Anda di halaman 1dari 4

RESENSI NOVEL

Judul Buku :MATAHARI DI ATAS GILLI


Penulis : LINTANG SUGIANTO
Penerbit : BEKASI
Tanggal : 06 OKTOBER 2004
Tebal Halaman : 225 HALAMAN
SINOPSIS:
Cerita ini dimulai dari sebuah wilayah di Madura,
tepatnya di pulau Gilli. Di tepi dermaga duduk seorang wanita
yang tengah hamil bernama Suhada ia sedang menuggu
suaminya pulang, bernama Suamar . suhada tinggal bersama
ibu angkatnya Buk No pemilik satu-satunya warung nasi di
Gilli.
Suhada adalah seorang wanita yang dari masa kanak-kanaknya hidup kurang
beruntung, ia ditinggal orang tuanya sejak kecil dan hidup berpindah-pindah. Setelah dewasa
ia bertemu Suamar di Cirebin, mereka saling jatuh cinta dan kemudian menikah. Setelah itu
Suhada diajak suaminya untuk tinggal di Gilli, diamana kedua orang tua Suamar tinggal. Dari
pernikahannya itu Suhada kini hamil, tetapi Suamar yang hanya seorang pembua perahu
harus pergi meninggalkannya, untuk membuat perahu di Cilacap.
Gilli adalah pulau kecil yang panas dan gersang, hujan jarang turun disana, pulau
ini seperti berada disamping matahari. Hanya ada satu buah sekolah di sana dan Suhada
adalah salah satu guru di sekolah tersebut.
Hari demi hari berlalu, kandungan Suhada semakin tua, tetapi Suamar belum juga
pulang. Suatu ketika dating kabar dari seseorang yang mengatakan Suamar kecelakaan dan
sekarang dirawat di sebuah rumah sakit.
Keluar dari Rumah sakit Suamar pulang ke Gilli, tetapi diperjalanan dihadang oleh badai laut
yang ganas.
Suhada mulai merasakan sakit pada perutnya, mungkin inilah waktunya untuk
melahirkan, tetapi ia tetap sendiri, ia hanya ditemani matahari sore yang tepat diatas Gilli.
Di rumah Pak Lurah Suhada melahirkan. Sementara itu Suamar telah sampai di dermaga
Gilli. Ditemani sinar bulan Suamar melangkah di dermaga. Suamar memutar di belakang,
dibawah lampu dermaga melihat sosok wanita berpakaian putih, berambut panjang
memandang dirinya tajam.
Dengan kaki masih terluka ia berjalan mendekati wanita itu, ia tahu pasti itu adalah istrinya
Suhada. Suamar memeluk tubuh istrinya, tetapi Suhada mendorongnya. Suhada kemudian
berjalan cepat dan berenti tepat di halaman rumah pak lurah. Suhada berkata: Anak kita beri
nama Sabam, ia anak laki-laki, cepat masuk dan gendonglah ia.
Suamar masuk kedalam rumah Pak lurah meninggalkan Suhada di halaman, tetapi setelah ia
didalam, ia terkejut karena disana ia temui jasad kaku istrinya Suhada, Suhada meninggal
karena melahirkan.
Lima tahun kemudian, Gilli sudah berkembang pesat dan memiliki 2 dermaga,
yang satu tetap bersebrangan dengan warung Buk No, sedangkan yang lain mirip dengan
sebuah pasar yang hidup jika malam menjelang. Sedangkan Suamar yang sudah lagi tidak
bersemangat hidup sejak istrinya meninggal hanya bisa menatap kearah langit di tepi
dermaga yang dinamai dermaga hada.
Keyakinan Suamar adalah Suhada masih hidup dan ini berbenturan dengan warga Gilli.
Inilah yang membuat kedua orang tua Suamar sedih karena masyarakat menganggap Suamar
tidak waras.
Suatu ketika Suamar berlari ke dermaga dan memaksa pemilik kapal membawanya
pergi dari Gilli mencari Suhada. Dari sejak kepergiannya inilah ia tidak pernak kembali lagi.
Sampai pada musim hujan kesekian kalinya, terdengar kabar tentang Suamar. Melalui
telephone ia mengatakan akan pulang ke Gilli bersama istrinya Suhada.
Keesokkan harinya kabar tersebut tersiar, ditemukan sesosok mayat laki-laki
diduga terjatuh dari kereta api, dan saat ini sedang diidentifikasi di rumah sakit umum
semarang.

