Anda di halaman 1dari 5

A Failed Sweet Seventeen

By. Diana Euis


Kehidupan baru lagi. Inilah susahnya jadi anak dari pimpinan pos yang selalu berpindah-pindah
tempat dinas. Kali ini di Tarakan, aku adalah murid baru di kelas XII A 4, pindahan dari Bogor.
Sekolah ini terlihat besar dan sangat baru. Aku berjalan menaiki tangga dan melewati lorong kelas.
Tibalah aku di depan ruang kelas baruku. Mataku tertuju ke satu orang, seorang gadis dengan rambut
terurai panjang, mata yang bening dan senyuman yang manis.
Bu Titis selaku walikelas baruku mempersilahkanku masuk dan memperkenalkan diri. Aku berdiri di
depan kelasku dan memperkenalkan diri. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, sepanjang
perkenalan mataku selalu ke gadis itu. Oh Tuhan, aku rasa aku akan betah di kelas ini.
Aku dipersilahkan duduk oleh bu Titis. Aku duduk di bagian tengah dan dapat menatap puas gadis
manis itu semauku. Saat jam istirahat, aku mendekatinya. Hai Vida sapaku. Hai juga. Kok kamu
tau namaku? tanyanya. Liat di bordiran kamu kali jawabku. Oh iya, hehe. Kira-kira kamu betah
gak dikelas ini? tanyanya ramah. InsyaAllah betah jawabku sambil tersenyum.
Sebulan berlalu, aku dan Vida semakin dekat. Aku meminta nomor teleponnya, dan kami hampir
setiap hari bertukar SMS, kirim pesan via LINE dan teleponan.
***
Pagi, sekitar pukul 04.40 aku memakirkan motorku di depan rumahnya. Mencari rumahnya butuh
perjuangan. Aku membututinya kemarin saat pulang sekolah. Pagi ini aku menelponnya, tetapi tidak
diangkat juga. Setelah 15 menit berlalu, teleponku akhirnya diangkat juga.
Hai. Good Morning vid, sorry membangunkanmu sepagi ini. Selamat ulang tahun ya sapaku. Duh
makasih ya. Kamu ganggu orang tidur aja jawabnya. Tebak aku dimana tanyaku. Kamu? Masih
diatas kasurmu kali jawabnya. Salah. Aku ada di depan rumahmu. Kamu cepat keluar ya! ujarku.
Astaga! Kamu ngapain di depan rumahku? tanyanya terkejut. Udah pokoknya kamu keluar. Aku
capek nih nongkrong terus disini jawabku sembari menutup telepon.
Sepuluh menit kemudian, dia keluar dengan menggunakan baju tidur pink dengan rambut disanggul
dan mata yang masih ngantuk. Walaupun masih rembes, Vida tetap terlihat manis.
Selamat tanggal 1 September. Happy birthday! kataku sambil memberinya kado. Oh my God.
Ngapai kamu subuh-subuh datang kesini? tanyanya. Ya buat ngantar kado, apalagi? jawabku.
Loh? Di sekolah kan bisa jawabnya. Kalo disekolah takut diserobot duluan sama temen-temen
yang lain. Kan aku mau jadi yang pertama. Sweet seventeen ya kataku. Aduh dit, jadi ngerepotin
gini. Makasih ya. Gak mau masuk dulu? ajaknya. Sama-sama. Gak usah vid, bentar lagi sekolah. Ini
aku masih bau juga loh. Aku pulang dulu ya, mau mandi biar ganteng. kataku sambil berpamitan.
Hahaha, mandi gak mandi kamu tetep aja jelek ejeknya.
Disekolah, Vida langsung diserbu oleh teman-temannya. Banyak yang memberinya kado, kebanyakan
sih dari laki-laki. Wajarlah kalo Vida punya banyak fans, kecantikan dan keanggunan Vida tidak ada
tandingannya.
Hari ini adalah pengambilan nilai pembacaan puisi. Saat pelajaran bahasa Indonesia dimulai, aku
langsung maju pertama dan mempersiapkan instrumenku. Pak Fahmi mengatakan kalau pembacaan
puisi dapat diiringi instrumen gitar ataupun rekaman. Kali ini aku menggunakan rekaman dari iringan
gitar yang kurekam dirumah. Aku meminjam meja Vida yang berada di depan dan segera memasang
laptop dengan speaker. Rekaman pun diputar dan aku mulai membacakan puisi.
