Anda di halaman 1dari 82

BAHAN WORKSHOP

PPST AHSP
KELOMPOK KERJA BENDUNG

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS
BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL






Konsep

Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume II : Bendung
Bagian 2 : Pekerjaan Detail Desain














ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR
RPT0
SDA

i
DAFTAR ISI


DAFTAR ISI .................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR..................................................................................................... iii

PENDAHULUAN........................................................................................................... iv

1. RUANG LINGKUP ............................................................................................... 1

2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1

3. ISTILAH DAN DEFINISI....................................................................................... 2

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN................................................................... 4
4.1. Penyediaan Data dan Fasilitas Penunjang.......................................................... 4
4.2. Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung.................................................................. 4
4.3. Persyaratan Pelaksanaan.................................................................................... 4

5. PELAKSANAAN PEKERJ AAN............................................................................ 5
5.1. Pengumpulan Data Sekunder.............................................................................. 5
5.2. Survey.................................................................................................................. 6
5.3. Investigasi Sungai................................................................................................ 7
5.4. Penyelidikan Geoteknik Lapangan...................................................................... 7
5.5. Uji Laboratorium................................................................................................... 8
5.6. Analisis Hidrologi ................................................................................................. 8
5.7. Analisis Laju Transport Sedimen......................................................................... 9
5.8. Perencanaan Bendung........................................................................................ 9
5.9. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) ............................................................... 9
5.10. Analisis Kelayakan Ekonomi................................................................................ 10
5.11. Nota Desain......................................................................................................... 10
5.12. Penggambaran.................................................................................................... 10
5.13. Perhitungan BOQ................................................................................................. 10
5.14. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya............................................................... 10
5.15. Penyusunan Dokumen Pelelangan...................................................................... 10
5.16. Pekerjaan Lain-lain.............................................................................................. 10
5.17. Pelaporan ............................................................................................................ 11
5.18. Tenaga Ahli.......................................................................................................... 13

6. PENGENDALIAN MUTU ..................................................................................... 13

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN.................................................................... 13
7.1. Pengukuran ......................................................................................................... 13
7.2. Dasar Pembayaran.............................................................................................. 13

BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 15

Lampiran A Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Detail Desain Bendung
serta Produk yang dihasilkan............................................................. 16

Lampiran B.1 Contoh Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Detail Desain Bendung.... 17

Lampiran B.2 Kriteria Desain Bangunan Bendung................................................... 29

ii
Lampiran C1 Contoh Perhitungan Desain Bendung di Sungai (......) ...................... 68

Lampiran C2 Contoh Perhitungan Ukuran Pintu Kayu dan Stang Pintu.................. 76




iii
KATA PENGANTAR


Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik
pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja
Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada
dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil,
Departemen Pekerjaan Umum.

Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus
Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang
kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses
pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum.

Pelaksanaan pembahasan untuk masing-masing tingkatan harus dihadiri oleh anggota
panitia, nara sumber, konseptor dan tim editor dari perumusan pedoman ini. Komposisi
anggota panitia dan nara sumber harus memperhatikan keterwakilan para pemangku
kepentingan yaitu antara lain : pemerintah, pakar, konsumen dan produsen dengan
komposisi yang seimbang satu sama lain.
iv

PENDAHULUAN


Berdasarkan Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa
pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan
norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat
ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu
pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan
dibangun.

Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari
survey, investigasi dan desain dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman
pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif.

Pedoman ini mencakup kegiatan pengumpulan data sekunder (topografi, geologi
permukaan, hidrologi), data primer (pengukuran topografi dan pemetaan, survey hidrometri,
sampling sedimen dan penyelidikan geoteknik), analisis hidrologi, analisis hidrolika, desain
hidraulik, perhitungan volume pekerjaan sebagai acuan dalam penyusunan rencana
anggaran biaya, analisis ekonomi, analisis dampak lingkungan serta penyusunan dokumen
tender yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan pembangunan bendung.

Kajian pada pedoman ini meliputi bangunan utama dan bangunan penunjang pada
Bangunan Bendung yang berfungsi untuk irigasi. Adapun ruang lingkup desain bangunan
pada bendung adalah sebagai berikut :
1) Lokasi tubuh bendung
2) Tubuh bendung (tetap dan gerak)
3) Intake
4) Bangunan peredam energi
5) Bangunan pembilas
6) Tembok sayap, tembok pangkal dan pengarah arus
7) Bangunan penahan batu
8) Lantai hulu dan hilir
9) Kantong lumpur
10) Peilschale
11) J embatan inspeksi















RPT0-Pd T-xx-xxxx
1 dari 77
Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis
Volume II : Bendung
Bagian 2 : Pekerjaan Detail Desain


1. RUANG LINGKUP
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk kegiatan detail desain bendung
dalam pekerjaan pembangunan bendung.
Pedoman ini dapat digunakan untuk kegiatan detail desain pengembangan baru, perbaikan
dan up-grading.
Pedoman ini mencakup kegiatan pengumpulan data sekunder yang berupa peta topografi,
peta geologi regional, data hidrologi (curah hujan dan peta pos stasiun curah hujan), data
kilmatologi (temperatur, kelembaban relatif, lama penyinaran dan kecepatan angin) dan data
primer yang didapat dari hasil survey dan investigasi (pengukuran topografi dan pemetaan,
penyelidikan geoteknik, survey hidrometri), analisis hidrologi, desain hidraulik, analisis
konstruksi, gambar desain, perhitungan volume pekerjaan untuk menghitung rencana
anggaran biaya.

2. ACUAN NORMATIF
Undang-undang (UU) :
- UU No. 7 Tahun 2004 : Undang-Undang tentang Sumber Daya Air
Keputusan Menteri (KEPMEN) :
- KEPMEN KIMPRASWIL No. 257/PTS/M/2004 : Tata Cara Pembuatan Dokumen
Pelelangan (Dokumen Tender)
- KEPMEN KLH No. 17 Tahun 2001 : J enis Rencana usaha dan/atau Kegiatan
wajib dilengkapi dengan Analisa
Menegenai Dampak Lingkungan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
- SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di
Sungai
- SNI 03-2401-1991 : Tata Perencanaan umum Bendung
- SNI 03-2415-1991 : Metode Perhitungan Debit Banjir
- SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka dengan Alat
Ukur Arus Tipe Baling-Baling
- SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka Dengan
Pelampung Permukaan
- SNI 03-2822-1992 : Metode Pembuatan Lengkung Debit dan Tabel Sungai/Saluran
dengan Analisis Grafis
- SNI 03-2830-1992 : Metode Perhitungan Tinggi Muka Air dengan Cara Pias
berdasarkan Rumus Manning
- SNI 03-3444-1994 : Tata Cara Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai Tampang Ganda
dengan Cara Pias Berdasarkan Rumus Manning
- SNI 03-3961-1995 : Metode Pengujian Kadar Sedimen Layang Secara Gravimetri
dengan Pengendapan
- SNI 03-3962-1995 : Metode Pengujian Distribusi Butir Sedimen Layang Secara
Gravimetri dengan Ayakan

Rancangan Standar Nasional (RSNI) :
- RSNI T-04-2002 : Tata Cara Desain Hidarulik Tubuh Bendung Tetap dengan Peredam
Energi Tipe MDO dan MDS
RPT0-Pd T-xx-xxxx
2 dari 77
Pedoman Teknis :
- Pd. T-01-2003-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bangunan Pengambil pada Bendung
Tyrol
- Pd. T-01-2004-A : Perencanaan Hidraulik Bendung dan Pelimpah Bendungan Tipe
Gergaji
- Pd. T-09-2004-A : Perencanaan Bendung Karet Isi Udara
- Pd. T-02-2005-A : Analisis Daya Dukung Tanah Fondasi Dangkal Bangunan Air
Rancangan Pedoman Teknis :
- Pd T-xx-200x-A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
- Pd T-xx-200x-A : Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyelidikan Geoteknik
- Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Perencanaan Bendung Cerucuk
- Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Perencanaan Bendung Bronjong
- Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap
- Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Bendung Gerak

3. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Bangunan Utama adalah semua bangunan yang dibangun di sungai dan di
sepanjang sungai atau aliran air termasuk bendungan, untuk membelokkan air ke
dalam jaringan irigasi agar dapat digunakan untuk keperluan irigasi. Biasanya
dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen
berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur debit air yang masuk.
3.1.1. Bendung adalah bangunan pelimpah melintang sungai, yang berfungsi untuk
meninggikan muka air minimum pada bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi.
3.1.2. Bendung gerak adalah bangunan berpintu yang dibuka selama aliran besar dengan
masalah yang terjadi selama banjir tidak besar. Bendung gerak dapat digunakan
untuk mengatur muka air di depan pengambilan agar air yang masuk tetap sesuai
dengan kebutuhan irigasi.
3.1.3. Bendung tipe gergaji adalah bendung tetap dengan tata letak mercu pelimpah
menyerupai gigi gergaji guna diperoleh lebar efektif pelimpah yang lebih panjang
3.1.4. Bendung saringan bawah (tyroll) adalah bendung dengan pengambilan pada dasar
sungai, dilengkapi dengan beberapa tipe saringan, contoh : bendung tyroller
3.1.5. Lebar efektif bendung adalah panjang mercu bendung bruto dikurangi dengan lebar
pilar dan pintu pembilas
3.1.6. Mercu adalah bagian atas dari pelimpah atau tanggul.
3.1.7. Ogee adalah salah satu tipe mercu bendung yang permukaannya mengikuti
persamaan tertentu, hasil percobaan USCE.
3.1.8. Pangkal bendung adalah kepala bendung, abutment.
3.2. Bangunan pelengkap adalah bangunan-bangunan yang akan ditambahkan pada
bangunan utama untuk keperluan pengukuran debit dan muka air sungai,
pengoperasian pintu, peralatan komunikasi, jembatan di atas bendung, atau instalasi
air tenaga mikro/mini.
3.2.1. Bangunan pembilas (penguras) adalah bangunan pada tubuh bendung tepat di hilir
pengambilan, guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan
RPT0-Pd T-xx-xxxx
3 dari 77
saluran irigasi (bisa juga berupa pembilas bawah/undersluice, shunt undersluice,
atau pembilas bawah tipe boks)
3.2.2. Bangunan pengaman adalah bangunan untuk mencegah kerusakan konstruksi,
misalnya: bangunan pelimpah samping, pembuang silang, dan sebagainya.
3.2.3. Bangunan pengambilan (intake) adalah bangunan berupa pintu yang digunakan
untuk membelokkan air irigasi dari sungai agar sesuai dengan debit rencana dan
pengelakan sedimen.
3.2.4. Bangunan penahan batu suatu bangunan yang ditempatkan di hulu bangunan
pembilas bendung yang berfungsi sebagai alat untuk mencegah batu-batu dengan
diameter tertentu yang akan masuk ke intake dan untuk menyimpangkan batu-batu
dengan diameter tertentu yang menuju bangunan bilas.
3.2.5. Bangunan peredam energi adalah struktur dari bangunan di hilir tubuh bendung
yang terdiri dari berbagai tipe, bentu dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok
pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu.
3.2.6. Rip-rap adalah susunan bongkahan batu alam atau blok-blok beton buatan dengan
ukuran dan volume tertentu yang digunakan antara lain sebagai tambahan peredam
energi di hilir bendung dan berfungsi sebagai lapisan perisai untuk mengurangi
kedalaman penggerusan setempat dan untuk melindungi tanah dasar di hilir peredam
energi
3.3. Data geologi teknik/mekanika tanah adalah kondisi bahan lapisan pondasi, bahan
konstruksi, sumber bahan timbunan, batu untuk pasangan batu kosong, agregat ntuk
beton, batu belah untuk pasangan batu, dan parameter tanah yang harus digunakan
bagi keperluan perencanaan.
3.4. Data topografi adalah data yang berupa peta yang meliputi seluruh daerah aliran
sungai, peta situasi letak bangunan, gambar-gambar potongan memanjang dan
melintang sungai baik di sebelah hilir maupun hulu dari kedudukan bangunan utama.
3.5. Debit rencana (design flood) adalah debit untuk perencanaan suatu bangunan atau
saluran air.
3.6. Desain hidraulik adalah tahapan kegiatan analisis terhadap hasil pradesain hidraulik
dengan atau tanpa bantuan uji model hidarulik untuk menentukan bentuk dan ukuran
yang tepat ditinjau dari segi hidarulik.
3.7. Desain struktur adalah tahapan kegiatan untuk melengkapi hasil desain hidraulik
agar didapat desain bangunan yang memenuhi persyaratan kekuatan dan kestabilan
serta dapat dilaksanakan.
3.8. Kedalaman konjugasi adalah hubungan antara tinggi kedalaman sebelum dan
sesudah loncatan air.
3.9. Pondasi dangkal adalah pondasi yang ditempatkan dengan kedalaman D di bawah
permukaan tanah yang kurang dari lebar minimum pondasi (B).
3.10. Tinggi energi adalah tinggi air di tambah tinggi tekanan dan tinggi kecepatan.
3.11. Tinggi jagaan minimum adalah tinggi jagaan yang ditetapkan minimum berdasarkan
besaran debit saluran.

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN
Ketentuan dan persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan detail desain bendung memuat :
4.1. Penyediaan Data dan Fasilitas Penunjang
1) Penyediaan oleh Pengguna J asa
RPT0-Pd T-xx-xxxx
4 dari 77
Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna J asa yang dapat digunakan dan akan
dipelihara oleh Penyedia J asa :
a) Laporan dan data yang akan diberikan kepada Penyedia J asa yaitu berbagai laporan
dan data yang tersedia dari hasil studi terdahulu
b) Akomodasi dan Ruangan Kantor (sesuai kesepakatan)
c) Pengguna jasa akan menunjuk petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai
pengawas atau pendamping (countepart), atau project officer (PO) dalam rangka
pelaksanaan jasa konsultansi
2) Penyediaan oleh Penyedia J asa
Penyedia J asa akan menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang
dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
a) Penyedia J asa memfasilitasi : peralatan, laboratorium dan bahan yang sesuai untuk
mencapai rencana mutu desain dan konstruksi.
b) Penyedia J asa harus memberikan hasil pekerjaan sesuai dengan rencana mutu
desain atau rencana mutu konstruksi. Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk
menjamin terpenuhinya persyaratan teknis yang telah ditetapkan. Penyedia J asa
menanggung biaya pekerjaan tambahan/pengulangan bila ternyata hasil
pekerjaannya tidak memenuhi persyaratan teknis menurut penilaian pihak Direksi
Pekerjaan atau Nara Sumber yang ditunjuk oleh Pengguna J asa.
4.2. Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Dalam pelaksanaan pekerjaan perlu melibatkan personil baik tenaga ahli maupun tenaga
pendukung dengan ketentuan dan persyaratan sebagai berikut :
1) Tenaga Ahli
Tenaga ahli termasuk asisten dan staf tenaga ahli yang diperlukan dalam rangka
penyelesaian pekerjaan harus berkompeten dibidangnya masing-masing dengan
menyerahkan kualifikasi/sertfikasi dan curriculum vitae/daftar riwayat hidup.
2) Tenaga Pendukung
Tenaga pendukung sifatnya mendukung tenaga ahli dalam penyelesaian pekerjaan baik
dalam segi teknis, urusan administrasi serta kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
4.3. Persyaratan Pelaksanaan
Dalam hal persyaratan pelaksanaan pekerjaan, Penyedia J asa harus memperhatikan berikut
ini :
1) J adwal Pelaksanaan
Untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang sebagaimana mestinya atas
pekerjaan, Penyedia J asa harus mempersiapkan J adwal Pelaksanaan. Penyedia J asa
harus membuat J adwal Pelaksanaan Pekerjaan dalam bentuk Kurva-S yang
menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan.
2) Diagram Batang (Bar-Chart)
Penyedia J asa harus membuat diagram batang yang menginformasikan tentang
keterlibatan personil baik tenaga ahli, asisten, staf tenaga ahli dan staf pendukung yang
berhubungan dengan penyerapan biaya yaitu keterlibatan orang -bulan.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknik pekerjaan
detail desain bendung meliputi :
RPT0-Pd T-xx-xxxx
5 dari 77
5.1. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan pengumpulan data sekunder, meliputi :
1) Data Topografi
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data peta topografi yang sudah ada,
dimana keadaan topografi suatu daerah akan mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu
DAS. Peta topografi yang dikumpulkan harus menampilkan kondisi tata guna lahan pada
daerah studi, dimana kondisi tata guna lahan akan berpengaruh terhadap laju erosi,
kecepatan aliran permukaan dan daya infiltrasi sesuai dengan SNI 03-1724-1989.
Perolehan peta topografi dapat diperoleh pada Instansi yang berwenang, misalkan pihak
Pengguna J asa seperti PSDA berdasarkan peta yang ada serta skala dengan tingkat
ketelitian yang ada. J ika di Instansi terkait tidak didapat maka pihak Penyedia J asa dapat
memperoleh di BAKOSURTANAL dengan skala minimum 1 : 250.000 atau yang lebih
detail.
2) Data Hidrologi
Kegiatan pengumpulan data hidrologi berupa pengumpulan peta stasiun curah hujan,
besarnya curah hujan, data meteorologi, debit historis baik debit minimum, rata-rata dan
debit maksimum pada suatu daerah aliran sungai (DAS) yang pelaksanaan kegiatannya
sesuai dengan SNI 03-1724-1989. Berbagai data dan informasi dintaranya berupa :
i. peta stasiun curah hujan dapat diperoleh pada instansi BMG dan mungkin juga
Pengelola Sumber Daya Air (PSDA)
ii. data curah hujan harian (terbaru) dapat diperoleh pada instansi bmg dan mungkin
juga Pengelola Sumber Daya Air (PSDA).
iii. data meteorologi berupa kondisi temperatur udara, kelembaban relatif, lama
penyinaran dan kecepatan angin. perolehan data dapat diperoleh pada instansi BMG
iv. data debit terbaru dengan bisa periode harian maupun bulanan minimum selama 5
tahun, yang didapat pada bangunan-bangunan sungai eksiting misalkan bendung.
3) Data Geologi Teknik
Kegiatan pengumpulan data geologi adalah pengumpulan peta geologi regional yang
memuat jenis batuan, penyebaran jenis batuan, sifat fisik batuan serta tekstur dan
struktur tanah dengan skala minimum 1:250.000 sesuai dengan KP01, SK DJ
Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang tahapan studi pelaksanaan pekerjaan.
Peta geologi regional dapat diperoleh di Direktorat Geologi Tata Lingkungan, jika tidak
didapat maka pengumpulan data dapat diperoleh pada Instansi terkait.
4) Data Aspek Multisektor
Kegiatan pengumpulan data aspek multisektor melakukan pengumpulan yang berupa
informasi lingkungan yang menginformasikan tentang kondisi kependudukan dan
penggunaan air sesuai dengan KP01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986
tentang tahapan studi pelaksanaan pekerjaan. Informasi lingkungan dapat diperoleh dari
dari BPS, PSDA, dan BAPEDAL. Data-data tersebut meliputi :
i. komponen lingkungan fisik-kimia yang terdiri dari iklim, fisiografi dan geologi,
hidrologi/kualitas air, ruang lahan dan tanah
ii. komponen biologi yang terdiri dari kondisi flora, fauna dan biota air
iii. komponen sosial, ekonomi dan budaya yang meliputi jumlah penduduk, tingkat
pendidikan, mata pencaharaian dan pendapatan asli daerah (pad) dan lain-lain.
iv. rencana tata ruang wilayah
RPT0-Pd T-xx-xxxx
6 dari 77
5.2. Survey
Kegiatan survey yang diperlukan untuk keperluan kegiatan detail desain adalah sebagau
berikut :
1) Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Pelaksanaan kegiatan pengukuran topografi dan pemetaan mengacu pada Pd T-xx-
200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-
2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan. Kegiatan ini akan dilakukan oleh
Penyedia J asa jika kondisi topografi daerah pekerjaan banyak mengalami perubahan
alur sungai baik yang diakibatkan oleh bencana atau proses alamiah lainnya sehingga
validitas data yang sudah ada diragukan lagi. Sesuai dengan KP-02, SK DJ Pengairan
No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencaan Bangunan Utama, pekerjaan
pengukuran topografi dan pemetaan untuk keperluan kegiatan detail desain bendung
meliputi :
a) Pengukuran Topografi dan Pemetaan Situasi Sungai
Pemetaan situasi sungai dimana bangunan utama akan dibuat dengan skala
minimum 1 : 2000. Peta ini harus meliputi jarak 1,0 km ke arah hulu dan ke hilir dari
letak bangunan bendung rencana dan melebar 250 m dari masing-masing tepi
sungai. Peta ini juga harus dilengkapi dengan garis ketinggian setiap 1,0 m, kecuali
dasar sungai diperlukan garis ketinggian setiap 0,50 m. Peta ini harus mencakup
lokasi alternatif yang sudah diidentifikasi serta panjang yang diliput harus memadai
agar diperoleh informasi mengenai bentu denah sungai dan juga untuk merencanan
tata letak dan trase tanggul penutup. Peta situasi juga harus menampilkan titik-titik
tetap (benchmark) yang ditempatkan di sekitar daerah pemetaan lengkap dengan
koordinat dan elevasinya.
b) Pengukuran Topografi dan Pemetaan Detail Situasi Bendung
Pengukuran detail ini menghasilkan peta berskala 1 : 200 atau 1 : 500 untuk areal
dengan luas 50 Ha. Peta detil harus memperlihatkan bagian-bagian lokasi
bangunan utama secara lengkap. Peta ini harus dilengkapi dengan titik ketinggian
dan garis ketinggian yang tepat setiap 0,25 m.
2) Survey Hidromteri
Sesuai dengan SNI 03-2414-1991 pelaksanaan pengukuran debit perlu diperhatikan
ketentuan dan persyaratan yang meliputi :
i. lokasi pengukuran debit perlu diperhatikan faktor : kesesuaian dengan perencanaan ;
mudah pencapaian dalam segala situasi dan kondisi; mampu melewatkan banjir;
geomteri dan badan sungai harus stabil; adanya kontrol penampang; bagian alur
sungai atau saluran yang terbuka lurus.
ii. pertimbangan hidraulik meliputi : pola aliran yang seragam dan mendekati sub kritis;
tdak terkena pengaruh arus balik dan aliran lahar
iii. lama dan periode pelaksanaan : lama pengukuran debit tergantung dari keadaan
aliran pada saat pengukuran jika aliran rendah pengkuran debit dilaksanakan dua kali
dalam sekali periode waktu pengukuran dan jika kondisi banjir pengukuran debit
dilaksanakan sekali dalam periode waktu pengukuran sedangkan periode
pelaksanaan pengukuran tergantung dari musim, jika musim kemarau pengukuran
debit dilaksanakan cukup sekali dalam satu bulan dan jika musim penghujan
pelaksanaan pengukuran dilaksanakan berulang kali paling sedikit 3 kali setiap
bulannya
iv. keandalan peralatan dan sarana penunjang; peralatan dan sarana penunjang harus
dipelihara agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya antara lain dengan kalibrasi
secara berkala, dibersihkan dan dirawat dengan baik
RPT0-Pd T-xx-xxxx
7 dari 77
v. kemampuan tim pengukurnya
Pelaksanaan pengukuran tinggi muka air, kecepatan dan debit dapat digunakan alat ukur
arus tipe baling-baling. Cara pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan merawas,
menggunakan perahu, menggunakan jembatan dan menggunakan kerata gantung.
Kedalaman pengukuran minimal 3,5 kali diameter baling-baling sesuai dengan SNI 03-
2819-1992.
J ika metode pelaksanaan pengukuran di atas tidak dapat dipergunakan karena berbagai
hal, misal keadaan aliran membahayakan keselamatan petugas atau peralatannya;
kecepatan aliran melampaui kemampuan spesifikasi alat menurut jenis alat ukur arus
yang digunakan dan untuk mendapatkan debit sesaat maka dapat dilakukan pengukuran
dengan pelampung permukaan sesuai dengan SNI 03-2820-1992.
5.3. Investigasi Sungai
Kegiatan investigasi sungai dilakukan untuk mengetahui kondisi data-data fisik sungai. Data
fisik sungai seperti kandungan dan ukuran sedimen; tipe dan ukuran sedimen dasar dan
distribusi ukuran butir. Untuk mengetahui data fisik sungai dilakukan kegiatan sampling
sedimen yang meliputi :
1) Sampling sedimen layang
Pengambilan sampel sedimen layang dilakukan pada lokasi yang tidak terpengaruh
adanya aliran balik yang diakibatkan oleh bangunan air dan sebelum dilakukan kegiatan
pengambilan sampel perlu dilakukan kegiatan pengukuran yang meliputi penampang
melintang dan debit. Perletakan peralatan pada lubang pengambilan harus berada 10 cm
di atas dasar sungai sesuai SNI 03-3414-1994.
2) Sampling sedimen dasar
Sampel diambil dari dasar sungai pada penampang memanjang dan penampang
melintang ditempat yang dianggap dapat mewakili kondisi material dasar sungai
setempat metode pengambilan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
5.4. Penyelidikan Geoteknik Lapangan
Kegiatan penyelidikan geoteknik lapangan diperlukan untuk mengetahui data karakteristik
mekanika tanah lokasi bendung. Pelaksanaan kegiatan penyelidikan geoteknik lapangan
mengacu pada pada Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan
yang bersifat Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyeldikan Geoteknik. Penyeldikan geoteknik
lapangan yang diperlukan meliputi :
1) Pengeboran
Pengeboran dilakukan pada lokasi sisi kanan dan sisi kiri dari lokasi tembok pangkal, dan
pada as bendung masing-masing 1 titik pengeboran

2) Sumur Uji
Sumur uji dilakukan pada lokasi calon sumber bahan material (borrow area) untuk
pembangunan bendung.
3) Pengeboran Tangan (Hand Bor)
Pengeboran tangan dilakukan pada lokasi calon tapak bangunan masing-masing 1 titik
pengeboran.

