Anda di halaman 1dari 34

KOMPOSIT

Komposit merupakan sistem material


hasil kombinasi dari 2/lebih fasa yang
berbeda secara fisika agar didapatkan
sifat agregat yang berbeda dari masing-
masing konstituennya.
MATERIAL KOMPOSIT
TERDIRI DARI 2 FASA:
PRIMER
Membentuk matriks di
mana fase sekunder
tertanam.
Tiga jenis material dasar:
polimer, logam, keramik.
SEKUNDER
Terarah ke fasa yang tertanam
(disebut agen penguat).
Berfungsi untuk memperkuat
komposit (fiber, partikel, dll).
Contoh: polimer, logam,
keramik, ataupun unsur seperti
C, B, dll.
KLASIFIKASI MATERIAL KOMPOSIT
Metal Matrix Composites (MMCs)
Terdiri dari matrix logam (Al, Mg, Cu, Fe, Co) yang diperkuat oleh
serat dengan kekakuan tinggi (oksida, karbida, Pb, W, Mo).
Ceramic Matrix Composites (CMCs)
Terdiri dari matrix keramik ditanami oleh serat/fiber keramik
lainnya (fasa terdispersi) yang dapat memperbaiki sifat khususnya
untuk aplikasi temperatur tinggi.
Polymer Matrix Composites (PMCs)
Terdiri dari matrix resin Thermoset (Unsaturated Polyester (UP),
Epoxy (EP) atau thermoplastic (Polycarbonate (PC),
Polyvinylchloride, Nylon, Polysterene) dengan fasa terdispersi
glass, carbon, steel atau Kevlar fibers.
FUNGSI MATRIX MATERIAL
DI DALAM KOMPOSIT:
Untuk membentuk produk seperti yang diinginkan.
Tempat untuk menyangga fasa yang tertanam.
Membagi beban dengan fasa sekunder.
CERAMIC MATRIX COMPOSITES
KELEBIHAN KERAMIK
High stiffness
Hardness
Hot hardness
Compressive strength
Relatively low density
KEKURANGAN KERAMIK
Low toughness and bulk
tensile strength
Susceptibility to thermal
cracking
Contoh matrix keramik:
Alumina
Boron carbide
Boron nitride
Silicon carbide
Silicon nitride
Titanium carbide
Ceramic Matrix Composites (CMC) adalah material yang
terdiri dari matriks keramik dikombinasikan dengan
fiber/whisker keramik (oksida, karbida) pada fasa terdispersi.
Alumina matrix composites
(discontinuous-fiber reinforced)
Serat SiC menigkatkan strength & toughness Alumina
PROSES PEMBUATAN CMC
1. FASA CAIR
a. Polymer impregnation and pyrolysis (PIP)
b. Reactive Melt Infiltration (RMI)
c. Slurry impregnation and hot pressing (SIHP)
2. FASA UAP
a. Isothermal isobaric CVI (I-CVI)
b. Temperature pressure gradient CVI (F-CVI)
c. Pressure-pulsed CVI (P-CVI)
3. SOLID STATE
Polymer Impregnation and Pyrolysis (PIP)
Dapat digunakan jika fasa cair memiliki viskositas cukup
rendah dan dapat membasahi fiber, precursor harus
mampu menghasilkan keramik yang tinggi (7085 wt.%)
pada tahap pirolisis.
Kekurangan proses PIP yaitu:
Selama proses pirolisis dapat terjadi penyusutan yang
besar karena pembentukan gas. Dapat diatasi dengan
menambahkan pengisi inert (serbuk halus dari matrix
keramik).
Cairan precursor organologam sangat sensitif terhadap
kelembaban.
CONDITION
Pada proses ini, pori-pori fiber diisi dengan cairan
organik / organologam yang merupakan pelopor dari
matrix. Setelah pemanasan dan terjadi proses kimia,
material dipirolisis pada T 700-1000 C.
Jika perlu, dilakukan heat treatment (2500-3000 C
untuk C) untuk penstabilan mikrostruktur dan optimasi
properties.
Liquid precursor yang digunakan yaitu lelehan/larutan.
Contohnya, polimer thermoset (polyfenol) untuk C,
polycarbosilanes untuk SiC, & polycarbosilazanes untuk
matrix Si-C-N.
Reactive Melt Infiltration (RMI)
Dapat digunakan jika salah satu elemen matrix keramik
memiliki Titik leleh rendah dan mudah membasahi fiber.
Contoh:
aluminum (Mp650 C) & silikon (Mp=1410 C)
Pembentukan matrix alumina melalui reaksi oksidasi &
matrix SiC melalui reaksi kimia dengan fiber karbon.