Tak pernah berpijak di satu tempat
Selalu pindah dari satu tempat ke tempat lain
Setiap tempat punya kisah tersendiri
Aku bersyukur, kali ini berada disini
Berdiri di hadapanmu ...
Seorang gadis cantik yang tak mungkin kutemukan dimana pun
Hai gadis cantik
Izinkanlah ku menetap di hatimu
Sebagai labuhan hatiku tuk terakhir kali
Saat kubacakan bait terakhir, aku berlutut dihadapannya. Vida, puisi ini aku persembahkan buat
kamu di hari spesial kamu. Kamu cuma mengalami sweet seventeen satu kali dan aku ingin menjadi
sweet seventeen itu. Seperti kata di puisi tadi, kamu orang yang tak mungkin kutemukan di tempat
lain. Aku suka sama kamu sejak awal aku berdiri di depan pintu kelas ini. Mungkin ini yang namanya
dari mata jatuh ke hati. Apa kamu mengijinkan aku menetap di hatimu?
Vida terdiam, detik-detik dia berfikir untuk menjawab pertanyaanku terasa seperti bermenit-menit.
Hatiku dag dig dug tak karuan. Kok kamu nembak orang disaat jam pelajaran sih dit? Aku kan malu
jawabnya. Gak apa apa kok vid, aku udah ijin sama pak Fahmi. Aku udah nyiapin ini lama banget.
Kalo gak percaya tanya aja pak Fahmi kataku dalam keadaan masih berlutut. Iya, Adit udah ijin
sama bapak dari seminggu yang lalu jawab pak Fahmi ramah.
Hmm...aku malu ngomongnya dit. Sebenarnya aku juga suka sama kamu. Aku mau kok jadi pacar
kamu. Makasih ya dari tadi pagi kamu ngasih aku kejutan terus. Jawaban yang kunanti akhirnya
muncul juga. Iya vid, kamu denger ya, apapun permintaan kamu walau itu menyebalkan
menyusahkan dan menyakitkan, demi kebaikanmu, aku rela. Kelas ini saksinya, pak Fahmi juga
sebagai saksinya kataku.
Pegang janjimu ya? pintanya. Iya jawabku tersenyum. Kelas langsung heboh. Banyak yang teriak
cie-cie!!! ada juga yang teriak PBJPBJ!!! (pajak baru jadian). Kulihat Vida tersenyum malu, aku
berdiri dan berterima kasih kepada pak Fahmi.
***
Empat bulan berlalu, hubunganku dengan vida berjalan dengan baik. Sama sekali tidak ada
pertengkaran. Hingga tiba saatnya.
Sayang, keluargaku ada yang datang. Kita gak jadi jalan. Maaf ya sms vida. Keluarga darimana?
Siapa? Yaudah keluarga dulu yang diutamain sayang kataku. Dari Solo sayang, kak Rian
jawabnya. Oh, Rian yang pernah kamu ceritain itu? batinku. Oke sayang. Kalo gitu nanti sore aku
latihan futsal buat classmeeting aja. Kalo udah selesai, sms ya kataku.
Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, Vida belum juga ada kabar. SMSku juga tidak dibalas. Aku
akhirnya memberanikan diri untuk menelponnya. Halo? sapaku. Iya halo. Ini siapa ya? suara
lelaki berat dari seberang. Yang lalu kusadari kalau itu suara ayahnya. Ini Adit, maaf Vidanya ada
om? tanyaku. Vidanya masih jalan sama Rian. Ini hapenya ketinggalan. Ada yang mau disampaikan
dit? jawab ayahnya vida. Gak ada om, makasih ya. Assalamualaikum jawabku sambil menutup
telepon.
***
Keesokan paginya, kulihat Vida sedang berbicara dengan temannya. Ku hampiri dia. Dia terlihat
berbeda, Vida terlihat begitu ceria. Hai vid sapaku. Hai juga dit. Dit, hari ini aku gak bawa motor,
motorku lagi rusak. Pulang nanti aku ikut kamu ya. Maafin aku gak ngasih kabar seharian kemarin.
Aku kecapekan, jadi langsung tidur pas pulangnya. Katanya.
