Anda di halaman 1dari 123

Perpustakaan Unika

TUGAS AKHIR

ANALISA LAJU EROSI DAS BERINGIN DENGAN


METODE USLE
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Katolik Soegijapranata

Disusun Oleh:
Anita Iriyani

Klemen Diaz Parama

03.12.0015

03.12.0035

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2008

Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI.

DAFTAR TABEL............................................................................................. viii


DAFTAR GAMBAR........................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN.....

1.1

Latar belakang....

1.2

Permasalahan......

1.3

Maksud dan Tujuan.......... 3

1.4

Batasan Penelitian........

1.5

Sistematika Penyusunan........... 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA............ 5
2.1

Uraian Umum........................................................................... 5
2.1.2

2.2

Siklus Hidrologi

.6

Inflow ......................................................................... 8
2.2.1.

Limpasan.. 8

2.2.2.

Infiltrasi.... 11

2.2.3.

Penguapan... 11

2.2.4. Gambar Aliran...................................... 13

Perpustakaan Unika

2.2.5. DaerahAliranSungai(DAS).. 13
2.3

ErosiLahan............................................................................

17

2.4

MetodeUSLE............. 22
2.4.1. Faktor Erosivitas Hujan (R)........................................ 24
2.4.2. Faktor Erodibilitas (K)................................................ 26
2.4.3. Faktor Panjang Kemiringan Lereng (LS).................. 29
2.4.4. Penggunaan Lahan dan Pengolahan Tanah (CP)....... 31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 32


3.1. Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir................................... 32
3.2. Metodologi Penelitian.............................................................. 33
3.3. Parameter parameter yang digunakan................................... 33
3.4. Deskripsi Analisa Data............................................................ 33
3.5. Input Data................................................................................ 34
3.6. Output data.............................................................................. 34

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................35
4.1 Analisis Data.......................................................................... 35
4.1.1 Data Hujan.................................................................... 35
4.1.1.1 Distribusi curah hujan daerah39
4.1.1.2 Mencari rata-rata hujan 10 tahunan (Y)............ 43
4.1.2 Menentukan Faktor Erodibilitas Tanah (K)................. 44
4.1.3 Menentukan Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng
(LS).............................................................................. 45

vi

Perpustakaan Unika

4.1.4 Menentukan Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan


Tanah (CP)................................................................... 46
4.2

Analisa Perhitungan Laju Erosi.............................................. 47


4.2.1

Menghitung Erosi dengan USLE.................................. 47

BAB V KESIMPULAN DA SARAN................................................................57


5.1 Kesimpulan ............................................................................. 57
5.2 Saran ....................................................................................... 57

vii

Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Energi kinetik hujan dalam metrik ton-meter/hektar/cm hujan..........26


Tabel 2.2 Perhitungan Energi Kinetik Total.......................................................27
Tabel 2.3 Nilai M untuk beberapa kelas tekstur tanah........................................28
Tabel 2.4 Faktor Erodibilitas Tanah (K) Berdasarkan Penggunaan Lahan........28
Tabel 2.5 Faktor LS Berdasarkan Kemiringan Lereng.......................................30
Tabel 2.6 Faktor Penggunaan Lahan dan Pengolahan Tanah (CP)....................31
Tabel 2.7 Kriteria Erosi......................................................................................31
Tabel 4.1 Curah hujan stasiun Mangkang waduk Kec. Tugu( mm)..................36
Tabel 4.2 Curah hujan stasiun Plumbon Kec. Ngaliyan (mm)...........................37
Tabel 4.3 Curah hujan stasiun klimatologi Kec. Semarang Barat (mm)............38
Tabel 4.4 Pembagian luas daerah tangkapan dengan metode poligon Thiesen..42
Tabel 4.5 Perhitungan Koefisien Thiesen...........................................................42
Tabel 4.6 Curah hujan menggunakan Poligon Thiesen (mm)............................43
Tabel 4.7 Hujan rata-rata tahunan (mm).............................................................43
Tabel 4.8 Hujan rata-rata 10 tahunan (mm)........................................................44
Tabel 4.9 Faktor Erodibilitas Tanah...................................................................44
Tabel 4.10. Faktor K per bagian Sub DAS Beringin..........................................44
Tabel 4.11. Faktor LS Berdasarkan Kemiringan Lereng....................................45
Tabel 4.12. Faktor LS per sub DAS Beringin....................................................46

viii

Perpustakaan Unika

Tabel 4.13. Faktor Penggunaan Lahan dan Pengolahan Tanah (CP).................46


Tabel 4.14. Faktor CP per bagian Sub DAS Beringin........................................47
Tabel 4.15. Faktor Perhitungan Laju Erosi Total DAS Beringin.......................51
Tabel 4.16 Laju Erosi Total ( A) pada DAS Beringin.53
Tabel 4.17 jumlah Erosi per sub-catchment.......................................................54
Tabel 4.18 Prosentase Penggunaan Lahan DAS Beringin.................................55
Tabel 4.19 Laju erosi total ( A) berdasar prosentase pada DAS Beringin...55
Tabel 4.20 Kriteria Erosi.....................................................................................55

ix

Perpustakaan Unika

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daur Hidrologi..................................................................................8


Gambar 2.2 GambarDAS....................................................................................14
Gambar 2.3 MetodePolygonThiessen.................................................................16
Gambar 4.1 Pembagian DAS Beringin dengan Poligon Thiesen........................41
Gambar 4.2 Data stasiun hujan Mangkang Waduk.............................................36
Gambar 4.3 Data stasiun hujan Plumbon............................................................38
Gambar 4.4 Data stasiun hujan Klimatologi........................................................39

BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai iklim tropis yang terdiri dari

dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada musim penghujan
dimana curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya banjir, erosi dan
tanah longsor. Erosi pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), merupakan
fenomena yang kompleks akibat perubahan bermacam-macam proses yang terjadi.
Sedimentasi yang terjadi di suatu sungai atau waduk merupakan suatu petunjuk
adanya kerusakan suatu DAS, dimana faktor aktivitas manusia yang tidak
terkontrol (melebihi dari batas yang diperbolehkan) biasanya merupakan faktor
dominan penyebab kerusakan tersebut. Bentuk aktivitas manusia dapat berupa
pengolahan tanah untuk pertanian / perkebunan, perambah hutan, ladang
berpindah, permukiman dan lain-lain. Aktivitas ini bisa membahayakan
kedudukan dari Daerah Aliran Sungai tersebut jika tidak dilakukan pengaturan,
karena terjadinya pengurangan terhadap jumlah luas dari tata guna lahan awalnya.
Erosi juga dapat mempengaruhi pemanfaatan sumber daya air menjadi kurang
optimal.
Apabila debit air besar sedangkan kapasitas tampungan sungai kecil hal ini
dapat menimbulkan erosi yang dapat mengakibatkan terjadi banjir. Banjir
membawa endapan tanah atau lumpur yang dapat mengakibatkan sedimentasi
pada sungai. Sedimentasi mempengaruhi kinerja sungai dalam memenuhi

Analisa Laju Erosi DAS Beringin Dengan Metode USLE

BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika

kebutuhan dan distribusi aliran air bagi penduduk sekitar. Penyebab sedimentasi
lainnya seperti Pembukaan lahan yang tidak terkendali pada DAS, penebangan
pohon yang tidak terkendali serta pola hidup masyarakat yang kurang menjaga
kelestarian lingkungan. Karena perlakuan perlakuan terhadap lingkungan seperti
di atas menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem dalam hal ini yang
dibahas adalah sungai beringin. Karena hal hal diatas menyebabkan air sungai
menjadi keruh, membawa butiran butiran tanah yang akhirnya mengendap
menimbulkan erosi yang berujung terjadinya sedimentasi di Daerah Aliran Sungai
yang nantinya dalam kurun waktu tertentu dapat menimbulkan banjir.
Pada tahun 1991

terjadi banjir yang sangat besar yang menggenangi

wilayah Kecamatan Mangkang dan Tugu, hal ini disebabkan jumlah air yang di
tangkap oleh catchment area di daerah daerah yang di lalui oleh DAS tersebut
terlalu banyak sehingga menyebabkan banjir (Suara Merdeka 18 September
1991). Selain itu banjir juga disebabkan karena pada daerah hulu ( Kecamatan
Mijen dan Ngaliyan ) terjadi perubahan tata guna lahan, yang seharusnya dapat
berfungsi sebagai peresapan air menjadi daerah yang kurang dapat meresapkan
air. Sedangkan pada musim kemarau dimana curah hujan yang relatif sangat kecil
menyebabkan debit pada DAS Beringin mengalami penurunan pada level
minimum.
1.2

Permasalahan
Sedimentasi merupakan permasalahan yang sering dihadapi pada

bangunan bangunan air. Sedimentasi pada sungai Beringin ini berasal dari erosi
yang diakibatkan penggundulan hutan oleh masyarakat sekitar. Dimana hasil dari

Analisa Laju Erosi DAS Beringin Dengan Metode USLE

BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika

keruntuhan lereng-lereng pegunungan memasuki alur sungai dan kemudian akan


mengendap di dalam alur sungai atau di dasar sungai tersebut. Sedangkan alur
sungai senantiasa bergerak secara horizontal dan jalur sungai berpindah-pindah
secara terus menerus pula yang mengakibatkan terjadinya gerakan sedimen dan
perpindahan daerah pengendapan karena terjadinya perubahan muka air. Akibat
gerusan aliran sungai, terjadi gerusan yang juga akan menghasilkan sedimen.
1.3

Maksud Dan Tujuan


Maksud Penelitian ini untuk mengetahui tingkat erosi berada di sekitar DAS

Beringin yang akan berpengaruh pada debit air yang diterima oleh DAS Beringin.
Tujuan dari analisa hidrologi pada DAS Beringin ini adalah:
1. mengetahui tingkat erosi pada DAS Beringin berdasarkan metode
USLE.
2. mengetahui pengaruh tata guna lahan terhadap laju erosi di DAS
Beringin.
1.4

Batasan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat erosi yang berada di

sekitar DAS Beringin.


Karena luasnya permasalahan, keterbatasan kemampuan, dan keterbatasan
biaya, maka penelitian ini penulis batasi dengan pembatasan-pembatasan sebagai
berikut:
1.

Penelitian laju erosi dengan metode estimasi USLE, yang biasa


digunakan dalam memprediksi besarnya laju erosi.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin Dengan Metode USLE

BAB I PENDAHULUAN

Perpustakaan Unika

2.

Hanya menghitung Erosi pada DAS Beringin.

3.

Hasil penelitian adalah perbandingan besaran erosi parameter formula


USLE yang terjadi pada DAS Beringin.

4.

Curah hujan yang turun pada daerah Aliran sungai Beringin akan
dihitung dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel.

1.5

Sistematika penulisan
Laporan Tugas Akhir ini terdiri dari 5 (lima) bab yang sistematika

penyusunannya adalah sebagai berikut:


Bab I

Pendahuluan berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan penulisan,


batasan penelitian, dan sistematika penyusunan.

