TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Anita Iriyani
03.12.0015
03.12.0035
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008
Perpustakaan Unika
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.
BAB I
PENDAHULUAN.....
1.1
Latar belakang....
1.2
Permasalahan......
1.3
1.4
Batasan Penelitian........
1.5
Sistematika Penyusunan........... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA............ 5
2.1
Uraian Umum........................................................................... 5
2.1.2
2.2
Siklus Hidrologi
.6
Inflow ......................................................................... 8
2.2.1.
Limpasan.. 8
2.2.2.
Infiltrasi.... 11
2.2.3.
Penguapan... 11
Perpustakaan Unika
2.2.5. DaerahAliranSungai(DAS).. 13
2.3
ErosiLahan............................................................................
17
2.4
MetodeUSLE............. 22
2.4.1. Faktor Erosivitas Hujan (R)........................................ 24
2.4.2. Faktor Erodibilitas (K)................................................ 26
2.4.3. Faktor Panjang Kemiringan Lereng (LS).................. 29
2.4.4. Penggunaan Lahan dan Pengolahan Tanah (CP)....... 31
BAB III
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................35
4.1 Analisis Data.......................................................................... 35
4.1.1 Data Hujan.................................................................... 35
4.1.1.1 Distribusi curah hujan daerah39
4.1.1.2 Mencari rata-rata hujan 10 tahunan (Y)............ 43
4.1.2 Menentukan Faktor Erodibilitas Tanah (K)................. 44
4.1.3 Menentukan Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng
(LS).............................................................................. 45
vi
Perpustakaan Unika
vii
Perpustakaan Unika
DAFTAR TABEL
viii
Perpustakaan Unika
ix
Perpustakaan Unika
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
Perpustakaan Unika
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis yang terdiri dari
dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim penghujan
dimana curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya banjir, erosi dan
tanah longsor. Erosi pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), merupakan
fenomena yang kompleks akibat perubahan bermacam-macam proses yang terjadi.
Sedimentasi yang terjadi di suatu sungai atau waduk merupakan suatu petunjuk
adanya kerusakan suatu DAS, dimana faktor aktivitas manusia yang tidak
terkontrol (melebihi dari batas yang diperbolehkan) biasanya merupakan faktor
dominan penyebab kerusakan tersebut. Bentuk aktivitas manusia dapat berupa
pengolahan tanah untuk pertanian / perkebunan, perambah hutan, ladang
berpindah, permukiman dan lain-lain. Aktivitas ini bisa membahayakan
kedudukan dari Daerah Aliran Sungai tersebut jika tidak dilakukan pengaturan,
karena terjadinya pengurangan terhadap jumlah luas dari tata guna lahan awalnya.
Erosi juga dapat mempengaruhi pemanfaatan sumber daya air menjadi kurang
optimal.
Apabila debit air besar sedangkan kapasitas tampungan sungai kecil hal ini
dapat menimbulkan erosi yang dapat mengakibatkan terjadi banjir. Banjir
membawa endapan tanah atau lumpur yang dapat mengakibatkan sedimentasi
pada sungai. Sedimentasi mempengaruhi kinerja sungai dalam memenuhi
BAB I PENDAHULUAN
Perpustakaan Unika
kebutuhan dan distribusi aliran air bagi penduduk sekitar. Penyebab sedimentasi
lainnya seperti Pembukaan lahan yang tidak terkendali pada DAS, penebangan
pohon yang tidak terkendali serta pola hidup masyarakat yang kurang menjaga
kelestarian lingkungan. Karena perlakuan perlakuan terhadap lingkungan seperti
di atas menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem dalam hal ini yang
dibahas adalah sungai beringin. Karena hal hal diatas menyebabkan air sungai
menjadi keruh, membawa butiran butiran tanah yang akhirnya mengendap
menimbulkan erosi yang berujung terjadinya sedimentasi di Daerah Aliran Sungai
yang nantinya dalam kurun waktu tertentu dapat menimbulkan banjir.
Pada tahun 1991
wilayah Kecamatan Mangkang dan Tugu, hal ini disebabkan jumlah air yang di
tangkap oleh catchment area di daerah daerah yang di lalui oleh DAS tersebut
terlalu banyak sehingga menyebabkan banjir (Suara Merdeka 18 September
1991). Selain itu banjir juga disebabkan karena pada daerah hulu ( Kecamatan
Mijen dan Ngaliyan ) terjadi perubahan tata guna lahan, yang seharusnya dapat
berfungsi sebagai peresapan air menjadi daerah yang kurang dapat meresapkan
air. Sedangkan pada musim kemarau dimana curah hujan yang relatif sangat kecil
menyebabkan debit pada DAS Beringin mengalami penurunan pada level
minimum.
1.2
Permasalahan
Sedimentasi merupakan permasalahan yang sering dihadapi pada
bangunan bangunan air. Sedimentasi pada sungai Beringin ini berasal dari erosi
yang diakibatkan penggundulan hutan oleh masyarakat sekitar. Dimana hasil dari
BAB I PENDAHULUAN
Perpustakaan Unika
Beringin yang akan berpengaruh pada debit air yang diterima oleh DAS Beringin.
Tujuan dari analisa hidrologi pada DAS Beringin ini adalah:
1. mengetahui tingkat erosi pada DAS Beringin berdasarkan metode
USLE.
2. mengetahui pengaruh tata guna lahan terhadap laju erosi di DAS
Beringin.
1.4
Batasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat erosi yang berada di
BAB I PENDAHULUAN
Perpustakaan Unika
2.
3.
4.
Curah hujan yang turun pada daerah Aliran sungai Beringin akan
dihitung dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel.
1.5
Sistematika penulisan
Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab yang sistematika
Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari
pengetahuan yang berhubungan dengan hidrologi, siklus hidrologi,
erosi,dan Daerah Aliran Sungai.
Bab III Metodologi yaitu cara pembuatan Tugas Akhir.
Bab IV Analisa Metode berisi tentang perhitungan erosi dengan menggunakan
metode USLE untuk mendapatkan besarnya Laju erosi pada DAS
Beringin.
.Bab V Kesimpulan dan Saran menguraikan kesimpulan yang didapat dari
pembahasan dan saran-saran yang kiranya berguna dalam penentuan
pola operasi sungai, terutama Sungai Beringin dan cara penanggulangan
erosi yang terjadi pada DAS Beringin.
Perpustakaan Unika
BAB II
STUDI PUSTAKA
Perpustakaan Unika
sebagai tampungan-cekungan
(depression storage).
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE
Perpustakaan Unika
Perpustakaan Unika
2.2
Inflow
Perpustakaan Unika
mengalir ke laut setelah melewati beberapa proses dengan yang keadaan berbeda
setiap musim, yang disebut sebagai daur limpasan.
