Kehidupan baru lagi. Inilah susahnya jadi anak dari pimpinan pos yang selalu berpindah-pindah tempat dinas. Kali ini di Tarakan, aku adalah murid baru di kelas XII A 4, pindahan dari Bogor. Sekolah ini terlihat besar dan sangat baru. Aku berjalan menaiki tangga dan melewati lorong kelas. Tibalah aku di depan ruang kelas baruku. Mataku tertuju ke satu orang, seorang gadis dengan rambut terurai panjang, mata yang bening dan senyuman yang manis. Bu Titis selaku walikelas baruku mempersilahkanku masuk dan memperkenalkan diri. Aku berdiri di depan kelasku dan memperkenalkan diri. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, sepanjang perkenalan mataku selalu ke gadis itu. Oh Tuhan, aku rasa aku akan betah di kelas ini. Aku dipersilahkan duduk oleh bu Titis. Aku duduk di bagian tengah dan dapat menatap puas gadis manis itu semauku. Saat jam istirahat, aku mendekatinya. Hai Vida sapaku. Hai juga. Kok kamu tau namaku? tanyanya. Liat di bordiran kamu kali jawabku. Oh iya, hehe. Kira-kira kamu betah gak dikelas ini? tanyanya ramah. InsyaAllah betah jawabku sambil tersenyum. Sebulan berlalu, aku dan Vida semakin dekat. Aku meminta nomor teleponnya, dan kami hampir setiap hari bertukar SMS, kirim pesan via LINE dan teleponan. *** Pagi, sekitar pukul 04.40 aku memakirkan motorku di depan rumahnya. Mencari rumahnya butuh perjuangan. Aku membututinya kemarin saat pulang sekolah. Pagi ini aku menelponnya, tetapi tidak diangkat juga. Setelah 15 menit berlalu, teleponku akhirnya diangkat juga. Hai. Good Morning vid, sorry membangunkanmu sepagi ini. Selamat ulang tahun ya sapaku. Duh makasih ya. Kamu ganggu orang tidur aja jawabnya. Tebak aku dimana tanyaku. Kamu? Masih diatas kasurmu kali jawabnya. Salah. Aku ada di depan rumahmu. Kamu cepat keluar ya! ujarku. Astaga! Kamu ngapain di depan rumahku? tanyanya terkejut. Udah pokoknya kamu keluar. Aku capek nih nongkrong terus disini jawabku sembari menutup telepon. Sepuluh menit kemudian, dia keluar dengan menggunakan baju tidur pink dengan rambut disanggul dan mata yang masih ngantuk. Walaupun masih rembes, Vida tetap terlihat manis. Selamat tanggal 1 September. Happy birthday! kataku sambil memberinya kado. Oh my God. Ngapai kamu subuh-subuh datang kesini? tanyanya. Ya buat ngantar kado, apalagi? jawabku. Loh? Di sekolah kan bisa jawabnya. Kalo disekolah takut diserobot duluan sama temen-temen yang lain. Kan aku mau jadi yang pertama. Sweet seventeen ya kataku. Aduh dit, jadi ngerepotin gini. Makasih ya. Gak mau masuk dulu? ajaknya. Sama-sama. Gak usah vid, bentar lagi sekolah. Ini aku masih bau juga loh. Aku pulang dulu ya, mau mandi biar ganteng. kataku sambil berpamitan. Hahaha, mandi gak mandi kamu tetep aja jelek ejeknya. Disekolah, Vida langsung diserbu oleh teman-temannya. Banyak yang memberinya kado, kebanyakan sih dari laki-laki. Wajarlah kalo Vida punya banyak fans, kecantikan dan keanggunan Vida tidak ada tandingannya. Hari ini adalah pengambilan nilai pembacaan puisi. Saat pelajaran bahasa Indonesia dimulai, aku langsung maju pertama dan mempersiapkan instrumenku. Pak Fahmi mengatakan kalau pembacaan puisi dapat diiringi instrumen gitar ataupun rekaman. Kali ini aku menggunakan rekaman dari iringan gitar yang kurekam dirumah. Aku meminjam meja Vida yang berada di depan dan segera memasang laptop dengan speaker. Rekaman pun diputar dan aku mulai membacakan puisi. Tak pernah berpijak di satu tempat Selalu pindah dari satu tempat ke tempat lain Setiap tempat punya kisah tersendiri Aku bersyukur, kali