5.5. Uji Laboratorium
Uji laboratorium terdiri dari :
RPT0-Pd T-xx-xxxx
8 dari 77
1) Laboratorium Sedimen
Uji laboratorium sedimen diperlukan untuk mengetahui karakteristik sedimen yang
terbawa oleh aliran sungai. Uji laboratorium sedimen meliputi :
a) Sedimen layang
i. J ika pengambilan contoh benda uji sedimen sesuai dengan SNI 03-3414-1994,
maka metode pengujian laboratorium sedimen layang digunakan peralatan
Piknometer sesuai dengan SNI 03-4145-1996 dengan tujuan mengetahui kadar
sedimen layang.
ii. J ika pengambilan contoh benda uji sedimen layang dalam pengambilannya
dilakukan dengan cara mencelupkan botol pada posisi berada 20 cm di bawah
permukaan air dengan posisi mulut botol berlawanan dengan arah aliran maka
metode pengujiannya dilakukan secara gravimetri dengan pengendapan sesuai
SNI 03-3961-1995 dengan tujuan mengetahui kadar sedimen layang. Sedangkan
untuk mengetahui distribusi butiran maka dilakukan uji gravimetri dengan ayakan
sesuai SNI 03-3962-1995.
b) Sedimen dasar
Pengujian sampel sedimen dasar dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2) Penyelidikan geoteknik laboratorium
Penyelidikan geoteknik laboratorium diperlukan untuk mengetahui index dan engineering
properties, dalam pelaksanaannya mengacu pada Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan
Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyeldikan
Geoteknik. Adapun uji tersebut meliputi :
a) Index properties, mencakup : berat isi, berat jenis, kadar air, gradasi butiran dan
batas-batas atterberg.
b) Engineering properties, mencakup : direct shear test, unconfined compression test,
tes konsolidasi dan compaction test.
5.6. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan detail desain bendung
mengacu pada KP-02, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencaan
Bangunan Utama berupa debit banjir rancangan dengan periode ulang 100 tahun untuk
tubuh bendung sedangkan untuk tinggi tanggul penutup banjir serta kontrol keamanan
bangunan utama digunakan debit banjir kala ulang 1000 tahun.
Pendekatan metode perhitungan frekwensi debit banjir yang dipengaruhi oleh debit, curah
hujan, luas DAS serta karakteristik penutup lahan sesuai dengan SNI 03-2415-1991 adalah
sebagai berikut :
1) J ika data debit sungai yang tersedia cukup panjang (> 20 tahun) ; maka digunakan
metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir, sehingga analisisnya dapat langsung
dilakukan dengan Metode Gumbel, Log Pearson atau Log Normal ;
2) J ika data debit sungai yang tersedia <20 tahun dan >dari 10 tahun maka digunakan
metode analisis regional ;
3) J ika data debit yang tersedia antara 3 10 tahun maka digunakan metode puncak banjir
di atas ambang ;
4) J ika data yang ada berupa parameter hujan dan karakteristik DAS, maka pendekatan
analisisnya menggunakan metode empiris, yang terdiri :
a) Metode Rasional, digunakan pada perencanaan sarana drainase dengan daerah
tangkapan yang kecil (<40 Ha)
RPT0-Pd T-xx-xxxx
9 dari 77
b) Der Weduwen, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas <
100 km
2

c) Melchior, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas >100
km
2

d) Haspers dan Mononobe digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS tanpa
memperhatikan luas DAS
e) Metode Hidrograf Satuan
f) Metode US Soil Conservation Service
5) J ika selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang Model matematik digunakan
apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang daripada pengamatan data
debit selanjutnya yang selanjutnya digunakan untuk memperpanjang data aliran.
5.7. Analisis Laju Transport Sedimen
Analisis laju transport sedimen baik sedimen dasar (bed load) maupun sedimen layang
(suspended load) dengan parameter jenis material, diameter butir dan volume atau berat per
satuan waktu, persamaan yang umum digunakan untuk analisa adalah Meyer-Peter dan
Muller, Engelund-Hansen, Einstein dan Einstein-Brown sesuai dengan SNI 03-1724-1989.
5.8. Perencanaan Bendung
Perencanaan bendung harus meliputi tentang panjang tinggi mercu bendung, mercu dan
tubuh bendung, peredam energi, tembok sayap hilir, bangunan pengambil, bangunan
pembilas, bangunan pengarah arus, tanggul penutup dan tanggul banjir, tembok pangkal
bendung, saringan sampah dan batu bongkah, lantai undik atau dinding tirai, bangunan
penangkap sedimen sesuai dengan SNI 03-2401-1991.
5.9. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 untuk kegiatan
pembangunan bendung yang merlukan kajian ANDAL harus, jika bendung melayani areal
irigasi seluas 2000 Ha
Ruang lingkup kegiatan ANDAL meliputi :
i. identifikasi semua rencana usaha dan atau kegiatan yang akan dilaksanakan, terutama
yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup
ii. identifikasi komponen-kmponen lingkungan hidup yang akan terkena dampak besar dan
penting
iii. perkiraan dan evaluasi usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup
iv. perumusan RKL dan RPL

5.10. Analisis Kelayakan Ekonomi
Analisa kelayakan ekonomi akan dilakuakn dengan mengkaji tiga parameter ekonomi yaitu :
i. Economic Internal Rate of Return (EIRR)
ii. Benefit/Cost ratio (B/C ratio)
iii. Net present value (NPV),
Sebagai evaluasi terhadap kemungkinan penundaan atau perubahan schedule pelaksanaan
pekerjaan juga akan dikaji aspek sensitivitas EIRR.


RPT0-Pd T-xx-xxxx
10 dari 77
5.11. Nota Desain
Penyedia J asa harus membuat perencanaan rinci secara lengkap dengan dimensinya
berdasarkan kajian hidrolis serta perhitungan struktur baik pada bangunan utama maupun
bangunan penunjang.
5.12. Penggambaran
Penggambaran hasil kegiatan meliputi gambar hasil pengukuran dan pemetaan, layout
bendung dan bangunan pelengkapnya, potongan memanjang dan melintang bendung, detail
bangunan utama dan bangunan penunjang bendung. Penggambaran mengacu pada KP-07,
DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentan Kriteria Perencanaan Bagian Standar
Penggambaran.
5.13. Perhitungan BOQ
Berdasarkan gambar rencana rinci yang telah dibuat dilakukan perhitungan volume
pekerjaan konstruksi secara rinci sesuai dengan pekerjaan konstruksi yang akan dilakukan.
5.14. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Penyusunan perhitungan rencana anggaran mengacu Pd T-xx-xxxx, Pedoman Analisa
Harga Satuan Pekerjaan, Pekerjaan Pembangunan Bendung, Bagian-1, Perencanaan dan
Detail Desain yang didasarkan pada :
i. kuantitas dan harga satuan pekerjaan
ii. harga satuan pekerjaan dihitung berdasarkan hasil dari perhitungan suatu analisis biaya
iii. untuk menentukan harga satuan upah dan bahan dilakukan survey harga di lapangan
dengan mengambil sampel sekurang-kurangnya 3 lokasi. Khusus untuk harga satuan
bahan diperhitungkan harga beli di tempat penjualan atau diantar ke lokasi pekerjaan
iv. menghitung biaya-biaya tambahan di luar biaya dari perhitungan volume seperti biaya
persiapan, mobilisasi dan demobilisasi personil dan alat, dokumentasi, dewatering dll.
5.15. Penyusunan Dokumen Pelelangan
Penyusunan dokumen lelang digunakan bagi keperluan pelelangan pekerjaan atau
pengadaan barang maupun jasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan
Dokumen Lelang harus meliputi ketentuan-ketentuan, komponen bahan dan spesifikasi
konstruksi, cara pengerjaan serta syarat pengendalian mutu sesuai dengan KEPMEN
KIMPRASWIL No. 257/PTS/M/2004.
5.16. Pekerjaan Lain-lain
1) Mobilisasi dan Demobilisasi
a) Mobilisasi adalah pengangkutan semua peralatan berdasarkan J adwal Pelaksanaan
yang harus diserahkan sesudah menerima Surat Penunjukan, dari tempat kantor ke
lokasi pekerjaan. Mobilisasi staf kantor, tenaga kerja lapangan dan lain-lain, sudah
termasuk dalam item mobilisasi.
b) Demobilisasi
Kegiatan Demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia J asa pada
saat akhir Kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik Pemerintah dan pengembalian kondisi tempat kerja
menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
2) Foto Dokumentasi
a) Penyedia J asa harus menyerahkan foto-foto berwarna dengan ukuran post card (9
cm x 12 cm) kepada Direksi Pekerjaan untuk setiap kemajuan progress fisik di
lapangan.
RPT0-Pd T-xx-xxxx
11 dari 77
b) Pengambilan gambar/foto dapat dilakukan pada awal, selama dalam dan akhir
pelaksanaan setiap jenis kegiatan. Foto ini harus ditempelkan pada laporan bulanan
dan triwulanan yang diserahkan kepada Direksi Pekerjaan. Setiap hasil cetakan foto
harus diberi tanggal pengambilan dan lokasinya.
c) Pada akhir pelaksanaan Penyedia J asa harus menyerahkan dua cetakan foto
berwarna disusun album beserta negative filmnya atau image filenya.
3) Asuransi
Ketentuan dan persyaratan yang perlu diperhatikan oleh Penyedia J asa dalam perihal
asuransi tenga kerja mengacu kepada ketentuan yang berlaku yang dikeluarkan oleh
Depnaker dan J amsostek.

5.17. Pelaporan
Penyedia J asa harus menyerahkan produk selama kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi :
1) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi antara lain:
- Hasil kajian awal dan temuan permasalahan yang ada
- Rencana kerja Penyedia J asa secara menyeluruh
- Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya
- J adwal kegiatan Penyedia J asa
Laporan Pendahuluan harus dipresentasikan dan menginformasikan tentang metodologi
pelaksanaan pekerjaan, hasil pengumpulan data, hasil kunjungan lapangan, dan rencana
kerja berikutnya.
Laporan akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa selambat-lambatnya
tanggal
2) Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi antara lain:
- Uraian permasalahan, hambatan dan temuan pada bulan tersebut.
- Daftar kegiatan yang dilakukan pada bulan berikutnya
- Daftar Rencana kegiatan pada bulan berikutnya
- Mobilisasi dan Demobilisasi personil dan Daftar Hadir personil dan kegiatan masing-
masing pada bulan tersebut
- Realisasi Progress Kemajuan pekerjaan yang disetujui oleh direksi
Laporan bulanan dilengkapi dengan foto dan peta yang menunjukkan lokasi yang telah
diidentifikasi serta usulan penanganan, program dan jadwal kerja selanjutnya.
3) Laporan Interim
Laporan Interim harus dipresentasikan dan menginformasikan tentang analisis debit
banjir rancangan, hasil kegiatan pelaksanaan survey topografi, lokasi pengambilan
sampel sedimen dan hasil uji laboratorium, lokasi investigasi geoteknik dan hasil
laboratorium, serta konsep lokasi bendung.
Laporan Interim akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa selambat-
lambatnya tanggal
4) Laporan Akhir Sementara
Laporan Akhir Sementara harus dipresentasikan dan menginformasikan tentang kegiatan
hasil detail desain yang mencakup antara lain : hasil Investigasi lanjutan topografi,
RPT0-Pd T-xx-xxxx
12 dari 77
geoteknik, hidrologi, hidrolika, perhitungan desain, dan gambar Konstruksi bangunan
sungai beserta bangunan fasilitasnya.
Laporan Akhir Sementara akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tanggal
5) Laporan Akhir
Laporan ini berisi seluruh hasil perencanaan teknis termasuk metode pekerjaan desain,
perhitungan desain, metode dan jadwal konstruksi, jadwal pelaksanaan, estimasi biaya,
paket konstruksi dan lain-lain. Laporan akhir ini dibuat setelah didiskusikan dan disetujui
pada konsep Laporan akhir (draft laporan akhir).
Laporan Akhir merupakan revisi dan penyempurnaan dari Laporan Akhir Sementara
dengan memperhatikan semua masukan, tanggapan, dan koreksi.
Laporan Akhir Sementara akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tanggal
6) Nota Desain
Penyedia J asa harus membuat perencanaan rinci secara lengkap dengan dimensinya
berdasarkan kajian hidrolis serta perhitungan struktur baik pada bangunan utama
maupun bangunan penunjang.
Nota desain akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa selambat-
lambatnya tanggal
7) Dokumen Tender
Dokumen Tender terdiri atas:
a) rencana anggaran biaya (RAB)
b) gambar desain A1, rangkap 3 (tiga), termasuk 1 kalkir
c) gambar desain A3, rangkap 3 (tiga)
d) dokumen tender, masing-masing rangkap 3 (tiga) meliputi:
- tender Drawing
- spesifikasi umum dan spesifikasi teknis
- rencana Pelaksanaan Fisik dan Construction method
- daftar Kuantitas dan Harga Satuan
Dokumen Tender akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa selambat-
lambatnya tanggal
8) Gambar Teknis
Produk gambar yang harus diserahkan oleh Penyedia J asa adalah sebagai berikut :
a) peta situasi bangunan dengan skala 1 : 200 ;
b) gambar potongan memanjang dan melintang bangunan bendung 1 : 100 1 : 200
c) gambar detail bangunan Skala 1 : 50 1 : 200.

5.18. Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang diperlukan untuk kegiatan detail desain adalah Team Leader, Ahli
Hidrologi, Ahli Bendung, Ahli Geodesi, Ahli Geologi, Ahli Geoteknik, Ahli Lingkungan, Ahli
Cost Estimate/Dokumen Tender dan Ahli Sosial-Ekonomi.

6. PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
detail desain bendung harus memuat :
RPT0-Pd T-xx-xxxx
13 dari 77
1) Diskusi Bulanan dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk keperluan mengetahui
sejauh mana progres pekerjaan dan pembahasan tentang kesulitan yang diperlukan
2) Diskusi Pendahuluan dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk keperluan
koordinasi awal pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan survey, investigasi
lapangan dan persetujuan produk yang berupa laporan pendahuluan
3) Diskusi Pertengahan dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk menentukan arah
pembahasan pemecahan masalah berdasarkan data kondisi lapangan dan proses
persetujuan produk yang berupa laporan pertengahan
4) Diskusi Akhir dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk keperluan pembahasan
seluruh kegiatan pekerjaan

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan detail desain bendung harus memuat :
7.1. Pengukuran
Kuantitas untuk pekerjaan perencanaan harus diukur berdasarkan biaya langsung
personil yang meliputi keterlibatan tenaga ahli, tenaga penunjang dan asisten tanaga
ahli serta biaya langsung non personil yang meliputi perjalanan dinas, survey dan
investigasi, biaya operasional kantor dan diskusi dan pelaporan. Biaya langsung diukur
berdasarkan daftar hadir tenaga ahli, asisten serta tenaga pendukung. Biaya langsung
non personil diukur berdasarkan add cost.
7.2. Dasar Pembayaran
Kuantitas pekerjaan detail desain yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar
menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana
harga dan pembayaran tersebut.



No.

Uraian
Satuan
Pengukuran

1.
2.







Biaya Langsung Personil
Biaya Langsung Non Personil :
2.1) Biaya Perjalanan Dinas
2.2) Biaya Operasional Kantor
2.3) Pengukuran dan Pemetaan
- Pemasangan Patok BM dan CP
- Pengukuran poligon dan situasi
- Pengukuran cross-section
2.4) Penyelidikan Geologi
2.5) Analisis Laboratorium Mekanika Tanah
2.6) Survey dan Penyelidikan Sedimen dan Air
2.7) Biaya Pelaporan
2.8) Biaya Diskusi


OB

Orang-hari
Unit - Bulan

Buah
Kilometer
Kilometer
Buah
Sampel
Sampel
Exemplar
Lump-sum

RPT0-Pd T-xx-xxxx
14 dari 77
Bibliografi


Badan Standardisasi Nasional, 2002, RSNI T-04-2002, Tata Cara Desain Hidarulik Tubuh
Bendung Tetap dengan Peredam Energi Tipe MDO dan MDS, J akarta

Badan Standardisasi Nasional, 2003, Pd T-01-2003, Tata Cara Desain Hidarulik Bangunan
Pengambil pada Bendung Tyrol, J akarta

Departemen Pekerjaan Umum, Puslitbang Pengairan, PT. Mediatama Saptakarya, 1995,
Pedoman Teknis Sederhana Bangunan Pengairan untuk Pedesaan, J akarta

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,
2002, SNI 03-1724-1989, Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik
untuk Bangunan di Sungai. J akarta

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,
2002, SNI 03-2415-1991, Metode Perhitungan Debit Banjir, J akarta

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,
2002, KP-02, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama, J akarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,
2002, KP-04, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama, J akarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,
2002, KP-07, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama, J akarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Pd T-09-2004-A, Perencanaan
Bendung Karet Isi Udara, J akarta.

Pd T-xx-xxxx, Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik Pekerjaan yang Bersifat
Umum, Bagian 3, Pekerjaan Pengukuran dan Pemetaan

Pd T-xx-xxxx, Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik Pekerjaan yang Bersifat
Umum, Bagian 4, Pekerjaan Penyelidikan Geoteknik

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Perencanaan Hidraulik Bendung
dan Pelimpah Bendungan Tipe Gergaji, J akarta

Mawardi, Erman, Drs., Dipl., AIT., Alfabeta CV, 2004, Desain Hidrolik Bendung Tetap untuk
Irigasi Teknis, Bandung.
RPT0-Pd T-xx-xxxx
15 dari 77
MULAI
Pengumpulan
Peta Topografi
Pengumpulan
Peta Geologi
Regional
Pengumpulan
Data Hidrologi
&Peta DAS
Pengumpulan
Data Sosek
Pengukuran Topografi
Penyelidikan Geoteknik
Lapangan
Analisis Hidrologi
(Debit Banjir Rancangan)
Pengumpulan
Data
Multisektor
Analisis Sosek
Penysunan Andal
Penyelidikan Geoteknik
Laboratorium
Uji sampling sedimen
Laboratorium
Survey Hidrometri :
-Sampling Sedimen
-Pengukuran tinggi
muka air, kecepatan dan
debit
PEMETAAN &
PENGGAMBARAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
DISKUSI
PENDAHULUAN
TIDAK
YA
Analisis Hidarulika
dan
Transport Sedimen
KONSEP DESAIN
BENDUNG
LAPORAN
INTERIM
DISKUSI INTERIM
TIDAK
YA
FINAL DESAIN
BENDUNG
DRAFT FINAL
LAPORAN AKHIR
ALBUM GAMBAR
DESAIN
ANALISIS EKONOMI
TEKNIK
DISKUSI
LAPORAN
AKHIR
TIDAK
YA
FINAL LAPORAN AKHIR , terdiri :
- Laporan Akhir
- Laporan Analisis Sosek
- Laporan Kajian Andal
- Laporan Investigasi Geoteknik
- Laporan Survey Pengukuran Topografi dan Pemetaan
- Gambar Teknik
- BOQ dan RAB
- Dokumen Tender
SELESAI
Penyusunan
BOQ dan RAB
LAMPIRAN A
Bagan Alir Tahapan Pelaksanaan
Pekerjaan Detail Desain Bendung serta Produk yang dihasilkan

RPT0-Pd T-xx-xxxx
16 dari 77

LAMPIRAN B
(Normatif)

Lampiran B.1 Contoh Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Detail Desain Bendung


Pekerjaan Detail Desain Bendung di DAS............. Kabupaten...................