Hoyt (meinzer, 1942) mengemukakan daur limpasan (run off cycle), yang
dapat dijelaskan dengan menyederhanakannya menjadi empat tahap :
a. Tahap I (pada akhir musim kering)
Pada akhir musim kering dapat diamati bahwa sama sekali tidak ada
masukkan air hujan (kemungkinan adanya masukan hanya lewat bawah
permukaan tanah diabaikan), sehingga yang terjadi hanya keluaran berupa
penguapan yang intensif dari permukaan dan terjadi dalam waktu yang
reletif lamam. Kekurangan kelembaban di lapisan tanah di lapisan atas
akan diganti oleh kelembaban (moisture) yang berada di lapisan bawahnya
sehingga lapisan-lapisan tanah menjadi jauh lebih kering.
Aliran yang terjadipada sungai-sungai hanya bersumber dari aliran
air tanah pada akuifer saja. Sampai dengan tahap ini tidak pernah ada
masukan (hujan), sehingga kandungan air dalam akuifer pun menjadi
semakin turun karena aliran yang terus menerus ke sungai.
b. Tahap II (awal musim hujan)
Akibat adanya hujan dengan jumlah air yang relatif sedikit maka
permukaan menjadi basah. Sebagian besar air hujan tertahan akibat
intersepsi. Apabila terjadi aliran maka akan tertampung salam tampungan
permukaan misalnya sebagai tampungan-cekungan. Jumlah air ini habis
menguap atau terinfiltrasi, sehingga tidak memberikan sumbangan pada
limpasan permukaan.bagian air yang terinfiltrasi, jumlahnya dipandang
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE
10
Perpustakaan Unika
11
Perpustakaan Unika
2.2.2. Infiltrasi
Infiltrasi dimaksudkan sebagai proses masuknya air ke permukaan tanah.
Proses ini merupakan salah satu bagian penting dalam proses hidrologi maupun
dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran sungai. Dalam kaitan ini
terdapat dua pengertian tentang kuantitas infiltrasi, yaitu kapasitas infiltrasi
adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, dan laju infiltrasi
nyata suatu jenis tanah tertentu
Beberapa faktor yang mempengaruhi infiltrasi yaitu :
1. jenis tanah,
2. kepadatan tanah,
3. kelembapan tanah,
4. tutup tumbuhan,
5. dalamnya genangan di permukaan tanah,
6. pemampatan oleh curah hujan,
7. udara yang terdapat dalam tanah.
Berbeda dengan perkolasi yaitu proses aliran air di dalam tanah secara
vertikal akibat gaya berat. Memang keduanya saling berpengaruh akan tetapi
secara teoritik hendaknya pengertian keduanya dibedakan.
2.2.3. Penguapan ( evaporation )
Penguapan merupakan unsur hidrologi yang cukup penting dalam
keseluruhan. Penguapan adalah proses perubahan dari molekul air dalam bentuk
zat cair ke dalam bentuk gas. Sudah barang tentu pada saat yang sama akan terjadi
12
Perpustakaan Unika
pula perubahan molekul air dari gas ke zat cair, dalam hal ini di sebut
pengembunan (condensation). Penguapan hanya terjadi bila terjadi perbedaan
tekanan uap udara di atasnya. Dapat dimengerti bila kelembaban udara mencapai
100%, maka penguapan akan terhenti.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju penguapan antara lain :
1. temperatur.
Untuk penguapan diperlukan sumber panas, panas tersebut bersumber dari
radiasi matahari, panas yang tersedia, di atmosfer, maupun dari dalam
tanah,atau massa air itu sendiri.
2. angin.
Angin berfungsi memindahkan udara yang jenuh air dan menggantikannya
dengan lapisan udara lain, sehingga penguapan dapat berjalan terus.
3. kualitas air.
Salinitas air menyebabkan menurunnya laju penguapan, sebanding dengan
kadar salinitas tersebut. Sebagai contoh, air laut mampunyai kandungan
garam 2-3% mempunya laju penguapan yang juga 2-3% lebih rendah dari
air tawar.
Penguapan yang terjadi pada tanaman disebut transpirasi sedangkan
penguapan yang terjadi dari permukaan lahan yang tertutup dengan tutup
tumbuhan disebut evapotranspirasi. Apabila kandungan air dalam tanah tidak
terbatas, maka digunakan istilah evapotranspirasi potensial.
13
Perpustakaan Unika
14
Perpustakaan Unika
kontrol tersebut, sedangkan titik kontrol yang lain yang terletak disebelah hulunya
disebut sebagai sub-DAS.
LAUT
F
D
Batas DAS
sub DAS
Batas sub DAS
15
Perpustakaan Unika
hujan yang terjadi di satu stasiun pengukuran hujan. Dalam hal ini yang
diperlukan adalah data kedalaman hujan dari banyak stasiun hujan yang tersebar
di seluruh DAS. Oleh karena itu diperlukan sejumlah stasiun hujan yang dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat mewakili besaran hujan di DAS tersebut. Dalam
kaitan ini terdapat dua faktor penting yang sangat menentukan ketelitian
pengukuran hujan, yaitu jumlah dan pola penyebaran stasiun hujan.
Untuk melakukan pengukuran hujan diperlukan alat pengukur hujan
(raingauge). Dalam pemakaian terdapat dua jenis alat ukur hujan yaitu :
1. penakar hujan biasa (manual raingauge),
Merupakan alat ukur yang paling sering digunakan, yang terdiri dari
corong dan bejana, sedangkan jumlah air hujan diukur dengan bilah ukur
(graduated stick).
2. penakar hujan otomatis (automatic raingauge).
Pengukuran yang dilakukan dengan cara-cara di atas adalah untuk
memperoleh data hujan yang terjadi pada satu tempat saja. Akan tetapi dalam
analisis umumnya yang diinginkan adalah data hujan rata-rata DAS. Untuk
menghitung besaran ini dapat ditempuh dengan beberapa cara yang sampai saat
ini sangat lazim digunakan, yaitu:
1. Rata-rata aljabar
Cara hitungan dengan aljabar ini adalah cara yang paling sederhana, akan
tetapi memberikan hasil yang kurang teliti karena setiap stasiun dianggap
mempunyai bobot yang sama. Metode ini disajikan dengan rumus :
16
R=
1 n
R1
n i =1
Perpustakaan Unika
........................................................................................(2.1)
keterangan :
R
Ri
2. Polygon Thiessen
Cara ini memberikan bobot tertentu pada setiap stasiun hujan dengan
pengertian bahwa setiap stasiun hujan dianggap mewakili hujan dalam
suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut merupakan faktor
koreksi bagi hujan di stasiun yang bersangkutan. Adapun rumus dari
metode tersebut adalah :
R=
A xR
A
i
........................................................................................(2.2)
keterangan :
R
Ri
Ai
A2
1
A3
A4
A1
4
A7
A5
A6
17
Perpustakaan Unika
3. Isohyet
Cara lain yang diharapkan lebih baik (dengan mencoba memasukkan
pengaruh topografi). Isohyet ini adalah garis yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai kedalaman hujan yang sama pada saat
yang bersamaan. Adapun rumus dari metode tersebut adalah :
A
A
A1
A
( R1 + R2 ) + 2 ( R2 + R3 ) + 3 ( R3 + R4 ) + N 1 ( R N + R N +1 )
2
2
2
......(2.3)
R= 2
Atotal
keterangan :
R
18
Perpustakaan Unika
suatu limpasan/aliran air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan
airnya melambat atau terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau maupun
kawasan tepi teluk/laut (Arsyad, 1989). Erosi dapat mempengaruhi produktivitas
lahan yang biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan
dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil
sedimen.
