ah .0 tahun% menstruasi% memiliki pasangan seksual yang multipel%
tidak menggunakan kontrasepsi% dan tinggal di daerah yang tinggi prevalensi
penyakit menular seksual. PID juga sering timbul pada !anita yang pertama kali
berhubungan seksual. Pemakaian A'D" meningkatkan resiko PID .+6 kali lipat
pada 1 bulan pertama setelah pemakaian% namun kemudian resiko kembali
menurun. 2anita yang tidak berhubungan seksual se&ara aktif dan telah menjalani
sterilisasi tuba% memiliki resiko yang sangat rendah untuk PID.
2.1.* Et$)l)g$
PID biasanya disebabkan oleh mikroorganisme penyebab penyakit
menular seksual seperti N. Gonorrhea dan C. Trachomatis. 8ikroorganisme
endogen yang ditemukan di vagina juga sering ditemukan pada traktus genitalia
!anita dengan PID. 8ikroorganisme tersebut termasuk bakteri anaerob seperti
prevotella dan peptostreptokokus seperti G. vaginalis. 9akteri tersebut bersama
dengan flora vagina menyebar se&ara asenden dan se&ara en:imatis merusak
barier mukosa serviks.
) 6
N. gonorrhea dan C. Trachomatis telah diduga menjadi agen etiologi
utama PID% baik se&ara tunggal maupun kombinasi. C. trachomatis adalah bakteri
intraseluler patogen. Se&ara klinis% infeksi akibat parasit intraseluler obligat ini
bermanifestasi dengan servisitis mukopurulen.
9akteri fakultatif anaerob dan flora endogen vagina dan perineum juga
diduga menjadi agen etiologi potensial untuk PID. ;ang termasuk diantaranya
adalah Gardnerella vaginalis, Streptokokus agalactiae, Peptostreptokokus,
Bakteroides, dan mycoplasma genital% serta ureaplasma genital. Patogen
nongenital lain yang dapat menyebabkan PID yaitu haemophilus influenza dan
aemophilus parainfluenza.
!ctinomices diduga menyebabkan PID yang dipi&u oleh penggunaan
A'D". Pada negara yang kurang berkembang% PID mungkin disebabkan juga
oleh salpingitis granulomatosa yang disebabkan "yco#akterium tu#erkulosis dan
Schistosoma.
2.1.+ Pat)#$%$)l)g$
PID disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme se&ara asenden ke
traktus genital atas dari vagina dan serviks. 8ekanisme pasti yang bertanggung
ja!ab atas penyebaran tersebut tidak diketahui% namun aktivitas seksual mekanis
dan pembukaan serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh.
9anyak kasus PID timbul dengan . tahap. Tahap pertama melibatkan
akuisisi dari vagina atau infeksi servikal. Penyakit menular seksual yang
menyebabkannya mungkin asimptomatik. Tahap kedua timbul oleh penyebaran
asenden langsung mikroorganisme dari vagina dan serviks. 8ukosa serviks
menyediakan barier fungsional mela!an penyebaran ke atas% namun efek dari
barier ini mungkin berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul
selama ovulasi dan mestruasi. <angguan suasana servikovaginal dapat timbul
akibat terapi antibiotik dan penyakit menular seksual yang dapat mengganggu
keseimbangan flora endogen% menyebabkan organisme nonpatogen bertumbuh
se&ara berlebihan dan bergerak ke atas. Pembukaan serviks selama menstruasi
dangan aliran menstrual yang retrograd dapat memfasilitasi pergerakan asenden
) 1
dari mikrooragnisme. 3ubungan seksual juga dapat menyebabkan infeksi asenden
akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik. 9akteri dapat terba!a bersama
sperma menuju uterus dan tuba.
7aktor resiko meningkat pada !anita dengan pasangan seksual multipel%
punya ri!ayat penyakit menular seksual sebelumnya% pernah PID% ri!ayat
pele&ehan seksual% berhubungan seksual usia muda% dan mengalami tindakan
pembedahan.
1%.
$sia muda mengalami peningkatan resiko akibat dari peningkatan
permeabilitas mu&osal serviks% :ona servi&al ektopi yang lebih besar% proteksi
antibody &hlamidya yang masih rendah% dan peningkatan perilaku beresiko.
1
Prosedur pembedahan dapat menghan&urkan barier servikal% sehingga menjadi
predisposisi terjadi infeksi.
F$gure 1,.1 M$-r).)rgan$%(% )r$g$nat$ng $n t/e en')-er0$1 a%-en' $nt) t/e
en')(etr$u(2 #all)&$an tube%2 an' &er$t)neu(2 -au%$ng &el0$- $n#la((at)r3
'$%ea%e 4en')(etr$t$%2%al&$ng$t$%2&er$t)n$t$%5.
A'D" telah diduga merupakan predisposisi terjadinya PID dengan
memfasilitasi transmisi mikroorganisme ke traktus genitalia atas. 'ontrasepsi oral
justru mengurangi resiko PID yang simptomatik% mungkin dengan meningkatkan
viskositas mukosa oral% menurunkan aliran menstrual antegrade dan retrograde%
dan memodifikasi respon imun lo&al.
) 0
Pada traktus bagian atas% jumlah mikroba dan fa&tor host memiliki peranan
terhadap derajat inflamasi dan parut yang dihasilkan. Infeksi uterus biasanya
terbatas pada endometrium% namun dapat lebih invasive pada uterus yang gravid
atau postpartum. Infeksi tuba a!alnya melibatkan mukosa% tapi inflamasi
transmural yang dimediasi komplemen yang bersifat akut dapat timbul &epat dan
intensitas terjadinya infeksi lanjutan pun meningkat. Inflamasi dapat meluas ke
struktur parametrial% termasuk usus. Infeksi dapat pula meluas oleh tumpahnya
materi purulen dari tuba fallopi atau via penyebaran limfatik dalam pelvis
menyebabkan peritonitis akut atau perihepatitis akut.