Bab II Tinjauan Pustaka menguraikan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari
pengetahuan yang berhubungan dengan hidrologi, siklus hidrologi,
erosi,dan Daerah Aliran Sungai.
Bab III Metodologi yaitu cara pembuatan Tugas Akhir.
Bab IV Analisa Metode berisi tentang perhitungan erosi dengan menggunakan
metode USLE untuk mendapatkan besarnya Laju erosi pada DAS
Beringin.
.Bab V Kesimpulan dan Saran menguraikan kesimpulan yang didapat dari
pembahasan dan saran-saran yang kiranya berguna dalam penentuan
pola operasi sungai, terutama Sungai Beringin dan cara penanggulangan
erosi yang terjadi pada DAS Beringin.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin Dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Uraian Umum


Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang air dalam segala
bentuknya (cairan, gas, maupun padat) di dalam dan di atas permukaan tanah.
Termasuk di dalamnya adalah penyebaran, daur dan perilakunya, sifat-sifat fisik
dan kimianya, serta hubunganya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri.
(Chay Asdak, 1983). Ilmu hidrologi dibagi menjadi dua yaitu, hidrologi
pemeliharaan (menyangkut data operasional dan peralatan teknisnya) dan
hidrologi terapan (menyangkut analisis hidrologi).
Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal
dalam perancangan bangunan-bangunan hidraulik, baik dalam perancangan,
pelaksanaan dan pengoperasiannya. Pengertian yang terkandung di dalamnya
adalah bahwa informasi dan besaran - besaran yang terkandung dalam analisis
hidrologi merupakan masukan penting bagi analisis selanjutnya. Di dalam
hidrologi, salah satu aspek analisis yang diharapkan dihasilkan untuk menunjang
perancangan bangunan-bangunan hidraulik adalah penetapan besaran-besaran
rancangan, baik hujan, banjir maupun unsur-unsur hidrologi lainnya, oleh karena
itu pemahaman mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam analisis hidrologi
harus benar-benar dipahami.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

2.1.1 Siklus Hidrologi


Matahari merupakan sumber tenaga bagi alam. Dengan adanya tenaga
tersebut, maka seluruh permukaan bumi akan mengalami penguapan, baik dari
muka tanah, permukaan pepohonan (transpiration) dan permukaan air
(evaporation).
Sebagai akibat dari penguapan, maka terbentuk awan yang apabila
keadaan klimatologi memungkinkan, awan dapat terbawa ke darat dan dapat
terbentuk menjadi awan pembawa hujan (rain could). Hujan baru akan terjadi bila
berat butir-butir air hujan tersebut telah lebih besar dari gaya tekan udara ke atas.
Dalam keadaan klimatologis tertentu, maka air hujan yang terus melayang
tersebut dapat teruapkan kembali menjadi awan. Air hujan yang sampai ke
permukaan tanah disebut hujan, dan dapat diukur. Hujan yang terjadi tersebut
sebagian juga akan tertahan oleh mahkota dan dedaunan pada pepohonan dan
bangunan-banguna yang selanjutnya ada yang diuapkan kembali. Bagian air ini
tidak dapat diukur dan merupakan bagian air yang hilang (interception).
Air yang jatuh ke permukaan tanah terpisah menjadi dua bagian, yaitu
bagian yang mengalir di permukaan yang selanjutnya menjadi aliran limpasan
(overland flow), yang selanjutnya dapat menjadi limpasan (run-off), yang
seterusnya merupakan aliran sungai menuju ke laut. Aliran limpasan sebelum
mencapai saluran dan sungai, mengalir dan tertahan di permukaan tanah dalam
cekungan-cekungan, dan sampai jumlah tertentu merupakan bagian air yang
hilang karena proses infiltrasi, yang disebut

sebagai tampungan-cekungan

(depression storage).
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

Bagian lainnya masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi. Tergantung


dari struktur geologinya, dapat terjadi aliran mendatar yang disebut aliran antara
(interflow). Bagian air ini juga mencapai sungai dan atau ke laut. Bagian lain dari
air yang terinfiltrasi dapat diteruskan sebagai air perkolasi yang mencapai akuifer.
Air ini selanjutnya juga mengalir sebagai aliran air tanah menuju ke sungai atau
laut.
Dalam daur hidrologi, energi matahari menyebabkan terjadinya proses
evaporasi di laut atau badan-badan air lainnya. Uap air tersebut akan terbawa oleh
angin melintasin daratan yang bergunung maupun datar. Dan apabila keadaan
atmosfer memungkinkan, sebagian uap air tersebut akan turun menjadi hujan.
Air hujan yang mencapai permukaan tanah sebagian akan masuk ke dalam
tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak terserap ke dalam tanah akan
tertampung sementara

dalam cekungan-cekungan permukaan tanah, untuk

kemudian mengalir ke permukaan yang lebih rendah untuk selanjutnya masuk ke


sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang
selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air
tanah telah cukup jenuh maka air hujan yang masuk ke dalam tanah akan bergerak
secara lateral (horisontal) untuk selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi
ke permukaan tanah dan akhirnya mengalir ke sungai. Sedangkan air hujan yang
masuk ke dalam tanah akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam menjadi
bagian dari tanah (gound water). Air tanah tersebut terutama pada musim kemarau
akan mengalir pelan-pelan ke sungai, danau atau penampungan air alamiah
lainnya.
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

Siklus Air di Bumi


Air menguap ke udara dari permukaan tanah, tanaman dan laut, berubah menjadi
awan setelah mengalami beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan / salju
ke permukaan laut atau daratan, sebelum tiba di Bumi sebagian langsung
menguap ke udara dan sebagian tiba di permukaan Bumi. Tidak semua bagian
hujan yang jatuh ke bumi mencapai permukaan tanah, sebagian akan tertahan oleh
tumbuh tumbuhan dimana sebagian akan menguap dan sebagian lagi akan jatuh
/ mengalir melalui dahan dahan ke permukaan tanah.

Gambar 2.1 Daur Hidrologi


Sumber: Asdak, Chay, 1995: 9

2.2

Inflow

2.2.1. Limpasan ( Run Off )


Dengan memperhatikan kembali siklus hidrologi dapat diketahui bahwa
air yang jatuh dipermukaan tanah sebagiam mengalir dipermukaan tanah dan
menjadi aliran limpasan yang selanjutnya menjadi limpasan yang nantinya akan
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

mengalir ke laut setelah melewati beberapa proses dengan yang keadaan berbeda
setiap musim, yang disebut sebagai daur limpasan.
Hoyt (meinzer, 1942) mengemukakan daur limpasan (run off cycle), yang
dapat dijelaskan dengan menyederhanakannya menjadi empat tahap :
a. Tahap I (pada akhir musim kering)
Pada akhir musim kering dapat diamati bahwa sama sekali tidak ada
masukkan air hujan (kemungkinan adanya masukan hanya lewat bawah
permukaan tanah diabaikan), sehingga yang terjadi hanya keluaran berupa
penguapan yang intensif dari permukaan dan terjadi dalam waktu yang
reletif lamam. Kekurangan kelembaban di lapisan tanah di lapisan atas
akan diganti oleh kelembaban (moisture) yang berada di lapisan bawahnya
sehingga lapisan-lapisan tanah menjadi jauh lebih kering.
Aliran yang terjadipada sungai-sungai hanya bersumber dari aliran
air tanah pada akuifer saja. Sampai dengan tahap ini tidak pernah ada
masukan (hujan), sehingga kandungan air dalam akuifer pun menjadi
semakin turun karena aliran yang terus menerus ke sungai.
b. Tahap II (awal musim hujan)
Akibat adanya hujan dengan jumlah air yang relatif sedikit maka
permukaan menjadi basah. Sebagian besar air hujan tertahan akibat
intersepsi. Apabila terjadi aliran maka akan tertampung salam tampungan
permukaan misalnya sebagai tampungan-cekungan. Jumlah air ini habis
menguap atau terinfiltrasi, sehingga tidak memberikan sumbangan pada
limpasan permukaan.bagian air yang terinfiltrasi, jumlahnya dipandang
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

10

Perpustakaan Unika

belum mencukupi karena masih digunakan oleh massa tanah untuk


mengembalikan kandungan airnya sampai maksimum, selama hal ini
belum tercapai maka belum terjadi perkolasi, yang berarti belum ada
tambahan air dalam akuifer, sehingga muka air dalam akuifer juga belum
berubah.
c. Tahap III (pada pertengahan musim hujan)
Pada tahap ini hujan sudah cukup banyak sehingga terjadi beberapa
perubahan pada proses hidrologi. Kapasitas intersepsi telah terlampaui.
Demikian pula aliran limpasan sudah cukup besar, sehingga kapasitas
tampungan pada cekungan telah terlampaui, dan terjadi limpasan
permukaan. Selanjutnya dapat terjadi perubahan yang relatif cepat pada
muka air sungai. Bagian air yang terinfiltrasi, jumlahnya telah cukup, dan
terjadi perkolasi. Akibatnya jumlah kandungan air dalam akuifer
bertambah, dengan ditandai berubahnya tinggi muka air dalam akuifer,
keadaan ini berlangsung sampai akhir musim hujan
d. Tahap IV (pada awal musim kering)
Pada tahap ini hujan telah berhenti sama sekali, dan sekali lagi
prosesnya akan terjadi mirip pada tahap I. Hanya saja pada tahap ini
keadaan DAS masih relatif basah, jika keadaan ini berlangsung terus
menerus dengan tanpa mendapatkan masukkan maka keadaan akan
kembali pada tahap I.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

11

Perpustakaan Unika

2.2.2. Infiltrasi
Infiltrasi dimaksudkan sebagai proses masuknya air ke permukaan tanah.
Proses ini merupakan salah satu bagian penting dalam proses hidrologi maupun
dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran sungai. Dalam kaitan ini
terdapat dua pengertian tentang kuantitas infiltrasi, yaitu kapasitas infiltrasi
adalah laju infiltrasi maksimum untuk suatu jenis tanah tertentu, dan laju infiltrasi
nyata suatu jenis tanah tertentu
Beberapa faktor yang mempengaruhi infiltrasi yaitu :
1. jenis tanah,
2. kepadatan tanah,
3. kelembapan tanah,
4. tutup tumbuhan,
5. dalamnya genangan di permukaan tanah,
6. pemampatan oleh curah hujan,
7. udara yang terdapat dalam tanah.
Berbeda dengan perkolasi yaitu proses aliran air di dalam tanah secara
vertikal akibat gaya berat. Memang keduanya saling berpengaruh akan tetapi
secara teoritik hendaknya pengertian keduanya dibedakan.
2.2.3. Penguapan ( evaporation )
Penguapan merupakan unsur hidrologi yang cukup penting dalam
keseluruhan. Penguapan adalah proses perubahan dari molekul air dalam bentuk
zat cair ke dalam bentuk gas. Sudah barang tentu pada saat yang sama akan terjadi

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

12

Perpustakaan Unika

pula perubahan molekul air dari gas ke zat cair, dalam hal ini di sebut
pengembunan (condensation). Penguapan hanya terjadi bila terjadi perbedaan
tekanan uap udara di atasnya. Dapat dimengerti bila kelembaban udara mencapai
100%, maka penguapan akan terhenti.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju penguapan antara lain :
1. temperatur.
Untuk penguapan diperlukan sumber panas, panas tersebut bersumber dari
radiasi matahari, panas yang tersedia, di atmosfer, maupun dari dalam
tanah,atau massa air itu sendiri.
2. angin.
Angin berfungsi memindahkan udara yang jenuh air dan menggantikannya
dengan lapisan udara lain, sehingga penguapan dapat berjalan terus.
3. kualitas air.
Salinitas air menyebabkan menurunnya laju penguapan, sebanding dengan
kadar salinitas tersebut. Sebagai contoh, air laut mampunyai kandungan
garam 2-3% mempunya laju penguapan yang juga 2-3% lebih rendah dari
air tawar.
Penguapan yang terjadi pada tanaman disebut transpirasi sedangkan
penguapan yang terjadi dari permukaan lahan yang tertutup dengan tutup
tumbuhan disebut evapotranspirasi. Apabila kandungan air dalam tanah tidak
terbatas, maka digunakan istilah evapotranspirasi potensial.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

13

Perpustakaan Unika

2.2.4. Gambar Aliran


Pada tahapan ini, kita harus menggambarkan bentuk aliran air, baik
saluran, tampungan, maupun pompa jika diperlukan. Untuk membantu
memudahkan menempatkan letak saluran, pompa, maupun pond, biasanya
terlebih dahulu gambar DAS dibuat.
2.2.5. Daerah Aliran Sungai ( DAS )
DAS adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan air ke anak sungai dan sungai utama
yang bermuara ke sungai atau laut, termasuk dalam hal ini di bawah cekungan air
tanah.
Daerah Aliran Sungai (DAS) atau catchment area atau Daerah Pengaliran
Sungai (DPS) merupakan daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam suatu
sungai yang dimaksudkan. Daerah ini ditetapkan berdasar aliran air permukaan.
luas daerah pengaliran, topografi, tumbuh-tumbuhan dan geologi, sangat
berpengaruh terhadap debit air.
Konsep daerah aliran sungai atau yang sering disingkat DAS merupakan dasar
dari semua perencanaan hidrologi..
Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan dan
dibatasai oleh titik kontrol, yang pada umumnya merupakan stasiun hidrometri.
Memperhatikan hal tersebut berarti sebuah DAS merupakan bagian dari DAS lain
yang membentuk satu kesatuan sestem DAS. Lazimnya, apabila terdapat titik
kontrol yang dianggap penting, maka DAS ditandai dengan nama pada titik

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

14

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

kontrol tersebut, sedangkan titik kontrol yang lain yang terletak disebelah hulunya
disebut sebagai sub-DAS.