1. LATAR BELAKANG
Cakupan isi latar belakang dalam penyusunan kerangka acuan kerja, menguraikan :
- Menginformasikan tentang letak administratif daerah pekerjaan
- Menginformasikan kondisi daerah pekerjaan yang meliputi kondisi topografi, geologi
regional, kondisi klimatologi, kondisi hidrologi serta ekositem pada daerah
pekerjaan
- Kendala-kendala yang perlu diantisipasi dalam pelaksanaan pekerjaan
- Maksud dan tujuan secara global dengan adanya kegiatan

2. MAKSUD DAN TUJUAN
2.1. Maksud
Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk menyusun rencana pelaksanaan pekerjaan
pada ........, kajian perencanaan pendahuluan dan kajian kelayakan ekonomis
pekerjaan dengan tujuan untuk rnendapatkan hasil survey dan investigasi secara
menyeluruh serta konsep perencanaan bangunan pengambilan untuk keperluan irigasi.
2.2. Tujuan
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk melakukan kajian terhadap rencana
pembangunan bendung untuk keperluan irigasi beserta kajian ekonomis dan
lingkungan dari pembangunan bendung.
3. SASARAN
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan detail desain pembangunan bendung adalah
mengoptimalkan pengambilan air dari sumber air dengan tujuan peningkatan hasil
panen pada daerah pekerjaan
4. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA
Satuan Kerja Sementara.....................................
5. SUMBER PENDANAAN
Pelaksanaan kegiatan ini diperlukan biaya kurang lebih Rp .....,- (..................Rupiah)
termasuk PPN dibiayai APBN-P tahun Anggaran ........
6. LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG SERTA ALIH
PENGETAHUAN
6.1. Lingkup Kegiatan
Lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh Penyedia J asa adalah sebagai berikut :
6.1.1. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan pengumpulan data sekunder, meliputi :
a) Data Topografi
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data peta topografi yang
sudah ada, dimana keadaan topografi suatu daerah akan mempengaruhi
bentuk dan ukuran suatu DAS. Peta topografi yang dikumpulkan harus
RPT0-Pd T-xx-xxxx
17 dari 77
menampilkan kondisi tata guna lahan pada daerah studi, dimana kondisi
tata guna lahan akan berpengaruh terhadap laju erosi, kecepatan aliran
permukaan dan daya infiltrasi sesuai dengan SNI 03-1724-1989.
Perolehan peta topografi dapat diperoleh pada Instansi yang berwenang,
misalkan pihak Pengguna J asa seperti PSDA berdasarkan peta yang ada
serta skala dengan tingkat ketelitian yang ada. J ika di Instansi terkait tidak
didapat maka pihak Penyedia J asa dapat memperoleh di BAKOSURTANAL
dengan skala minimum 1 : 250.000 atau yang lebih detail.
b) Data Hidrologi
Kegiatan pengumpulan data hidrologi berupa pengumpulan peta stasiun
curah hujan, besarnya curah hujan, data meteorologi, debit historis baik
debit minimum, rata-rata dan debit maksimum pada suatu daerah aliran
sungai (DAS) yang pelaksanaan kegiatannya sesuai SNI 03-1724-1989.
Berbagai data dan informasi dintaranya berupa :
i. peta stasiun curah hujan dapat diperoleh pada instansi BMG dan
mungkin juga Pengelola Sumber Daya Air (PSDA)
ii. data curah hujan harian (terbaru) dapat diperoleh pada instansi bmg dan
mungkin juga Pengelola Sumber Daya Air (PSDA).
iii. data meteorologi berupa kondisi temperatur udara, kelembaban relatif,
lama penyinaran dan kecepatan angin. perolehan data dapat diperoleh
pada instansi BMG
iv. data debit terbaru dengan bisa periode harian maupun bulanan
minimum selama 5 tahun, yang didapat pada bangunan-bangunan
sungai eksiting misalkan bendung.
c) Data Geologi Teknik
Kegiatan pengumpulan data geologi adalah pengumpulan peta geologi
regional yang memuat jenis batuan, penyebaran jenis batuan, sifat fisik
batuan serta tekstur dan struktur tanah dengan skala minimum 1:250.000
sesuai dengan KP01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang
tahapan studi pelaksanaan pekerjaan.
Peta geologi regional dapat diperoleh di Direktorat Geologi Tata
Lingkungan, jika tidak didapat maka pengumpulan data dapat diperoleh
pada Instansi terkait.
d) Data Aspek Multisektor
Kegiatan pengumpulan data aspek multisektor melakukan pengumpulan
yang berupa informasi lingkungan yang menginformasikan tentang kondisi
kependudukan dan penggunaan air sesuai dengan KP01, SK DJ
Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang tahapan studi pelaksanaan
pekerjaan. Informasi lingkungan dapat diperoleh dari dari BPS, PSDA, dan
BAPEDAL. Data-data tersebut meliputi :
i. komponen lingkungan fisik-kimia yang terdiri dari iklim, fisiografi dan
geologi, hidrologi/kualitas air, ruang lahan dan tanah
ii. komponen biologi yang terdiri dari kondisi flora, fauna dan biota air
iii. komponen sosial, ekonomi dan budaya yang meliputi jumlah penduduk,
tingkat pendidikan, mata pencaharaian dan pendapatan asli daerah
(PAD) dan lain-lain.
iv. rencana tata ruang wilayah
RPT0-Pd T-xx-xxxx
18 dari 77
6.1.2. Survey
Kegiatan survey yang diperlukan untuk keperluan kegiatan detail desain adalah
sebagau berikut :
a) Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Pelaksanaan kegiatan pengukuran topografi dan pemetaan mengacu pada
Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang
bersifat Umum, Bagian-2, Pekerjaan Pengukuran Topografi dan Pemetaan.
Kegiatan ini akan dilakukan oleh Penyedia J asa jika kondisi topografi
daerah pekerjaan banyak mengalami perubahan alur sungai baik yang
diakibatkan oleh bencana atau proses alamiah lainnya sehingga validitas
data yang sudah ada diragukan lagi. Sesuai dengan KP-02, SK DJ
Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencaan Bangunan
Utama, pekerjaan pengukuran topografi dan pemetaan untuk keperluan
kegiatan detail desain bendung meliputi :
i. Pemetaan situasi sistem sungai
Pemetaan situasi sungai dimana bangunan utama akan dibuat dengan
skala minimum 1 : 2000. Peta ini harus meliputi jarak 1,0 km ke arah
hulu dan ke hilir dari letak bangunan bendung rencana dan melebar 250
m dari masing-masing tepi sungai. Peta ini juga harus dilengkapi dengan
garis ketinggian setiap 1,0 m, kecuali dasar sungai diperlukan garis
ketinggian setiap 0,50 m. Peta ini harus mencakup lokasi alternatif yang
sudah diidentifikasi serta panjang yang diliput harus memadai agar
diperoleh informasi mengenai bentu denah sungai dan juga untuk
merencanan tata letak dan trase tanggul penutup. Peta situasi juga
harus menampilkan titik-titik tetap (benchmark) yang ditempatkan di
sekitar daerah pemetaan lengkap dengan koordinat dan elevasinya.
ii. Pengukuran detail situasi bendung
Pengukuran detail ini menghasilkan peta berskala 1 : 200 atau 1 : 500
untuk areal dengan luas 50 Ha. Peta detil harus memperlihatkan
bagian-bagian lokasi bangunan utama secara lengkap. Peta ini harus
dilengkapi dengan titik ketinggian dan garis ketinggian yang tepat setiap
0,25 m.
b) Survey Hidromteri
Sesuai dengan SNI 03-2414-1991 pelaksanaan pengukuran debit perlu
diperhatikan ketentuan dan persyaratan yang meliputi :
i. lokasi pengukuran debit perlu diperhatikan faktor : kesesuaian dengan
perencanaan ; mudah pencapaian dalam segala situasi dan kondisi;
mampu melewatkan banjir; geomteri dan badan sungai harus stabil;
adanya kontrol penampang; bagian alur sungai atau saluran yang
terbuka lurus.
ii. pertimbangan hidraulik meliputi : pola aliran yang seragam dan
mendekati sub kritis; tdak terkena pengaruh arus balik dan aliran lahar
iii. lama dan periode pelaksanaan : lama pengukuran debit tergantung dari
keadaan aliran pada saat pengukuran jika aliran rendah pengkuran debit
dilaksanakan dua kali dalam sekali periode waktu pengukuran dan jika
kondisi banjir pengukuran debit dilaksanakan sekali dalam periode
waktu pengukuran sedangkan periode pelaksanaan pengukuran
tergantung dari musim, jika musim kemarau pengukuran debit
dilaksanakan cukup sekali dalam satu bulan dan jika musim penghujan
RPT0-Pd T-xx-xxxx
19 dari 77
pelaksanaan pengukuran dilaksanakan berulang kali paling sedikit 3 kali
setiap bulannya
iv. keandalan peralatan dan sarana penunjang; peralatan dan sarana
penunjang harus dipelihara agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya
antara lain dengan kalibrasi secara berkala, dibersihkan dan dirawat
dengan baik
v. kemampuan tim pengukurnya
Pelaksanaan pengukuran tinggi muka air, kecepatan dan debit dapat
digunakan alat ukur arus tipe baling-baling. Cara pelaksanaan pengukuran
dilakukan dengan merawas, menggunakan perahu, menggunakan jembatan
dan menggunakan kerata gantung. Kedalaman pengukuran minimal 3,5 kali
diameter baling-baling sesuai dengan SNI 03-2819-1992.
J ika metode pelaksanaan pengukuran di atas tidak dapat dipergunakan
karena berbagai hal, misal keadaan aliran membahayakan keselamatan
petugas atau peralatannya; kecepatan aliran melampaui kemampuan
spesifikasi alat menurut jenis alat ukur arus yang digunakan dan untuk
mendapatkan debit sesaat maka dapat dilakukan pengukuran dengan
pelampung permukaan sesuai dengan SNI 03-2820-1992.
6.1.3. Investigasi Sungai
Kegiatan investigasi sungai dilakukan untuk mengetahui kondisi data-data fisik
sungai. Data fisik sungai seperti kandungan dan ukuran sedimen; tipe dan
ukuran sedimen dasar dan distribusi ukuran butir. Untuk mengetahui data fisik
sungai dilakukan kegiatan sampling sedimen yang meliputi :
a) Sampling sedimen layang
Pengambilan sampel sedimen layang dilakukan pada lokasi yang tidak
terpengaruh adanya aliran balik yang diakibatkan oleh bangunan air dan
sebelum dilakukan kegiatan pengambilan sampel perlu dilakukan kegiatan
pengukuran yang meliputi penampang melintang dan debit. Perletakan
peralatan pada lubang pengambilan harus berada 10 cm di atas dasar
sungai sesuai dengan SNI 03-3414-1994.
b) Sampling sedimen dasar
Sampel diambil dari dasar sungai pada penampang memanjang dan
penampang melintang ditempat yang dianggap dapat mewakili kondisi
material dasar sungai setempat metode pengambilan disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku.
6.1.4. Penyelidikan Geoteknik Lapangan
Kegiatan penyelidikan geoteknik lapangan diperlukan untuk mengetahui data
karakteristik mekanika tanah lokasi bendung. Pelaksanaan kegiatan
penyelidikan geoteknik lapangan mengacu pada pada Pd T-xx-200x, Pedoman
Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat Umum, Bagian-3,
Pekerjaan Penyeldikan Geoteknik. Penyeldikan geoteknik lapangan yang
diperlukan meliputi :
a) Pengeboran
Pengeboran dilakukan pada lokasi sisi kanan dan sisi kiri dari lokasi tembok
pangkal, dan pada as bendung masing-masing 1 titik pengeboran
b) Sumur Uji
Sumur uji dilakukan pada lokasi calon sumber bahan material (borrow area)
untuk pembangunan bendung.
RPT0-Pd T-xx-xxxx
20 dari 77
c) Pengeboran Tangan (Hand Bor)
Pengeboran tangan dilakukan pada lokasi calon tapak bangunan masing-
masing 1 titik pengeboran.
6.1.5. Uji Laboratorium
Uji laboratorium terdiri dari :
a) Laboratorium Sedimen
Uji laboratorium sedimen diperlukan untuk mengetahui karakteristik sedimen
yang terbawa oleh aliran sungai. Uji laboratorium sedimen meliputi :
1. Sedimen layang
i. J ika pengambilan contoh benda uji sedimen sesuai dengan SNI 03-
3414-1994, maka metode pengujian laboratorium sedimen layang
digunakan peralatan Piknometer sesuai SNI 03-4145-1996 dengan
tujuan mengetahui kadar sedimen layang.
ii. J ika pengambilan contoh benda uji sedimen layang dalam
pengambilannya dilakukan dengan cara mencelupkan botol pada
posisi berada 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi mulut
botol berlawanan dengan arah aliran maka metode pengujiannya
dilakukan secara gravimetri dengan pengendapan sesuai SNI 03-
3961-1995 dengan tujuan mengetahui kadar sedimen layang.
Sedangkan untuk mengetahui distribusi butiran maka dilakukan uji
gravimetri dengan ayakan sesuai SNI 03-3962-1995.
2. Sedimen dasar
Pengujian sampel sedimen dasar dilakukan berdasarkan ketentuan
yang berlaku.
b) Penyelidikan geoteknik laboratorium
Penyelidikan geoteknik laboratorium diperlukan untuk mengetahui index dan
engineering properties, dalam pelaksanaannya mengacu pada Pd T-xx-
200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Kegiatan yang bersifat
Umum, Bagian-3, Pekerjaan Penyeldikan Geoteknik. Adapun uji tersebut
meliputi :
1. Index properties, mencakup : berat isi, berat jenis, kadar air, gradasi
butiran dan batas-batas atterberg.
2. Engineering properties, mencakup : direct shear test, unconfined
compression test, tes konsolidasi dan compaction test.
6.1.6. Analisis Hidrologi
Analisis hidrologi yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan detail desain
bendung mengacu pada KP-02, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986,
tentang Kriteria Perencaan Bangunan Utama berupa debit banjir rancangan
dengan periode ulang 100 tahun untuk tubuh bendung sedangkan untuk tinggi
tanggul penutup banjir serta kontrol keamanan bangunan utama digunakan
debit banjir kala ulang 1000 tahun.

Pendekatan metode perhitungan frekwensi debit banjir yang dipengaruhi oleh
debit, curah hujan, luas DAS serta karakteristik penutup lahan sesuai SNI 03-
2415-1991 adalah sebagai berikut :
1. jika data debit sungai yang tersedia cukup panjang (>20 tahun) ; maka
digunakan metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir, sehingga
RPT0-Pd T-xx-xxxx
21 dari 77
analisisnya dapat langsung dilakukan dengan Metode Gumbel, Log Pearson
atau Log Normal ;
2. jika data debit sungai yang tersedia <20 tahun dan >dari 10 tahun maka
digunakan metode analisis regional ;
3. jika data debit yang tersedia antara 3 10 tahun maka digunakan metode
puncak banjir di atas ambang ;
4. jika data yang ada berupa parameter hujan dan karakteristik DAS, maka
pendekatan analisisnya menggunakan metode empiris, yang terdiri :
- Metode Rasional, digunakan pada perencanaan sarana drainase
dengan daerah tangkapan yang kecil (<40 Ha)
- Der Weduwen, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS
dengan luas <100 km
2

- Melchior, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan
luas >100 km
2

- Haspers dan Mononobe digunakan untuk analisis debit banjir dari
sebuah DAS tanpa memperhatikan luas DAS
- Metode Hidrograf Satuan
- Metode US Soil Conservation Service
5. jika selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang Model matematik
digunakan apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang
daripada pengamatan data debit selanjutnya yang selanjutnya digunakan
untuk memperpanjang data aliran.

6.1.7. Analisis Laju Transport Sedimen
Analisis laju transport sedimen baik sedimen dasar (bed load) maupun sedimen
layang (suspended load) dengan parameter jenis material, diameter butir dan
volume atau berat per satuan waktu, persamaan yang umum digunakan untuk
analisa adalah Meyer-Peter dan Muller, Engelund-Hansen, Einstein dan
Einstein-Brown sesuai dengan SNI 03-1724-1989.
6.1.8. Perencanaan Bendung
Perencanaan bendung harus meliputi tentang panjang tinggi mercu bendung,
mercu dan tubuh bendung, peredam energi, tembok sayap hilir, bangunan
pengambil, bangunan pembilas, bangunan pengarah arus, tanggul penutup dan
tanggul banjir, tembok pangkal bendung, saringan sampah dan batu bongkah,
lantai undik atau dinding tirai, bangunan penangkap sedimen sesuai dengan
SNI 03-2401-1991.
6.1.9. Analisis Dampak Lingkungan
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 untuk
kegiatan pembangunan bendung yang merlukan kajian ANDAL harus, jika
bendung melayani areal irigasi seluas 2000 Ha
Ruang lingkup kegiatan ANDAL meliputi :
i. identifikasi semua rencana usaha dan atau kegiatan yang akan
dilaksanakan, terutama yang menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup
ii. identifikasi komponen-kmponen lingkungan hidup yang akan terkena
dampak besar dan penting
iii. perkiraan dan evaluasi usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup
iv. perumusan RKL dan RPL
RPT0-Pd T-xx-xxxx
22 dari 77
6.1.10. Analisis Kelayakan Ekonomi
Analisa kelayakan ekonomi akan dilakuakn dengan mengkaji tiga parameter
ekonomi yaitu :
i. Economic Internal Rate of Return (EIRR)
ii. Benefit/Cost ratio (B/C ratio)
iii. Net present value (NPV),
Sebagai evaluasi terhadap kemungkinan penundaan atau perubahan schedule
pelaksanaan pekerjaan juga akan dikaji aspek sensitivitas EIRR.
6.1.11. Nota Desain
Penyedia J asa harus membuat perencanaan rinci secara lengkap dengan
dimensinya berdasarkan kajian hidrolis serta perhitungan struktur baik pada
bangunan utama maupun bangunan penunjang.
6.1.12. Penggambaran
Penggambaran hasil kegiatan meliputi gambar hasil pengukuran dan pemetaan,
layout bendung dan bangunan pelengkapnya, potongan memanjang dan
melintang bendung, detail bangunan utama dan bangunan penunjang bendung.
Penggambaran mengacu pada KP-07, DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986
tentan Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran.
6.1.13. Perhitungan BOQ
Berdasarkan gambar rencana rinci yang telah dibuat dilakukan perhitungan
volume pekerjaan konstruksi secara rinci sesuai dengan pekerjaan konstruksi
yang akan dilakukan.
6.1.14. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Penyusunan perhitungan rencana anggaran mengacu Pd T-xx-xxxx, Pedoman
Analisa Harga Satuan Pekerjaan, Pekerjaan Pembangunan Bendung, Bagian-1,
Perencanaan dan Detail Desain yang didasarkan pada :
i. kuantitas dan harga satuan pekerjaan
ii. harga satuan pekerjaan dihitung berdasarkan hasil dari perhitungan suatu
analisis biaya
iii. untuk menentukan harga satuan upah dan bahan dilakukan survey harga di
lapangan dengan mengambil sampel sekurang-kurangnya 3 lokasi. Khusus
untuk harga satuan bahan diperhitungkan harga beli di tempat penjualan
atau diantar ke lokasi pekerjaan
iv. menghitung biaya-biaya tambahan di luar biaya dari perhitungan volume
seperti biaya persiapan, mobilisasi dan demobilisasi personil dan alat,
dokumentasi, dewatering dll.
6.1.15. Penyusunan Dokumen Pelelangan
Penyusunan dokumen lelang digunakan bagi keperluan pelelangan pekerjaan
atau pengadaan barang maupun jasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Penyusunan Dokumen Lelang harus meliputi ketentuan-ketentuan, komponen
bahan dan spesifikasi konstruksi, cara pengerjaan serta syarat pengendalian
mutu sesuai dengan KEPMEN KIMPRASWIL No. 257/PTS/M/2004.
6.2. Lokasi Kegiatan
Lokasi pelaksanaan pekerjaan berada di Sungai.............Kecamatan ...........
Kabupaten.........
6.3. Data dan Fasilitas Penunjang Serta Alih Pengetahuan
6.3.1. Penyediaan Data dan Fasilitas Penunjang
RPT0-Pd T-xx-xxxx
23 dari 77
1) Penyediaan oleh Pengguna J asa
Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna J asa yang dapat digunakan
dan akan dipelihara oleh Penyedia J asa :
a) Laporan dan data yang akan diberikan kepada Penyedia J asa yaitu berbagai
laporan dan data yang tersedia dari hasil studi terdahulu
b) Akomodasi dan Ruangan Kantor (sesuai kesepakatan)
c) Pengguna jasa akan menunjuk petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai
pengawas atau pendamping (countepart), atau project officer (PO) dalam
rangka pelaksanaan jasa konsultansi
2) Penyediaan oleh Penyedia J asa
Penyedia J asa akan menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan
yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
a) Penyedia J asa memfasilitasi : peralatan, laboratorium dan bahan yang sesuai
untuk mencapai rencana mutu desain dan konstruksi.
b) Penyedia J asa harus memberikan hasil pekerjaan sesuai dengan rencana
mutu desain atau rencana mutu konstruksi. Pekerjaan akan diperiksa
sewaktu-waktu untuk menjamin terpenuhinya persyaratan teknis yang telah
ditetapkan. Penyedia J asa menanggung biaya pekerjaan
tambahan/pengulangan bila ternyata hasil pekerjaannya tidak memenuhi
persyaratan teknis menurut penilaian pihak Direksi Pekerjaan atau Nara
Sumber yang ditunjuk oleh Pengguna J asa.