ini berada disini Berdiri di hadapanmu ... Seorang gadis cantik yang tak mungkin kutemukan dimana pun Hai gadis cantik Izinkanlah ku menetap di hatimu Sebagai labuhan hatiku tuk terakhir kali Saat kubacakan bait terakhir, aku berlutut dihadapannya. Vida, puisi ini aku persembahkan buat kamu di hari spesial kamu. Kamu cuma mengalami sweet seventeen satu kali dan aku ingin menjadi sweet seventeen itu. Seperti kata di puisi tadi, kamu orang yang tak mungkin kutemukan di tempat lain. Aku suka sama kamu sejak awal aku berdiri di depan pintu kelas ini. Mungkin ini yang namanya dari mata jatuh ke hati. Apa kamu mengijinkan aku menetap di hatimu? Vida terdiam, detik-detik dia berfikir untuk menjawab pertanyaanku terasa seperti bermenit-menit. Hatiku dag dig dug tak karuan. Kok kamu nembak orang disaat jam pelajaran sih dit? Aku kan malu jawabnya. Gak apa apa kok vid, aku udah ijin sama pak Fahmi. Aku udah nyiapin ini lama banget. Kalo gak percaya tanya aja pak Fahmi kataku dalam keadaan masih berlutut. Iya, Adit udah ijin sama bapak dari seminggu yang lalu jawab pak Fahmi ramah. Hmm...aku malu ngomongnya dit. Sebenarnya aku juga suka sama kamu. Aku mau kok jadi pacar kamu. Makasih ya dari tadi pagi kamu ngasih aku kejutan terus. Jawaban yang kunanti akhirnya muncul juga. Iya vid, kamu denger ya, apapun permintaan kamu walau itu menyebalkan menyusahkan dan menyakitkan, demi kebaikanmu, aku rela. Kelas ini saksinya, pak Fahmi juga sebagai saksinya kataku. Pegang janjimu ya? pintanya. Iya jawabku tersenyum. Kelas langsung heboh. Banyak yang teriak cie-cie!!! ada juga yang teriak PBJPBJ!!! (pajak baru jadian). Kulihat Vida tersenyum malu, aku berdiri dan berterima kasih kepada pak Fahmi. *** Empat bulan berlalu, hubunganku dengan vida berjalan dengan baik. Sama sekali tidak ada pertengkaran. Hingga tiba saatnya. Sayang, keluargaku ada yang datang. Kita gak jadi jalan. Maaf ya sms vida. Keluarga darimana? Siapa? Yaudah keluarga dulu yang diutamain sayang kataku. Dari Solo sayang, kak Rian jawabnya. Oh, Rian yang pernah kamu ceritain itu? batinku. Oke sayang. Kalo gitu nanti sore aku latihan futsal buat classmeeting aja. Kalo udah selesai, sms ya kataku. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, Vida belum juga ada kabar. SMSku juga tidak dibalas. Aku akhirnya memberanikan diri untuk menelponnya. Halo? sapaku. Iya halo. Ini siapa ya? suara lelaki berat dari seberang. Yang lalu kusadari kalau itu suara ayahnya. Ini Adit, maaf Vidanya ada om? tanyaku. Vidanya masih jalan sama Rian. Ini hapenya ketinggalan. Ada yang mau disampaikan dit? jawab ayahnya vida. Gak ada om, makasih ya. Assalamualaikum jawabku sambil menutup telepon. *** Keesokan paginya, kulihat Vida sedang berbicara dengan temannya. Ku hampiri dia. Dia terlihat berbeda, Vida terlihat begitu ceria. Hai vid sapaku. Hai juga dit. Dit, hari ini aku gak bawa motor, motorku lagi rusak. Pulang nanti aku ikut kamu ya. Maafin aku gak ngasih kabar seharian kemarin. Aku kecapekan, jadi langsung tidur pas pulangnya. Katanya. Aku pun membuka jaketku. Astaga dit! Tangan kamu kenapa? tanyanya panik. Terkilir kemarin, jadi hari ini aku gak bawa motor. Maafin aku gak bisa ngantar kamu pulang jawabku. Kamu kok gak ngabarin aku sih? tanyanya. Sudah kok, tapi yang ngangkat hape kamu itu Ayah kamu. Jadi deh telpon-telponan sama calon mertua hahaha kataku sambil mengacakacak rambutnya. *** Saat pulang sekolah, vida dan aku menunggu jemputan di halte. Sekitar 10 menit kemudian, datanglah seorang cowok dengan