Aku pun membuka jaketku. Astaga dit! Tangan kamu kenapa? tanyanya panik. Terkilir kemarin,
jadi hari ini aku gak bawa motor. Maafin aku gak bisa ngantar kamu pulang jawabku. Kamu kok
gak ngabarin aku sih? tanyanya. Sudah kok, tapi yang ngangkat hape kamu itu Ayah kamu. Jadi deh
telpon-telponan sama calon mertua hahaha kataku sambil mengacakacak rambutnya.
***
Saat pulang sekolah, vida dan aku menunggu jemputan di halte. Sekitar 10 menit kemudian, datanglah
seorang cowok dengan menggunakan baju putih dan jaket biru. Hai vid. Pulang yuk? ajaknya.
Loh? Kok kak Rian yang jemput? Ayah mana? tanyanya. Ayah kamu lagi sibuk kali vid. Jadi dia
nyuruh aku yang jemput kamu. Kan tadi pagi juga aku yang ngantar. Jawab Rian.
Ooohhhhhh...batinku
Dit, aku pulang dulu ya katanya berpamitan. Ya, kamu hatihati ya. Jawabku. Titip vida ya,
jangan diapa-apain pesanku kepada Rian sambil tersenyum masam. Oke katanya sambil membawa
kabur pacarku.
Siangnya, aku mencoba sms vida.
Vid, lagi dimana? Udah makan?
Ini lagi di rumah makan padang, sayang
Sama siapa?
Sama kak Rian
Rian lagi -_-
Kamu cemburu? Kak Rian itu udah kuanggap sebagai kakakku tau. Jangan kekanak-kanakkan gitu
lah :x
Hahaha iya iya. Yaudah selamat makan ya
Ini adalah sms kami yang terakhir kali dan setelahnya Vida tidak membalas lagi. Sama seperti hari
sebelumnya, Vida menghilang begitu saja. Mungkin dia lagi asik, ah biarlah! Asalkan dia bahagia.
***
Keesokan paginya, aku lihat Vida diantar lagi oleh Rian. Setelah kulihat Vida berpamitan dan
memasuki gerbang, aku menghampiri motornya Rian dan kucabut kunci motornya. Kalian mesra
banget kataku. Oh, hai dit. Kau kira bisa dapetin Vida gitu aja? tanyanya. Maksudmu? Aku
memang sudah dapetin Vida kataku. Iya, tapi aku bakal ngerebutnya kembali. Katanya. Sialan!
Aku udah tau sifat busukmu. Kau kira aku bakalan diam aja liat kau bermesraan sama pacarku?
ucapku geram.
Woi sadar! Vida itu sayangnya sama aku bukan kau. Vida baru aja kenal sama kau. Sedangkan aku?
Sudah dari kecil. Aku mengerti dia, dia mengerti aku. Kami sudah sempurna banget. Aku memang
ninggalin Vida buat kuliah diluar kota. Tapi kini aku kembali, kembali buat dapatkan dia lagi.
Menyerahlah! Katanya.
Buuukk..bukkk...ku hajar wajahnya. Kulihat dia jatuh dari motornya dengan hidung berdarah. Warga
sekitar segera melerai kami. Aku melemparkan kuncinya ke wajahnya. Menjauhlah dari pacarku!!
kataku sebelum ku pergi meninggalkan bajingan itu.
Saat aku memasuki kelas, kulihat Vida baru saja menutup teleponnya. Wajahnya memerah, matanya
sembab. Dia menatapku benci. Dia menamparku. Kemudian pergi dengan membawa tas dan lari ke
depan gerbang. Aku mencegatnya.
Kamu kenapa? tanyaku. Masih tanya kenapa?! jawabnya geram. Kamu banjingan! Ngapai kamu
mukul kak Rian? Kak rian salah apa? Kamu cemburu? Gak gitu caranya, aku gak suka orang yang
kasar!
Jelaslah aku cemburu. Kamu kemana aja dua hari ini? Gak pernah ngasih kabar, teleponku pun gak
pernah kamu angkat. Kamu kemana aja? Asik-asik jalan sama mantan kamu. Nikmat banget ya bisa
bermesraan lagi sama pacar pertamamu? tanyaku.
Vida terdiam.
Sekarang kamu pikir ya, siapa yang bajingan disini sebenarnya? Orang yang berusaha
mempertahankan pacarnya atau orang yang secara terang-terangan bemesraan dengan pacar orang
lain? Maaf sayang, kesabaranku sudah habis. Maaf aku mengingkari janjiku. Aku ga tahan. Siapa juga
yang tahan liat pacarnya asik-asik bermesraan dengan orang lain? Kataku.
