Pekerjaan Administrasi dan Dokumentasi akan meliputi namun tidak terbatas pada: a. Dokumen Kontrak b. Shop Drawing dan As Built Drawing c. Surat-surat koordinasi d. Format-format Pengendalian (Mutu, Waktu dan Biaya) Pelaksanaan Pekerjaan e. Foto Kondisi Pelaksanaan Pekerjaan (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) 5.2 Pemasangan Patok dan pengukuran kembali Pemasangan ditujukan untuk memberi batas lokasi pelaksanaan pekerjaan. Patok dibuat dari kayu yang dicat dan ditancapakan di atas tanah sebagai batas-batas stasioning pelaksanaan pekerjaan. 5.3 Pembuatan Direksi Keet (Lihat aturan tentang Direksi Keet pada uraian sebelumnya) 5.4 Papan Nama Proyek Pada papan Nama Proyek harus diinformasikan hal-hal sebagai berikut: Nama Kegiatan Pemilik Kegiatan Volume Kegiatan Kontraktor Pelaksana Pekerjaan Konsultan Pengawas Pekerjaan Nilai Kontrak 1 5.5 Penyiapan Lokasi Membuat gambar denah lokasi rencana kerja, penempatan direksi keet, penggudangan material, dan sebagainya Berkoordinasi dengan pihak terkait atas rencana penempatan direksi keet, penggudangan material, dan sebagainya Pembersihan lapangan Langkah-langkah penunjang lain yang diperlukan untuk memulai pekerjaan fisik konstruksi. 5.6 Pemasangan Bowplank Pemasangan tanda dan papan bangunan (Bouwplank). Piket-piket untuk penjelasan dan pedoman letak bangunan dibuat dari besi yang dibeton, ditanam didalam tanah kuat-kuat. Papan-papan untuk bangunan, dibuat dari kayu sekurang-kurangnya ukuran 2x20 cm. Diserut pada sisi atasnya dan dipakukan pada tiang-tiang kayu yang cukup kuat ditanam dalam tanah. Tanda-tanda ukuran dilakukan dengan tanda gergaji dan cat merah. 5.7 Mobilisasi Alat dan Bahan Mendatangkan peralatan dan menempatkan bahan-bahan ke tempat/lokasi pekerjaan disesuaikan dengan efektifitas dan efisiensi yang diperhitungkan oleh Penyedia Jasa. Penggunaan alat bantu (gerobag, pick-up, dump truk, dan sebagainya) sudah diperhitungkan dalam penawaran yang diajukan. 5.8 Rambu Larangan (Plat Baja) Pemasangan Rambu Larangan harus dapat dijadikan sebagai perhatian buat masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan dan mendirikan bangunan pada saluran sungai/setu. Didalam rambu larangan terdapat sangsi bagi yang melanggar. Spesifikasi pembuatan rambu larangan, yaitu : Ukuran papan rambu larangan plat baja 110 x 80 x 0.15cm. Tinggi Rambu Larangan 2.60 m (diatas tanah). Jumlah tiang 2 buah. Penulisan sesuai gambar. Pengecatan 2 kali. pemasangan pondasi min 40cm dibawah permukaan tanah menggunakan angkur. PASAL 6 PEKERJAAN BONGKARAN PASANGAN LAMA Sebelum pekerjaan bongkaran dimulai Penyedia Jasa terlebih dahulu minta ijin kepada pemilik bangunan saat/waktu yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan. 6.1 Pelaksana tidak boleh mengganggu kegiatan aktifitas kerja dilingkungan proyek. 6.2 Agar dikoordinasikan dengan pemilik bangunan maupun Konsultan Pengawas, waktu yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 6.3 Bekas bongkaran yang akan dipergunakan kembali agar disimpan pada tempat yang aman yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas. 6.4 Puing-puing harus cepat-cepat dibuang dari lokasi pekerjaan kecuali bahan-bahan bekas bongkaran yang masih bisa dipakai dan tidak dipergunakan, menjadi milik Pemberi Tugas; adapun tempat pembuangannya agar dikoordinasikan dengan Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas. 6.5 Dalam melaksanakan pembongkaran Penyedia Jasa harus hati-hati, kerusakan akibat kelalaian sendiri menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sendiri. 6.6 Memperhatikan keselamatan lingkungan pekerjaan. PEKERJAAN KISDAM Kisdam harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa dengan tujuan mengeringkan bagian saluran/lapangan yang akan digali/dikerjakan/dipasang batu kali/beton sedemikian hingga tidak ada air berlebihan yang akan mengganggu proses pelaksanaan pekerjaan dan atau kualitas hasil kerja. Berdasarkan kondisi debit air pekerjaan kisdam diklasifikasikan dalam 3 kondisi: 7.1 Kisdam Ringan Kisdam ringan dipasang dengan meninggikan bagian sisi luar galian dengan urugan tanah setempat sehingga air tidak mengalir ke bagian sisi dalam galian yang akan mengganggu proses pekerjaan dan atau merusak kualitas hasil kerja (pasangan batu kali, beton, dan sebagainya). 7.2 Kisdam Sedang Kisdam sedang dipasang dengan menahan aliran air pada bagian sisi luar galian dengan tumpukan karung yang diisi tanah setempat sehingga air tidak mengalir ke bagian sisi dalam galian yang akan mengganggu proses pekerjaan dan atau merusak kualitas hasil kerja (pasangan batu kali, beton, dan sebagainya). 7.3 Kisdam Berat Kisdam berat dipasang dengan menggunakan material bantu seperti patok-patok bambu/kayu/beton, memasang terpal antara patok-patok tersebut atau menggunakan materal kedap air lainnya sedemikian rupa sehingga air tidak mengalir ke bagian sisi dalam galian yang akan mengganggu proses pekerjaan dan atau merusak kualitas hasil kerja (pasangan batu kali, beton, dan sebagainya). PEKERJAAN GALIAN TANAH Galian tanah : 8.1 Galian tanah untuk pondasi/landasan kali turap/talud, kisdam, harus sesuai ukuranukurannya dan dituangkan ukuran tersebut dalam bowplank. 8.2 Penempatan tanah bekas galian diletakkan dengan baik sehingga tidak menggangu jalannya pekerjaan. 8.3 Galian saluran air hujan dibuat sesuai gambar kerja, baik kedalaman maupun arahnya. 8.4 Galian untuk saluran, termasuk pembentukan, peningkatan dan perapihan tebing samping harus dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar rencana atau seperti petunjuk yang lain yang diberikan oleh Direksi Teknik di lapangan. 8.5 Semua bahan-bahan dari galian harus dipindahkan dari lapangan ketempat pembuangan yang disetujui oleh Direksi Teknik. PEKERJAAN PEMASANGAN CERUCUK DOLKEN 9.1 Pekerjaan pasangan cerucuk dolken dilaksanakan/dipasang apabila pekerjaan galian telah selesai dikerjakan dan diperiksa oleh Direksi/Konsultan Pengawas serta disetujui dan dinyatakan bahwa pekerjaan galian tanah telah sesuai dengan gambar/bestek. 9.2 Cerucuk Dolken dipasang dalam posisi tegak dan dipantek/ditanam dengan menggunakan alat pemukul yang cukup berat (misalnya kepala babi) sampai posisi cerucuk dolken tidak goyah dan cukup kuat untuk menahan/memikul beban pasangan batu belah. 9.3 Jarak antar cerucuk arah sumbu-x maupun sumbu-y adalah 3 X diameter atau 24 cm s/d 30 cm atau untuk tiap meter persegi akan dipasang sebanyak 9 tiang. 9.4 Diameter Dolken yang dipergunakan sebagai cerucuk adalah 8 s/d 10 cm, dan harus berkualitas baik. PEKERJAAN LANTAI KERJA Lantai kerja adalah lapisan beton K-125 setebal 5 cm yang diletakkan di bagian dasar galian. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI 11.1 Dalam pemasangan spesi/adukan bawah pondasi dilakukan setelah selesai pemasangan cerucuk dengan persyaratan tanah dasar pondasi harus kering. 11.2 Dalam pengurugan/pengerjaan pondasi ini harus diawasi oleh tim Konsultan Pengawas/Direksi. 11.3 Batu kali yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak, dan harus memiliki satu daya tahan (awet), dan hanya boleh dipakai batu kali pecah yang mempunyai muka sedikitnya dua sisi dengan ukuran minimal 15 x 20 cm. Apabila didatangkan batu kali bulat, maka sebelum dipasang batu harus dipecah dahulu sehingga sekurang-kurangnya mempunyai dua muka. Pasangan Batu kali dengan campuran spesi/adukan 1:4, kecuali pondasi trasramm dengan adukan 1:2. Bentuk dan ukuran pondasi sesuai dengan yang tercantum dalam gambar. 11.4 Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan untuk Pondasi umpak sesuai ukuran dan bentuk-bentuk yang ditunjukan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang diatas lapisan adukan, adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu sehingga semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna untuk mendapatkan massa yang kuat dan integral dibeberapa sisi luar dan dalam. 11.5 Pasangan batu kali meliputi pengadaan bahan dan pemasangan pondasi kaki talud/turap, pondasi talud/turap sesuai dengan gambar dan persyaratan sebagai berikut : Bahan kecuali dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan SKSNI S-04-1989-F dan cara pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal di sini. Galian pondasi harus diurug dengan tanah pilihan atau sirtu dan dipadatkan dengan alat trimbris tangan dari logam atau stemper 11.6 Pelaksanaan Pekerjaan 1. Persiapan untuk Pasangan Batu Penggalian dan persiapan penyangga dan pondasi untuk struktur pasangan batu, harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan Bab 3.1 Galian. Pengaturan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sampai disetujui Direksi sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai. Kecuali ditetapkan atau ditunjukan lain dalam Gambar rencana, dasar pondasi dinding penahan harus dipotong dan dibuat tegak lurus kepada atau dalam tegak lurus bertangga terhadap permukaan dinding. Untuk struktur lainnya, dasar pondasi harus horizontal atau (untuk tanah miring) dalam bagian horisontal bertangga. Bahan lapisan dasar filter tembus air (permeable) dan selimut filter atau kantong filter harus disediakan bila ditetapkan atau diperintahkan Direksi sesuai dengan persyaratan Bab 2.7 Spesifikasi ini. 2. Pelaksanaan Basangan Batu Bilamana ditunjukan pada Gambar Rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, dasar (penyangga) beton atau pondasi beton harus dipasang untuk pasangan batu sampai ketinggian dan ukuran yang diperlukan. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus juga dibasahi. Tebal alas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batas-batas 2 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga di antara batu yang dipasang telah diisi sepenuhnya. Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang diatas pondasi yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu-batu pada lapisan pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan bawah dan disudut-sudut. Hatus diperhatikan dan dihindari pengelompokan batu yang sama ukurannya. Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan permukaan menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang sedang dibangun. Batu-batu harus dengan hati-hati dipasang untuk menghindarkan pergeseran atau gerakan batu yang sudah dipasang. Alat-alat yang mencukupi harus disediakan dimana perlu untuk menopang dan memasang batu-batu besar, berat dalam posisinya. Penggilasan atau memutar batu diatas pekerjaan batu yang sudah terpasang tidak diizikan. Pada umumnya banyaknya penyediaan adonan untuk dasaryang dipasang satu kali harus dibatasi sampai tingkat kemajuaan pemasangan batu sehingga batubatu hanya dipasang di atas adonan segar. Jika sebuah batu dalam struktur menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu tersebut harus disingkirkan, dibersihkan dari adonan-adonan yang mengeras dan dipasang kembali dengan adonan segar. 3. Penyediaan Lubang Pelepasan dan Sambungan Muai Kecuali ditunjukan lain pada Gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi, lubang pelepasan harus disediakan dalam semua jenis dinding penahan. Lubang pelepasan tersebut dengan diameter sekitar 5 cm dan disusun baik secara horizontal maupun vertikal jarak 2 meter pusat ke pusat. Dinding penahan struktur panjang menerus akan dibangun dengan sambungan muai dengan interval maksimum 20 meter. Lebar penuh sambungan akan dibentuk dengan ketebalan sekitar 3 cm serta batu yang digunaka untuk membentuk permukaan sambungan harus dipilih sehigga memberikan garis tegak yang bersih untuk sambungan. Urugan kembali filter porous terpilih akan dipasang dan dipadatkan di belakang sambungan muai beserta lubang pelepasan, dengan tebal dan ukuran yang ditunjukan pada Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. 4. Pasangan Batu Penyelesaian Sambungan permukaan antara batu-batu akan terselesaikan hampir rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak menutupi batu-batu selama pekerjaan berlangsung. Kecuali ditetapkan lain, permukaan puncak horisontal dari semua pasangan batu akan diselesaikan dengan tambahan lapisan aus atau adonan semen tebal 2 cm, dikulir sampai permukaan rata dengan kemiringan melintang yang akan menjamin perlindungan terhadap air hujan dan dengan ujung yang dibuat tumpul. Lapis aus tersebut akan dimasukan didalam ukuran khusus struktur. Segera setelah semua batu muka dipasang, dan sementara adonan masih segar, permukaan yang menonjol penuh dari struktur harus dibersihkan seluruhnya dari noda-noda adonan. Permukaan selesai akan dirawat mengeras sebagaimana diperlukan untuk pekerjaan beton dalam Spesifikasi ini. Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan sebagaimana ditetapkan, atau sebagaimana diperintahkan Direksi sesuai dengan persyaratan Spesifikasi yang relevan pada Bab 3.2. Talud dan bahu jalan disekitarnya akan dirapikan dan diselesaikan sehingga menjamin satu padanan halus yang kuat dengan pemasangan batu yang akan memungkinkan drainase tidak terhalang dan mencegah penggerusan pada ujung-ujung pekerjaan. Pengendalian Lapangan Pengendalian dan pemeriksanaan pekerjaan akan dilaksanakan setiap hari selama berlangsungnya pekerjaan untuk menjamin dipatuhinya persyaratan spesifikasi dengan perhatian khusus mengenai batas-batas toleransi, kondisi lapangan pekerjan dan penanganan. 11.7 Cara Pengukuran Pasangan batu akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume normal pekerjaan terselesaikan yang dapat diterima, dihitung sebagai volume theoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang melintang yang disetujui dan atau telah ditetapk Setiap bahan terpasang yang melebihi volume theoritis yang disetujui tidak boleh diukur atau dibayar. Galian untuk persiapan pondasi atau pemotongan talud untuk dinding penahan akan diukur untuk pembayaran sesuai dengan spesifikasi ini. Bahan filter porous yang diperlukan untuk lapisan dasar atau urugan kembali atau dalam kantong-kantong filter akan diukur dan dibayar sebagai drainase porous sebagaimana telah diatur dalam sepesifikasi ini. Tidak ada pengukuran atau pembayaran tambahan akan dibuat untuk penyediaan atau pemasangan lubang pelepasan yang berbentuk pipa atau untuk suatu cetakan atau urugan kembali yang diperlukan. Beton yang disediakan sebagai pondasi untuk pasangan batu atau untuk pembayaran di bawah bab ini, akan tetapi akan dimasukkan dalam harga satuan dan item pelaksanaan yang diperlukan dibawah item pembayaran untuk beton pada sesuai dengan spesifikasi ini. 11.8 Dasar Pembayaran Volume yang ditentukan sebagaimana yang diberikan di atas akan dibayar pada harga kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Penawaran yang mana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan bahan-bahan, Untuk semua persiapan formasi dan pondasi yang diperlukan, untuk pembuatan lubang pelepasan dan sambungan konstruksi pekerjaan tersebut, untuk urugan kembali dan penyelesaian serta untuk semua perkerjaan atau biaya-biaya yang lain yang diperlukan atau yang biasanya ada penyelesaian pekerjaan yang baik yang diuraikan sebelumnya dalam spesifikasi ini. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran 2.4 Pasangan Batu Meter Kubik PEKERJAAN URUGAN DAN TIMBUNAN TANAH 12.1 Pengurugan tanah bekas galian pondasi, pelaksanaannya harus lapis demi lapis dan dipadatkan max setiap tebal 20 cm harus dipadatkan. Tanah harus dipilih yang baik dan tidak mengandung lumpur, sampah, plastik, humus dan bahan organik lainnya. 12.2 Urugan pasir dengan pasir urug harus berkualitas yang baik dan memenuhi persyaratan, ketebalan padat sesuai seperti yang ditunjukan dalam gambar. II. STRUKTUR KONSTRUKSI BETON A. Uraian Pekerjan Pekerjaan ini terdiri dari suatu campuran yang sebanding antara semen, air dan agregat bergradasi. Campuran beton akan mengendap dan mengeras menurut bentuk yang diminta/ diisyaratkan dan membentuk satu bahan yang padat. Keras dan tahan lama (awet), yang memiliki karakteristik tertentu. Agregat meliputi baik yang kasar maupun yang halus, bergradasi, tetapi jumlah halus akan tetap dipertahankan sampai jumlah minimum yang diperlukan, apabila dicampur dengan semen akan cukup untuk mengisi rongga-rongga antra agregat kasar serta memberikan suatu permukaan yang halus. Untuk mencapai beton yang kuat dengan keawetan yang optimum, volume air yang dimasukkan kedalam campuran harus dipertahankan sampai jumlah volume yang diperlukan untuk memudahkan pekerjaan/ selama campuran. Bahan tambahan kepada kepada campuran beton seperti bahan memasukkan udara atau bahan kimia untuk memperlambat atau mempercepat waktu pengerasan, tidak diperboleh kecuali diminta demikian dalam persyaratan kontrak khusus. 1. Peraturan ( code ) beton Persyaratan-persyaratan Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI tahun 1971 atau perbaikan yang terakhir harus sepenuhnya diterapkan kepada semua pekerjaan beton, terkecuali dinyatakan secara atau yang mengacu kepada pemeriksaan AASHTO dan spesifikasi khusus yang tidak disebut dalam PBI 1971. 2. Kelas-kelas Beton Klasfikasi dan rujukan mutu beton harus seperti yang diberikan pada tabel di bawah ini. Kelas-Kelas Beton Kelas Rujukan Mutu Jenis Uraian I BO Non Struktural Untuk alas beton kurus dan peralatan pondasi II K125 Struktural Beton masa tanpa tulang untuk dasar pondasi, penutup pipa-pipa K175 Struktural Beton dengan penulangan ringan digunakan untuk pondasi pelat, dindingdinding kaison, kereb, dan jalan setapak K225 Struktural Konstruksi beton bertulang termasuk gelagar-gelagar, kolom-kolom lantai/ pelat lantai dinding penahan, goronggorong pipa, gorong-gorong kotak/ persegi III K275 Sampai K350 Struktural Beton bertulang mutu tinggi untuk lantai jembatan, dan bagian-bagian konstruksi utama lainnya. K400 Struktur Bagian-bagian konstruksi beton pratekan dan tiang-tiang beton pracetak 3. Penyerahan a. Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semua bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton bersama-sama dengan data-data pengujian yang menujukkan kecocokan dengan persyaratan mutu spesifikasi ini. b. Apabila diisyaratkan demikian oleh Direksi Teknik, kontraktor harus menyerahkan gambar-gambar rincian semua pekerjaan acuan yang digunakan pada pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. c. Kontraktor akan melapor kepada Direksi Teknik paling sedikit 24 jam sebelum pencampuran atau pengecoran beton. 4. Kondisi Cuaca Pada umunya, pencampuran, pengangkutan dan pengecoran beton harus dilakukan dalam keadaan cuaca kering. Apabila keadaan cuaca tidak menentu, kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi campuran beton terhadap hujan, dan Direksi Teknik harus menentukan apakah mencampuran dan pengecoran beton akan dilajutkan atau ditunda sampai membaiknya keadaan cuaca. Kontraktor tidak boleh/ dapat menuntut penggantian terhadap kerusakan beton dan ditolak karena hujan. 5. Perbaikan-perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan 6. Dasar Pembayaran Volume yang ditentukan dapat ditentukan diatas akan dibayar berdasarkan volume. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran II.1 Beton (K.175, K.225,K.300, K.350, K.400) M3 RIGID PAVEMENT 1. Istilah dan Definisi 1.1. Acuan gelincir (Slip Form) Jenis acuan yang biasanya terbuat dari baja dan bersatu dengan mesin penghampar pada waktu penghamparan beton semen. 1.2. Acuan tetap (Fixed Form) Jenis acuan yang umumnya terbuat dari baja dan dipasang di lokasi penghamparan sebelum pengecoran beton semen. 1.3. Bahan anti lengket Jenis bahan untuk mencegah lengket antara adukan beton semen dengan acuan. 1.4. Batang pengikat (Tie Bar) Sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal. 1.5. Jalur lalu lintas (Carriage Way) Bagian jalur jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih) 1.6. Lajur lalu lintas (Lane) Bagian pada jalur lalu - lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan bermotor beroda 4 atau lebih, dalam satu jurusan. 