! "
$ %
! "
&
'
)
*
+ &
'
, -
*
.
12$ + 2'
3 4
26
%
7
8
2$ "
: /
)+2;
.#
<
2> ?
) A B
C* A
)+,
&
&
: 4
: F
&
)+, F
*
.
&
: 4
2$ *+, 2D
B
L
4
2B
.#
&
3 ,&
N
'
*
(
-
*
4
:O+
P Q 2R
.-
! *'
, T
2@
&
)+, U
! ;
<
2B
*
.
/
*
P
'
P F
P 2S
P V
*
G
)+, ,S
P *, ,$ 0
,W /
+
*
, 2
DB
L
4
2B
P *, K
2$ *+, 2D
B
L
4
2B
:O+
P Q 2R
.-
'
) "
0
L
H
! 4
F
*
.
2D
$ 0
Z
[
&
G ,
\
[
0
7
H
Y <
+
*
, H
;
*
9
)+, ,S
P *,
W N ]"
,
N
%
^ _
F
N
2`
2'
$ 0
a* ;
2D
3 -
2_
)+, -
*
.
2G
W ]"
P <
+
*
,
F
N
)+, ,S
P *, ,$ 0
,W /
+
*
, 2D
B
L
4
2B
.2M
N
%
R 9
2'
3 4
) e
.,&
N
B
&
.2'
N
%
3 ,T
N
2@
&
)+, g
<
&
> <
&
1#
)+, i
2! _
B&
, j &
-
*
k
l&
20
*
4
C* _
2D
P 2m
&
:*
)
*
8
3 #)+, O)
*
J
&
[
'
*
(
H
*
D
)
*
+,
.9
2$ *+, O@ n
[
+
o C* _
np +
o n
[
3 &
C* _
np 3 &
n
[
m
&
P /
+ q O)
&
[
'
*
(
2$ %
7
M
O)
3 H
)
7
8
C7 J
.n
2%
S +
, b
O+
-
[
2"
2{{
2{{M
P #
{{)+, n
{{e
@ j
[
~ '
+ n 3 2
&$"0 }@ &'G4 .
Tidak ada ketaatan bagi makhluk dalam maksiat pada Allah
Tabaraka wa Taala. ( Hadits 9iwayat Ahmad, dalam usnadnya nomor
.A4/4).
wisax mmat vlam
asyarakat uslim pun beraneka ragam dalam menghadapi
kepungan gelombang dahsyat itu. Golongan pertama, prihatin dengan
bersuara lantang di masjid-masjid, di majlis-majlis talim dan pengajian,
di tempat-tempat pendidikan, dan di rumah masing-masing. ereka
melarang anak-anaknya menonton televisi karena hampir tidak diperoleh
man!aat darinya, bahkan lebih besar madharatnya. ereka merasakan
kesulitan dalam mendidikkan anak-anaknya. Bemungkinan, tinggal
sebagian pesantrenlah yang relati! lebih aman dibanding pendidikan
umum yang lingkungannya sudah tercemar akhlaq buruk.
Cmmat Islam adalah golongan pertama yang ingin mempertahan-
kan aqidah dan akhlaq anak-anaknya itu, di bumi 'aman sekarang ini
ibarat orang yang sedang dalam keadaan menghindar dari serangan
musuh. Harus mencari tempat perlindungan yang sekira-nya aman dari
aneka peluru yang ditembakkan. +ungguhD
Golongan kedua, Cmmat Islam yang biasa-biasa saja sikapnya.
$iam-diam masyarakat uslim yang awam itu justru menikmati aneka
tayangan yang sebenarnya merusak akhlaq dan aqidah mereka dengan
senang hati. Mereka beranggapan, apa-apa yang ditayangkan itu sudah
lewat sensor, sudah ada yang bertanggung jawab, berarti boleh-boleh
saja. Sehingga mereka tidak merasa risih apalagi bersalah. Hingga
mereka justru mempersiap-kan aneka makanan kecil untuk dinikmati
sambil menonton tayangan-tayangan yang merusak namun dianggap
nikmat itu. Sehingga mereka pun terbentuk jiwanya menjadi penggemar
tayangan-tayangan itu, dan ingin mempraktekkannya dalam kehidupan.
Tanpa disarari mereka secara bersama-sama dengan yang lain telah jauh
dari agamanya.
Golongan ketiga, masyarakat yang juga mengaku Islam, tapi lebih
buruk dari sikap orang awam tersebut di atas. ereka berangan-angan,
betapa nikmatnya kalau anak-anaknya menjadi pelaku-pelaku yang
ditayangkan itu. Entah itu hanya jadi penjoget di belakang penyanyi
(namanya penjoget latar), atau berperan apa saja, yang penting bisa
tampil. +yukur-syukur bisa jadi bintang top yang mendapat bayaran
besar. ereka tidak lagi memikir tentang akhlaq, apalagi aqidah. 7ang
penting adalah hidup senang, banyak duit, dan serba mewah, kalau bisa
agar terkenal. Cntuk mencapai ke derajat itu, mereka berani
mengorbankan segalanya termasuk apa yang dimiliki anaknya.
Naudzubillaah. Ini sudah bukan rahasia lagi bagi orang yang tahu
tentang itu. Naudzu billah tsumma naudzu billah.
Golongan pertama yang ingin mempertahankan akhlaq dan aqidah
itu dibanding dengan golongan yang ketiga yang berangan-angan agar
anaknya ataupun dirinya jadi perusak akhlaq dan aqidah, boleh jadi
seimbang jumlahnya. @antas, golongan ketiga --yang ingin jadi pelaku
perusak akhlaq dan aqidah itu-- digabung dengan golongan kedua yang
merasa nikmat dengan adanya tayangan maksiat, maka terkumpullah
jumlah mayoritas. Hingga uslimin yang mempertahankan akhlaq dan
aqidah justru menjadi minoritas.
Itu kenyataan. &uktinya, kini masyarakat jauh lebih meng-
unggulkan pelawak daripada ulama. @ebih menyanjung penyanyi dan
penjoget daripada ustad' ataupun kiyai. @ebih menghargai bintang ,lm
daripada guru ngaji. $an lebih meniru penjoget daripada imam masjid
dan khatib.
Cngkapan ini secara wajar tampak hiperbol, terlalu didramatisir
secara akal, tetapi justru secara kenyataan adalah nyata. &ahkan, bukan
hanya suara ulama yang tak didengar, namun Balamullah pun sudah
banyak tidak didengar. +ehingga, suara penyayi, pelawak, tukang iklan
dan sebagainya lebih dihafal oleh masyarakat daripada alamullah, ayat-
ayat !l-"uran. Fa nastaghfirulaahal adhim.
6ayangan-tayangan televisi dan lainnya telah mengakibatkan
berubahnya masyarakat secara drastis. $ari berakhlaq mulia dan tinggi
menjadi masyarakat tak punya ,lter lagi. 6idak tahu mana yang maru!
(baik) dan mana yang munkar (jelek dan dilarang). &ahkan dalam
praktek sering mengutamakan yang jelek dan terlarang daripada yang
baik dan diperintahkan oleh Allah +86.
&erarti manusia ini telah merubah keadaan dirinya. Ini
mengakibatkan dicabutnya nimat Allah akibat perubahan tingkah
manusia itu sendiri, dari baik menjadi tidak baik. Allah +ubhannahu wa
6a<ala ber,rman*
esungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(?+ Ar-9ad% 4F*44).
enamxtr seuaisan denran seuatilan
Benapa masyarakat tidak dapat membedakan kebaikan dan
keburukanG Barena guru utama mereka adalah televisi. +edang
program-program televisi adalah menampilkan aneka macam yang
campur aduk. Ada aneka macam kebohongan misalnya iklan-iklan yang
sebenarnya bohong, tak sesuai dengan kenyataan, namun ditayangkan
terus menerus. Bebohongan ini kemudian dilanjutkan dengan acara
tentang ajaran kebaikan, nasihat atau pengajian agama. @alu
ditayangkan ,lm-,lm porno, merusak akhlaq, merusak aqidah, dan
menganjurkan kesadisan. @alu ditayangkan aneka macam perkataan
orang dan berita-berita yang belum tentu mendidik. +ehingga, para
penonton lebih-lebih anak-anak tidak bisa membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk. asyarakat pun demikian. Hal itu berlangsung
setiap waktu, sehingga dalam tempo sekian tahun, manusia uslim yang
tadinya mampu membedakan yang haq dari yang batil, berubah menjadi
manusia yang ber!aham menghalalkan segala cara, permissi!e atau
ibahiyah, apa-apa boleh saja.
unculnya masyarakat permissi!e itu karena adanya penyingkiran
secara sistimatis terhadap aturan yang normal, yaitu larangan
mencampur adukkan antara yang haq (benar) dan yang batil. 7ang
ditayangkan adalah jenis pencampur adukan yang haq dan yang batil
secara terus menerus, ditayangkan untuk ditonton oleh masyarakat.
-adahal Allah +ubhannahu wa 6a<ala telah melarang pencampur adukan
antara yang haq dengan yang batil*
"an janganlah kamu #ampur adukkan yang ha$ dengan yang
batil dan janganlah kamu sembunyikan yang ha$ itu sedang kamu
mengetahui. (?+ Al-&aqarah* 3.).
$engan mencampur adukkan antara yang benar dengan yang batil
secara terus menerus, akibatnya mempengaruhi manusia untuk tidak
menegakkan yang haq% benar dan menyingkirkan yang batil. Bemudian
berakibat tumbuhnya jiwa yang membolehkan kedua-duanya berjalan,
akibatnya lagi, membolehkan tegaknya dan merajalelanya kebatilan, dan
akibatnya pula menumbuhkan jiwa yang berpandangan serba boleh. $an
terakhir, tumbuh jiwa yang tidak bisa lagi membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk. @antas, kalau sudah tidak mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang haq dan mana yang
batil, lantas keimanannya di manaG
enipisnya keimanan itulah bencana yang paling parah yang
menimpa ummat Islam dari proyek besar-besaran dan sistimatis serta
terus menerus yang diderakan kepada ummat Islam sedunia. 7aitu
proyek mencampur adukkan antara kebaikan dan keburukan lewat aneka
tayangan. Apakah upaya kita untuk membentengi keimanan kitaG
H
2{{B
*
.
{{$
1H
, -
, }@ H
+ #
)+, |
2;
,X {{> }
{{R
{{R
.H
{{%
X 7 {{+,
2{{B
{{0
{{%
@ 2{{'
.H
+ H
, #
)+,
! 8
httuah edta
/
)+2;
! "
$ %
! "
&
'
)
*
+ &
'
, -
*
.
{{)+,
&
{{D
{{0
12{{$ + 2'
3 4
26
%
7
{{8
{{0
2$ "
:
#
{{)+, F
*
.
&
: 4
.#
<
2> ?
C ) A B
C* A
O)
*
{{J
{{8
&
3 ,&
N
'
*
(
-
*
4
&
: 4
: F
&
2'
N
%
) {{"
P H
)
*
{{8
2(
{{J
{{+ q O)
&
[
'
*
(
2$ %
7
M
O)
3 #
)+,
V
*
{G
{{)+, ,{S
P *, ,{{$ 0
,W /
{+
*
, 2
{DB
L
4
2{B
:O+
P Q 2R
.,
N
%
^ _
/{{0
:O+
2{{
P Q 2{{R
.-
'
) {{"
0
L
H
! 4
F
*
.
/
*
P
'
P F
P 2S
{{
7
I
{{)+, V
{{! *B
/{{0
:Q 2R
2`
N
~ 0
+
*
C
)+, V
! *B
,
N
`
P 26
%
7
8
$ 3
#
{{8
O{{)
3 b
"
*
+,
e
*
+2;
)+, -
*
k
'
3 , H
*
m
{{DB
L
4
2{{B
1}
7
{{M
$ *+, O{{)
3 -
)
L
{{e
{{! I
{{)+, -
*
.
:Q 2S
.2'
N
%
) "
P ,
'
)
7
8
3 ,
)
L
J
$ 0
,W /
+
*
,
O{{)
)
*
{{J
2{{'
&
[
{{'
*
(
q O)
&
[
'
*
(
O)
3 C7 J
H
*
D
)
*
+,
O{{)
3 |
2{{;
.&
p
{{%
&
p
%
'
*.
1H
>
q O)
>
q O{{)
>
O)
2;
2'
&
[
'
*
(
q O)
&
[
'
*
(
'
) {{"
'
{{
, H
*
{{D
)
*
+,
.&
p
{{%
&
p
{{%
'
{{ *.
1H
{{%
>
{{{D
$ 0
W2{{{%
2{{{$ 0
'
$ 0
{{{'
15
2'
) {{{"
'
2$ R
2S
V
*
(
, 2 9
H
*
D
)
*
+,
.
p
B
g
p
%
'
*.
15
}{{@ 2{{$ P q 2$ ;
*
9
.#
2$ ! `
, 2$ R
?
N
; C
2M
, 2 9
1#
3 2M
P 7,
2{$ ;
*
9
.9
2{{$ *+, i
,X {{3 2{{$ R
nN $ {"
{{Y , }@
nN $ "
2%
&
L
+,
/
{{%S ! *'
+ 2{{$ )
/
[
{{%
3 4
Z
*
R
2$ P 2B
*
9
7
2$ `
2$ +
>
O{{)
3 b
p
?
{{8
1-
{{e
2'
*
3 Z
*
+
, i
7
9
;
7
9
2(
.20
N
20
./
'
, i
7
9
)
*
+ &
'
) 8
'
,
H
{{R 4
.H
)
*
{8
{J
{+ q O{)
&
[
'
*
(
O)
3 #
)+, O)
*
J
.Z ?
e
*
+,