6.3.2. Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Dalam pelaksanaan pekerjaan perlu melibatkan personil baik tenaga ahli maupun
tenaga pendukung dengan ketentuan dan persyaratan adalah sebagai berikut :
1) Tenaga Ahli
Tenaga ahli termasuk asisten dan staf tenaga ahli yang diperlukan dalam rangka
penyelesaian pekerjaan harus berkompeten dibidangnya masing-masing dengan
menyerahkan kualifikasi/sertfikasi dan curriculum vitae/daftar riwayat hidup.
2) Tenaga Pendukung
Tenaga pendukung sifatnya mendukung tenaga ahli dalam penyelesaian
pekerjaan baik dalam segi teknis, urusan administrasi serta kelancaran
pelaksanaan pekerjaan.
6.3.3. Persyaratan Pelaksanaan
Dalam hal persyaratan pelaksanaan pekerjaan, Penyedia J asa harus
memperhatikan berikut ini :
1) J adwal Pelaksanaan
Untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang sebagaimana mestinya
atas pekerjaan, Penyedia J asa harus mempersiapkan J adwal Pelaksanaan.
Penyedia J asa harus membuat J adwal Pelaksanaan Pekerjaan dalam bentuk
Kurva-S yang menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan.
2) Diagram Batang (Bar-Chart)
Penyedia J asa harus membuat diagram batang yang menginformasikan tentang
keterlibatan personil baik tenaga ahli, asisten, staf tenaga ahli dan staf
RPT0-Pd T-xx-xxxx
24 dari 77
pendukung yang berhubungan dengan penyerapan biaya yaitu keterlibatan orang
-bulan.
7. METODOLOGI
Metodologi yang dilakukan dalam perencanaan ini yaitu pengumpulan data sekunder
(topografi, hidrologi, geologi regional), pengumpulan data primer (survey pengukuran
dan pemetaan, survey hidrometri dan penyelidikan geoteknik), pengolahan data dan
perencanaan bangunan utama dan penunjang bendung.
8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
J angka waktu pelaksanaan kegiatan ini ....... (....................) hari kalende.
9. PERSONIL TENAGA AHLI
Keperluan tenaga ahli untuk penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1. Ketua Tim (Team Leader)
Ketua Tim disyaratkan seorang Ahli Sumber Daya Air Profesional Utama/Ahli
Teknik Sipil (S1/S2/S3), berpengalaman dalam bidang Sumber Daya Ait dalam
kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembangunan, O&P bangunan air, dengan
pengalaman minimal 10 tahun.
2. Tenaga Ahli Sungai
Tenaga Ahli Sungai adalah Ahli Sumber Daya Air Profesional Madya/Ahli Teknik
Sipil (S1/S2/S3), berpengalaman dalam bidang Sumber Daya Air dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan pembangunan, O&P bangunan air, dengan
pengalaman minimal 8 tahun.
3. Tenaga Ahli Hidrologi
Tenaga Ahli Hidrologi adalah Ahli Sumber Daya Air Profesional Madya /Ahli Teknik
Sipil (S1/S2/S3), berpengalaman dalam bidang Sumber Daya Air dalam kegiatan
perencanaan, pelaksanaan pembangunan, O&P bangunan air, dengan
pengalaman minimal 7 tahun.
4. Tenaga Ahli Hidraulik Struktur
Tenaga Ahli Hidraulik Struktur adalah Ahli Sumber Daya Air Profesional Madya
/Ahli Teknik Sipil (S1/S2/S3), berpengalaman dalam bidang Sumber Daya Air
dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan pembangunan, O&P bangunan air,
dengan pengalaman minimal 8 tahun.
5. Tenaga Ahli Geodesi
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Geodesi Strata Satu (S.1) lulusan
universitas perguruan tinggi negeri atau yang disamakan yang berpengalaman
melaksanakan pekerjaan dibidang Geodesi subbidang Survey Topografi sekurang-
kurangnya.6 (enam) Tahun Lulusan pendidikan Sarjana Geodesi (S1) dengan
pengalaman kerja minimal 5 tahun.
6. Tenaga Ahli Geoteknik
Tenaga Ahli Geoteknik adalah Ahli Sumber Daya Air Profesional Madya/Ahli Teknik
Sipil (S1/S2/S3), berpengalaman dalam bidang Sumber Daya Air dalam kegiatan
perencanaan, penyelidikan dan supervisi geoteknik dengan pengalaman minimal
10 tahun
7. Tenaga Ahli Lingkungan
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Biologi Strata Satu (S1) lulusan
universitas pergururan tinggi negeri atau yang disamakan yang berpengalaman
RPT0-Pd T-xx-xxxx
25 dari 77
melaksanakan pekerjaan dibidang Lingkungan subbidang Analisis Lingkungan
sekurang-kurangnya 5 (lima) Tahun. Sebagai pelaksana dan penanggung jawab
pekerjaan pengembangan Sumber Daya Air di bidang lingkungan.
8. Tenaga Ahli Sosial Ekonomi
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Ekonomi Strata Satu (S.1) lulusan
universitas pergururan tinggi negeri atau yang disamakan yang berpengalaman
melaksanakan pekerjaan dibidang Analisis Ekonomi subbidang Analisis Sosial
Ekonomi sekurang-kurangnya.5 (lima) Tahun. Ahli Sosial - Ekonomi bertugas
melakukan evaluasi dan analisis bidang ekonomi yang meliputi : Analisa Nilai
Bersih Sekarang (NPV), Nisbah Biaya Keuntungan (BCR), dan Tingkat
Pengembalian Internal (IRR) dan Titik Impas (BEP) serta menganalisis dampak
sosial yang mungkin akan timbul akibat dari pelaksanaan pembangunan konstruksi.
9. Tenaga Cost Estimate dan Dokumen Tender
Tenaga ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Teknik Sipil (S1) lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau yang disamakan yang berpengalaman
melaksanakan pekerjaan di bidang estimasi biaya pelaksanaan pembangunan
bangunan sipil teknis berikut spesifikasi teknik dan dokumen tender, sekurang-
kurangnya 5 (lima) tahun.
10. Chief Surveyor
Tenaga Chief Surveyor dengan reputasi yang baik, lulusan Sarjana Muda Teknik
Geodesi dengan pengalaman minimal 7 (tujuh) tahun atau STM Bangunan Air, atau
lebih baik dari pendidikan tenaga survey dan pemetaan (PTSP) dengan
pengalaman sedikitnya 8 (delapan) tahun dalam menangani pengkuran topografi
dibidang keairan antara lain : sungai, irigasi, dan lain-lain.
11. Chief Draftman
Tenaga Chief Draftman AutoCAD dengan reputasi yang baik, lulusan Sarjana Muda
Teknik Sipil dengan pengalaman minimal 5 (lima) tahun atau STM Bangunan air
dengan dengan pengalaman minimal 8 (delapan) tahun dalam menangani gambar-
gambar dibidang keairan.
10. KELUARAN
Keluaran dari pelaksanaan kegiatan detail desain meliputi :
1. Nota Desain
2. Gambar Teknis
3. Gambar Pengukuran Topografi dan Pemetaan
11. LAPORAN
J enis laporan dan gambar yang akan diserahkan oleh Penyedia J asa kepada
Pengguna J asa adalah :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan harus dipresentasikan dan menginformasikan tentang
metode-metode yang akan digunakan Penyedia J asa dalam pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan.
Laporan Pendahuluan akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tanggal 8 J uli 2005
2. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan menginformasikan tentang pelaksanaan progres pekerjaan dan
tahap pelaksanaan pekerjaan untuk bulan berikutnya
RPT0-Pd T-xx-xxxx
26 dari 77
Laporan Bulanan akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tiap seminggu sebelum akhir bulan
3. Laporan Interim
Laporan Interim harus dipresentasikan dan menginformasikan tentang analisis debit
banjir rancangan, hasil kegiatan pelaksanaan survey topografi, lokasi pengambilan
sampel sedimen dan hasil uji laboratorium, lokasi investigasi geoteknik dan hasil
laboratorium, serta konsep perencanaan bendung
Laporan Interim akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tanggal 15 Agustus 2005
4. Laporan Akhir
Laporan Akhir harus dipresentasikan dan menginformasikan tentang analisis debit
banjir rancangan, analisis laju sedimen, dimensi dan layout check dam, analisis
dampak lingkungan hidup (ANDAL) dan analisis Benefit/Cost Ratio dan Economic
Internal Rate of Return, rencana anggaran biaya.
Laporan Akhir akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tanggal 4 Desember 2005
5. Gambar Teknis
Produk gambar yang harus diserahkan oleh Penyedia J asa adalah sebagai berikut :
i. peta situasi bangunan dengan skala 1 : 200 ;
ii. gambar potongan memanjang dan melintang bangunan bendung 1 : 100 1 :
200
iii. gambar detail bangunan Skala 1 : 50 1 : 200.
Album gambar akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tanggal 4 Desember 2005
6. Dokumen tender
Dokumen Tender terdiri atas:
i. rencana anggaran biaya (RAB)
ii. gambar desain A1, rangkap 3 (tiga), termasuk 1 kalkir
iii. gambar desain A3, rangkap 3 (tiga)
iv. dokumen tender, masing-masing rangkap 3 (tiga) meliputi:
- tender drawing
- spesifikasi umum dan spesifikasi teknis
- rencana pelaksanaan fisik dan construction method
- daftar kuantitas dan harga satuan
Dokumen Tender akan diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa
selambat-lambatnya tanggal 4 Desember 2005
7. Laporan Penunjang
Laporan penunjang dalam kegiatan ini meliputi :
i. Buku Ukur dan Laporan Pengukuran Topografi dan Pemetaan
Buku ukuran dan laporan pengukuran topografi dan pemetaan harus
diserahkan oleh Penyedia J asa pada Pengguna J asa selambat-lambatnya
tanggal 15 Agustus 2005
ii. Laporan Penyelidikan Geoteknik
Laporan Penyelidikan Geoteknik harus diserahkan oleh Penyedia J asa
selambat-lambatnya tanggal 15 Agustus 2005
iii. Laporan Analisis Dampak Lingkungan
RPT0-Pd T-xx-xxxx
27 dari 77
Laporan Analisis Dampak Lingkungan harus diserahkan oleh Penyedia J asa
pada Pengguna J asa selambat-lambatnya tanggal 15 Agustus 2005
iv. Laporan Analisis Ekonomi
Laporan Laporan Analisis Ekonomi harus diserahkan oleh Penyedia J asa pada
Pengguna J asa selambat-lambatnya tanggal 15 Agustus 2005
12. PENGENDALIAN MUTU
Agar dalam pelaksanaan pekerjaan memenuhi sasaran maka perlu dilakukan
pembahasan seperti berikut ini :
1. Diskusi Bulanan dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk keperluan
mengetahui sejauh mana progres pekerjaan dan pembahasan tentang kesulitan
yang diperlukan
2. Diskusi Pendahuluan dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk keperluan
koordinasi awal pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan survey, investigasi
lapangan dan persetujuan produk yang berupa laporan pendahuluan
3. Diskusi Pertengahan/Interim dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk
menentukan arah pembahasan pemecahan masalah berdasarkan data kondisi
lapangan dan proses persetujuan produk yang berupa laporan pertengahan/interim
4. Diskusi Akhir dilakukan dengan Pihak Pengguna J asa untuk keperluan
pembahasan seluruh kegiatan pekerjaan


RPT0-Pd T-xx-xxxx
28 dari 77
1. Tubuh bendung
2. Sayap bendung
3. Lantai hilir bendung
Lampiran B.2 Kriteria Desain Bangunan Bendung

Kriteria desain bendung disusun berdasarkan jenis bangunannya, dengan susunan sebagai
berikut :
1) Bendung Cerucuk Sederhana
a) Pertimbangan perencanaan
Pertimbangan perencanaan bendung ini adalah merupakan saran pengalihan air dari
badan sungai yang biasanya digunakan di pedesaan karena mempunyai teknologi
yang sederhana baik konstruksi maupun cara pembuatannya pembuatannya dapat
dikerjakan sendiri oleh masyarakat desa dengan biaya yang relatif murah sesuai Pd
T-xx-200x : Tata Cara Perencanaan Bendung Cerucuk
b) Persyaratan perencanaan
Berdasarkan Pd T-xx-200x : Tata Cara Perencanaan Bendung Cerucuk persyaratan
yang perlu diperhatikan adalah bendung ini ditempatkan pada ruas sungai yang
relatif lurus dan dasarnya tidak terlalu keras dengan lebar dasar sungai tidak lebih
dari 10 meter.
c) Bagian-bagain dan Dimensi Bendung Cerucuk
Bagian-bagian dan dimensi bendung cerucuk sesuai dengan Pd T-xx-200x : Tata
Cara Perencanaan Bendung Cerucuk sebagai berikut :
(1) Tubuh bendung, adapun dimensinya adalah sebagai berikut :
- panjang tubuh bendung (B) maksimal 10,0 m;
- tinggi bendung (H) maksimal 1,0 m;
- lebar mercu bendung (M) minimal 1,0 m;
- pangkal bendung masuk ke tebing sungai (D) minimal 1,0 m;
- jarak tiang pada baris cerucuk (a) paling panjang 1,0 m;
- jarak antar baris cerucuk (b) paling panjang 0,5 m;
- lebar galian pangkal bendung (L) paling pendek sebesar M +1,0 m
- material bahan tubuh bendung adalah kayu atau bambu jenis keras










Gambar B.1 Bagian-bagian bendung cerucuk
(2) Sayap bendung, dimensinya ditentukan sebagai berikut :
- bagian belakang sayap diperkuat dengan kayu/bambu mendatar yang diikatkan
pada tiang-tiang sayap dengan tali pengikat dan diberi tiang penunjang agar
sayap menjadi satu kesatuan yang kokoh; jumlah baris penguat sayap paling
sedikit 2 baris dan jarak tiang-tiang penujang paling panjang 1,0 m
RPT0-Pd T-xx-xxxx
29 dari 77
- panjang sayap bagian hulu yang sejajar tebing sungai dibuat sampai ke tepi
hulu mulut bangunan pengambilan (intake) yang selanjutnya sayap dibuat
miring dengan sudut 450
- panjang sayap hilir yang sejajar dengan tebing sungai dibuat paling sedikit
sampai ke ujung lantai hilir, kemudian sayap dibuat miring dengan sudut 450
(3) lantai hilir, dimensinya ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :
- panjang lantai hilir paling minimal adalah 3,0 m;
- lantai hilir bendung terbuat dari hamparan bahan pengisi yang berupa batu kali
15 - 30 cm anyaman bambu atau karung plastik yang diisi pasir.









Gambar B.2 Kontruksi sayap bendung cerucuk
2) Bendung Bronjong
a) Pertimbangan perencaaan
Pertimbangan perencanaan bendung ini adalah merupakan saran pengalihan air dari
badan sungai yang biasanya digunakan di pedesaan karena mempunyai teknologi
yang sederhana baik konstruksi maupun cara pembuatannya pembuatannya dapat
dikerjakan sendiri oleh masyarakat desa dengan biaya yang relatif murah sesuai Pd
T-xx-200x-A : Tata Cara Perencanaan Bendung Bronjong
b) Persyaratan perencanaan
Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Perencanaan Bendung Bronjong
persyaratan persyaratan yang perlu diperhatikan adalah bendung ini ditempatkan
pada ruas sungai yang relatif lurus dan dasarnya relatif stabil atau berbatu dengan
lebar dasar sungai tidak lebih dari 15 meter.
c) Bagian-bagain dan Dimensi Bendung Bronjong
Bagian-bagian dan dimensi bendung bronjong sesuai dengan Pd T-xx-200x : Tata
Cara Perencanaan Bendung Bronjong sebagai berikut :
(1) tubuh bendung
- panjang tubuh bendung maksimal (B) maksimal 15,0 m;
- tinggi bendung (H) maksimal 2,0 m;
- lebar mercu bendung (M) minimal 2,0 m;
- pangkal bendung masuk ke tebing sungai (D) minimal 2,0 m


RPT0-Pd T-xx-xxxx
30 dari 77










Gambar B.3 Potongan tubuh dan lantai hilir bendung bronjong
(2) sayap bendung
- panjang sayap bagian hulu dibuat sampai ke tepi hulu mulut bangunan
pengambilan (intake)
- panjang sayap hilir dibuat paling harus lebih dari panjang dari lantai hilir
(3) lantai hilir
panjang lantai hilir bendung minmal 3,0 m.








Gambar B.4 Sayap hulu dan hilir bendung bronjong
3) Bendung Tyrol
a) Pertimbangan Perencaanaan
Dalam pelaksanaan desain bangunan pengambil Tyrol hendaknya dilakukan evaluasi
perbandingan dengan kemungkinan penyadapan air cara lain seperti bendung biasa
sesuai Pd T-01-2003.
b) Persyaratan Perencanaan
Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus didesain berdasarkan
Pd T-01-2003, harus memperhatikan persyaratan berikut :
i. berada di sungai torensial dengan angkutan sedimen yang sangat berfluktuasi
dan membawa batu gelundung
ii. jenis ini dipilih jika dijumpai bahaya kerusakan bangunan akibat benturan
angkutan sedimen batu gelundung dan benda padat lainnya; jika ditemui
kesulitan penyadapan air sungai akibat beralihnya alur air sungai dan gejala
pengendapan di sungai yang menghalangi pemasukan air ke bangunan
pengambil; dan dipilih untuk menghindari gangguan keseimbangan morfologi
sungai yang relatif besar akibat pembendungan atau dampak negatif lainnya
karena adanya pembendungan;
iii. struktur saringan dibuat sederhana, tahan benturan dan gesekan angkutan
sedimen dan benda padat lainnya, tahan vibrasi dan mudah dibersihkan;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
31 dari 77
iv. bangunan pengambil Tyrol hanya sesuai untuk dibangun pada ruas sungai
dengan angkutan sedimen dominan fraksi kasar, dan prosentase muatan fraksi
dengan diameter 5 mm tidak lebih dari 25 persen dari jumlah angkutan sedimen
total.
v. bangunan pengambil Tyrol harus dilengkapi dengan penangkap pasir, sehingga
harus tersedia lahan, lokasi dan perbedaan tinggi (head) untuk fasilitas bangunan
tersebut;
vi. bangunan pengambil Tyrol jangan dipilih jika diperkirakan menuntut cara-cara
operasi, biaya eksploitasi, dan pemeliharaan yang sulit dan mahal.
c) Persyaratan Kemanan Bangunan
Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan
memperhatikan keamanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi
dan pemeliharaan.
(1) Kemanan hidraulik
Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan
aman terhadap :
- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir;
- bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan
tebing;
- bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
- bahaya kavitasi;
- bahaya akibat perubahan perilaku sungai.
(2) Kemanan Struktural
Bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi
persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun
bagian per bagian dengan rincian meliputi :
- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
- kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.
(3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan
i. keamanan operasi : bangunan pengambil Tyrol dan bangunan pelengkap
seperti pintu pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar
didesain untuk dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;
ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah
beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang
perlu dipelihara yaitu :
- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang
rusak;
- pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen
secara hidraulik;
- pembilasan penangkap pasir secara periodik.
- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap
d) Desain Hidraulik
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah
sebagai berikut :
(1) Pra Desain Hidraulik
Kegiatan pra desain meliputi :
RPT0-Pd T-xx-xxxx
32 dari 77
(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data
yang diperlukan yaitu :
i. data topografi berupa :
- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala 1 : 50.000;
- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta
detail dengan skala minimum 1 : 5000
ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara
horisontal maupun vertikal;
iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah
sungai, kemiringan dasar sungai;
iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan
gradasi angkutan sedimen dasar;
v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit
banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;
vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi
serta kegempaan di daerah calon lokasi
vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat
teknik tanah di sekitar calon lokasi;
viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan
ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan
kualitas bahan bangunan;
ix. data lingkungan dan ekologi
(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat
masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan
memperkirakan masalah yang akan timbul;
(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan
atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan
faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya;
geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;
(d) penentuan debit desain mencakup :
i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk
mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;
ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi
iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan
kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta
penangkap pasir
(2) Penentuan Bentuk dan Dimensi Bangunan
Penentuan bentuk dan dimensi bangunan bendung tyrol sesuai dengan Pd. T-01-
2003-A adalah sebagai berikut :
(a) panjang mercu
i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana
dengan tinggi jagaan yang cukup;
ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan
umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas
sungai yang stabil;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
33 dari 77
iii. material konstruksi untuk mercu digunakan pasangan dengan lapisan
tanah aus (batu candi)
(b) panjang saringan
Ditentukan berdasarkan debit desain kebutuhan dan debit untuk membilas
sedimen di gorong-gorong pengumpul dan penangkap sedimen terpenuhi;
(c) tinggi mercu
Untuk penempatan saringan ditentukan sedikit lebih tinggi dari dasar sungai
dengan maksud;
i. untuk kebutuhan tinggi energi bagi pembilasan dan kebutuhan
pengendalian angkutan sedimen serta menghindarkan terjadinya
timbunan sedimen dan sampah di atas saringan;
ii. tinggi mercu maksimal 0,5 m dari dasar tanah
(d) saringan didesain sederhana, kuat, mudah pelaksanaannya dengan :
i. jenis : ditentukan seperti bentuk pagar tidur; plat baja berlubang-lubang
dan atau susunan saringan yang dibagi atas beberapa bagian atau
kompartemen;
ii. bentuk batang saringan : ditentukan dengan bentuk bulat; bentuk profil T
dan bentuk kepala rel kereta api;
iii. penempatan saringan : ditempatkan di atas mercu atau sedikit lebih ke
hilir mercu dengan posisi datar atau dengan kemiringan tertentu yang
mempertimbangkan ; faktor debit yang disadap; diameter butir angkutan
sedimen yang tidak dikehendaki masuk ke gorong-gorong pengumpul;
iv. celah dan kemiringan saringan : ditentukan dengan pertimbangan debit
yang harus disadap dan diameter butir angkutan sedimen dasar yang
tidak dikehendaki masuk ke gorong-gorong pengumpul; celah saringan
maksimum 30 mm;
v. panjang saringan ke arah sungai : dihitung dengan memperhatikan debit
yang harus disadap; kapasitas penyadapan dengan memperhatikan
parameter-parameter sebagai berikut ;
- kapasitas lewat gorong-gorong pengumpul;
- bukaan pintu pengatur debit;
- muka air di dalam gorong-gorong pengumpul;
- jenis ukuran dan tata letak pemasangan batang saringan;
- kemiringan, panjang, lebar, diameter, prosentase bukaan dari saringan;
- tinggi muka air di udik saringan;
- debit sungai dan panjang bentang Tyrol;
- keadaan agradasi, endapan sedimen di udik dan di atas saringan;
- sumbatan pada lubang saringan;
(e) Gorong-gorong pengumpul didesain dengan :
i. tipe; tentukan dasar gorong-gorong pengumpul seperti bentuk setengah
lingkaran, lengkung dan datar;
ii. lebar; tentukan lebar gorong-gorong pengumpul dengan
mempertimbangkan kebutuhan untuk mengalirkan debit yang di sadap;
lebar gorong-gorong pengumpul yaitu jarak antara dua dinding gorong-
gorong pengumpul;
iii. panjang; tentukan panjang gorong-gorong pengumpul dengan
mempertimbangkan kemampuan menyadap debit sungai dan debit yang
dibutuhkan untuk pembilasan dan kebutuhan; panjang gorong-gorong
pengumpul disesuaikan dengan panjang saringan;
iv. kemiringan dasar; tentukan kemiringan dasar gorong-gorong pengumpul
agar dapat menghanyutkan sedimen yang ada di dalam gorong-gorong
RPT0-Pd T-xx-xxxx
34 dari 77
pengumpul; untuk menghindarkan pengendapan sedimen di dasar
gorong-gorong pengumpul, kemiringan minimum dasar gorong-gorong
pengumpul,
min
0
I
dapat ditentukan dengan pendekatan awal berdasarkan
rumus berikut:
7
6
7
9
min
q
D
0,20 I
0
=
dengan pengertian:
D = diameter butir sedimen terbesar yang mungkin lolos saringan
pengambil, [m]
q = debit yang disadap per unit panjang bentang saringan pengambil,
[m
3
/det/m]
v. kapasitas gorong-gorong pengumpul; usahakan kapasitas gorong-gorong
pengumpul lebih besar dari debit yang dibutuhkan untuk debit kebutuhan
dan debit untuk pembilasan sedimen yang terdapat di dalam gorong-
gorong pengumpul dan di penangkap sedimen
(f) tubuh bangunan bagian hilir
Bentuk tubuh bangunan bagian hilir saringan dapat dibuat tegak, miring
dengan kemiringan tertentu
(g) peredam energi
Lengkapi bangunan dengan peredam energi untuk mencegah penggerusan
setempat seperti halnya pembuatan peredam energi pada bendung; peredam
energi dapat dipilih antara lain tipe cekung, dengan memperhitungkan :
i. debit desain untuk bangunan peredam energi;
ii. tinggi terjunan;
iii. penggerusan setempat;
iv. degradasi dasar sungai yang akan terjadi;
v. benturan dan abrasi angkutan batu gelundung; bangunan Tyrol dapat juga
dibuat tanpa peredam energi, jika dibangun di atas batuan keras.
(h) pintu pengatur debit
Lengkapi gorong-gorong pengumpul dengan pintu pengatur debit; yang
ditempatkan di bagian akhir gorong-gorong pengumpul dengan dinding
penghalang banjir; dan pintu pembilas serta pintu-pintu intake;
(i) tembok pangkal
Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara:
i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain
untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu;
ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan
peredam energi;
iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring; jika miring
kemiringan minimum 1 : 1
iv. material konstruksi dari pasangan batu
(j) tembok sayap udik dan hilir
Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan :
i. bentuk dan dimensi peredam energi;
ii. geometri sungai di hilir dan sekitarnya;
iii. kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai yang akan
terjadi;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
35 dari 77
iv. stabilitas tebing ;
v. tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan;
(k) lantai udik dan dinding tirai
Dimensinya ditentukan dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
i. permeabilitas tanah;
ii. penggerusan setempat;
iii. pengurangan daya angkat air yang dapat melebihi kekuatan dan stabilitas
bangunan;
(l) bangunan penangkap sedimen:
Lengkapi bangunan Tyrol dengan bangunan penangkap sedimen yang bentuk
dan ukurannya diperhitungkan terhadap :
i. jumlah endapan yang harus ditampung ;
ii. frekwensi pembilasan endapan secara hidraulik.




