2.1.6 7en$% . 7en$%
9eberapa jenis inflamasi yang termasuk PID dan sering ditemukan adalah =
Sal&$ng$t$%
8ikroorganisme yang tersering menyebabkan salpingitis adalag N.
Gonorhea dan C. trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki
pasangan seksual multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi. <ejala meliputi
nyeri perut ba!ah dan nyeri pelvis yang akut. #yeri dapat menjalar ke kaki. Dapat
timbul sekresi vagina. <ejala tambahan berupa mual% muntah% dan nyeri kepala.
Temuan laboratorium yaitu normal leukosit atau
leukositosis.Penatalaksanaan adalah dengan antimi&robial terapi. Pasien harus
dihospitalisasi% tirah baring% dan diberi pengobatan empirik. Prognosis bergantung
pada terapi antimi&robial spe&trum luas dan istirahat yang total. 'omplikasi
berupa hidrosalping% pyosalping% abses tubaovarian% dan infertilitas.
Ab%e% Tuba 0ar$an
Abses ini dapat mun&ul setelah onset salpingitis% namun lebih sering akibat
infeksi adne>a yang berulang. Pasien dapat asimptomatik atau dalam keadaan
septi& sho&k. 4nset ditemukan . minggu setelah menstruasi dengan nyeri pelvis
dan abdomen% mual% muntah% demam% dan takikardi. Seluruh abdomen tegang dan
nyeri. eukosit dapat rendah% normal% atau sangat meningkat.
) ?
Diagnosa diferensial yaitu kista ovarium% neoplasma ovarium% kehamilan
ektopik% dan periapendi&eal abses. Penatalaksanaan a!al dengan antibiotik. @ika
massa tidak menge&il setelah .+6 minggu terapi antibioti&% merupakan indikasi
pembedahan.
2.1., D$agn)%$%
Se&ara tradisional% diagnosa PID didasarkan pada trias tanda dan gejala
yaitu% nyeri pelvik% nyeri pada gerakan serviks% dan nyeri tekan adne>a% dan
adanya demam. #amun% saat ini telah terdapat beberapa variasi gejala dan tanda
yang membuat diagnosis PID lebih sulit.
6
beberapa !anita yang mengidap PID
bahkan tidak bergejala.
Table 1,.+ Cl$n$-al Cr$ter$a #)r t/e D$agn)%$% )# Pel0$- In#la((at)r3 D$%ea%e
Gejala dan Tanda
#yeri tekan organ pelvis
eukorrhea dan mu&opurulen endoservisitis
Kriteria tambahan untuk meningkatkan spesifisitas diagnose
9iopsy endometrium yang menunjukkan endometritis
Paningkatan C$reactive protein atau erythrocyte sedimentation rate
Suhu lebih dari 6(AB
eukositosis
Test Positif untuk gonorrhea atau &hlamydia
Criteria rumit
$ltrasound menunjukkan tubo+ovarian abs&ess
aparos&opi menunjukkan konfirmasi salpingitis
Penegakan diagnosa dimulai dengan anemnese% dimana pasien dapat
mengeluhkan gejala yang bervariasi. <ejala mun&ul pada saat a!al siklus
menstruasi atau pada saat akhir menstruasi.

