Anda di halaman 1dari 72

1

REPUBLIK INDONESIA
BLUEPRINT
BLUEPRINT
PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
2005
2005
-
-
2025
2025
JAKARTA, 2005
2
POLA PIKIR
PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
Secara Terpadu untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
KONDISI
SAAT INI
KONDISI
YANG
DIHARAPKAN
KEBIJAKAN
DAN
STRATEGI
UPAYA PROGRAM
LINGKUNGAN
STRATEGIS
KENDALA KENDALA PELUANG PELUANG
PARADIGMA NASIONAL
UUD 1945 Pasal 33
3
KONDISI SAAT INI
Kondisi keenergian di Indonesia pada saat ini adalah :
Kebijakan umum bidang energi (KUBE) : 1981, 1987, 1991, 1998 dan KEN 2003 (Lamp A1-A2, hlm 24-25)
Potensi sumber daya energi cukup besar (Lamp B1-B2, hlm 26-27)
Akses masyarakat terhadap energi masih terbatas (Lamp C, hlm 28)
Pangsa konsumsi BBM : 63% dari energi final (Lamp D, hlm 29)
Ekspor energi besar, impor BBM besar (Lamp E1-E2, hlm 30-31)
Ekspor minyak bumi 514 ribu barel per hari, pemakaian dalam negeri 611 ribu barel per hari dan
impor 487 ribu barel per hari
Ekspor gas bumi 4,88 BCF per hari, pemakaian dalam negeri 3,47 BCF per hari
Ekspor batubara 92,5 juta ton per tahun, pemakaian dalam negeri 32,91 juta ton per tahun
Harga ekspor gas dan batubara lebih tinggi dari harga pemasaran dalam negeri
Kemampuan / daya beli konsumen dalam negeri terhadap batubara dan gas rendah dan belum
adanya insentif ekonomi baik fiskal maupun non fiskal bagi energi fosil untuk pemakaian dalam
negeri
4
KONDISI SAAT INI
Kondisi keenergian di Indonesia pada saat ini adalah : (lanjutan)
Struktur APBN masih tergantung penerimaan migas dan subsidi BBM (Lamp F, hlm 32)
Industri energi belum optimal
Infrastruktur Energi Terbatas (Lamp G1 s/d G4, hal 33-36)
Harga energi (BBM, Gas untuk pabrik pupuk dan energi baru terbarukan) belum
mencapai keekonomian (Lamp H, hlm 40)
Pemanfaatan Energi Belum Efisien (Lamp I, hlm 41)
Kondisi tersebut mengakibatkan :
Energi (Primer) Mix Timpang (Lamp K, hlm 43):
Pemanfaatan gas dalam negeri belum optimal
Pemanfaatan batubara dalam negeri belum optimal
Karena adanya subsidi BBM pengembangan energi alternatif terhambat
Mempercepat Indonesia menjadi net importer minyak (Lamp L1-L2, hlm 44-45)
Subsidi BBM membengkak (Lamp M, hlm 46)
5
KONDISI YANG DIHARAPKAN
Kebijakan Energi Nasional sesuai dengan platform
politik Kabinet Indonesia Bersatu
Meningkatnya akses masyarakat kepada energi
Meningkatnya keamanan pasokan energi
Meningkatnya kondisi ekonomi sehingga
kemampuan / daya beli masyarakat meningkat
Harga energi sesuai dengan keekonomiannya
6
SASARAN
1. Diterbitkannya Undang Undang Energi
2. Terwujudnya konsumsi energi per kapita minimal sebesar 10 SBM (RIKEN) dan rasio elektrifikasi
95% (RUKN) pada tahun 2025
3. Terwujudnya keamanan pasokan energi dalam negeri, melalui :
Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 pada tahun 2025 (Lamp I- J, hlm 41-42)
Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal (Lamp N1-N2, hlm 47-48) :
Peranan minyak bumi menurun menjadi 26.2% pada 2025
Peranan gas bumi meningkat menjadi 30.6% pada tahun 2025
Peranan batubara meningkat menjadi 32.7% pada tahun 2025
Pemanfaatan brown coal
Coal Liquefaction (Lamp O, hlm 49)
Briket Batubara
Peranan panas bumi meningkat menjadi 3.8% pada tahun 2025
Peranan energi baru dan terbarukan lainnya meningkat menjadi 4.4% pada tahun 2025
Terpenuhinya pasokan energi fosil dalam negeri dengan mengurangi ekspor secara bertahap
(perlu disusun Rencana Induk Pemanfaatan Energi untuk Industri, Transportasi, Listrik, Rumah
Tangga dan Bangunan Komersial)
7
SASARAN
3. Terwujudnya kondisi ekonomi sehingga kemampuan / daya beli masyarakat meningkat
4. Tersedianya infrastruktur energi :
BBM : jaringan pipanisasi BBM di Jawa; kilang; depot; terminal transit
Gas : jaringan pipanisasi KalimantanJawa, Jawa BaratJawa Timur, SumateraJawa;
Integrated Indonesian Gas Pipeline; embrio dari Trans ASEAN Gas Pipeline (TAGP) (Lamp G5,
hlm 37) ; terminal regasifikasi LNG
Batubara : sarana dan prasarana transportasi dari mulut tambang ke pelabuhan; pelabuhan di
titik suplai dan di lokasi konsumen; sarana dan prasarana distribusi (Lamp G6, hlm 38)
Listrik : ASEAN POWER GRID (Lamp G7, hlm 39) ; transmisi Jawa, Kalimantan, Sulawesi
5. Tercapainya struktur harga energi sesuai keekonomiannya
8
PELUANG
Keanekaragaman sumber daya energi: migas, batubara, panas bumi dan energi
baru serta terbarukan lainnya
Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik akan meningkatkan kebutuhan energi
dalam negeri dan kemampuan / daya beli masyarakat serta akan menjadi daya tarik
investasi swasta yang diperlukan dalam pembangunan sektor energi
Potensi peningkatan efisiensi energi cukup besar
Potensi pasar energi nasional, regional dan internasional masih terbuka
9
KENDALA
Struktur harga energi belum mendukung diversifikasi dan konservasi energi
Adanya disparitas perkembangan ekonomi antar wilayah
Ketidaksesuaian antara persebaran sumber energi dan konsumen sehingga membutuhkan
infrastruktur energi
Perbedaan harga energi fosil di pasar internasional dengan di dalam negeri yang disebabkan
kemampuan / daya beli masyarakat yang masih rendah
Industri energi khususnya minyak dan gas bumi serta ketenagalistrikan pada umumnya belum
kompetitif
Ketidakstabilan pasar dan harga energi fosil
Iklim investasi belum kondusif
10
KEBIJAKAN
1. Visi Pengelolaan Energi Nasional adalah terjaminnya penyediaan energi untuk
kepentingan nasional
2. Misi Pengelolaan Energi Nasional adalah :
Menjamin ketersediaan energi domestik
Meningkatkan nilai tambah sumber energi
Mengelola energi secara etis dan berkelanjutan termasuk memperhatikan
pelestarian fungsi lingkungan
Menyediakan energi yang terjangkau untuk kaum dhuafa dan untuk daerah
yang belum berkembang
Mengembangkan kemampuan dalam negeri yang meliputi kemampuan
pendanaan, teknologi dan sumber daya manusia dalam rangka menuju
kemandirian
11
KEBIJAKAN (lanjutan)
3. Kebijakan utama
Sisi Penyediaan :
- Meningkatkan kemampuan pasokan energi
- Mengoptimalkan produksi energi
- Konservasi sumber daya energi
Sisi Pemanfaatan :
- Efisiensi pemanfaatan energi
- Diversifikasi penggunaan sumber energi
Mendorong harga energi ke arah harga keekonomian untuk pengembangan energi dengan tetap
memberikan subsidi bagi masyarakat dhuafa (tidak mampu)
Pelestarian lingkungan:
- Tingkat makro : pembangunan berkelanjutan
- Tingkat mikro : internalisasi eksternalitas
4. Kebijakan pendukung :
Pengembangan infrastruktur energi untuk meningkatkan akses konsumen terhadap energi.
Perlindungan masyarakat tidak mampu.
Pelestarian lingkungan.
Kemitraan pemerintah dan dunia usaha
Pemberdayaan masyarakat
Pengembangan litbang dan diklat
Pemberdayaan fungsi koordinasi
12
STRATEGI
1. Mengembangkan mekanisme harga keekonomian energi
2. Meningkatkan keamanan pasokan energi dengan
memperhatikan aspek lingkungan