Erosi pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), merupakan fenomena yang
kompleks akibat perubahan bermacam-macam proses yang terjadi. Sedimentasi
yang terjadi di suatu sungai atau waduk merupakan suatu petunjuk adanya
kerusakan suatu DAS, dimana faktor aktivitas manusia yang tidak terkontrol
(melebihi dari batas yang diperbolehkan) biasanya merupakan faktor dominan
penyebab kerusakan tersebut. Bentuk aktivitas manusia dapat berupa pengolahan
tanah untuk pertanian / perkebunan, perambah hutan, ladang berpindah,
permukiman dan lain-lain. Aktivitas ini bisa membahayakan kedudukan dari
daerah pengaliran sungai tersebut jika tidak dilakukan pengaturan, karena
terjadinya pengurangan terhadap jumlah luas dari tata guna lahan awalnya. Laju
erosi maksimum yang diijinkan atau laju kehilangan tanah toleransi, besarnya
tergantung pada laju pembentukan tanah pada daerah tersebut. Laju pembentukan
tanah diseluruh dunia berkisar antara 0,01 hingga 7,7 mm/tahun. Di Indonesia
besarnya laju erosi yang diijinkan adalah (Rahim, 2000: 81):
a. Daerah yang relatif miring dan tanahnya relatif dalam (solum 90) adalah 25
ton/ha/tahun atau setara dengan 2,5 mm/tahun.
19
Perpustakaan Unika
20
Perpustakaan Unika
Pengangkutan butir-butir primer tanah oleh air yang mengalir diatas permukaan
tanah.
Sedang Foster et al (1977), dalam Lane & Shirley (1982), mengemukakan
proses erosi tanah meliputi pelepasan butir-butir tanah akibat pukulan jatuhnya air
hujan dan pengangkutan butir-butir tanah oleh aliran permukaan atau limpasan
permukaan dalam alur dan pengangkutan butir-butir tanah oleh air dalam alur.
Erosi tanah oleh air adalah pemindahan tanah dari tempat asalnya oleh aliran air
di lahan. Erosi yang disebabkan oleh air dapat berupa :
1. Erosi lempeng (sheet erosion), yaitu butir-butir tanah diangkut lewat
permukaan atas tanah oleh selapis tipis limpasan permukaan yang dihasilkan
oleh intensitas hujan yang merupakan kelebihan dari daya infiltrasi;
2. Pembentukan polongan (gully), yaitu erosi lempeng terpusat pada polongan
tersebut. Kecepatan airnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
limpasan permukaan tersebut diatas. Polongan tersebut cenderung menjadi
lebih dalam, yang menyebabkan terjadinya longsoran-longsoran. Polongan
tersebut tumbuh kearah hulu, ini dinamakan erosi ke arah belakang (backward
erosion);
3. Longsoran masa tanah, yaitu berupa longsoran yang terletak diatas batuan
keras atau lapisan tanah liat. Longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan
yang panjang, yang lapisan tanahnya menjadi jenuh oleh lapisan air tanah;
21
Perpustakaan Unika
4. Erosi tebing sungai. Erosi ini terutama yang terjadi pada saat banjir, yaitu
tebing tersebut mengalami penggerusan air yang dapat menyebabkan
longsornya tebing-tebing pada belokan-belokan sungai.
5. Terpisahnya antara butiran-butiran tanah karena kejatuhan air (raindrops
impact)
6. Terbawa hanyutnya butiran di lahan oleh aliran air di lahan (overland flow)
Erosi tanah oleh air dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi
hidrologi, tanah, tata guna lahan, dan topografi.
Dalam kaitannya dengan pengkajian program ini, Hopley, 1999
mengemukakan 5 (lima) pengaruh besar terhadap permasalahan erosi pada DAS
sebagai berikut:
1
Hilangnya Vegetasi
22
Perpustakaan Unika
Pembangunan Infrastruktur
23
Perpustakaan Unika
non-pertanian atau campuran. USLE baik untuk digunakan pada perhitungan erosi
dalam jangka waktu yang lama.
Selain USLE, terdapat beberapa model perhitungan laju erosi yang
kemudian dikembangkan untuk lebih meningkatkan nilai keakuratan serta analisa
pada kondisi lahan yang lebih spesifik.
Teori USLE sendiri dalam aplikasinya memiliki enam variabel.
Berdasarkan analisis statistik terhadap lebih dari 10 tahun data erosi dan aliran
permukaan, parameter fisik dan pengelolaan kemudian dikelompokkan menjadi
variabel-variabel utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara
numeris.
Kombinasi enam variabel tesebut adalah sebagai berikut :
A = R.K .LS .CP .............................................(2.4)
Keterangan :
A
= banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu, yang dinyatakan
sesuai dengan satuan K dan periode R yang dipilih, dalam praktek dipakai satuan
ton/ha/tahun.
= merupakan faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan
indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E)
dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I 30 ) untuk suatu tempat dibagi
100, biasanya diambil energi hujan tahunan rata-rata sehingga diperoleh
perkiraan tanah tahunan dalam N/h dengan menggunakan model matematis
faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu
jenis tanah tetentu dalam kondisi dibajak dan ditanami terus menerus, yang
diperoleh dari petak percobaan yang panjangnya 22,13 m dengan kemiringan
seragam sebesar 9% tanpa tanaman, dalam satuan ton.h/ ha.N.
LS =
faktor panjang kemiringan lereng (length of slope factor), yaitu nisbah antara
besarnya erosi per indeks erosi dari suatu lahan dengan panjang dan kemiringan
lahan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan dengan panjang 22,13 m
dan kemiringan 9% di bawah keadaan yang identik, tidak berdimensi.
CP =
faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman, yaitu nisbah antara
besarnya erosi lahan dengan penutup tanaman dan manajemen tanaman tertentu
terhadap lahan yang identik tanpa tanaman, tidak berdimensi. faktor konservasi
24
Perpustakaan Unika
praktis yaitu rasio kehilangan tanah antara besarnya dari lahan dengan tindakan
konservasi praktis dengan besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng
dalam keadaan yang identik, tidak berdimensi.