Stasiun pengamatan sedimentasi dan


Fluktuasi debit air sungai seluruh DAS
Stasiun pengamatan sedimentasi (erosi) dan
Fluktuasi debit air sungai tiap sub DAS

LAUT

F
D

Batas DAS
sub DAS
Batas sub DAS

Gambar 2.2 Gambar Daerah Aliran Sungai


Sumber: Asdak, Chay, 1995: 22

Memperhatikan kembali daur hidrologi yang telah dijelaskan di atas, maka


dapat diketahui bahwa air yang berada di bumi ini, langsung maupun tidak
langsung berasal dari air hujan (precipitation). Hujan merupakan komponen
masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman
hujan (rainfall depth) ini yang dialih ragamkan menjadi aliran sungai, baik
melalui limpasan permukaan, aliran antara, maupun sebagai aliran air tanah.
Untuk mendapatkan perkiraan besarnya banjir yang terjadi di suatu
penampang sungai tertentu, maka kedalaman hujan yang terjadi pun harus dapat
diketahui pula. Dalam hal ini perlui diketahui bahwa yang diperlukan adalah
besaran kedalaman hujan yang terjadi di seluruh DAS. Jadi, tidak hanya besaran

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

15

Perpustakaan Unika

hujan yang terjadi di satu stasiun pengukuran hujan. Dalam hal ini yang
diperlukan adalah data kedalaman hujan dari banyak stasiun hujan yang tersebar
di seluruh DAS. Oleh karena itu diperlukan sejumlah stasiun hujan yang dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat mewakili besaran hujan di DAS tersebut. Dalam
kaitan ini terdapat dua faktor penting yang sangat menentukan ketelitian
pengukuran hujan, yaitu jumlah dan pola penyebaran stasiun hujan.
Untuk melakukan pengukuran hujan diperlukan alat pengukur hujan
(raingauge). Dalam pemakaian terdapat dua jenis alat ukur hujan yaitu :
1. penakar hujan biasa (manual raingauge),
Merupakan alat ukur yang paling sering digunakan, yang terdiri dari
corong dan bejana, sedangkan jumlah air hujan diukur dengan bilah ukur
(graduated stick).
2. penakar hujan otomatis (automatic raingauge).
Pengukuran yang dilakukan dengan cara-cara di atas adalah untuk
memperoleh data hujan yang terjadi pada satu tempat saja. Akan tetapi dalam
analisis umumnya yang diinginkan adalah data hujan rata-rata DAS. Untuk
menghitung besaran ini dapat ditempuh dengan beberapa cara yang sampai saat
ini sangat lazim digunakan, yaitu:
1. Rata-rata aljabar
Cara hitungan dengan aljabar ini adalah cara yang paling sederhana, akan
tetapi memberikan hasil yang kurang teliti karena setiap stasiun dianggap
mempunyai bobot yang sama. Metode ini disajikan dengan rumus :

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

16

BAB II STUDI PUSTAKA

R=

1 n
R1
n i =1

Perpustakaan Unika

........................................................................................(2.1)

keterangan :
R

= Curah hujan rata-rata (mm)

Ri

= Curah hujan pada pos yang diamati (mm)

= Banyaknya pos hujan

2. Polygon Thiessen
Cara ini memberikan bobot tertentu pada setiap stasiun hujan dengan
pengertian bahwa setiap stasiun hujan dianggap mewakili hujan dalam
suatu daerah dengan luas tertentu, dan luas tersebut merupakan faktor
koreksi bagi hujan di stasiun yang bersangkutan. Adapun rumus dari
metode tersebut adalah :
R=

A xR
A
i

........................................................................................(2.2)

keterangan :
R

= Curah hujan rata-rata (mm)

Ri

= Curah hujan pada pos yang diamati (mm)

Ai

= Luas yang dibatasi garis polygon (km2)


2

A2
1
A3

A4

A1

4
A7
A5

A6

Gambar 2.3 Metode Polygon Thiessen.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

17

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

3. Isohyet
Cara lain yang diharapkan lebih baik (dengan mencoba memasukkan
pengaruh topografi). Isohyet ini adalah garis yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai kedalaman hujan yang sama pada saat
yang bersamaan. Adapun rumus dari metode tersebut adalah :
A
A
A1
A
( R1 + R2 ) + 2 ( R2 + R3 ) + 3 ( R3 + R4 ) + N 1 ( R N + R N +1 )
2
2
2
......(2.3)
R= 2
Atotal
keterangan :
R

= Curah hujan rata-rata (mm)


2

A1- An = Luas daerah yang dibatasi oleh garis isohyet (km )


R1- Rn
At

= Tinggi curah hujan pada setiap garis isohyet (mm)


2

= Luas total DAS (km )

2.3 Erosi lahan

Terjadinya erosi erat kaitannya dengan penggunaan lahan dan tindakan


konservasi tanah di suatu kawasan, tidak kecuali di bagian hulu (upstream) suatu
daerah aliran sungai (DAS). Untuk mencegah erosi masyarakat harus
memperbaiki pola dan praktek-praktek penggunaan lahan dan melakukan usahausaha konservasi tanah dan air.
Erosi adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian
tanah oleh media alami yang berupa air (air hujan). Tanah dan bagian-bagian
tanah yang terangkut dari suatu tempat yang tererosi disebut sedimen. Sedangkan
sedimentasi (pengendapan) adalah proses terangkutnya/ terbawanya sedimen oleh

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

18

Perpustakaan Unika

suatu limpasan/aliran air yang diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan
airnya melambat atau terhenti seperti pada saluran sungai, waduk, danau maupun
kawasan tepi teluk/laut (Arsyad, 1989). Erosi dapat mempengaruhi produktivitas
lahan yang biasanya mendominasi DAS bagian hulu dan dapat memberikan
dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar muara sungai) yang berupa hasil
sedimen.
Erosi pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS), merupakan fenomena yang
kompleks akibat perubahan bermacam-macam proses yang terjadi. Sedimentasi
yang terjadi di suatu sungai atau waduk merupakan suatu petunjuk adanya
kerusakan suatu DAS, dimana faktor aktivitas manusia yang tidak terkontrol
(melebihi dari batas yang diperbolehkan) biasanya merupakan faktor dominan
penyebab kerusakan tersebut. Bentuk aktivitas manusia dapat berupa pengolahan
tanah untuk pertanian / perkebunan, perambah hutan, ladang berpindah,
permukiman dan lain-lain. Aktivitas ini bisa membahayakan kedudukan dari
daerah pengaliran sungai tersebut jika tidak dilakukan pengaturan, karena
terjadinya pengurangan terhadap jumlah luas dari tata guna lahan awalnya. Laju
erosi maksimum yang diijinkan atau laju kehilangan tanah toleransi, besarnya
tergantung pada laju pembentukan tanah pada daerah tersebut. Laju pembentukan
tanah diseluruh dunia berkisar antara 0,01 hingga 7,7 mm/tahun. Di Indonesia
besarnya laju erosi yang diijinkan adalah (Rahim, 2000: 81):
a. Daerah yang relatif miring dan tanahnya relatif dalam (solum 90) adalah 25
ton/ha/tahun atau setara dengan 2,5 mm/tahun.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

19

Perpustakaan Unika

b. Daerah dataran dengan kemiringan datar hingga landai (0-5%) adalah 10


ton/ha/tahun atau setara dengan 1 mm/tahun.
Erosi dan sedimentasi merupakan aspek penting dalam menetapkan
strategi pengolahan daerah pengaliran sungai. Jumlah erosi tanah adalah salah
satu indikator baik tidaknya pengolahan lahan (land use). Dengan demikian
besarnya erosi pada suatu DAS tertentu perlu diketahui secara pasti sebagai dasar
pertimbangan pengolahannya. Atas pertimbangan tersebut maka metode
pendugaan jumlah erosi sangat penting untuk dilakukan. Erosi didefinisikan
sebagai peristiwa hilang atau terkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu
tempat yang terangkut dari suatu tempat ke tempat lain, baik disebabkan oleh
pergerakan air, angin dan atau es. Pengikisan tanah yang terjadi pada hakekatnya
tidak termasuk erosi internal (ke dalam penampang tanah) tetapi hanya pengikisan
suatu tanah ke tempat lain (eksternal). Di daerah tropis seperti Indonesia, erosi
terutama disebabkan oleh air hujan (Rahim, 2000 : 29).
Penyebab terjadinya lahan kritis pada umumnya akibat adanya erosi di
lahan. Erosi pada dasarnya adalah proses perataan kulit bumi yang meliputi proses
penghancuran, pengangkutan dan pengendapan butir tanah tersebut.
Menurut Arsyad S., 1989, yang dimaksud erosi oleh air adalah merupakan
kombinasi dua sub proses yaitu:
Penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbukan
butir-butir hujan yang jatuh menimpa tanah dan peredaman oleh air yang
tergenang (proses dispersi);

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

20

Perpustakaan Unika

Pengangkutan butir-butir primer tanah oleh air yang mengalir diatas permukaan
tanah.
Sedang Foster et al (1977), dalam Lane & Shirley (1982), mengemukakan
proses erosi tanah meliputi pelepasan butir-butir tanah akibat pukulan jatuhnya air
hujan dan pengangkutan butir-butir tanah oleh aliran permukaan atau limpasan
permukaan dalam alur dan pengangkutan butir-butir tanah oleh air dalam alur.
Erosi tanah oleh air adalah pemindahan tanah dari tempat asalnya oleh aliran air
di lahan. Erosi yang disebabkan oleh air dapat berupa :
1. Erosi lempeng (sheet erosion), yaitu butir-butir tanah diangkut lewat
permukaan atas tanah oleh selapis tipis limpasan permukaan yang dihasilkan
oleh intensitas hujan yang merupakan kelebihan dari daya infiltrasi;
2. Pembentukan polongan (gully), yaitu erosi lempeng terpusat pada polongan
tersebut. Kecepatan airnya jauh lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
limpasan permukaan tersebut diatas. Polongan tersebut cenderung menjadi
lebih dalam, yang menyebabkan terjadinya longsoran-longsoran. Polongan
tersebut tumbuh kearah hulu, ini dinamakan erosi ke arah belakang (backward
erosion);
3. Longsoran masa tanah, yaitu berupa longsoran yang terletak diatas batuan
keras atau lapisan tanah liat. Longsoran ini terjadi setelah adanya curah hujan
yang panjang, yang lapisan tanahnya menjadi jenuh oleh lapisan air tanah;

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

21

Perpustakaan Unika

4. Erosi tebing sungai. Erosi ini terutama yang terjadi pada saat banjir, yaitu
tebing tersebut mengalami penggerusan air yang dapat menyebabkan
longsornya tebing-tebing pada belokan-belokan sungai.
5. Terpisahnya antara butiran-butiran tanah karena kejatuhan air (raindrops
impact)
6. Terbawa hanyutnya butiran di lahan oleh aliran air di lahan (overland flow)
Erosi tanah oleh air dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kondisi
hidrologi, tanah, tata guna lahan, dan topografi.
Dalam kaitannya dengan pengkajian program ini, Hopley, 1999
mengemukakan 5 (lima) pengaruh besar terhadap permasalahan erosi pada DAS
sebagai berikut:
1

Hilangnya Vegetasi

Disebabkan oleh kegiatan penebangan hutan, praktek-praktek pertanian,


penyiapan lahan untuk pemukiman, terbakarnya hutan dan padang rumput.
2

Lereng yang Curam

Sebelah Barat dataran pantai merupakan lahan berbukit-bukit pendek dengan


lereng-lereng curam dan puncak-puncak yang sempit.
3

Tanah yang Buruk

Tanah-tanah di DAS tercuci relatif dalam, yang melemahkan kesatuan


strukturnya. Bila tanah-tanah ini terbuka akibat pembukaan lahan dan
kebakaran, maka dapat terjadi erosi dan menghasilkan sejumlah besar
sedimen berbutiran halus. Lapisan di bawahnya berpotensi tinggi terjadi
longsor bila jenuh terisi air hujan.
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

22

Perpustakaan Unika

Curah Hujan yang Tinggi

Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya erosi.


5

Pembangunan Infrastruktur

Jalan dan bangunan biasanya meningkatkan limpasan air dan konsentrasinya


dalam masa yang pendek.
2.4 Metode USLE

Penghitungan kehilangan tanah yaitu berdasarkan rumus Universal Soil


Loss Equation{USLE) [Wischmeier & Smith 1978], yang diaplikasikan dalam
SIG untuk menentukan rata-rata tahunan kehilangan tanah dan distribusinya
dalam DAS. Metode ini bisa digunakan untukmemperkirakan rata-rata kehilangan
tanah dalam jangka panjang [Mati et a/2000].
Perkembangan mengenai perumusan persamaan erosi dimulai sejak tahun
1940-an, diawali dengan prediksi kehilangan tanah di suatu lahan pertanian.
Dalam memperkirakan besarnya erosi pada suatu lahan, perlu diketahui data
mengenai jumlah kehilangan tanah yang ada di suatu tempat. Perkiraan besarnya
erosi terkait oleh faktor-faktor topografi/geologi, vegetasi dan meteorologi.
Persamaan perhitungan erosi tersebut dikembangkan lagi agar memperoleh suatu
metode yang bersifat umum. Universal Soil Loss Equation (USLE) dikembangkan
pertama kali di USDA-SCS (United State Department of Agriculture-Soil
Conversation Services) bekerjasama dengan Universitas Purdue oleh Wischmeier
and smith, 1965 (dalam Morgan, 1988). Metode ini memiliki persamaan yang
sederhana dan bersifat umum untuk suatu lahan, baik lahan pertanian maupun

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

23

Perpustakaan Unika

non-pertanian atau campuran. USLE baik untuk digunakan pada perhitungan erosi
dalam jangka waktu yang lama.
Selain USLE, terdapat beberapa model perhitungan laju erosi yang
kemudian dikembangkan untuk lebih meningkatkan nilai keakuratan serta analisa
pada kondisi lahan yang lebih spesifik.
Teori USLE sendiri dalam aplikasinya memiliki enam variabel.
Berdasarkan analisis statistik terhadap lebih dari 10 tahun data erosi dan aliran
permukaan, parameter fisik dan pengelolaan kemudian dikelompokkan menjadi
variabel-variabel utama yang nilainya untuk setiap tempat dapat dinyatakan secara
numeris.
Kombinasi enam variabel tesebut adalah sebagai berikut :
A = R.K .LS .CP .............................................(2.4)
Keterangan :
A

= banyaknya tanah tererosi per satuan luas per satuan waktu, yang dinyatakan
sesuai dengan satuan K dan periode R yang dipilih, dalam praktek dipakai satuan
ton/ha/tahun.