Gambar B.5 Denah bendung Tyrol
A
A
Denah
Tembok sayap udik
Gorong-gorong pengumpul
Tubuh Bendung
Saringan
Tembok sayap hilir Tembok pangkal
Lantai udik
Pintu pengatur debit
Penangkap pasir
RPT0-Pd T-xx-xxxx
36 dari 77









Gambar B.6 Detail penampang saringan pengambil

















Gambar B.7 Potongan memanjang dan melintang gorong-gorong pengumpul

4) Bendung Pelimpah Mercu Bulat
a) Pertimbangan Perancanaan
Dalam pelaksanaan desain bangunan bendung pelimpah dengan mercu bulat harus
direncanakan dengan seksama agar aman terhadap rembesan sesuai dengan Pd T-
xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung.
b) Persyaratan Perencanaan
Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung bendung
pelimpah mercu bulat di desain dengan meperhatikan persyaratan :
i. lokasi, tinggi mercu, debit banjir rencana dan stabilitas pelu didesain dengan
mengacu pada acuan normatif
ii. bendung pelimpah biasa sesuai dibangun pada sungai yang berlokasi di
pertengahan (middle)
iii. jenis ini dipilih jika material yang hanyut bersama sungai berfluktuasi dan bahan
angkutannya besar
iv. dasar sungai yang tidak rawan gerusan
c) Persyaratan Keamanan Bangunan
Sa r i n g a n
Me r c u
Bat u c andi
Bat u c andi
SEPANJANG 80 m RAI L DI POTONG BAGI AN BAWAHNYA
R
.

O
,
8
O

Go r o n g -g o r o n g p e n ya l u r
Me r c u
L
Bat u c andi
N
M
Pot ongan Memanj ang
Pu n c ak
Mer cu
Temb o k p a n gk a l
Ba g i an a w a l Ba g i an a k hi r
Pe n an g k ap p a si r
Pi n t u pe n g at u r d eb i t
L a pi sa n t a n a h a u s (Bat u c a n di )
Bat u bo n g k ah
Tu b u h b e n du n g
L an t a i ud i k
Sa r i n ga n
Mer c u
Gor o n g -g o r o ng p e nya l u r
Pot ongan mel i nt ang
RPT0-Pd T-xx-xxxx
37 dari 77
Bangunan bendung pelimpah mercu bulat dan bangunan pelengkap lainnya perlu
didesain dengan memperhatikan keamanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik,
struktural, operasi dan pemeliharaan.
(1) Kemanan hidraulik
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman
terhadap :
- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir;
- bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan
tebing;
- bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
- bahaya kavitasi;
- bahaya akibat perubahan perilaku sungai.
(2) Kemanan Struktural
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan
kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per
bagian dengan rincian meliputi :
- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
- kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.
(3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan
i. keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu
pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk
dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;
ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah
beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang
perlu dipelihara yaitu :
- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang
rusak;
- pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen
secara hidraulik;
- pembilasan penangkap pasir secara periodik.
- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap
d) Desain Hidraulik
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah
sebagai berikut :
(1) Pra Desain Hidraulik
Kegiatan pra desain meliputi :
(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data
yang diperlukan yaitu :
i. data topografi berupa :
- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimal 1 :
50.000;
- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta
detail dengan skala minimum 1 : 5000
ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara
horisontal maupun vertikal;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
38 dari 77
iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah
sungai, kemiringan dasar sungai;
iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan
gradasi angkutan sedimen dasar;
v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit
banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;
vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi
serta kegempaan di daerah calon lokasi
vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat
teknik tanah di sekitar calon lokasi;
viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan
ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan
kualitas bahan bangunan;
ix. data lingkungan dan ekologi
(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat
masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan
memperkirakan masalah yang akan timbul;
(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan
atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan
faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya;
geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;
(d) penentuan debit desain mencakup :
i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk
mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;
ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi
iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan
kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta
penangkap pasir
(2) Penentuan Bentuk dan Dimensi Bangunan
Penentuan bentuk dan dimensi bangunan bendung pelimpah mercu bulat sesuai
dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung adalah sebagai
berikut :
(a) panjang mercu
i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana
dengan tinggi jagaan yang cukup;
ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan
umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas
sungai yang stabil;
iii. material konstruksi untuk mercu digunakan pasangan dengan lapisan
tanah aus (batu candi)
(b) bentuk dan dimensi mercu;
i. mercu dipilh bulat karena mudah dalam pelaksanaan;
ii. lebih tahan terhadap benturan batu gelundung, bongkah dan sebagainya;
iii. persyaratan minimum radius mercu bendung yaitu 0,7 h <R <h;
iv. kemiringan hilir kaki pelimpah 1 : 1 dengan tujuan menghindari kavitasi
(c) tinggi mercu;
didesain untuk kebutuhan tinggi energi bagi penyadapan, pembilasan dan
kebutuhan pengendalian angkutan sedimen serta menghindarkan terjadinya
timbunan sedimen dan sampah;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
39 dari 77
i. tidak lebih dari 4,0 m dan minimum 0,5 H (tinggi muka air di hulu
bendung);
ii. jika lebih maka perlu dilakukan pengaturan peninggian elevasi dasar lantai
hulu bendung.
(d) tinggi muka air di atas mercu;
i. maksimum tinggi muka air 4,0 m;
ii. jika >4,0 m maka perlu dilakukan pelebaran bendung;
iii. jika pelebaran tidak memungkinkan lagi maka perlu dilakukan uji model.
(e) bangunan pengambilan tunggal
kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. perletakan berada pada tikungan luar sungai dengan sudut pengambilan
90
0
atau menyudut (45
0
60
0
) terhadap sumbu bangunan pembilas;
ii. lubang pengambilan ditentukan berdasarkan kebutuhan air maksimum
baik untuk pemasokan maupun pembilasan di kantong lumpur;
iii. jika pengambilan menggunakan pintu yang dioperasikan secara manual
maka lebar pintu maksimal 2,5 m
(f) bangunan pengambilan ganda (bendung pelimpah biasa)
kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. terjadi jika kondisi daerah irigasi berada di kanan dan kiri bendung; pintu
intake ditempatkan di pilar pembilas;
ii. gorong-gorong penyeberang aliran di tempatkan di dalam tubuh bendung
dengan kecepatan aliran 2,5 m/dt;
iii. pembilas sedimen ditempatkan di pengeluaran gorong-gorong;
iv. trashrack di pasang di mulut bangunan intake dan pembilas yang terbuat
dari pipa besi bulat berjarak 20 cm
(g) lantai bangunan pengambilan
kriteria desain lantai bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A :
Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. ditentukan datar dengan ketinggian sama dan 0,5 m di atas plat
undersluice;
ii. jika bangunan pembilas tanpa undersluice maka tinggi lantai diatas lantai
hulu bendung :
- 0,5 m, jika sungai mengakut lanau;
- 1,0 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil;
- 1,5 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil;

(h) pilar bangunan pengambilan
Dibangun jika lebar intake lebih dari 1,0 m dengan kriteria sesuai dengan Pd
T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap :
i. bentuk awal bulat dan tegak atau dengan kemiringan;
ii. bagian hilir dapat dibuat tegak atau dengan kemiringan;
iii. ketebalan pilar sekitar 0,7 m 1,0 m; sponeng untuk perletakan pintu
(i) bangunan pembilas
kriteria desain bangunan pembilas sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara
Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
RPT0-Pd T-xx-xxxx
40 dari 77
i. lebar pembilas total 1/6 1/10 dari lebar bendung;
ii. bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu;
iii. bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah lebar
pilar;
iv. bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar;
v. bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala bendung;
vi. kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n;
vii. lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m;
viii. lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m;
ix. mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu
bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung;
x. lebar pintu pembilas maksimum 2,5 m (operasi manual).
(j) pembilas undersluice
kriteria desain lantai bangunan pembilas undersluice sesuai dengan Pd T-xx-
200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. bangunan pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung;
ii. mulut undersluice mengarah ke hulu;
iii. lebar mulut undersluice harus lebih besar dari 1,2 x lebar intake;
iv. panjang undersluice ditentukan berdasarkan perletakan hulu intake dan
tinggi undersluice minimum 1,0 m;
v. bentuk lantai datar

(k) pembilas shunt undersluice
kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice sesuai dengan Pd
T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. dibangun jika material angkutan sungai masih dimungkinkan batu
gelundung;
ii. mulut undersluice mengarah ke samping;
iii. tinggi lubang minimum 1,0 m;
iv. lebar lubang disesuaikan dengan lebar intake dan pembilas;
v. tembok pangkal bagian hulu segaris dengan bagian luar pembilas;
vi. bagian hulu dilengkapi dengan bangunan boulder screen dan dinding
banjir
(l) tembok baya-baya;
kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx-
200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi
bendung;
ii. bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar;
iii. tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu
sama dengan lebar mulut undersluice dan tidak menghalangi pengaliran
ke intake
(m) bangunan penahan batu;
Lengkapi bangunan intake dengan bangunan penahan batu dimana
penempatan dan komponen bangunan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap adalah sebagai berikut :
i. ditempatkan di hulu intake/undersluice;
ii. komponen bangunan terdiri dari barisan cerucuk pipa dengan diameter
sebesar 0,15 m dan jarak antar tiang sebesar diameter butir yang akan
tertahan;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
41 dari 77
iii. balok beton pengikat dengan ukuran lebar 0,5 0,7 m, tebal 0,2 0,4 m
serta pada ketinggian minimal 1,0 m dari atas mercu bendung;
iv. pondasi tiang yang kedalamannya disesuaikan dengan elevasi dasar
sungai dan lantai undersluice
(n) peredam energi :
Lengkapi bangunan dengan peredam energi untuk mencegah penggerusan
setempat dengan memperhatikan :
i. debit desain untuk bangunan peredam energi;
ii. tinggi terjunan;
iii. penggerusan setempat;
iv. degradasi sungai setempat

Pemilihan tipe peredam energi :
i. tipe MDO dan MDS
- tipe MDO digunakan di sungai aluvial dengan angkutan sedimen
dominan fraksi pasir, kerikil dan kerakal;
- tipe MDS digunakan terutama di sungai aluvial dengan angkutan
sedimen dominan fraksi pasir dan kerikil;
- tinggi air hulu bendung dibatasi maksimum 4,0 m;
- tinggi pembendungan (dihitung dari elevasi mercu bendung sampai
dengan elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10,0 m RSNI T-04-
2002.
ii. tipe cekung
kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice sesuai dengan
Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai
berikut :
- sungai dengan kemiringan dasar curam dengan angkutan sedimen yang
terbawa aliran adalah batu gelundung;
- terbentuk pusaran dasar balik searah jarum jam;
- dasar sungai cukup keras
iii. tipe ganda
Lokasi bendung berada pada sudetan sungai dengan ketinggian lebih dari
10,0 m sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik
Bendung Tetap
(o) tembok pangkal
Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara :
i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain
untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu;
ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan
peredam energi;
iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring;
iv. ujung tembok pangkal ke arah hilir (L
pi
) ditempatkan di tengah-tengah
panjang lantai peredam energi sesuai dengan RSNI T-04-2002:
L
pi
=L
b
+0,5 L
s

v. panjang tembok pangkal di bagian hulu (L
pu
) bagian yang tegak di hitung
dari sumbu mercu bendung sesuai dengan RSNI T-04-2002:
0,50 L
s
L
pu
L
s

RPT0-Pd T-xx-xxxx
42 dari 77
(p) tembok sayap hulu dan hilir
Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan:
i. bentuk dan dimensi peredam energi;
ii. geometri sungai di hilir dan sekitarnya;
iii. prediksi kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai
yang akan terjadi;
iv. stabilitas tebing;
v. tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan;
vi. panjang tembok sayap hulu ditentukan :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- pertemuan dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih dari
45
0

- bagi tebing yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung
tembok sayap hulu dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang
total tembok pangkal ditambah sayap hulu sesuai dengan RSNI T-04-
2002:
1,0 L
s
L
su
1,5 L
s

- bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok p[angkal bendung atau
palung sungai di hulu bendung yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan
dengan lebar pelimpah bendung maka tembok sayap hulu perlu
diperpenjang dengan tembok pengarah arus yang panjangnya diambil
minimum sesuai dengan RSNI T-04-2002:
2 x L
pu

vii. panjang tembok sayap hilir (L
si
) :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- panjang tembok dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi diambil
sesuai dengan RSNI T-04-2002 :
L
s
L
si
1,5 L
s

viii. jika tinggi tembok sayap lebih dari 4,0 m maka perlu dibuat bertangga
dengan :
L
si
=panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke
hilir, meter
L
su
=panjang tembok sayap hulu, meter
L
pu
=panjang tembok pangkal hulu bendung dari sumbu mercu bendung
ke hulu, meter
L
s
=panjang labtai peredam energi, meter
(q) lantai hulu dan hilir
Dimensi bangunan pelengkap ini dtentukan dengan memperhatikan
permeabilitas tanah, kemungkinan degradasi dasar sungai dan penggerusan
setempat di hilir bangunan, dan kebutuhan pengurangan daya angkat air. Hal
itu dilakukan agar tidak meliebihi kekuatan dan stabilitas bangunan.
(r) rip-rap
Lengkapi bangunan dengan rip-rap yang berfungsi sebagai pelindung
bangunan terhadap bahaya penggerusan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A :
Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, dengan kriteria :
i. ditempatkan di bagian hilir ambang akhir sepanjang tembok sayap hilir;
ii. material rip-rap berupa bongkahan batu dengan kriteria bulat, padat, keras
dengan berat jenis batu 2,4 t/m
3
;
iii. material rip-rap berupa blok beton dengan 1,0 x 1,0 x 1,0 m dan 0,5 x 0,5
x 0,5 m;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
43 dari 77
iv. kedalaman penanaman sekitar 2,0 m pada bagian hilir ambang dan 1,5 m
pada bagian kaki tembok sayap hilir

(s) kantong lumpur
Lengkapi bangunan dengan kantong lumpur mengacu pada KP-04 SK DJ
Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan memperhatikan :
i. berada di hilir intake dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan kondisi
material sedimen;
ii. kemiringan sungai harus cukup curam;
iii. Kecepatan aliran dalam kantong lumpur bersifat sub kritis, sehingga
partikel yang telah mengendap tidak menghambur lagi;
iv. Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 m/dt;
v. Panjang kantong lumpur biasanya berkisar antara 200 m untuk bahan
sedimen kasar sedangkan 500 m untuk partikel-partikel yang halus
(t) papan duga muka air
Lengkapi bangunan dengan papan duga muka air mengacu pada KP-04 SK
DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan ketentuan :
i. papan duga dipasang dengan ketinggian nol pada mercu bendung atau
pada elevasi yang tepat sesuai dengan ketinggian titk nol yang dipakai
ii. papan duga terbuat dari plat baja yang dilapisi bahan logam enamel
iii. warna yang digunakan adalah putih untuk alas dan biru untuk huruf dan
angka

(u) jembatan inspeksi
i. jembatan lalu lintas orang, pilar-pilarnya ditempatkan di mercu bendung
atau sedikit di hulu bendung;
ii. jembatan lalu lintas kendaraan, pilar-pilarnya ditempatkan di hulu
bendung;
Persyaratan desain mengacu pada KP-02 SK DJ Pengairan No.
185/KPTSA/A/1986


RPT0-Pd T-xx-xxxx
44 dari 77
















Gambar B.8 Denah bangunan bendung tetap














Gambar B.9 Potongan melintang dan memanjang tubuh bendung pelimpah bulat






RPT0-Pd T-xx-xxxx
45 dari 77







Gambar B.10 Tipikal bangunan penahan batu

Gambar B.11 Tipikal bangunan peredam energi tipe ganda

5) Bendung Pelimpah Tipe Gergaji
a) Pertimbangan Perencanaan
Dalam rencana penerapan bangunan bendung dengan pelimpah tipe gergaji
hendaknya dilakukan evaluasi perbandingan dengan kemungkinan penerapan
bendung tipe lain, seperti bendung tetap dengan pelimpah biasa, bendung karet, atau
bendung gerak sesuai Pd T-01-2004-A
b) Persyaratan Perencanaan
Bendung pelimpah tipe gergaji harus didesain berdasarkan Pd T-01-2004-A, dengan
memperhatikan persyaratan berikut :
i. Lokasi, tinggi mercu, debit banjir rencana dan stabilitas perlu didesain dengan
mengacu pada acuan normatif;
ii. Bendung dengan pelimpah tipe gergaji kurang sesuai untuk dibangun pada
sungai dengan angkutan material dasar sungai batu gelundung dan atau jika
sungai tersebut membawa batang-batang pohon dalam jumlah yang tinggi
sehingga diperkirakan akan menimbulkan masalah benturan yang dapat merusak
bangunan dan tau tumpukan sampah yang dapat mengakibatkan penurunan
kapasitas pelimpahan bendung;
iii. Struktur tubuh bendung tipe gergaji relatif ramping, berkaitan dengan hal ini maka
stabilitas dan kekuatan bagian-bagian struktur serta penyaluran gaya ke pondasi
bangunan perlu di analisis dengan cermat;
iv. Untuk memenuhi persyaratan kekuatan struktur, jari-jari mercu perlu diambil lebih
besar atau sama dengan 0,10 m.