1.7. Lapis Resap Pengikat Lapisan tipis aspal cair berviskositas rendah diletakkkan diatas lapis pondasi sebelum lapis berikutnya dihampar. 1.8. Lapis Pondasi Bawah dengan bahan pengikat (Bound Sub-Base) Pondasi bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi dengan semen aspal,kapur,abu terbang (Fly Ash) atau slag yang dihaluskan sebagian bahan pengikatnya. 1.9. Perkerasan jalan beton bersambung tanpa tulangan (J ointed Unreinforced Concrete Pavement). Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara 4-5 meter. 1.10. Perkerasan jalan beton semen bersambung dengan tulangan (J ointed Reinforced Concrete Pavement). Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat dengan tulangan dengan ukuran pelat berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis ini berkisar antara 8-15 meter. 1.11. Perkerasan jalan beton semen menerus dengan tulangan (Continuously Reinforced Concrete Pavement). Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat dengan tulangan dan dengan panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi oleh adanya sambungansambungan muai melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini lebih besar dari 75 meter. 1.12. Perkerasan jalan beton semen pra-tegang (Prestressed Concrete Pavement). Jenis perkerasan jalan beton semen menerus, tanpa tulangan yang menggunakan kabel-kabel pratekan guna mengurangi pengaruh susut, muai dan lenting akibat perubahan temperature dan kelembaban. 1.13. Perkerasan jalan beton semen. Suatu struktur perkerasan yang umunnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan. 1.14. Ruji (Dowel). Sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang dengan maksud sebagai system penyalur beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti. 1.15. Stabilisasi. Suatu tindakan perbaikan mutu bahan perkerasan jalan atau meningkatkan kekuatan bahan sampai kekuatan tertentu agar bahan tersebut dapat berfungsi dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada bahan aslinya. 1.16. Sambungan lidah alur. Jenis sambungan pelaksanaan yang system pengatur bebannya digunakan hubungan lidah alur. 2. Penyiapan Tanah Dasar dan Lapis Pondasi. 2.1. Umum. Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar dan atau lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran, penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat, dapat dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan sesuai dengan spesifikasi yang berlaku (SNI 03-2853-1992). Dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi perkerasan pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi tanah expansif dan memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin penghampar. Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan teta, pembentukan akhir dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan yang dipasang sesuai dengan rencana Alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas hingga elevasi sesuai dengan gambar rencana. Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan pemadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur elevasi otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk. Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus diselesaikan sebelum bahan mengeras (biasanya berlangsung antara 4-6 jam). 2.2. Persyaratan Pemukaan Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah atau permukaan dasar harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang yang ditentukkan pada gambar rencana, dengan toleransi tinggi permukaan maksimum 2 cm. Penyimpangan kerataan permukaan tidak boleh lebih besar 1 cm bila diukur dengan mistar pengukur (Straight Edge) sepanjang 3 m. Permukaan tanah dasar agar dijaga tetap rata dan padat sampai pondasi atau beton semen dihamparkan. Alat-alat berat tidak boleh dioperasikan di lajur permukaan yang sudah selesai dilaksanakan. Ketentuan pelaksanaan umum yang berlaku untuk tanah dasar berlakku pula untuk lapis pondasi. Toleransi ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum adalah 1,5 cm dan perbedaan penyimpangan kerataan permukaan harus lebih kecil 1 cm bila diukur dengan mistar pengukur sepanjang 3 m. Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air maka lembar tersebut harus dipasang di atas permukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang tumpang tindih dengan lebar tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang. Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar- lembar tersebut, juga harus diperhatikan kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin. 3. Penyiapan Pembetonan. 3.1. Acuan perkerasan beton semen Dalam penghamparan perkerasan beton semen, dikenal dua metode pelaksanaan yaitu : - Metode Acuan Tetap (Fixed Form Paving Method) - Metode Acuan Gelincir (Slipform Paving Method) Pada penghamparan metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan, dilaksanakan di antara acuan. Pada penghamparan metode acuan gelincir, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, diantara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak. 3.1.1. Acuan Tetap 3.1.1.1. Bahan dan ukuran Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan pelaksanaan. Acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6 mm bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3,00 m dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya yang akan bergerak diatasnya. Tebal baja yang digunakan adalah antara 6 mm dan 8 mm. Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm. Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal rencana pelat beton semen, dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi tidak kurang dari 20 cm. Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah terpasang cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Dalam pemeriksaaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3,00 m panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm untuk setiap 3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai system pengunci untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut. Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin sehingga air semen tidak keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00 m atau kurang, dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (Flexible Form) atau acuan melengkung. 3.1.1.2. Pemasangan Acuan Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu dipasang acuan dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar. Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki menjelang penghamparan beton semen. Bila terdapat acuan yang rusak atau pondasi yang tidak stabil, pondasi harus diperbaiki terlebih dahulu dan acuan harus distel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton semen sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa mengganggu kelancaran penghamparan. Setelah acuan dipasang pada posisi yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua sisi luar dan dalam dasar acuan harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat pemadat masin atau manual. Acuan harus diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak pada setiap 3,00 m panjang. Setiap acuan harus benar-benar terikat kuat sehingga tidak dapat bergerak. Pada setiap titik boleh menyimpang lebih dari 6 mm dari garisnya. Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan akibat peralatan pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian dalam acuan harus dibersihkan dan diolesi dengan bahan anti lengket. 3.1.1.3. Pembongkaran Acuan Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang-kurangnya selama 8 jam setelah pengecoran beton semen. Apabila temperature udara turun dibawah 100 C pada kurun waktu 8 jam sejak pengecoran beton, acuan agar dipasang lebih lama guna menjamin bahwa ujung perkerasan beton semen tidak rusak. Perawatan terhadap tepi perkerasan beton harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah acaun dibongkar. 3.2. Pemasangan Ruji, batang pengikat dan tulangan pelat 3.2.1. Ruji (Dowel) Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi untuk batang polos AASHTO M 31-81,AASHTO M 42-81 atau AASHTO M 31-81. Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam beton. Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (Metal Expansion Cap) pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak 5 7 cm. Pelindung harus memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku sehingga pada waktu pelaksanaan tidak rusak. Batang ruji harus ditempatkan di tengah ketebalan pelat. Kepadatan beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara sempurna. Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah karat. Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan cat atau diolesi dengan bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai. Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi atau penutup topi pelindung muai. Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan anti lengket. Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan untuk penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi bawah harus cukup kuat untuk menahan pergeseran atau deformasi sebelum dan selama pelaksanaan. 3.2.2. Pemasangan dudukan ruji Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan, kecuali ditentukkan lain pada Gambar Rencana. Ruji harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah ditetapkan sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu kedudukannya. Pada tikungan yang diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus diatur sedemikian rupa sehingga mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat. Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan elevasi yang diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patokpatok. Apabila susunan batang ruji dan dudukannya dibuat secara bagian demi bagian maka susunan tersebut harus merupakan satu kesatuan. 3.3. Batang pengikat (Tie Bars) Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi spesifikasi untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter minimum 16 mm. Apabila digunakan batang pengikat dari jenis baja lain, maka baja tersebut harus dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan. 3.4. Tulangan Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan organik lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat menimbulkan kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang diisyaratkan. 3.4.1. Persyaratan bahan Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan spesifikasi sebagai berikut : a) baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi persyaratan AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk tulangan dari kawat baja berulir; b) anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81; c) batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81 dan AASHTO M 53-81. 3.4.2. Pemasangan tulangan Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan adalah sebagai berikut : a) pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan, tulangan harus terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman batang baja; Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman batang baja harus diatur sedemikian rupa, sehingga pada waktu anyaman tersebut dipasang, kawat atau baja yang paling luar terletak 7,5 cm dari tepi atau sambungan pelat. b) Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat. Batang-batang baja yang disambunmg, bagian ujung-ujungnya harus berimpit dengan panjang tidak kurang dari 30 kali diameternya. c) Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang memanjang harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali diameternya; Pola anyaman harus sedemikian rupa sehingga batang-batang baja harus mempunyai jarak tidak kurang dari 5 cm. d) Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan sebagaimana yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar anyaman harus diikat kuat untuk mencegah pergeseran; e) Apabila pelat (slab) dibuat dengan 2 kali mengecor, maka permukaan lapis pertama harus rata dan terletak pada kedalaman tidak kurang dari 5 cm di bawah permukaan akhir pelat. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama pengecoran; Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar pengecoran dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan agar anyaman dapat digelar pada posisi akhir tanpa terjadi kelebihan penulangan yang terlalu jauh. Untuk mencegah pergeseran, anyaman tulangan yang berdampingan harus diikat; Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di atas tulangan. Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh dibiarkan terbuka lebih dari 30 menit, terutama pada keadaan cuaca panas atau berangin; Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu diperiksa dan apabila dipandang perlu harus dilakukan perbaikan. f) Pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka tulangan harus dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut beton adalah 1/4 tebal pelat + 2,5 cm dan tulangan melintangnya tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah tebal pelat. Pada beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus diletakkan pada dudukan agar pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada poisi yang telah ditentukan; Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertetangga dari satu tepi perkerasan ketepi ; Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus berimpit satu sama lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak boleh kurang dari 40 cm. 4. Pembetonan Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan dalam perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan sesuai dengan ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton harus mempunyai factor air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan yang mungkin terjadi. 4.1. Sifat-sifat beton semen Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaan tanpa terjadi segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria kekuatan, keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan. a) Kadar air dan kandungan udara; Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja) untuk mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara yang sesuai dengan persyaratan. b) Mutu agregat; Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap dijaga. c) Bahan tambah (Admixtures); Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian dan pengujian lapangan yang teliti. d) Kekesatan Faktor air semen yang rendah sangat membantu daam mempertahankan kekesatan permukaan perkerasan beton. 4.2. Bahan beton semen 4.2.1. Sumber bahan Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan perubahan atau penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa mengurangi mutu hasil pekerjaan. 4.2.2. Agregat 4.2.2.1. Persyaratan mutu Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F; b) ukuran maksimum agregat harus 1/3 tebal pelat atau 3/4 jarak bersih minimum antar tulangan. 4.2.2.2. Cara pengelolaan Agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu, pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang, pencucian atau cara-cara lainnya. - Agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m. masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai dan dijaga agar tidak membentuk kerucut. - Agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di satukan - Semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam sebelum digunakan - Waktu penumpukkan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam - Pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut harus mempunyai kadar air yang seragam - Agrergat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5 %, harus dikoreksi. Pada penakaran dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah. Agregat harus diperiksa kadar airnya berat agregat yang mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi. 4.2.3. Semen Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan SNI 15- 2049-1994. Semen harus dipilh dan diperhatikan sesuai lingkungan dimana perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk pemotongan sambungan dan ketahanan abrasi permukaan. Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut: - semen disimpan diruangan yang keringdan tertutup rapat - semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai ruangan, tidak menempel/melekat pada dinding ruangan dan maksimum setinggi 10 zak semen - tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi perputaran udara diantaranya dan mudah untuk diperiksa - semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah sehingga tidak mungkin tertukar dengan jenis/merk yang lain - semen yang baru dating tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman - apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat - pada penggunaan semen curah, suhu semen harus dari 700 C, semen produksi pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak perlu ditimbang ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat. 4.2.4. Air Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau atau bahan-bahan lain yang dalam jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang telah terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan SK SNI S-04-1989-F. Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari. 4.2.5. Bahan tambah (Admixtures) Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud : - kemudahan pekerjaan (Workability) yang lebih tinggi, atau - pengikatan beton yang lebih cepat agar penyelesaian akhir (Finishing), pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu lintas dapat dipercepat, atau - pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan dengan transportasi cukup. Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil percobaan. Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai berikut : a) SNI 03-2495-1991 Bahan tambah untuk beton; b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan gelembung udara; c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan yang digunakan dalam Beton Semen Portland; d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride. Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada Tabel 1. No. Jenis Kegunaan Maksud 1. Air Entrainment Kemudahan pengerjaan kedap air dan keawetan. Memasukkan gelembung udara (0,03 0,08 mm) secara merata ke dalam beton. 2. Water Reducer Mempertahankan slump dan kemudahan pengerjaan. Mengurangi penggunaan air dan semen 3. Ratarder Menyesuaikan waktu pelaksanaan pembetonan. Memperlambat waktu pengikatan 4. Accelerator Kuat awal tinggi dalam waktu relative singkat. Tidak boleh digunakan bersamaan dengan Air Entrainment Sering mengandung Calcium. Cholrida yang menimbulkan korosi dan Mempercepat waktu pengikatan. reaksi alkali-agregat. Catatan : Lebih aman bila digunakan : - Semen kuat awal tinggi. - Beton mutu tinggi - Pemanasan uap. 5. Plasticizer Meningkatkan kemudahan dan mutu pengerjaan (Workability). Bila proporsi campuran dan bentuk agregat kurang baik, adukan kurang Workable 6. Lain-lain Pozolan Mengendalikan suhu dalam beton dan mencegah reaksi alkali-agregat. Beton massif (mutu dan cara uji semen pozolan sesuai dengan SII 0132-75). 4.3. Penentuan proporsi campuran beton semen Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan rancangan dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana campuran akhir harus didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal pekerjaan. Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan untuk menggunakan semen minimum 335 Kg/cm3, kecuali bila pengalaman setempat menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan. Disarankan kuat tarik lentur beton yang ditentukkan untuk tujuan perencanaan dan keawetan pada umur 28 hari tidak boleh lebih kecil dari 4 MPa (40 Kg/cm2). Bila dalam perencanaan dimasukkan parameter lain dari beton, maka kebutuhan semen per m3 beton berdasarkan metode semen minimum, harus dinaikkan atau diturunkan berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar semen tidak boleh lebih kecil dari 280 Kg/cm3 . 