#yeri abdomen bagian ba!ah
dijumpai pada /-5 kasus dengan kriteria nyeri tumpul% bilateral% dan
) ,
konstan.#yeri diperburuk oleh gerakan% olahraga% atau koitus.
1
#yeri dapat juga
dirasakan seperti tertusuk% terbakar% atau kram. #yeri biasanya berdurasi C, hari.
Sekresi &airan vagina terjadi pada ,05 kasus. Demam dengan suhu D6(E%
mual% dan muntah.

gejala tambahan yang lain meliputi perdarahan per vaginam%
nyeri punggung ba!ah% dan disuria. #yeri organ pelvis dijumpai pada PID.
Adanya nyeri pada pergerakan serviks menandakan adanya inflamasi peritoneal
yang menyebabkan nyeri saat peritoneum teregang pada pergerakan serviks dan
menyebabkan tarikan pada adne>a.
PID dapat didiagnosa dengan ri!ayat nyeri pelvis% sekresi &airan vagina%
nyeri tekan adne>a% demam% dan peningkatan leukosit.
Pe(er$k%aan F$%$k
Pada pemeriksaan fisik% biasanya didapati =
#yeri tekan perut bagian ba!ah
Pada pemeriksaan pelvis dijumpai = sekresi &airan mukopurulen% nyeri
pada pergerakan serviks% nyeri tekan uteri% nyeri tekan adne>a yang
bilateral
8ungkin ditemukan adanya massa adne>a
9eberapa tanda tambahan adalah =
Suhu oral lebih dari 6(EB
Pe(er$k%aan Lab)rat)r$u(
Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 1--.---
pada 0-5 kasus.

3itung leukosit mungkin normal% meningkat% atau
menurun% dan tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan PID.
Peningkatan erythro&yte sediment rate digunakan untuk membantu
diagnose namun tetap tidak spesifik.
Peningkatan &+reaktif protein% tidak spesifik.
Pemeriksaan D#A dan kultur gonorrhea dan &hlamidya digunakan untuk
mengkonfirmasi PID.
) (
$rinalisis harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi
saluran kemih.
Pe(er$k%aan !a'$)l)g$

Transvaginal ultrasonografi = pemeriksaan ini memperlihatkan adne>a%


uterus% termasuk ovaroium. Pada pemeriksaan ini PID akut #ampak
dengan adanya ketebalan dinding tuba lebih dari 0 mm% adanya septa
inkomplit dalam tuba% &airan mengisi tuba fallopi% dan tanda cog%heel.
Tuba fallopi normal biasanya tidak terlihat pada $S<.

BT digunakan untuk mendiagnosa banding PID. Penemuan BT pada PID


adalah servisitis% ooforitis% salpingitis% penebalan ligament uterosakral% dan
adanya abses atau kumpulan &airan pelvis.

Penemuan BT s&an tidak
spesifik pada kasus PID dimana tidak bukati abses.

