Anda di halaman 1dari 14

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut

(Generator Induksi)
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini
berguna untuk membantu pembaca dalam mempelajari implementasi Generator pada Pembangkit
listrik Tenaga Gelombang Laut, yaitu generator induksi/ asinkron, Makalah ini disusun sebagai
bekal pembaca dalam mempelajari kinerja sistem Generator pada Pembangkit listrik Tenaga
Gelombang Laut,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan pengerjaan makalah ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar makalah ini
dapat lebih bermanfaat.

Jakarta, 30 April 2012

Penulis




Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batas Masalah
BAB II POKOK PERMASALAHAN
2.1 Blok Diagram Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
2.2 Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
2.3 Generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)
2.4 Blok Diagram Generator Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
2.5 Komponen generator Induksi
2.6 Prinsip Kerja Generator
2.7 Proses Pembangkitan Tegangan
2.8 Data fakta PLTGL dunia dan di Indonesia
BAB III PENUTUP
3.0 Daftar Pustaka







BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mesin induksi dapat dioperasikan sebagai motor maupun sebagai generator. Namun, sedikit sekali
masalah generator induksi ditulis sebagai subjek. Alasannya adalah karena generator induksi tidak
mampu mengendalikan tegangan dan frekuensi pada kondisi berbeban dan kecepatan perputaran
yang berubah. Sehingga dari salah satu penyebabnya tersebut, generator sinkron selalu digunakan
dalam unit unit pembangkit tenaga listrik.
Namun, akhir akhir ini karena cadangan sumber energi yang tidak terbarukan seperti minyak, gas
bumi, batubara dan lain lain dirasakan semakin menipis,maka pengembangan generator induksi
penguatan sendiri yang digerakkan oleh energi angin, pembangkit mikrohidro, biogas dan lain lain
mulai menjadi semakin mendapat perhatian yang nyata. keuntungan lain dari mesin ini adalah
kontruksinya yang kokoh, biaya pemeliharaan yang rendah dan tidak membutuhkan penguatan DC.
dalam hal ini penulis menjelaskan implementasi generator induksi pada Pembangkit Listrik Tenaga
Gelombang Laut, PLTGL merupakan salah satu pembangkit Energi terbarukan, penulis melihat
bahwa potensi gelombang laut di Indonesia sangat menjanjikan, dengan begitu jika pembangkit
listrik tenaga gelombang laut di realisasikan secara tidak langsung Generator induksi juga akan di
gunakan sebagai mesin konversi energi tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui proses kerja secara umum Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut dan lebih khusus mempelajari tentang prinsip kerja, komponen serta
perhitungan matematis pengaplikasian generator induksi/asinkron yang di pakai sebagai generator
pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut,


1.3 Batasan Masalah
Untuk menjaga agar pembahasan materi dalam makalah ini lebih terarah, maka penulis menetapkan
beberapa batasan masalah sebagai berikut :
1. Proses kerja secara umum Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
2. Penggunaan Generator Induksi Pada Pembangkit listrik Tenaga Gelombang laut tiga fasa
3. Menjelaskan komponen penyusun generator Induksi serta fungsi-fungsinya
4. Menjelaskan Prinsip Kerja Generator Induksi pada PLTGL tiga fasa berpenguat sendiri (self
excited)



BAB II
POKOK PERMASALAHAN

2.1 Blok Diagram Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut







2.2 Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Pertama-tama aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk kedalam mesin konversi
energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran gelombang yang mempunyai energi kinetik
ini dialirkan menuju turbin. Di dalam turbin ini, energi kinetik yang dihasilkan gelombang
digunakan untuk memutar rotor. Kemudian dari perputaran rotor inilah energi mekanik yang
kemudian disalurkan menuju generator. Di dalam generator, energi mekanik ini dirubah menjadi
energi listrik (daya listrik). Dari generator ini, daya listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju
sistem tranmisi (beban).

PLTGL-OWC (Oscilatting Water Column)
OWC merupakan salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi gelombang laut
menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan menangkap energi
gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air
dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang
dihubungkan dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik.
Pada teknologi OWC ini, digunakan tekanan udara dari ruangan kedap air untuk menggerakkan
whells turbine yang nantinya pergerakan turbin ini digunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Ruangan kedap air ini dipasang tetap dengan struktur bawah terbuka ke laut. Tekanan udara pada
ruangan kedap air ini disebabkan oleh pergerakan naik-turun dari permukaan gelombang air laut.