4.4. Pengadukan beton semen 4.4.1. Unit penakaran (Batching Plant) Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk setiap fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak penimbang (weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran (batching controls). Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan tidak boleh ditimbang kumulatif dengan agregat. Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan sekali menimbang. Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti. Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala selama pelaksanaan. 4.4.2. Pengukuran dan penanganan bahan Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : a) semen curah maupun semen kemasan dapat digunakan, asalkan menggunakan cara penakaran yang sama. Semen yang berbeda merk tidak boleh digunakan paa pencampuran yang bersamaan. Semen harus ditimbang dengan penyimpangan maksimum 1%. Apabila digunakan semen kemasan, maka jumlah semen dalam satu adukan beton harus merupakan bilangan bulat dalam zak; b) agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2%; c) air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat. Toleransi penakaran maksimum 1%; d) bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar dalm berat atau volume, dengan toleransi penakaran maksimum 3%. Bila digunakan bahan tambah pembentuk udara (air entraining admixture) bersamaan dengan bahan kimia, maka masing-masing bahan tambah harus ditakar dan ditambahkan kedalam adukan secara terpisah; e) abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat dengan batas ketelitian 3%. 4.4.3. Cara pengadukan beton semen Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapantahapan, harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan alat pengaduk dan material bahan campuran beton. Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan selesai. Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik, kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik. Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-03. 4.4.3.1. Cara masinal Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan yang telah memenuhi persyaratan yang bisa dikendalikan secara otomatis, baik dalam hal penimbangan atau penakaran material maupun pengadukannya. 4.4.3.2. Cara semi masinal Apabila cara masinal tidak bisa dilakukan sepenuhnya, pengadukan beton dapat dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan peralatan atau mesin yang tidak sepenuhnya bisa dikendalikan secara otomatis (beton molen). Kondisi pelaksanaan seperti ini harus disertai dengan pengawasan yang lebih baik. 4.4.3.3. Cara manual Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam hal kondisi darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing) menggunakan sekop dan cangkul boleh dilakukan/sesuai instruksi pengawas lapangan. 4.5. Pengangkutan adukan beton Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan antara lain: tipping trucks, truck mixers atau agitators, sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut. Pengangkutan harus dapat menjaga campuran beton tetap homogen, tidak segregasi, dan tidak menyebabkan perubahan konsistensi beton. Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating), rentang waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk hingga selesai pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat mengeras lebih cepat atau temperature beton 300C. Apabila digunakan truck mixers atau agitators, rentang waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60 menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi jika untuk beton yang mengeras lebih cepat atau temperature beton 300C. 4.6. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan 4.6.1. Pengecoran Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi. Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m 1,50 m tergantung dari konsistensi adukan. Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting). 4.6.2. Pengecoran pada cuaca panas Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperature beton basah (fresh concrete) di atas 240C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperature agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air. Pengecoran beton harus dihentikkan bila temperature beton pada saat dituangkan lebih dari 320C. Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan. 4.6.3. Penghamparan Ada dua metode penghamparan beton semen. a) metode menerus; Pada metode ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji sebelum retak susut terjadi. b) Metode panel-berselang. Pada metode ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan setelah 4-7 hari berikutnya. Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual. Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat pemadat. Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas. 4.6.4. Slump Beton atau Keenceran Beton Slump merupakan salah satu besaran atau parameter suatu campuran beton semen yang menunjukkan tingkat kemudahan pengerjaan ( Workability ) dari campuran yang bersangkutan. Workabality ini dapat dibagi dalam 3 katagori yaitu sedang, baik dan amat baik. Pada konstruksi beton semen secara umum ; besarnya slump bervariasi yaitu antara 2.5 sd 10 cm. Besarnya slump untuk beberapa jenis konstruksi beton semen secara umum adalah sebagaimana tampak pada tabel sebagai berikut : Tabel Slump Menurut Konstruksi Tipe Konstruksi Slump Max. Min. Tembok dan pondasi plat dan Sumuran 7.5 2.5 Lantaii, balok dan dinding kolom 10.0 2.5 Lantai jembatan 7.5 5.0 Pavement 5.0 2.5 Trotoar 10.0 5.0 Sebagaimana terlihat pada tabel di atas, untuk perkerasan beton semen atau rigid pavement, besarnya slump berkisar antara 2.5 5.0 cm. Dari banyak pengalaman pelaksanaan perkerasan beton semen dapat disampaikan data slump sebagai berikut : - Untuk perjalanan campuran beton semen dari plant ke site selama 60 menit : Slump di plant = 6.5 cm di site 4.0 cm - Untuk perjalanan campuran beton semen dari plant ke site 10 menit : Slump di plant = 4.5 cm di site = 4.0 cm Vribrating screed merupakan finisher peerkerasan beton semen yang paling sederhana dilaksanakan secara manual ( ditarik dengan tenaga manusia ) dengan hasil cukup memadai khususnya untuk volume pekerjaan yang tidak terlalu besar 4.6.4.1. Maksud dan Fungsi Masing-masing Komponen Konstruksi Perkerasan Beton Semen a) Tanah Dasar dan Subgrade Seperti pada konstruksi perkerasan fleksible tanah dasar atau subgrade pada pada konstruksi perkerasan kaku ( beton semen ) adalah tanah yang disiapkan ( dibentuk dan dipadatkan ) untuk meletakkan ( diatasnya akan dibangun ) konstruksi perkerasan baik berupa tanah asli, tanah galian ataupun tanah timbunan. Tanah ini berfungsi sebagai penerima (pemikul) beban ( lalu lintas ) yang telah disalurkan ( disebarkan ) oleh konstruksi perkerasan. Penyebaran atau penyaluran beban kepada tanah dasar tersebut dilakukan oleh konstruksi perkerasan dengan ketebalan dengan mutu sedemikian rupa, sehingga tekanan ( beban ) yang sampai ketanah dasar sesuai dengan kemampuan atau daya dukung tanah yang bersangkutan. Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada konstruksi perkerasan kaku yang umum dipergunakan adalah CBR, modulus reaksi tanah dasar atau subgrade reaction value ( k dalam pci atau kg/cm3 ) Adapun korelasi antara CBR dan k adalah sebagai berikut : CBR ( % ) : 2.0 4.0 8.0 12.0 16.0 20.0 24.0 28.0 32.0 K ( pci ) : 70.0 120.0 170.0 200.0 230.0 240.0 260.0 290.0 340.0 K ( kg/cm3) : 1.5 3.3 4.8 6.0 6.6 7.0 7.5 8.0 9.3 4.6.4.2. Pondasi Bawah atau Subbase Subbase adalah salah satu lapis pada konstruksi perkerasan kaku yang terletak antara tanah dasar dan plat beton semen mutu tinggi. pada umumnya fungsi dari subbase tidak terlalu struktural dalam artian keberadaanya tidak dimaksudkan untuk menyumbangkan nilai struktur ( tebal konstruksi ) perkerasan beton semen ( diabaikan ). Fungsi utama dari subbase adalah lantai kerja yang rata dan uniform ( disamping fungsi lainnya sebagaimana halnya pada perkerasan fleksibel antara lain menahan pumping, menahan perubahan volume dll. ) sehingga plat beton sebagai komponen utama perkerasan beton semen ( mutu tinggi dan mahal ) dapat dan siap dibangun atau dipasang dengan baik dan sempurna. Ketidak rataan subbase akan menyebabkan ketidak rataan plat beton ( rigid pavament ) dan ketidak rataan plat beton dapat menimbulkan ( berpotensi sebagai ) crack inducer. Sebagai bahan subbase dapat digunakan bahan unbound granural ( sirtu ) ataupun bound granural CTSB ( sement treated subbase ). 4.6.4.3. Tulangan Pada konstruksi perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan yaitu tulangan pada plat beton untuk memperkuat plat beton tersebut dan tulangan Bendungan, Konstruksi dengan masa besar 5.0 2.5 sambungan untuk menyambung kembali bagian-bagian yang telah terputus ( diputus ). Kedua jenis tulangan tersebut mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi yang berbeda. Pemahaman dan penerapan yang menyalahi khususnya tentang bentuk, lokasi dan fungsi tulangan akan bisa berakibat kurang baik bahkan sering menimbulkan kerusakan-kerusakan atau paling tidak tulangan tersebut kurang efektif dalam peran dan fungsinya. a) Tulangan Plat Tulangan plat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi yang berbeda dengan tulangan plat pada konstruksi beton yang lain misalnya lantai gedung. Balok dan lantai sebagainya. Tulangan plat pada konstruksi beton semen mempunyai bentuk, lokasi serta fungsi khusus sebagai berikut : - Bentuk tulangan pada umumnya berupa lembaran ( atau gulungan ) tulangan pagar (biasanya Fabricated) khusus pada plat beton jenis jointed reinforced concrete pavement dalam pelaksanaan, tulangan lembaraan jauh lebih baik dari pada gulungan ( keduanya pebricated ) untuk bentuknya bukan tulangan pagar tetapi tulangan seperti pada konstruksi plat beton pada umumnya ( gedung atau jembatan ). - Lokasi tulangan plat beton terletak pada 1/3 tebal pada sebelah atas. - Fungsi dan tulangan plat beton adalah memegang beton agar tidak retak ( retak beton terbuka ) bukan untuk melawan momen atau gaya lintang. Karenanya tulangan plat beton pada konstruksi perkerasan beton semen tidak struktural dan tidak mengurangi tebal plat. - Dengan menggunakan tulangan plat beton. Maka jarak sambungan antara plat (melintang) menjadi lebih besar sekitar 2 kali lipat dari pada plat beton tanpa tulangan. b) Tulangan Sambungan Pada perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan sambungan yaitu tulangan sambungan melintang dan tulangan sambungan memanjang. Sambungan melintang merupakan sambungan untuk memberikan sarana ( mengakomodir ) gerakan kembang susut kearah memanjang plat, sedangkan sambungan memanjang merupakan sambungan untuk memberikan sarana ( mengakomodir ) gerakan lenting plat beton. Dari fungsi dan lokasi dari kedua tulangan sambungan tersebut, maka kedua tulangan tersebut mempunyai ciri dan fungsi yang berbeda sebagai berikut : Tulangan sambungan melintang : - Disebut dowel - Berfungsi sebagai sliding devices dan load transfer devices - Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar - Lekat ( bounding ) pada plat beton satu sisi dan tidak lekat/ licin ( unbound ) pada plat beton satu sisi yang lain/ dapat dibalut dengan bahan plastik/ movable - Lokasi ditengah tebal plat beton dan sejajar dengan sumbu jalan (arah arus lalu lintas) c) Tulangan sambungan memanjang - Disebut Tie Bar - Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices - Berbentuk deformed dan kecil - Lekat ( bounding ) dikedua sisi plat beton - Lokasi ditengah tebal plat beton dan tegak lurus sumbu jalan ( arah lalu lintas ) d) Sambungan atau Joint Sambungan melintang berfungsi untuk mengakomodir gerakan kembang susut sedangkan sambungan memanjang berfungsi untuk mengakomodir gerakan lenting dari plat beton yang bersangkutan akibat panas dingin pada siang malam. Fungsi lain dari sambungan adalah mengendalikan atau menggerakan retak plat beton akibat shrinkage ( susut ) maupun wrapping ( lenting ) agar teratur baik bentuk maupun lokasinya sesuai dengan yang kita kehendaki ( sesuai desain ) dengan terkendalinya (terkontrol) retak tersebut, maka retak akan tepat terjadi pada lokasi secara teratur dimana pada lokasi tersebut telah kita sediakan tulangan sambungan. Pada sambungan melintang dikenal dua jenis sambungan yaitu: sambungan kembang susut dan sambungan pelaksanaan. Sambungan susut ( contraction joint ) diadakan dengan cara memasang bekisting melintang dan dowel antara plat pengecoran sebelumnya dan pengecoran berikutnya. Sambungan lenting pada pengecoran per lajur (lane) diadakan dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie bar, sedangkan pada pelaksanaan pengecoran pada dua lajur ( lane ) sekaligus, sambungan diadakan dengan cara saw cutting untuk bagian atas dan memasang crack inducer ( berupa kayu kaso segitiga ) pada bagian bawah plat beton pada lokasi sambungan yang telah ditentukan. Pada setiap celah sambungan, harus diisi dengan joint sealent dari bahan khusus yang bersifat thermoplastic antara lain adalah rubber asphlat, coal tars ataupun rubber tars : misal sikatop 121. Pelaksanaan joint sealent dilaksanakan untuk disarankan untuk dilakukan sesegera mungkin, dan menunda terlalu lama pengecoran joint sealent akan mempersulit pelaksanaannya karena celah sering kali sudah mulai tertutup oleh bahan atau debu yang kadang-kadang bersifat cementing. Sebelum joint sealent dicor/ dituangkan, kotoran dalam celah harus disingkirkan dan kalau perlu disemprot dengan blower. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan saw cutting adalah : - Tepat lokasi ( diberi tanda sebelumnya, pada bekisting atau tempat lain ) - Tepat kedalaman ( tebal pada plat ) - Tepat pada waktu ; sesudah jam ke 4 sebelum jam ke 24 sejak pengecoran beton, batas waktu tersebut untuk menghindari terlalu cepatnya mengerjakan saw cutting (beton terlalu lunak) atau terlambat sehingga proses shrinkage sudah berlangsung dan retak sudah terjadi yang sering kali tidak pada lokasi yang telah ditetapkan. Celah hasil saw cutting maupun crack inducer dapat diibaratkan sebagai penyediaan tempat (rumah) agar retakretak akibat shrinkage dapat terkumpul di celah tersebut. e) Bound Breaker Diatas Subbase Plat beton semen bermutu tinggi sebagai konstruksi utama dari perkerasan beton semen, pengecoran dilakukan setelah dan diatas subbase yang telah selesai dikerjakan ( dicor atau digelar ) ; pada saat mana subbase sudah selesai shrinkage ( bila berupa beton CTSB ). Plat beton yang dicor di atas subbase ( kemudian ) harus diusahakan untuk tidak tergangu oleh friction dengan subbase yang sudah keras atau selesai shrinkage ; karena design merencanakan shrinkage terkendali sedemikian rupa sehingga retak-retak akibat shrinkage dapat terkumpul pada celah saw cutting maupun crack inducer lainnya. Untuk itu diperlukan sarana untuk membebaskan kelekatan antara subbase ( CTBS ) dengan plat beton di atasnya. Sarana yang dimaksud dikenal dengan nama bound breaker. Bound breaker tersebut pada umumnya berupa plastik tipis. Disamping diperlukannya plastik tipis di atas subbase untuk menghilangkan bounding ; permukaan subbase tidak boleh di groove maupun di bush. Dalam menggunakan platik tipis sebagai bound breaker ; harus diusahakan agar pemasangan plastik sebaik mungkin agar terhindar kemungkinan terjadinya irregular joint khususnya karena tidak sempurnanya keseluruhan permukaan plastik (melekat) di atas permukaan subbase kedalam granual subbase. Bilamana bahan subbase digunakan adalah butiran lepas ( misalnya sirtu ) maka tidak terlalu diperlukan bound breaker karena tidak terjadi lekatan anata subbase dan plat beton ; kecuali ada kekhawatiran dewatering campuran beton diatas subbase kedalam granual subbase. f) Alur Permukaan atau Groving /Brushing Untuk dapat melayani lalu-lintas dengan cepat, aman dan nyaman permukaan perkerasan beton semen yang dalam hal ini adalah plat beton mutu tinggi, permukaan perkerasan disamping kuat dan awet harus pula tidak licin. Permukaan tidak licin dari perkerasan beton semen tersebut diadakan dengan mengupayakan/ membentuk alur-alur dipermukaan beton melalui pengaluran/menyikatan ( graving/bushing ) sebelum beton disemprot curring coumpond, sebelum beton semen ditutup wet burlap dan sebelum beton mengeras. Arah alur ( grooving atau brushing ) bisa memanjang ataupun melintang yang keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kerugian yang dimaksud adalah sebagai berikut : Alur Memanjang - Friction kearah memanjang lebih baik ( pada manuver kesamping ) - Pelaksanaan lebih mudah dan cepat khususnya bila secara mechanic - Friction kearah memanjang agak kurang baik - Surface drain sedikit tertanggu - Sambungan pelaksanaan penyaluran ( grooving/ brushing ) sering kurang rapi Alur Melintang - Friction kearah melintang lebih baik ( pada manuver breaking dan accelerating ) - Pelaksanaan lebih mudah dan cepat bila groving atau brushing terpasang dan dioperasikan pada finisher - Friction kearah melintang agak kurang baik - Surface draine lebih baik - Terbentuk sambungan alur dapat dihindari Pada perkerasan beton semen yang cukup baik kerataanya serta alurnya; kebisingan jalan beton semen ternyata lebih baik daripada perkerasan aspal ( yang baik pula ) khususnya serface dressing sebagaimana terlihat pada data berikut ini : Norse /Kebisingan pada kecepatan 80 km/jam - Surface Dressing : 82.0 dbA - Groove Concrete : 80.5 dbA - Brushed Concrete : 81.0 dbA 4.6.5. Pemadatan Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metode untuk memadatkanbeton yaitu: pemadatan dengan tangan dan pemadatan dengan getaran. a) pemadatan dengan tangan (hand tamping); Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm. Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang. Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan merapikan permukaan beton. b) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated vibrating beam). Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang dioperasikan secara manual. Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut , dapat digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator). Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi. Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik. 4.7. Pembentukan tekstur permukaan 4.7.5. Penyelesaian akhir perkerasan beton semen Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan dengan alat perata. Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan kekesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara. Ini termasuk penarikan karung goni (burlap), penyikatan dengan kawat atau paku dan pembuatan alur. 4.7.6. Penarikan burlap (sejenis karung goni) Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas rendah. Cara ini dilakukan dengan menariklembar burlap pada arah memanjang permukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm. Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan penarikan burlap dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir. Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang akhir. 4.7.7. Penyapu / penyikat melintang Penyapu / penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas yang rendah maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur permukaan yang seragam sampai kedalaman 1,5 m. Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 mm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zig-zag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm. 4.7.8. Pembuatan alur dalam pada arah melintang Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir diikuti pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak. Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm 6 mm. Untuk mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge). 4.8. Perlindungan dan perawatan 4.8.5. Perlindungan Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan. a) pencegahan retak susut plastis; Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada saat masih plastis. Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperature beton dan udara serta kecepatan angin. Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relative kecil, temperature beton lebih tinggi dari temperature udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air. Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperature udara. Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis : - buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar matahari terhadap permukaan beton semen - kendalikan perbedaan temperature yang berlebihan antara beton dan udara baik cuaca panas maupun dingin - hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton - rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lindungi beton dengan penutup sementara - lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan. b) perlindungan terhadap hujan; Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan seperti plastic, terpal atau bahan lain yang sesuai. c) Perlindungan terhadap kerusakan permukaan Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu lintas umum dan proyek, dengan pemasangan rambu lalu lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain sebagainya. 4.8.6. Perawatan Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukkan mutu akhir beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaanbeton harus dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin (resin based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput kompon yang sesuai dengan ASTM C 309-89.. Kompon harus disemprotkan dengan jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat 2,5 cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr) untuk tebal pelat < 12,5 cm. Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki. Metode perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan. Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan. Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah perlekatan. Penutup harus dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari. 4.9. Kelandaian yang curam Pada kelandaian yang curam (>6%) diperlukan alur yang lebih dalam untuk memberikan kekesatan yang lebih tinggi. Prosedur pelaksanaan seperti yang diuraikan pada Butir 4.1 4.9 harus diikuti, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian rendah; b) pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur dipasang pada acuan tepi atas dari panel bagian bawah. Balok pembuat alur terlebih dahulu harus dicabut sebelum panel diatasnya dicor, untuk mendapatkan sambungan yang kuat; c) harus dibuat angker panel dan angker blok sesuai keperluan; d) kelecakan dari campuran beton harus disesuaikan dengan kemiringan untuk mengurangi campuran beton mengalir kebawah selama pemadatan. Penggunaan adukan beton yang kental memerlukan balok penggetar untuk mamadatkannya, atau dengan menggunakan pemadat tangan, namun memerlukan usaha yang lebih keras. Penggunaan metode panel berselang memungkinkan aliran beton bisa terjadi yang akan menyebabkan naiknya ketinggian pada sambungan dengan pelat sebelumnya. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan perataan kembali dari beton yang masih plastis disekitar sambungan dalam waktu 30 menit sejak penyelesaian akhir. 4.10. Pembuatan sambungan Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian merupakan cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan utama. Untuk ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukkan basah lebih ekonomis. 4.10.1. Sambungan dengan penggergajian melintang Penggergajian sambungan sudut melintang dan memanjang harus dimulai secepat mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir, umumnya 4 jam 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan. Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian harus dilakukan terus menerus siang malam tanpa memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak. Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak sudah terjadi dekat dengan loakasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan. Lebar dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan memanjang tidak lebih dari 3 mm. Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal. Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penghamparan. Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus dibersihkan dengan meyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara dengan bahan yang telah direncanakan. 4.10.2. Penutup sambungan Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukaan sambungan seperti lepasnya agregat, masuknya material luar yang akan menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki. Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan diberi bahan penutup permanent atau sementara. 4.10.2.1. Pemasangan penutup sambungan siap pakai Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan mengunakan kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus diperbaiki terlebih dahulu. Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dengan bahan yang sesuai pada ASTM D-2835 dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan cara ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam celah. Pemuluran maksimum bahan penutup setelah pemasangan adalah 10%. Permukaan bahan penutup harus berada 5 mm 7 mm di bawah permukaan perkerasan. 4.10.2.2. Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan dengan menggunakan kompresor. Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau penyemprot. Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar penggunaan penyemprot lebih cocok. Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum penutup sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap ikat pada sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang cukup untuk memudahkan pemasangan penutup sambungan. Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk memastikan tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan yang seragam dan rapi. 4.11. Lapis tambah 4.11.1. Persiapan permukaan lapis perkerasan yang ada Hal yang harus diperhatikan pada permukaan perkerasan yang ada (perkerasan lama) adalah : a) lubang, genangan air, kotoran dan benda-benda asing lainnya; b) pamping atau rembesan air pada sambungan. Rongga dapat ditutup dengan menggunakan campuran aspal atau bahan lain yang sesuai. Pada daerah dimana terjadi kerusakan perkerasan yang cukup parah pada perkerasan atau tanah dasar, harus dilakukan pembongkaran dan diganti dengan material untuk mendapatkan kondisi pondasi permukaan yang memenuhi persyaratan. 4.11.2. Beton semen di atas beton semen dengan lapis pemisah Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda-benda asing, gompal, penutup sambungan yang lepas, sisa perapihan tambahan atau bahan lain yang dapat mangganggu ikatan antara perkerasan yang lama dengan lapis tambah. Lapis pemisah seperti lembar kedap air, lapis material berbutir, harus dihamparkan sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan. Pekerjaan yang berhubungan dengan penyiapan, pembetonan, pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pembentukan tekstur permukaan, perlindungan dan perawatan, pembuatan sambungan dan pembukaan untuk lalu lintas mengacu pada Butir 4.1 sampai Butir 4.11. Pembuatan sambungan lapis tambah beton semen harus pada lokasi yang sama dengan letak sambungan lapis beton semen dibawahnya. Harus diperhatikan agar sambungan susut atau muai lapis beton semen di bawahnya tetap berfungsi. 4.11.3. Beton semen di atas perkerasan beraspal Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda-benda asing, sisa perapihan tambahan atau bahan lain yang tidak sesuai. Lapis pemisah seperti kedap air, lapis material berbutir harus dihamparkan sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan. Pekerjaan yang berhubungan penyiapan, pembetonan, pengadukan, pengangkutan, pengecoran, pembentukan tekstur permukaan, perlindungan, perawatan dan pembuatan sambungan mengacu pada Butir 4.1 sampai Butir 4.11. 4.11.4. Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan perkerasan beton semen Guna menghindari penurunan pada bagian perkerasan beraspal, perlu dibuat lapisan transisi pada sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan perkerasan beton semen. 5. Pengendalian Mutu 5.1. Kegiatan pengontrolan yang harus dilakukan selama pelaksanaan Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan perkerasan beton semen sebagai berikut : a) pekerjaan awal ; - mempelajari gambar rencana dan spesifikasi - pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan - peralatan dan Organisasi Kontraktor - penentuan tugas dan tanggung jawab - menentukan pengujian, pencatatan dan laporan yang diperlukan - peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian b) bahan; Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang ditolak. Bahan tersebut meliputi : - semen - agregat - air - bahan tambah - tulangan, ruji, dan bahan pengikat - material perawatan beton - bahan sambungan c) perbandingan campuran; - pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar lempung - data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air, rongga udara, kelecakan dan kekuatan - volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran dan koreksi kadar air agregat d) unit penakar / penimbang meliputi : - pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen, agregat, air dan bahan tambah - pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan skala timbangan e) unit pencampur; pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat pengatur waktu dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran beton semen; - acuan : kecocokan acuan, alinyemen, kemiringan dan ruji - tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air - sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinyemen, dudukan dan ruji f) pembetonan; - persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan pelindung cuaca - pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir (segregasi) dan keterlambatan - pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan konsistensi - pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh, penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan pemeriksaan sambungan - penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan kerataan, lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi - pembentukan sambungan susut: pembentukan sambungan, alinyemen, perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan g) setelah pembetonan; - waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari - perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai perawatan dan lama waktu perawatan - perlindungan : beton basah, hujan, lalu lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan pencatatan temperature - sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran bagian atas pada sambungan - penutup sambungan : peralatan, temperature, bahan penutup, pembersihan sambungan dan penutupan - pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau penggantian h) pengujian beton semen - campuran baton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar udara - pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji, penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujjian kuat tekan, pengujian kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan untuk pengujian kuat tarik lentur 5.2. Toleransi penyimpangan a) Kerataan permukaan baik melintang atau memanjang; penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukandengan menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter. Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter. b) Ketebalan. Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika dipandangperlu untuk menentukkan ketebalan perkerasan setelah penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti (core drill) dari perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang dihamparkan pada setiap lajur. Masing-masing hasil pengeboran harus diukur sesuai dengan ASTM C 174. penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah selesai. Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku. c. Dasar pembayaran Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas dibayar per satuan pengukuran pada harga yang dimasukkan dalam Daftar Penawaran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah. Harga dan pembayaran tersebut merupakan konpensasi penuh untuk semua pekerjaan dan biaya-biaya yang diperlukan dalam penyelesaian pekejaan Rigid Pavement yang diminta sebagaimana diuraikan sebelumnya. Nomor Item Pembayaran URAIAN Persatuan Pengukuran II.2.1 II.2.2 II.2.3 II.2.4 II.2.5 II.2.6 II.2.7 II.2.8 II.2.9 II.2.0 II.2.0a II.2.11 Bekisting / Acuan Beton Rabat (Bo) Bond Breaker Pasangan Tulangan Douwel Pasangan Tulangan Tie bar Pasnagan Tulangan Dudukan Douwel Pasangan Cat Meni Douwel Pasangan Pipa PVC Pasangan Dop PVC Pasangan Beton K- 350 Pasangan Beton K- 300 Pekerjaan Cutter Joint+Sealant Meter Persegi Meter Kubik Meter Kilogram Kilogram Kilogram Liter Meter Buah Meter Kubik Meter Kubik Meter SALURAN BETON TERBUKA DENGAN PRA CETAK A. Uraian Pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan saluran baru atau rekonstruksi saluran yang ada dengan saluran beton pracetak sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan. Pekerjaan tersebut juga termasuk setiap pemindahan atau penjagaan arus, kanal irigasi atau jalan air yang ada, yang terganggu selama pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan kontrak. B. Pelaksanaan Pekerjaan 1. Penyiapan Lapangan Lokasi, panjang, garis batas dan kemiringan yang diperlukan dari semua saluransaluran yang harus digali, bersama dengan semua lubang dan kuala yang berkaitan, harus ditata di lapangan oleh kontraktor sesuai dengan rincian pelaksanaan yang ditunjukkan dalam gambar rencana, serta harus diperiksa dan mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik sebelum pekerjaan dimulai. 2. Metoda Handling/ Penumpukan/ Pemuatan a. Penumpukan STU di lapangan maksimum dalam 3 lapis atau setinggi jangkauan alat handling, mana yang terlebih dulu membatasi. b. Cara stacking STU adalah dengan cara menyusun dengan cara berjejeran dan posisinya telungkup. ( posisi Male dan Female And sebaiknya diatur agar arahnya sama dengan 1 lapis ). c. Agar posisinya rata dan untuk menghindari kerusakan, sebaiknya antara lapis pertama dan lapis kedua dan seterusnya diberi balok kayu. Posisi kaki-kaki STU antara lapis diatas dan lapis di bawah hendaknya dibuat sejajar. 3. Pemuatan di truck a. Untuk produk berupa STU, pemuatan dilakukan dengan cara meletakkan STU secara melintang terhadap panjang bak truck dan posisi STU adalah telungkup. b. STU dapat disusun dalam dua baris ( kiri dan kanan ) dan juga dapat ditumpuk dalam beberapa lapis/ sab. c. Antara STU yang diatas dan yang dibawah diikat dengan menggunakan tambang plastik/ manila yang diikatkan dengan angkur yang tersedia pada bak truck. Untuk lapis yang paling belakang pengikat dibuat rangkap 4/5 sedangkan didepannya dibuat rangkap 2/3/ untuk menghindari putusnya tali karena gesekan beton maka diberi alas kardus 4. Pelaksanaan Saluran Terbuka Beton Pracetak a. Persiapan Pondasi i. Ketinggian permukaan pondasi untuk saluran harus dipasang dan digali sampai kedalaman yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Untuk menjamin bahwa satu permukaan yang baik dan memadai dapat diperoleh. ii. Bila diperintahkan demikian oleh Direksi Teknik bahan dasar yang disetujui harus diletakkan dan ditempatkan dan dipadatkan di tempatnya. iii. Bila saluran ada di tikungan maka sebagai bahan pengisi, dari campuran beton 1 : 2 : 3. b. Penempatan Urugan Kembali i. Urugan kembali bahan terpilih sebagaimana ditentukan harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lapisan yang merata dibelakang saluran beton pra cetak atau dimana saja diperintahkan dan mendapat persetujuan dari Direksi Teknik. ii. Bahan alas filter sebagaimana ditentukan harus ditempatkan dan dipadatkan dalam lapisan tidak melebihi 15 cm tebalnya dan sesuai dengan gambar rencana atau sesuai dengan perintah dari Direksi Teknik. 5. Penyiapan Jalan Air yang ada a. Arus atau kanal alami yang ada disekitar pekerjaan ini tidak boleh diganggu. b. Jika suatu galian dalam dasar diperlukan unutk pelaksanaan pekerjaan yang baik, kontraktor setelah selesai pekerjaan drainase harus mengurug kembali dan memperbaiki galian tersebut. c. Bahan-bahan yang mengendap dalam daerah aliran tersebut dari pondasi atau galian-galian yang lainnya, harus disingkirkan sepenuhnya pada penyelesaian pekerjaan. METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMASANGAN SALURAN DRAINASE TERBUKA A. Pekerjaan Persiapan 1. Survey Lapangan Untuk menentukan peil dan pematokan dilapangan sebagai pedoman dalam pemasangan. Hal ini dilakukan bersama untuk diketahui pengawas di lapangan agar tidak terjadi kesalahan penentuan as saluran. Kelengkapan yang diperlukan : Data perencanaan Alat ukur terkalibrasi ( Theodolit, Bak ukur dll ) Ketentuan jarak sebagai referensi ( pedoman lapangan ) Radius tikungan Patok-patok penandaan 2. Pemberesan Lahan Dilaksanakan sepanjang jalur pemasangan dan lokasi yang sekiranya akan dijadikan lokasi penumpukan sementara dari produk precast yang dikirim kelapangan. B. Pekerjaan Tanah 1. Pengendalian tanah dilakukan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan panjang pemasangan saluran perhari. Hal ini penting guna menghindari kerusakan tanah dasar galian apabila turun hujan. 2. Kedalaman galian dan lebar galian disesuaikan dengan kebutuhan ( dalam galian = dasar saluran + tebal saluran + tebal dinding ). Apabila galian terlalu dalam, penimbunan kembali boleh dilakukan hingga kedalaman yang diinginkan dengan ketentuan dipadatkan secara bertahap lapis demi lapis. 3. Tanah galian dipadatkan dengan stemper hingga mencapai kestabilan yang cukup. 4. Sisa galian akan diratakan diatas kavling ( tanpa pemadatan ) 5. Dengan ketebalan tertentu ( 10 cm ) bedding berupa granural material diratakan di atas galian dasar dan dipadatkan. Apabila daya dukung tanah sangat tidak memadai, dan air tanah relatif tinggi maka perlu dipasang pipa Drain dan perbaikan daya dukung tanah dengan crucuk dan lainnya. C. Pekerjaan Pemasangan 1. Pasangan Bowplak pada galian untuk pengechekan kelurusan maupun elevasi dengan jarak maksimum 20 m untuk menghindari lendutan benang acuan. Sebaiknya dengan 2 benang dimana yang satu pada as saluran sedangkan yang lainnya pada sisi luar precast untuk kelurusan pemasangan saluran. 2. Pemasangan saluran precast segera dilaksanakan apabila seluruh proses diatas telah dikerjakan. Dengan batuan bantuan peralatan ( untuk mengikat dan menyetelkan dapat digunakan Crane excavato dengan tetap mengacu prosedur handling ) satu persatu precast dipasang mengikuti jalur galian yang dibuat dan sebaiknya dari arah hilir ke hulu ). 3. Setelah pemasangan dilakukan pada lubang galian, selanjutnya dapa kondisi tertentu dapat dibuatkan option untuk penyesuaian elevasi bibir precast dedngan yang direncakan sekaligus memasang besi tatakan untuk stell gratenya dari besi siku memanjang, dan setiap penyambungan besi siku tatakan dilakukan tidak pada sambungan precastnya. Besi siku tersebut difixing dengan las pada stek besi di bibir saluran yang dapat dipersiapkan pada waktu pembuatan precastnya. Selanjutnya calah pada sisi precast dan besi siku tatakan stell-grate diisi mortar semen atau digrouting dan dirapihkan kembali. Untuk sambungan rateral antara precast, dapat juga digrouting atau disealent. 