3. Menerapkan prinsip-prinsip good governance dan transparansi
4. Mendorong investasi swasta bagi pengembangan energi
5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
energi
13
UPAYA
Strategi 1 : Mengembangkan Mekanisme Harga Keekonomian Energi, dengan upaya :
Rasionalisasi harga energi (Program Utama 1, 2, 3, 4 dan 14)
Penerapan mekanisme insentif ekonomi dan pajak energi (Program Utama 3, 4)
Strategi 2 : Meningkatkan Keamanan Pasokan Energi dengan memperhatikan aspek lingkungan,
dengan upaya :
Peningkatan efisiensi energi, khususnya BBM (Program Utama 5, 6 dan 14)
Peningkatan status cadangan terbukti energi dan cadangan energi strategis (SPR Strategic
Petroleum Reserves) (Program Utama 7, 9)
Penggunaan cadangan gas bumi baik cadangan besar ataupun kecil untuk kebutuhan domestik
dan cadangan gas mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor (dalam
UU Migas ada konsep mengenai DMO gas yang mencakup juga insentif) (Program Utama 10)
Penerapan DMO terhadap batubara, dengan memberikan insentif ekonomi untuk mendorong
pasokan dan penggunaan dalam negeri termasuk coal liquefaction, upgrading brown coal (UBC)
dan gasifikasi batubara serta teknologi batubara bersih lainnya (Program Utama 3, 4, 9 dan 11,
Program Pendukung 2)
Pengembangan advanced energy technologies berdasarkan Landmark Teknologi Energi (Lamp
P1 s/d P6, hlm 50 s/d 61) (Program Utama 11 dan 14, Program Pendukung 2)
Pengembangan potensi panas bumi untuk penggunaan langsung maupun tidak langsung
(Program Utama 7 dan 14, Program Pendukung 2)
14
UPAYA (lanjutan)
Strategi 2 : Meningkatkan Keamanan Pasokan Energi, dengan upaya : (lanjutan)
Mengembangkan energi alternatif BBM non fosil lainnya (Program Utama 8, 11, 14, dan 16,
Program Pendukung 2)
Pengembangan pemanfaatan kendaraan berbahan bakar energi alternatif (Program Utama 3, 4,
10, 11, 13, 14, 15, dan 16, Program Pendukung 1)
Penerapan depletion premium untuk menjaga keberlanjutan pasokan (Program Utama 12)
Peningkatan pemanfaatan energi yang ramah lingkungan (Program Utama 4, 5, 10, 11 dan 16)
Strategi 3 : Menerapkan Prinsip-Prinsip Good Governance dan Transparansi, dengan upaya :
Penerapan mekanisme open access pada infrastruktur energi (Program Utama 12)
Deregulasi di tingkat makro dan mikro (corporate) - (Program Utama 12)
Harmonisasi pengaturan panas bumi dengan ketenagalistrikan (Program Utama 12)
Harmonisasi pengaturan pemanfaatan kawasan hutan untuk pertambangan dan energi
(Program Utama 12)
Penetapan kelembagaan yang bertanggungjawab dalam pengaturan standarisasi dan
spesifikasi produk-produk EBT dan pelaksana program kegiatan nuklir (Program Pendukung 2)
15
UPAYA (lanjutan)
Strategi 4 : Mendorong Investasi Swasta bagi Pengembangan Energi, dengan upaya :
Penerapan insentif ekonomi, baik dalam bentuk fiskal maupun non fiskal, khususnya untuk
pasokan energi bagi kebutuhan domestik, pengembangan energi baru terbarukan dan
peningkatan efisiensi energi (Program Utama 1, 2, 3, 4)
Pemberian insentif ekonomi bagi investasi baru untuk pengembangan infrastruktur energi
(Program Utama 1, 3 dan 13)
Pengembangan infrastruktur energi (Program Utama 13)
Pengembangan pasar domestik untuk energi alternatif, khususnya bio fuel (Program Utama 1, 3,
11, 13, 15 dan 16, Program Pendukung 1)
Strategi 5 : Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Pembangunan Energi
yang Berkelanjutan, dengan upaya :
Peningkatan kemampuan Nasional dalam pengembangan energi (Program Utama 15, Program
Pendukung 1 dan 3)
Penyelenggaraan sosialisasi energi alternatif secara kontinyu (Program Utama 14)
Peningkatan peluang bisnis dan industri pabrikasi dengan fokus sumber energi baru terbarukan
(Program Utama 11 dan 15)
Peningkatan kesadaran masyarakat dalam efisiensi energi (Program Utama 14, Program
Pendukung 3)
16
PROGRAM UTAMA
A. PROGRAM UTAMA 1 : RASIONALISASI HARGA BBM (Lamp Q1-Q3, hlm 62-64)
1. Penerapan mekanisme penyesuaian harga BBM dengan beberapa alternatif:
Mekanisme penyesuaian harga pasar sepenuhnya secara otomatis untuk seluruh jenis
BBM
Mekanisme penyesuaian harga secara otomatis pada tingkat yang disubsidi untuk
seluruh jenis BBM
Mekanisme penyesuaian harga secara otomatis, khusus untuk jenis BBM tertentu
(minyak tanah rumah tangga dan minyak solar transportasi) secara fixed price
Mekanisme penyesuaian harga secara fixed price untuk seluruh jenis BBM
2. Penyediaan Subsidi Konsumen Energi Dhuafa
3. Pemberian Insentif Penyediaan Energi Alternatif, termasuk skema percepatan depresiasi
4. Penerapan Sistem Insentif untuk Mendorong Peningkatan Efisiensi Energi
B. PROGRAM UTAMA 2 : PENYEDIAAN ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH
UNTUK RUMAH TANGGA
1. Mengembangkan spesifikasi khusus minyak tanah untuk Rumah Tangga
2. Meningkatkan Pemanfaatan LPG di Rumah Tangga
3. Meningkatkan Pemanfaatan Briket Batubara
4. Meningkatkan Rasio Elektrifikasi
C. PROGRAM UTAMA 3 : PENERAPAN TAX ALLOWANCE
1. Peningkatan pasokan energi bagi kebutuhan domestik
2. Pengembangan energi alternatif
17
PROGRAM UTAMA
D. PROGRAM UTAMA 4 : PENERAPAN CARBON TAX SECARA BERTAHAP UNTUK
PENGEMBANGAN ENERGI BERSIH
E. PROGRAM UTAMA 5 : PENERAPAN DEMAND SIDE MANAGEMENT
1. Industri, baik primer maupun sekunder: penerapan teknologi hemat energi dan manajemen
energi
2. Rumah Tangga dan Komersial: penerapan peralatan hemat energi
3. Transportasi: penerapan standar efisiensi bahan bakar
4. Pembangkit Listrik: penerapan teknologi hemat energi dan manajemen energi
F. PROGRAM UTAMA 6 : PEMANFAATAN GAS SUAR BAKAR (FLARE GAS)
G. PROGRAM UTAMA 7 : PENINGKATAN KEGIATAN EKSPLORASI
1. Pemberian insentif ekonomi untuk meningkatkan investasi bagi kegiatan eksplorasi
2. Migas: eksplorasi wilayah baru termasuk frontier areas dan laut dalam
3. Batubara: eksplorasi wilayah baru dan eksplorasi lanjutan untuk meningkatkan status
cadangan
4. Panas bumi: eksplorasi pencarian potensi-potensi baru
H. PROGRAM UTAMA 8 : INTENSIFIKASI PENCARIAN SUMBER-SUMBER ENERGI BARU
TERBARUKAN
1. Survei potensi energi baru terbarukan
2. Pengembangan database potensi energi baru terbarukan
I. PROGRAM UTAMA 9 : PENGEMBANGAN CADANGAN ENERGI STRATEGIS UNTUK
KEAMANAN PASOKAN DALAM NEGERI
1. Peningkatan stok minyak dan batubara dalam negeri
2. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur pasokan minyak bumi
18
PROGRAM UTAMA
K. PROGRAM UTAMA 10 : PENINGKATAN PEMANFAATAN GAS DI DALAM NEGERI
1. Perbaikan dan pengembangan infrastruktur pasokan gas
2. Pengembangan pemanfaatan CNG, GTL, DME, LPG dan gas kota
L. PROGRAM UTAMA 11 : PENGEMBANGAN DAN KOMERSIALISASI IPTEK ENERGI
1. Pengembangan IPTEK energi
Aplikasi teknologi energi berbahan bakar ganda, antara lain batubara dengan energi lainnya,
khususnya biomassa
Teknologi batubara kalori rendah (Upgraded Brown Coal UBC)
Batubara cair (Coal Liquefaction)
Teknologi energi ramah lingkungan
Integrated coal gasification