Gambar 1. Proses terbentuknya aliran udara yang dihasilkan oleh gelombang laut

Gerakan gelombang di dalam ruangan ini merupakan gerakan compresses dan gerakan
decompresses yang ada di atas tingkat air di dalam ruangan. Gerakan ini mengakibatkan,
dihasilkannya sebuah alternating streaming kecepatan tinggi dari udara. Aliran udara ini didorong
melalui pipa ke turbin generator yang digunakan untuk menghasilkan listrik. Sistem OWC ini dapat
ditempatkan permanen di pinggir pantai atau bisa juga ditempatkan di tengah laut. Pada sistem
yang ditempatkan di tengah laut, tenaga listrik yang dihasilkan dialirkan menuju transmisi yang ada
di daratan menggunakan kabel.

Gambar2 . Turbin dan generator Gambar3. Tampak keseluruhan PLTG-OWC

2.3 Generator pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)
Jenis generator yang digunakan pada PLTGL ialah jenis Generator Asinkron (generator tak-
serempak) yang merupakan motor induksi yang dirubah menjadi generator, generator ini dipilih
karena PLTGL sebagai energi alternatif tidak banyak membutuhkan perawatan seperti halnya
generator sinkron, lebih kuat, handal, harga lebih murah dan tidak membutuhkan bahan bakar pada
saat diaplikasikan di lapangan, tapi cukup bergantung pada sumber energi terbarukan seperti air,
angin, dan lain lain sebagai prime over (penggerak mula). Tegangan dan arus listrik yang
dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat.
Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC (Alternating Current).


Gambar 4. Turbin dan Generator Asinkron


2.4 Blok Diagram Generator Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut


2.5 Komponen generator Induksi
Secara umum konstruksi generator induksi/ asinkron adalah sama dengan konstruksi motor
induksi, hanya saja dalam pengoperasiannya generator induksi memerlukan penggerak mula (dalam
hal ini turbin yang di gerakkan oleh tenaga hasil gelombang laut) untuk menggerakkan rotor motor
induksi tersebut selain Agar dapat berfungsi sebagai generator dengan tegangan dan frekuensi sama
dengan tegangan dan frekuensi jala jala, maka putaran rotor harus sama dengan putaran nominal
motor induksi yang dijadikan generator. Tegangan hanya dapat timbul bila ada sisa magnet pada
rotor. Untuk memperoleh tegangan nominal, dipasang kapasitor paralel pada terminal kumparan
stator .
Secara umum motor induksi terdiri dari rotor dan stator. Rotor merupakan bagian yang bergerak,
sedangkan stator bagian yang diam. Diantara stator dengan rotor ada celah udara yang jaraknya
sangat kecil. Konstruksi motor induksi dapat dilihat pada gambar 5.


Gambar 5. Penampang rotor dan stator motor induksi

Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian yang diam dan
mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti yang memiliki alur yang menjadi
tempat kumparan dililitkan yang berbentuk silindris. Alur pada tumpukan laminasi inti diisolasi
dengan kertas (Gambar 2.2.(b)). Tiap elemen laminasi inti dibentuk dari lembaran besi (Gambar 2.2
(a)). Tiap lembaran besi tersebut memiliki beberapa alur dan beberapa lubang pengikat untuk
menyatukan inti. Tiap kumparan tersebar dalam alur yang disebut belitan phasa dimana untuk
motor tiga phasa, belitan tersebut terpisah secara listrik sebesar 120o. Kawat kumparan yang
digunakan terbuat dari tembaga yang dilapis dengan isolasi tipis. Kemudian tumpukan inti dan
belitan stator diletakkan dalam cangkang silindris (Gambar 6.c). Berikut ini contoh lempengan
laminasi inti, lempengan inti yang telah disatukan, belitan stator yang telah dilekatkan pada
cangkang luar untuk motor induksi tiga phasa.

Gambar 6. Menggambarkan komponen stator motor induksi tiga phasa,
a. Lempengan inti,
b. Tumpukan inti dengan kertas isolasi pada beberapa alurnya.
c. Tumpukan inti dan kumparan dalam cangkang stator.

Rotor motor induksi tiga phasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu rotor sangkar (squirrel cage
rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Rotor sangkar terdiri dari susunan batang konduktor yang
dibentangkan ke dalam slot slot yang terdapat pada permukaan rotor dan tiap tiap ujungnya
dihubung singkat dengan menggunakan shorting rings.