RPT0-Pd T-xx-xxxx
46 dari 77
c) Persyaratan Kemanan Bangunan
Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan
memperhatikan kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi
dan pemeliharaan sesuai dengan SNI 03-1724-1989, yang meliputi :
(1) Kemanan hidraulik
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman
terhadap :
- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir;
- bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan
tebing;
- bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
- bahaya kavitasi;
- bahaya akibat perubahan perilaku sungai.
(2) Kemanan Struktural
Bangunan pengambil utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi
persyaratan kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun
bagian per bagian dengan rincian meliputi :
- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
- kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.
(3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan
i. keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu
pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk
dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;
ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah
beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang
perlu dipelihara yaitu :
- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang
rusak;
- pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen
secara hidraulik;
- pembilasan penangkap pasir secara periodik.
- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap
d) Desain Hidraulik
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah
sebagai berikut :
(1) Pra Desain Hidraulik
Kegiatan pra desain meliputi :
(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data
yang diperlukan yaitu :
i. data topografi berupa :
- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 :
50.000;
- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta
detail dengan skala minimum 1 : 5000
RPT0-Pd T-xx-xxxx
47 dari 77
ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara
horisontal maupun vertikal;
iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah
sungai, kemiringan dasar sungai;
iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan
gradasi angkutan sedimen dasar;
v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit
banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;
vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi
serta kegempaan di daerah calon lokasi
vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat
teknik tanah di sekitar calon lokasi;
viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan
ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan
kualitas bahan bangunan;
ix. data lingkungan dan ekologi
(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat
masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan
memperkirakan masalah yang akan timbul;
(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan
atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan
faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya;
geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;
(d) penentuan debit desain mencakup :
i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk
mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;
ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi
iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan
kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta
penangkap pasir
(2) Penentuan Bentuk dan Dimensi
(a) bentuk dan tata letak gigi
i. pelimpah dengan bentuk dasar segitiga menghasilkan kapasitas
pelimpahan terbesar. Namun demikian, dinding-dinding pelimpah bagian
ujung hulu dan hilir pada bentuk segitiga sangat dekat. Keadaan ini
mengakibatkan pelimpah bentuk segitiga sangat peka terhadap efek muka
air hilir dan mudah kehilangan aerasi akibat tumbukan aliran menyilang
yang jatuh dari dinding-dinding pelimpah.
ii. pada pelimpah dengan bentuk dasar persegi panjang terjadi
pengkonsentrasian aliran menuju pelimpah. keadaan ini menimbulkan
depresi terhadap muka air di atas pelimpah dan mengakibatkan
penurunan kapasitas pelimpah.
iii. bentuk dasar trapesium memberikan efektifitas pelimpahan yang terbaik.
(b) pengaruh tinggi muka air hulu
i. pelimpah gergaji memberikan kinerja sangat baik untuk besaran
p
h
rendah.
RPT0-Pd T-xx-xxxx
48 dari 77
ii. pada kondisi
p
h
tinggi, debit dan kecepatan aliran menuju pelimpah
menjadi besar sehingga akan terjadi kontraksi aliran. Keadaan ini
mengakibatkan sebagian besar pelimpah bekerja dengan tinggi tekan
aliran yang lebih rendah daripada tinggi tekan aliran di sungai/saluran di
hulu pelimpah.
iii. berkaitan dengan karakteristik ini, disarankan agar tinggi muka air hulu
maksimum diambil pada domain
p
h
0,5
(c) besar nilai pelipatan panjang pelimpah,
b
I
g

i. secara umum dapat dikatakan bahwa nilai pelipatan kapasitas pelimpahan
akan naik setara dengan pertambahan nilai
b
I
g
. Namun demikian, untuk
nilai
b
I
g
>8 akan diperoleh keadaan pertambahan kapasitas pelimpahan
yang tidak sebanding dengan tuntutan biaya yang diperlukan untuk
memperpanjang pelimpah;
ii. untuk pelimpah dengan
b
I
g
=8, pelipatan kapasitas pelimpahan sangat
peka terhadap kenaikan muka air hulu. Pelipatan kapasitas pelimpahan
turun dengan tajam untuk harga
p
h
0,2;
iii. jika dalam desain bendung gergaji dapat dilakukan pembatasan muka air
hulu hingga
p
h
maksimum =0,5, disarankan agar nilai pelipatan panjang
pelimpah bendungan tipe gergaji diambil dalam domain,
b
I
g
4
iv. jika tinggi muka air hulu dapat dibatasi hingga
p
h
0,25, maka nilai
pelipatan panjang pelimpah dapat diambil hingga
b
I
g
6
(d) besar sudut antara dinding sisi dan arah aliran,
i. kapasitas pelimpah akan naik seiring dengan peningkatan sudut
ii. untuk mengoptimalkan karakteristik ini, disarankan agar dipilih bentuk gigi
trapesium dengan besar sudut =0,75
maks
, dengan
maks
adalah besar
sudut segi tiga terbesar yang dapat dicapai untuk menghasilkan harga
pelipatan panjang pelimpah tertentu
(e) aerasi dan muka air hilir
i. tanpa aerasi yang baik, kapasitas pelimpah bendung gergaji kana
menurun. aerasi dapat dilaukan dengan memasang pipa pemasik udara di
bagian hilir mercu
ii. penerapan bendung dan pelimpah gergaji pada kondisi aliran tidak
sempurna perlu dihindari
RPT0-Pd T-xx-xxxx
49 dari 77
(f) bentuk mercu pelimpah
i. bentuk mercu pelimpah sangat berpengaruh terhadap kapasitas
pelimpahan.
ii. bentuk mercu setengah lingkaran mempunyai koefisien pelimpahan (c),
yang lebih besar daripada koefisien pelimpahan mercu dengan bentuk
tajam (c).
iii. jika kapasitas pelimpahan suatu bendung atau pelimpah bendungan tipe
gergaji dengan besar pelipatan panjang mercu
b
I
g
dan nilai koefisien
pelimpahan c
t
adalah sebesar Q
t
, kapasitas pelimpahan bendung gergaji
dengan
b
I
g
yang sama tetapi dengan koefisien pelimpahan c adalah Qg =
c
t
/c x Q
t

(g) bangunan pengambilan tunggal
kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. perletakan berada pada tikungan luar sungai dengan sudut pengambilan
90
0
atau menyudut (45
0
60
0
) terhadap sumbu bangunan pembilas;
ii. lubang pengambilan ditentukan berdasarkan kebutuhan air maksimum
baik untuk pemasokan maupun pembilasan di kantong lumpur;
iii. jika pengambilan menggunakan pintu yang dioperasikan secara manual
maka lebar pintu maksimal 2,5 m
(h) bangunan pengambilan ganda (bendung pelimpah biasa)
kriteria desain bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. terjadi jika kondisi daerah irigasi berada di kanan dan kiri bendung; pintu
intake ditempatkan di pilar pembilas;
ii. trashrack di pasang di mulut bangunan intake dan pembilas yang terbuat
dari pipa besi bulat berjarak 20 cm
(i) lantai bangunan pengambilan
kriteria desain lantai bangunan pengambilan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A :
Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. ditentukan datar dengan ketinggian sama dan 0,5 m di atas plat
undersluice;
ii. jika bangunan pembilas tanpa undersluice maka tinggi lantai diatas lantai
hulu bendung :
- 0,5 m, jika sungai mengakut lanau;
- 1,0 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil;
- 1,5 m, jika sungai mengakut pasir dan kerikil;

(j) pilar bangunan pengambilan
Dibangun jika lebar intake lebih dari 1,0 m dengan kriteria sesuai dengan Pd
T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap :
i. bentuk awal bulat dan tegak atau dengan kemiringan;
ii. bagian hilir dapat dibuat tegak atau dengan kemiringan;
iii. ketebalan pilar sekitar 0,7 m 1,0 m; sponeng untuk perletakan pintu

RPT0-Pd T-xx-xxxx
50 dari 77
(k) bangunan pembilas
kriteria desain bangunan pembilas sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara
Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. lebar pembilas total 1/6 1/10 dari lebar bendung;
ii. bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu;
iii. bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah lebar
pilar;
iv. bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar;
v. bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala bendung;
vi. kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n;
vii. lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m;
viii. lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m;
ix. mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu
bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung;
x. lebar pintu pembilas maksimum 2,5 m (operasi manual).
(l) pembilas undersluice
kriteria desain lantai bangunan pembilas undersluice sesuai dengan Pd T-xx-
200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. bangunan pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung;
ii. mulut undersluice mengarah ke hulu;
iii. lebar mulut undersluice harus lebih besar dari 1,2 x lebar intake;
iv. panjang undersluice ditentukan berdasarkan perletakan hulu intake dan
tinggi undersluice minimum 1,0 m;
v. bentuk lantai datar

(m) pembilas shunt undersluice
kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice sesuai dengan Pd
T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. dibangun jika material angkutan sungai masih dimungkinkan batu
gelundung;
ii. mulut undersluice mengarah ke samping;
iii. tinggi lubang minimum 1,0 m;
iv. lebar lubang disesuaikan dengan lebar intake dan pembilas;
v. tembok pangkal bagian hulu segaris dengan bagian luar pembilas;
vi. bagian hulu dilengkapi dengan bangunan boulder screen dan dinding
banjir
(n) tembok baya-baya;
kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx-
200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi
bendung;
ii. bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar;
iii. tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah hulu
sama dengan lebar mulut undersluice dan tidak menghalangi pengaliran
ke intake
(o) bangunan penahan batu;
Lengkapi bangunan intake dengan bangunan penahan batu dimana
penempatan dan komponen bangunan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata
Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap adalah sebagai berikut :
RPT0-Pd T-xx-xxxx
51 dari 77
i. ditempatkan di hulu intake/undersluice;
ii. komponen bangunan terdiri dari barisan cerucuk pipa dengan diameter
sebesar 0,15 m dan jarak antar tiang sebesar diameter butir yang akan
tertahan;
iii. balok beton pengikat dengan ukuran lebar 0,5 0,7 m, tebal 0,2 0,4 m
serta pada ketinggian minimal 1,0 m dari atas mercu bendung;
iv. pondasi tiang yang kedalamannya disesuaikan dengan elevasi dasar
sungai dan lantai undersluice
(p) peredam energi :
Lengkapi bangunan dengan peredam energi untuk mencegah penggerusan
setempat dengan memperhatikan :
i. debit desain untuk bangunan peredam energi;
ii. tinggi terjunan;
iii. penggerusan setempat;
iv. degradasi sungai setempat

Pemilihan tipe peredam energi :
i. tipe MDO dan MDS
- tipe MDO digunakan di sungai aluvial dengan angkutan sedimen
dominan fraksi pasir, kerikil dan kerakal;
- tipe MDS digunakan terutama di sungai aluvial dengan angkutan
sedimen dominan fraksi pasir dan kerikil;
- tinggi air hulu bendung dibatasi maksimum 4,0 m;
- tinggi pembendungan (dihitung dari elevasi mercu bendung sampai
dengan elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10,0 m RSNI T-04-
2002.
ii. tipe cekung
kriteria desain lantai bangunan pembilas shunt undersluice sesuai dengan
Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai
berikut :
- sungai dengan kemiringan dasar curam dengan angkutan sedimen yang
terbawa aliran adalah batu gelundung;
- terbentuk pusaran dasar balik searah jarum jam;
- dasar sungai cukup keras
(q) tembok pangkal
Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara :
i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain
untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu;
ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan
peredam energi;
iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring;
iv. ujung tembok pangkal ke arah hilir (L
pi
) ditempatkan di tengah-tengah
panjang lantai peredam energi sesuai dengan RSNI T-04-2002:
L
pi
=L
b
+0,5 L
s

v. panjang tembok pangkal di bagian hulu (L
pu
) bagian yang tegak di hitung
dari sumbu mercu bendung sesuai dengan RSNI T-04-2002:
0,50 L
s
L
pu
L
s

(r) tembok sayap hulu dan hilir
Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan:
i. bentuk dan dimensi peredam energi;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
52 dari 77
ii. geometri sungai di hilir dan sekitarnya;
iii. prediksi kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai
yang akan terjadi;
iv. stabilitas tebing;
v. tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan;
vi. panjang tembok sayap hulu ditentukan :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- pertemuan dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih dari
45
0

- bagi tebing yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung
tembok sayap hulu dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang
total tembok pangkal ditambah sayap hulu sesuai dengan RSNI T-04-
2002:
1,0 L
s
L
su
1,5 L
s

- bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok p[angkal bendung atau
palung sungai di hulu bendung yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan
dengan lebar pelimpah bendung maka tembok sayap hulu perlu
diperpenjang dengan tembok pengarah arus yang panjangnya diambil
minimum sesuai dengan RSNI T-04-2002:
2 x L
pu

vii. panjang tembok sayap hilir (L
si
) :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- panjang tembok dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi diambil
sesuai dengan RSNI T-04-2002 :
L
s
L
si
1,5 L
s

viii. jika tinggi tembok sayap lebih dari 4,0 m maka perlu dibuat bertangga
dengan :
L
si
=panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke
hilir, meter
L
su
=panjang tembok sayap hulu, meter
L
pu
=panjang tembok pangkal hulu bendung dari sumbu mercu bendung
ke hulu, meter
L
s
=panjang labtai peredam energi, meter
(s) lantai hulu dan hilir
Dimensi bangunan pelengkap ini dtentukan dengan memperhatikan
permeabilitas tanah, kemungkinan degradasi dasar sungai dan penggerusan
setempat di hilir bangunan, dan kebutuhan pengurangan daya angkat air. Hal
itu dilakukan agar tidak meliebihi kekuatan dan stabilitas bangunan.
(t) rip-rap
Lengkapi bangunan dengan rip-rap yang berfungsi sebagai pelindung
bangunan terhadap bahaya penggerusan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A :
Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, dengan kriteria :
i. ditempatkan di bagian hilir ambang akhir sepanjang tembok sayap hilir;
ii. material rip-rap berupa bongkahan batu dengan kriteria bulat, padat, keras
dengan berat jenis batu 2,4 t/m
3
;
iii. material rip-rap berupa blok beton dengan 1,0 x 1,0 x 1,0 m dan 0,5 x 0,5
x 0,5 m;
iv. kedalaman penanaman sekitar 2,0 m pada bagian hilir ambang dan 1,5 m
pada bagian kaki tembok sayap hilir

RPT0-Pd T-xx-xxxx
53 dari 77
(u) kantong lumpur
Lengkapi bangunan dengan kantong lumpur mengacu pada KP-04 SK DJ
Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan memperhatikan :
i. berada di hilir intake dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan kondisi
material sedimen;
ii. kemiringan sungai harus cukup curam;
iii. Kecepatan aliran dalam kantong lumpur bersifat sub kritis, sehingga
partikel yang telah mengendap tidak menghambur lagi;
iv. Kecepatan aliran tidak boleh kurang dari 0,30 m/dt;
v. Panjang kantong lumpur biasanya berkisar antara 200 m untuk bahan
sedimen kasar sedangkan 500 m untuk partikel-partikel yang halus
(v) papan duga muka air
Lengkapi bangunan dengan papan duga muka air mengacu pada KP-04 SK
DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 dengan ketentuan :
i. papan duga dipasang dengan ketinggian nol pada mercu bendung atau
pada elevasi yang tepat sesuai dengan ketinggian titk nol yang dipakai
ii. papan duga terbuat dari plat baja yang dilapisi bahan logam enamel
iii. warna yang digunakan adalah putih untuk alas dan biru untuk huruf dan
angka
6) Bendung Gerak dengan Pintu
a) Pertimbangan Perencanaan
Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Bendung Gerak bendung gerak
akan dipilih dengan pertimbangan jika peninggian dasar sungai akibat konstruksi
bendung tetap tidak dapat diterima dikarenakan mempersulit pembuangan air atau
membahayakan pekerjaan sungai yang telah ada akibat peninggian muka air.
b) Persyaratan Perencanaan
Berdasarkan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara Desain Bendung Gerak bendung gerak
akan didesain dengan memperhatikan persyaratan :
i. kemiringan sungai relatif kecil atau datar;
ii. peninggian dasar sungai yang diakibatkan oleh konstruksi bendung tetap tidak
dapat diterima karena akan mempersulit pembuangan air atau membahayakan
pekerjaan sungai yang telah ada;
iii. debit banjir tidak bisa dilewatkan dengan aman melalui bendung tetap;
iv. berada pada lapisan tanah pondasi yang kuat.
c) Persyaratan Kemanan Bangunan
Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan
memperhatikan kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi
dan pemeliharaan sesuai dengan SNI 03-1724-1989, yang meliputi :
(1) Kemanan hidraulik
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman
terhadap :
- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir;
- bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan
tebing;
- bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
- bahaya kavitasi;
- bahaya akibat perubahan perilaku sungai.
RPT0-Pd T-xx-xxxx
54 dari 77
(2) Kemanan Struktural
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan
kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per
bagian dengan rincian meliputi :
- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
- kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.
(3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan
i. keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu
pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk
dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;
ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah
beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang
perlu dipelihara yaitu :
- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang
rusak;
- pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen
secara hidraulik;
- pembilasan penangkap pasir secara periodik.
- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap
d) Desain Hidraulik
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah
sebagai berikut :
(1) Pra Desain Hidraulik
Kegiatan pra desain meliputi :
(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data
yang diperlukan yaitu :
i. data topografi berupa :
- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 :
50.000;
- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta
detail dengan skala minimum 1 : 5000
ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara
horisontal maupun vertikal;
iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah
sungai, kemiringan dasar sungai;
iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan
gradasi angkutan sedimen dasar;
v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit
banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;
vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi
serta kegempaan di daerah calon lokasi
vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat
teknik tanah di sekitar calon lokasi;
viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan
ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan
kualitas bahan bangunan;
ix. data lingkungan dan ekologi
RPT0-Pd T-xx-xxxx
55 dari 77
(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat
masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan
memperkirakan masalah yang akan timbul;
(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan
atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan
faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya;
geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;
(d) penentuan debit desain mencakup :
i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk
mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;
ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi
iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan
kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta
penangkap pasir
(2) Penentuan Bentuk dan Dimensi
(a) panjang bendung
i. diperhitungkan terhadap kemampuan melewatkan debit banjir rencana
dengan tinggi jagaan yang cukup;
ii. sama dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur dan
umumnya ditentukan sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata pada ruas
sungai yang stabil;
(b) Pertimbangan pemilihan tipe pintu
Penetapan pintu didasarkan berbagai pertimbangan yang antara lain
berdasarkan tujuan penggunaan, lokasi pemasangan, besarnya harga dan
biaya exploitasi dan pemeliharaan
(c) Lantai bendung
Lantai bendung harus mempunyai kemampuan dalam mendukung beban
yang ada di atasnya dan menjamin kerapatan terhadap rembesan air.
Sebagai tambahan kadang-kadang dibutuhkan untuk penyangga di antara
pilar-pilar bendung dan apabila pilar-pilar bendung juga akan dipakai sebagai
bendung pengelak sementara, maka pilar-pilar tersebut harus mempunyai
stabilitas yang memadai.
(d) Pilar Bendung
Bentuk penampang pilar bendung harus ramping dan pada pinggir hulunya
dibentuk setengah lingkaran, tetapi pada pada pinggir hilirnya agak lonjong
atau berbentuk busur yang runcing.
Lebar dan panjang pilar bendung ditetapkan berdasarkan lebar jembatan
inspeksi, dimensi mekanisme penggerak daun pintu dan perhitungan stabilitas
mekanis.
Celah diperlukan untuk memasang perapat pintu diperhitungkan untuk
menentukan sponing pintu. Perapat bawah supaya dapat bertumpu pada
landasan pintu yang dipasang di atas permukaan lantai bendung sedang
perapat samping harus dibuat dengan konstruksi yang mudah dibongkar
pasang untuk memudahkan pemeriksaan dan perbaikan.
Tinggi pilar bendung harus lebih tinggi dari elevasi muka air banjir rencanan
tanggul untuk menjamin keamanan pilar-pilar pintu dan menjamin jagaan
antar MAT dan gelagar jembatan inspeksi.
RPT0-Pd T-xx-xxxx
56 dari 77
(e) Pilar Pintu
Pilar pintu ditentukan berdasarkan tipe pintu yang digunakan sebagai tubuh
bendung. Tinggi ditentukan berdasarkan kemudahan operasi pintu termasuk
tinggi perlengkapan mekanisme pengangkat daun pintu dan tambahan untuk
tinggi jagaan
(f) Ruang Operasi Pintu
Ruang operasi pintu dilengkapi panel dan peralatan pengatur pintu, sperti
tomnol-tombol mekanisme pembukaan-penutupan pintu yang ditempatkan di
atas pilar
(g) Elevasi Sisi Atas Daun Pintu
Elevasi sisi atas daun pintu ditentukan berdasarkan kenaikan elevasi muka air
banjir yang diinginkan.
(h) Bangunan pembilas
kriteria desain bangunan pembilas sesuai dengan Pd T-xx-200x-A : Tata Cara
Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. lebar pembilas total 1/6 1/10 dari lebar bendung;
ii. bangunan dilengkapi dengan pilar-pilar dan pintu;
iii. bentuk pilar bagian hulu bulat dengan jari-jari pembulatan setengah
lebar pilar;
iv. bagian hilir runcing dengan jari-jari peruncingan 2 x lebar pilar;
v. bentuk bagian hulu tegak dan berawal dari bagian muka kepala
bendung;
vi. kemiringan bagain hilir dapat diambil dengan perbandingan 1 : n;
vii. lebar pilar sisi bagian luar dapat diambil sampai dengan 2,0 m;
viii. lebar sisi bagian dalam 1,0 m dan 1,5 m;
ix. mercu pintu pembilas ditentukan sama tinggi dengan elevasi mercu
bendung atau 0,10 m lebih tinggi dari elevasi mercu bendung;
(i) tembok baya-baya
kriteria desain lantai bangunan tembok baya-baya sesuai dengan Pd T-xx-
200x-A : Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, sebagai berikut :
i. penempatan menerus ke arah hulu dari pilar pembilas bagian luar/sisi
bendung;
ii. bentuk mengecil ke arah hulu sebesar setengah lebar tembok pilar;
iii. tinggi mercu minimal 0,5 m di atas bendung dengan panjang ke arah
hulu sama dengan lebar mulut undersluice dan tidak menghalangi
pengaliran ke intake
(j) tembok pangkal
Tentukan bentuk dan ukuran tembok pangkal dengan cara :
i. tinggi tembok pangkal ditentukan dengan memperhatikan debit desain
untuk kapasitas pelimpahan ditambah dengan tinggi jagaan tertentu;
ii. panjang tembok pangkal ditentukan oleh dimensi tubuh bangunan dan
peredam energi;
iii. bentuk tembok pangkal dapat dibuat tegak atau miring;
iv. ujung tembok pangkal ke arah hilir (L
pi
) ditempatkan di tengah-tengah
panjang lantai peredam energi sesuai dengan RSNI T-04-2002:
L
pi
=L
b
+0,5 L
s

v. panjang tembok pangkal di bagian hulu (L
pu
) bagian yang tegak di hitung
dari sumbu mercu bendung sesuai dengan RSNI T-04-2002:
RPT0-Pd T-xx-xxxx
57 dari 77
0,50 L
s
L
pu
L
s

(k) tembok sayap hulu dan hilir
Lengkapi bangunan dengan tembok sayap dengan memperhatikan:
i. bentuk dan dimensi peredam energi;
ii. geometri sungai di hilir dan sekitarnya;
iii. prediksi kedalaman penggerusan setempat dan degradasi dasar sungai
yang akan terjadi;
iv. stabilitas tebing;
v. tinggi muka air hilir pada debit desain ditambah dengan tinggi jagaan;
vi. panjang tembok sayap hulu ditentukan :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- pertemuan dengan tembok pangkal dibuat menyudut kurang lebih dari
45
0

- bagi tebing yang tidak jauh dari sisi tembok pangkal bendung, ujung
tembok sayap hulu dilengkungkan masuk ke tebing dengan panjang
total tembok pangkal ditambah sayap hulu sesuai dengan RSNI T-04-
2002:
1,0 L
s
L
su
1,5 L
s

