Lagu apa itu? Lagu dari Shinee, judulnya Green Rain. Baguskan? Gak. Biasa aja. *** Aku duduk sendiri di depan kelas. Seakan menunggu suatu hal yang tak mungkin datang. Aku merasa akhir-akhir ini selalu mendapat kesialan. Mulai dari handphone hilang, nilai ulanganku hancur, hingga saat ini, aku sendirian menunggu temanku yang berjanji akan datang, tapi sampai sekarang ia tak juga datang. Aku yang merasa kesepian langsung menempelkan headset di kedua telingaku, mendengarkan lagu yang mungkin akan meringankan sedikit beban berat dalam hidupku. Aku memutuskan untuk menunggu temanku lagi hingga 15 menit, jika tidak datang, aku akan meninggalkannya. Di sela putaran lagu yang hanya terdengar di kedua telingaku, seseorang pria yang sangat ku kenal lewat di hadapanku. Pria yang dulunya adalah seseorang yang aku kagumi, namun kini tak pernah berbicara lagi denganku. Dia adalah Tony, teman SMPku dulu. Ia awalnya hanya menatapku datar dan meneruskan langkahnya menuju kursi depan kelas XI. Aku sesekali meliriknya dan selalu saja aku ketahuan telah meliriknya. Hingga lagu Everybody dari Shinee bunyi di handphoneku, menggantikan lagu yang tengah aku dengarkan. Aku menatap layar handphoneku, ternyata teman yang dari tadi aku tunggu meneleponku. Aku langsung berdiri dan berjalan maju, menyandar di tiang dekat kursi. Rea, kamu dimana? Tanyaku langsung tanpa memberi salam terdahulu. Aku ada di gedung lama. Kamu kesini juga dong? Jawabnya. Kamu ngapain disana? Tanyaku kembali. Tidak apa-apa. Nongkrong aja. Jawab Rea dengan santainya. Sudah deh! Aku mau pulang aja. Ucapku kesal langsung mematikan handphoneku. Aku berjalan hendak pulang. Aku berjalan melewati Tony yang sedang memainkan handphonenya. Aku sekilas meliriknya dan ia menampakkan senyumnya kepadaku. Senyum yang sudah tak pernah ia tunjukkan kepadaku. Tanpa sadar, aku menghentikan langkahku dan berdiri di sampingnya yang masih duduk di kursi. Kamu kenapa belum pulang? Tanyanya. Aku nunggu temanku. Jawabku. Kamu lagi ngapain? Tanyaku kembali. Aku remedial biologi. Jawabnya dan kembali menatap layar handphonenya. Ohh, kamu baru mencari materinya? Tanyaku lagi. Iya, soalnya baru dikasih tau juga kalau remedialnya hari ini. Jawabnya. Hahahaha Bersabarlah dirimu. Ledekku. Sudah berapa lama kedekatan seperti ini kembali lagi. Kehangatan suara dan tawanya secara tidak langsung menenangkan hatiku yang sedang kesal. Kenapa dengan diriku ini? Kenapa saat ini jantungku berdetak kencang? Tuhan, apakah aku masih mencintainya? Tanpa sadar, ia menarik headsetku, otomatis lagu yang tengah aku dengar sendirian langsung terdengar jelas oleh dirinya juga. Apa sih kamu nih? Bentakku. Hahahaha Becanda aja kok. Tawanya. Lagu apa itu? Lanjutnya. Lagu dari Shinee, judulnya Green Rain. Baguskan? Jawabku senang. Gak. Biasa aja. Cibirnya. Dasar kamu ini! Lagu Green Rain itu bagus, menceritakan tentang cinta. Jelasku. Hemm, iyalah. Kamulah segalanya. Jawabnya singkat. Sesuatu yang tiba-tiba muncul dari otakku, membuatku ingin membicarakannya. Tony? Panggilku. Ya? Jawabnya. Jangan pernah menyalahkanku, karena hatiku yang merasakannya, walau aku telah berusaha membuangnya. Belum sempat ia menanggapi ucapanku itu, dua orang temannya berjalan mendekati kami. Aku spontan pergi meninggalkannya, tanpa berpamitan. Kedua temannya hanya melihatku sambil tersenyum. Kalau tebakanku benar, mereka berdua pasti sedang menggoda Tony karena kedekatan kami barusan. Ah, sudahlah. Aku tidak peduli! Hardikku