= merupakan faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan
indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan total (E)
dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I 30 ) untuk suatu tempat dibagi
100, biasanya diambil energi hujan tahunan rata-rata sehingga diperoleh
perkiraan tanah tahunan dalam N/h dengan menggunakan model matematis

faktor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R) untuk suatu
jenis tanah tetentu dalam kondisi dibajak dan ditanami terus menerus, yang
diperoleh dari petak percobaan yang panjangnya 22,13 m dengan kemiringan
seragam sebesar 9% tanpa tanaman, dalam satuan ton.h/ ha.N.

LS =

faktor panjang kemiringan lereng (length of slope factor), yaitu nisbah antara
besarnya erosi per indeks erosi dari suatu lahan dengan panjang dan kemiringan
lahan tertentu terhadap besarnya erosi dari plot lahan dengan panjang 22,13 m
dan kemiringan 9% di bawah keadaan yang identik, tidak berdimensi.

CP =

faktor tanaman penutup lahan dan manajemen tanaman, yaitu nisbah antara
besarnya erosi lahan dengan penutup tanaman dan manajemen tanaman tertentu
terhadap lahan yang identik tanpa tanaman, tidak berdimensi. faktor konservasi

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

24

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

praktis yaitu rasio kehilangan tanah antara besarnya dari lahan dengan tindakan
konservasi praktis dengan besarnya erosi dari tanah yang diolah searah lereng
dalam keadaan yang identik, tidak berdimensi.

2.4.1. Faktor Erosivitas Hujan ( R )

Erosivitas hujan adalah daya erosi dalam curah hujan. Sifat-sifat curah hujan yang
mempengaruhi erosivitas adalah besarnya butir-butir hujan, dan kecepatan
tumbukannya. Jika dikalikan akan diperoleh :
M = m v ................................................................................................(2.5)
E = m v 2 .................................................................(2.6)
Keterangan :
M

= momentum (kg.m/s)

= massa butir hujan (kg)

= kecepatan butir hujan, yang diambil biasanya kecepatan pada


saat terjadi tumbukan, atau dinamakan kecepatan terminal (m/s)
2

= energi kinetik (joule/m )

Pada metode USLE, prakiraan besarnya erosi dalam kurun waktu per
tahun (tahunan), dan dengan demikian, angka rata-rata faktor R dihitung dari data
curah hujan tahunan sebanyak mungkin dengan menggunakan persamaan :
n

R = EI / 100 X ..............................................(2.7)
i =1

Keterangan :
R

= erosivitas hujan rata-rata tahunan

= jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun (musim hujan)

= jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

25

Perpustakaan Unika

Besarnya EI proporsional dengan curah hujan total untuk kejadian hujan


dikalikan dengan intensitas hujan maksimum 30 menit
Sementara, Bowles (1978) dalam Asdak (2002), dengan menggunakan
data curah hujan bulanan di 47 stasiun penakar hujan di pulau Jawa yang
dikumpulkan selama 38 tahun menentukan bahwa besarnya erosivitas hujan
tahunan rata-rata adalah sebagai berikut :

EI 30 = 6,12( RAIN ) 1, 21 ( DAYS ) 0, 47 ( MAXP) 0,53 .........................(2.8)


Keterangan :

EI 30

= erosivitas hujan rata-rata tahunan

RAIN

= curah hujan rata-rata tahunan (cm)

DAYS

= jumlah hari hujan rata-rata per tahun (hari)

MAXP = curah hujan maksimum rata-rata dalam 24 jam per bulan untuk kurun waktu
satu tahun (cm)

Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang lain adalah


dengan menggunakan metode matematis berdasarkan hubungan antara R dengan
besarnya hujan tahunan. Rumus yang digunakan adalah :
R = 237,4 + 2,61 Y ................................................................................(2.9)
Keterangan :
R = EI 30 (erosivitas hujan rata-rata tahunan) (N/h)
Y = Besarnya curah hujan tahunan (cm)

Cara menentukan besarnya indeks erosivitas hujan yang terakhir ini lebih
sederhana karena hanya memanfaatkan data curah hujan bulanan.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

26

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

Tabel 2.1. Energi kinetik hujan dalam metrik ton-meter/hektar/cm hujan


Intensitas
0,0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

121

148

163

175

184

191

197

202

206

210

214

217

220

223

226

228

231

233

235

237

239

241

242

244

246

247

249

250

251

253

254

255

256

258

259

260

261

262

263

264

265

266

267

268

268

269

270

271

272

273

273

274

275

275

276

277

278

278

279

280

280

281

281

282

283

283

284

284

285

286

286

287

287

288

288

289

(cm/jam)

Sumber : Hidrologi dan Pengendalian DAS (Asdak, 2002)

Angka-angka energi kinetik seperti dalam tabel diatas tersebut dihitung


dari persamaan KE = 210 + log i. Untuk intensitas hujan lebih besar dari 7,6
cm/jam nilai energi kinetis tetap 289 metrik ton-meter per ha per cm hujan.
2.4.2. Faktor Erodibilitas ( K )

Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah


terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut oleh
adanya energi kinetik air hujan. Besarnya erodibilitas atau resistensi tanah juga
ditentukan oleh karakteristik tanah seperti tekstur tanah, stabilitas agregat tanah,
kapasitas infiltrasi, dan kandungan organik dan kimia tanah. Karakteristik tanah
tersebut bersifat dinamis, selalu berubah, oleh karenanya karakteristik tanah dapat
berubah seiring dengan perubahan waktu dan tata guna lahan atau sistem
pertanaman, dengan demikian angka erodibilitas tanah juga akan berubah.
Perubahan erodibilitas tanah yang signifikan berlangsung ketika terjadi hujan

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

27

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

karena pada waktu tersebut partikel-partikel tanah mengalami perubahan orientasi


dan karakteristik bahan kimia dan fisika tanah.
Tanah yang mempunyai erodibilitas tinggi akan tererosi lebih cepat
dibandingkan dengan tanah yang mempunyai erodibilitas rendah, dengan
intensitas hujan yang sama. Jadi, sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah juga
mempengaruhi besarnya erodibilitas. Pengaruh usaha-usaha pengelolaan tanah
sukar diukur, meskipun lebih penting dari sifat-sifat tanah seperti tersebut di atas.
Tabel 2.2 Perhitungan Energi Kinetik Total
Intensitas

Besarnya

Energi

Total

Mm/jam

mm

Joule/mm

joule/m

-25

37,5

21

788

26 50

25

25

625

50 75

18,5

27

500

> 76

6,5

28

182

Jumlah

2095

Sumber : Hidrologi Teknik (Soemarto,1999)

Rumus persamaan matematis yang menghubungkan karakteristik tanah


dengan tingkat erodibilitas tanah dinamakan rumus peramalan kehilangan tanah
seperti dibawah ini :
( P 3)

K = 2.713x10 4 (12 O) M 1.14 + 3.25( S 2) + 2.5


...........(2.10)
100

Keterangan :
K

= erodibilitas tanah

OM

= persen unsur organik

= kode klasifikasi struktur tanah (granular, platy, massive, dll)

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

28

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

= permeabilitas tanah

= prosentase ukuran partikel (% debu + pasir sangat halus)


(100-% liat)

Tabel 2.3 Nilai M untuk beberapa kelas tekstur tanah


Kelas tekstur tanah

Nilai M

Kelas tekstur tanah

Nilai M

Lempung berat

210

Pasir

3035

Lempung sedang

750

Pasir geluhan

1245

Lempung pasiran

1213

Geluh berlempung

3770

Lempung ringan

1685

Geluh pasiran

4005

Geluh lempug

2160

Geluh

4390

Pasir lempung debuan

2830

Geluh debuan

6330

Geluh lempungan

2830

Debu

8245

Campuran merata

4000

Sumber : RLKT DAS Citarum ,1987 (dalam Asdak, 2002)

Tabel 2.4 Faktor Erodibilitas Tanah (K) Berdasarkan Penggunaan Lahan


No
1
2
3
4
5
6

Penggunaan Lahan
Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Perkebunan
Hutan

K
0,4
0,10
0,02
0,3
0,15
0,04

(Sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II 1986)

Dalam penelitian tugas akhir ini penentuan faktor erodibilitas tanah


didasarkan pada penggunaan lahan. Besarnya K dapat dilihat pada tabel 2.4.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB II STUDI PUSTAKA

29

Perpustakaan Unika

2.4.3. Faktor Panjang Kemiringan Lereng (LS)

Faktor panjang lereng (L) didefinisikan secara matematik sebagai berikut


(Schwab et al.,1981 dalam Asdak,2002) :
L = (l/22,1) m ...................................................(2.11)
keterangan :
l

= panjang kemiringan lereng (m)

= angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan
keemiringan lereng dan dapat juga oleh karakteristik tanah, tipe vegetasi.
Angka ekssponen tersebut bervariasi dari 0,3 untuk lereng yang panjang
dengan kemiringan lereng kurang dari 0,5 % sampai 0,6 untuk lereng lebih
pendek dengan kemiringan lereng lebih dari 10 %. Angka eksponen rata-rata
yang umumnya dipakai adalah 0,5

Faktor kemiringan lereng S didefinisikan secara matematis sebagai


berikut:
S = (0,43 + 0,30s + 0,04s 2 ) / 6,61 ........................(2.12)
Keterangan :
S

= kemiringan lereng aktual (%)

Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan persamaan USLE komponen


panjang dan kemiringan lereng (L dan S) diintegrasikan menjadi faktor LS dan
dihitung dengan rumus :
LS = L1 / 2 (0,00138S 2 + 0,00965S + 0,0138) ....................................(2.13)
Keterangan :
L

= panjang lereng (m)

= kemiringan lereng (%)

Rumus diatas diperoleh dari percobaan dengan menggunakan plot erosi


pada lereng 3 18 %, sehingga kurang memadai untuk topografi dengan
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

30

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

kemiringan lereng yang terjal. Harper, 1988 (dalam Asdak, 2002) menunjukkan
bahwa pada lahan dengan kemiringan lereng lebih besar dari 20 %, pemakaian
persamaan LS = L1 / 2 (0,00138S 2 + 0,00965S + 0,0138) akan diperoleh hasil yang
over estimate.
Untuk lahan berlereng terjal disarankan untuk menggunakan rumus berikut
ini (Foster and Wischmeier, 1973 dalam Asdak, 2002):
LS = (l / 22) m C (cos ) 1,50 [0,5(sin ) 1, 25 + (sin ) 2, 25 ] ....................(2.14)
Keterangan :
m

= 0,5 untuk lereng 5 % atau lebih


= 0,4 untuk lereng 3,5 4,9 %
= 0,3 untuk lereeng 3,5 %

= 34,71

= sudut lereng

= panjang lereng (m)

Faktor ini didekati menggunakan kemiringan lereng. Dalam penelitian


Tugas Akhir ini dalam menentukan Kemiringan Lereng (LS) adalah dengan
Kriteria klas lereng dan besarnya nilai LS terlihat dalam berikut.
Tabel2.5 Faktor LS Berdasarkan Kemiringan Lereng
No

Kemiringan Lereng (%)

Faktor LS

0-5

0,25

5 15

1,20

15 35

4,25

35 50

7,50

> 50

12,00

Sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II 1986

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

31

BAB II STUDI PUSTAKA

Perpustakaan Unika

2.4.4. Penggunaan Lahan dan Pengolahan Tanah (CP)

Faktor CP didekati dengan penggunaan lahan, dan ditimbang terhadap luas


tiap satuan medan. Dalam penelitian Tugas Akhir ini dalam menentukan
Penggunaan Lahan dan Pengolahan Tanah (CP) Kriteria penggunaan lahan dan
besarnya nilai CP dapat dilihat dalam berikut:
Tabel 2.6 Faktor Penggunaan Lahan dan
PengolahanTanah (CP)
No

Penggunaan Lahan

Faktor CP

Pemukiman

0,60

Kebun Campuran

0,30

Sawah

0,05

Tegalan

0,75

Pekebunan

0,40

Hutan

0,03

Sumber:RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II, 1986

Kemudian analisa dilakukan dengan menggunakan rumus USLE yang dapat


dilihat pada persamaan 2.4.