- bagi tebing sungai yang jauh dari sisi tembok p[angkal bendung atau
palung sungai di hulu bendung yang relatif jauh lebih lebar dibandingkan
dengan lebar pelimpah bendung maka tembok sayap hulu perlu
diperpenjang dengan tembok pengarah arus yang panjangnya diambil
minimum sesuai dengan RSNI T-04-2002:
2 x L
pu

vii. panjang tembok sayap hilir (L
si
) :
- kemiringan tembok diambil 1 : 1
- panjang tembok dihitung dari ujung hilir lantai peredam energi diambil
sesuai dengan RSNI T-04-2002 :
L
s
L
si
1,5 L
s

viii. jika tinggi tembok sayap lebih dari 4,0 m maka perlu dibuat bertangga
dengan :
L
si
=panjang tembok sayap hilir dari ujung hilir lantai peredam energi ke
hilir, meter
L
su
=panjang tembok sayap hulu, meter
L
pu
=panjang tembok pangkal hulu bendung dari sumbu mercu bendung
ke hulu, meter
L
s
=panjang labtai peredam energi, meter
(l) lantai hulu dan hilir
Dimensi bangunan pelengkap ini dtentukan dengan memperhatikan
permeabilitas tanah, kemungkinan degradasi dasar sungai dan penggerusan
setempat di hilir bangunan, dan kebutuhan pengurangan daya angkat air. Hal
itu dilakukan agar tidak meliebihi kekuatan dan stabilitas bangunan.
(m) Rip rap
Lengkapi bangunan dengan rip-rap yang berfungsi sebagai pelindung
bangunan terhadap bahaya penggerusan sesuai dengan Pd T-xx-200x-A :
Tata Cara Desain Hidraulik Bendung Tetap, dengan kriteria :
i. ditempatkan di bagian hilir ambang akhir sepanjang tembok sayap hilir;
ii. material rip-rap berupa bongkahan batu dengan kriteria bulat, padat, keras
dengan berat jenis batu 2,4 t/m
3
;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
58 dari 77
iii. material rip-rap berupa blok beton dengan 1,0 x 1,0 x 1,0 m dan 0,5 x 0,5
x 0,5 m;
iv. kedalaman penanaman sekitar 2,0 m pada bagian hilir ambang dan 1,5 m
pada bagian kaki tembok sayap hilir
(n) Perlengkapan lainnya
i. Sumber tenaga listrik cadangan
Pada pintu-pintu air yang sumber tenaga utamanya diperoleh dari jaringan
komersil, maka diperlukan adanyalistrik cadangan.
ii. Gedung pusat operasi pintu
Dalam gedung ini terdapat kantor, ruang pembangkit listrik cadangan,
ruang operasi, ruang operasi, ruang petugas jaga malam dan lain-lain
iii. Alat ukur tinggi muka air
Alat ukur tinggi muka air dipasang di hulu dan hilir bendung. Pada
bangunan penerus, maka alat ukur tinggi muka air dipasang, di dalam
kolam tunggu. Tinggi muka air pada masin-masing lokasi dapat dibaca
langsung dari dalam ruang operasi.
iv. Sarana penerangan
Sarana penerangan yang memadai haruslah dipasang untuk menerangi
daun pintu, jembatan inspeksi, ruang operasi dan semua tempat-tempat
yang diperlukan untuk kelancaran operasi pintu.
v. Tangga inspeksi
Tangga inspeksi harus diadakan pada permukaan perkuatan lerang
tanggul kiri dan tanggul kanan baik di lereng belakang maupun di lereng
depan. Lebar efektif tangga minimum 1 mdan terbuat dari blok-blok beton.
vi. Tangga untuk ruang operqasi pintu
Konstruksi dan lokasi tangga supaya disesuaikan dengan keadaan
sekitarnya, keseimbangan antara pilar pintu dan ruang operasi serta
keamanan terhadap kemungkinan kecelakaan

7) Bendung Karet
a) Pertimbangan Perencanaan
Pertimbangan pemilihan bendung karet berdasarkan Pd T-09-2004-A adalah sebagai
berikut :
- Alternatif penerapan bendung jenis lain yang lebih murah tanpa mengabaikan
efektifitasnya bagi tujuan dibangunnya bendung;
- Bendung karet hanya diterapkan pada kondisi yang apabila digunakan bendung
tetap akan menimbulkan peningkatan ancaman banjir yang sulit diatasi;
- Alternatif bendung karet dipilih apabila bendung gerak jenis lain tidak bisa
menjamin kepastian pembukaan bendung pada saat banjir datang, mengingat
daerah yang harus diamankan terhadap ancaman banjir datang, mengingat daerah
yang harus diamankan terhadap ancaman banjri merupakan kawasan penting.
b) Persyaratan Perencanaan
Persyaratan pemilihan bendung karet berdasarkan Pd T-09-2004-A adalah sebagai
berikut :
i. Kondisi alur sungai, meliputi :
RPT0-Pd T-xx-xxxx
59 dari 77
- kondisi aliran sub-kritis pada sungai muara
- tidak terjadi sedimentasi yang sedemikian berat sehingga mengganggu
mekanisme kembang-kempisnya tabung karet
- tidak mengangkut sedimen kasar
- aliran sungai tidak mengangkut sampah yang besar dan keras
- air sungai tidak mengandung limbah kimia yang bisa bereaksi dengan karet
ii. Bahan, harus memenuhi persyaratan :
- tabung karet terbuat dari bahan yang elastis, kuat, kedap udara, tidak mudah
terabrasi dan tahan lama
- perencanaan bahan karet baik jenis, kekuatan maupun dimensi hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan produsen untuk menyediakannya
iii. Operasi dan Pemeliharaan
- Radiasi sinar ultraviolet terhadap karet tubuh bendung harus dikurangi
semaksimal mungkin
- Bendung karet harus diamankan dari gangguan manusia yang tidak
bertanggung jawab.
c) Persyaratan Kemanan Bangunan
Bangunan bendung dan bangunan pelengkap lainnya perlu didesain dengan
memperhatikan kemanan bangunan ditinjau dari segi hidraulik, struktural, operasi
dan pemeliharaan sesuai dengan SNI 03-1724-1989, yang meliputi :
(1) Kemanan hidraulik
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus diperhitungkan aman
terhadap :
- bahaya luapan pada bangunan tembok pangkal, tembok sayap udik dan hilir;
- bahaya penggerusan setempat, degradasi dasar sungai dan penggerusan
tebing;
- bahaya erosi buluh akibat aliran di bawah dan di samping bangunan;
- bahaya kavitasi;
- bahaya akibat perubahan perilaku sungai.
(2) Kemanan Struktural
Bangunan utama dan bangunan pelengkapnya harus memenuhi persyaratan
kekuatan dan kestabilan struktur baik secara satu kesatuan maupun bagian per
bagian dengan rincian meliputi :
- kekuatan terhadap benturan batu dan angkutan benda padat lainnya;
- kestabilan bangunan terhadap guling, geser dan penurunan.
(3) Keamanan Operasi dan Pemeliharaan
i. keamanan operasi : bangunan utama dan bangunan pelengkap seperti pintu
pengatur debit, penangkap pasir dan bagian-bagiannya agar didesain untuk
dapat dioperasikan dengan mudah, aman dan efisien;
ii. pemeliharaan : untuk menjaga fungsi dan keamanan bangunan setelah
beroperasi diperlukan pemeliharaan dan pemantauan berkala; hal-hal yang
perlu dipelihara yaitu :
- saringan dari sumbatan batu, sampah dan mengganti batang-batang yang
rusak;
- pembersihan berkala gorong-gorong pengumpul dari endapan sedimen
secara hidraulik;
- pembilasan penangkap pasir secara periodik.
- pemeliharaan dan perbaikan lapisan tahan aus dan rip-rap
RPT0-Pd T-xx-xxxx
60 dari 77
d) Desain Hidraulik
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam detail desain bendung adalah
sebagai berikut :
(1) Pra Desain Hidraulik
Kegiatan pra desain meliputi :
(a) Persiapan pekerjaan yaitu pengumpulan, evaluasi dan analisis data. Data
yang diperlukan yaitu :
i. data topografi berupa :
- peta yang meliputi daerah aliran sungai dengan skala minimum 1 :
50.000 atau yang lebih detail;
- peta situasi sungai di lokasi bangunan dengan skala 1 : 2000 dan peta
detail dengan skala minimum 1 : 5000
ii. data morfologi sungai seperti geometri sungai, data hidrograf aliran sungai
dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dasar sungai secara
horisontal maupun vertikal;
iii. data geometri sungai berupa : bentuk dan ukuran alur, palung, lembah
sungai, kemiringan dasar sungai;
iv. data angkutan sedimen berupa : gradasi material dasar sungai, laju dan
gradasi angkutan sedimen dasar;
v. data hidrograf aliran sungai seperti : aliran banjir, frekuensi kejadian debit
banjir, kurva massa aliran dan tinggi muka air sungai;
vi. data geoteknik diantaranya : geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologi
serta kegempaan di daerah calon lokasi
vii. data mekanika tanah : seperti sifat fisik tanah dan batauan serta sifat
teknik tanah di sekitar calon lokasi;
viii. data bahan bangunan : sumber dan jumlah bahan yang tersedia, jenis dan
ketahanan umur, sifat fisik dan teknik bahan bangunan serta persyaratan
kualitas bahan bangunan;
ix. data lingkungan dan ekologi
(b) peninjauan lapangan : untuk memeriksa tingkat ketelitian data; mendapat
masukan data morfologi sungai dan sifat sungai, mengetahu dan
memperkirakan masalah yang akan timbul;
(c) penentuan lokasi bangunan harus dipilih berdasarkan studi perbandingan
atas beberapa alternatif dengan mempertimbangkan fungsi bangunan dan
faktor-faktor lain; topografi, morfologi sungai dan medan sekitarnya;
geoteknik; lingkungan; pelaksanaan bangunan; dan mobilitas peralatan;
(d) penentuan debit desain mencakup :
i. debit desain banjir dengan kala ulang 100 tahun digunakan untuk
mendesain bangunan pelimpah dan tembok pangkal;
ii. debit desain sebesar debit alur penuh untuk bangunan peredam energi
iii. debit andalan tertentu sesuai kebutuhan untuk kebutuhan irigasi dan
kebutuhan pembilasan sedimen di gorong-gorong pengumpul serta
penangkap pasir
(2) Penentuan Bentuk dan Dimensi
(a) elevasi mercu bendung
Mercu bendung diletakkan pada elevasi yang diperlukan untuk pelayanan
muka air pengambilan, atau didasarkan pada perhitungan bagi penyediaan
volume tampungan air di hulu bendung.
(b) pembendungan
RPT0-Pd T-xx-xxxx
61 dari 77
Tinggi bendung harus dibatasi untuk menghindari terjadinya :
i. ancaman banjir di daerah hulu;
ii. peningkatan energi terjunan yang berlebihan;
iii. vibrasi yang akan merusak tabung karet
Tinggi pembendungan maksimum ditetapkan tidak melebihi 0,3 H, dengan H
adalah tinggi bendung. Pembendungan maksimum ini menentukan elevasi
muka air pengempisan yang merupakan batas muka air tertinggi karena
bendung karet harus sudah dikempiskan Pd T-09-2004-A.
Untuk mengurangi besarnya vibrasi, pada tubuh bendung bisa diberi sirip
yang letaknya di sebelah hilir mercu, atau jika pada kondisi mengempis, sirip
berada pada ujung hilir lipatan.
(c) Penampungan dan pelepasan
Ketika bendung karet mengembang, di hulu bendung akan terjadi
penampungan air. Pada alur sungai yang relatif lebar dan landai, volume
tampungan cukup berarti sebagai penyediaan air tawar di daerah pantai.
Pada bendung dengan volume tampungan yang besar sedangkan debit aliran
relatif kecil, pengisian tampungan untuk mencapai muka air normal
memerlukan waktu yang lama. Untuk menghindari pelepasan volume
tampungan pada operasi pengempisan, bisa digunakan sistem panelisasi
bendung Pd T-09-2004-A.
(d) peredaman energi
i. energi terjunan
Energi terjunan diperhitungkan untuk kemungkinan yang paling
membahayakan yaitu pada kondisi dengan asumsi sebagai berikut :
- muka air hulu setinggi muka air pengempisan;
- terjadi v-notch hingga mencapai dasar tubuh bendung;
ii. kolam peredam energi
J enis dan dimensi kolam peredam energi direncanakan dengan metode
yang berlaku, dengan prinsip :
- elevasi lantai ditentukan agar loncat air terjadi tepat pada ujung terjunan,
blok pemecah arus bisa ditambahkan jika diperlukan.
- panjang lantai ditentukan hingga ujung hilir loncat air
Penghitungan muka air hilir harus mempertimbangkan kemungkinan
terjadinya degradasi dasar sungai. Struktur hidraulik kolam harus
mempertimbangkan terjadinya pusaran air sebagai akibat aliran tidak
merata karena timbulnya V-notch Pd T-09-2004-A.
(e) sirip (fin)
Sirip yang diletakkan di sebelah hilir/bawah mercu bendung sepanjang tabung
karet berfungsi untuk menahan agar limpasan air dari atas mercu bendung
tidak menempel menuruni sisi hilir tabung karet, dengan pertimbangan bahwa
uliran air yang menempel tersebut tidak stabil dan akan menyebabkan
terjadinya vibrasi ataupun osilasi Pd T-09-2004-A.
Prinsip penentuan lebar dan letak sirip adalah sebagai benkut :
i. menghindari menempelnya aliran limpasan di hilir bendung pada posisi
setinggi mungkin;
ii. tidak mempengaruhi aliran limpasan sempurna di atas mercu bendung
RPT0-Pd T-xx-xxxx
62 dari 77
(f) bahan karet tubh bendung
Lembaran karet terbuat dari bahan karet asli atau sintetik yang elastik, kuat,
keras, dan tahan lama. Pada umumnya bahan karet yang digunakan memiliki
spesifikasi sebagai berikut :
i. kekerasan
tes abrasi menggunakan metode H18 dengan beban 1 kg pada putaran
1000 kali tidak melampaui 0,8 m
3
/mil
ii. kuat tarik
kuat tarik pada suhu normal 150 kg/cm
2

kuat tarik pada suhu 100 120 kg/cm
2

Bahan karet diperkuat dengan susunan benang nilon yang memberikan
kekuatan tarik sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menahan gaya. Bahan
dasar karet umumnya digunakan karet sintetis seperti ethylene propylene
diene monomer (EPDM), chloroprene rubber (CR), dan lain-lain. Untuk
mengurangi goresan oleh benda tajam/keras, permukaan luar karet bisa
dilapisi dengan bahan keramik sesuai dengan Pd T-09-2004-A.
(g) perencanaan instalasi
i. lubang angin
Lubang angin merupakan lubang bagi pemasukan dan pengeluaran udara
pada tabung karet. J umlah lubang minimum dua lokasi, yaitu di kedua
ujung tabung karet dengan memasang pipa baja dalam tabung. Hal ini
diperlukan untuk menghindari terjebaknya udara pada satu sisi tabung
karet ketika terjadi v-notch yang bisa menutup rongga tabung karet.
Lubang angin bisa dibuat lebih dari dua, yang diletakkan merata di
sepanjang pipa baja dalam tabung karet sesuai dengan Pd T-09-2004-A.
ii. pompa dan saluran udara
Pompa udara harus disediakan untuk mengembangkan tabung karet.
Pemompaan udara ke dalam tabung karet harus dilengkapi dengan
instrumen pengontrol tekanan udara (manometer) sesuai dengan Pd T-09-
2004-A.
iii. Sistem otomatisasi
Prinsip keja sistem otomatisasi adalah apabila muka air sungai di hulu
bendung sudah mencapai muka air pengempisan yang direncanakan,
akan terjadi aliran masuk ke dalam sistem, yang diatur untuk
menggerakan tuas pembuka tutup saluran udara dari tabung karet. Sistem
penggerak tuas yang biasa digunakan, antara lain sebagai berikut :
- Sistem ember, aliran air ditampung dalam suatu ember yang diikatkan
pada kotak otomatisasi. Dengan makin besar berat ember, posisi ember
akan turun hingga memutar tuas pembuka tutup saluran udara.
- Sistem pengapungan, aliran air ditampung dalam suatu bak yang di
dalamnya dipasang pelampung. Pelampung diikat dengan tali yang
dihubungkan dengan kotak otomatisasi. J ika muka air naik, pelampung
ikut naik dan menggerakkan tuas pembuka tutup saluran udara sesuai
dengan Pd T-09-2004-A.
RPT0-Pd T-xx-xxxx
63 dari 77

























Gambar B.12 Denah dan potongan melintang bendung karet

8) Perencanaan stabilitas
a) Fondasi
Fondasi bendung karet dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu fondasi langsung
yang dibangun di atas lapisan tanah yang kuat dan fondasi tidak langsung (dengan
tiang pancang) yang dibangun pada lapisan lunak.

Pada fondasi langsung, fondasi bendung karet yang menahan bangunan atas yang
relatif ringan membutuhkan massa yang lebih besar untuk menjaga stabilitas
terhadap penggulingan dan penggeseran. Untuk penghematan biaya konstruksi,
fondasi dibuat dari sel-sel beton bertulang yang diisi dengan pasangan batu.



RPT0-Pd T-xx-xxxx
64 dari 77
b) Stabilitas terhadap erosi bulu (piping)
Panjang lintasan garis rembesan yang aman terhadap bahaya piping bisa dihitung
dengan menggunakan metode seperti Bleigh, Lane, jaring aliran (flow net), dan
sebagainya. Sebagai contoh, persyaratan kemanan terhadap bahaya piping menurut
teori Lane adalah :
( )
H
L /3 L
C
V H
L

+

dengan :
LH = panjang bagian horisontal permukaan dasar pondasi (m)
LV = panjang bagian vertikal permukaan dasar pondasi (m)
H = beda tinggi muka air hlu dan hilir, diambil =H (m)
CL = koefisien Lane yang tergantung pada jenis tanah dasar pondasi

c) Stabilitas pondasi
(1) Stabilitas terhadap penggulingan
Pemeriksaan stabilitas terhadap penggulingan dihitung dengan persamaan :
1,5
M
M
S
R
T
FR
=


dengan :
S
FR
adalah faktor keamanan terhadap guling
M
R
adalah momen gaya-gaya penggulingan terhadap ujung hilir pondasi (Nm)
M
T
adalah momen gaya-gaya penahan terhadap ujung hilir pondasi (Nm)
(2) Stabilitas terhadap penggeseran
Pemeriksaan stabilitas terhadap penggulingan dihitung dengan persamaan :

=
R
T
FS
F
F
S
dengan :
S
FS
adalah faktor keamanan terhadap geser
F
S
adalah gaya-gaya penggeser (N)
F
T
adalah gaya-gaya penahan (N)
(3) Stabilitas terhadap gaya angkat
1,2
F
F
S
U
G
FU
=


dengan :
S
FU
adalah faktor keamanan terhadap pengangkatan
F
U
adalah gaya angkat air (N)
F
G
adalah gaya berat pondasi dan kekuatan tarik tiang pancang (N)
(4) Stabilitas tanah dasar
Dengan asumsi menggunakan pondasi langsung, pemeriksaan stabilitas dihitung
dengan rumus :

a
S
FB
=
dengan :
S
FB
adalah faktor keamanan daya dukung tanah
RPT0-Pd T-xx-xxxx
65 dari 77
adalah tegangan kasimum dasar pondasi (kPa)
a adalah gaya dukung tanah yang dijinkan (kPa)
Eksentrisitas gaya resultan dihitung dengan rumus :

=
V
M
B
e
2

dengan :
e adalah eksentrisitas gaya resultan (m)
B adalah lebar dasar pondasi (m)
M adalah momen terhadap gaya-gaya terhadap ujung hilir pondasi (Nm)
V adalah komponen gaya vertikal (N)

J ika persyaratan tersebut terpenuhi, digunakan pondasi langsung dengan dimensi
seperti yang direncanakan sebelumnya.
J ika persyaratan tidak terpenuhi, harus menggunakan pondasi tiang pancang.
Pada kondisi ini dimensi plat pondasi harus diubah menjadi kombinasi antara
pelat penghubung dan seri tiang pancang.
Pemeriksaan stabilitas terhadap penggeseran, penggulingan dan gaya angkat
diulang kembali dengan memperhtiungkan juga kekuatan tiang pancang untuk
menahan gaya angkat dan gaya horisontal. Perhitungan ini akan menentukan
jumlah dan dimensi tiang pancang.
Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan stabilitas tanah dasar dengan struktur
pondasi yang sudah ditetapkan di atas.
(5) Persyaratan angka keamanan
Angka keamanan terhadap penggulingan (S
FS
), eksentrisitas gaya resultan (e)
pada penggulingan dan daya dukung tanah (S
FB
), ditunjukkan pada tabel di
bawah ini :
Tabel A.1 Persyaratan angka keamanan stabilitas pondasi
Kondisi Desain S
FS
e S
FS
Normal
Dengan gempa
Banjir
Pelaksanaan
1,5
1,2
1,5
1,2
<B/6
<B/3
<B/6
<B/3
3
2
3
2

9) Uji model hidarulik
1) Uji model hidraulik perlu dilakukan terhadap pra desain untuk :
a) mendapatkan bentuk dan ukuran hidraulik yang mantap;
b) mempelajari hal-hal seperti berikut :
i. gejala dan parameter aliran di sungai yang sulit diperoleh dari lapangan;gejala
dan parameter aliran pada permukaan struktur;
ii. perubahan gejala dan parameter aliran di sungai akibat adanya bangunan
dan sebaliknya;
2) jenis model hidraulik meliputi :
a) model sungai;
b) model bangunan dan pelengkapnya;
RPT0-Pd T-xx-xxxx
66 dari 77
c) model lengkap (sungai, bangunan dan pelengkapnya) dan model detil;
3) uji model hidraulik harus dilakukan oleh satu tim teknik hidraulik yang ahli dan
berpengalaman baik dalam bidang uji model hidraulik maupun lapangan (survai,
investigasi, disain dan operasi.
10) Desain hidraulik
Desain hidraulik :
1) merupakan penyempurnaan pradesain hidraulik yang dilakukan dengan bantuan uji
model hidraulik;
2) bangunan lain yang belum didesain pada pekerjaan pra desain; seperti fondasi
bangunan, pintu-pintu, dilakukan pada pekerjaan desain struktur;
3) keluaran desain; berupa gambar-gambar desain, dengan skala gambar mengikuti
standar yang berlaku; dan nota desain.


RPT0-Pd T-xx-xxxx
67 dari 77
LAMPIRAN C

Lampiran C.1 Contoh Perhitungan Desain Bendung di Sungai......................