(a) (b)

Gambar 6. (a) Rotor motor induksi
(b) Konstruksi motor induksi rotor sangkar

Sementara itu pada rotor belitan, rotornya dibentuk dari satu set belitan tiga phasa yang merupakan
bayangan dari belitan statornya. Biasanya belitan tiga phasa dari rotor ini terhubung Y dan
kemudian tiap-tiap ujung dari tiga kawat rotor tersebut diikatkan pada slip ring yang berada pada
poros rotor. Pada motor induksi rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk dapat disisipkan
dengan tahanan eksternal, yang mana hal ini akan memberikan keuntungan dalam memodifikasi
karakteristik torsi kecepatan dari motor.




Gambar 7. (a) Rotor belitan
(b) Motor induksi rotor belitan

2.6 Prinsip Kerja Generator
Prinsip kerja generator induksi adalah kebalikan daripada saat mesin induksi bekerja sebagai motor.
ketika mesin berfungsi sebagai motor, kumparan stator diberi tegangan tiga fasa sehingga akan
timbul medan putar dengan kecepatan sinkron (ns). Namun jika motor berfungsi sebagai generator,
pada rotor motor diputar oleh sumber penggerak dengan kecepatan lebih besar daripada kecepatan
sinkronnya. Bila suatu konduktor yang berputar didalam medan magnet (kumparan stator) akan
membangkitkan tegangan sebesar
e = B.l.v
Dimana :
e = tegangan induksi yang dihasilkan (volt)
B = fluks magnetik (weber)
l = panjang konduktor yang dilewati medan magnet (m)
v = kecepatan medan magnet melewati konduktor (m/s)

dan bila dihubungkan ke beban akan mengalirkan arus. Arus pada rotor ini akan berinteraksi
dengan medan magnet pada kumparan stator sehingga timbul arus pada kumparan stator sebagai
reaksi atas gaya mekanik yang diberikan. Pada proses perubahan motor induksi menjadi generator
induksi dibutuhkan daya reaktif atau daya magnetisasi untuk membangkitkan tegangan pada
terminal keluarannya. Dalam hal ini yang berfungsi sebagai penyedia daya reaktif adalah kapasitor
yang besarnya disesuaikan dengan daya reaktif yang diperlukan.
Kebutuhan daya reaktif dapat dipenuhi dengan memasang suatu unit kapasitor pada terminal
keluaran, dimana kapasitor menarik daya reaktif kapasitif atau dengan kata lain kapasitor
memberikan daya reaktif induktif pada mesin induksi. Kerja dari kapasitor ini dapat dipandang
sebagai suatu sistem penguat (eksitasi) sehingga generator induksi juga dikenal dengan sebutan
generator induksi penguatan sendiri (self excited of induction generator). Hal terpenting yang harus
diperhatikan dalam kinerja generator induksi adalah fluksi sisa atau medan magnet pada kumparan
stator, dimana tanpa adanya fluksi sisa ini proses pembangkitan tegangan tidak akan tejadi. Dengan
adanya fluksi sisa ini dan perputaran rotor akan menimbulkan tegangan induksi pada rotor.
Tegangan induksi ini akan terinduksi pula pada sisi stator dan akan menimbulkan arus yang akan
mengisi kapasitor hingga terjadi keseimbangan. Keseimbangan tersebut ditandai dengan titik
pertemuan antara lengkung magnetisasi dengan garis reaktansi kapasitif seperti terlihat pada
gambar di bawah ini . Lengkung magnetisasi tersebut terjadi akibat adanya kejenuhan inti besi dari
generator.



Gambar 8. Proses penguatan

Pada generator induksi tidak terdapat hubungan listrik antara stator dengan rotor, karena arus pada
rotor merupakan arus induksi. Jika belitan stator diberi tegangan tiga phasa, maka pada stator akan
dihasilkan arus tiga phasa, arus ini kemudian akan menghasilkan medan magnet yang berputar
dengan kecepatan sinkron (ns) dan kemudian akan melakukan pengisian muatan ke kapasitor (C)
yang dipasang parallel dengan stator yang tujuannya untuk mensuplai tegangan ke stator nanti
untuk mempertahankan kecepatan sinkron (ns) motor induksi pada saat dilakukan pelepasan
sumber tegangan tiga phasa pada stator.
turbin sebagai prime mover yang dikopel dengan generator induksi diputar secara perlahan
memutar rotor generator induksi hingga mencapai putaran sinkronnya (nr = ns). Saklar sumber
tegangan tiga phasa untuk stator dilepas, dan kapasitor yang sudah discharge akan bekerja dan akan
mempertahankan besar ns. Motor dc diputar hingga melewati kecepatan putaran sinkronnya mesin
induksi (nr > ns), sehingga slip yang timbul antara putaran rotor dan putaran medan magnet
menghasilkan slip negatif (s < 0) dan akan menghasilkan tegangan sehingga motor induksi akan
berubah fungsi menjadi generator induksi.