Pengembangan kendaraan berbahan bakar energi alternatif
CNG untuk pembangkit tenaga listrik
Mini LNG
Pemanfaatan LNG untuk transportasi
Ocean technology
Dimethyl ether (DME)
Coal bed methane
Hidrat gas bumi
2. Pengembangan mekanisme pendanaan Pemerintah/Pemerintah Daerah bagi penelitian dan pengembangan
IPTEK energi
3. Komersialisasi IPTEK energi
Pengembangan model skema bisnis
Penerapan sistem insentif finansial
Pengembangan energi baru terbarukan dan eknologi energi efisien dalam kegiatan pengadaan yang
menggunakan dana Pemerintah
4. Peningkatan kemitraan antar stakeholders energi baik di dalam maupun di luar negeri
19
PROGRAM UTAMA
M. PROGRAM UTAMA 12 : RESTRUKTURISASI INDUSTRI ENERGI (Lamp R1 s/d R7, hlm 65-71)
1. Penetapan aturan mengenai depletion premium
2. Penetapan aturan mekanisme open access infrastruktur energi
N. PROGRAM UTAMA 13 : PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI
1. Infrastruktur gas
2. Infrastruktur batubara
3. Infrastruktur listrik
4. Infrastruktur BBM
5. Infrasturktur energi alternatif BBM lainnya, termasuk BBG untuk sektor transportasi
O. PROGRAM UTAMA 14 : SOSIALISASI
1. Pengembangan forum dialog
2. Pengembangan community development pada lingkup nasional
3. Pemanfaatan media massa (cetak dan elektronik)
4. Penggunaan BBG dan BXX pada kendaraan operasional di lingkungan DESDM
5. Penyediaan fasilitas bimbingan teknis bagi masyarakat, pengusaha dan industri dalam hal
pemanfaatan energi baru terbarukan dan teknologi energi yang efisien
P. PROGRAM UTAMA 15 : PENGEMBANGAN INDUSTRI DAN JASA ENERGI DALAM NEGERI
1. Pabrikasi teknologi energi dalam negeri
2. Jasa rekayasa energi dalam negeri
20
PROGRAM UTAMA
Q. PROGRAM UTAMA 16 : PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF
Hidrat Gas Bumi Tenaga Angin
Energi In Situ
Biodiesel
Nuklir
Fuel Cell Hidrat Gas Bumi Energi Surya
Energi Surya Bahan Bakar
Hidrogen, Fuel Cell
DME (Dimethyl Ether)
Biogas GTL (Gas to Liquid) Mikro Hidro
Gas Kota Biomassa Bahan Bakar
Batubara Cair (Coal
Liquefaction)
Tenaga Air
Briket Hidrat Gas Bumi Bio Fuel Panas Bumi
LPG Batubara Listrik Gas
Listrik Gas Gas Batubara
Jenis
Energi
Bidang Rumah Tangga
dan Komersial
Bidang Industri Bidang Transportasi Bidang Pembangkitan
Tenaga Listrik
21
PROGRAM PENDUKUNG
A. PROGRAM PENDUKUNG 1 : PENINGKATAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM
PENGUSAHAAN ENERGI
B. PROGRAM PENDUKUNG 2 : PENATAAN KEMBALI KELEMBAGAAN ENERGI (Lamp S, hlm 72)
1. Penetapan kebijakan energi nasional
2. Revitalisasi BAKOREN dilakukan di RUU Energi untuk pelaksanaan kebijakan energi
nasional
3. Regulator energi
4. Pengembangan teknologi dan sumberdaya manusia energi
5. Penetapan spesifikasi dan standar komoditi EBT
C. PROGRAM PENDUKUNG 3 : PENGEMBANGAN KEMAMPUAN SUMBERDAYA MANUSIA
NASIONAL
1. STEM (Sekolah Tinggi Energi dan Mineral)
2. Sertifikasi personil
3. Standar kompetensi
4. Kode etik profesi
22
Terima Kasih
Situs DESDM
www.esdm.go.id
www.mesdm.net
23
LAMPIRAN
24
LAMPIRAN A1
BADAN KOORDINASI ENERGI NASIONAL
(BAKOREN)
Dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden No 46/1980 sebagaimana telah tiga kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden No
23/2000
Tugas pokok:
Merumuskan kebijakan Pemerintah dibidang pengembangan dan pemanfaatan energi secara terpadu
Merumuskan program pengembangan dan pemanfaatan energi secara nasional
Mengkoordinasikan pelaksanaan program dan kebijaksanaan dibidang energi oleh instansi yang bersangkutan
Kewenangan dan tanggung jawab:
Menyusun dan mempersiapkan rancangan prioritas pengembangan dan penggunaan sumber daya energi nasional sesuai
dengan kemampuan penyediaan permodalan, tenaga kerja, keahlian, dan faktor-faktor lainnya
Menyiapkan penyusunan peraturan perundang-undangan bidang energi
Mempersiapkan pedoman pengawasan dan pembinaan atas pelaksanaan program pengembangan dan penggunaan sumber
energi
Mengadakan pengkajian tentang penelitian dan pengembangan sumber-sumber energi
Mengkoordinasikan penyelenggaraan kerjasama antara lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan energi di dalam dan
luar negeri
Keanggotaan:
Ketua merangkap anggota : Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Anggota:
Menteri Perindustrian
Menteri Perhubungan
Menteri Keuangan
Menteri Negara Lingkungan Hidup
Menteri Negara Riset dan Teknologi
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional
Sekretaris merangkap anggota :
Sekretaris I : Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi
Sekretaris II : Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
25
LAMPIRAN A2
PERKEMBANGAN KEBIJAKAN ENERGI
Kebijakan Energi
Nasional
Kebijakan Umum
Bidang Energi
Kebijakan Umum
Bidang Energi
Kebijakan Umum
Bidang Energi
Kebijakan Umum
Bidang Energi
2003 1998 1991 1987 1981
1. Industri
2. Transportasi
3. Rumah Tangga
1. Industri
2. Transportasi
3. Rumah Tangga
1. Industri
2. Transportasi
3. Rumah Tangga
Kebijakan
Pemanfaatan Akhir
Kebijakan
Pemanfaatan Akhir
Kebijakan
Pemanfaatan Akhir
1. Infrastruktur
2. Penetapan mekanisme
harga keekonomian
3. Perlindungan kaum
dhuafa
4. Lingkungan
5. Kemitraan Pemerintah
dan swasta
6. Pemberdayaan
masyarakat
7. Litbang dan diklat
8. Koordinasi untuk
optimalisasi energi mix
1. Investasi
2. Insentif & Disinsentif
3. Standarisasi &
Sertifikasi
4. Pengembangan
Infrasturktur
5. Peningkatan Kualitas
SDM
6. Sistem Informasi
7. Penelitian dan
Pengembangan
8. Kelembagaan
9. Pengaturan
1. Industri Energi
2. Iklim Investasi
3. Harga Energi
1. Industri Energi
2. Iklim Investasi
3. Harga Energi
1. Penelitian dan
Pengembangan
2. Industri Energi
3. Iklim Investasi
Kebijakan Pendukung Kebijakan Pendukung Kebijakan Penunjang Kebijakan Penunjang Kebijakan Penunjang
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
1. Diversifikasi
2. Intensifikasi
3. Konservasi
4. Harga Energi
5. Lingkungan
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
1. Intensifikasi
2. Diversifikasi
3. Konservasi
4. Indeksasi
Kebijakan Kebijakan Utama Kebijakan Utama
26
LAMPIRAN B1
POTENSI ENERGI NASIONAL 2004
147
130 juta ton 19,3 miliar ton 57 miliar ton Batubara
62 3,0 TSCF 188 TSCF 384,7 TSCF Gas
18 500 juta barel 9 miliar barel 86,9 miliar barel Minyak
RASIO CAD/PROD
(tanpa eksplorasi)
Tahun
PRODUKSI
(per Tahun)
CADANGAN
(Proven + Possible)
SUMBER DAYA
JENIS ENERGI
FOSIL
24.112 Ton* e.q. 3
GW utk 11 tahun
Uranium (Nuklir)
8,00 MW 4,80 kWh/m
2
/hari Tenaga Surya
302,40 MW 49,81 GW Biomass
4.200,00 MW 6.851,00 GWh 75,67 GW 845,00 juta BOE Tenaga Air
800,00 MW 2.593,50 GWh 27,00 GW 219,00 juta BOE Panas Bumi
84,00 MW 458,75 MW 458,75 MW Mini/Micro hydro
KAPASITAS
TERPASANG
PEMANFAATAN SETARA SUMBER DAYA
ENERGI
NON FOSIL
0,50 MW
9,29 GW
Tenaga Angin
* Hanya di Daerah Kalan - Kalbar
27
LAMPIRAN B2
SUMBER DAYA RADIOAKTIF INDONESIA 2004
28
0
100
200
300
400
500
600
Jepang OECD Thailand Indonesia Malaysia North Am. Germany
i
n
d
e
k
s