Tabel 2.7 Kriteria Erosi


No

Erosi (ton/Ha/th)

Kelas

Kriteria

0 - 20

I. Sangat rendah

Sangat baik

20 - 50

II. Rendah

Baik

50 - 250

III. Sedang

Sedang

250 - 1000

IV. Tinggi

Jelek

> 1000

V. Sangat tinggi

Sangat Jelek

Sumber:RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II, 1986

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perpustakaan Unika

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.

Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir


Mulai

Tata Guna Lahan

Pengumpulan data:
Data Hujan, Jenis
Tanah, Topografi, Tata
Guna lahan.

Pengolahan Data
R = fungsi (hujan)
K = fungsi (jenis tanah)
LS = fungsi (kemiringan lahan)
CP = fungsi ( penggunaan lahan)

USLE
A = R.K.LS.CP

Out put berupa:


Kriteria tingkat erosi

Selesai

Keterangan :
A
= Kehilangan tanah pucuk
akibat erosi
R
= Erosivitas hujan
K
= Erodibilitas tanah
LS = Panjang Equivalen lereng
dan Kemiringan Lahan
CP = Faktor penggunaan lahan
dan pengolahan tanah

Untuk analisa perhitungan Kehilangan tanah pucuk/ top soil akibat


erosi dengan software bantu microsoft Excel.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin Dengan Metode USLE

32

33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.2

Perpustakaan Unika

Metodologi Penelitian
Metodologi merupakan suatu cara atau langkah yang digunakan untuk

memecahkan

suatu

permasalahan

dengan

mengumpulkan,

mencatat,

memepelajari, dan menganalisa data yang diperoleh. Untuk penelitian kasus


diperlukan adanya metodologi yang berfungsi sebagai panduan kegiatan yang
dilaksanakan dalam pengumpulan data dilapangan, baik data primer (data yang
diperoleh dari penelitian dilapangan) maupun data sekunder ( studi pustaka).
Metodologi yang dipakai adalah metode analisa dengan menggunakan
rumus USLE.
3.3

Parameter parameter yang digunakan:


1. Erosivitas hujan (R)
2. Erodibilitas Tanah (K)
3. Panjang Ekivalen Lereng dan kemiringan Lereng (LS)
4. Faktor penggunaan Lahan dan pengolahan Lahan (CP)

3.4

Deskripsi Analisa Data


Untuk mengetahui nilai laju erosi pada DAS Beringin, maka terlebih
dahulu mengumpulkan data data yang diperlukan untuk melakukan

perhitungan dalam menentukan besarnya laju erosi. Dalam tugas akhir ini,
langkah langkah yang dikerjakan antara lain: mulai, dengan berkonsultasi
dengan dosen pembimbing mengenai materi dan data data yang dikumpulkan.
Setelah materi ditentukan, selanjutnya mengumpulkan data data yang
diperlukan. Data tersebut meliputi: data hujan, jenis tanah, peta topografi dan peta
tata guna lahan. Data tersebut kemudian dimasukkan kerumus USLE. Data curah

Analisa Laju Erosi DAS Beringin Dengan Metode USLE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

34

Perpustakaan Unika

hujan yang dipakai data curah hujan bulanan selama 10 tahun yang ditangkap oleh
DAS Beringin.
3.5

Input Data
1. data curah hujan bulanan yang sudah dikumpulkan kemudian
dianalisa. Analisa dilakukan dengan menggunakan metode Poligon
Thiessen. Untuk menunjukkan pembagian luasan daerah tangkapan
sungai beringin. Kemudian mencari rata rata hujan tahunan. Setelah
itu hitung rata rata hujan 10 tahunan.
2. menentukan faktor erodibilitas tanah (K)
3. Menentukan Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS)
4. menentukan faktor penggunaan dan pengolahan lahan (CP)
yaitu dengan peta tata guna lahan.

Setelah semua data terkumpul kemudian dimasukkan kedalam rumus USLE yang
dapat dilihat pada persamaan 2.4.
3.6

Output Data
Dalam analisa ini output yang dihasilkan adalah besarnya laju erosi

dengan satuan Ton/Ha/Thn. Nilai laju erosi yang didapat kemudian digunakan
untuk menentukan kelas dan kriteria erosi pada DAS Beringin.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin Dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

35
Perpustakaan Unika

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Anilisis Data
Untuk mengetahui besarnya laju erosi pada Sungai Beringin Semarang,
maka terlebih dahulu diperlukan data yang mencukupi untuk melakukan
perhitungan dalam menentukan besarnya laju erosi pada sungai pertama yang
dilakukan adalah pengumpulan data. Data tersebut diambil dari berbagai sumber,
yakni data sekunder. Adapun data yang diperlukan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini antara lain, berupa data hujan, peta topografi, peta DAS beringin dan
peta tata guna lahan pada Sungai Beringin.
4.1.1 Data Hujan
Hujan merupakan unsur utama yang sangat berpengaruh dalam penelitian
ini. Besarnya curah hujan yang terjadi menentukan seberapa besar laju erosi pada
suatu daerah. Untuk mengetahui laju erosi pada DAS beringin ini langkah
pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data curah hujan. Adapun data
curah hujan yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah data curah hujan
bulanan yang ditangkap oleh DAS Beringin selama 10 tahun. Yaitu dari tahun
1998 sampai tahun 2007. Data curah hujan yang dipakai berasal dari stasiun
hujan mangkang waduk kec. Tugu, stasiun hujan Plumbon kec. Ngaliyan dan
stasiun hujan klimatologi Semarang kec. Semarang barat. Tabel 4.1, 4.2, 4.3,
berikut ini menunjukkan curah hujan bulanan yang terjadi pada masing-masing
stasiun curah hujan. Serta besarnya curah hujan maksimum yang terjadi pada

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

35

BAB IV PEMBAHASAN

36
Perpustakaan Unika

masing-masing bulan dalam kurun waktu 10 tahun, pada angka-angka yang


dicetak tebal.
Tabel 4.1. Curah Hujan Bulanan Stasiun Mangkang Waduk Kec. Tugu( mm)
TAHUN
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

JAN
253
241
443
402
326
338
178
195
814
273

FEB
290
323
282
314
513
668
453
187
555
294

MAR
179
278
136
425
90
270
422
172
297
338

APR
188
216
137
268
210
234
395
246
186
232

MEI
156
122
180
96
92
115
278
187
122
147

JUN
210
159
41
125
24
0
50
209
6
22

JUL
118
0
47
67
0
0
0
127
0
41

AGS
127
23
63
0
0
0
5
31
0
66

SEPT
137
0
69
99
0
153
89
107
0
9

OKT
45
297
81
137
19
231
26
283
50
108

NOV
177
0
380
193
200
184
166
193
178
177

DES
182
431
109
101
136
339
348
346
273
457

(Sumber : BMG Kota Semarang, 2008 )

Tabel di atas menunjukan data curah hujan bulanan pada Stasiun


Mangkang Waduk, dimana angka yang tercetak tebal menunjukkan curah hujan
tertinggi tiap bulan dari tahun 1998 sampai 2007. Curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan januari tahun 2006 sebesar 814 mm.

Gambar 4.1 Data Curah Hujan Stasiun Mangkang aduk

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

37
Perpustakaan Unika

Dari grafik data curah hujan pada Stasiun Mangkang Waduk di atas dapat
kita lihat, curah hujan terendah terjadi antara bulan juni sampai dengan bulan
september karena pada bulan tersebut tidak terjadi hujan dan curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan januari tahun 2006 sebesar 814 mm.

Tabel 4.2. Curah Hujan Bulanan Stasiun Plumbon Kec. Ngaliyan (mm)
TAHUN
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

JAN
261
257
510
406
388
413
173
182
876
226

FEB
258
0
260
366
556
738
411
188
529
323

MAR
201
0
191
449
129
341
445
173
281
359

APR
195
220
185
253
239
222
423
249
194
258

MEI
171
84
167
122
87
126
354
204
130
149

JUN
221
186
55
167
50
0
60
232
4
22

JUL
143
0
55
78
0
0
3
155
0
35

AGS
94
65
60
0
9
0
0
43
0
72

SEPT
122
0
80
110
0
162
66
129
0
7

OKT
188
0
102
190
23
271
0
283
57
109

NOV
236
0
430
209
200
200
180
207
183
182

DES
227
383
129
127
164
443
365
378
295
466

(Sumber : BMG Kota Semarang, 2008 )

Tabel di atas menunjukan data curah hujan bulanan pada Stasiun Plumbon,
dimana angka yang tercetak tebal menunjukkan curah hujan tertinggi tiap bulan
dari tahun 1998 sampai 2007. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan januari
tahun 2006 sebesar 876 mm.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

38
Perpustakaan Unika

Gambar 4.2 Data Curah Hujan Stasiun Plumbon


Dari grafik data curah hujan pada Stasiun Plumbon di atas dapat kita lihat,
curah hujan terendah terjadi antara bulan februari, maret, juni sampai dengan
bulan november karena pada bulan tersebut tidak terjadi hujan dan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan januari tahun 2006 sebesar 876 mm.

Tabel 4.3. Curah Hujan Stasiun Klimatologi Semarang Kec. Semarang Barat (mm)
TAHUN
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

JAN
145
325
484
269
259
373
332
241
699
154

FEB
440
421
252
388
418
568
450
319
368
198

MAR
100
226
163
300
193
173
111
299
197
257

APR
233
226
138
299
298
262
262
133
190
202

MEI
88
83
284
114
127
134
172
81
232
112

JUN
169
167
51
240
22
0
49
324
27
25

JUL
127
69
44
47
8
11
26
91
2
12

AGS
108
65
80
1
1
1
1
102
0
25

SEPT
112
89
147
184
5
106
83
164
0
1

OKT
228
280
196
176
66
264
46
280
36
220

NOV
102
207
439
195
272
264
250
179
227
228

DES
440
421
202
179
148
443
244
237
266
429

(Sumber : BMG Kota Semarang, 2008)

Tabel di atas menunjukan data curah hujan bulanan pada Stasiun


Klimatologi Semarang, dimana angka yang tercetak tebal menunjukkan curah

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

39
Perpustakaan Unika

hujan tertinggi tiap bulan dari tahun 1998 sampai 2007. Curah hujan tertinggi
terjadi pada bulan januari tahun 2006 sebesar 699 mm.

Gambar 4.3 Data Curah Hujan Stasiun Klimatologi Semarang


Dari grafik data curah hujan pada Stasiun Klimatologi Semarang di atas
dapat kita lihat, curah hujan terendah terjadi antara bulan juni sampai dengan
bulan september karena pada bulan tersebut tidak terjadi hujan dan curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan januari tahun 2006 sebesar 699 mm.

4.1.1.1. Distribusi curah hujan daerah


Kurva - kurva aliran (rating curve) pada suatu daerah dapat diperkirakan
dari limpasan hujan dengan menggunakan data curah hujan. Adapun data curah
hujan yang digunakan adalah data curah hujan yang dapat mewakili Daerah Aliran
Sungai (DAS). Oleh karena data hujan yang diperoleh merupakan hujan titik dari
stasiun hujan maka harus dianalisa untuk menjadi hujan daerah dengan
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

40
Perpustakaan Unika

mempertimbangkan data dari ketiga stasiun hujan tersebut luas daerah tangkapan
yang dipengaruhi oleh masing - masing stasiun hujan. Analisa dilakukan dengan
menggunakan metode Poligon Thiessen. Poligon didapat dengan cara menarik
garis hubung antara masing masing stasiun, sehingga membentuk segitiga
segitiga. Kemudian menarik garis garis sumbu masing masing segitiga.
Gambar 4.1 berikut ini menunjukkan pembagian luasan Daerah Aliran Sungai
Beringin dengan menggunakan metode poligon Thiessen. Sedangkan tabel 4.4
dan 4.5 menunjukkan pembagian luasan daerah tangkapan dengan metode poligon
Thiessen serta perhitungan koefisien Thiessen. Cara pengolahan poligon Thiessen
yaitu tentukan titik titik pengamatan curah hujan didalam dan disekitar daerah
itu pada peta topografi. Pada penelitian ini daerah tangkapan di bagi menjadi 3
daerah, yaitu Stasiun Mangkang Waduk, Plumbon dan Klimatologi Semarang.
Kemudian hubungkan tiap titik yang berdekatan dengan sebuah garis lurus,
dengan demikian akan terbentuk jaringan segitiga yang menutupi seluruh daerah.
Daerah yang bersangkutan ini dibagi dalam poligon poligon yang didapat
denagn menggambar garis bagi tegak lurus pada tiap segitiga.Tiap daerah
tangkapan dihitung dengan cara menjumlahkan luasan daerah daerah yang telah
dibagi, dengan begitu di dapatkan luas daerah tangkapan per Catchment Area,
yang dapat dilihat pada table 4.4. Data hujan yang dipakai adalah data hujan 10
tahunan yang didapat dari BMG kota Semarang tahun 2008. Cara Thiessen dipilih

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

41
Perpustakaan Unika

karena memberikan hasil yang lebih teliti dibandingkan dengan cara lain.
Selain itu, data data yang perlukan untuk perhitungan curah hujan lebih sedikit.
Dibawah ini adalah pembagian DAS Beringin menggunakan poligon
Thiessen.
St a s iu n
Ma n g k a n g Wa d u k

St a s iu n
Kl ima t o l o g i

St a s iu n
Pl u mb o n

Gambar 4.4. Pembagian DAS Beringin dengan Poligon Thiesen


dan stasiun hujan.
( sumber : Dinas PSDA, 2006 )

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

42
Perpustakaan Unika

Tabel 4.4.
Pembagian luas daerah tangkapan dengan metode poligon Thiesen
No.