8"I jarang mengindikasikan PID. #amun jika digunakan akan terlihat


penebalan% tuba yang berisi &airan dengan atau tanpa &airan pelvis bebas
atau kompleks tubaovarian
.
Pr)%e'ur La$n
aparoskopi adalah standar baku untuk diagnosis defenitif PID.
8engevaluasi &airan di dalam abdomen dilakukan untuk menginterpretasi
kerusakan. Pus menunjukkan adanya abses tubaovarian% rupture apendiks% atau
abses uterin. Darah ditemukan pada ruptur kehamilan ektopik% kista korpus
luteum% mestruasi retrograde% dll.
Briteria minimum pada laparoskopi untuk mendiagnosa PID adalah edema
dinding tuba% hyperemia permukaan tuba% dan adanya eksudat pada permukaan
tuba dan fimbriae. 8assa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik
dapat terlihat.
Fndometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritis
se&ara histopatologis.
2.1.8 D$agn)%a D$##eren%$al
) /
9eberapa diagnosa banding untuk PID adalah =
tumor adne>a
appendi&itis
servisitis
kista ovarium
torsio ovarium
aborsi spontan
infeksi saluran kemih
kehamilan ektopik
endometriosis
2.1.9 Pen-ega/an
9eberapa pen&egahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut =
1. Pen&egahan dapat dilakukan dengan me&egah terjadi infeksi yang
disebabkan oleh kuman penyebab penyakit menular seksual% terutama
&hlamidya. Peningkatan edukasi masyarakat% penapisan rutin% diagnosis
dini% serta penanganan yang tepat terhadap infeksi &hlamidya berpengaruh
besar dalam menurunkan angka PID. Fdukasi hendaknya fo&us pada
metode pen&egahan penyakit menular seksual% termasuk setia terhadap
satub pasangan% menghindari aktivitas seksual yang tidak aman% dan
menggunakan pengaman se&ara rutin.
.. Adanya program penapisan penyakit menular seksual dapat men&egah
terjadinya PID pada !anita. 8engadakan penapisan terhadap pria perlu
dilakukan untuk men&egah penularan kepada !anita.
6. Pasien yang telah didiagnosa dengan PID atau penyakit menular seksual
harus diterapi hingga tuntas% dan terapi juga dilakukan terhadap
pasangannya untuk men&egah penularan kembali.
1. 2anita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 1?
tahun atau lebih.
0. 'ontrasepsi oral dikatakan dapat mengurangi resiko PID.
) 1-
?. Semua !anita berusia .0 tahun ke atas harus dilakukan penapisan terhadap
&hlamidya tanpa memandang faktor resiko.
2.1.: Penatalak%anaan
BDB memperbaharui panduan untuk diagnosis dan manajemen PID.
Panduan BDB terbaru membagi &riteria diagnosti& menjadi 6 grup =
&. <rup 1 = minimum kriteria dimana terapi empiris diindikasikan bila
tidak ada etiologi yang dapat dijelaskan. 'riterianya yaitu adanya
nyeri tekan uterin atau adne>a dan nyeri saat pergerakan serviks.
'. <rup . = kriteria tambahan mengembangkan spesifisitas diagnosti&
termasuk kriteria berikut = suhu oral D6(%6EB% adanya se&ret
mukopurulen dari servi&al atau vaginal% peningkatan erythro&yte
sedimentation rate% peningkatan &+rea&tif protein% adanya bukti
laboratorium infeksi servikalis oleh N. gonorhea atau C.
trachomatis.