sendiri. *** Keesokan harinya. Selamat ulang tahun!!! Teriak teman-temanku bersamaan. Aku seketika merasa senang melihat teman-temanku menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku. Mereka satu per satu menyalamiku sambil mengucapakan selamat kepadaku. Nita? Traktir dong!! Pinta salah satu temanku, Dina. Hemm, iya deh. Jawabku. Hah? Beneran?? Tanyanya tak percaya. Iya, beneran. Tapi anggota kelompok tari kita aja yah? Kataku. Yeeeee. Oke oke. Kata Dina bersemangat. Aku dan ke enam temanku berjalan menuju kantin sekolah. Saat melewati lapangan yang sarat dengan kaum pria bermain futsal, mataku tertuju kepada Tony. Ia bermain sangat semangat. Tanpa sengaja, kami saling bertatapan dan membuatku langsung membuang wajahku. Ini adalah ulang tahunku yang kedua kalinya disaat ia tak mengucapkan selamat padaku. Dari hati kecilku, aku sangat ingin mendengar ucapan ulang tahunnya kepadaku. Walau tidak bisa, setidaknya ia mengucapkannya melalui facebook atau twitter. Tapi, hal itu sama sekali tidak dilakukannya. Aku mungkin berharap terlalu banyak. Terlebih lagi karena ucapanku kemarin saat berdua dengannya. Dia pasti akan berpikir dua kali untuk memberikan ucapan kepadaku. Terkadang aku merindukan sikapnya yang selalu senang saat di hari ulang tahunku. Hanya karena perasaan bodoh yang muncul di hatiku, ia tak pernah melakukan hal itu lagi. *** Waktu pulang sekolah. Ahhh Helmku ketinggalan lagi di kelas! Kesalku sendiri. Aku terpaksa memasuki sekolah lagi dan berjalan menuju kelasku. Suasana kelas sudah sangat sepi. Aku berharap agar kelasku belum di kunci. Karena tanpa helm, bagaimana bisa aku pulang ke rumah. Dan untunglah, kelasku belum di kunci. Aku memasukinya dan mengambil helmku di pojok belakang kelas. Saat aku berbalik, aku seketika terdiam. Aku melihat sebuah tulisan besar di papan tulis kelas. Happy Birthday, Nita. Dan tiba-tiba sebuah suara musik terdengar dari handphone. Di susul dengan suara seorang pria yang sedang bernyanyi mengikuti penyanyi dari musik itu. Jogeum tteollineum mameun gamchugo Geunyang ne sonman kkok japgo dallingo sipeora Mak ssodajineun chorobisoge urin deo singgeureowojyeo Neul ai gatdeon cheoreopgiman Haetdeon naega deo koebeorin geon nareul mideojun Ne nunbit hana, hanbeonui miso Geugeollo chungbunhartdago Aku sepeti berada di dalam alam mimpi. Tony, seorang yang sama sekali tidak tertarik dengan dunia Korea malah menyanyikan lagu itu. Lagu Green Rain, lagu yang baru kemarin dia jelekkan. Apa yang kamu lakukan? Tanyaku di sela-sela musik yang masih melantun. Aku tidak perlu menjawabnya karena kamu pasti sudah tau. Jawabnya sambil tersenyum. Aku hanya terdiam, bingung apa yang harus aku lakukan. Ia mengulurkan tangannya kepadaku dan aku perlahan-lahan menyambutnya. Bagai waktu yang sedang diam, masih posisi yang sama, kami saling berhadapan dengan jarak sepanjang lengan kami yang saling berpegangan dan di saat yang sama, kami saling menatap satu sama lain. Maafkan aku yang sudah membuatmu menyalahkan hatimu sendiri. Ungkapnya kepadaku. Salahkanlah hatiku yang tak mampu untuk mencintaimu. SELESAI
Arti lagu : Ingin ku sembunyikan hatiku yang sedikit gugup ini, dan aku ingin menggenggam tanganmu kuat untuk berlari menjadi begitu segar dibawah rintik hijaunya hujan dulu aku hanyalah seorang anak kecil, seorang yang belum begitu dewasa dan alasanku beranjak dewasa adalah karena tatapan matamu yang begitu percaya padaku, begitu pun dengan satu senyumanmu semua itu lebih dari cukup bagiku