Kami ga ada hubungan apa-apa, dia sudah kuanggap sebagai kakak. Jawabnya.
Sekarang kembali ke kamu. Apa kamu yakin hubungan kalian cuman adik-kakak? Iya maaf aku gak
ada disaat kamu membutuhkanku. Aku gak sesempurna kak Rianmu. Lagian hubungan kalian sudah
sempurna banget, kalian udah dekat dengan orang tua masing masing. Serasa mau dijodohin tau ga?
kataku.
Brummm...brummm... tiba-tiba terdengar suara motor dari kejauhan. Ternyata itu Rian yang datang
menjemput Vida. Vida tanpa basa basi pergi begitu saja. Naik ke boncengan Rian dan memeluknya
dengan erat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Mengapa Cinta Itu Buta
    Mengapa Cinta Itu Buta
    Dokumen2 halaman
    Mengapa Cinta Itu Buta
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Patricia Chiaulina Kurniawan
    Patricia Chiaulina Kurniawan
    Dokumen5 halaman
    Patricia Chiaulina Kurniawan
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Nur Hadijah
    Nur Hadijah
    Dokumen4 halaman
    Nur Hadijah
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Hukum Avogadro
    Hukum Avogadro
    Dokumen17 halaman
    Hukum Avogadro
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Wahyu Febrianto
    Wahyu Febrianto
    Dokumen4 halaman
    Wahyu Febrianto
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Yoga Bagas Gilang P
    Yoga Bagas Gilang P
    Dokumen6 halaman
    Yoga Bagas Gilang P
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Yuli Rahmawati
    Yuli Rahmawati
    Dokumen4 halaman
    Yuli Rahmawati
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Patrick W
    Patrick W
    Dokumen5 halaman
    Patrick W
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Lufi Ditia Prabandari
    Lufi Ditia Prabandari
    Dokumen4 halaman
    Lufi Ditia Prabandari
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Maudy Angelia
    Maudy Angelia
    Dokumen5 halaman
    Maudy Angelia
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Hendry
    Hendry
    Dokumen3 halaman
    Hendry
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Her Lina
    Her Lina
    Dokumen4 halaman
    Her Lina
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Nurul Fikrah
    Nurul Fikrah
    Dokumen4 halaman
    Nurul Fikrah
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Rona Taufiqul
    Rona Taufiqul
    Dokumen4 halaman
    Rona Taufiqul
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Evin Cintiacerpenwan
    Evin Cintiacerpenwan
    Dokumen4 halaman
    Evin Cintiacerpenwan
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Reka Tia Andaresta
    Reka Tia Andaresta
    Dokumen4 halaman
    Reka Tia Andaresta
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Ghina Husna
    Ghina Husna
    Dokumen4 halaman
    Ghina Husna
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Endah Dwi S
    Endah Dwi S
    Dokumen3 halaman
    Endah Dwi S
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Citra Handayani
    Citra Handayani
    Dokumen3 halaman
    Citra Handayani
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Florianus Hendrik
    Florianus Hendrik
    Dokumen3 halaman
    Florianus Hendrik
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Eko Kuswanto
    Eko Kuswanto
    Dokumen4 halaman
    Eko Kuswanto
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Andi Irwanzyah
    Andi Irwanzyah
    Dokumen2 halaman
    Andi Irwanzyah
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Ananda Amalia Ahmad
    Ananda Amalia Ahmad
    Dokumen3 halaman
    Ananda Amalia Ahmad
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Mengapa Cinta Itu Buta
    Mengapa Cinta Itu Buta
    Dokumen2 halaman
    Mengapa Cinta Itu Buta
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Hukum Membunuh Menurut Islam
    Hukum Membunuh Menurut Islam
    Dokumen13 halaman
    Hukum Membunuh Menurut Islam
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Makalah Sejarah
    Makalah Sejarah
    Dokumen13 halaman
    Makalah Sejarah
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Angelia Monica
    Angelia Monica
    Dokumen5 halaman
    Angelia Monica
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Mungkin Bukan Sekarang
    Mungkin Bukan Sekarang
    Dokumen10 halaman
    Mungkin Bukan Sekarang
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat
  • Adab Makan
    Adab Makan
    Dokumen8 halaman
    Adab Makan
    Rona Taufiqul Rachmanita
    Belum ada peringkat