(
J
e
p
a
n
g

=

1
0
0
)
Intensitas Energi Energy Per Kapita
Intensitas Energi
(toe per juta US$ PDB)
Jepang : 92,3
Indonesia : 470
Konsumsi Energi per Kapita
(toe per kapita)
Jepang : 4,14
Indonesia : 0,467
LAMPIRAN C
KONSUMSI ENERGI PER KAPITA
VS INTENSITAS ENERGI
29
LAMPIRAN D
PERANAN BBM MASIH 63 % DALAM PEMAKAIAN
ENERGI FINAL NASIONAL - 2003
Batubara
8%
Listrik
10%
LPG
2%
Gas
17%
BBM
63%
30
LAMPIRAN E1
NERACA ENERGI
PRODUKSI
1125
EKSPOR
514
PASOKAN
DALAM NEGERI
611
IMPOR
487
MINYAK BUMI TAHUN 2004 (DALAM RIBU BAREL PER HARI)
PRODUKSI
8.35
EKSPOR
4.88
DOMESTIK
3.47
GAS BUMI TAHUN 2004 (DALAM BSCF PER HARI)
PRODUKSI
131,72
EKSPOR
92,50
DOMESTIK
32,91
BATUBARA TAHUN 2004 (DALAM JUTA TON PER TAHUN)
31
LIFTING/ PRODUKSI
M.M. INDONESIA : 1.125
M.M. EKSPOR 514
KIL. MANDIRI*) 131
M.M. DOMESTIK 127
M.M. IMPOR 3
KIL. BBM**) 968
M.M. DOMESTIK 484
M.M. IMPOR 484
M.M. IMPOR 487
M. MENTAH 471
FEEDSTOCK 16
HASIL PRODUK KILANG
(NON BBM) 284
KIL. BBM 227
KIL. MANDIRI 57
PRODUK KILANG
(BBM) 822
KIL. BBM 726
KIL. MANDIRI 96
BBM IMPOR 212
PENJUALAN
NON BBM 284
PENJ BBM 1.028
SUSUT DIST. 6
1.034
PERUBAHAN
STOK BBM (0)
Catatan :
*) Kilang Mandiri : Kilang Balongan, Kasim dan PetroKimia
**) Kilang BBM : UP I s/d UP V & Kilang Cepu dan CPD
(DALAM RIBU BAREL PER HARI)
LAMPIRAN E2
NERACA EKSPOR IMPOR MINYAK MENTAH / BBM
32
US$ 24/barel US$ 35/barel
-4,8 (+15,56)
-6,5 (-6,5)
-41,1 (-20,80)
42,8 (+42,8)
Total Perubahan
103,5 60,7 Penerimaan
15,8 9,3 Bagi Hasil Migas
60,1 (39,80) 19,0 Subsidi BBM
Perubahan
(Rp. Triliun)
Perkiraan Realisasi **)
(Rp. Triliun)
APBN *)
(Rp. Triliun)
LAMPIRAN F
KETERGANTUNGAN APBN TERHADAP MIGAS
(APBN 2005)
*) Kurs : Rp. 8.600/US$; Produksi : 1,125 juta barel/hari
**) Kurs : Rp. 8.900/US$; Produksi : 1,125 juta barel/hari
Volume : 59,63 juta KL
( ) : Setelah diberlakukan Perpres No. 22/2005 tanggal 28 Februari 2005
33
Grissik
Palembang
Semarang
Pacific Ocean
AUSTRALIA
Indian Ocean
Bangkok
Phnom
Penh
Ban Mabtapud
Ho Chi
Minh City
CAMBODIA
VIETNAM
THAILAND LAOS
Khanon
Songkhla
Erawan
Bangkot
Lawit
Jerneh
WEST
MALAYSIA
Penang
Kerteh
Kuala
Lumpur
Manila
Philipines
South
China
Sea
Natuna
Alpha
Kota
Kinibalu
BRUNEI
Bandara Seri
Begawan
Bintul
u
EAST
MALAYSIA
Kuching
Banda Aceh
Lhokseumawe
Medan
Duri
S

U

M

A

T

R

A Jambi
Bintan
SINGAPORE
Samarinda
Balikpapan
Bontang
Attaka
Tunu
Bekapai
KALIMANTAN
Banjarmasin
Manado
SULAWESI
BURU SERAM
Ternate
Sorong
IRIAN JAYA
Jakarta
J A V A
Surabaya
Bangkalan
BALI
SUMBAWA
LOMBOK
FLORES
SUMBA
TIMOR
Duyong
West
Natuna
Mogpu
Dumai
Batam
Guntong
MADURA
LAMPIRAN G1. KILANG DAN MODA TRANSPORTASI BBM
Bandung
Yogyakarta
Transit Terminal
Pipeline Distribution
Tanker
Oil Refinery
P. Brandan: 5 MBOPD
Balongan : 125 MBOPD
Kasim : 10 MBOPD
Musi 135.20 MBOPD
Balikpapan : 260 MBOPD
Ujung
Pandang
Pagerungan
HALMAHERA
TOTAL REFINERY CAPACITY
1,057,000 BOPD
Jayapura
Merauke
Cepu : 3.80 MBOPD
S.Pakning : 50 MBOPD
Cilacap: 348 MBOPD
Dumai : 120 MBOPD
Padang
Port Klang
Port Dickson
I N D O N E S I A
34
Grissik
Palembang
Semarang
LAMPIRAN G2. CADANGAN DAN JARINGAN PIPA GAS
Pacific Ocean
AUSTRALIA
Indian Ocean
Bangkok
Phnom
Penh
Ban Mabtapud
Ho Chi
Minh City
CAMBODIA
VIETNAM
THAILAND LAOS
Khanon
Songkhla
Erawan
Bangkot
Lawit
Jerneh
WEST
MALAYSIA
Penang
Kerteh
Kuala
Lumpur
Manila
Philipines
South
China
Sea
S
i
n
g
a
p
o
r
e

G
a
s

T
r
u
n
k
l
i
n
e
Natuna
Alpha
Kota
Kinibalu
BRUNEI
Bandara Seri
Begawan
Bintul
u
EAST
MALAYSIA
Kuching
Banda Aceh
Lhokseumawe
Medan
Duri
Padang
S

U

M

A

T

R

A Jambi
Bintan
SINGAPORE
Samarinda
Balikpapan
Bontang LNG Plant
& Export Terminal
Attaka
Tunu
Bekapai
KALIMANTAN
Banjarmasin
Manado
SULAWESI
Ujung
Pandang
BURU SERAM
Ternate
HALMAHERA
Sorong
IRIAN JAYA
Jakarta
J A V A
Surabaya
Bangkalan
BALI SUMBAWA
Pagerungan
LOMBOK
Cirebon
FLORES
SUMBA
TIMOR
I N D O N E S I A
Duyong
West
Natuna
Port Dickson
Port Klang
Mogpu
Dumai
Batam
Guntong
52,081
3,896
728
3,220
14,260
5,190
31,814
3,654
14,782
GAS RESERVE 2P (BSCF)
TOTAL RESERVES
2P : 134,015.5 BSCF
0,11
3,00
Resources
Ardjuna
Fields
MADURA
4,289
Existing Pipeline
Planned Pipeline
Jayapura
Merauke
35
Grissik
Palembang
Semarang
Pacific Ocean
AUSTRALIA
Indian Ocean
Bangkok
Phnom
Penh
Ban Mabtapud
Ho Chi
Minh City
CAMBODIA
VIETNAM
THAILAND LAOS
Khanon
Songkhla
Erawan
Bangkot
Lawit
Jerneh
WEST
MALAYSIA
Penang
Kerteh
Kuala
Lumpur
Manila
Philipines
South
China
Sea
Natuna
Alpha
Kota
Kinibalu
BRUNEI
Bandara Seri
Begawan
Bintul
u
EAST
MALAYSIA
Kuching
Banda Aceh
Lhokseumawe
Medan
Duri
Padang
S

