DISUSUN OLEH:
Ahmad Yusron
Alfi Wakhianto
Muhammad Gufran
Anggara Hadinata
Muhammad Prabowo
Arifian Wijaya
Budi Kuncoro
Nurnazila Hariviska
Endra Wibisono
Oktariza Rizkillah
Izharynur Yahman
Lutfi Jauhari
Rhamadhianzha Nurdin
M. Adi Wardana
Ripandi Yuspa
Zulhijrian Noor
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2009
Mania merupakan suatu episode meningkatnya afek seseorang yang jelas, abnormal,
menetap, ekspansif, atau iritabel. Afek yang abnormal ini membuat fungsi harian pasien
menjadi terganggu karena gangguan pada daya pertimbangan lingkungan. Tugas utama bagi
dokter adalah menemukan gangguan episode mania ini. Pasien mania yang tidak dirawat
sering kali minum alcohol secara berlebihan, pasien sukar dicegah untuk menggunakan
telepon secara berlebihan (interiokal di pagi hari). Mereka juga suka berjudi secara patologik,
buka baju di tempat umum, mengenakan baju atau perhiasan yang warnanya sangart
mencolok, juga suka mengabaikan hal-hal kecil seperti tidak meletakkan ganggang telepon
secarab benat di tempatnya. Pasien suka terlibat secara berlebihan dengan masalah
keagamaan, politik, keuangan, seksual dan ide pengejaran yang berkembang dalam system
waham yang kompleks. Terkadang mereka juga bisa regresi seperti bermain dengan urine dan
feses sendiri.
EPIDEMIOLOGI
Laporan The World Health Report 2001, antara lain mengatakan, 25 persen penduduk di
dunia pernah mengalami gangguan jiwa pada suatu masa dalam hidupnya, 40 persen
diantaranya didiagnosis secara tidak tepat.
Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Universitas Indonesia di Jawa Barat (2002)
menemukan 36 persen pasien yang berobat ke puskesmas mengalami gangguan kesehatan
jiwa. Hal ini bisa mewakili kondisi masyarakat secara umum. Gangguan yang umum terjadi
adalah gangguan afektif atau gangguan mood, yaitu kecemasan, depresi dan mania.
Mania merupakan suatu gangguan afektif dengan persentasi 12 % dari seluruh
gangguan afektif. Onset rata-rata umur pada pasien dewasa dengan mania adalah 55 tahun
dengan perbandingan jumlah pria dan wanita 2 : 1. Prevalensi timbulnya mania sekitar 0,1%
pertahun. (Shulman, 2008)
ETIOLOGI
Kelainan fisik yang bisa menyebabkan mania : (Anonim, 2008)
1. Efek samping obat-obatan
- Amfetamin
- Obat anti-depresi
- Bromokriptin
- Kokain
- Kortikosteroid
- Levodopa
- Metilfenidat
2. Infeksi
- AIDS
- Ensefalitis
- Influenza
- Sifilis (stadium lanjut)
3. Kelainan hormonal
- Hipertiroidisme
4. Penyakit jaringan ikat
- Lupus eritematosus sistemik
5. Kelainan neurologis
- Tumor otak
- Cedera kepala
- Korea Huntington
- Sklerosis multipel
- Stroke
- Korea Sydenham
- Epilepsi lobus temporalis
KLASIFIKASI
Episode Manik (F30)
Ada tiga derajat keparahan yan ditemukan disini, dengan kesamaan cirri khas dalam suasana
perasaan yang meningkat, dan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan
ental. Semua subdivisi dari kategori ini seharusnya digunakan hanya untuk satu episode
manic tunggal. Jika ada episode afektif (depresif, manic, atau hipomanik) sebelumnya atau
sesudahnya, maka gangguannya harus diberi kode menurut gangguan afektif bipolar .
Termasuk : gangguan bipolar, episode manic tunggal
Hipomania (F30.0)
Hipomania adalah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang kelainan suasana perasaan
(mood) dan perilakunya terlalu menetap dan menonjol , namun tidak disertai halusinasi atau
waham. Yang ada ialah peningkatan ringan dari suasana perasaan (mood) yang menetap
iritabel.
Saat terjadinya gangguan afek, sedikitnya ada 3 dari gejala di bawah ini (4 bila
afeknya hanya iritabel) dan cukup dirasakan oleh lingkungannya.
1) Harga diri yang dibesarkan atau grandiositas
2) Kebutuhan tidur berkurang (contoh, cukup rasa istirahat hanya dengan tidur 3 jam)
3) Suka bicara lebih dari biasanya dan ada dorongan untuk bicara terus
4) Loncat piker atau ia merasa alur pikirannya seperti berpacu
5) Mudah teralihkan perhatiannya (contoh, perhatian mudah teralihkan terhadap
rangsangan eksternal yang sebenarnya tidak berarti)
6) Bertambahnya kegiatan yang bertujuan ( baik social, pekerjaan, sekolah, maupun
seksual ) atau agitasi psikomotor
7) Ikut serta secara berlebih pada kegiatan yang menggembirakan yang berisiko
tinggi untuk mengakibatkan penderitaan (contoh, orang itu terlibat dalam nafsu
untuk membeli banyak barang, kegiatan seksual yang sembarangan atau investasi
D. Pada saat tiada gangguan afek yang menonjol , tak ada halusinasi atau waham selama
dua minggu (jadi, sebelum gangguan afektif timbul atau setelah remisi).
E. Tidak bertumpang tindih pada skizofrenia, gangguan skizofreniform, gangguan
waham, atau gangguan psikotik yang tak ditentukan
F. Tak dapat dibuktikan bahwa factor organic menyebabkan atau mempertahankan
gangguan itu.
Perhatian: terapi antidepresiva somatic (seperti obat, terapi kejang listrik) yang
menyebabkan cetusan gangguan afektif tidak dianggap sebagai factor organic dan
etiologic.
Sumber: dari DSM III-R, diagnostic and statistic manual of mental disorders, edisi 3
yang direvisi. Copyright American psychiatric Association, Washington, 1987.
Digunakan dengan izin.
Mania biasanya terjadi dalam kaitan dengan gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, dan
gangguan bipolar. Mania dapat dicetuskan oleh terapi kejang listrik, medikasi antidepresiva
dan medikasi lain. Pada satu kali pemeriksaan klinis dari pasien psikotik, mania mungkin tak
mudah dibegadakn dengan skizofrenia, dan diagnose yang tepat harus didasarkan pada
riwayat pasien.
Prevalensi seumur hidup hangguan bipolar sekitar 1%, dan gangguannya ditemukan sama
banyak pada pria maupun wanita. Tanpa pengobatan, satu episode mania berlangsung antara
3-6 bulan.
DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia (F20.-)
Skizofrenia dapat diawali dengan gangguan emosi dan afek sehingga memberikan
gambaran yang hamper mirip dengan episode mania. Kepribadian seorang dengan gangguan
mania hangat dan mudah bersahabat, sedangkan pada seorang dengan skizofrenia biasanya
pendiam, jauh dari pergaulan, dan menutup diri.
Pada skizofrenia tipe mania terjadi ketidaksesuaian gejala afek dengan waham dan
halusinasi (mood incongruent) sangat menonjol.
6. Perbaiki gangguan tiroid dan fisik bila ada. Pemeriksaan fisik pasien yang teliti dan
lengkap harus dilaksanakan begitu pasien sudah dalam keadaan kooperatif.
PENATALAKSANAAN
1. Secara umum
Penderita perlu dirawat di rumah sakit karena biasanya tidak mempunyai pandangan
dan kesadaran terhadap dirinya, sehingga dapat membahayakan kesehatan fisiknya seperti
kurang memperhatikan kebersihan diri, tidak mau makan, tidak tidur berharihari,membuang banyak uang atau menghabiskan miliknya yang sudah secara rutin secara
tidak bertanggungjawab.
2. Terapi kimiawi
Obat yang dapat diberikan ada beberapa senyawa :
- Senyawa phenothiazine
o Promazine (prazine/verophen) 100 - 600 mg/hari
o Chlorpromazine(Largaktil / Megaphen / Propaphenin , Thorazine) 75 - 500 mg/hari
o Levomepromazine(Nozinan/Neurocil) 75 - 300 mg/hari
o Thioridazine (Melleril) 75 - 500 mg/hari
o Trifluoperazine (Stelazine) 3 - 30 mg/hari
- Senyawa alkaloid Rauwolfla
o Reserpine (Serpasil) 3 - 9 mg/hari
- Senyawa butyrophenone
o Haloperidol (Haldol/Serenace/ Vesalium) 3 - 5 mg/hari
3. Terapi elektrolit
Lithium Carbonat dapat diberikan dalam jumlah 1 gr/hari, umumnya dalam bentuk tablet.
4. Psikososial
- terapi keluarga
- terapi interpersonal
- terapi tingkah laku
- therapeutic community
PROGNOSIS
Rata-rata durasi episode mania adalah sekitar 2 bulan. Dengan 95% sembuh sempurna.
Dhingra & Rabins (1991) mengamati pasien usia lanjur dengan mania selama 5 - 7 tahun dan
menemukan 34% pasien meninggal. Selama pengamatan, 32% pasien mengalami penurunan
fungsi kognitif yang diukur dengan Mini Mental State Examination dengan skor kurang dari
24. 72% pasien mengalami bebas dari gejala dan 80% dapat hidup independent.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan,Harold I., Benjamin J.Sadock. alih bahasa Wicaksana M Roan. 2000. Ilmu
Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta
Anonim.
Mania.
Available
on
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?
id=&iddtl=263&idktg=5&idobat=&UID=20080207100615125.162.244.122. Diakses
tanggal 6 Februari 2008.
Shulman, Ken. Mania. Available on http://www.rcpsych.ac.uk/pdf/semOAP_ch8.pdf. Diakses
tanggal 6 Februari 2008.
Widya, Surya. Simposium Sehari Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Menyambut Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia : Gangguan Afektif. 27 Oktober 2007. Diakses 6 Februari
2008
Sadock, Benjamin James, Virgina Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadock's Synopsis of
Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York :
Lippincott Williams & Wilkins
Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta : PT
Nuh Jaya. p61
Roan,Wicaksana Martin. 1979. Ilmu Kedokteran Jiwa Psychiatry. Jakarta
Gelder,Michael, Dennis Gath, Richard Mayou. Oxford Textbook of Psychiatry 2nd edition.
Oxford : Oxford University Press
Kumar & Clark. Clinical Medicine 5th ed. New York. Elsevier Press
Ingram, I.M., G.C. Timbury, R.M. Mowbray. Editor Peter Anugrah. 2002. Catatan
Kuliah Psikiatri edisi 6. Jakarta : EGC