1
2
3

Stasiun Pos Hujan

Luas Daerah Tangkapan

Mangkang waduk
Klimatologi Semarang

Catchment Area (A = km2)


13,885
3,595

plumbon

13,39

Jumlah

30,87

Dari tabel diatas didapatkan luas daerah tangkapan tiap tiap stasiun pos hujan.
Setelah itu langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien thiessen.
Perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5. Perhitungan Koefisien Thiesen
No.

1
2
3

Stasiun Pos Hujan

A (km2)

Koefisien

Mangkang waduk

13,885

Theissen C (%)
44,979

Klimatologi Semarang

3,595

11,646

plumbon

13,39

43,375

Ai

30,87

100.00

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode poligon


Thiesen maka didapatkan distribusi curah hujan pada masing-masing daerah yang
telah mempertimbangkan faktor-faktor yang terdapat pada poligon Thiesen,
seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Tabel 4.6 berikut ini adalah
data tabel distribusi curah hujan yang telah menggunakan metode Thiesen, dengan
curah hujan maksimum pada masing-masing bulan, pada angka-angka yang
dicetak tebal.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

43
Perpustakaan Unika

Tabel 4.6. Curah hujan menggunakan Poligon Thiesen (mm)


TAHUN

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEPT

OKT

NOV

DES

1998

243,9
257,7
476,8
388,2
198,5
201,2
164,7
127,2
398,0
238,8

293,6
194,3
269,0
345,2
520,6
686,7
434,4
202,8
521,9
295,4

179,3
151,4
163,0
420,9
118,9
289,5
395,8
187,2
278,4
337,7

196,3
218,9
157,9
265,1
232,8
232,1
391,7
234,1
189,9
239,8

154,6
101,0
186,5
109,4
93,9
122,0
298,6
182,0
138,3
143,8

210,0
171,6
48,2
156,6
35,0
0
54,2
232,4
7,6
22,3

129,9
8,0
50,1
69,4
0,9
1,3
4,3
135,0
0,2
35,0

110,5
46,1
63,7
0,1
4,0
0,1
2,4
44,5
0
63,8

127,6
10,4
82,9
113,7
0,6
151,4
78,3
123,2
0
7,2

128,3
166,2
103,5
164,5
26,2
252,2
17,1
282,7
51,4
121,5

193,9
24,1
408,6
200,2
208,4
200,3
181,9
197,4
185,9
185,1

231,6
409,0
128,5
121,4
149,5
396,2
343,3
347,2
281,7
457,6

1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007

(Sumber : hasil perhitungan penyusun)

4.1.1.2. Mencari rata-rata hujan 10 tahunan (Y)


Setelah data curah hujan terdistribusi dengan poligon Thiesen selanjutnya
data tersebut dianalisa kembali dengan cara mencari rata-rata hujan tahunan
seperti dijelaskan pada tabel 4.7, rata rata hujan 10 tahunan di dapat dari 3
stasiun hujan yang tersebut di atas, dan hasilnya dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.7. Hujan rata-rata tahunan (mm)
TAHUN

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

JUN

JUL

AGS

SEPT

1998

659

988

480

616

415

600

1999

823

744

504

662

289

512

2000

1437

794

490

460

631

2001

1077

1068

1174

820

OKT

388

329

371

461

69

153

89

577

147

146

203

296

379

332

532

192

393

NOV

DES

Jumlah

515

849

6671

207

1235

5864

1249

440

6672

503

597

407

7096

2002

973

1487

412

747

306

96

10

108

672

448

5272

2003

1124

1974

784

718

375

11

421

766

648

1225

8047

2004

683

1314

978

1080

804

159

29

238

72

596

957

6916

2005

618

694

644

628

472

765

373

176

400

846

579

961

7156

2006

2389

1452

775

570

484

37

143

588

834

7274

2007

653

815

954

692

408

69

88

163

17

437

587

1352
Jumlah

Dari data diatas kemudian kita hitung rata-rata hujan 10 tahunan hasilnya
dicetak tebal dan dapat dilihat pada tabel 4.8
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

6235
6720,3

BAB IV PEMBAHASAN

44
Perpustakaan Unika

Tabel 4.8. Hujan rata-rata 10 tahunan (mm)


TAHUN

rata-rata hujan tahunan

1998

6671

1999

5864

2000

6672

2001

7096

2002

5272

2003

8047

2004

6916

2005

7156

2006

7274

2007

6235

Rata-rata 10 tahunan (Y)

6720,3

Setelah perhitungan rata-rata hujan 10 tahunan maka erosivitas hujan (R)


dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.10
4.1.2. Menentukan Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Setelah hasil Erosivitas hujan dihitung kemudian menentukan faktor
erodibilitas tanah (K) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9. Faktor Erodibilitas Tanah


No
1
2
3
4
5
6

Penggunaan Lahan
Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Perkebunan
Hutan

K
0,4
0,10
0,02
0,3
0,15
0,04

(Sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II 1986)

Tabel 4.10. Faktor K per bagian Sub DAS Beringin


Area

Penggunaan Lahan

1.

Pemukiman, kebun campuran, hutan

2.

Pemukiman, kebun campuran

3.

Pemukiman, kebun campuran, hutan

4.

Pemukiman, tegalan

5.

Pemukiman, tegalan

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

45
Perpustakaan Unika

Area

Penggunaan Lahan

6.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

7.

kebun campuran, tegalan, hutan

8.

Kebun campuran

9.

Pemukiman, kebun campuran

10.

Pemukiman, kebun campuran, hutan

11.

Pemukiman, kebun campuran

12.

Pemukiman, kebun campuran, sawah, tegalan, hutan

13.

Pemukiman, kebun campuran

14.

Pemukiman, kebun campuran

15.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

16.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

17.

Kebun campuran, tegalan, hutan

18.

Pemukiman, kebun campuran, sawah, tegalan, hutan

19.

Kebun campuran, tegalan, hutan

20.

Kebun campuran, tegalan, hutan

21.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, perkebunan, hutan

22.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, perkebunan

23.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

24

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, perkebunan, hutan

4.1.3 Menentukan Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)


Dalam menentukan faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS) data yang
digunakan adalah peta topografi DAS Beringin yaitu dengan mengetahui peil atau
ketinggian tertinggi dan terendah pada suatu wilayah dan kemudian menentukan
jaraknya dengan menghubungkan kedua peil atau ketinggian tertinggi dan
terendah tersebut, dimana hasil/faktor LS dapat diketahiu melalui tabel 4.12, yaitu
seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.11. Faktor LS Berdasarkan Kemiringan Lereng
No
1
2
3
4
5

Kemiringan Lereng (%)


0-5
5 15
15 35
35 50
> 50

Faktor LS
0,25
1,20
4,25
7,50
12,00

Sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II 1986

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

46
Perpustakaan Unika

Tabel 4.12. Faktor LS per sub DAS Beringin


area
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Faktor LS ( % )
3,830
7,681
9,880
13,188
2,455
8,644
6,612
2,812
3,147
2,837
7,545
4,750

area
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24

Faktor LS ( % )
14,126
13,971
11,363
18,463
8,851
9,429
6,768
7,462
7,121
2,613
11,664
2,304

Dari tabel diatas, perhitungan faktor LS diperoleh dari perhitungan,


dimana titik tertinggi per daerah sub Catchment di kurangi titik terendah di bagi
dengan jarak kemudian di kalikan 100 %. Sehingga didapatkan faktor LS tiap
bagian sub catchment.

4.1.4 Menentukan Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah (CP)


Dalam menentukan Faktor Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Tanah
(CP) yaitu dengan tata guna lahan yang didapat dari pengambilan gambar dari
foto satelit, dan ditimbang terhadap luas tiap medannya, sehingga kriteria
penggunaan lahan dan besarnya nilai CP dapat dilihat dalam tabel 4.13 :
Tabel 4.13. Faktor Penggunaan Lahan dan Pengolahan Tanah (CP)
No
1
2
3
4
5
6

Penggunaan Lahan
Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Pekebunan
Hutan

Faktor CP
0,60
0,30
0,05
0,75
0,40
0,03

Sumber: RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II, 1986

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

47
Perpustakaan Unika

Tabel 4.14. Faktor CP per bagian Sub DAS Beringin


Area

Penggunaan Lahan

1.

Pemukiman, kebun campuran, hutan

2.

Pemukiman, kebun campuran

3.

Pemukiman, kebun campuran, hutan

4.

Pemukiman, tegalan

5.

Pemukiman, tegalan

6.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

7.

kebun campuran, tegalan, hutan

8.

Kebun campuran

9.

Pemukiman, kebun campuran

10.

Pemukiman, kebun campuran, hutan

11.

Pemukiman, kebun campuran

12.

Pemukiman, kebun campuran, sawah, tegalan, hutan

13.

Pemukiman, kebun campuran

14.

Pemukiman, kebun campuran

15.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

16.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

17.

Kebun campuran, tegalan, hutan

18.

Pemukiman, kebun campuran, sawah, tegalan, hutan

19.

Kebun campuran, tegalan, hutan

20.

Kebun campuran, tegalan, hutan

21.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, perkebunan, hutan

22.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, perkebunan

23.

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, hutan

24

Pemukiman, kebun campuran, tegalan, perkebunan, hutan

4.2. Analisa Perhitungan Laju Erosi


4.2.1 Menghitung Erosi dengan USLE
Laju Erosi dapat dihitung dengan menggunakan rumus USLE. Persamaan USLE
dapat dilihat pada persamaan 2.4.
SUB KAWASAN 1
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

48
Perpustakaan Unika

= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm


= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 264 m
Titik terendah = + 212 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 264 212


=
x100% = 3,83%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.6)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.9)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th
Kebun campuran
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 264 m
Titik terendah = + 212 m
Jarak

= 1357,5618 m

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

49
Perpustakaan Unika

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 264 212


=
x100% = 3,83%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.6)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.9)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th
Hutan
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 264 m
Titik terendah = + 212 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 264 212


=
x100% = 3,83%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.6)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.9)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 0,25 x 0,03
Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

50
Perpustakaan Unika

= 0,59741 Ton/Ha/th
Untuk keseluruhan perhitungan sub kawasan penggunaan lahan pada DAS
Beringin dapat di lihat pada lampiran 1.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

51
Perpustakaan Unika

Tabel 4.15. Perhitungan Laju Erosi Total DAS Beringin


LS

K
area

B1

B2

B3

B4

B5

B6

B7

B8
B9

B10

B11

B12

faktor
LS
(%)

CP
Penggunaan
lahan

0,6

pemukiman

119,48390

0,3

kebun campuran

14,93549

0,03

hutan

0,597419

0,6

pemukiman

573,5227

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,4

pemukiman

0,6

pemukiman

573,5227

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,04

hutan

0,03

hutan

2,867614

0,4

pemukiman

0,6

pemukiman

573,5227

0,3

tegalan

0,75

tegalan

537,6775

0,4

pemukiman

0,6

pemukiman

119,4839

0,3

tegalan

0,75

tegalan

112,0162

0,4

pemukiman

0,6

pemukiman

573,5227

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,3

tegalan

0,75

tegalan

537,67750

0,04

hutan

0,03

hutan

2,867614

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,75

tegalan

537,6775

0,03

hutan

2,867614

0,3

kebun campuran

14,93549

0,6

pemukiman

119,4839

0,3

kebun campuran

14,93549

0,6

pemukiman

119,4839

0,3

kebun campuran

14,93549

0,03

hutan

0,597419

0,6

pemukiman

573,52270

penggunaan
lahan

0,4

pemukiman

0,1

kebun campuran

0,04

hutan

0,4

pemukiman

0,1

0,3

tegalan

0,04

hutan

0,1

kebun campuran

0,4

pemukiman

0,1

kebun campuran

0,4

pemukiman

3,830

7,681

9,880

13,188

2,455

8,644

6,612

kemiringan
Lereng

A
(ton/ha/thn)

faktor
CP

faktor
K

0,25

1,2

1,2

1,2

0,25

1,2

1,2

2,812

0,25

3,147

0,25

2,837

0,25

0,1

kebun campuran

0,04

hutan

0,4

pemukiman

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,4

pemukiman

0,6

pemukiman

119,48390

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

14,93549

0,02

sawah

0,05

sawah

0,49785

0,3

tegalan

0,75

tegalan

112,01620

0,04

hutan

0,03

hutan

0,59741

7,545

4,750

1,2

0,25

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

52
Perpustakaan Unika

Tabel 4.15. Perhitungan Laju Erosi Total DAS Beringin ( lanjutan )