2.7 Proses Pembangkitan Tegangan
Generator induksi penguatan sendiri dapat membangkitkan tegangannya sendiri dengan prinsip
seperti halnya generator searah berpenguatan sendiri, yaitu memerlukan adanya remanensi (fluks
sisa). Rangkaian pengganti per phasa generator induksi penguatan sendiri seperti gambar 2.14.



Gambar 9. Rangkaian Ekivalen per phasa generator induksi

Keterangan simbol :
R1 = tahanan stator per phasa ke netral
R2 = tahanan rotor per phasa ke netral
Rc = representasi rugi rugi inti stator
X1 = reaktansi bocor stator per phasa ke netral
X2 = reaktansi bocor rotor per phasa ke netral
Xm = reaktansi magnetisasi per phasa ke netral
C = kapasitor eksitasi per phasa ke netral
V = tegangan yang dibangkitkan per phasa ke netral
S = slip
s = kecepatan sinkron
r = kecepatan rotor I2 = arus rotor yang didasarkan ke stator
Ic = arus reaktif yang dihasilkan oleh kapasitor
IRC = arus kerja untuk mengkompensir rugi rugi inti stator
Im = arus magnetisasi
Ditinjau keadaan beban nol.
Ic = V. C










Dilihat dari gambar diatas, arus kerja IRC berasal dari I2, sehingga diperoleh :
Im = Ic (3)
akibatnya,
Xm = Xc (4)
Persamaan (4) menunjukkan, pada keadaan setimbang besar reaktansi Xm sama dengan besar
reaktansi Xc.
Untuk memudahkan analisa pembangkitan tegangan, proses ini dianggap terjadi setelah generator
diputar sampai mencapai putaran nominal beban nolnya. Pada gambar 2.15, pertama tama fluksi
remanensi membentuk tegangan imbas yang kecil di rotor dan tegangan kecil ini dirasakan pada
stator misalkan sebesar Er. Dengan adanya V sebesar Er tersebut arus Ic timbul misalkan sebesar Ia
yang akan menambah besar fluks celah udara sehingga tegangan V yang dibentuk berharga Ea.
Selanjutnya tegangan Ea tersebut membentuk arus kapasitor sebesar Ib, arus Ib membentuk
tegangan sebesar Eb, tegangan Eb membentuk Ic, arus sebesar Ic membentuk Ec dan seterusnya
sampai mencapai titik kesetimbangan yang pada gambar 2.15 ditunjukkan oleh titik V = Vc.



Gambar 10. Proses Pembangkitan Tegangan Pada Generator Induksi Penguatan Sendiri



Proses timbal balik tersebut dimungkinkan dengan adanya rangkaian resonansi yang dibentuk oleh
Xc = Xm seperti yang terlihat pada gambar 11.


Gambar 11. Rangkaian Resonansi Beban Nol Generator Induksi

Resonansi yang terjadi mempunyai frekuensi :
dan kecepatan perputaran rotor tanpa beban pada frekuensi tersebut adalah,
dimana
nr = putaran rotor
p = jumlah kutub stator
L = induktansi maknetisasi generator
C = kapasitor eksitasi

Frekuensi arus penguat sama dengan frekuensi osilasi dari rangkaian resonansi tersebut. Sedangkan
frekuensi tegangan keluaran sama dengan frekuensi arus eksitasinya. Sehingga untuk perputaran
rotor dengan harga yang tertentu, nilai kapasitor kapasitor eksitasi menentukan frekuensi
generator.
Dalam resonansi yang umum tanpa adanya sumber tegangan, maka adanya tahanan akan selalu
bersifat menurunkan arus. Dalam pembahasan disini hal tersebut sama sekali tidak terjadi. Ini
disebabkan karena dalam generator induksi akan mempunyai slip yang negatip dan tahanan rotor
bekerja dengan harga yang negatip dan ada dalam posisi melakukan arus (teorema expedansi).
Dengan adanya " expedansi " dalam tahanan rotor ini yang juga merupakan bagian dari rangkaian
resonansi seluruhnya pada waktu berbeban, maka generator induksi dapat bekerja dengan
penguatan sendiri.