4. Pengurugan kembali lapis demi lapis ( 15 s/d 20 cm perlapis ) dengan pemadatan dapat dikerjakan dengan stemper atau lainnya dengan material yang sesuai dengan persyaratannya hingga ke finishing surface. BAJA TULANGAN UNTUK BETON Uraian Pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, pemotongan pembengkokan dan penempatan batang baja tulangan dan pengelasan anyaman untuk penulangan beton, sesuai dengan spesifikasi dan gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknis. 1. Toleransi Ukuran a. Fabrikasi Ukuran Pembengkokan batang baja dan Fabrikasi yang harus dilaksanakan betul-betul sesuai dengan persyaratan PBI 1971 ( M.I. 2 ). b. Kelonggaran Penempatan i. Jarak antara penulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang atau ukuran maksimum agregat kasar ditambah 1 cm dengan minimum 3.0cm, yang mana lebih besar. ii. Apabila penulangan dalam balok terdiri lebih dari satu lapis batang, penulangan lapis atas diletakkan tepat diatas lapis bawah penulangan dengan ruang bebas/ jarak vertikal minimum 2.5 cm. c. Penutup beton ( terhadap tulangan ) i. Batang tulangan baja harus diletakkan sedemikian sehingga penutup beton minimum menutupi pinggir luar penulangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Penutup Beton Sampai Penulangan Ukuran batang tulangan yang harus ditutup Permukaan beton dapat dijangkau Permukaan beton tidak terbuka ( didalam ) Permukaan beton terbuka di bawah permukaan air Batang dia. 16 mm dan lebih kecil 3.5 cm 4.0 cm 5.0 cm Batang di atas Dia. 16 mm 4.5 cm 5.0 cm 6.0 Ukuran toleransi penutup tulangan harus 5 mm ii. Untuk beton bertulang di bawah muka air yang tidak dapat dijangkau atau beton yang akan digunakan untuk penyaluran kotoran atau cairan yang membuat karat, penutup minimum harus ditambah menjadi 7.5 cm. 2. Penyerahan a. Paling sedikit 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik. Untuk disetujui. Rincian diagram pembengkokan dan daftar batang untuk penulangan yang diisyaratkan. Rincian ini harus sesuai dengan gambar pelaksanaan yang disediakan untuk kontrak atau seperti petunjuk Direksi Teknik. b. Kontraktor juga menyediakan daftar sertifikat pabrik pembuat yang memberikan mutu batang-batang tulangan dan berat satuan dalam kg tiap ukuran dan mutu batang atau dengan baja yang dilas untuk digunakan dalam pekerjaan. 3. Penyimpanan dan Penanganan a. Kontraktor harus menyediakan penulangan ke lapangan pekerjaan yang diikat dan ditandai yang sesuai, ukuran batang, panjang, ukuran dan informasi lain yang diperlukan untuk identifikasi yang baik. b. Kontraktor harus menangani dan menyimpan semua batang tulangan dengan cara yang baik untuk mencegah penyimpangan, karat atau kerusakan yang lain. 4. Perbaikan Kwalitas Baja atau Penanganan yang Tidak Memuaskan a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memastikan keterpatan daftar batang dan diagram pembengkokan, dan untuk meyakinkan bahwa daftar urutan dipakai dengan benar. Baja tulangan disediakan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang sebenarnya atau spesifikasi tekni, harus ditolak dan diganti atas biaya kontraktor. b. Baja tulangan dengan setiap kerusakan berikut harus tidak diijinkan di dalam pekerjaan. i. Panjang batang, Ketebalan dan bengkok yang melebihi toleransi pabrik yang diuraikan dalam PBI 1971 ( M1-2 ). ii. Baja tulangan tidak sesuai dengan diagram pembengkokan atau daftar batang kecuali dimodifikasi atau diminta dikoreksi Direksi Teknik. iii. Baja tulangan karatan atau rusak dan ditolak Direksi Teknik. c. Kontraktor harus menyediakan fasilitas di lapangan bersama dengan pengadaan batang-batang lurus untuk pembuatan dan penggantian baja tulangan yang ditolak oleh Direksi Teknik atau sebaliknya ditemukan tidak baik untuk digunakan. Didalam hal kesalahan pembuatan, batang harus dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan dari Direksi Teknik atau dilakukan dengan cara lain yang akan merusak atau melemahkan baja. Pembengkokan ulang batang harus dilakukan dengan cara dingin dan jangan dilakukan batang yang sudah dibengkokkan pada tempat yang sama lebih dari dua kali dalam pekerjaan. Bahan-Bahan 1. Batang baja penulangan a. Batang baja penulangan polos atau batang ulir sesuai dengan persyaratan PBI 1971. Kecuali dinyatakan lain mutu digunakan untuk beton bertulang biasa harus mutu U 24 dengan tegangan leleh 2.400 kg/cm2 . Catatan : untuk baja yang lebih tinggi harus digunakan hanya apabila dinyatakan secara khusus dalam Daftar Penawaran. b. Baja penulangan harus didapat dari pabrik pembuat yang disetujui dan harus disertai dengan sertifikat pengujian yang memastikan kecocokan mutu. Jika mutu baja diragukan, Direksi Teknik dapat meminta baja tersebut untuk diuji. c. Baja penulangan harus disediakan bersih dan bebas dari debu, lumpur, minyak, gemuk, atau karat. 2. Penulangan Anyaman Baja Anyaman baja untuk penggunaan sebagai penulangan beton harus dilas kawat baja pabrik sesuai denga AASHTO M 55 dan harus diadakan dalam lembar rata atau gulungan seperti yang diisyarakan oleh Direksi Teknik. 3. Penopang ( ganjal ) Penulangan Penopang ( ganjal ) yang digunakan untuk menahan penulangan di tempat, harus dibentuk dari batang kawat ringan atau dengan menggunakan blok beton pracetak (3x3 cm) dibuat dari adukan ( 1 : 2 ). Tidak ada jenis lain penopang akan diijinkan kecuali seijin Direksi Teknik. 4. Kawat Pengikat Penulangan Kawat pengikat yang digunakan untuk kawat pengikatan dan pengaman batang tulangan baja, harus kawat baja sesuai dengan PBI 1971 ( MI 2 ) dan disetujui disetujui direksi Teknik. Pelaksanaan Pekerjaan 1. Pabrikasi Baja Tulangan Batang tulangan baja harus dipotong dengan panjang yang dibengkokan secara hatihati menurut bentuk dan ukuran yang diperlukan. Batang tulangan mutu tinggi harus dibengkokan dua kali. Pemanasan batang tulangan harus dilarang, kecuali apabila disetujui oleh direksi Teknik, Dimana harus dipertahankan sampai kepada pemanasan minimum atau dilaksanakan dengan kemungkinan pemanasan yang paling rendah. Apabila jari-jari pembengkokan untuk batang tulangan tidak ditunjukkan di dalam gambar rencana, ini harus paling sedikit 5 kali diameter batang yang bersangkutan (untuk U 24 ) atau 6,5 kali diameter yang bersangkutan ( untuk mutu yang lebih tinggi). Kait dan bagel harus dibengkokan sesuai dengan PBI 1971 ( M.1 2 ). 2. Penempatan dan Pengikatan a. Penulangan harus dibersihkan secepatnya sebelum penggunaan, untuk mejamin kondisi pengikatan yang baik. b. Penulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan gambar dan petunjuk Direksi Teknik. Dalam keadaan apapun, penulangan dilarang terletak langsung di atas acuan. c. Batang baja penulanganharus diikat bersama dengan kokoh untuk menghindari perpindahan tempat selama penuangan dan penempatan beton. Pengelasan batang bersilang atau begel kepada baja tegangan utama tidak diijinkan. d. Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan PBI 1971 (M.1 2 ) dan diuraikan lebih lanjut di bawah ini : 1. Semua baja tulangan harus diletakkan dalam panjang sepenuhnya seperti dinyatakan dalam gambar. Penyambungan batang baja, kecuali apabila ditunjukkan lain pada gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan Direksi Teknik. Setiap penyambungan demikian yang disetujui harus selang seling sejauh mungkin dan ditempatkan pada titk tegangan tarik minimum. 2. Apabila sambungan bertinggi ( Lapped Splice ) disetujui panjang tonjolan harus 40 kali diameter dan batang-batang harus dilengkapi dengan kayu. 3. Pengelasan baja tulangan tidak diijinkan kecuali terinci pada gambar atau diijinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik. e. Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran mengahadap kedalam beton. f. Tulangan anyaman baja harus ditempatkan pada sepanjang yang dapat dilaksanakan, dengan penyambungan panjang bertindih selebar satu anyaman penuh. Anyaman harus dipotong untuk memasang sudut-sudut dan bukaanbukaan dan harus dihentikan pada sambungan-sambungan antara slab. Cara Pengukuran Pekerjaan 1. Jumlah baja tulangan yang harus diukur untuk pembayaran akan ditentukan sebagai jumlah kilogram selesai dipasang dan diterima oleh Direksi Teknik. Jumlah kilogram batang baja penulangan yang dipasang akan dihitung dengan total panjang yang sebenarnya dalam meter batang terpasang dikalikan berat satuan yang disetujui dalam kilogram tiap meter panjang batang. 2. Jumlah kilogram anyaman baja yang dilas terpasang harus dihitung dengan luas jumlah yang sebenarnya dalam meter persegi dikalikan dengansatuan berat yang disetujui dalam kilogram tiap meter persegi anyaman baja. 3. Berat satuan yang disetujui oleh Direksi Teknik harus berdasarkan kepada berat normal yang disediakan oleh pabrik pembuat baja. 4. Kawat ikat, jepit, pemisah dan penopang lain yang digunakan untuk penempatan dan pemasangan baja penulangan ditempat, tidak boleh dimasukkan dalam berat yang harus di bayar. 5. Penulangan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong pipa atau setiap konstruksi lainnya, yang mana dibuatkan penyediaan yang terpisah bagi pembayaran, tidak boleh diukur untuk pembayaran dalam bab ini. Dasar Pembayaran Volume yang ditentuklan sebagaimana diberikan di atas akan biyar persatuan pengukuran pada harga yang dimasukkan dalam Daftar Penawaran untuk item pembayaran yang diberikan di bawah, yang mana harga-harga dan pemayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk semua pekerjaan dan biaya yang diperlukan, termasuk pengadaan, pabrikasi, pemasangan dan pengujian, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berhubungan yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan yang memuaskan. Nomor Item Pembayaran URAIAN Satuan Pengukuran II.4.(1) Baja Tulangan Kilogram II.4.(2) Anyaman baja dengan las ( mutu anyaman harus disetujui ) Kilogram SALURAN TANAH BARU, TERBUKA A. Uraian Pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan saluran tanah baru yang mencapai garis, tingkat dan profil seperti yang ditunjukan pada Gambar Rencana. Pekerjaan tersebut juga meliputi setiap pemindahan lokasi atau penjagaan arus atau saluran irigasi yang ada yang terganggu selama pelaksanaan pekerjaan. 1. Toleransi Ukuran a. Alinyemen saluran yang jadi dan profil potongan melintang tidak boleh berubah dari yang ditentukan atau disetujui dari lebih dari 5 cm pada setiap titik. b. Ketinggian terakhir pada dasar saluran tidak boleh berubah lebih dari 2cm pada setiap titik, dan dasar saluran tersebut harus cukup halus serta rata untuk menjamin aliran air yang bebas tanpa terjadi empangan pada waktu aliran lambat. B. Pelaksanaan Pekerjaan 1. Penyiapan Lapangan Lokasi, panjang, arah dan kemiringan yang diperlukan dari saluran yang harus digali, beserta dengan semua lubang tangkapan dan kuala yang bersangkutan, harus diukur ( ditata ) di lapangan oleh kontraktor, sesuai dengan gambar-gambar rencana serta petunjuk-petunjuk lainya yang diberikan oleh Direksi Teknik. 2. Galian Saluran a. Galian untuk saluran, termasuk pembentukan, peningkatan dan perapihan tebing samping harus dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar rencana atau seperti petunjuk yang lain yang diberikan oleh Direksi Teknik di lapangan. b. Semua bahan-bahan dari galian harus dipindahkan dari lapangan ketempat pembuangan yang disetujui oleh Direksi Teknik. c. Garis profil akhir saluran harus diselesaikan serta setiap penyesuaian atau setiap perbaikan pekerjaan untuk membetulkan kerusakan-kerusakan atau penyimpangan-penyimpangan harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Direksi Teknik. 3. Jalan Air yang ada a. Arus atau kanal asli di sekitar tempat kerja kontrak ini tidak boleh diganggu tanpa mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik. b. Bahan-bahan yang mengendap di dalam arus atau di daerah kanal sebagai hasil dari pekerjaan-pekerjaan drainase harus disingkirkan bila pekerjaan tersebut telah diselesaikan atau pada satu waktu seperti yang dimintakan oleh Direksi Teknik. C. Cara Pengukuran Pekerjaan 1. Galian saluran tanah harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume tanah yang sebenarnya disingkirkan yang diperlukan untuk pekerjaan drainase. 2. Bila ditemukan atau digali batu-batu, batu tersebut harus diukur dan dibayar sebagai galian batu di bawah spesifikasi ini. D. Dasar Pembayaran Volume-volume yang diberikan seperti di atas akan dibayar atas dasar harga kontrak per satuan pengukuran bagi item pembayaran yang tercantum di bawah ini. Harga dan pembayaran tersebut merupakan konpensasi penuh untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kontrak termasuk pembersihan, galian pembentukan kembali dan penyelesaian saluran tanah serta kanal-kanal mencapai tingkat, garis dan profil akhir. Nomor Item Pembayaran URAIAN Satuan Pengukuran II.5.1 Galian Saluran dan Kanal Tanah Meter Kubik PASANGAN BATU DENGAN MORTAR A. Uraian Pekerjaan 1. Pekerjaan ini meliputi pasangan sisi dan dasar dari selokan serta saluran air dan pembuatan lantai golak ( apron ), lubang masuk dan struktur saluran lainnya dengan menggunakan pasangan batu dengan adukan semen yang dibangun diatas tanah dasar yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan yang memenuhi kriteria dan arah. Kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai yang diperintahkan Direksi Teknik. 2. Pekerjaan ini mencakup pembuatan lubang sulingan ( untuk drainase ), termasuk pengadaan dan pemasangan cetakan lubang sulingan atau pipa. 3. Apabila mutu dari batu dan cara pengerjaan baik, maka dapat dipakai sebagai pekerjaan pasangan batu untuk struktur dengan daya dukung yang lebih besar seperti gorong-gorong pelat, tembok kepala gorong-gorong dan tembok penahan tanah. 4. Untuk proyek yang memakai lapis pondasi semen, dapat dipakai batu bata untuk pekerjaan perkerasan asal batu bata tersebut cukup baik tetapi tidak boleh dipakai pada struktur penahan beban. B. Cara Pengukuran 1. Pasangan batu diukur dalam satuan meter kubik dari volume nominal pekerjaan yang diselesaikan dan diterima. 2. Besarnya volume diukur dari luas permukaan yang tampak dari pekerjaan yang diselesaikan dikalikan dengan tebal nominal lapisan, dimana tebal nominal lapisan adalah tebal minimum dari hal sebagai berikut : Tebal yang ditentukan atau yang disetujui oleh Direksi Teknik Tebal rata-rata yang sesungguhnya dipasang 15 cm 3. untuk pasangan batu yang bukan lapisan volume nominal yang dihitung adalah volume teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang yang telah ditentukan atau disetujui dalam gambar rencana. 4. Setiap material yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak dapat diperhitungkan atau dibayar. 5. Galian untuk selokan drainase yang harus diberi pasangan batu adukan tidak termasuk mata pembayaran ini. C. Dasar Pembayaran Volume pekerjaan yang disebutkan diatas akan dibayar berdasarkan harga kontrak per satuan pengukuran untuk masing-masing mata pembayaran seperti tercantum dalam harga penawaran. Harga dan pembayaran tersebut sudah meliputi biaya pengadaan dan pemasangan bahan, penyiapan formasi dan pondasi yang diperlukan untuk pembuatan lubang sulingan, menguras air, penimbunan kembali dan pekerjaan akhir serta biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan secara sempurna. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran II.6.1 Pekerjaan pasangan batu dengan mortar Meter Kubik PASANGAN BATU A. Uraian Pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur ( bangunan ) menggunakan batu muka pilihan yang disambungkan dalam adonan semen. Struktur demikian akan direncanakan sebagai bangunan penyangga untuk menahan beban yang datangnya dari luar serta akan meliputi tembok penahan tanah pasangan batu, gorong-gorong persegi, kepala goronggorong dan dinding sayap. 1. Toleransi Ukuran a. Wajah permukaan dari masing-masing batu muka tidak boleh berbeda terhadap profil permukaan rata-rata lebih dari 3 mm. b. Ukuran minimum batu adalah : - Tebal minimum = 15 cm - Lebar minimum = 1.5 x Tebal ( 22,5 cm ) - Panjang minimum = 1.5 x Lebar ( 33,75 cm ) c. Ukuran Batu Maksimum akan ditentukan oleh Direksi Teknik dengan memperhitungkan jenis, struktur, lokasi batu dalam struktur dan persyaratan umum untuk stabilitas dan saling mengunci. 2. Contoh a. Dua buah contoh yang menggambarkan masing-masing batu yang digunakan untuk pasangan batu, haru diserahkan kepada Direksi Teknik untuk mendapat persetujuan paling lambat 14 ( empat belas ) hari sebelum pekerjaan dimulai. b. Contoh bahan agregat halus yang digunakan untuk adonan semen, harus juga diserahkan kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan sesuai dengan spesifikasi teknik ini. 3. Kondisi Lapangan Pekerjaan a. Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi semua bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk membuang atau mengalirkan air, termasuk saluran-saluran sementara pengaliran lintasan air, menyediakan dinding Cut Off dan bendungan sementara ( kotak ). b. Pompa cadangan harus disiapkan oleh kontraktor ditempat pekerjaan selama pelaksanaan pekerjaan, sebagaimana dipertimbangkan Direksi Teknik. 4. Penjadwalan Pekerjaan a. Sebuah penjadwalan pekerjaan akan disediakan dan diikuti untuk menjamin bahwa jumlah pekerjaan penggalian dan persiapan telah dilaksanakan termasuk penyediaan adonan segar berdasrkan tingkat sebenarnya pelaksanaan pasangan batu. b. Penggalian terbuka akan dibatasi sejauh yang diperlukan untuk memberi kondisi yang baik dan kering pada waktu penggunaan pasangan batu. c. Parit-parit pemotong jalan akan dilakukan pelaksanaannya setengah lebar sedemikian hingga jalan tersebut dapat tetap terbuka untuk lalu lintas pada tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu, kecuali sebuah jalan pengalihan disediakan. 5. Perbaikan Pekerjaan yang tidak memuaskan a. Perbaikan batu yang tidak memenuhi toleransi ukuran harus diperbaiki sesuai dengan petunjuk Direksi. b. Kontraktor harus bertanggung jawab pada stabilitas yang normal dan struktur pasangan batu terselesaikan lengkap, serta harus mengganti setiap bagian yang dalam pendapat Direksi menjadi bahaya atau bergeser karena penanganan yang jelek atau kelalaian pihak Kontraktor. Akan tetapi Kontraktor tidak memikul tanggung jawab terhadap setiap kerusakan karena bencana alam seperti gempa bumi atau banjir bandang, asalkan bahwa pekerjaan yang rusak tersebut sebelumnya telah diterima sepenuhnya oleh Direksi. B. Bahan-bahan 1. Batu a. Batu yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak, dan harus memiliki satu daya tahan (awet). b. Batu-batu tersebut harus berbentuk datar, baji ataupun oval dan harus dapat dilapisi seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila dipasang bersama-sama dan memberikan satu profil permukaan di dalam batas-batas ukuran yang ditetapkan pada pada spesifikasi ini. 2. Adonan Adonan yang digunakan untuk pasangan batu harus campuran perbandingan satu bagian semen terhadap dua bagian agregat halus dengan kualitas dan campuran sebagaimana ditetapkan pada spesifikasi Adonan semen. 3. Drainase Porous Bahan-bahan berbutir yang disediakan untuk membentuk drainase porous dalam selimut filter, lapisan dasar dan lain-lain, harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada bab 2.7 Spesifikasi ini untuk Drainase Porous. 