LS

K
area

B13
B14

B15

B16

B17

B18

B19

B20

B21

B22

CP

faktor
LS
(%)

kemiringan
Lereng

14,126

1,2

A
(ton/ha/thn)

faktor
CP

Penggunaan
lahan

0,6

Pemukiman

573,52270

0,3

kebun campuran

71,69034

0,6

Pemukiman

573,5227

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,4

pemukiman

0,6

Pemukiman

573,5227

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,3

tegalan

0,75

Tegalan

537,6775

0,04

hutan

0,03

Hutan

2,867614

0,4

pemukiman

0,6

Pemukiman

2031,226

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

253,9033

0,3

tegalan

0,75

Tegalan

1904,275

0,04

hutan

0,03

Hutan

10,15613

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,75

Tegalan

537,6775

faktor
K

penggunaan
lahan

0,4

pemukiman

0,1

kebun campuran

0,4

pemukiman

0,1

13,971

11,363

18,463

8,851

1,2

1,2

4,25

1,2

0,3

tegalan

0,04

hutan

0,03

Hutan

2,867614

0,4

pemukiman

0,6

Pemukiman

573,5227

0,1

kebun campuran

0,02

sawah

0,3

kebun campuran

71,69034

0,05

Sawah

2,389678

0,3

tegalan

0,75

Tegalan

537,6775

0,04

hutan

0,03

Hutan

2,867614

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,3

tegalan

0,75

Tegalan

537,6775

0,04

hutan

0,03

Hutan

2,867614

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,3

tegalan

0,75

Tegalan

537,6775

0,04

hutan

0,03

Hutan

2,867614

0,4

pemukiman

0,6

Pemukiman

573,5227

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

71,69034

0,3

tegalan

0,75

Tegalan

537,6775

0,15

perkebunan

0,4

Perkebunan

143,3807

0,04

hutan

0,03

Hutan

2,867614

0,4

pemukiman

0,6

Pemukiman

119,4839

0,1

kebun campuran

0,3

kebun campuran

14,93549

0,3

tegalan

0,75

Tegalan

112,0162

0,15

perkebunan

0,4

Perkebunan

29,87097

9,429

6,768

7,462

7,121

2,613

1,2

1,2

1,2

1,2

0,25

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

53
Perpustakaan Unika

Tabel 4.15. Perhitungan Laju Erosi Total DAS Beringin ( lanjutan )


LS

K
area

B23

B24

faktor
K

penggunaan
lahan

0,4

pemukiman

0,1
0,3

kebun campuran
tegalan

0,04
0,4
0,1
0,3
0,15

hutan
pemukiman
kebun campuran
tegalan
perkebunan

0,04

hutan

faktor
LS
(%)

11,664

2,304

CP

kemiringan
Lereng

1,2

0,25

A
(ton/ha/thn)

faktor
CP

Penggunaan
lahan

0,6

pemukiman

573,5227

0,3
0,75

Kebun campuran
tegalan

71,69034
537,67750

0,03
0,6
0,3
0,75
0,4

hutan
pemukiman
kebun campuran
tegalan
perkebunan

2,867614
119,48390
14,93549
112,01620
29,87097

0,03

hutan

0,597419

Setelah perhitungan sub kawasan-kawasan penggunaan lahan pada DAS


Beringin, dapat dihitung jumlah erosi total ( A ). Pada penggunaan lahan DAS
Beringin, jumlah erosi total yang terjadi diperoleh dari perhitungan 24 Catchment

Area. Perhitungan jumlah erosi total di dapat dengan menjumlahkan laju erosi
tiap-tiap penggunaan lahan dari area 1 sampai area 24, perhitungan Laju Erosi
total dapat kita lihat dalam tabel 4.16 berikut:
Tabel 4.16 Laju Erosi total ( A) pada DAS Beringin
Penggunaan Lahan
pemukiman
kebun campuran
sawah
tegalan
perkebunan
hutan
A total

A (Ton/Ha/th)
9176,36337
1362,11644
2,88753
7729,11465
203,12263
41,22194
18514,82655

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

54
Perpustakaan Unika

Tabel 4.17 Jumlah Erosi Per sub-catchment


Area

Jumlah Erosi

Kelas

Kriteria

1.

135,01680

Sedang

Baik

2.

645,21305

Tinggi

Jelek

3.

648,08066

Tinggi

Jelek

4.

1111,20025

Sangat tinggi

Sangat jelek

5.

231,50005

Sedang

Sedang

6.

1185,75820

Sangat tinggi

Sangat jelek

7.

612,23549

Tinggi

Jelek

8.

14,93549

Sangat rendah

Sanagt baik

9.

134,41939

Sedang

Sedang

10.

135,01680

Sedang

Sedang

11.

645,21305

Tinggi

Jelek

12.

247,53081

Sedang

Sedang

13.

645,21305

Tinggi

Jelek

14.

645,21305

Tinggi

Jelek

15.

1185,75820

Sangat tinggi

Sangat jelek

16.

4199,56030

Sangat tinggi

Sangat jelek

17.

612,23549

Tinggi

Jelek

18.

1188,14788

Sangat tinggi

Sangat jelek

19.

612,2354934

Tinggi

Jelek

20.

612,2354934

Tinggi

Jelek

21.

1329,138881

Sangat tinggi

Sangat jelek

22.

276,3065141

Tinggi

Jelek

23.

1185,758204

Sangat tinggi

Sangat jelek

24.

276,9039336

tinggi

jelek

Setelah didapat besarnya Laju Erosi Total ( A ) pada DAS Beringin, berikut
disajikan tabel 4.17 yaitu tabel prosentase lahan

DAS Beringin. Data ini

digunakan untuk menghitung besarnya Laju Erosi Total ( A ) berdasarkan


prosentase lahan yang dapat dilihat pada tabel 4.19.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

55
Perpustakaan Unika

Tabel 4.18 Prosentase Penggunaan Lahan DAS Beringin


Penggunaan Lahan
Prosentase (%)
Pemukiman
17,745
Kebun Campuran
14,365
Sawah
16,524
Tegalan
10,586
Perkebunan
9,259
Hutan
18,945
Sungai
12,576
Jumlah
100
Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kota semarang

Tabel 4.19
Laju Erosi total ( A) berdasar prosentase pada DAS Beringin
Penggunaan Lahan

A x Prosentase lahan

Pemukiman
Kebun Campuran
Sawah
Tegalan
Perkebunan
Hutan
A total

Ton/Ha/th
1628,34568
195,66803
0,47714
818,20408
18,80712
7,80950
2669,31154

Dari tabel diatas didapatkan nilai Laju Erosi Total ( A ) berdasarkan prosentase
lahan pada DAS Beringin sebesar 2669,31154 Ton/Ha/mm. Untuk mengetahui
kriteria Erosi pada DAS Beringin, dibawah disajikan tabel 4.19 tentang kriteria
Erosi
Tabel 4.20 Kriteria Erosi
No
Erosi (ton/Ha/th)
Kelas
Kriteria
1
0 - 20
I. Sangat rendah
Sangat baik
2
20 - 50
II. Rendah
Baik
3
50 - 250
III. Sedang
Sedang
4
250 - 1000
IV. Tinggi
Jelek
5
> 1000
V. Sangat tinggi
Sangat Jelek
Sumber : RLKT (Rehabilitasi Lahan & Konservasi Tanah), Buku II, 1986

Sesuai dengan hasil Laju Erosi yang didapat pada DAS Beringin tahun
1998 - 2007 yang besarnya 2669,31154 Ton/Ha/th. Maka dari tabel 4.20 tentang

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

BAB IV PEMBAHASAN

56
Perpustakaan Unika

kriteria Erosi didapatkan klasifikasi Laju Erosi yang terjadi pada DAS Beringin
termasuk dalam kelas V yaitu kelas sangat tinggi dan kriteria yang sangat jelek.

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Perpustakaan Unika

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari laporan Tugas Akhir dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan Metode USLE pada
DAS Beringin, didapatkan laju erosi sebesar 2669,31154 Ton/Ha/th.
2. Berdasarkan hasil penelitian kriteria erosi pada DAS Beringin sangat jelek,
dan termasuk dalam kelas V yaitu sangat tinggi

5.2. Saran
Peningkatan laju erosi yang terus menerus akan menyebabkan
sedimentasi pada sungai yang mengakibatkan pendangkalan sungai, sehingga
menghambat laju erosi sungai. Pada penelitian ini, erosi yang cukup besar
berasal dari pemukiman dan tegalan, sesuai dengan rumus USLE Langkah
yang diambil untuk mengurangi tingkat erosi yaitu dengan melakukan
penanaman kembali / reboisasi pada hutan karena penebangan pohon oleh
masyarakat sekitar untuk pemukiman karena dapat mempengaruhi faktor
erodibilitas tanah ( K ). Selain itu tanah dan tegalan yang terjal / landai perlu
dibuat terasering dengan tanaman tanaman penutup lahan yang mempunyai
akar yang dapat menyerap banyak air untuk mengurangi / menekan laju erosi
yang tinggi, hal ini akan berpengaruh pada faktor kemiringan lereng ( LS ).

Analisa Laju Erosi DAS Beringin dengan Metode USLE

57

Perpustakaan Unika

Luas Area per Catchment pada DAS BERINGIN


Area
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Luas Area ( km 2 )
4,32
1,84
0,98
1,58
1,45
1,99
1,51
3,71
2,03
0,98
1,1
0,62
0,31
0,96
1,09
0,24
1,09
0,74
0,37
0,62
0,53
0,84
1,07
0,9

Perpustakaan Unika

Kemiringan Lereng dan Jarak


area

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

titik
Tertinggi
(m)
264
226
206
196
92
130
88
236
226
192
194
174
186
156
158
146
66
78
106
106
78
44
74
46

titik
Terendah
(m)
212
169
126
90
56
38
16
168
174
164
126
132
94
82
82
82
12
12
28
12
8
12
6
6

jarak
Faktor LS
1357.6
742.06
809.75
803.77
1466.5
1064.4
1088.9
2417.8
1652.2
986.95
901.3
884.21
651.3
529.65
668.83
346.63
610.12
699.95
1152.6
1259.7
983.04
1224.5
583.01
1735.8

3.830
7.681
9.880
13.188
2.455
8.644
6.612
2.812
3.147
2.837
7.545
4.750
14.126
13.971
11.363
18.463
8.851
9.429
6.768
7.462
7.121
2.613
11.664
2.304

Perpustakaan Unika

SUB KAWASAN 1
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 264 m
Titik terendah = + 212 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 264 212


=
x100% = 3,83%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th
Kebun campuran
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi = + 264 m


Titik terendah = + 212 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 264 212


=
x100% = 3,83%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th
Hutan
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 264 m
Titik terendah = + 212 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 264 212


=
x100% = 3,83%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)

Perpustakaan Unika

CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)


Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 0,25 x 0,03
= 0,59741 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 2
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 226 m
Titik terendah = + 169 m
Jarak

= 742,0643 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 226 169


=
x100% = 7.68%
jarak
742,0643

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

Kebun campuran
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 226 m
Titik terendah = + 169 m
Jarak

= 742,0643 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 226 169


=
x100% = 7.68%
jarak
742,0643

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 3
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)

Perpustakaan Unika

LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 206 m
Titik terendah = + 126 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 206 126


=
x100% = 5,89%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th
Kebun campuran
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 206 m
Titik terendah = + 126 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 206 126


=
x100% = 5,89%
jarak
1357,5618

Perpustakaan Unika

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Hutan
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 206 m
Titik terendah = + 126 m
Jarak

= 1357,5618 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 206 126


=
x100% = 5,89%
jarak
1357,5618

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

SUB KAWASAN 4
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 196 m
Titik terendah = + 90 m
Jarak

= 803,7659 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 196 90


=
x100% = 13,18%
jarak
803,7659

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th
Tegalan
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi = + 196 m


Titik terendah = + 90 m
Jarak

= 803,7659 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 196 90


=
x100% = 13,18%
jarak
803,7659

Faktor LS = 1,20.............................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75........................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 5
Pemukiman
R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)
= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 92 m
Titik terendah = + 56 m
Jarak