2.8 Data fakta Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dunia dan di Indonesia
Pemerintah Jerman merancang pilot project pembangkit listrik tenaga gelombang. Pembangkit
listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) yang telah berjalan adalah PLTGL Limpet dikelola oleh
Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen yang berbasis di Inggris. PLTGL Limpet mampu
memproduksi listrik 500 kwh. Pembangkit tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water
Column (OWC) yang mengubah energi gelombang menjadi udara pendorong untuk menggerakan
turbin. Sementara itu, PLTGL yang di Jerman akan memiliki kapasitas 250 kWh. Dengan kapasitas
tersebut, PLTGL tersebut dapat mengaliri listrik ke 120 rumah. Pemerintah Jerman berharap
pembangunan PLTG tersebut tidak mengganggu lingkungan sekitar pantai. Oleh karena itu, EnBW
menjalin kerja sama dengan proyek konservasi pantai agar pembanguan PLTGL tidak merusak
keindahan alam daerah sepanjang pantai. Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga
dikembangkan di Negeri Kanguru. Pusat PLTGL itu terletak di lepas pantai Australia. Pembangkit
dengan terobosan teknologi yang masih langka itu telah memasok kebutuhan listrik sekitar 500
rumah yang berada di daerah Selatan Sydney, Australia. Listrik baru bisa dihasilkan PLTGL jika
gelombang laut datang menerpa corong yang menghadap ke lautan. Gerakan tersebut mengalirkan
udara melalui dan masuk menggerakan turbin. Dari putaran turbin tersebut, sebanyak 500 kWh
daya listrik dihasilkan setiap hari dan langsung disalurkan ke rumah-rumah . Pusat PLTGL yang di
Australia merupakan proyek percontohan. Pemerintah Australia berencana membangun PLTGL
yang lebih besar dan menghasilkan listrik lebih kuat di pantai selatan Australia. Dengan
pembangunan PLTGL, para ahli teknologi PLGL Australia pun mendapat kebanjiran order untuk
membangunan PLTGL di beberapa negara. Hawai, Spanyol, Afrika Selatan, Cile, Meksiko, dan
Amerika Serikat juga tertarik.



Gambar12. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Skotlandia

Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Norwegia. Sehingga Energi gelombang
laut di pantai tersebut digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, seperti saat ini telah didirikan
sebuah Pembangkit Listrik Bertenaga Ombak (PLTO) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water
Column. Tujuan didirikannya PLTO ini adalah untuk memberikan model sumber energi alternatif
yang ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia. Yogyakarta
merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi gelombang laut terbesar dibanding daerah
lainnya. Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki potensi gelombang 19 kw/panjang
gelombang. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh
BPPT khususnya BPDP (Balai Pengkajian Dinamika Pantai). Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut ini menggunakan metode OWC (Ocillating Water Column). BPDP BPPT pada tahun 2004
telah berhasil membangun prototype OWC pertama di Indonesia. Prototype itu dibangun di pantai
Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype OWC yang dibangun adalah OWC dengan dinding
tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m. Tinggi sampai pangkal dinding miring 4 meter, tinggi dinding
miring 2 meter sampai ke ducting, tinggi ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji
coba operasional memiliki efisiensi 11%. Pada tahun 2006 ini pihak BPDP BPPT kembali
membangun OWC
dengan sistem Limpet di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul . OWC Limpet dibangun
berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model yang berbeda. Dengan harapan besar energi
gelombang yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari OWC Limpet ini akan lebih besar dari pada
OWC sebelumnya.




Gambar13. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Pantai Parang Racuk, Gunung Kidul-
Yogyakarta



BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

- Taufiq,A, 2010, Tugas Akhir Panas Pada Generator Induksi Saat Pembebanan,
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25067/4/Chapter%20II.pdf. Di akses pada
tanggal 30 April 2012
- Anonim,2002, Islay Limpet Wave Power Plant,
http://www.wavegen.co.uk/pdf/LIMPET%20publishable%20report.pdf . Di akses pada tanggal 30
April 2012
- Anonim, Wind Turbines With Asynchronous Electrical Generators,
http://www.rpc.com.au/pdf/wind6.pdf. Di akses pada tanggal 30 April 2012
- Togan, P, Perencanaan Sistem Penyimpanan Energi dengan Menggunakan Battery pada
Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) di Desa Ketapang, Kabupaten Lombok Timur, NTB,
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate - 9448-2205100061- Presentation.pdf. Di akses
pada tanggal 30 April 2012



http://abdoelrauf.blogspot.com/2012/05/pembangkit-listrik-tenaga-gelombang.html#comment-form

Anda mungkin juga menyukai