U

M

A

T

R

A Jambi
Bintan
SINGAPORE
Samarinda
Balikpapan
Bontang
Attaka
Tunu
Bekapai
KALIMANTAN
Banjarmasin
Manado
SULAWESI
Ujung
Pandang
BURU SERAM
Ternate
HALMAHERA
Sorong
IRIAN JAYA
Jakarta
J A V A
Surabaya
Bangkalan
BALI SUMBAWA
Pagerungan
LOMBOK
FLORES
SUMBA
TIMOR
I N D O N E S I A
Duyong
West
Natuna
Port Dickson
Port Klang
Mogpu
Dumai
Batam
Guntong
MADURA
LAMPIRAN G3. PEMBANGKIT DAN TRANSMISI UTAMA LISTRIK
TOTALCAPACITY
24,000 MW
Total Jawa Bali : 18,500 MW
Total Sumatera : 3,200 MW
Total Kalimantan : 800 MW
Total Sulawesi : 650 MW
Existing Transmission
Planned Transmission
Power Plant
Jayapura
Merauke
36
LAMPIRAN G4
CADANGAN, KAPASITAS DAN TERMINAL
BATUBARA
KALIMANTAN
SULAWESI
IRIAN JAYA
S
U
M
A
T
R
A
JAVA
Tarahan 40.000
Pulau Baai 35.000
Kertapati 10.000
Teluk Bayur 35.000
Tanjung Redep* 5.000
Tanjung Bara 200.000
B l o r o* 8.000
Loa Tebu* 8.000
Balikpapan 60.000
Tanah Merah 20.000
North Pulau Laut 150.000
IBT 70.000
Sembilang* 7.500
Air Tawar* 7.500
Banjarmasin* 10.000
South Pulau Laut 200.000
S a t u i* 5.000
Kelanis* 10.000
Catatan :
* River Terminal
55.1
5.0
9.3
10.6
12.2
COAL RESERVE (%)
PROVEN = 6.9 billion ton
MEASURED = 12.4 billion ton
TOTAL = 19.3 billion ton
R/P = 147 years
MAKSIMAL KAPASITAS PENGANGKUTAN (DWT)
37
LAMPIRAN G5
TRANS ASEAN GAS PIPELINE (TAGP)
INDONESIA
MALAYSIA
PHILIPPINES
VIETNAM
THAILAND
LAOS
MYANMAR
CAMBODIA
South China Sea
Banda Sea
Celebes Sea
Andaman
Sea
Gulf of
Thailand
Straits of
Malacca
INDIAN OCEAN
Java Sea
CHINA
3
1
2
5
4
Philippine Sea
PACIFIC OCEAN
LEGENDS
Existing Pipeline
Future Pipline
Possible Interrconnections
Trans-ASEAN Interconnections
1. Dumai to Malacca
2. West Natuna to Duyong
3. East Natuna to Bangkok via Duyong and
Bongkot
4. East Natuna to Luzon via Brunei
5. Block B to Bangkok via Bongkot
6. Pauh to Arun
6
INDONESIA
38
LAMPIRAN G6
RENCANA SARANA PENGANGKUTAN LEWAT
KERETA API DAN TERMINAL BATUBARA
KALIMANTAN
Mangkapadie(New Port)
Tg. Sengatta(New Port)
KPC CT
BontangCT
BalikpapanCT
BalikpapanII (New Port)
NPLCT
IBT
Tg. Selatan(New Port)
Tg. Batu(New Port)
Central
Kalimantan
East Kalimantan
39
LAMPIRAN G7
ASEAN POWER GRID
11 proyek Asean Power Grid:
1) Republik Rakyat Laos Thailand; 6) Peninsular (Malaysia) Singapura;
2) Myanmar Thailand; 7) Sumatra (Indonesia) Singapura;
3) Thailand Kamboja; 8) Batam (Indonesia) Singapura;
4) Kamboja Vietnam 9) Sabah/Sarawak (Malaysia) Brunei;
5) Sumatra (Indonesia) Penisular (Malaysia); 10)Sabah/Sarawak (Malaysia) Kalimantan Barat (Indonesia)
11) Philipina Sabah/Sarawak (Malaysia)
Keterangan:
Power Grid
Natural Gas Field
Bandar Sri Begawan
Jakarta
Singapura
Kuala Lumpur
Phnom Penh
Bangkok
Yangon
Hanoi
Ventiane
Manila
40
LAMPIRAN H
HARGA BBM BELUM MENCAPAI KEEKONOMIANNYA
H A R G A
2.700 75% 2.145
4
)
2.100
2.200
2.253 M. Solar
- Transportasi
- Industri
2.870 85% 2.400 2.566 Premium
2.048
2.204
2.413
BIAYA
POKOK
1
)
M. Bakar
M. Diesel
M. Tanah
- R. Tangga
- Industri
JENIS BBM
2.600 2.300 100% 2.300 1.920
2.660 90% 2.300
2.790 30% 848
4
)
700
2.200
TERTINGGI
3
)
PATOKAN
3
)
(ICP =
US$ 35/Bbl)
%
PATOKAN
2005
2
) TERENDAH
3
)
1
) Perhitungan BPP per jenis BBM menggunakan metode pendekatan Specific Gravity (SG);
belum termasuk PPN 10% dan (PBBKB 5% untuk Premium dan Solar Transportasi);
2
) Ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden No.22 Tahun 2005, untuk minyak bakar mengikuti harga terendah dan tertinggi
3
) Harga Patokan = (MOPS+15%) + PPN 10% + (PBBKB 5% untuk Premium dan Solar Transportasi)
4
) Harga rata-rata
Harga Terendah menggunakan ICP US$ 30/Bbl dan Harga Tertinggi US$ 40/Bbl
Nilai Tukar = Rp. 8.900,-/US$
41
LAMPIRAN I
PERBANDINGAN ELASTISITAS PEMAKAIAN ENERGI
1998-2003
1.84
1.69
1.36
1.16
1.05
0.73
0.47
0.26
0.17
0.10
(0.03)
(0.12)
(0.50)
-
0.50
1.00
1.50
2.00
I
N
D
O
N
E
S
I
A
M
A
L
A
Y
S
I
A
T
A
I
W
A
N
T
H
A
I
L
A
N
D
I
T
A
L
Y
S
I
N
G
A
P
O
R
E
F
R
A
N
C
E
U
N
I
T
E
D

S
T
A
T
E
S
C
A
N
A
D
A
J
A
P
A
N
U
N
I
T
E
D

K
I
N
G
D
O
M
G
E
R
M
A
N
Y
Catatan: Diolah dari data BP Statistical Review of World Energy 2004 dan IMF World Monetary Outlook 2004
42
LAMPIRAN J
PROYEKSI ENERGI PRIMER INDONESIA
DAMPAK KONSERVASI ENERGI
-
1,000.0
2,000.0
3,000.0
4,000.0
5,000.0
6,000.0
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
2
0
1
0
2
0
1
1
2
0
1
2
2
0
1
3