Erosivitas hujan adalah daya erosi dalam curah hujan. Sifat-sifat curah hujan yang
mempengaruhi erosivitas adalah besarnya butir-butir hujan, dan kecepatan
tumbukannya. Jika dikalikan akan diperoleh :
M = m v ................................................................................................(2.5)
E = m v 2 .................................................................(2.6)
Keterangan :
M
= momentum (kg.m/s)
Pada metode USLE, prakiraan besarnya erosi dalam kurun waktu per
tahun (tahunan), dan dengan demikian, angka rata-rata faktor R dihitung dari data
curah hujan tahunan sebanyak mungkin dengan menggunakan persamaan :
n
R = EI / 100 X ..............................................(2.7)
i =1
Keterangan :
R
= jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun (musim hujan)
= jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan
25
Perpustakaan Unika
EI 30
RAIN
DAYS
MAXP = curah hujan maksimum rata-rata dalam 24 jam per bulan untuk kurun waktu
satu tahun (cm)
Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih
sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.
26
Perpustakaan Unika
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
121
148
163
175
184
191
197
202
206
210
214
217
220
223
226
228
231
233
235
237
239
241
242
244
246
247
249
250
251
253
254
255
256
258
259
260
261
262
263
264
265
266
267
268
268
269
270
271
272
273
273
274
275
275
276
277
278
278
279
280
280
281
281
282
283
283
284
284
285
286
286
287
287
288
288
289
(cm/jam)
27
Perpustakaan Unika
Besarnya
Energi
Total
Mm/jam
mm
Joule/mm
joule/m
-25
37,5
21
788
26 50
25
25
625
50 75
18,5
27
500
> 76
6,5
28
182
Jumlah
2095
Keterangan :
K
= erodibilitas tanah
OM
28
Perpustakaan Unika
= permeabilitas tanah
Nilai M
Nilai M
Lempung berat
210
Pasir
3035
Lempung sedang
750
Pasir geluhan
1245
Lempung pasiran
1213
Geluh berlempung
3770
Lempung ringan
1685
Geluh pasiran
4005
Geluh lempug
2160
Geluh
4390
2830
Geluh debuan
6330
Geluh lempungan
2830
Debu
8245
Campuran merata
4000
Penggunaan Lahan
Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Perkebunan
Hutan
K
0,4
0,10
0,02
0,3
0,15
0,04
29
Perpustakaan Unika
= angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan
keemiringan lereng dan dapat juga oleh karakteristik tanah, tipe vegetasi.
Angka ekssponen tersebut bervariasi dari 0,3 untuk lereng yang panjang
dengan kemiringan lereng kurang dari 0,5 % sampai 0,6 untuk lereng lebih
pendek dengan kemiringan lereng lebih dari 10 %. Angka eksponen rata-rata
yang umumnya dipakai adalah 0,5
30
Perpustakaan Unika
kemiringan lereng yang terjal. Harper, 1988 (dalam Asdak, 2002) menunjukkan
bahwa pada lahan dengan kemiringan lereng lebih besar dari 20 %, pemakaian
persamaan LS = L1 / 2 (0,00138S 2 + 0,00965S + 0,0138) akan diperoleh hasil yang
over estimate.
Untuk lahan berlereng terjal disarankan untuk menggunakan rumus berikut
ini (Foster and Wischmeier, 1973 dalam Asdak, 2002):
LS = (l / 22) m C (cos ) 1,50 [0,5(sin ) 1, 25 + (sin ) 2, 25 ] ....................(2.14)
Keterangan :
m
= 34,71
= sudut lereng
Faktor LS
0-5
0,25
5 15
1,20
15 35
4,25
35 50
7,50
> 50
12,00
31
Perpustakaan Unika
Penggunaan Lahan
Faktor CP
Pemukiman
0,60
Kebun Campuran
0,30
Sawah
0,05
Tegalan
0,75
Pekebunan
0,40
Hutan
0,03
Erosi (ton/Ha/th)
Kelas
Kriteria
0 - 20
I. Sangat rendah
Sangat baik
20 - 50
II. Rendah
Baik
50 - 250
III. Sedang
Sedang
250 - 1000
IV. Tinggi
Jelek
> 1000
V. Sangat tinggi
Sangat Jelek
32
Perpustakaan Unika
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Pengumpulan data:
Data Hujan, Jenis
Tanah, Topografi, Tata
Guna lahan.
Pengolahan Data
R = fungsi (hujan)
K = fungsi (jenis tanah)
LS = fungsi (kemiringan lahan)
CP = fungsi ( penggunaan lahan)
USLE
A = R.K.LS.CP
Selesai
Keterangan :
A
= Kehilangan tanah pucuk
akibat erosi
R
= Erosivitas hujan
K
= Erodibilitas tanah
LS = Panjang Equivalen lereng
dan Kemiringan Lahan
CP = Faktor penggunaan lahan
dan pengolahan tanah
32
33
3.2
Perpustakaan Unika
Metodologi Penelitian
Metodologi merupakan suatu cara atau langkah yang digunakan untuk
memecahkan
suatu
permasalahan
dengan
mengumpulkan,
mencatat,
3.4
perhitungan dalam menentukan besarnya laju erosi. Dalam tugas akhir ini,
langkah langkah yang dikerjakan antara lain: mulai, dengan berkonsultasi
dengan dosen pembimbing mengenai materi dan data data yang dikumpulkan.
Setelah materi ditentukan, selanjutnya mengumpulkan data data yang
diperlukan. Data tersebut meliputi: data hujan, jenis tanah, peta topografi dan peta
tata guna lahan. Data tersebut kemudian dimasukkan kerumus USLE. Data curah
34
Perpustakaan Unika
hujan yang dipakai data curah hujan bulanan selama 10 tahun yang ditangkap oleh
DAS Beringin.
3.5
Input Data
1. data curah hujan bulanan yang sudah dikumpulkan kemudian
dianalisa. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode Poligon
Thiessen. Untuk menunjukkan pembagian luasan daerah tangkapan
sungai beringin. Kemudian mencari rata rata hujan tahunan. Setelah
itu hitung rata rata hujan 10 tahunan.
2. menentukan faktor erodibilitas tanah (K)
3. Menentukan Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)
4. menentukan faktor penggunaan dan pengolahan lahan (CP)
yaitu dengan peta tata guna lahan.
Setelah semua data terkumpul kemudian dimasukkan kedalam rumus USLE yang
dapat dilihat pada persamaan 2.4.
3.6
Output Data
Dalam analisa ini output yang dihasilkan adalah besarnya laju erosi
dengan satuan Ton/Ha/Thn. Nilai laju erosi yang didapat kemudian digunakan
untuk menentukan kelas dan kriteria erosi pada DAS Beringin.
BAB IV PEMBAHASAN
35
Perpustakaan Unika
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Anilisis Data
Untuk mengetahui besarnya laju erosi pada Sungai Beringin Semarang,
maka terlebih dahulu diperlukan data yang mencukupi untuk melakukan
perhitungan dalam menentukan besarnya laju erosi pada sungai pertama yang
dilakukan adalah pengumpulan data. Data tersebut diambil dari berbagai sumber,
yakni data sekunder. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini antara lain, berupa data hujan, peta topografi, peta DAS beringin dan
peta tata guna lahan pada Sungai Beringin.