CONDITION
Proses DIMOX
Lelehan Al bereaksi dengan udara, melalui gaya kapiler
merambat melalui pori-pori sehingga mengasilkan matriks
alumina yang tumbuh melalui mekanisme kompleks melibatkan
pelarutan oksigen dan presipitasi alumina. Proses terjadi pada
T 1200 C dengan fiber Nicalon Si-C-O.
CONDITION
Proses SILCOMP
Fiber keramik bergabung dengan C (proses PIP),
lalu diisi oleh Si cair (T 1450 C). Dengan adanya
gaya kapiler secara spontan merambat melalui
pori-pori dan bereaksi dengan dinding C seingga
dihasilkan matrix SiC. Fiber yang digunakan
harus memiliki ketahanan/stabilitas temperatur
tinggi.
Slurry Impregnation and Hot Pressing
(SIHP)
Proses ini digunakan untuk membuat komposit matrix
oksida & nanoksida.
1. Fiber tow (serat pita) diresapi slurry, seperti suspensi
stabil dari matrix powder dalam cairan mengandung
fugitive organic binder & berbagai aditif. Lalu
dikeringkan dan dihasilkan green composite prepreg.
2. Setelah itu melalui proses cutting & stacking, kemudian
dilanjutkan dengan pemanasan untuk menghilangkan
fugitive organic binder dan hot pressing agar komposit
matrix menjadi padat.
CONDITION
CONDITION
Syarat proses SIHP:
Fiber harus stabil pada kondisi hot-pressing (contoh;
oxygen-free SiC fibers).
Matrix harus cukup soft dan mengalir selama hot
pressing agar fiber tertanam, kemungkinan terbentuk
fasa cair (T hot pressing 1200-1400 C). Hal ini biasa
terjadi pada matirk dasar silika (glass & keramik-glas).
Untuk matrix tersebut, heat treatment dilakukan setelah
proses hot pressing untuk mengubah seluruh/sebagian
matrix glass ke fasa kristalin yang lebih stabil.
FASA UAP
Disebut juga Chemical vapour infiltration (CVI).
Reaksi kimia harus diaktifkan, dengan cara memanaskan
serat pada suhu yang cukup (900-1100 C) di dalam reaktor.
CVI berhubungan dengan CVD (hanya berbeda pada
temperatur (T), tekanan (P), dan kondisi laju alir gas (Q)
yang berbeda, serta tempat terjadinya deposisi.
CVDpermukaan luar substrat, CVI di dalam pori-pori
substrat.
CONDITION
Dua fenomena berbeda yang terjadi pada CVI:
a) Terjadi reaksi kimia (baik dalam fasa gas atau pada
permukaan serat) yang membentuk deposit.
b) Adanya perpindahan massa dari gas reaktan dan produk
di dalam jaringan pori secara konveksi/difusi (T-P-Q).
Contoh; reaksi pengendapan C, SiC, BN, & Al
2
O
3
.
Isothermal Isobaric CVI (I-CVI)
Fiber preforms diletakkan di dalam hotwall deposition
chamber isotermal.
Gaseous precursor di luar preform mengalir secara
konveksi dan difusi.
Agar tidak terjadi penyumbatan pori-pori maka deposisi
dilakukan pada T&P yang relatif rendah (agar gas cukup
waktu untuk berdifusi).
Jika diperlukan proses densifikasi dihentikan agar pori-
pori terbuka kembali.
Temperature Pressure Gradient CVI
(F-CVI)
F menunjukkan gaya (berasal dari T, P gradien) yang dirancang
untuk meningkatkan laju deposisi & mempersingkat waktu
densifikasi.
Reaktan diinjeksikan (dibawah tekanan) melalui permukaan fiber
preform yang dingin (dimana deposisi hampir tidak terjadi).
Porositas dekat permukaan yang panas secara cepat terisi (laju
deposisi tinggi).
Hasil deposisi, densifikasi bergerak dari permukaan panas ke dingin
(terjadi peningkatansuhu karena adanya konduksi dari deposit).
unreacted precursor & hasil reaksi diekstrak dengan memompa
melalui permukaan panas sampel kemudian melalui permukaan
lainnya.
Pressure-Pulsed CVI (P-CVI)
Reaktan disuntikkan ke dalam reaktor dalam waktu
singkat, kemudian didiamkan selama waktu tertentu
sehingga terjadi deposisi.
Perlakuan diatas dilangi beberapa kali, dimana
pembukaan dan penutupan katup aliran gas dilakukan
secara otomatis.
Hasil dari P-CVI yaitu depossi multilayer.
Ketebalan deposit per pulse < 1 nm.
CONDITION
KEUNTUNGAN CVI
Temperatur proses relatif rendah sehingga kerusakan
fiber sangat kecil.
Sifat mekanik yang sangat baik karena dihasilkan
interphase dan matriks dengan kualitas mikrostruktur
yang sangat tinggi.
Proses sangat fleksibel dengan bentuk hasil akhir yang
akurat.
KEKURANGAN CVI
Membutuhkan investasi yang besar.
Kemungkinan masih terdapat sisa pori-pori yang
terbuka pada beberapa bagian, tetapi tidak jadi masalah
karena CMCs memiliki ketangguhan yang tinggi.
SOLID STATE
Powder of matrix
Particulate or
whisker
reinforcement
Binder
mixer pressed fired
CONDITION
Prinsipnya sama seperti proses powder ceramic.
Bahan awal yaitu campuran homogen dari serat, matrix,
& aditif (fugitive binder, sintering aids, stabilizers, dll).
Proses pencampuran menggunakan ball-milling dengan
media pelindung cair.
Hasil dari ball-milling dikeringkan, dicetak, dan disinter
dengan uniaxial hot pressing.
Dapat juga menggunakan cold pressed dan dibungkus
dengan materialyang cocok (logam/glass) lalu disinter
secara isostatik.
KEKURANGAN SOLID STATE
Proses terbatas karena hanya bisa memakai serat pendek
(whiskers).
Fragmentasi fiber yang brittle dapat terjadi selama
proses ball-milling & hot pressing sehingga rasio
kemampuan penguat menurun.
Diperlukan sintering additive, T & P tinggi sehingga serat
haruslah memiliki kestabilan yang tinggi (SiC whiskers).
Sifat mekanik jauh lebih rendah dibanding
menggunakan continuous fibers.
Penggunaan whiskers dalam ukuran kecil menyebabkan
gangguan kesehatan yang sama seperti serat asbes.

APLIKASI CMCs
Turbine engines (Combustors, liners, turbine rotors)
Heat recovery equipment (Preheaters, recuperators, heat
exchangers)
Process equipment (Reformers, reactors, heat
exchangers)
Aerospace (Thermal protection, thruster nozzles, turbo
pump components, leading edges)
Cutting tools
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai