Anda di halaman 1dari 2

Atipikal antidepressant merupakan sekumpulan golongan anti depressant yang bukan trisiklik

ataupun monoamine oxidase inhibitor, yang bekerja secara selektif pada sistem serotoninergik,
terutama dengan cara menginhibisi reuptake serotonin. Atipikal antidepresant terdiri dari
bupropion, desvenlafaxine, dulolextine, mirtazapine, trazodone, venlafaxine.
Bupropion bekerja sebagai norepinephrine-dopamine reuptake inhibitor (NDRI). Berikatan secara
selektif dengan dopamine transporter, akan tetapi efek terhadap perilaku berhubungan dengan
kerjanya menginhibisi reuptake norepinephrine. Efek samping: pusing, insomnia, gangguan traktus
GI, konstipasi, mulut kering, tremor, sakit kepala, disfungsi seksual 10%, penurunan BB, rasa cemas,
dan kejang. Kejang merupakan efek samping paling kontroversial dari bupropion. Efek samping ini
lah yang menyebabkan penarikannya dari peredaran pada awalnya. Kejadian kejang dihubungkan
dengan dosis. Resiko kejang pada dosis 100-300mg 0,1%, 300-450 mg 0,4%, dan 2% pada 600 mg.
Kontraindikasi: tidak boleh digunakan pada pasien dengan ambang kejang yang rendah seperti pada
epilepsi, alkohol, benzodiazepine withdrawal, anorexia nervosa, bulimia, dan tumor otak aktif.
Hindari pemakaian bersama MAOIs. Perhatian pada pasien dengan keursakan hepar, penyakit ginjal,
dan hipertensi yang parah. Perhatian juga pada pemberian kepada pasien anak-anak dan remaja
karena meningkatkan resiko suicide. Interaksi obat: karena bupropion dimetabolisme menjadi
hydroxybupropion di CYP2B6, sehingga dapat terjadi interaksi dengan inhibitor CYP2B6, seperti,
paroxetine, sertraline, norfluoxetine, diazepam, clopidogrel, orphenadrine. Obat-obat ini akan
meningkatkan konsentrasi bupropion dan menurunkan konsentrasi hydroxybuprobion dalam darah.
Dapat terjadi pula interaksi berupa penurunan konsentrasi bupropion dan peningkatan konsentrasi
hydroxybuprobion dalam darah oleh carbamazepine, clotrimazole, rifampicin, ritonavir, dan obat-
obatan lainnya yang berupa penginduksi CYP2B6.
Mirtazapine: bekerja sebagai histamine-1 antagonist (NaSSA). Mirtazapine merupakan reseptor
serotonin anagonis dan inhibitor norepinephrine transporter, sehingga tidak menimbulkan serotonin
sindrom. Efek samping:pusing, penglihatan kabur, sedasi, somnolen, malaise, peningkatan nafsu
makan, mulut kering, konstipasi, peningkatan BB.
Venflaxine, Duloxetine, dan Desvenlafaxine: Merupakan serotonin norepinephrine reuptake
inhibitor (SNRI). Desvenlafaxine merupakan bentuk sintetik dari metabolite aktif utama dari
venlafaxine. Venlafaxine kadang juga disebut sebagai serotonin-norepinephrine-dopamine reuptake
inhibitor. Mekanisme kerja dengan cara memblok transporter reuptake protein untuk
neurotransmitter penting yang mengatur mood, sehingga meningkatkan jumlah neurotransmitter
aktif pada sinaps. Efek samping: mual, pusign, insomnia, hyperhidrosis,konstipasi, somnolen,
penurunan nafsu makan, priapismus, night terrors, cemas, keterlambatan ejakulasi, dan disfungsi
seksual 30-10%. Efek samping yag paling sering dilaporkan dan membuat orang berhenti meminum
obat adalah mual.Venflaxine dapat menyebabkan penurunan ambang kejang sehingga penggunaan
dengan obat penurun ambang kejang yang lain seperti bupropion dan tramadol harus hati-hati.
Penggunaan venflaxine pada wanita hamil dapat meningkatkan kemungkinan kejadian abortus
spontan. Obat-obat ini juga sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan glaucoma.
Trazodone: obat ini bekerja sebagai serotonin antagonis dan reuptake inhibitor (SARI). Trazodone di
metabolisme oleh CYP3A4, penghambatan enzim ini akan menyebabkan peningkatan kadar
trazodone dalam darah. Salah satu contoh penghambat CYP3A4 adalah jus grapefruit.Penggunaan
pada wanita hamil dan menyusui belum ada data yang mencukupi, sehingga pengunaannya hanya
apabila sangat diperlukan. Efek samping yang terjadi mirip dengan antidepressant atipikal lainnya
seperti pusing, priapismus, aritmia, dan lain-lain.
:

Anda mungkin juga menyukai