4.1.1 Data Hujan
Hujan merupakan unsur utama yang sangat berpengaruh dalam penelitian
ini. Besarnya curah hujan yang terjadi menentukan seberapa besar laju erosi pada
suatu daerah. Untuk mengetahui laju erosi pada DAS beringin ini langkah
pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data curah hujan. Adapun data
curah hujan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah data curah hujan
bulanan yang ditangkap oleh DAS Beringin selama 10 tahun. Yaitu dari tahun
1998 sampai tahun 2007. Data curah hujan yang dipakai berasal dari stasiun
hujan mangkang waduk kec. Tugu, stasiun hujan Plumbon kec. Ngaliyan dan
stasiun hujan klimatologi Semarang kec. Semarang barat. Tabel 4.1, 4.2, 4.3,
berikut ini menunjukkan curah hujan bulanan yang terjadi pada masing-masing
stasiun curah hujan. Serta besarnya curah hujan maksimum yang terjadi pada
35
BAB IV PEMBAHASAN
36
Perpustakaan Unika
JAN
253
241
443
402
326
338
178
195
814
273
FEB
290
323
282
314
513
668
453
187
555
294
MAR
179
278
136
425
90
270
422
172
297
338
APR
188
216
137
268
210
234
395
246
186
232
MEI
156
122
180
96
92
115
278
187
122
147
JUN
210
159
41
125
24
0
50
209
6
22
JUL
118
0
47
67
0
0
0
127
0
41
AGS
127
23
63
0
0
0
5
31
0
66
SEPT
137
0
69
99
0
153
89
107
0
9
OKT
45
297
81
137
19
231
26
283
50
108
NOV
177
0
380
193
200
184
166
193
178
177
DES
182
431
109
101
136
339
348
346
273
457
BAB IV PEMBAHASAN
37
Perpustakaan Unika
Dari grafik data curah hujan pada Stasiun Mangkang Waduk di atas dapat
kita lihat, curah hujan terendah terjadi antara bulan juni sampai dengan bulan
september karena pada bulan tersebut tidak terjadi hujan dan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan januari tahun 2006 sebesar 814 mm.
Tabel 4.2. Curah Hujan Bulanan Stasiun Plumbon Kec. Ngaliyan (mm)
TAHUN
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
JAN
261
257
510
406
388
413
173
182
876
226
FEB
258
0
260
366
556
738
411
188
529
323
MAR
201
0
191
449
129
341
445
173
281
359
APR
195
220
185
253
239
222
423
249
194
258
MEI
171
84
167
122
87
126
354
204
130
149
JUN
221
186
55
167
50
0
60
232
4
22
JUL
143
0
55
78
0
0
3
155
0
35
AGS
94
65
60
0
9
0
0
43
0
72
SEPT
122
0
80
110
0
162
66
129
0
7
OKT
188
0
102
190
23
271
0
283
57
109
NOV
236
0
430
209
200
200
180
207
183
182
DES
227
383
129
127
164
443
365
378
295
466
Tabel di atas menunjukan data curah hujan bulanan pada Stasiun Plumbon,
dimana angka yang tercetak tebal menunjukkan curah hujan tertinggi tiap bulan
dari tahun 1998 sampai 2007. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan januari
tahun 2006 sebesar 876 mm.
BAB IV PEMBAHASAN
38
Perpustakaan Unika
Tabel 4.3. Curah Hujan Stasiun Klimatologi Semarang Kec. Semarang Barat (mm)
TAHUN
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
JAN
145
325
484
269
259
373
332
241
699
154
FEB
440
421
252
388
418
568
450
319
368
198
MAR
100
226
163
300
193
173
111
299
197
257
APR
233
226
138
299
298
262
262
133
190
202
MEI
88
83
284
114
127
134
172
81
232
112
JUN
169
167
51
240
22
0
49
324
27
25
JUL
127
69
44
47
8
11
26
91
2
12
AGS
108
65
80
1
1
1
1
102
0
25
SEPT
112
89
147
184
5
106
83
164
0
1
OKT
228
280
196
176
66
264
46
280
36
220
NOV
102
207
439
195
272
264
250
179
227
228
DES
440
421
202
179
148
443
244
237
266
429
BAB IV PEMBAHASAN
39
Perpustakaan Unika
hujan tertinggi tiap bulan dari tahun 1998 sampai 2007. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan januari tahun 2006 sebesar 699 mm.
BAB IV PEMBAHASAN
40
Perpustakaan Unika
mempertimbangkan data dari ketiga stasiun hujan tersebut luas daerah tangkapan
yang dipengaruhi oleh masing - masing stasiun hujan. Analisa dilakukan dengan
menggunakan metode Poligon Thiessen. Poligon didapat dengan cara menarik
garis hubung antara masing masing stasiun, sehingga membentuk segitiga
segitiga. Kemudian menarik garis garis sumbu masing masing segitiga.
Gambar 4.1 berikut ini menunjukkan pembagian luasan Daerah Aliran Sungai
Beringin dengan menggunakan metode poligon Thiessen. Sedangkan tabel 4.4
dan 4.5 menunjukkan pembagian luasan daerah tangkapan dengan metode poligon
Thiessen serta perhitungan koefisien Thiessen. Cara pengolahan poligon Thiessen
yaitu tentukan titik titik pengamatan curah hujan didalam dan disekitar daerah
itu pada peta topografi. Pada penelitian ini daerah tangkapan di bagi menjadi 3
daerah, yaitu Stasiun Mangkang Waduk, Plumbon dan Klimatologi Semarang.
Kemudian hubungkan tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus,
dengan demikian akan terbentuk jaringan segitiga yang menutupi seluruh daerah.
Daerah yang bersangkutan ini dibagi dalam poligon poligon yang didapat
denagn menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap segitiga.Tiap daerah
tangkapan dihitung dengan cara menjumlahkan luasan daerah daerah yang telah
dibagi, dengan begitu di dapatkan luas daerah tangkapan per Catchment Area,
yang dapat dilihat pada table 4.4. Data hujan yang dipakai adalah data hujan 10
tahunan yang didapat dari BMG kota Semarang tahun 2008. Cara Thiessen dipilih
BAB IV PEMBAHASAN
41
Perpustakaan Unika
karena memberikan hasil yang lebih teliti dibandingkan dengan cara lain.
Selain itu, data data yang perlukan untuk perhitungan curah hujan lebih sedikit.
Dibawah ini adalah pembagian DAS Beringin menggunakan poligon
Thiessen.
St a s iu n
Ma n g k a n g Wa d u k
St a s iu n
Kl ima t o l o g i
St a s iu n
Pl u mb o n
BAB IV PEMBAHASAN
42
Perpustakaan Unika
Tabel 4.4.
Pembagian luas daerah tangkapan dengan metode poligon Thiesen
No.