(. <rup 6 = kriteria spesifik untuk PID didasarkan pada prosedur yang
tepat untuk beberapa pasien yaitu konfirmasi laparoskopik%
ultrasonografi transvaginal yang memperlihatkan penebalan% tuba
yang terisi &airan dengan atau tanpa &airan bebas pada pelvis% atau
kompleks tuba+ovarian% dan endometrial biopsy yang
memperlihatkan endometritis.
'ebanyakan pasien diterapi dengan ra!atan jalan% namun terdapat indikasi
untuk dilakukan hospitalisasi yaitu =
Diagnosis yang tidak jelas
Abses pelvis pada ultrasonografi
'ehamilan
<agal merespon dengan pera!atan jalan
'etidakmampuan untuk bertoleransi terhadap regimen oral
Sakit berat atau mual muntah
Imunodefisiensi
) 11
<agal untuk membaik se&ara klinis setelah ,. jam terapi ra!at jalan
Terapi dimulai dengan terapi antibiotik empiris spe&trum luas. @ika terdapat
A'D"% harus segera dilepas setelah pemberian antibioti& empiris pertama. Terapi
terbagi menjadi . yaitu terapi untuk pasien ra!at inap dan ra!at jalan.
Tera&$ &a%$en ra;atan $na&
"egimen A = berikan &efo>itin . gram iv atau &efotetan . gr iv per 1. jam
ditambah do>isiklin 1-- mg per oral atau iv per 1. jam. anjutkan regimen ini
selama .1 jam setelah pasien pasien membaik se&ara klinis% lalu mulai do>isiklin
1-- mg per oral . kali sehari selama 11 hari. @ika terdapat abses tubaovarian%
gunakan metronoida:ole atau klindamisin untuk menutupi bakteri anaerob.
"egimen 9 = berikan &lindamisin /-- mg iv per ( jam tambah gentamisin . mgGkg
99 dosis a!al iv diikuti dengan dosis lanjutan 1%0 mgGkg 99 per ( jam. Terapi iv
dihentikan .1 jam setelah pasien membaik se&ara klinis% dan terapi per oral 1--
mg do>isiklin dilanjutkan hingga 11 hari.
Tera&$ &a%$en ra;atan jalan
"egimen A = berikan &eftria>one .0- mg im dosis tunggal tambah do>isiklin 1--
mg oral . kali sehari selama 11 hari% dengan atau tanpa metronida:ole 0-- mg .
kali sehari selama 11 hari.
"egimen 9 = berikan &efo>itin . gr im dosis tunggal dan proibene&id 1 gr per oral
dosis tunggal atau dosis tunggal &ephalosporin generasi ketiga tambah do:isiklin
1-- mg oral . kali sehari selama 11 hari dengan atau tanpa metronida:ole 0-- mg
oral . kali sehari selama 11 hari.
Pasien dengan terapi intravena dapat digantika dengan terapi per oral
setelah .1 jam perbaikan klinis. Dan dilanjutkan hingga total 11 hari. Penanganan
juga termasuk penanganan simptomatik seperti antiemeti&% analgesia% antipiretik%
dan terapi &airan.
Tera&$ Pe(be'a/an
) 1.
Pasien yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah ,. jam terapi harus
dievaluasi ulang bila mungkin dengan laparoskopi dan intervensi pembedahan.
aparotomi digunakan untuk kega!atdaruratan sepeti rupture abses% abses yang
tidak respon terhadap pengobatan% drainase laparoskopi. Penanganan dapat pula
berupa salpingoooforektomi% histerektomi% dan bilateral salpingooforektomi.
Idealnya% pembedahan dilakukan bila infeksi dan inflamasi telah membaik.
Pan'uan CDC untuk &enatalak%anaan PID
*
2.1.1< Pr)gn)%$%
Prognosis pada umunya baik jika didiagnosa dan diterapi segera.