1) Tahapan Desain
Tahapan desain hidrolik bendung yaitu seperti berikut :
i. Data awal seperti debit banjir desain sungai, debit penyadapan ke intake, keadaan
hidrolik sungai, tinggi muka air sungai saat banjir, elevasi lahan yang akan diairi telah
diketahui
ii. Perhitungan untuk penentuan elevasi mercu bendung
iii. Penentuan panjang mercu bendung
iv. Penetapan ukuran lebar pembilas dan lebar pilar pembilas
v. Perhitungan penentuan ketinggian elevasi muka air banjir di hulu bendung
vi. Penetapan ukuran mercu bendung dan tubuh bendung
vii. Perhitungan dimensi hidrolik bangunan intake
viii. Penetapan tipe, bentuk, dan ukuran bangunan peredam energi
ix. Perhitungan panjang lantai hulu bendung
x. Penetapan dimensi bangunan tembok pangkal, tembok sayap hulu dan tembok
sayapa hilir
Kriteria desain :
i. Tinggi muka air banjir di hulu bendung harus lebih rendah atau sama dengan 4 meter
ii. Tinggi mercu bendung ke dasar sungai di hilir harus lebih rendah atau sama dengan
10 meter
Desain mercu dan tubuh bendung dengan persyaratan, yaitu :
i. Bentuk mercu bendung tipe bulat, jari-jari pembulatan satu radius
ii. Bidang hilir tubuh bendung di bagian hilir mercu dibuat dengan kemiringan yang
perbandingannya yaitu 1 : 1
2) Data
i. Peta situasi sungai, skala 1 : 2000, dimana :
- Lebar palung sungai antara 50 60 m
- Elevasi dasar sungai rata-rata di sekitar rencana bendung +82,70
ii. Peta daerah irigasi :
- Luas daerah irigasi yang akan diairi 6,229 hektar
- Elevasi lahan yang tertinggi yang akan diairi +84,80
iii. Debit banjir desain sungai dan elevasi muka air hilir (tail water) pada Q
100th
=+85,56
m
3
/dt
iv. Debit desain intake =7,70 m
3
/dt
3) Perhitungan Hidrolik Bendung
3.1) Penentuan elevasi mercu bendung
i. Elevasi mercu bendung dilakukan :
- Tinggi sawah yang akan dialiri =+84,80
- Tinggi air di sawah yang diambil =0,10 m
- Kehilangan tekanan dari sawah ke saluran tersier =0,10 m
- Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke saluran sekunder =0,10 m
- Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran induk =0,10 m
- Kehilangan tekanan akibat kemiringan saluran induk ke sedimen trap =0,15 m
- Kehilangan tekanan akibat bangunan ukur =0,40 m
- Kehilangan tekanan akibat sedimen trap ke intake =0,25 m
- Kehilangan tekanan pada intake =0,20 m
- Kehilangan tekanan akibat eksploitasi =0,10 m
Jadi ketinggian elevasi mercu bendung = +86,30
RPT0-Pd T-xx-xxxx
68 dari 77
ii. Perhitungan penetuan elevasi meru bendung dengan memperhatikan faktor tinggi
tekanan yang diperlukan untuk pembilasan sedime. Bednugn ini direncanakan
dilengkapi dengan penangkap sedimen dan bangunan pembilas lurus tipe
undersluice. Penangkap sedimen direncanakan dengan ukuran seperti berikut :
- Panjang penangkap sedimen =70,0 m
- Panjang saluran pengantar ke penangkap sedimen =30,0 m
- Kemiringan permukaan sedimen di penangkap sedimen =0,00016
- Elevasi dasr penagkap sedimen di bagian hilir =+83,78
- Elevasi muka air di penangkap sedimen bagian hilir =+86,18
Cara perhitungan dilakukan seperti berikut :
- Elevasi permukaan air di kantong sedimen bagian hulu
El =86,18 +(70 x 0,00016)
=+86,19 m
- Elevasi permukaan air di huu saluran pengantar/tepat di hilir intake
El =86,18 +(70 +30) x 0,00016
=+86,20 m
- Kehilangan tekanan pada intake diambil =0,20
- Elevasi muka air di hulu intake :
El =86,20 +0,20
El =86,40 m
- Kehilangan tekanan akibat eksploitasi diambil =0,10
Jadi ketinggian elevasi mercu bendung +86,40 + 0,10 = +86,50
Kesimpulan :
- Ketinggian elevasi mercu bendung berdasarkan elevasi sawah yang akan diairi
+86,30
- Ketinggian elevasi mercu bendung berdasarkan kebutuhan tinggi tekanan yang
diperlukan untuk pembilasan +86,50
- J adi ketinggian mercu bendung ditetapkan pada elevasi +86,50
3.2) Penentuan panjang mercu bendung
Panjang mercu bednung ditentukan 1,2 kali lebar sungai rat-rata. Lebar sungai
direncana lokasi bendung bervariasi antara 50 m sampai dengan 55 m/ lebar sungai
rata-rata diambil 52 m. Panujang mercu bendung yaitu 1,2 x 52 m =62,4 m. Panjang
mercu ditetapkan 62,0 m.
3.3) Penentuan lebar lubang dan pilar pembilas
Lebar bangunan pembilas diambil 1/10 kali lebar sungai rata-rata yaitu 1/10 x 52,0 =
5,0 m. Pembilas dibuat 2 buah masing-masing 2,50 m. Lebar pilar pembilas ditetapkan
2 buah dengan lebar masing-masing pilar 1,50 m
3.4) Perhitungan panjang mercu bendung efektif
Panjang mercu efektif dihitung dengan menggunakan rumus :
B
e
=Bb 2(n Kp +ka) He
B
e
=62 2(2x0,01 +0,1) He
B
e
=62 0,24 He
3.5) Perhitungan tinggi muka air banjir di hulu bendung
Elevasi muka air banjir di hulu bendung dapat diketahui dengan menghitung tinggi
energi dengan menggunakan persamaan seperti berikut :
Q
d
=C x B
e
x H
e
3/2

Koefisien debit pelimpah, C, nilainya dihitung dengan menggunakan persamaan :
C =3,97 (H
e
/H
d
)
0,12
dimana H
e
=H
a

Dari persamaan diatas diperoleh nilai C =2,19
Dari persamaan diatas tinggi energi dapat dihitung, yaitu :
Q
d
=C x B
e
x H
e
3/2

dimana :
Q
d
=700 m
3
/s
B
e
=62 0,24 H
e

C =2,19
RPT0-Pd T-xx-xxxx
69 dari 77
Perhitungan dilakukan dengan cara trial dan error
Langkah pertama diasumsikan bila nilai B
e
=61,50 m
Q
d
=C.B
e
.H
e
3/2

3
2
e
d
e
C.B
Q
H

=
3
2
e
61,50 x 2,19
700
H

=
H
e
=3,00 m
Langkah kedua diasumsikan nilai B
e
=61,28 m
Q
d
=C.B
e
.H
e
3/2

3
2
e
d
e
C.B
Q
H

=
3
2
e
61,28 x 2,19
700
H

=
H
e
=3,07 m 3,00 m
Nilai H
e
diambil 3,00 m, sehingga B
e
dapat dihitung :
B
e
=62 0,24 H
e

B
e
=62 0,24 x 3
B
e
=61,28 m
Tinggi tekanan (Desain Head)
Tinggi tekanan, Ha ditentukan dengan persamaan :
H
e
=H
e
v
2
/2g
v
2
/2g =0 (diabaikan)
H
e
=3,00 m
Kesimpulan :
- Tinggi muka air banjir di hulu bendung =H
e
=3,00 m
- Elevasi muka air banjir =+86,50 +3,0 =89,50 m
3.6) Penentuan Jari-jari mercu bendung
Nilai jari-jari mercu bendung ditentukan berdasarkan grafik hubungan antara tinggi
muka air hulu, h
a
dan besarnya jari-jari (r) serta debit pengaturan lebar yang diterbitkan
oleh DPMA.
Dari grafik tersebut, untuk h
a
=H
a
=3,00 m dan q =11,4 m
3
/dt/m
3
diperoleh nilai r =2,3
m. Diambil r =2,50 m
Dengan menggunakan grafik penentuan bahaya kavitasi di hilir mercu bendung yang
juga diterbitkan oleh DPMA dapat diketahui bahaya kavitasi di hilir mercu bendung.
Untuk nilai H
a
=3,00 m, dan r =2,50 m, tekanan beradad di daerah positif, jadi tidak
ada bahaya kavitasi.
3.7) Resume Perhitungan Hidrolik
- Elevasi mercu bendung = +86,50 m
- Panjang mercu bendung = 62,0 m
- Lebar pembilas 2 x 2,50 m = 5,0 m
- Lebar pilar pembilas 2 x 1,50 m = 3,0 m
- Panjang bendung total = 70,0 m
- Tinggi muka air di hulu bendung = 3,0 m
- Elevasi muka air banjir = +89,50 m
- Tinggi pembendungan = 3,0 m
- Kemiringan tubuh bendung = 1 : 1



RPT0-Pd T-xx-xxxx
70 dari 77











4) Perhitungan Dimensi Peredam Energi
4.1) Pemilihan Tipe
J enis sungai di daerah ini yakni aluvial dengan angkutan sedimen dominan fraksi pasir
dan kerikil. Dengan memperhatikan jenis sungai tersebut, maka bangunan peredam
energi yang dipilih disini yaitu lantai datar dengan ambang akhir berkotak-kotak atau
tipe MDO.
Dalam penggunaan tipe ini ditentukan bentuk mercu bulat dengan satu jari-jari
pembulatan, bidang miring tubuh bendung bagian hilir permukaannya bentuk miring
dengan perbandingan 1 : 1.
4.2) Grafik dan Rumus
Dalam mendesain dimensi peredam energi tipe MDO ini digunakan grafik-grafik yang
diterbitkan oleh DPMA. Grafik-grafik tersebut yaitu grafik untuk menentukan dimensi
peredam energi tipe MDO yakni seperti berikut :
- Grafik untuk penentuan kedalaman lantai peredam energi
- Garfik untuk penentuan panjang lantai peredam energi
- Parameter energi
- Kedalaman lantai peredam energi dihitung dengan rumus :
3
z x g
q
E=
D
s
=(D
s
) (D
s
/D
2
); D
s
/D
2
diperoleh grafik
- Panjang lantai peredam energi dihitung dengan rumus :
L
s
=(D
s
) (L
s
/D
2
); L
s
/D
2
diperoleh grafik
- Tinggi ambang akhir dihitung dengan rumus :
a =(0,200,30)D
2

- Lebar ambang akhir dihitung dengan rumus :
b =2 x a
keterangan :
E = paramter energi
q = debit desain persatuan lebar pelimpah bendung (m
3
/dt/m)
z = perbedaan tinggi muka air hulu dan hilir (m)
g = percepatan gravitasi (m/dt
2
)
D
s
= kedalaman lantai peredam energi (m)
a = tinggi ambang akhir (m)
b = lebar ambang akhir (m)
D
2
= kedalaman air di hilir (m)
4.3) Desain dimensi peredam energi
Debit desain per satuan lebar
q =700/61,28
q =11,42 m
3
/dt/m
z =4,96 m
g =9,81 m/dt
2

kedalaman air di hilir D
2
=Y
Q =C x L x Y
3/2

RPT0-Pd T-xx-xxxx
71 dari 77
Q =700 m
3
/dt
C =1,70 (diperkirakan)
L =bentang sungai rata-rata di hilir =70,0 m
3
2
L x C
Q
Y

=
3,26
70 x 1,7
700
Y
3
2
=

=
Parameter energi
3
z x g
q
E=
Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi :
L/D
2
=1,26; L/D
2
diperoleh dari grafik MDO
L =1,26 x 7 =8,28 8,00 m
Kedalaman lantai peredam energi :
D/D
2
=1,28; D/D
2
diperoleh dari grafik MDO
D =1,28 x 3,26 =4,173 4,20 m
Tinggi ambang akhir :
a =0,3 x 3,26
a =0,97 1,00 m
lebar ambang akhir :
b =2a
b =2 x 1,0
b =2,0 m
5) Perhitungan Bangunan Hidrolik Bangunan Intake
5.1) Bentuk Intake
Intake didesain dengan bentuk biasa dengan lubang pengaliran terbuka dilengkapi
dengan dinding banjir. Arah intake terhadap sumbu sungai dibuat tegak lurus. Lantai
intake tanpa kemiringan dengan elevasi lantai sama tinggi dengan elevasi plat
undersluice.
5.2) Dimensi Lubang Intake
Dimensi lubang intake dihitung dengan persamaan :
z x g x 2 x a x b x Q=
dimana :
Q
i
= debit intake =7,70 m
3
/dt
= koefisien debit =0,85
b = lebar pintu (m)
a = tinggi bukaan pintu (m)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s
2
)
z = kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)
Perbandingan antara lebar bukaan dan tinggi bukaan ditetapkan 2 : 1.
Perhitungan :
z x g x 2 x a x b x Q=
0,2 x 9,81 x 2 x 1,20 x b x 0,85 7,70=
b =7,7/2,02 =3,81
b diambil 4,0 m; dibuat 2 bukaan sehingga lebar pintu 2 x 2,00 m
Kesimpulan :
Lebar bukaan pintu intake =2 x 2,0 m
Tinggi bukaan lubang intake =1,20 m

RPT0-Pd T-xx-xxxx
72 dari 77














5.3) Pemeriksaan Diamater Sedimen yang masuk ke Intake
Rumus yang digunakan untuk memperkirakan diameter partikel yang akan masuk ke
intake, yaitu :
v =0,396 x ((Q
s
1) x d)
0,5

dimana :
v =kecepatan aliran, m/dt
Q
s
=berat jenis partikel =2,65
d =diameter partikel =m
Kecepatan aliran yang mendekat ke intake di hitung dengan rumus :
Q =A x v =m
3
/dt
v =Q/A =m/dt
dimana :
Q =debit intake =7,70 m
3
/dt
A =luas penampang basah =m
2

v =kecepatan aliran =m/dt
Perhitungan :
v =Q/A A =(2 x 2) x 1,20 =4,80 m
2

v =7,70/4,80
v =1,60 m/dt
Diameter partikel :
v =0,396 ((Q
s
-1) x d)
0,5

1,60 =0,396 ((2,65-1) x d)
0,5

d =9,8 mm
5.4) Penetapan Dimensi Hidrolik Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas direncanakan dengan undersluice lurus.
Dimensi lubang undersluice :
- Lebar lubang =2,50 m
- Tinggi lubang =1,25 m
- Lebar mulut =11,0 m
- Lebar pilar =1,50 m
- Undersluice dibagi 2 bagian
5.5) Perhitungan bangunan ukur pada intake
Tipe bangunan ukur pada intake yang dipilih yaitu jenis Crum de Guyter, karena debit
intake besar. Perhitungan dilakukan sebagai berikut :
( ) Y H x g x 2 x Y x B x C Q
d
=
H 0,63 Y atau Y/H K = =
Keterangan :
Q =debit intake =7,70 m
3
/dt
C
d
=koefisien debit, diambil 0,94
B =lebar bukaan pintu, m
RPT0-Pd T-xx-xxxx
73 dari 77
Y =bukaan pintu,
H =tinggi energi total di atas ambang di hulu pintu
( ) 0,63H H x 9,81 x 2 x 0,63H x B x 0,94 Q =
Q
max
=1,594 x B x H
3/2

2
3
max
H x 1,594
Q
B=
m 4,80 m 4,83
1 x 1,594
7,70
B
2
3
= = =
Pintu dibuat dengan lebar masing-masing selebar 2,40 m.
Perhitungan kehilangan tekanan (h)
Anggapan Q
max
/Q
min
= =3
h/H =0,495 diperoleh dari grafik
Y
min
/H =0,140 diperoleh dari grafik
J adi h =0,495 x 1,20 =0,594 m 0,60 m
Bukaan pintu minimum (Y
min
)
Y
min
=0,140 x 1,20 =0,17 m
Bukaan pintu maksimum (Y
max
)
Y
max
=0,63 x 1,20 =0,756 0,76 m
6) Perhitungan Panjang Lantai Hulu
6.1) Cara Perhitungan
Perhitungan panjang lantai hulu dilakukan dengan cara seperti berikut :
- Panjang rayapan (creep lenght) harus cukup panjang untuk memperkecil aliran
bawah (seepage)
- Tentukan dengan cara perkiraan awal bentuk pondasi bendung dan panjang lantai
hulu
- Gambarkan bentuk pondasi bendung dan panjang lantai hulu tersebut
- Hitung panjang lantai hulu yang dibutuhkan
- J ika panjang lantai hulu hasil perhitungan lebih panjang daripada yang dibutuhkan
maka hasil perhitungan sudah memadai
- J ika diperoleh sebaliknya maka ulangi perhitungan
6.2) Perhitungan panjang lantai hulu
Rumus yang digunakan berdasarkan teori Lanes :
L =L
v
+1/3 L
H

dimana :
L =panjang total rayapan (m)
L
V
=panjang vertikal rayapan (m)
L
H
=panjang horisontal rayapan (m)
Dalam desaini diambil nilai :
L/H =4
dimana :
L =panjang rayapan (m)
H =kehilangan tekanan (m)
Perhitungan :
Perhitungan dilaukan dengan kondisi tidak ada aliran dari hulu sehingga :
Q =0, jadi :
H =86,50 79,50
H =7,00 m
Panjang rayapan seharusnya :
L
b
>4 x 7,00 =28,00 m
Berdasarkan gambar diperoleh :
L
v
= 2,5 +(6 x 1,5) +3,80 +1,5 +(2 x 2,0) +4,25 +1,98
L
v
= 28,57 m
RPT0-Pd T-xx-xxxx
74 dari 77
L
H
= 35,42 m
L
P
= 28,57 +(35,42/3) m
L
P
= 40,38 m
J adi L
b
yang dibutuhkan =28,0 m
L
P
, hasil perhitungan =40,38 m
L
P
=40,38 >L
b
=28,00 OK
Panjang lantai hulu cukup memadai
7) Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok Sayap
7.1) Tembok Pangkal
a) Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir ditempatkan di tengah-tengah
panjang lantai peredam energi. Dalam desain ini panjang dari mercu bendung
sampai dengan ujung ambang akhir yaitu 18,0 m. J adi ujung tembok pangkal
bendung tegak ke arah hilir panjangnya 9,00 m.
b) Panjang pangkal tembok bendung tegak bagian hulu dihitung dari mercu bendung,
diambil sama dengan panjang lantai peredam energi yaitu 10,0 m
c) Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu :
Elevasi mercu bendung +Ha+jagaan =+86,50 m +3,0 m +1,5 m =+91,00
d) Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu :
Elevasi dasar sungai +D
2
+jagaan =+82,75 m +3,26 m +1,5 m =87,51 m
7.2) Tembok Sayap
a) Panjang tembok sayap hilir
L
si
=1,5 L
s

L
si
=1,5 x 10,0
L
si
=15,0 m
b) Elevasi dekzerk tembok sayap hilir : +87,51















RPT0-Pd T-xx-xxxx
75 dari 77
Lampiran C 2 Contoh Perhitungan Ukuran Pintu Kayu dan Stang Pintu

1) Ukuran Tebal Pintu
Ukuran pintu bilas direncanakan seperti gambar dibawah ini :

























Lebar pintu = 2,00 m
Lebar teoritis = 2,16 m
Tinggi pintu = 2,20 m
Tinggi satu blok diambil = 2,00 m
Muka air banjir = +310,75 m

Gaya tekan air dihitung dengan rumus :
P
1
=
w
x h
Gaya tekan lumpur dihitung dengan rumus :

=
sin 1
sin 1
x h x x
2
1
P
2
s 2

dimana :

s
=berat jenis lumpur
h =tinggi lumpur =1,00 m
=sudut geser lumpur =30
0

Tekanan air dan lumpur
- di bagian b

+ =


sin 1
sin 1
2
1
2
1 1 1
h h P
s w

=1x (5,75-0,20) +0,5x1,6x(1-0,20)
=5,55 +0,17 =5,72 t/m
- di bagian a
RPT0-Pd T-xx-xxxx
76 dari 77

+ =
sin 1
sin 1
h
2
1
h P
2
2 s 2 w 2

=1 x 5,75 +0,5 x 1,6 x 1/3
=5,55 +0,27 =6,02 t/m

J adi Tekanan Total
P =((P
1
+P
2
)/2) x t
=((5,72+6,02)/2) x 0,20
=1,174 t/m
Momen maximum pada pintu :
M
max
=1/8 x q x l
2

=1/8 x 1,174 x 2,16
2

=0,68467 tm
=68467 kg/cm
Digunakan kayu jati
d
=80 kg/cm
2

W
perlu
=M/
d

=68467/80
=855,84 cm
2

W =1/6 x t x b
2

t
W x 6
b= .
cm 16,02
20
855,84 x 6
b = =

Ukuran pintu direncanakan;
Lebar =b =16 cm
Tinggi =t =20 cm
Kontrol tegangan
=M/W
=68467/1/6 x 20 x 16
2

=80 kg/cm
2
...........OK!

2) Ukuran Stang Pintu
Pintu bilas direncanakan dengan ukuran seperti di bawah :


Lebar pintu =2,00 m
Lebar antara slag tembaga =2,16 m
Tinggi angkat =1,00 m
Koefisiein geser =0,4


Tekanan :
Tekanan air pada P
1
=3,55 x 1000 =3550 kg/m
2

Tekanan air pada P
3
=5,75 x 1000 =5750 kg/m
2

Tekanan air
2
3 1
m
kg
4650
2
5750 3550
2
P P
=
+
=
+
=
J umlah tekanan pada pintu :
2,16 x 3,55 x 4,650 =35,66 ton
Kekuatan tarik =jumlah tekanan pada pintu x koefisien geser +berat sendiri pintu
Berat sendiri kayu =2,20 x 2,16 x 0,20 x 0,16
=0,152 ton
RPT0-Pd T-xx-xxxx
77 dari 77
Berat sendiri besi =0,70 ton
Kekuatan tarik =35,66 x 0,4 +(0,152 +0,7)
=15,12 ton
Untuk 1 stang =15,12/2 =7,558 ton
Kekuatan tekan =jumlah tekanan pada pintu x koefisien geser berat sendiri pintu
=35,66 x 0,4 (0,152 +0,7)
=14,264 0,852
=13,412 ton
Untuk 1 stang =13,412/2 =6,706 ton
Perhitungan pada tarik :
P = x x d
2
x 6 (kg/mm)
7558 = x 3,14 x d
2
x 6
1604,67
6 x 3,14 x
4
1
7558
d
2
= =
d =(1604,67)
0,5
=40,05 mm =40 mm
Perhitungan pada tekan :
4
2
2
d
64
1
besi i
L
EI
P x 5 = =
6
2
4 3
2.10 besi E
L 64
E d
6706 x 5 = =
cm 580 L
580 x 64
2.10 d 31
6706 x 5
2
6 4 3
= =
35 , 1643 1
1000000 x 2 x 31
580 x 64 x 6706 x 5
d
2
4
= =
d =10,39 cm 11 cm
J adi ukuran stang pintu dengan diameter (d) =11 cm

Anda mungkin juga menyukai