1
2
3
Mangkang waduk
Klimatologi Semarang
plumbon
13,39
Jumlah
30,87
Dari tabel diatas didapatkan luas daerah tangkapan tiap tiap stasiun pos hujan.
Setelah itu langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien thiessen.
Perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5. Perhitungan Koefisien Thiesen
No.
1
2
3
A (km2)
Koefisien
Mangkang waduk
13,885
Theissen C (%)
44,979
Klimatologi Semarang
3,595
11,646
plumbon
13,39
43,375
Ai
30,87
100.00
BAB IV PEMBAHASAN
43
Perpustakaan Unika
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEPT
OKT
NOV
DES
1998
243,9
257,7
476,8
388,2
198,5
201,2
164,7
127,2
398,0
238,8
293,6
194,3
269,0
345,2
520,6
686,7
434,4
202,8
521,9
295,4
179,3
151,4
163,0
420,9
118,9
289,5
395,8
187,2
278,4
337,7
196,3
218,9
157,9
265,1
232,8
232,1
391,7
234,1
189,9
239,8
154,6
101,0
186,5
109,4
93,9
122,0
298,6
182,0
138,3
143,8
210,0
171,6
48,2
156,6
35,0
0
54,2
232,4
7,6
22,3
129,9
8,0
50,1
69,4
0,9
1,3
4,3
135,0
0,2
35,0
110,5
46,1
63,7
0,1
4,0
0,1
2,4
44,5
0
63,8
127,6
10,4
82,9
113,7
0,6
151,4
78,3
123,2
0
7,2
128,3
166,2
103,5
164,5
26,2
252,2
17,1
282,7
51,4
121,5
193,9
24,1
408,6
200,2
208,4
200,3
181,9
197,4
185,9
185,1
231,6
409,0
128,5
121,4
149,5
396,2
343,3
347,2
281,7
457,6
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUN
JUL
AGS
SEPT
1998
659
988
480
616
415
600
1999
823
744
504
662
289
512
2000
1437
794
490
460
631
2001
1077
1068
1174
820
OKT
388
329
371
461
69
153
89
577
147
146
203
296
379
332
532
192
393
NOV
DES
Jumlah
515
849
6671
207
1235
5864
1249
440
6672
503
597
407
7096
2002
973
1487
412
747
306
96
10
108
672
448
5272
2003
1124
1974
784
718
375
11
421
766
648
1225
8047
2004
683
1314
978
1080
804
159
29
238
72
596
957
6916
2005
618
694
644
628
472
765
373
176
400
846
579
961
7156
2006
2389
1452
775
570
484
37
143
588
834
7274
2007
653
815
954
692
408
69
88
163
17
437
587
1352
Jumlah
Dari data diatas kemudian kita hitung rata-rata hujan 10 tahunan hasilnya
dicetak tebal dan dapat dilihat pada tabel 4.8
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE
6235
6720,3
BAB IV PEMBAHASAN
44
Perpustakaan Unika
1998
6671
1999
5864
2000
6672
2001
7096
2002
5272
2003
8047
2004
6916
2005
7156
2006
7274
2007
6235
6720,3
Penggunaan Lahan
Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Perkebunan
Hutan
K
0,4
0,10
0,02
0,3
0,15
0,04
Penggunaan Lahan
1.
2.
3.
4.
Pemukiman, tegalan
5.
Pemukiman, tegalan
BAB IV PEMBAHASAN
45
Perpustakaan Unika
Area
Penggunaan Lahan
6.
7.
8.
Kebun campuran
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24
Faktor LS
0,25
1,20
4,25
7,50
12,00
BAB IV PEMBAHASAN
46
Perpustakaan Unika
Faktor LS ( % )
3,830
7,681
9,880
13,188
2,455
8,644
6,612
2,812
3,147
2,837
7,545
4,750
area
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24
Faktor LS ( % )
14,126
13,971
11,363
18,463
8,851
9,429
6,768
7,462
7,121
2,613
11,664
2,304
Penggunaan Lahan
Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Pekebunan
Hutan
Faktor CP
0,60
0,30
0,05
0,75
0,40
0,03
Sumber: RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II, 1986
BAB IV PEMBAHASAN
47
Perpustakaan Unika
Penggunaan Lahan
1.
2.
3.
4.
Pemukiman, tegalan
5.
Pemukiman, tegalan
6.
7.
8.
Kebun campuran
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24
BAB IV PEMBAHASAN
48
Perpustakaan Unika
= 1357,5618 m
= 1357,5618 m
BAB IV PEMBAHASAN
49
Perpustakaan Unika
= 1357,5618 m
BAB IV PEMBAHASAN
50
Perpustakaan Unika
= 0,59741 Ton/Ha/th
Untuk keseluruhan perhitungan sub kawasan penggunaan lahan pada DAS
Beringin dapat di lihat pada lampiran 1.
BAB IV PEMBAHASAN
51
Perpustakaan Unika
K
area
B1
B2
B3
B4
B5
B6
B7
B8
B9
B10
B11
B12
faktor
LS
(%)
CP
Penggunaan
lahan
0,6
pemukiman
119,48390
0,3
kebun campuran
14,93549
0,03
hutan
0,597419
0,6
pemukiman
573,5227
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,4
pemukiman
0,6
pemukiman
573,5227
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,04
hutan
0,03
hutan
2,867614
0,4
pemukiman
0,6
pemukiman
573,5227
0,3
tegalan
0,75
tegalan
537,6775
0,4
pemukiman
0,6
pemukiman
119,4839
0,3
tegalan
0,75
tegalan
112,0162
0,4
pemukiman
0,6
pemukiman
573,5227
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,3
tegalan
0,75
tegalan
537,67750
0,04
hutan
0,03
hutan
2,867614
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,75
tegalan
537,6775
0,03
hutan
2,867614
0,3
kebun campuran
14,93549
0,6
pemukiman
119,4839
0,3
kebun campuran
14,93549
0,6
pemukiman
119,4839
0,3
kebun campuran
14,93549
0,03
hutan
0,597419
0,6
pemukiman
573,52270
penggunaan
lahan
0,4
pemukiman
0,1
kebun campuran
0,04
hutan
0,4
pemukiman
0,1
0,3
tegalan
0,04
hutan
0,1
kebun campuran
0,4
pemukiman
0,1
kebun campuran
0,4
pemukiman
3,830
7,681
9,880
13,188
2,455
8,644
6,612
kemiringan
Lereng
A
(ton/ha/thn)
faktor
CP
faktor
K
0,25
1,2
1,2
1,2
0,25
1,2
1,2
2,812
0,25
3,147
0,25
2,837
0,25
0,1
kebun campuran
0,04
hutan
0,4
pemukiman
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,4
pemukiman
0,6
pemukiman
119,48390
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
14,93549
0,02
sawah
0,05
sawah
0,49785
0,3
tegalan
0,75
tegalan
112,01620
0,04
hutan
0,03
hutan