4. Beton Beton yang diperlukan sebagai pondasi atau lantai penutup sampai struktur pasangan batu harus disediakan sesuai dengan bab 7.1 Spesifikasi ini. C. Pelaksanaan Pekerjaan 5. Persiapan untuk Pasangan Batu a. Penggalian dan persiapan penyangga dan pondasi untuk struktur pasangan batu, harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan Bab 3.1 Galian. b. Pengaturan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sampai disetujui Direksi sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai. c. Kecuali ditetapkan atau ditunjukan lain dalam Gambar rencana, dasar pondasi dinding penahan harus dipotong dan dibuat tegak lurus kepada atau dalam tegak lurus bertangga terhadap permukaan dinding. Untuk struktur lainnya, dasar pondasi harus horizontal atau ( untuk tanah miring ) dalam bagian horisontal bertangga. d. Bahan lapisan dasar filter tembus air (permeable) dan selimut filter atau kantong filter harus disediakan bila ditetapkan atau diperintahkan Direksi sesuai dengan persyaratan Bab 2.7 Spesifikasi ini. 6. Pelaksanaan Basangan Batu a. Bilamana ditunjukan pada Gambar Rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik, dasar (penyangga) beton atau pondasi beton harus dipasang untuk pasangan batu sampai ketinggian dan ukuran yang diperlukan. b. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu untuk penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus juga dibasahi. c. Tebal alas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam batas-batas 2 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk menjamin bahwa semua rongga di antara batu yang dipasang telah diisi sepenuhnya. d. Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang diatas pondasi yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu-batu pada lapisan pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan bawah dan disudut-sudut. Hatus diperhatikan dan dihindari pengelompokan batu yang sama ukurannya. e. Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan permukaan menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan dinding yang sedang dibangun. f. Batu-batu harus dengan hati-hati dipasang untuk menghindarkan pergeseran atau gerakan batu yang sudah dipasang. Alat-alat yang mencukupi harus disediakan dimana perlu untuk menopang dan memasang batu-batu besar, berat dalam posisinya. Penggilasan atau memutar batu diatas pekerjaan batu yang sudah terpasang tidak diizikan. g. Pada umumnya banyaknya penyediaan adonan untuk dasaryang dipasang satu kali harus dibatasi sampai tingkat kemajuaan pemasangan batu sehingga batu-batu hanya dipasang di atas adonan segar. Jika sebuah batu dalam struktur menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu tersebut harus disingkirkan, dibersihkan dari adonan-adonan yang mengeras dan dipasang kembali dengan adonan segar. 7. Penyediaan Lubang Pelepasan dan Sambungan Muai a. Kecuali ditunjukan lain pada Gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi, lubang pelepasan harus disediakan dalam semua jenis dinding penahan. Lubang pelepasan tersebut dengan diameter sekitar 5 cm dan disusun baik secara horizontal maupun vertikal jarak 2 meter pusat ke pusat. b. Dinding penahan struktur panjang menerus akan dibangun dengan sambungan muai dengan interval maksimum 20 meter. Lebar penuh sambungan akan dibentuk dengan ketebalan sekitar 3 cm serta batu yang digunaka untuk membentuk permukaan sambungan harus dipilih sehigga memberikan garis tegak yang bersih untuk sambungan. c. Urugan kembali filter porous terpilih akan dipasang dan dipadatkan di belakang sambungan muai beserta lubang pelepasan, dengan tebal dan ukuran yang ditunjukan pada Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi. 8. Pasangan Batu Penyelesaian a. Sambungan permukaan antara batu-batu akan terselesaikan hampir rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak menutupi batu-batu selama pekerjaan berlangsung. b. Kecuali ditetapkan lain, permukaan puncak horisontal dari semua pasangan batu akan diselesaikan dengan tambahan lapisan aus atau adonan semen tebal 2 cm, dikulir sampai permukaan rata dengan kemiringan melintang yang akan menjamin perlindungan terhadap air hujan dan dengan ujung yang dibuat tumpul. Lapis aus tersebut akan dimasukan didalam ukuran khusus struktur. c. Segera setelah semua batu muka dipasang, dan sementara adonan masih segar, permukaan yang menonjol penuh dari struktur harus dibersihkan seluruhnya dari noda-noda adonan. d. Permukaan selesai akan dirawat mengeras sebagaimana diperlukan untuk pekerjaan beton dalam Spesifikasi ini. e. Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan sebagaimana ditetapkan, atau sebagaimana diperintahkan Direksi sesuai dengan persyaratan Spesifikasi yang relevan pada Bab 3.2. f. Talud dan bahu jalan disekitarnya akan dirapikan dan diselesaikan sehingga menjamin satu padanan halus yang kuat dengan pemasangan batu yang akan memungkinkan drainase tidak terhalang dan mencegah penggerusan pada ujungujung pekerjaan. D. Pengendalian Lapangan Pengendalian dan pemeriksanaan pekerjaan akan dilaksanakan setiap hari selama berlangsungnya pekerjaan untuk menjamin dipatuhinya persyaratan spesifikasi dengan perhatian khusus mengenai batas-batas toleransi, kondisi lapangan pekerjan dan penanganan. E. Cara Pengukuran 1. Pasangan batu akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume normal pekerjaan terselesaikan yang dapat diterima, dihitung sebagai volume theoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang melintang yang disetujui dan atau telah ditetapkan. 2. Setiap bahan terpasang yang melebihi volume theoritis yang disetujui tidak boleh diukur atau dibayar. 3. Galian untuk persiapan pondasi atau pemotongan talud untuk dinding penahan akan diukur untuk pembayaran sesuai dengan spesifikasi ini. 4. Bahan filter porous yang diperlukan untuk lapisan dasar atau urugan kembali atau dalam kantong-kantong filter akan diukur dan dibayar sebagai drainase porous sebagaimana telah diatur dalam sepesifikasi ini. Tidak ada pengukuran atau pembayaran tambahan akan dibuat untuk penyediaan atau pemasangan lubang pelepasan yang berbentuk pipa atau untuk suatu cetakan atau urugan kembali yang diperlukan. 5. Beton yang disediakan sebagai pondasi untuk pasangan batu atau untuk pembayaran di bawah bab ini, akan tetapi akan dimasukkan dalam harga satuan dan item pelaksanaan yang diperlukan dibawah item pembayaran untuk beton pada sesuai dengan spesifikasi ini. F. Dasar Pembayaran Volume yang ditentukan sebagaimana yang diberikan di atas akan dibayar pada harga kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Penawaran yang mana harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan bahan-bahan, Untuk semua persiapan formasi dan pondasi yang diperlukan, untuk pembuatan lubang pelepasan dan sambungan konstruksi pekerjaan tersebut, untuk urugan kembali dan penyelesaian serta untuk semua perkerjaan atau biaya-biaya yang lain yang diperlukan atau yang biasanya ada penyelesaian pekerjaan yang baik yang diuraikan sebelumnya dalam spesifikasi ini. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran II.6.2 Pasangan Batu Meter Kubik PASANGAN BATU KOSONG PERLINDUNGAN TEBING Uraian Pekerjaan a. Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan pasangan batu kosong sebagai pelindung batu terpasangan kering atau disiar sebagaimana ditetapkan dan dipasang beserta atau tanpa bahan sarigan butiran sebagai pendukung. b. Pasangan batu kosong akan diletakkan diatas tebing sungai, timbunan miring, galian miring dan permukaan tanah yang sejenis dimana diperlukan perlindungan terhadap penggerusan. 1. Toleransi Ukuran Batu untuk pasangan batu kosong harus memenuhi persyaratan terhadap ukuran dan berat : - Ukuran minimum = 25 cm - Berat minimum = 40 cm 2. Contoh Bahan a. Dua buah contoh yang menggambarkan batu pasangan batu kosong harus diserahkan kepada Direksi paling sedikit 14 ( empat belas ) hari sebelum pekerjaan dimulai bersama dengan rincian dari sumber pengadaan dan hasil data uji yang disesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kwalitas bahan sebagaimana diuraikan dalam spesifikasi ini. b. Bilamana bahan filter berbutir harus digunakan sebagai pendukung kepada pasangan batu kosong, contoh bahan filter harus disediakan pada waktu yang sama, bersma-sama dengan data uji untuk gradasi dan mutu yang menunjukkan kecocokannya terhadap persyaratan untuk bahan alas filter sebagaimana ditetapkan untuk drainase porous pada spesifikasi ini. Bahan-bahan 1. Batu a. Batu untuk pasangan batu kosong terdiri dari batu yang sedapat mungkin mendekati persegi, dan harus keras, awet dan tahan lama terhadap pelapukan tanpa lapisan-lapisan atau patahan-patahan dan cocok dalam dalam segala hal untuk tujuan yang dikehendaki. b. Ukuran minimum masing-masing batu harus disesuaikan sebagaimana diuraikan pada spesifikasi Toleransi Ukuran . Direksi dapat minta digunakan batu-batu ukuran lebih besar jika kecepatan sungai atau klecepatan arus tinggi dan melebihi 3 m/detik. c. Syarat-syarat mutu untuk pasangan batu kosong harus sesuai dengan tabel di bawah ini. Syarat-Syarat Mutu Untuk Pasangan Batu Kosong URAIAN REFERENSI TEST BATAS TEST AASHTO BINA MARGA Kehilangan berat karena abrasi ( 500 putaran ) T 96 PB0206-76 Maksimum 40% Berat jenis dann penyebaran air T 85 PB0206-76 Minimum 2.3 Maksimum 4% Kesempurnaan kekuatan dengan test sodium Sulfat T 104 - Kehilangan kurang dari 10% 2. Bahan Filter Bilamana diperlukan, pasangan batu kosong ditempatkan di atas satu lapisan filter untuk mecegah tanah halus dari tebing atau talud galian tercuci melewati ronggarongga pasangan batu kosong. Lapisan filter tersebut akan berupa bahan butiran porous mematuhi kepada pesyaratan pengawasan spesifikasi Drainase Porous kecuali dinyatakan lain, gradasi terpilih harus mematuhi kepada persyaratan gradasi yang diberikan pada bab ini. 3. Adonan Semen Bila diminta untuk grouting pasangan batu kosong, adonan semen harus digunakan,, terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian agregat halus dicampur air secukupnya untuk medapatkan kekentalan yang diperlukan sesuai dengan persyaratan pada spesifikasi ini. Pelaksanaan Pekerjaan 1. Penyiapan Lapangan a. Formasi atau dasar untuk pasangan batu kosong harus digali sampai kedalaman yang diperlukan yang ditetapkan atau yang diminta Direksi Tekniksesuai dengan spesifikasi Galian serta dipadatkan, dirapihkan dan dibentuk dengan baik. b. Bila ditempatkan di atas talud tebing, pasangan batu kosong tersebut harus berdiri di dalam satu parit kali yang digali di bawah kedalaman penggerusan atau semacam kedalaman lain yang diminta Direksi Teknik. 2. Penempatan Pasangan a. Kecuali dipasang membentuk satu bantaran rata, sebuah parit kaki harus disediakan di bawah talud pasangan batu kosong membentuk sebuah Cut Off (dinding penghalang aliran air di bawah tanah). Kaki ini harus dipasang pertama menggunakan batu-batu terbesar dipasang mencapai satu tebal pondasi tidak kurang dari 1.5 kali tebal rata-rata pasangan batu kosong dan dapat didirikan di bawah garis permukaan air. b. Batu-batu tersebut dipasang dengan tangan atau mesin dengan sambungan patahpatah tertutup, tertanam ke dalam talud. Setiap batu diletakkan dengan ukuran memanjang tegak lurus pada muka talud ( kecuali ukuran tersebut lebih besar dari tebal pasangan yang ditetapkan ) dalam sambungan yang rapat dengan batu disekitarnya. c. Tidak ada pembentukan batu yang diperlukan, dan pasangan batu kosong tersebut harus dipadatkan ketika pelaksanaan berlangsung untuk memberikan satu permukaan selesai yang rata dan kekar. Rongga-rongga diantara batu-batu harus ditutup dengan pecahan-pecahan batu dipukul masuk dengan keras. d. Kecuali ditetapkan dengan lain atau ditunjukkan dalam gambar rencana, pasangan batu kosong akan memiliki ketebalan minimum 1.5 kali ukuran minimum, disediakan untuk dua lapisan tumpang tindih. 3. Pemasangan Bahan Alas Filter Bila diperlukan sebagai lapisan alas filter di bawah pasangan batu kosong, bahan filter berbutiran harus dipasang sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknik ini. 4. Pasangan Batu Kosong yang Disiar a. Bila pasangan batu kosong disiar ditetapkan, batu-batu harus bersih dan dibasahi dengan air sebagaimana ditentukan dalam posisi sebagaimana diuraikan di atas. Rongga-rongga diantara batu-batu akan diisi dengan adonan semen sebelum ditutup dengan pecahan-pecahan, dan adonan yang cukup akan digunakan sampai semua rongga berisi penuh. b. Wajah permukaan pasangan batu kosong yang disiar dibiarkan nampak dan diselesaikan dengan penyapuan dari sapu yang kaku. c. Pasangan batu yang disiar dijaga agar tetap basah dan dirawat untuk jangka waktu paling sedikit 3 ( tiga ) hari. Pengendalian Mutu 1. Test Laboratorium Test kelulusan laboratrium bagi bahan-bahan yang digunakan sebagai pasangan batu kosong harus dilakukan oleh kontraktor yang sesuai dengan petunjuk dari Direksi Teknik untuk menentukan gradasi, ukuran dan syarat-syarat mutu sebagaimana diperlukan di bawah spesifikasi ini. 2. Pengendalian Lapangan Direksi dapat meminta kontraktor melaksanakan test lanjutan yang dipertimbangkan perlu, untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini. Cara Pengukuran Pekerjaan 1. Volume pasangan batu kosong yang diukur untuk pembayaran akan berupa jumlah meter kubik pasangan batu kosong selesai ditempat dan dapat diterima. Tebal nominal tebal yang telah ditetapkan dan ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Teknik. 2. Bahan alas filter porous yang diperlukan sebagai satu lapis pelindung di bawah pasangan batu kosong tersebut, akan diukur dan dibayar secara tersendiri sebagai drainase porous yang diatur dalam spesifikasi ini. Dasar Pembayaran Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, akan dibayar pada harga kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan ditunjukkan dalam daftar penawaran, yang mana harga-harganya pembayaran akan merupakan konpensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan-bahan meliputi semua galian, persiapan, urugan kembali, tenaga, peralatan, pengujian dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang memuaskan sebagaimana diuraikan sebelumnya dalam gambar rencana dan spesifikasi ini. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran II.6.3.a Pasangan batu kosong dengan siar Meter kubik II.6.3.b Pasangan batu kosong tanpa siar Meter kubik PEKERJAAN SIARAN A. Uraian Pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan siaran ( adonan ) semen untuk digunakan dalam pasangan batu, pekerjaan drainase, pekerjaan beton dan struktur lainnya yang diperlukan dalam spesifikasi ini. 1. Syarat-syarat Pemakaian Adonan semen harus digunakan sesuai dengan toleransi, batasan cuaca dan penjadwalan pekerjaan yang tepat terhadap bagian-bagian yang pokok dari spesifikasi ini. 2. Contoh Bahan a. Dua contoh Agregat halus yang digunakan dalam adonan semen harus diserahkan kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan selama paling sedikit 14 hari sebelum pekerjaan dimulai bersama-sama dengan rincian sumber pengadaan dan hasil-hasil data uji yang sesuai dengan persyaratan untuk gradasi dan syaratsyarat mutu yang diberikan dalam spesifikasi ini, atau seperti yang yang ditunjukkan lebih lanjut oleh Direksi Teknik. b. Tidak ada perubahan dalam sumber pengadaan atau kwalitas agregat halus akan dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Teknik, dan setiap perubahan demikian harus disertai dengan penyerahan contoh-contoh bahan dan laporan pengujian untuk pemeriksaan dan persetujuan lebih lanjut seperti di atas. 3. Bahan-bahan a. Semen Semen yang digunakan untuk adonan campuran semen harus sesuai dedngan persyaratan AASHTO M85 Type I. Semen Porland biasa akan dipakai kecuali dinyatakan lain dalam Daftar Penawaran atau diperintahkan di lapangan oleh Direksi Teknik. b. Agregat Halus untuk Adonan i. Agregat halus terdiri dari pasir alam bersih ( kalau perlu dicuci sebelum digunakan). Bagian halus dari batu atau kerikil pecah, dan harus mematuhi batas-batas gradasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.. Persyaratan Gradasi Agregat Halus Ukuran Saringan mm Presentasi Lolos Atas Berat Ukuran Maksimum Nominal Catatan 9.5 mm 4.75 mm 9.5 100 - Gradasi yang lebih kasar kan digunakan untuk adonan pengisi rongga yang besar dan untuk sambungan lebih tebal dari 13 mm 4.75 95-100 100 2.36 - 95-100 1.18 45-80 - 0.30 10-30 - 0.15 2-10 Max 25 0.075 - Max 10 ii. Syarat-sayarat kwalitas untuk agregat halus diberikan pada tabel di bawah ini. Direksi Teknik akan menentukan syarat-syarat ini sampai seluas yang diperlukan untuk jenis khusus dan lokasi pekerjaan. Syarat-syarat Kwalitas Agregat Halus Uraian TEST AASHTO Batas Test Kekeruhan organis dalam pasir ( Test Sodium Hydroxide ) T 21 Melewati harga standar warna ( kuning gading ) Kekerasan agregat ( Test Sodium Hydroxide ) T104 Kehilangan tidak lebih dari 10% atas berat Persen gumpalan lempung dari Partikel Serpih T112 Maksimum 1% atas berat c. Kapur Hidrasi i. Kapur hidrasi harus diperoleh dari sumber pengadaan yang disetujui dan memenuhi persyaratan standar konstruksi PBI N.I-7 ( syarat-syarat untuk kapur bangunan ) ii. Bila diminta demikian oleh Direksi Teknik, sebuah test kekuatan kapur hidrasi dengan pasir adalah 1 : 3 akan memberikan kekuatan hancur 15 kg/cm2 sesudah 7 ( tujuh ) hari. d. Air Air yang digunakan untuk campuran adonan semen harus bersih dan bebas dari benda organik atau kotoran-kotoran lain yang membahayakan campuran. 4. Campuran Adonan harus sebanding dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Adonan semen yang digunakan untuk penyelesaian atau perbaikan cacat-cacat dalam pekerjaan beton dan untuk penyambungan pipa-pipa beton, sebagaimana diperlukan di bawah bagian yang relevan dari spesfikasi ini terdiri dari semen dan agregat halus campur dalam perbandingan satu bagian semen terhadap dua bagian agregat halus atas volume. Sejumlah air yang cukup harus ditambah untuk memungkinkan penggunaan campuran tersebut dengan satu ratio maksimum air/ semen sekitar 0.65 dan adonan tersebut akan melebihi kekuatan desak yang memenuhi persyaratan beton. b. Adonan yang digunakan untuk menahan ( memasang ) dan menyambung pasangan batu, terdiri dari satu bagian semen terhadap tiga bagian agregat halus, kepada siapa kapur hidrasi dapat ditembahkan dalam satu jumlah yang sama dengan 10% volume semen. Sejumlah air yang cukup harus ditambahkan untuk memberikan campuran yang dapat ditangani dan bila diuji adonan tersebut akan memiliki kekuatan desak tidak kurang dari 50 kg/cm2 pada 28 ( dua puluh delapan ) hari. 5. Pencampuran a. Agregat dan semen harus diukur dan dicampur kering dalam mixer ( pencampur) beton, atau dengan tangan diatas dasar yang cocok sampai dihasilkan satu campuran yang warnanya merata. Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk campuran yang baik dan campuran berlanjut selama 5 10 menit sampai didapatkan satu adonan dari kekentalan yang diminta. b. Adonan harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk pemakian segera dan tambahan dapat diberikan (di dalam jangka waktu 30 menit dari waktu campuran) bila diminta demikian untuk mempertahankan satu campuran yang mudah ditangani. Akan tetapi adonan yang tidak digunkan dalam waktu 45 menit sesudah pencampuran harus dibuang. 6. Penempatan ( pemasangan ) a. Permukaan yang menerima adonan harus dibersihkan dari setiap bahan lepas, lumpur atau benda-benda lain yang harus dibuang dan kemudian dibasahi dengan air sebelum adonan tersebut ditempatkan. b. Bilamana digunakan sebagai permukaan selesai, adonan tersebut harus dipasang di atas permukaan yang basah dan bersih dari ketebalan yang cukup untuk menyediakan satu lapisan pelindung permukaan setebal 1,5 cm dan harus dikulir sampai satu permukaan yang halus dan rata. B. Pengendalian Mutu 1. Test Laboratorium Test laboratorium yang dapat diterima untuk agregat halus harus dilaksanakan oleh kontraktor sesuai dengan pertunjuk Direksi Teknik untuk menentukan gradasi dan kondisi mutu sebagaimana ditentukan dibawah spesifikasi ini. 2. Pengendalian Lapangan Direksi Teknik dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan suatu test lanjutan di lapangan yang dipandang perlu untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini. C. Pengukuran dan Dasar Pembayaran Adonan semen tidak boleh diukur untuk pembayaran terpisah. Pekerjaan tersebut akan dianggap berkaitan dengan berbagai item pekerjaan lainnya yang diuraikan sebelumnya dalam spesifikasi ini, dan biaya untuk membuat serta menempatkan adonan semen akan dimasukkan dalam item pembayaran yang dimasukkan pada item masing-masing pekerjaan yang lain disini. Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran II.6.4 Pek. Siaran Meter persegi ARMCO UMUM Pada dasarnya pemilihan struktur harus memenuhi syarat mutlak yaitu mampu menyalurkan debit air rencana, disamping tipe struktur tersebut harus sesuai dengan kondisi dilapangan dimana konstruksi akan dibangun. Persyaratan lain yang perlu dipenuhi adalah tinggi timbunan maksimum/ minimum yang diijinkan untuk masing-masing tipe Pipa Baja Bergelombang, sehingga penyebaran beban mampu ditahan struktur dan penyebaran merata pada tanah dasar.