menggunakan baju putih dan jaket biru. Hai vid. Pulang yuk? ajaknya. Loh? Kok kak Rian yang jemput? Ayah mana? tanyanya. Ayah kamu lagi sibuk kali vid. Jadi dia nyuruh aku yang jemput kamu. Kan tadi pagi juga aku yang ngantar. Jawab Rian. Ooohhhhhh...batinku Dit, aku pulang dulu ya katanya berpamitan. Ya, kamu hatihati ya. Jawabku. Titip vida ya, jangan diapa-apain pesanku kepada Rian sambil tersenyum masam. Oke katanya sambil membawa kabur pacarku. Siangnya, aku mencoba sms vida. Vid, lagi dimana? Udah makan? Ini lagi di rumah makan padang, sayang Sama siapa? Sama kak Rian Rian lagi -_- Kamu cemburu? Kak Rian itu udah kuanggap sebagai kakakku tau. Jangan kekanak-kanakkan gitu lah :x Hahaha iya iya. Yaudah selamat makan ya Ini adalah sms kami yang terakhir kali dan setelahnya Vida tidak membalas lagi. Sama seperti hari sebelumnya, Vida menghilang begitu saja. Mungkin dia lagi asik, ah biarlah! Asalkan dia bahagia. *** Keesokan paginya, aku lihat Vida diantar lagi oleh Rian. Setelah kulihat Vida berpamitan dan memasuki gerbang, aku menghampiri motornya Rian dan kucabut kunci motornya. Kalian mesra banget kataku. Oh, hai dit. Kau kira bisa dapetin Vida gitu aja? tanyanya. Maksudmu? Aku memang sudah dapetin Vida kataku. Iya, tapi aku bakal ngerebutnya kembali. Katanya. Sialan! Aku udah tau sifat busukmu. Kau kira aku bakalan diam aja liat kau bermesraan sama pacarku? ucapku geram. Woi sadar! Vida itu sayangnya sama aku bukan kau. Vida baru aja kenal sama kau. Sedangkan aku? Sudah dari kecil. Aku mengerti dia, dia mengerti aku. Kami sudah sempurna banget. Aku memang ninggalin Vida buat kuliah diluar kota. Tapi kini aku kembali, kembali buat dapatkan dia lagi. Menyerahlah! Katanya. Buuukk..bukkk...ku hajar wajahnya. Kulihat dia jatuh dari motornya dengan hidung berdarah. Warga sekitar segera melerai kami. Aku melemparkan kuncinya ke wajahnya. Menjauhlah dari pacarku!! kataku sebelum ku pergi meninggalkan bajingan itu. Saat aku memasuki kelas, kulihat Vida baru saja menutup teleponnya. Wajahnya memerah, matanya sembab. Dia menatapku benci. Dia menamparku. Kemudian pergi dengan membawa tas dan lari ke depan gerbang. Aku mencegatnya. Kamu kenapa? tanyaku. Masih tanya kenapa?! jawabnya geram. Kamu banjingan! Ngapai kamu mukul kak Rian? Kak rian salah apa? Kamu cemburu? Gak gitu caranya, aku gak suka orang yang kasar! Jelaslah aku cemburu. Kamu kemana aja dua hari ini? Gak pernah ngasih kabar, teleponku pun gak pernah kamu angkat. Kamu kemana aja? Asik-asik jalan sama mantan kamu. Nikmat banget ya bisa bermesraan lagi sama pacar pertamamu? tanyaku. Vida terdiam. Sekarang kamu pikir ya, siapa yang bajingan disini sebenarnya? Orang yang berusaha mempertahankan pacarnya atau orang yang secara terang-terangan bemesraan dengan pacar orang lain? Maaf sayang, kesabaranku sudah habis. Maaf aku mengingkari janjiku. Aku ga tahan. Siapa juga yang tahan liat pacarnya asik-asik bermesraan dengan orang lain? Kataku. Kami ga ada hubungan apa-apa, dia sudah kuanggap sebagai kakak. Jawabnya. Sekarang kembali ke kamu. Apa kamu yakin hubungan kalian cuman adik-kakak? Iya maaf aku gak ada disaat kamu membutuhkanku. Aku gak sesempurna kak Rianmu. Lagian hubungan kalian sudah sempurna banget, kalian udah dekat dengan orang tua masing masing. Serasa mau dijodohin tau ga? kataku. Brummm...brummm... tiba-tiba terdengar suara motor dari kejauhan. Ternyata itu Rian yang datang menjemput Vida. Vida tanpa basa basi pergi begitu saja. Naik ke boncengan Rian dan memeluknya dengan erat.