0,59741
7,545
4,750
1,2
0,25
BAB IV PEMBAHASAN
52
Perpustakaan Unika
K
area
B13
B14
B15
B16
B17
B18
B19
B20
B21
B22
CP
faktor
LS
(%)
kemiringan
Lereng
14,126
1,2
A
(ton/ha/thn)
faktor
CP
Penggunaan
lahan
0,6
Pemukiman
573,52270
0,3
kebun campuran
71,69034
0,6
Pemukiman
573,5227
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,4
pemukiman
0,6
Pemukiman
573,5227
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,3
tegalan
0,75
Tegalan
537,6775
0,04
hutan
0,03
Hutan
2,867614
0,4
pemukiman
0,6
Pemukiman
2031,226
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
253,9033
0,3
tegalan
0,75
Tegalan
1904,275
0,04
hutan
0,03
Hutan
10,15613
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,75
Tegalan
537,6775
faktor
K
penggunaan
lahan
0,4
pemukiman
0,1
kebun campuran
0,4
pemukiman
0,1
13,971
11,363
18,463
8,851
1,2
1,2
4,25
1,2
0,3
tegalan
0,04
hutan
0,03
Hutan
2,867614
0,4
pemukiman
0,6
Pemukiman
573,5227
0,1
kebun campuran
0,02
sawah
0,3
kebun campuran
71,69034
0,05
Sawah
2,389678
0,3
tegalan
0,75
Tegalan
537,6775
0,04
hutan
0,03
Hutan
2,867614
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,3
tegalan
0,75
Tegalan
537,6775
0,04
hutan
0,03
Hutan
2,867614
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,3
tegalan
0,75
Tegalan
537,6775
0,04
hutan
0,03
Hutan
2,867614
0,4
pemukiman
0,6
Pemukiman
573,5227
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
71,69034
0,3
tegalan
0,75
Tegalan
537,6775
0,15
perkebunan
0,4
Perkebunan
143,3807
0,04
hutan
0,03
Hutan
2,867614
0,4
pemukiman
0,6
Pemukiman
119,4839
0,1
kebun campuran
0,3
kebun campuran
14,93549
0,3
tegalan
0,75
Tegalan
112,0162
0,15
perkebunan
0,4
Perkebunan
29,87097
9,429
6,768
7,462
7,121
2,613
1,2
1,2
1,2
1,2
0,25
BAB IV PEMBAHASAN
53
Perpustakaan Unika
K
area
B23
B24
faktor
K
penggunaan
lahan
0,4
pemukiman
0,1
0,3
kebun campuran
tegalan
0,04
0,4
0,1
0,3
0,15
hutan
pemukiman
kebun campuran
tegalan
perkebunan
0,04
hutan
faktor
LS
(%)
11,664
2,304
CP
kemiringan
Lereng
1,2
0,25
A
(ton/ha/thn)
faktor
CP
Penggunaan
lahan
0,6
pemukiman
573,5227
0,3
0,75
Kebun campuran
tegalan
71,69034
537,67750
0,03
0,6
0,3
0,75
0,4
hutan
pemukiman
kebun campuran
tegalan
perkebunan
2,867614
119,48390
14,93549
112,01620
29,87097
0,03
hutan
0,597419
Area. Perhitungan jumlah erosi total di dapat dengan menjumlahkan laju erosi
tiap-tiap penggunaan lahan dari area 1 sampai area 24, perhitungan Laju Erosi
total dapat kita lihat dalam tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Laju Erosi total ( A) pada DAS Beringin
Penggunaan Lahan
pemukiman
kebun campuran
sawah
tegalan
perkebunan
hutan
A total
A (Ton/Ha/th)
9176,36337
1362,11644
2,88753
7729,11465
203,12263
41,22194
18514,82655
BAB IV PEMBAHASAN
54
Perpustakaan Unika
Jumlah Erosi
Kelas
Kriteria
1.
135,01680
Sedang
Baik
2.
645,21305
Tinggi
Jelek
3.
648,08066
Tinggi
Jelek
4.
1111,20025
Sangat tinggi
Sangat jelek
5.
231,50005
Sedang
Sedang
6.
1185,75820
Sangat tinggi
Sangat jelek
7.
612,23549
Tinggi
Jelek
8.
14,93549
Sangat rendah
Sanagt baik
9.
134,41939
Sedang
Sedang
10.
135,01680
Sedang
Sedang
11.
645,21305
Tinggi
Jelek
12.
247,53081
Sedang
Sedang
13.
645,21305
Tinggi
Jelek
14.
645,21305
Tinggi
Jelek
15.
1185,75820
Sangat tinggi
Sangat jelek
16.
4199,56030
Sangat tinggi
Sangat jelek
17.
612,23549
Tinggi
Jelek
18.
1188,14788
Sangat tinggi
Sangat jelek
19.
612,2354934
Tinggi
Jelek
20.
612,2354934
Tinggi
Jelek
21.
1329,138881
Sangat tinggi
Sangat jelek
22.
276,3065141
Tinggi
Jelek
23.
1185,758204
Sangat tinggi
Sangat jelek
24.
276,9039336
tinggi
jelek
Setelah didapat besarnya Laju Erosi Total ( A ) pada DAS Beringin, berikut
disajikan tabel 4.17 yaitu tabel prosentase lahan
BAB IV PEMBAHASAN
55
Perpustakaan Unika
Tabel 4.19
Laju Erosi total ( A) berdasar prosentase pada DAS Beringin
Penggunaan Lahan
A x Prosentase lahan
Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Perkebunan
Hutan
A total
Ton/Ha/th
1628,34568
195,66803
0,47714
818,20408
18,80712
7,80950
2669,31154
Dari tabel diatas didapatkan nilai Laju Erosi Total ( A ) berdasarkan prosentase
lahan pada DAS Beringin sebesar 2669,31154 Ton/Ha/mm. Untuk mengetahui
kriteria Erosi pada DAS Beringin, dibawah disajikan tabel 4.19 tentang kriteria
Erosi
Tabel 4.20 Kriteria Erosi
No
Erosi (ton/Ha/th)
Kelas
Kriteria
1
0 - 20
I. Sangat rendah
Sangat baik
2
20 - 50
II. Rendah
Baik
3
50 - 250
III. Sedang
Sedang
4
250 - 1000
IV. Tinggi
Jelek
5
> 1000
V. Sangat tinggi
Sangat Jelek
Sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II, 1986
Sesuai dengan hasil Laju Erosi yang didapat pada DAS Beringin tahun
1998 - 2007 yang besarnya 2669,31154 Ton/Ha/th. Maka dari tabel 4.20 tentang
BAB IV PEMBAHASAN
56
Perpustakaan Unika
kriteria Erosi didapatkan klasifikasi Laju Erosi yang terjadi pada DAS Beringin
termasuk dalam kelas V yaitu kelas sangat tinggi dan kriteria yang sangat jelek.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Perpustakaan Unika
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari laporan Tugas Akhir dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Metode USLE pada
DAS Beringin, didapatkan laju erosi sebesar 2669,31154 Ton/Ha/th.