Unsur-unsur interinsik:
1. Tema : Tragedi Cinta
2. Amanat : Setiap orang harus sabar dalam menghadapi cobaan hidup dan tetap tegar agar
kedepannya hidup menjadi lebih baik.
3. Tokoh dan Perwatakkan
Protagonist : 1. Suhada
2. Sabam
Antagonis : Suamar
Tritagonis : 1. Buk No
2. Pak Lurah
4. Setting/ latar : Pulau kecil di Madura bernama Gilli.
5. Alur/plot : campuran
6. Gaya pengungkapan : Bahasa lugas & bahasa konotasi.
7. Keunggulan :
Novel ini terbit disaat kita memerlukan novel islami di Indonesia, novel ini juga mengangkat
ketidakadilan dalam pendidikan yang banyak dialami daerah terpencil di sekitar pulau jawa
disbanding dengan di kota besar.
Karya ini mengingatkan sekaligus membangkitkan rasa rasionallismeyang tanpa disadari
telah hilang secara perlahan.
8. Kelemaahan :
Kekurangan novel ini terletak pada suatu kesalalan yang menempatkan rangkaian cerita
mengenai Gilli, diceritakan setelah cerita mengenai Suhada. Dengan judul matahari di atas
Gilli seharusnya keadaan Gilli diceritakan terlebih dahulu agar orang mengenal letak Gilli
di Indonesia.
9. Kesimpulan
Tanpa mengesampingkan kekurangan yang dimiliki novel ini patut dujadikan bahan
pemikiran demi kebaikan bangsa Indonesia yang sedang menata diri, karena novel ini
bukanlah gambaran tentang kota tropis seperti yang sering digambarkan para filosof, namun
potret kehidupan nyata yang dikemas dalam cerita novel yang dapat membuat semangat dan
enak dibaca.









Kalau mulut tajam dan kasar
Boleh ditimpa bahaya besar
Jika ilmu tiada sempurna
Tiada berapa dia berguna
Berdasarkan contoh gurindam tersebut, sangat jelas ada keterkaitan antara
isinya dengan kehidupan sehari-hari. Kesemuanya berupa nasihat. Nasihat yang berguna
bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sebagai manusia ciptaan
Tuhan, agama merupakan pegangan hidup di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang
tidak memilikinya dan tidak melaksanakannya, maka tak hanya celaka di dunia tetapi
juga di akhirat. Oleh karena itu, hidup di dunia harus menjauhkan diri dari hal-hal yang
mudarat,harus berhati-hati, baik dalam berkata-kata maupun berfikir karena semua itu
merupakan ilmu yang berguna dalam kehidupan.
Berikut Gurindam Dua Belas pasal keenam.
Cahari olehmu akan sahabat,
Yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,
Yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,
Yang boleh dimenyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,
Pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,
Yang ada baik sedikit budi.
Bagaimanakah dengan gurindam ?
Kurang fikir, kurang siasat,
Tentu dirimu kelak tersesat.
Fikir dahulu sebelum berkata,
Supaya terelak silang sengketa.
Orang malas jatuh sengsara,
Orang rajin bayak saudara.
Ilmu kepandaian boleh dikejar,
Asal mau rajin belajar.
Menolong sesama wajib dan perlu,
Tetapi tolonglah diri dahulu.

Anda mungkin juga menyukai