KAPASITAS DEBIT MAKSIMUM Salah satu rumus untuk menghitung kapasitas debit air yang akan dialirkan adalah dengan menggunakan rumus Manning :
Q = 1/u x R (2/3) x S ( ) x Luas Penampang memanjang Dimana : n = Kooefisien Kekasaran Manning R = Jari-jari Hidrolis ( m ) = Luas / Keliling dari Penampang Basah s = Kemiringan Saluran ( m/m ) A = Luas Penampang Basah ( m2 ) Untuk Corrugated Metal Pipe, Nilai n dapat diambil sebagai berikut : 0.017 0.019 untuk Tipe Dua Tangkup 0.020 0.024 untuk Tipe Multi Plate
KESESUAIAN DENGAN KONDISI LAPANGAN Kondisi Tanah Dasar Pada kondisi tanah lembek, struktur Pipa Baja Bergelombang dengan lebar dasar yang besar biasanya lebih disukai, mengingat dasar strukturnya yang berfungsi sebagai pondasi akan lebih luas. Dalam hal ini Tipe Multi Plate Pipe Arch atau Multi Plate Underpass merupakan pilihan yang paling tepat. Pada sungai yang dalam, pemakian Tipe Multi Plate Arch dapat dipertimbangkan dengan menggunakan konstruksi pondasi. Mengenai bagaimana perlakuan terhadap masing-masing jenis tanah dasar sebagai persiapan pondasi untuk struktur Baja Gelombang akan dibahas pada bab berikutnya mengenai persiapan pondasi. Timbunan Minimum Walaupun sudah memenuhi syarat debit maksimum, setiap tipe dan ukuran harus sesuai dengan keadaan lapangan. Salah satunya adalah terpenuhinya syarat timbunan minimum/ maksimum dari setiap struktur terpilih. Tipe pilihan utama biasanya adalah tipe struktur berbentuk lingkaran, namun apabila kondisi tidak memungkinkan serta apabila ditinjau dari segi persyaratan, kenyamanan, biaya ataupun hal-hal lainnya, timbunan memang tidak tepat untuk ditinggikan lagi, maka pilihan kedua biasanya adalah mencoba dengan menggunakan lebih banyak struktur (misalnya dari satu pipa dipecah menjadi dua) atau mencoba menggunakan tipe-tipe struktur lain seperti Multy Plate Pipe Arches, Multy Plate Underpas, serta Multy Plate Arches. Batas Timbunan Yang Diijinkan Untuk Tipe Multy Plate Arch Dengan Pembebanan Hidup Jalan Raya Span mm Timbunan Minimum Tebal Plat ( mm ) 3.0 4.0 Sepuluh baut per meter Timbunan Maksimum 1850 0.6 12.0 + + 2280 0.6 9.5 + + 2540 0.6 9.0 + + 2890 0.6 8.0 + + 3280 0.6 6.5 + + 3430 0.6 6.5 + + 3700 0.6 6.0 + + 4100 0.7 4.0 + + 4390 0.7 4.0 + + 4580 0.8 6.0 + + 4890 0.8 6.0 + + 5070 0.8 5.0 + + 5340 0.9 4.0 + + 5620 0.9 + + + 5930 1.0 + + + 6350 1.1 + 3.5 Catatan : + tidak memenuhi persyaratan 1) faktor keamanan pada seant strength = 2.0 2) timbunan maximum tidak bertambah dengan menggunakan plat yang lebih tebal dari 3.0 mm karena tekanan sudut tumpuan /sudut sisi bawah adalah parameter pembatas dari pembebanan. Batas Timbunan yang Diijinkan untuk Tipe Multy Plate Arch dengan Pembebanan Hidup Jalan Raya Span Timbunan Minimum Tebal Plat (mm ) 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 10 Baut per Meter Timbunan Maksimum 2000 0.6 12.5 16.5 20.5 25.0 29.0 2500 0.6 9.5 13.0 16.5 20.0 23.5 3000 0.6 8.0 11.0 14.0 16.5 19.5 3500 0.6 7.0 9.5 12.0 14.0 16.5 4000 0.7 6.0 8.0 10.5 12.5 14.5 4500 0.8 5.5 7.0 9.0 11.0 13.0 5000 0.8 3.5 6.5 8.0 10.0 11.5 5500 0.9 3.5 5.0 7.5 9.0 10.5 6000 1.0 + 4.0 5.5 8.0 9.5 6500 1.1 + 3.5 5.0 6.0 8.5 7000 1.2 + + 4.0 5.5 6.5 7500 1.3 + + + 4.5 5.5 8000 1.3 + + + 4.0 5.0 8500 1.4 + + + + 4.0 Catatan : + tidak memenuhi persyaratan 1) faktor keamanan pada seant strength = 2.0 2) timbunan maximum tidak bertambah dengan menggunakan plat 7 mm dengan 15 atau 20 baut per meter. PETUNJUK PEMASANGAN UMUM Pekerjaan konstruksi struktur pipa baja bergelombang sangat sederhana, baik dalam perakitan maupun dalam penimbunannya. Hal yang paling penting adalah tersedianya bahan berbutir seperti sirtu atau bahan lain yang diijinkan sebagai bahan pondasi jalan (tanah merah) untuk bahan pondasi maupun pengurugan. Bahan ini harus dipasang dan dipadatkan tahap demi tahap. PENGGALIAN Galian dibuat sesempit mungkin, tetapi cukup untuk mengerjakan pemadatan timbunan, minimum 60 cm lebih besar dari lebar struktur. Dinding samping galian sebaiknya tegak lurus dan lebih tinggi dari puncak pipa Letak dasar struktur harus disamakan dengan dasar galian PERSIAPAN PONDASI Bahan pondasi harus menggunakan sirtu yang dipadatkan, dengan ketebalan minimum 20 cm tergantung pada kondisi di lapangan. Minimum seperempat dari sekeliling pipa bertumpu pada sirtu padat tersebut. Untuk tanah dasar pondasi yang tidak merata yang terdiri dari tipe tanah lembek dan tanah keras, harus dibuat seragam dengan cara menggali dan menggantinya dengan bahan berbutir baik. Untuk tanah dasar pondasi yang lembek dan tidak stabil, maka pondasi harus digali di bawah aliran, baru disisikan dengan sirtu padat. Kedalaman pondasi agar disesuaikan supaya dipadatkan pondasi yang baik dan stabil. Lebar pondasi minimal 2 kali lebar pipa. Untuk tanah dasar berlumpur harus digunakan geotextile/ tikar ijuk serta cerucuk bambu. Untuk tanah dasar berbatu pondasi harus digali minimum 20 cm di bawah aliran, lalu diisikan sirtu padat. Lebar pondasi harus cukup. Sehingga tidak memungkinkan struktur berada diluar pondasi pada saat pengerjaan timbunan. PERAKITAN PIPA BAJA BERGELOMBANG Susunan pemasangan pelat Struktur Tipe Dua Tangkup ( Nestabel Flange E100 M ) Pemasangan harus berupa susunan batu bata ( selang seling ) untuk menghindari garis kritis. Pada ujung struktur diletakkan pelat ujung berupa pelat tangkup 25 cm dan 75 cm pada ujung-ujung yang berlawanan. Susunan Pemasangan Pelat Struktur Multy Plate Pemasangan juga harus berupa susunan batu bata, sehingga tidak terjadi garis kritis dan tidak ada satupun baut yang digunakan utnuk menyambung empat pelat. Pasang dahulu beberapa pelat yang terletak pada bagian paling bawah dari struktur. Setelah pelat-pelat tersebut dipasang. Lanjutkan dengan pelat-pelat yang terletak pada kedua sisinya. Bagian paling ujung dari struktur agar segera dirakit hingga mencapai lingkaran penuh, setelah itu perpanjang lagi pemasangan pelat-pelat yang paling bawah dan dalam waktu yang bersamaan, lingkaran penuh yang sudah dimulai dari bagian ujung tadi dilanjutkan terus mengikuti pertambahan panjang pelat-pelat yang paling bawah. Untuk membuat lingkaran penuh, pelat yang terakhir terpasang haruslah pelat yang paling atas. Pertama kali, sambungan antara pelat dengan pelat lainnya hanya menggunakan 2 atau 3 baut saja dan jangan dikencangkan terlebih dahulu. Apabila sudah dirakit menjadi satu lingkaran penuh, baru sisa-sisa dari masing-masing dari pelat dapat dipasang dan dikencangkan. Pengecualian adalah pada sambungan pelatpelat yang paling bawah, dimana setelah tersambung satu sama lain maka baut-bautnya dapat langsung dipasang dan dikencangkan semua. Pemasangan pelat-pelat dapat dilakukan dengan tenaga orang asal menggunakan alat bantu katrol kaki tiga. PENIMBUNAN KEMBALI Pemilihan Bahan Digunakan bahan berbutir, dengan persyaratan batu kerikil terbesar kurang dari 75 mm dan butiran yang lebih kecil dari 75 mikron kurang dari 8% - 10%. Bahan berbutir dengan kandungan lempung 20% harus dianggap sebagai lempung dan perlu perhatian khusus pada saat pengerjaan. Batuan dan gumpalan keras harus lebih dari 75 mm tidak diperbolehkan. Pemakaian sabut, akar-akar, alang-alang, sampah serta tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 8% tidak diperbolehkan. Metoda Umum Penimbunan Kembali Penyebaran bahan timbunan dan pengerjaan pemadatan dengan menggunakan alat berjalan harus bekerja sejajar struktur dan tidak boleh melintangi struktur. Pemadatan harus dikerjakan secara bersamaan dan juga harus selalu sama tinggi pada kedua sisi struktur untuk menghindari terjadinya puntir ( rolling ) pada struktur. Pemadatan dilakukan lapis per lapis setiap 15 cm padat per lapisannya. Untuk struktur berbentuk pipa, baik bulat maupun tidak bulat, pemadatan langsung dimulai pada kedua sisi seluruhnya. Sedangkan untuk struktur berbentuk busur ( Multy Plate Pipe Arch ), pemadatan harus dimulai pada sekeliling struktur, lapis perlapis sampai dengan ketebalan 60 50 cm, baru dilanjutkan pada kedua sisinya. Pemadatan pada lapisan-lapisan yang dekat dengan struktur baik yang langsung mengenai struktur maupun yang tidak harus dilakukan dengan alat pemadat ringan. Harus dihindari terjadinya pemuncakkan/ peninggian ( peaking ). Dimana struktur berubah bentuk menjadi lebih tinggi dengan akibat berkurangnya lebar struktur peaking terjadi karena tekanan yang berlebihan pada kedua sisi struktur. Alat pemadat yang berupa mesin berjalan tidak boleh berada lebih dekat dari jarak 90cm dari struktur. Pemadatan bahan-bahan pengisi pada tepi-tepi bagian bawah pipa dilaksanakan dengan menggunakan sekop untuk memasukkan bahan timbunan ke bagian bawah struktur tersebut, dan menggunakan pemadat tangan berupa tongkag kayu dengan papan berukuran 5 cm x 10 cm pada ujungnya. Padatkan kuat-kuat, dan bila perlu dapat dijalankan dengan alat pemadat tekanan udara atau stemper. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran II.6.5 Pasangan Armco Kg GORONG-GORONG PIPA BETON A. Uraian Pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari perbaikan, perpanjangan, penggantian atau pembangunan baru gorong-gorong pipa beton bertulang atau tanpa tulang, termasuk tembok kepala, bangunan in let ( masuk ) dan Out let ( pelepasan ) serta pekerjaan-pekerjaan pelindung yang berkaitan dengan gerusan, semuanya sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi. 1. Pengaturan di Lapangan dan Lokasi Pekerjaan a. Gorong-gorong baru yang ditempatkan di lapangan ditunjukkan pada gambargambar rencana. Lokasi ketinggian dan final akan diputuskan oleh Direksi Teknik di lapangan dan kontraktor harus melakukan suatu pekerjaan survei tambahan, untuk menentukan persyaratan gorong-gorong mengenai ketinggian dan garis batas. b. Pekerjaan perbaikan gorong-gorong harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal pekerjaan yang ditunjukkan dalam dokumen kontrak, termasuk suatu pekerjaan perbaikan tambahan yang mungkin ditemukan di lapangan selama pekerjaan rehabilitasi drainase. 2. Contoh-Contoh a. Contoh bahan-bahan yang dipergunakan, termasuk agregat beton, pasir beton, penulangan beton, cetakan pipa beton, harus diperiksa dan mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik sebelum pekerjaan dimulai. b. Contoh pipa beton bertulang harus diserahkan untuk pemeriksaan dan pengujian sebagaimana diperlukan, dan harus diterima sebelum digunakan di lapangan. 3. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan Setiap pekerjaan yang tidak menunjukkan ketidak teraturan atau cacat-cacat karena jeleknya penanganan atau gagalnya kontraktor untuk memenuhi persyaratan spesifikasi, harus dibetulkan dengan perbaikan atau penggantian atas biaya kontraktor. B. Bahan-bahan 1. Pipa Beton a. Semua pipa-pipa beton harus pracetak dan didapat dari suatu pabrik yang disetujui, terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik untuk pencetakan di lapangan. b. Pipa beton bertulang/ tidak bertulang secara umum harus memenuhi spesifikasi AASHTO No.M170 dan disesuaikan dengan gambar-gambar standar. c. Pipa-pipa beton beton tak bertulang secara umum harus memenuhi spesifikasi AASHTO No.M86 ( Tabel 1A ) dan disesuaikan dengan gambar-gambar rencana. Pipa beton tak bertulang harus dibatasi sampai satu diameter dalam maksimum 30cm. d. Atas dasar persetujuan Direksi Teknik kontraktor dapat mencetak pipa beton tidak bertulang di lapangan yang konstruksinya harus sepenuhnya sesuai dengan spesifikasi ini serta dengan pipa dari baja yang harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi Teknik sebelum dipergunakan. 2. Pasangan Batu Bahan-bahan batu yang digunakan untuk dinding dan kepala gorong-gorong serta struktur tumpuan beban harus memenuhi persyaratan umum untuk pasangan batu. Kwalitas batu harus mendapatkan persetujuan sebelum digunakan di lapangan. 3. Bahan Alas Bahan-bahan berbutir untuk alas atau untuk pengurugan kembali gorong-gorong pipa dan struktur lainnya terdiri dari kerikil dan pasir bergradasi yang memenuhi persyaratan. 4. Urugan Kembali Bahan bagunan yang dipergunakan untuk mengurug kembali sekeliling pipa dan di belakang dinding kepala harus memenuhi persyaratan. C. Pelaksanaan Pekerjaan 1. Penyiapan Lapangan a. Galian dalam penyiapan parit-parit serta pondasi untuk gorong-gorong pipa dan dinding kepala harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang diberikan dalam spesifikasi ini. b. Bahan-bahan alas untuk pipa gorong-gorong harus ditempatkan sesuai dengan persyaratan. 2. Pemasangan Pipa Gorong-Gorong a. Pipa gorong tersebut harus diletakkan secara hati-hati, dengan ujung alur diangkat dan ujung lidah sepenuhnya masuk ke dalam alur yang bersangkutan dan tepat dengan garis dan kemiringan yang diperlukan. b. Sebelum pipa bagian berikutnya diletakkan separuh bagian lidah masing-masing bagian berikutnya harus diplester dipermukaan bagian dalam dengan adukan semen dengan ketebalan yang cukup untuk menyatukan permukaan dalam pipa yang berbatasan tepat dan rata. Pada saat yang sama separuh bagian atas lidah dari pipa berikutnya harus diplester sama dengan adukan. 3. Penempatan Urugan Kembali dan Pemadatan a. Urugan kembali dan pemadatan di sekeliling dan di atas gorong-gorong harus dilaksanakan sebagaimana ditentukan secara rinci, menggunakan bahan-bahan terpilih yang disetujui. Bahan-bahan tersebut harus terdiri dari tanah atau kerikil, bebas dari gumpalan lempung dan benda tumbuh-tumbuhan serta batu-batu yang tidak tertahan pada saringan 25 mm. b. Urugan tersebut diambil dengan ketebalan minimum 0.50 m diatas puncak pipa dan kecuali dalam parit, untuk satu jarak minimum satu setengah diameter dari sumbu pipa pada kedua sisi. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin bahwa urugan kembali di bawah hingga pipa dipadatkan dengan baik. c. Alat pemadatan tanah yang berat tidak boleh beroperasi lebih dekat dari 1.50 m kepada gorong-gorong tersebut telah selesai ditutup setebal paling sedikit 60 cm di atas bagian paling atas pipa. Alat pemadatan ringan boleh dioperasikan di dalam batas-batas di atas, asalkan urugan kembali tersebut telah ditempatkan dan dipadatkan dan memberi penutup minimum 30 cm diatas puncak pipa. Walaupun demikian kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaiki setiap kerusakan akibat dari operasi tersebut. 4. Dinding Kepala Gorong-Gorong yang ada Kecuali secara lain ditunjukkan pada gambar rencana, lapis lindung limpahan dan bangunan pelindung gerusan yang berkaitaan dengan bangunan gorong-gorong yang tidak diperlukan untuk memikul beban struktural yang berat, harus dibangun dengan pasangan batu. Kepala gorong-gorong dan dinding sayap harus dibangun menggunakan pasangan batu plesteran. D. Cara Pengukuran Pekerjaan 1. Volume-volume yang harus diukur untuk pembayaran gorong-gorong pipa, berupa jumlah meter panjang pipa baru yang dipasang atau diperpanjang, diukur dari ujung ke ujung pipa. 2. Dinding kepala dan dinding sayap serta struktur lainnya yang berkaitan yang dibangun dengan pasangan batu atau beton akan diukur ututk pembayaran dalam meter kubik pekerjaan yang selesai dan diterima sesuai dengan item-item pembayaran secara terpisah yang termasuk dalam sertifikasi ini. 3. Penyediaan untuk galian batu akan dibuatkan di bawah item pembayaran terpisah. 4. Penyediaan untuk bahan alas berbutir atau bahan filler harus dibuat di bawah item pembayaran yang terpisah. E. Dasar Pembayaran Volume gorong-gorong pipa yang diukur sebagaimana yang diberikan di atas pada harga kontrak persatuan pengukuran yang bersangkutan bagi masing-masing item pembayaran yang tercantum di bawah dan ditunjukkan dalam daftar penawaran. Harga-harga dan pembayaran ini akan merupakan konpensasi penuh bagi pengadaan dan pemasangan semua bahan-bahan dan untuk galian serta dan pembuangan bahan-bahan, pemadatan, pekerjaan, acuan, urugan kembali, lubang pelepasan dan semua biaya-biaya lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang baik untuk diuraikan dalam spesifikai ini. Nomor Item Pembayaran URAIAN Satuan Pengukuran II.6.6 Gorong-Gorong Pipa Beton 1. Diameter dalam, 60 cm 2. Diameter dalam, 80 cm 3. Diameter dalam, 100 cm 4. Diameter dalam, 120 cm meter panjang meter panjang meter panjang meter panjang II.7.PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN 7.1 Pada umumnya plesteran pada bangunan air dipakai campuran 1 : 3 dilaksanakan pada bagian atas pasangan batu kali, trap, sisi tegak pasangan batukali dan ban lining/turap, 7.2 Plesteran harus rata, tidak bergelombang dengan ketebal rata-rata 1,5 cm. 7.3 Plesteran harus didiamkan selama 1 minggu, baru boleh diaci pada waktu akan diaci, plesteran harus dicuci dan dibasahi supaya betul-betul bisa menempel dengan baik dan daya ikatnya kuat. 7.4 Pada pek pasangan loneng yang diplester dan diaci maka acian baru boleh diplamur setelah acian berumur 2 minggu atau 10 hari dan setelah diplamur lalu diamplas dan seterusnya dicat dengan cat tembok sampai 3 (Tiga) kali atau sampai kelihatannya rata benar. II.8.PEKERJAAN SULINGAN 8.1 Tujuan pekerjaan sulingan adalah meneruskan resapan air tanah di belakang turap/lining ke bagian muka turap/lining. 8.2 Sulingan harus menggunakan pipa PVC Dia 2 yang dipasang melintang pada potongan melintang bangunan turap/lining dengan kemiringan 22 terhadap garis vertikal 8.3 Sulingan dipasang bersilang dengan jarak vertikal antara pipa sulingan 1 meter dan jarak horizontal 0,5 meter (lihat gambar berikut) 8.4 Di bagian ujung pipa sulingan yang tertanam tanah/tanah urug/urugan sirtu harus dipasang ijuk atau sabut sedemikian rupa pipa sulingan tidak tertutup oleh tanah dan air resapan masih dapat mengalir melalui pipa sulingan II.9.PEKERJAAN RAILING DAN LONENGAN Pekerjaan lonengan pada saluran irigasi dibedakan atas: 9.1 Lonengan batukali dibuat sebagaimana pasangan batukali pada umumnya yang kemudian diplester, diaci dan dicat. Ukuran loneng batukali disesuaikan dengan gambar rencana. 9.2 Lonengan beton, lonengan dibuat sebagaimana pembuatan kolom beton dengan baja tulangan diameter 10 mm. Bagian bawah loneng dihubungkan dengan sloof beton dengan baja tulangan yang sama dengan baja tulangan lonengan. Baik ukuran loneng dan ukuran sloof lonengan harus mengikuti dimensi yang ditunjukkan dalam gambar rencana. 9.3 Railing yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah railing yang terbuat dari pipa galvanis dengan diameter 3. Railing pipa galvanis ini dipasang berkedudukan pada lonengan beton. 9.4 Penyelesaian atas pekerjaan railing dan lonengan adalah pengecatan dengan cat minyak 2 x pengecatan sehingga diperoleh hasil yang baik dan rata. II.10.PEKERJAAN BRONJONG 10.1 Bronjong Kawat: Bahan yang dipakai kawat dengan Diameter 4 mm cukup kuat dan masih mudah dianyam dengan tangan dan kuat menahan batu-batu. 10.2 Bronjong Kawat: harus tahan lama (minimal 10 th), harus fleksibel, bisa meneruskan tekanan air dan daya gerus air serta mudah dikerjakan oleh tenaga terlatih dalam waktu yang relatif singkat. 