2
0
1
4
2
0
1
5
2
0
1
6
2
0
1
7
2
0
1
8
2
0
1
9
2
0
2
0
2
0
2
1
2
0
2
2
2
0
2
3
2
0
2
4
2
0
2
5
J
u
t
a

S
B
M
Skenario Tanpa Konservasi Skenario RIKEN
43
LAMPIRAN K
ENERGI (PRIMER) MIX TIMPANG
(2003)
Minyak bumi
54.4%
Gas bumi
26.5%
Batubara
14.1%
PLTA
3.4%
Panas bumi
1.4%
EBT Lainnya
0.2%
44
LAMPIRAN L1
PROYEKSI NERACA MINYAK BUMI
0.0
100.0
200.0
300.0
400.0
500.0
600.0
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
2
0
1
0
2
0
1
1
2
0
1
2
2
0
1
3
2
0
1
4
2
0
1
5
2
0
1
6
2
0
1
7
2
0
1
8
2
0
1
9
2
0
2
0
J
u
t
a

S
B
M
Produksi-BAU Ekspor-BAU Impor-Skenario Gas & Coal
Impor-BAU Impor-Skenario Efisiensi Produksi-Skenario Fiskal
Ekspor-Skenario Fiskal
Asumsi: lapangan minyak siap produksi (Lampiran L2)
45
LAMPIRAN L2
LAPANGAN SIAP PRODUKSI
Cepu/Jawa Timur : 170 ribu bph
Jeruk/Jawa Timur : 50 ribu bph
West Seno/Selat Makasar : 27 ribu bph
Belanak/Natuna : 50 ribu bph
Petrochina : 25 ribu bph
Pertamina : 30,6 ribu bph
46
*) Target; Untuk APBN-P, asumsi : volume BBM 59,63 juta KL, harga minyak mentah US$ 36/bbl, kurs Rp.8.900/US$
**) UU APBN 2005 dengan asumsi : volume BBM 59,63 juta KL, harga minyak mentah US$ 24/bbl, kurs Rp.8.600/US$
Review : asumsi ICP = US$35/bbl, kurs Rp.8.900/US$
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2000 2001 2002 2003 2004 *) 2005 **)
W a k t u
S
u
b
s
i
d
i
/
B
i
a
y
a

P
o
k
o
k

P
r
o
d
u
k
s
i



(
%
)
A
P
B
N
-
P
R
E
V
I
E
W
LAMPIRAN M
PENURUNAN SUBSIDI BBM (2000-2005)
47
LAMPIRAN N1
SASARAN ENERGI MIX NASIONAL 2025
ENERGI MIX NASIONAL TAHUN 2025
(SKENARIO BaU)
Minyak bumi
41.7%
Gas bumi
20.6%
Batubara
34.6%
PLTA
1.9%
Panas bumi
1.1%
PLTMH
0.1%
ENERGI MIX NASIONAL TAHUN 2025
(SKENARIO OPTIMALISASI)
PLTMH 0.216%
Biofuel 1.335%
Tenaga surya 0.020%
Tenaga angin 0.028%
Fuel cell 0.000%
Biomassa 0.766%
Nuklir 1.993%
Gas bumi 30.6%
Minyak bumi 26.2%
Other 4.4%
Panas bumi 3.8%
PLTA 2.4%
Batubara 32.7%
OPTIMALISASI
PENGELOLAAN
ENERGI
ENERGI (PRIMER) MIX NASIONAL TAHUN 2003
Minyak bumi
54.4%
Gas bumi
26.5%
Batubara
14.1%
PLTA
3.4%
Panas bumi
1.4%
EBT Lainnya
0.2%
48
LAMPIRAN N2
SASARAN OPTIMALISASI PENGELOLAAN ENERGI
NASIONAL
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
60.0
70.0
2000 2005 2010 2015 2020 2025
%
MINYAK BUMI
GAS BUMI
BATUBARA
EBT LAINNYA
PANAS BUMI
PLTA
EKSPEKTASI
Business as Usual
26.2%
Upaya I
Upaya II
Upaya III
Upaya IV
Upaya V
32.7%
30.6%
3.8%
4.4%
49
LAMPIRAN O
ROADMAP BROWN COAL LIQUEFACTION (BCL)
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2014
2013 2015
2016
2017
2018
2019
2020
2025
Design Pilot Plant
FS Demo Plant
Pembangunan Demo
Plant, 3000 TPD
CP No.1 Beroperasi (6000 TPD)
8.1 MBOE/th
Konstruksi CP No.2
Konstruksi CP No.3, 6000 TPD
Demo Plant Beroperasi (3000 T/th)
FS dan Engineering Design CP
Pembangunan Pilot
Plant
Pilot Plant Beroperasi
Penambahan Reaktor
3000 TPD
CP No. 2 Beroperasi (6000 TPD)
(8.1 MBOE/th)
1 TPD
Catatan :
FS : Feasibility Study (Studi Kelayakan)
CP : Commercial Plant
2024
2023
2022
2021
CP No. 3 Beroperasi
(6000 TPD)
(8.1 MBOE/th)
50
LAMPIRAN P1
ROADMAP PENGEMBANGAN PANAS BUMI 2004-2025
2004 2020
3442 MW
807 MW
(produksi)
6000 MW
1193 MW WKP
yang ada
2000 MW
1158 MW
WKP yang ada
+ WKP baru
4600 MW
2008 2012 2016
1442 MW WKP
yang ada
1400 MW
WKP baru
2025
9500 MW
(target)
3500 MW
WKP baru
51
LAMPIRAN P2
ROADMAP ENERGI ANGIN
2005-2010
2010-2015 2015-2025
R & D
Technology
Product
Market
SKEA skala s/d
300 kW
SKEA skala menengah
300 kW
(kandungan lokal tinggi)
Pengguna Khusus dan
onGrid
6-12c$/kWh
SKEA skala menegah/besar,
750 kW
(kandungan lokal tinggi)
SKEA skala besar s/d > 1 MW
(kandungan lokal tinggi)
low speed
generator
permanent magnet,
advanced airfoil ,
light material and
control systems
SKEA skala s/d 750 kW
600 kW off grid,
25 MW on Grid terpasang
5-8c$/kWh
5 MW off grid
250 MW on Grid terpasang
<5c$/kWh
SKEA skala s/d > 1 MW
low speed
generator
permanent magnet,
advanced airfoil ,
light material and
control systems
low speed
generator
permanent magnet,
advanced airfoil ,
light material and
control systems
Pembuatan peta
potensi energi angin
global berdasarkan
titik pengukuran
Pembuatan peta
potensi energi
angin global
berdasarkan titik
pengukuran
Pembuatan peta
potensi energi
angin regional dan
peta pengguna
52
LAMPIRAN P3.1
ROADMAP INDUSTRI ENERGI NUKLIR 2025