2. Berdasarkan hasil penelitian kriteria erosi pada DAS Beringin sangat jelek,
dan termasuk dalam kelas V yaitu sangat tinggi
5.2. Saran
Peningkatan laju erosi yang terus menerus akan menyebabkan
sedimentasi pada sungai yang mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga
menghambat laju erosi sungai. Pada penelitian ini, erosi yang cukup besar
berasal dari pemukiman dan tegalan, sesuai dengan rumus USLE Langkah
yang diambil untuk mengurangi tingkat erosi yaitu dengan melakukan
penanaman kembali / reboisasi pada hutan karena penebangan pohon oleh
masyarakat sekitar untuk pemukiman karena dapat mempengaruhi faktor
erodibilitas tanah ( K ). Selain itu tanah dan tegalan yang terjal / landai perlu
dibuat terasering dengan tanaman tanaman penutup lahan yang mempunyai
akar yang dapat menyerap banyak air untuk mengurangi / menekan laju erosi
yang tinggi, hal ini akan berpengaruh pada faktor kemiringan lereng ( LS ).
57
Perpustakaan Unika
Luas Area ( km 2 )
4,32
1,84
0,98
1,58
1,45
1,99
1,51
3,71
2,03
0,98
1,1
0,62
0,31
0,96
1,09
0,24
1,09
0,74
0,37
0,62
0,53
0,84
1,07
0,9
Perpustakaan Unika
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
titik
Tertinggi
(m)
264
226
206
196
92
130
88
236
226
192
194
174
186
156
158
146
66
78
106
106
78
44
74
46
titik
Terendah
(m)
212
169
126
90
56
38
16
168
174
164
126
132
94
82
82
82
12
12
28
12
8
12
6
6
jarak
Faktor LS
1357.6
742.06
809.75
803.77
1466.5
1064.4
1088.9
2417.8
1652.2
986.95
901.3
884.21
651.3
529.65
668.83
346.63
610.12
699.95
1152.6
1259.7
983.04
1224.5
583.01
1735.8
3.830
7.681
9.880
13.188
2.455
8.644
6.612
2.812
3.147
2.837
7.545
4.750
14.126
13.971
11.363
18.463
8.851
9.429
6.768
7.462
7.121
2.613
11.664
2.304
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 1
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 264 m
Titik terendah = + 212 m
Jarak
= 1357,5618 m
Perpustakaan Unika
= 1357,5618 m
= 1357,5618 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 2
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 226 m
Titik terendah = + 169 m
Jarak
= 742,0643 m
Perpustakaan Unika
Kebun campuran
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 226 m
Titik terendah = + 169 m
Jarak
= 742,0643 m
SUB KAWASAN 3
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
Perpustakaan Unika
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 206 m
Titik terendah = + 126 m
Jarak
= 1357,5618 m
= 1357,5618 m
Perpustakaan Unika
= 1357,5618 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 4
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 196 m
Titik terendah = + 90 m
Jarak
= 803,7659 m
Perpustakaan Unika
= 803,7659 m
SUB KAWASAN 5
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 92 m
Titik terendah = + 56 m
Jarak
= 1466,5450 m
Perpustakaan Unika
= 1466,5450 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 6
Pemukiman
= 1064,3524 m
Perpustakaan Unika
= 1064,3524 m
= 1064,3524 m
Perpustakaan Unika
= 1064,3524 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 7
Kebun campuran
= 1088,9308 m
Perpustakaan Unika
Titik tertinggi = + 88 m
Titik terendah = + 16 m
Jarak
= 1088,9308 m
= 1088,9308 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 8
Kebun campuran
= 2417,8323 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 9
Kebun campuran
= 1652,2375 m
Perpustakaan Unika
= 1652,2375 m
SUB KAWASAN 10
Kebun campuran
= 986,9465 m
Perpustakaan Unika
= 986,9465 m
Perpustakaan Unika
Hutan
= 986,9465 m
SUB KAWASAN 11
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 194 m
Titik terendah = + 126 m
Jarak
= 901,3044 m
= 901,3044 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 12
Kebun campuran
= 884,2130 m
Perpustakaan Unika
Pemukiman
= 884,2130 m
Perpustakaan Unika
= 884,2130 m
= 884,2130 m
Perpustakaan Unika
= 884,2130 m
SUB KAWASAN 13
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
= 651,3003 m
= 651,3003 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 14
Kebun campuran
= 529,6518 m
Perpustakaan Unika
= 529,6518 m
SUB KAWASAN 15
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
= 668,8343 m
= 668,8343 m
Perpustakaan Unika
= 668,8343 m
Perpustakaan Unika
= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan
= 668,8343 m
SUB KAWASAN 16
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
= 346,6346 m
= 346,6346 m
Perpustakaan Unika
= 346,6346 m
Perpustakaan Unika
Tegalan
= 346,6346 m
SUB KAWASAN 17
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 66 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak
= 610,1203 m
= 610,1203 m
Perpustakaan Unika
= 610,1203 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 18
Kebun campuran
= 699,9499 m
Perpustakaan Unika
Titik tertinggi = + 78 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak
= 699,9499 m
= 699,9499 m
Perpustakaan Unika
= 699,9499 m
Perpustakaan Unika
= 1991,3983 N/h
K = 0,02.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak
= 699,9499 m
SUB KAWASAN 19
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
Jarak
= 1152,5646 m
= 1152,5646 m
Perpustakaan Unika
= 1152,5646 m
SUB KAWASAN 20
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 106m
Titik terendah = + 12 m
Jarak
= 1259,6888 m
= 1259,6888 m
Perpustakaan Unika
= 1259,6888 m
Perpustakaan Unika
SUB KAWASAN 21
Kebun campuran
= 983,0382 m
Perpustakaan Unika
= 983,0382 m
= 983,0382 m
Perpustakaan Unika
= 983,0382 m
Perpustakaan Unika
= 1991,3983 N/h
K = 0,15.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78m
Titik terendah = + 8m
Jarak
= 983,0382 m
SUB KAWASAN 22
Kebun campuran
Perpustakaan Unika
Jarak
= 1224,4704 m
= 1224,4704 m
Perpustakaan Unika
= 1224,4704 m
Perpustakaan Unika
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 44m
Titik terendah = + 12m
Jarak
= 1224,4704 m
SUB KAWASAN 23
Kebun campuran
= 583,0130 m
Perpustakaan Unika
= 583,0130 m
Perpustakaan Unika
Pemukiman
= 583,0130 m
Perpustakaan Unika
Titik terendah = + 6m
Jarak
= 583,0130 m
SUB KAWASAN 24
Kebun campuran
= 1735,7802 m
Perpustakaan Unika
= 1735,7802 m
Perpustakaan Unika
Pemukiman
= 1735,7802 m
Perpustakaan Unika
Titik terendah = + 6m
Jarak
= 1735,7802 m
= 1735,7802 m
Perpustakaan Unika