Terapi
dengan antibiotik memiliki angka kesuksesan sebesar 66+,05. Terapi
pembedahan lebih lanjut dibutuhkan pada 10+.-5 kasus. #yeri pelvis kronik
timbul oada .05 pasien dengan ri!ayat PID. #yeri ini disangka berhubungan
) 16
dengan perubahan siklus menstrual% tapi dapat juga sebagai akibat perlengketan
atau hidrosalping. <angguan fertilitas adalah masalah terbesar pada !anita
dengan ri!ayat PID. "erata infertilitas meningkat seiring dengan peningkatan
frekuensi infeksi. "esiko kehamilan ektopik meningkat pada !anita dengan
ri!ayat PID sebagai akibat kerusakan langsung tuba fallopi.

2.1.11 =)(&l$ka%$
Abses tuba ovarian adalah komplikasi tersering dari PID akut% dan timbul
pada sekitar 10+6-5 !anita yang dira!at inap di "S. Sekuele yang
berkepanjangan% termasuk nyeri pelvis kronik% kehamilan ektopik% infertilitas% dan
kegagalan implantasi dapat timbul pada .05 pasien. ebih dari 1----- !anita
diperkirakan akan mengalami infertilitas akibat PID.
'eterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan dapat menyebabkan sekuele
seperti infertilitas. 8ortalitas langsung mun&ul pada -%./ pasien per 1----- kasus
pada !anita usia 10+11 tahun. Penyebab kematian yang utama adalah rupturnya
abses tuba+ovarian. 'ehamilan ektopik ? kali lebih sering terjadi pada !anita
dengan PID.
) 11
BAB *
PENUTUP
*.1.1 =ESIMPULAN
Pelvic inflammatory disease *PID) adalah penyakit infeksi dan inflamasi
pada traktur reproduksi bagian atas% termasuk uterus% tuba fallopi% dan struktur
penunjang pelvis. PID biasanya disebabkan oleh mikroorganisme penyebab
penyakit menular seksual seperti N. Gonorrhea dan C. Trachomatis. PID
disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme se&ara asenden ke traktus genital
atas dari vagina dan seviks. 8ekanisme pasti yang bertanggung ja!ab atas
penyebaran tersebut tidak diketahui% namun aktivitas seksual mekanis dan
pembukaan serviks selama menstruasi mungkin berpengaruh. Se&ara tradisional%
diagnose PID didasarkan pada trias tanda dan gejala yaitu% nyeri pelvi&% nyeri pada
gerakan serviks% dan nyeri tekan adne>a% dan adanya demam. aparoskopi adalah
standar baku untuk diagnosis defenitif PID. Terapi dimulai dengan terapi
antibiotik empiris spe&trum luas. Penanganan juga termasuk penanganan
simptomatik seperti antiemeti&% analgesia% antipiretik% dan terapi &airan. Pasien
yang tidak mengalami perbaikan klinis setelah ,. jam terapi harus dievaluasi
ulang bila mungkin dengan laparoskopi dan intervensi pembedahan. Prognosis
pada umunya baik jika didiagnosa dan diterapi segera. Prognosis pada umunya
baik jika didiagnosa dan diterapi segera.
) 10
DAFTA! PUSTA=A
1. Shepherd% Su:anne 8. Pelvi& Inflammatory Disease. .-1-. Diunduh dari =
http=GGemedi&ine.meds&ape.&omGarti&leG.0?11(+print Hdiperbaharui tanggal
1 7ebruari .-1-I
.. "eyes% Iris. Pelvi& Inflammatory Disease. .-1-. Diunduh dari =
http=GGemedi&ine.meds&ape.&omGarti&leG,/?-/.+print Hdiperbaharui tanggal
1- September .-1-I
6. 9erek% @onathan S. .--,. Pelvi& Inflammatory Disease dalam 9erek J
#ovakKs <ynekology 11
th
Fdition. Balifornia = ippin&ott 2illiam J
2ilkins.
1. Pernoll% 8artin . .--1. Pelvi& Inflammatory Disease dalam 9enson J
PernollKs handbook of 4bstetri& and <yne&ology 1-
th
edition. $SA =
8&<ra!hill Bompanies.
0. Fdmonds% 'eith D. .--,. The "ole of $ltrasound in <ynae&ology dalam
De!hurstKs Te>tbook of 4bstetri& and <ynae&ology ,
th
edition. ondon =
9la&k!ell Publishing.
?. 8udgil% Shikha. .--/. Pelvi& Inflammatory DiseaseGTubo+ovarian
Abs&ess. Diunduh dari = http=GGemedi&ine.meds&ape.&omGarti&leG1-106,+
print Hdiperbaharui tanggal 1- Agustus .--/I
) 1?

Anda mungkin juga menyukai