R & D R & D
Technology Technology
/ /Eksplorasi Eksplorasi
Product Product
Market Market
Eksplorasi daerah potensial
di Indonesia
PLTN 1, 2, 3 & 4 beroperasi
Tahun 2016, 2017, 2023 & 2024
4-5% listrik Jamali, < 4 cUS$/kWh
2005 2005- -2010 2010 2011 2011- -2015 2015 2016 2016- -2025 2025
Litbang
operasi dan
perawatan
PLTN
Konstruksi PLTN 3 & 4
Tahun 2018 dan 2019
Litbang teknologi
daur bahan
nuklir
Teknologi reaktor dan
sistem PLTN
Basis data untuk
pengambilan kebijakan
pengelolaan energi nuklir
jangka panjang
Peta Cadangan
Uranium di seluruh
Indonesia
Konstruksi PLTN 1 & 2
Tahun 2010 dan 2011
Persiapan
pembangunan
& operasi
Kajian tekno-
ekonomi bahan
bakar nuklir
Pemilihan teknologi bahan
bakar nuklir
Rancang-bangun pabrikasi
bahan bakar nuklir dan limbah
Pabrikasi bahan bakar nuklir
dan proses pengolahan limbah
Desain pabrik
pengolahan bahan dan
elemen bakar nuklir
Litbang
keselamatan
PLTN
Pemetaan cadangan uranium di seluruh wilayah
Indonesia
Desain dan rancang-bangun
Sistem & komponen PLTN
Desain sistem dan
komponen PLTN
Litbang
industri
komponen
PLTN
R & D R & D
Technology Technology
/ /Eksplorasi Eksplorasi
Product Product
Market Market
Eksplorasi daerah potensial
di Indonesia
PLTN 1, 2, 3 & 4 beroperasi
Tahun 2016, 2017, 2023 & 2024
4-5% listrik Jamali, < 4 cUS$/kWh
2005 2005- -2010 2010 2011 2011- -2015 2015 2016 2016- -2025 2025
Litbang
operasi dan
perawatan
PLTN
Konstruksi PLTN 3 & 4
Tahun 2018 dan 2019
Litbang teknologi
daur bahan
nuklir
Teknologi reaktor dan
sistem PLTN
Basis data untuk
pengambilan kebijakan
pengelolaan energi nuklir
jangka panjang
Peta Cadangan
Uranium di seluruh
Indonesia
Konstruksi PLTN 1 & 2
Tahun 2010 dan 2011
Persiapan
pembangunan
& operasi
Kajian tekno-
ekonomi bahan
bakar nuklir
Pemilihan teknologi bahan
bakar nuklir
Rancang-bangun pabrikasi
bahan bakar nuklir dan limbah
Pabrikasi bahan bakar nuklir
dan proses pengolahan limbah
Desain pabrik
pengolahan bahan dan
elemen bakar nuklir
Litbang
keselamatan
PLTN
Pemetaan cadangan uranium di seluruh wilayah
Indonesia
Desain dan rancang-bangun
Sistem & komponen PLTN
Desain sistem dan
komponen PLTN
Litbang
industri
komponen
PLTN
53
LAMPIRAN P3.2
ROADMAP PEMBANGUNAN ENERGI NUKLIR 2000-2025
2000 2020
Konstruksi
PLTN-1
Perencanaan
Energi Nasional
Opsi Nuklir
Keputusan
Pembangunan
PLTN
Tender
PLTN 1&2
Operasi
PLTN-1
2005 2010 2015
Sosialisasi
PLTN
2025
Konstruksi
PLTN-2
Pembentukan
Owner
Operasi
PLTN-2
Operasi
PLTN-4
Operasi
PLTN-3
Konstruksi
PLTN-3
Konstruksi
PLTN-4
Tender
PLTN 3&4
54
LAMPIRAN P4.1
BIODIESEL TECHNOLOGY ROADMAP
Market
Product
Technology
R&D
Pemanfaatan Biodiesel
Sebesar 2% Konsumsi Solar
720.000 kL
Biodiesel
Sawit
& Jarak Pagar
Biodiesel Sawit,
Jarak Pagar, Tumbuhan lain.
Etanol dari (ekses) gliserin
High/superior performance
Biodiesel
(angka setan tinggi,
titik tuang rendah)
Pemanfaatan Biodiesel
Sebesar 3% Konsumsi Solar
1.5 juta kL
Test Property,
Performance
Dan
standarisasi
Year
2005-2010 2011-2015 2016-2025
Biodiesel
dari minyak sawit,
jarak pagar dan
tumbuhan lain
Pemanfaatan Biodiesel
Sebesar 5% Konsumsi Solar
4.7 juta kL
Demo Plant
Kapasitas1 - 8 Ton/hari
(300 - 3000 Ton/tahun)
Commercial Plant
Kapasitas 30.000 s/d
100.000 Ton/tahun
High Performance
Biodiesel Product
Commercial Plant
Plant
Desain
Enjiniring
Teknologi
Pembuatan
aditif
STANDARD BIODIESEL NASIONAL
Teknologi
Blending,
(bio-)teknologi
(ekses)
gliserin
Optimasi
Dan
Modifikasi
Desain plant
Test Property,
Performance
Dan
standarisasi
55
LAMPIRAN P4.2
ROADMAP GASOHOL
Sosialisasi Gasohol E-10
di Jakarta dan kota besar
lainnya ( 2%)
Gasohol E-10
(Bioetanol dari molases & pati)
Perbaikan
Strain Yeast
Teknologi
Proses
Fermentasi
Pengemb.
Membrane utk
dehidrasi
Dehidrasi
bioetanol dg
zeolit 3A
Produksi bioetanol 99,5% dengan teknik
dehidrasi kimiawi dan molecular sieving
berbahan baku molases dan pati skala 8
KL/hari s/d
Skala komersial 60 KL/hari
Produksi bietanol 99,5% dg laju produksi
dan rasio energi tinggi berbahan baku pati
dan nira pada skala komersial 60 KL/hari
Sumber daya
Karbohidrat untuk
bahan baku bioetanol
Pengemb. serat
selulosa sbg bahan
baku bietanol & bahan
bakar
Produksi bioetanol dari
lignoselulosa pada skala komersial
60 KL/hari
Product
Technology
R & D
Market
Year 2005 2010 2011-2015 2016-2025
Penggunaan Gasohol
sebesar 3% Konsumsi
Bensin
Penggunaan Gasohol
sebesar 5% konsumsi
Bensin
Gasohol (Bioetanol dari pati dan
nira)
Gasohol (Bioetanol dari
lignoselulosa, pati, nira )
STANDARD GASOHOL NASIONAL
56
LAMPIRAN P4.2
ROADMAP GASOHOL (2)
2005
2011
2016
2025
2006 2008
Pengembangan demo
plant 8 kL/hari
Pembangunan
17 plant @ 60kL/hari
Pembangunan
8 plant @ 60kL/hari
Pembangunan
13 plant @ 60kL/hari
Pembangunan
25 plant @ 60kL/hari
57
LAMPIRAN P4.3
ROADMAP BIO OIL
Technology
Sosialisasi dan
Penggunaan Bio Oil di di
Jawa Barat ( 2%)
Bio Oil
(Crude)
Penambah
an Solvent
Teknologi
Pirolisa
Cepat
Emulsifikasi
Model
Reaktor
Pirolisa Cepat
Produksi bio oil untuk keperluan panas
dengan teknologi pirolisa cepat skala
semi komersial 8 ton/hari s/d
Skala komersial 100 ton/hari
Konversi 20-60%
Produksi dan upgrading bio oil pada skala
komersial 50-100 ton/hari
Konversi 60-80%
Sumber daya
limbah biomasa
sebagai baku bio
oil
Catalytic vapor
cracking dan
hydrotreating biooil
Produksi dan upgrading bio oil pada
skala komersial 50-100 ton/hari
Product
R & D
Market
Year 2005 2010 2011-2015 2016-2025
Penggunaan Bio Oil
sebesar 2% Konsumsi
Minyak Bakar
Penggunaan Bio Oil
sebesar 2,5% konsumsi
Minyak Bakar & IDO
Bio Oil
(treated)
Bio Oil
(treated)
Standard Bio Oil untuk Keperluan Panas Standard Bio Oil untuk keperluan panas dan mesin
Standard Bio Oil untuk keperluan panas dan
transportasi
58
LAMPIRAN P4.3
ROADMAP BIO OIL (2)
2005 2009 2011
2016
2025
Pembangunan demo plant bio oil
1 ton bhn baku/jam
Pembangunan demo plant bio oil
4 ton bhn baku/jam
Produksi Bio Oil
400 juta liter
Demo plant bio oil
100 kg bhn baku/jam
Pengembangan Upgrade
Bio Oil
Produksi Bio Oil
900 juta liter
Produksi Bio Oil
700 juta liter
59
LAMPIRAN P5.1
ROADMAP ENERGI SURYA
Market
Product
Technology
R&D
Resources
Penggunaan khusus
Telekomunikasi, dll
$5/W
Residential,
Microgrids
$2/W
PV cell, panels
PV Panels,
Batteries,controls
dan sistem
PV panels,
System contgrol
Special PV panel
Building integrated
PV, architetural glass
$3/W
Crystalline
Criystallin
and thin film
Thin film
Criystallin,
thin film, and concentrator
Single crystal
wafers
HP
Quartz glass High purity
Silicon
$20/kg
Investment Supply chain Competence
High Eff
cells
Utilitas, grid
$0.5-1/W
Year
2005 2010 2015 2025
High purity
gases
Semi
Crystalline
wafers
Metalorganic
gases
Special bateries
components
Batteries,
components
Special
coating
Silicon
purification
60
LAMPIRAN P5.2
SASARAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
2005 - 2025
2010 2015
2020
16.8 MWp
11.1 MWp 25,6 MWp
2005
2020
2025
17,1 MWp
61
LAMPIRAN P6
ROADMAP FUEL CELL
Market
Product
Technology
R&D
Resources
Residential,
Special usage
Micro Power Plants
for Residential
Modul PEFC 2- 5 kW
LC 30-40 %
System PEFC 50 kW
LC 50-70 %
PEFC 50 kW,
DMFC 100 W
SOFC 50 KW
Vechile,
Portable Electronics
PEFC
temp <80C
PEFC
Temp <120 C
PEFC (LC 70-90%),
DMFC (LC 40%)
SOFC (LC 30-50%)
MEA
electrodes
Ceramic
metal joining
Investment Supply chain Competence
PEFC 50 kW,
DMFC 100 W
SOFC 50 KW
Utilitas, RS, Hotels
Year
2005 2010 2015 2025
Electrolite
membranes
catalyst
H2 storage,
components
low cost
graphite
carbonnized
Tech.
SOFC
PEFC (LC 70-90%),
DMFC(LC 70-80%)
SOFC (LC 50-80%)
Control,
pumps,
H2 generators
H2 Storage,
low cost
generators
low cost
materials
62
R = Regulated : Harga ditetapkan Pemerintah (masih mengandung subsidi harga)
SR = Semi Regulated : Harga menuju kepada harga keekonomian (masih mengandung subsidi harga)
NR = Non Regulated : Harga Patokan (sudah tidak mengandung subsidi harga)
Kategori BBM (Tahap II) : Premium, M.Tanah, M.Solar, M.Diesel, M.Bakar
Kategori Non BBM (Tahap III) : M. Bakar, Avtur, Avgas, LPG, Pelumas, Aspal, Parasilin, dll
Rumah Tangga, Usaha Kecil,
komersial, nelayan tradisional
R R R R R R
M. Tanah
- Rumah Tangga
1
Industri NR NR R R R R - Industri
NR
TENTATIF
R
R
R
R
R
R
R
TAHAP
I
NR
NR
R
R
R
R
R
TAHAP
II
NR
NR
NR
NR
NR
R
NR
TAHAP
SELANJUT
-NYA
Industri, PLN, Pertambangan NR R R - Industri
NR NR Avgas 7 Industri Penerbangan NR
Industri Penerbangan
Industri, PLN, Angk. Laut Domestik
Kapal Berbendera Asing, Kapal
Tujuan Luar Negeri, Pertambangan
Industri, PLN, Angk. Laut Domestik
Kapal Berbendera Asing, Kapal
Tujuan Luar Negeri, Pertambangan
Angk. Pribadi, Angk. Umum,
Angk. Laut, Kapal Penangkap ikan,
Angk. Pribadi, Angk. Umum,
Motor/Ojek
KONSUMEN
R
NR NR NR Avtur 6
NR NR NR M. Bakar 5
NR NR SR M. Diesel 4
R R
M. Solar
- Transportasi
3
SR/NR R R Premium 2
TAHAP
V
TAHAP
IV
TAHAP
III
JENIS BBM No.
LAMPIRAN Q1
KEBIJAKAN SUBSIDI HARGA BBM
63
3
5,5 - 6
Tahun
Sen $/kWh
Biaya Pokok Penyediaan
TDL rata-rata
TDL Duafa
(s.d. 450 VA)
1
PERTIMBANGAN
EKONOMI
PERTIMBANGAN POLSOSKAM
TDL KEEKONOMIAN
Surplus untuk Dana Investasi
Bantuan Dana Investasi Pemerintah
Subsidi Listrik
Terarah
LAMPIRAN Q2
KEBIJAKAN
PENYESUAIAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL)
Automatic Tariff Adjustment
Realisasi
(karena perubahan nilai tukar)
Rencana
Batas
Bawah
(Floor)
Batas
Atas
(Cap)
X
64
2010
Tahun
Rp/liter
BPP
4
)
H
a
r
g
a
B
B
M