= 1466,5450 m

Kemiringan lereng (%)

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi titik terendah


92 56
=
x100% = 2.46%
jarak
1466,5450

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 92 m
Titik terendah = + 56 m
Jarak

= 1466,5450 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


92 56
=
x100% = 2.46%
jarak
1466,5450

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 0,25 x 0,75
= 112,01615 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

SUB KAWASAN 6
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 130 m
Titik terendah = + 38 m
Jarak

= 1064,3524 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 130 38


=
x100% = 8,64%
jarak
1064,3524

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi = + 130 m


Titik terendah = + 38 m
Jarak

= 1064,3524 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 130 38


=
x100% = 8,64%
jarak
1064,3524

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 130 m
Titik terendah = + 38 m
Jarak

= 1064,3524 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 130 38


=
x100% = 8,64%
jarak
1064,3524

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)

Perpustakaan Unika

CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)


Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 130 m
Titik terendah = + 38 m
Jarak

= 1064,3524 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 130 38


=
x100% = 8,64%
jarak
1064,3524

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

SUB KAWASAN 7
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 88 m
Titik terendah = + 16 m
Jarak

= 1088,9308 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


88 16
=
x100% = 6,61%
jarak
1088,9308

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi = + 88 m
Titik terendah = + 16 m
Jarak

= 1088,9308 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


88 16
=
x100% = 6,61%
jarak
1088,9308

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 88 m
Titik terendah = + 16 m
Jarak

= 1088,9308 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


88 16
=
x100% = 6,61%
jarak
1088,9308

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)

Perpustakaan Unika

CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)


Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 8
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 236 m
Titik terendah = + 168 m
Jarak

= 2417,8323 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 236 168


=
x100% = 2,81%
jarak
2417,8323

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

SUB KAWASAN 9
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 226 m
Titik terendah = + 174 m
Jarak

= 1652,2375 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 226 174


=
x100% = 3,15%
jarak
1652,2375

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi = + 226 m


Titik terendah = + 174 m
Jarak

= 1652,2375 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 226 174


=
x100% = 3,15%
jarak
1652,2375

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 10
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 192 m
Titik terendah = + 164 m
Jarak

= 986,9465 m

Kemiringan lereng (%)

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi titik terendah 192 164


=
x100% = 2,83%
jarak
986,9486

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 192 m
Titik terendah = + 164 m
Jarak

= 986,9465 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 192 164


=
x100% = 2,83%
jarak
986,9486

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 192 m
Titik terendah = + 164 m
Jarak

= 986,9465 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 192 164


=
x100% = 2,83%
jarak
986,9486

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 0,25 x 0,03
= 0,59741 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 11
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)

Perpustakaan Unika

LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 194 m
Titik terendah = + 126 m
Jarak

= 901,3044 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 194 126


=
x100% = 7,54%
jarak
901,3044

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 194 m
Titik terendah = + 126 m
Jarak

= 901,3044 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 194 126


=
x100% = 7,54%
jarak
901,3044

Perpustakaan Unika

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 12
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 174 m
Titik terendah = + 132 m
Jarak

= 884,2130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 174 132


=
x100% = 4,75%
jarak
884,2130

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 174 m
Titik terendah = + 132 m
Jarak

= 884,2130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 174 132


=
x100% = 4,75%
jarak
884,2130

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 174 m

Perpustakaan Unika

Titik terendah = + 132 m


Jarak

= 884,2130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 174 132


=
x100% = 4,75%
jarak
884,2130

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 0,25 x 0,03
= 0,59741 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 174 m
Titik terendah = + 132 m
Jarak

= 884,2130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 174 132


=
x100% = 4,75%
jarak
884,2130

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)

Perpustakaan Unika

Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP


= 1991,3983 N/h x 0,3 x 0,25 x 0,75
= 112,01615 Ton/Ha/th
Sawah

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,02.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 174 m
Titik terendah = + 132 m
Jarak

= 884,2130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 174 132


=
x100% = 4,75%
jarak
884,2130

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,05...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,02 x 0,25 x 0,05
= 0,49785 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 13
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)

Perpustakaan Unika

= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm


= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 186 m
Titik terendah = + 94 m
Jarak

= 651,3003 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 186 94


=
x100% = 14.1%
jarak
651,3003

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 186 m
Titik terendah = + 94 m
Jarak

= 651,3003 m

Perpustakaan Unika

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 186 94


=
x100% = 14.1%
jarak
651,3003

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 14
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 156 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 529,6518 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 156 82


=
x100% = 13,9%
jarak
529,6518

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)

Perpustakaan Unika

Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP


= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 156 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 529,6518 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 156 82


=
x100% = 13,9%
jarak
529,6518

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 15
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)

Perpustakaan Unika

= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm


= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 158 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 668,8343 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 158 82


=
x100% = 11,4%
jarak
668,8343

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 158 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 668,8343 m

Perpustakaan Unika

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 158 82


=
x100% = 11,4%
jarak
668,8343

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 158 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 668,8343 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 158 82


=
x100% = 11,4%
jarak
668,8343

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03

Perpustakaan Unika

= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 158 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 668,8343 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 158 82


=
x100% = 11,4%
jarak
668,8343

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 16
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h

Perpustakaan Unika

K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)


LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 146 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 346,6346 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 146 82


=
x100% = 18,4%
jarak
346,6346

Faktor LS = 4,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 4,25 x 0,3
= 253,90328 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 146 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 346,6346 m

Kemiringan lereng (%)

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi titik terendah 146 82


=
x100% = 18,4%
jarak
346,6346

Faktor LS = 4,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 4,25 x 0,6
= 2031,22627 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 146 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 346,6346 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 146 82


=
x100% = 18,4%
jarak
346,6346

Faktor LS = 4,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 4,25 x 0,03
= 10,15613 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 146 m
Titik terendah = + 82 m
Jarak

= 346,6346 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah 146 82


=
x100% = 18,4%
jarak
346,6346

Faktor LS = 4,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 4,25 x 0,75
= 1904,27462 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 17
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)

Perpustakaan Unika

LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 66 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 610,1203 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


66 12
=
x100% = 8,85%
jarak
610,1203

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 66 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 610,1203 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


66 12
=
x100% = 8,85%
jarak
610,1203

Perpustakaan Unika

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 66 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 610,1203 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


66 12
=
x100% = 8,85%
jarak
610,1203

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

SUB KAWASAN 18
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 699,9499 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 12
=
x100% = 9,43%
jarak
699,9499

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi = + 78 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 699,9499 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 12
=
x100% = 9,43%
jarak
699,9499

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 699,9499 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 12
=
x100% = 9,43%
jarak
699,9499

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)

Perpustakaan Unika

CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)


Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 699,9499 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 12
=
x100% = 9,43%
jarak
699,9499

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th
Sawah

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm

Perpustakaan Unika

= 1991,3983 N/h
K = 0,02.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78 m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 699,9499 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 12
=
x100% = 9,43%
jarak
699,9499

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,05...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,02 x 1,20 x 0,05
= 2,38968 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 19
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 106 m
Titik terendah = + 28 m

Perpustakaan Unika

Jarak

= 1152,5646 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


106 28
=
x100% = 6,76%
jarak
1152,5646

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 106 m
Titik terendah = + 28 m
Jarak

= 1152,5646 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


106 28
=
x100% = 6,76%
jarak
1152,5646

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP

Perpustakaan Unika

= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03


= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 106 m
Titik terendah = + 28 m
Jarak

= 1152,5646 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


106 28
=
x100% = 6,76%
jarak
1152,5646

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 20
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm

Perpustakaan Unika

= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 106m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 1259,6888 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


106 12
=
x100% = 7,46%
jarak
1259,6888

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 106m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 1259,6888 m

Kemiringan lereng (%)

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi titik terendah


106 12
=
x100% = 7,46%
jarak
1259,6888

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 106m
Titik terendah = + 12 m
Jarak

= 1259,6888 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


106 12
=
x100% = 7,46%
jarak
1259,6888

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

SUB KAWASAN 21
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78m
Titik terendah = + 8m
Jarak

= 983,0382 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 8
=
x100% = 7,12%
jarak
983,0382

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi = + 78m


Titik terendah = + 8m
Jarak

= 983,0382 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 8
=
x100% = 7,12%
jarak
983,0382

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3................................................................................................lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78m
Titik terendah = + 8m
Jarak

= 983,0382 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 8
=
x100% = 7,12%
jarak
983,0382

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)

Perpustakaan Unika

CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)


Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78m
Titik terendah = + 8m
Jarak

= 983,0382 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 8
=
x100% = 7,12%
jarak
983,0382

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th
Perkebunan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm

Perpustakaan Unika

= 1991,3983 N/h
K = 0,15.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 78m
Titik terendah = + 8m
Jarak

= 983,0382 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


78 8
=
x100% = 7,12%
jarak
983,0382

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,4.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,15 x 1,20 x 0,4
= 143,38068 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 22
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 44m
Titik terendah = + 12m

Perpustakaan Unika

Jarak

= 1224,4704 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


44 12
=
x100% = 2,61%
jarak
1224,4704

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 44m
Titik terendah = + 12m
Jarak

= 1224,4704 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


44 12
=
x100% = 2,61%
jarak
1224,4704

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP

Perpustakaan Unika

= 1991,3983 N/h x 0,3 x 0,25 x 0,75


= 112,01615 Ton/Ha/th
Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 44m
Titik terendah = + 12m
Jarak

= 1224,4704 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


44 12
=
x100% = 2,61%
jarak
1224,4704

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th
Perkebunan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,15.............................................................................................(lihat tabel 4.9)

Perpustakaan Unika

LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 44m
Titik terendah = + 12m
Jarak

= 1224,4704 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


44 12
=
x100% = 2,61%
jarak
1224,4704

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,4.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,15 x 0,25 x 0,4
= 29,87097 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 23
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 74m
Titik terendah = + 6m
Jarak

= 583,0130 m

Kemiringan lereng (%)

Perpustakaan Unika

Titik tertinggi titik terendah


74 6
=
x100% = 11.66%
jarak
583,0130

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 1,20 x 0,3
= 71,69034 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 74m
Titik terendah = + 6m
Jarak

= 583,0130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


74 6
=
x100% = 11.66%
jarak
583,0130

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 1,20 x 0,75
= 537,677541 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 74m
Titik terendah = + 6m
Jarak

= 583,0130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


74 6
=
x100% = 11.66%
jarak
583,0130

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 1,20 x 0,6
= 573,52271 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 74m

Perpustakaan Unika

Titik terendah = + 6m
Jarak

= 583,0130 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


74 6
=
x100% = 11.66%
jarak
583,0130

Faktor LS = 1,20................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 1,20 x 0,03
= 2,86761 Ton/Ha/th

SUB KAWASAN 24
Kebun campuran

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,10.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 46m
Titik terendah = + 6m
Jarak

= 1735,7802 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


46 6
=
x100% = 2,30%
jarak
1735,7802

Perpustakaan Unika

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,3.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,10 x 0,25 x 0,3
= 14,93548 Ton/Ha/th
Tegalan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,3...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 46m
Titik terendah = + 6m
Jarak

= 1735,7802 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


46 6
=
x100% = 2,30%
jarak
1735,7802

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,75...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,3 x 0,25 x 0,75
= 112,01615 Ton/Ha/th

Perpustakaan Unika

Pemukiman

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,4...............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 46m
Titik terendah = + 6m
Jarak

= 1735,7802 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


46 6
=
x100% = 2,30%
jarak
1735,7802

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,6.............................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,4 x 0,25 x 0,6
= 119,48389 Ton/Ha/th
Hutan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,04.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 46m

Perpustakaan Unika

Titik terendah = + 6m
Jarak

= 1735,7802 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


46 6
=
x100% = 2,30%
jarak
1735,7802

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,03...........................................................................................(lihat tabel 2.6)
Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP
= 1991,3983 N/h x 0,04 x 0,25 x 0,03
= 0,59741 Ton/Ha/th
Perkebunan

R = 237,4 + 2,61 x (curah hujan rata-rata tahunan)


= 237,4 + 2,61 x 672,03 cm
= 1991,3983 N/h
K = 0,15.............................................................................................(lihat tabel 4.9)
LS (Kemiringan Lereng %) :
Titik tertinggi = + 46m
Titik terendah = + 6m
Jarak

= 1735,7802 m

Kemiringan lereng (%)


=

Titik tertinggi titik terendah


46 6
=
x100% = 2,30%
jarak
1735,7802

Faktor LS = 0,25................................................................................(lihat tabel 2.5)


CP = 0,4.............................................................................................(lihat tabel 2.6)

Perpustakaan Unika

Laju Erosi (A) = R x K x LS x CP


= 1991,3983 N/h x 0,15 x 0,25 x 0,4
= 29,87097 Ton/Ha/th

Anda mungkin juga menyukai