r
a
t
a
-
r
a
t
a
B
B
M

B
e
r
s
u
b
s
i
d
i
(
M
i
n
y
a
k
t
a
n
a
h
R
T
,

M
i
n
y
a
k
s
o
l
a
r

t
r
a
n
s
p
o
r
t
a
s
i
)
P
E
R
T
I
M
B
A
N
G
A
N

E
K
O
N
O
M
I
PERTIMBANGAN POLSOSKAM
HARGA
KEEKONOMIAN
Subsidi BBM
LAMPIRAN Q3
GAMBARAN TAHAPAN RASIONALISASI HARGA BBM
PENUGASAN PERTAMINA
1
)
?
1
) Sesuai UU No.22/2001 penugasan PERTAMINA sampai November 2005
3
) Sesuai amandemen UU 22/2001 tentang Migas
2
) Penugasan PSO dapat kepada PERTAMINA atau lembaga lain
4
) Saat ini mengacu pada MOPS + 15%
2005
2
)
Return
Batas Bawah
(Floor)
3
)
Batas Atas
(Cap)
3
)
Fee
Pelaksana
PSO
65
Mineral : BUMN (PT. Timah, PT. Aneka Tambang); Non-BUMN (a.l. Rio Tinto, NMH)
Batubara : BUMN (PT.BA), Non-BUMN (a.l. KPC, Arutmin)
Panas Bumi :BUMN ( - ) ; Non-BUMN (a.l. PT. Geo Dipa Energy)
Migas : BUMN (PT. Pertamina, PT PGN) ; Non-BUMN (a.l. PT. CPI, Medco)
Listrik : BUMN (PT. PLN) ; Non-BUMN (PT. Indonesia Power,
PT PJB, PT. PLN Batam,
PT. Paiton Energy)
Mikro
(Korporasi/
Lembaga
Makro
(Institusi)
INFRASTRUKTUR
TEKNOLOGI
KESELAMATAN
REGULASI KETEKNIKAN
REGULASI
BISNIS
Ketentuan ttg a.l.:
Rencana Umum
Prioritas Pemanfaatan
D M O
Penggunaan
Teknologi
Pembagian Wilayah
Penetapan Jaringan
Nasional
KEBIJAKAN
Ketentuan ttg a.l.:
Standarisasi
Pemberlakuan
standar
Persyaratan
instalasi
UMUM
Ketentuan ttg a.l.:
Standarisasi
Pemberlakuan
standar
K3
PEKERJA
Ketentuan ttg a.l.:
Perizinan
Harga jual dan
pentarifan
Wilayah usaha
REGULASI
Ketentuan ttg a.l.:
Badan Layanan
Umum
Badan yg Mewakili
kepemilikan
pemerintah
Ketentuan ttg
a.l.:
Akreditasi
Sertifikasi
Kalibrasi
Metrologi
Ketentuan ttg
a.l.:
Standarisasi
Pemberlakuan
standar
Kawasan
Keselamatan
Operasi (KKO)
Pengamanan
Obyek Vital
(Obvit)
Ketentuan ttg
a.l.:
Standarisasi
Pemberlakuan
standar
AMDAL
Materi
INSTALASI LINGKUNGAN
NON-
REGULASI
Domain
Aspek
Keterangan:
Izin hanya dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah
Lembaga Akreditasi adalah sesuai ketentuan perundang-undangan :
- Bidang M.S.T.Q adalah KAN
- Bidang Jasa Kontruksi adalah LPJK
- Bidang Jasa Non-Konstruksi adalah Departemen Teknis (ESDM)
Sertifikasi dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi
Metrologi legal (untuk keperluan transaksi perdagangan) adalah kewenangan Deperindag
Penetapan Standar Nasional Indonesia (SNI) oleh BSN, pemberlakuan SNI oleh Menteri Teknis (ESDM)
LAMPIRAN R1
KERANGKA REGULASI ENERGI
Menteri c.q Dirjen ybs
Menteri c.q Dirjen
ybs*)
Menteri c.q Dirjen ybs
BPH MIGAS **)
Menteri c.q
Unit yang menangani
pelayanan geologi
BP MIGAS
(BHMN)
*) Kecuali regulasi ekonomi untuk :
- Hilir Migas di semua wilayah
**) Khusus untuk Hilir Migas di semua wilayah
Lembaga
Akreditasi
Lembaga
Setifikasi
Menteri c.q. Balitbang
Menteri c.q. Diklat
66
LAMPIRAN R2
KONSTALASI INDUSTRI PRIMERSEKUNDER
Hulu (Mengangkat dari
perut bumi)
Hilir (Mengolah menjadi produk energi / logam batangan)
Produk
lanjut
Produk
lanjut
Domain Menteri yang bertanggung jawab di bidang Energi dan Mineral
A. Produk Energi
B. Produk Mineral
(logam/emas batangan)
C.Listrik
(Meningkatkan Nilai Tambah)
Sumber
Daya
Migas
Eksplorasi /
Eksploitasi
Eksplorasi /
Eksploitasi
Eksploitasi /
Produksi
Pengolahan
Smelter
Pembangkitan
Listrik
Pengangkutan/
Transmisi
Angkutan
Khusus
Transmisi
Penyimpanan /
Penimbunan
Penimbunan
Distribusi
Listrik
Pelanggan
Listrik
Sumber
Daya
Minerba
Sumber
Daya
Panas
Bumi
Niaga
Niaga
Agen
Niaga
Trader
Tanpa Aset
Penjualan
Migas
Mineral dan Batubara
(Minerba)
Panas Bumi
A
B
C
Hasil :
INDUSTRI PRIMER INDUSTRI SEKUNDER
67
LAMPIRAN R3
TAKSONOMI BIDANG USAHA
DALAM
STRUKTUR INDUSTRI PERMINYAKAN NASIONAL
Eksplorasi Eksplorasi Eksploitasi Eksploitasi
Usaha Usaha
Pengolahan Pengolahan
Usaha Usaha
Pengangkutan Pengangkutan
Usaha Usaha
Penyimpanan Penyimpanan
Usaha Usaha Niaga Niaga
Umum Umum
( (dengan dengan Aset Aset) )
Usaha Usaha Niaga Niaga
Terbatas Terbatas
tanpa tanpa Aset Aset
( (Trader Trader) )
Ekspor (Crude)
Impor (Crude)
Ekspor (Produk
Kilang)
Impor (BBM)
Industri Hulu Industri Hilir End Users
Aliran Crude Oil
Aliran BBM
dan/atau Hasil
Olahan Lainnya
Aliran Transaksi
Usaha Usaha
Penyimpanan Penyimpanan
( (Crude Oil Crude Oil) )
Usaha Usaha
Konsumen Konsumen
Usaha Eksplorasi/Produksi
yang dijual adalah produk
Usaha Pengolahan, Pengangkutan dan Penyimpanan yang dijual adalah jasanya,
sedangkan untuk Usaha Penjualan yang dijual adalah produknya
68
LAMPIRAN R4
TAKSONOMI BIDANG USAHA
DALAM
STRUKTUR INDUSTRI GAS BUMI NASIONAL
Usaha
Penyimpanan
2
)
Impor
LNG
LPG
Industri Hulu Industri Hilir
End Users
Aliran Gas
Usaha
Pengangkutan
2
)
KK, KM, KB
(melalui pipa
atau bejana
khusus)
KK,KM,KB
KK,KM,KB
Usaha
Pengolahan
2
)
Usaha
Niaga
2
)
Ekspor
LNG
LPG
Gas
KB
Kilang LPG
Kilang LNG
Pengapalan
Transmisi
Storage
Receiving
Terminal
Trader
Niaga Umum
(Usaha
Penjualan)
KK: Konsumen Kecil
KM : Konsumen Menengah
KB: Konsumen Besar
(Pembedaan Konsumen
Berdasarkan Kuantitas)
Eksploitasi
1
) Eksplorasi
Usaha
Eksplorasi/Eksploitasi
Dengan Aset
Tanpa Aset
Pembotolan
Angkutan
Laut/
Darat
Angkutan Laut/
Darat CNG
3
)
Distribusi
69
LAMPIRAN R5
PRINSIP PRINSIP
PENGATURAN INDUSTRI HILIR MIGAS
PASAR REGULATED
Market Rules
Others
Market Rules
Gas Pipa dan
BBM (Regulated/
Bersubsidi)
Fungsi
Pengatur
Fungsi
Pengawas
Fungsi
Pengatur
Fungsi
Pengawas
Kondisi
Pasar
Gas Pipa
Kondisi
Pasar
Others
Oleh Menteri ESDM cq. Dirjen Migas
Oleh BPH Migas (Pasal 46)
(Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian BBM dan
Kegiatan Usaha Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa)
Pengaturan
Pengaturan
Pengawasan
Pengawasan
PASAR REGULATED
70
LAMPIRAN R6
REGULASI INDUSTRI HILIR MIGAS :
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN BARANG PUBLIK (PUBLIC GOODS)
POLRI/PPNS
++
) Pertamina Produsen
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
BBG (Non-Regulated)
LPG
POLRI/PPNS
++
) Kepmen
MESDM
Utilitas Gas
(PGN)
BPH-Migas BPH-Migas MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
BBG (Regulated)
Gas Kota
POLRI/PPNS
++
) Pertamina/
Elnusa
Produsen BPH-Migas MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DiJMigas
MESDM
BBM (Non-Regulated)
Pertamax
POLRI/PPNS
++
)
POLRI/PPNS
++
)
POLRI/PPNS
++
)
Keppres
Keppres
Keppres
Pertamina
+
)
Pertamina
+
)
Pertamina
+
)
BPH-Migas
BPH-Migas
BPH-Migas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
cq. DJMigas
MESDM
MESDM
MESDM
BBM (Regulated)
a.Premium
b.Solar
c.Minyak Tanah
YANG
MENGAWASI
YANG
MENGATUR
YANG
MENGAWASI
YANG
MENGATUR
PENYIDIKAN
THD
PENCURIAN/
PENGOPLOSAN
PENETAPAN
HARGA
JUAL/
TARIF
***
)
OBLIGATION
TO
SUPPLY
REGULASI
USAHA
**
)
REGULASI
KETEKNIKAN
*
)
KEBIJAKAN JENIS
Keterangan :
*
) Standar Mutu dan Keselamatan Migas
+
) Penugasan selama masa transisi (s.d. Nopember 2005), sesuai UU 22/2001 Pasal 62
**
) Standar Pelayanan dan Harga Jual
++
) Sesuai UU 22/2001 Pasal 50
***
) Penetapan Kisaran harga oleh pemerintah
71
P T D
Konsumen
BU
Pembangkitan
LAMPIRAN R7
TAKSONOMI BIDANG USAHA
DALAM
STRUKTUR INDUSTRI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
(UU No 15 Tahun 1985)
Dimiliki oleh Sektor Swasta
Dimiliki oleh PLN
72
Pertamina
PTBA
PGN
PLN
Swasta
Universitas
(Riset Dasar)
Lembaga
(Riset
Terapan)
BPPT
(Pengkajian
Teknologi)
Imported
Tech.
Komunitas
Industri Energi
Komunitas Ristek
Balitbang
ESDM
(Pengembangan)
Tech. content
P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n
K
e
b
i
j
a
k
a
n
R
i
s
t
e
k
Imported Tech.
Indigenous Tech.
T
e
c
h
n
o
l
o
g
y

P
o
l
i
c
y
T
e
c
h
n
o
l
o
g
y

P
o
l
i
c
y
LAMPIRAN S
KELEMBAGAAN BIDANG ENERGI
Catatan :
Usulan MESDM ini telah disetujui dalam paparan untuk Landmark Teknologi di BPPT

Anda mungkin juga menyukai