10.3 Pengisian Bronjong Kawat menggunakan batu kali atau batu pecah dengan diameter 15 cm 20 cm. 10.4 Mata anyaman kawat bronjong berbentuk segi-6 atau segi-4 dibuat sedemikian rupa sehingga lingkaran dalam lubang tidak lebih besar dari ukuran rata-rata batu yang akan dipergunakan dan pada umumnya diameter lingkaran ini adalah 13 cm. 10.5 Pemasangan bronjong pada tanah yang tidak stabil harus didahului dengan pamasangan cerucuk, tidak boleh dipasang tegak lurus, namun berjenjang seperti tangga, 10.6 Ukuran bronjong pada umumnya adalah p=3m x l=1m x t=0,5m, akan tetapi ukuran panjang p boleh bervariasi 2m, 2,5m atau 3m. Ukuran ini disesuaikan dengan lokasi penempatan bronjong. II.11. PEKERJAAN URUGAN DAN TANGGUL TANAH PILIHAN DIPADATKAN 11.1 Urugan tanah pilihan harus menggunakan tanah yang benar-benar dipilih dan bilamana perlu didatangkan dari lokasi lain apabila di sekitar kegiatan tidak ada tanah yang memenuhi persyaratan sebagai tanah urugan. 11.2 Yang dimaksud dengan tanah pilihan adalah tanah yang bisa dipadatkan dengan peralatan sederhana (stamper tangan) mencapai kepadatan minimal 90%. Dimana pada kepadatan 90% CBR-nya mencapai 5%. 11.3 Material tanah pilihan harus bebas dari lumpur, humus, plastik dan zat organik lainnya. 11.4 Cara pemadatan urugan dan tanggul tanah pilihan dalah lapis demi lapis dimana setiap lapisnya adalah setebal 20cm. II.12.PEKERJAAN URUGAN SIRTU 12.1 Sirtu yang digunakan sebagai material urugan haruslah sirtu yang bersih dari tanah dan lumpur, mudah dipadatkan dengan menggunakan alat sederhana. Dengan pemadatan sederhana (menggunakan stemper tangan) dan penyiraman sirtu yang digunakan sebagai material urugan akan dengan sendirinya saling mengunci antar kombinasi diameter butiran sirtu. 12.2 Kepadatan minimal pada urugan sirtu dengan menggunakan alat sederhana harus mencapai 60%, dimana pada kepadatan tersebut CBR-nya mencapai 6%. II.13.PEKERJAAN PENANAMAN (LEMPENG) RUMPUT 13.1 Penanaman rumput harus dilakukan di atas lapis tanah yang disuburkan. Lapis tanah yang disuburkan tersebut minimal dengan ketebalan 10 cm. 13.2 Cara penyuburan tanah adalah dengan mencampurkan tanah humus/tanah asli dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 m3 tanah dicampur dengan 1 m3 pupuk. II.14.PEKERJAAN NORMALISASI/PENGANGKATAN LUMPUR (SEDIMEN) 14.1 Lumpur/sedimen harus diangkat dan tidak boleh dihanyutkan (terbawa arus), pengangkatan lumpur (sedimen) dikerjakan pada saat saluran/kali kering, untuk itu harus dipasang kisdam 14.2 Untuk ketebalan pengangkatan limpur (sedimen) disesuaikan dengan Gambar kerja/Bestek. 14.3 Bekas galian lumpur (sedimen) harus dibuang keluar lokasi pekerjaan. II.16.PASANGAN BATU KOSONG PERLINDUNGAN TEBING 15.1 Uraian Pekerjaan c. Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan pasangan batu kosong sebagai pelindung batu terpasangan kering atau disiar sebagaimana ditetapkan dan dipasang beserta atau tanpa bahan sarigan butiran sebagai pendukung. d. Pasangan batu kosong akan diletakkan diatas tebing sungai, timbunan miring, galian miring dan permukaan tanah yang sejenis dimana diperlukan perlindungan terhadap penggerusan. 3. Toleransi Ukuran Batu untuk pasangan batu kosong harus memenuhi persyaratan terhadap ukuran dan berat : - Ukuran minimum = 25 cm - Berat minimum = 40 cm 4. Contoh Bahan c. Dua buah contoh yang menggambarkan batu pasangan batu kosong harus diserahkan kepada Direksi paling sedikit 14 (empat belas) hari sebelum pekerjaan dimulai bersama dengan rincian dari sumber pengadaan dan hasil data uji yang disesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kwalitas bahan sebagaimana diuraikan dalam spesifikasi ini. d. Bilamana bahan filter berbutir harus digunakan sebagai pendukung kepada pasangan batu kosong, contoh bahan filter harus disediakan pada waktu yang sama, bersma-sama dengan data uji untuk gradasi dan mutu yang menunjukkan kecocokannya terhadap persyaratan untuk bahan alas filter sebagaimana ditetapkan untuk drainase porous pada spesifikasi ini. 15.2 Bahan-bahan 4. Batu d. Batu untuk pasangan batu kosong terdiri dari batu yang sedapat mungkin mendekati persegi, dan harus keras, awet dan tahan lama terhadap pelapukan tanpa lapisan-lapisan atau patahan-patahan dan cocok dalam dalam segala hal untuk tujuan yang dikehendaki. e. Ukuran minimum masing-masing batu harus disesuaikan sebagaimana diuraikan pada spesifikasi Toleransi Ukuran. Direksi dapat minta digunakan batu-batu ukuran lebih besar jika kecepatan sungai atau klecepatan arus tinggi dan melebihi 3 m/detik. f. Syarat-syarat mutu untuk pasangan batu kosong harus sesuai dengan tabel di bawah ini. Syarat-Syarat Mutu Untuk Pasangan Batu Kosong URAIAN REFERENSI TEST BATAS TEST AASHTO BINA MARGA Kehilangan berat karena abrasi (500 putaran) T 96 PB0206-76 Maksimum 40% Berat jenis dann penyebaran air T 85 PB0206-76 Minimum 2.3 Maksimum 4% Kesempurnaan kekuatan dengan test sodium Sulfat T 104 - Kehilangan kurang dari 10% 5. Bahan Filter Bilamana diperlukan, pasangan batu kosong ditempatkan di atas satu lapisan filter untuk mecegah tanah halus dari tebing atau talud galian tercuci melewati rongga-rongga pasangan batu kosong. Lapisan filter tersebut akan berupa bahan butiran porous mematuhi kepada pesyaratan pengawasan spesifikasi Drainase Porous kecuali dinyatakan lain, gradasi terpilih harus mematuhi kepada persyaratan gradasi yang diberikan pada bab ini. 6. Adonan Semen Bila diminta untuk grouting pasangan batu kosong, adonan semen harus digunakan,, terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian agregat halus dicampur air secukupnya untuk medapatkan kekentalan yang diperlukan sesuai dengan persyaratan pada spesifikasi ini. 15.3 Pelaksanaan Pekerjaan 5. Penyiapan Lapangan c. Formasi atau dasar untuk pasangan batu kosong harus digali sampai kedalaman yang diperlukan yang ditetapkan atau yang diminta Direksi Tekniksesuai dengan spesifikasi Galian serta dipadatkan, dirapihkan dan dibentuk dengan baik. d. Bila ditempatkan di atas talud tebing, pasangan batu kosong tersebut harus berdiri di dalam satu parit kali yang digali di bawah kedalaman penggerusan atau semacam kedalaman lain yang diminta Direksi Teknik. 6. Penempatan Pasangan e. Kecuali dipasang membentuk satu bantaran rata, sebuah parit kaki harus disediakan di bawah talud pasangan batu kosong membentuk sebuah Cut Off (dinding penghalang aliran air di bawah tanah). Kaki ini harus dipasang pertama menggunakan batu-batu terbesar dipasang mencapai satu tebal pondasi tidak kurang dari 1.5 kali tebal rata-rata pasangan batu kosong dan dapat didirikan di bawah garis permukaan air. f. Batu-batu tersebut dipasang dengan tangan atau mesin dengan sambungan patah-patah tertutup, tertanam ke dalam talud. Setiap batu diletakkan dengan ukuran memanjang tegak lurus pada muka talud (kecuali ukuran tersebut lebih besar dari tebal pasangan yang ditetapkan) dalam sambungan yang rapat dengan batu disekitarnya. g. Tidak ada pembentukan batu yang diperlukan, dan pasangan batu kosong tersebut harus dipadatkan ketika pelaksanaan berlangsung untuk memberikan satu permukaan selesai yang rata dan kekar. Rongga-rongga diantara batu-batu harus ditutup dengan pecahan-pecahan batu dipukul masuk dengan keras. h. Kecuali ditetapkan dengan lain atau ditunjukkan dalam gambar rencana, pasangan batu kosong akan memiliki ketebalan minimum 1.5 kali ukuran minimum, disediakan untuk dua lapisan tumpang tindih. 7. Pemasangan Bahan Alas Filter Bila diperlukan sebagai lapisan alas filter di bawah pasangan batu kosong, bahan filter berbutiran harus dipasang sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknik ini. 8. Pasangan Batu Kosong yang Disiar d. Bila pasangan batu kosong disiar ditetapkan, batu-batu harus bersih dan dibasahi dengan air sebagaimana ditentukan dalam posisi sebagaimana diuraikan di atas. Rongga-rongga diantara batu-batu akan diisi dengan adonan semen sebelum ditutup dengan pecahan-pecahan, dan adonan yang cukup akan digunakan sampai semua rongga berisi penuh. e. Wajah permukaan pasangan batu kosong yang disiar dibiarkan nampak dan diselesaikan dengan penyapuan dari sapu yang kaku. f. Pasangan batu yang disiar dijaga agar tetap basah dan dirawat untuk jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) hari. 15.4 Pengendalian Mutu 3. Test Laboratorium Test kelulusan laboratrium bagi bahan-bahan yang digunakan sebagai pasangan batu kosong harus dilakukan oleh kontraktor yang sesuai dengan petunjuk dari Direksi Teknik untuk menentukan gradasi, ukuran dan syarat-syarat mutu sebagaimana diperlukan di bawah spesifikasi ini. 4. Pengendalian Lapangan Direksi dapat meminta kontraktor melaksanakan test lanjutan yang dipertimbangkan perlu, untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini. 15.5 Cara Pengukuran Pekerjaan 3. Volume pasangan batu kosong yang diukur untuk pembayaran akan berupa jumlah meter kubik pasangan batu kosong selesai ditempat dan dapat diterima. Tebal nominal tebal yang telah ditetapkan dan ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Teknik. 4. Bahan alas filter porous yang diperlukan sebagai satu lapis pelindung di bawah pasangan batu kosong tersebut, akan diukur dan dibayar secara tersendiri sebagai drainase porous yang diatur dalam spesifikasi ini. 15.6 Dasar Pembayaran Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, akan dibayar pada harga kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan ditunjukkan dalam daftar penawaran, yang mana harga-harganya pembayaran akan merupakan konpensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan-bahan meliputi semua galian, persiapan, urugan kembali, tenaga, peralatan, pengujian dan pekerjaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang memuaskan sebagaimana diuraikan sebelumnya dalam gambar rencana dan spesifikasi ini. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran 2.15.1 Pasangan batu kosong dengan siar Meter kubik 2.15.2 Pasangan batu kosong tanpa siar Meter kubik PEKERJAAN PEMASANGAN KEREB BETON (CANSTEEN) 16.1 Uraian Pekerjaan Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan kereb beton, pracetak atau cetak di tempat, sampai memenuhi kualitas, bentuk dan ukuran yang diperlukan yang telah ditetapkan, dan memasangnya pada lokasi jalan, garis dan ketinggian sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. 1. Toleransi Ukuran a. Kereb Beton Pracetak Bila diuji dengan batang lurus 3 m, suatu kereb dengan yang lain ketidak rataan permukaan lebih dari 5 mm, akan ditolak. b. Kereb dicetak ditempat Bila diuji dengan batang lurus 3 m, setiap ketidak rataan lebih dari 5 mm dalam panjang 5 mm akan ditolak. c. Garis dan Ketinggian Bila diuji untuk garis dan ketinggian di atas 25 mm, setiap kesalahan melebihi 10mm harus dikoreksi menurut petunjuk Direksi Teknik. 2. Contoh Bahan a. Bila kereb dibuat pracetak, dua contoh yang menggambarkan kerab tersebut harus diserahkan kepada Direksi Teknik paling sedikit 14 (empat belas) hari sebelum pekerjaan dimulai bersama-sama dengan catatan kualitas campuran sesuai dengan persyaratan spesifikasi. b. Bila kereb dicetak ditempat, contoh-contoh agregat beton tersebut harus diserahkan kepada Direksi Teknik untuk menunjukkan kecocokannya dengan persyaratan gradasi dan mutu spesifikasi ini. 16.2 Bahan-Bahan 1. Kereb Beton Pracetak a. Kereb beton pracetak harus dibuat dengan beton kelas K 175 dan harus mematuhi peryaratan pada pembahasan Spesifikasi Teknik Pekerjaan Beton. b. Ukuran kereb harus sesuai dengan gambar standart No. 0.7/2, ialah sebagai berikut : Panjang = 60 cm Tinggi = 30 cm Lebar dasar = 20 cm c. Satuan kereb yang dicetak terpisah seperti kereb air masuk (inlet) untuk mengeluarkan air permukaan. 2. Baja Tulangan Jika diminta demikian atau ditunjukkan dalam gambar, baja tulangan ringan mematuhi peryaratan yang terdapat pada Spesifikasi Teknik Baja Tulangan Beton harus dipasang sebagai tulangan dan di cor dalam kereb beton tersebut. 3. Agregat untuk Kereb Beton Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan untuk pembuatan kereb beton harus disediakan yang sesuai dengan peryaratan pada spesifikasi Pekerjaan Beton. 4. Adonan Semen Adonan semen yang digunakan untuk sambungan-sambungan dan alas kereb beton harus memenuhi persyaratan pada spesifikasi Adonan Semen 5. Sambungan Muai Bila ditetapkan, sambungan muai yang dibentuk sebelumnya yang memenuhi persyaratan AASHTO M153 harus disediakan untuk digunakan sebagai sambungan kereb di tempat. 16.3 Pelaksanaan Pekerjaan 1. Kereb beton di cor di tempat a. Harus dibuat penggalian sampai lebar dan dalam yang diperlukan, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana serta sampai ke garis dan ketinggian yang diatur di lapangan. Semua bahan-bahan dari daerah lunak, harus dibuang sebagaimana diperintahkan dan diganti dengan urugan tanah pilihan yang akan dipadatkan dengan baik sehingga disetujui oleh Direksi Teknik. b. Bila diperintahkan oleh Direksi Teknik, satu lapisan pasir dan kerikil yang bersih atau bahan butiran tembus air yang disetujui lainya harus dipasang sampai ketebalan 10cm membentuk lapisan dasar bagi kereb. c. Cetakan yang menunjang dan berisi beton tersebut akan dibuat dan diatur di tempat sampai bentuk dan ukuran yang benar sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana dan sampai panjang yang diperlukan memenuhi jadwal pelaksanaan, dan akan diperiksa mengenai garis dan ketinggian sebelum dicor beton. Bila kereb dibuat melengkung, cetakan tersebut harus dibuat secara akurat mencapai lengkungan sesuai dengan gambar rencana. d. Beton Kelas K175 dicampur dan di cor yang sesuai dengan persyaratan pada spesifikai teknik Pekerjaan Beton mencapai ketebalan penuh yang diperlukan. Permukaan beton tersebut akan dihaluskan dengan ujung-ujung yang dibulatkan memenuhi jari-jari yang ditunjukkan dalam gambar. Sebelum penyelesaian, permukaan tersebut akan diuji dengan batang lurus 3 m dan juga diperiksa sampai kegaris dan ketinggiannya, dan setiap ketidak rataan harus dikoreksi. e. Kereb tersebut akan dibuat dalam bagian-bagian yang seragam panjangnya tidak lebih dari 25 m. Bagian-bagian yang lebih pendek akan dipasang sebagai penutup pekerjaan, tetapi tidak ada bagian yang lebih pendek dari 2 m, kecuali untuk pekerjaan inlet yang di cetak secara terpisah memenuhi standart ukuran yang ditunjukkan dalam gambar rencana. f. Sambungan muai akan dibuat di dalam kereb pada interval sekitar 25 m. g. Cetakan tersebut akan dibongkar 2 (dua) hari setelah beton di cor, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Cacat kecil akan diperbaiki dengan adonan semen campuran 1 : 2. Bagian-bagian kereb dengan cacat yang banyak terhadap toleransi atau kualitasnya akan disingkirkan dan diganti sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik. h. Segera setelah mengendap dan mengeras, permukaan kereb beton tersebut disiram dengan air dan satu permukaan yang basah dijaga sampai paling sedikit 3 (tiga) hari perawatan. i. Urugan kembali dengan bahan bahu jalan pilihan, akan dipasang di belakang kereb bila beton tersebut telah cukup terpasang dan mengeras serta tidak kurang dari 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran selesai. 2. Kereb beton Pracetak a. Pengendalian dan persiapan seperti yang diuraikan untuk kereb beton dicor di tempat. b. Satu lapisan 2.5 cm adonan semen dengan campuran 1 : 3 akan dipasang atas dasar beton tersebut, dan kemudian kereb pracetak tersebut ditanam ke dalam adonan semen serta diatur mencapai garis dan ketinggian yang benar. c. Sambungan-sambungan antara kereb-kereb yang beurutan akan dibuat serapat mungkin dan tidak lebih dari 3 mm 5 mm lebarnya serta akan diisi dengan adonan semen campuran 1 : 2. adonan campuran tersebut akan diperluas sampai potongan penuh kereb dan akan dirapihkan sampai rata benar dengan permukaan kereb. d. Kereb beton pracetak tersebut bila terpasang akan diperiksa mengenai ketidak rataan, terhadap toleransi dan kwalitasnya, dan setiap kereb yang dalam pendapat Direksi Teknik tidak memenuhi persyaratan spesifikasi ini akan ditolak dan harus diganti. 16.4 Pengendalian Mutu 1. Test Laboratorium untuk Bahan-bahan Semua bahan yang diperlukan untuk pembuatan kereb pracetak dan cetak di tempat, termasuk semen, agregat beton dan air, harus memenuhi persyratan mutu dan gradasi yang relevan sebagaimana ditetapkan pada spesifikasi Pekerjaan Beton,Baja Tulangan Beton dan spesifikasiAdukan Semen. 2. Pengendalian Lapangan Kereb beton akan dipasang memenuhi syarat-syarat toleransi dan kualitas yang diuraikan dalam psefikasi ini dan akan diperiksa selama proses pelaksanaan dan pada penyelesaian. Kereb yang dalam pendapat Direksi Teknik tidak memenuhi persyaratan Spesifikasi ini akan ditolak dan diganti atas biaya kontraktor. 16.5 Cara Pengukuran 1. Kereb beton pracetak dan kereb beton dicetak di tempat akan di ukur untuk pembayaran dalam meter panjang sebagai panjang kereb terselesaikan dan dapat diterima oleh direksi Teknik, diukur sepanjang permukaan depan pada kemiringan permukaan selesai. Pengukuran panjang akan dibuat untuk struktur drainase, seperti lubang penampungan, parit dan kereb inlet. 2. Kereb yang disediakan dan dibuat sebagai kereb inlet akan diukur secara terpisah atas jumlah. 3. Penggalian dan persiapan untuk pemasangan kereb beton, penyedian dan cetakan dan sambungan muai untuk kereb dicetak ditempat tidak boleh diukur untuk pembayaran terpisah, tetapi akan dianggap sesudah dimasukkan dalam harga satuan kontrak bagi masing-masing kereb beton. 4. Bahan filler berbutiran yang dipasang sebagai lapisan dasar atau pendukung kereb cetak ditempat akan diukur dan dibayar sebagai drainase porous, yang dimasukkan dalam spesifikasi ini. 16.6 Cara Pembayaran Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, akan dibayar pada harga kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah, dan dapat diperlihatkan dalam Daftar Penawaran, yang mana harga dan pembayaran tersebut merupakan konpensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua bahan, untuk semua galian dan persiapan, penyediaan cetakan, untuk penyelesaian dan urugan kembali yang diperlukan serta untuk semua pekerjaan lain dan biaya-biaya yang diperlukan bagi penyelesaian pekerjaan yang baik yang diuraikan sebelumnya spesifikasi ini. Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran II.16.(1) Kereb beton pracetak Meter Panjang II.16.(2) Kereb beton cetak di tempat Meter panjang II.16.(3) Kereb inlet Meter panjang II.17.PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING BLOCK 17.1 Uraian Penggunaan paving block di Indonesia sebagai bahan konstruksi perkerasan telah dimulai sejak tahun 1977 dan menunjukkan perkembangan yang cukup baik sampai saat ini. Dalam rangka menunjang perkembangan penggunaan paving block terkunci di indonesia maka perlu didukung pembinaan dan penggunaan yang mantap yang bersifat nasional. Salah satu bidang pengaturan yang cukup penting adalah bidang perencanaan tebal konstruksi sebagaimana termuat dalam buku Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan Paving Block Terkunci ini. 1. Pengertian Paving Block Terkunci Yang dimaksud dengan paving block terkunci atau unit perkerasan segmental (Segmental Paving Unit) adalah unit atau block dengan luas bidang permukaan datar tidak melebihi 0.09 m2 yang mempunyai bidang sisi/ dinding empat (plain) ataupun banyak (dentated): dengan bidang atas bawah yang sejajar. Bidang atas dari pada paving block terkunci dapat berbentuk miring (dengan chamfer) maupun tegak lurus (tanpa champer ). 2. Penggunaan Paving Block Terkunci Dalam konstruksi perkerasan, paving block terkunci digunakan atau berfungsi sebagai lapis permukaan perkerasan. Konstruksi perkerasan yang menggunakan paving block terkunci sebagai lapis permukaan ini, selanjutnya akan dibuat perkerasan paving block terkunci. Perkerasan paving block sangat luas penggunaanya yang antara untuk perkerasan Jalan Inspeksi pada sempadan saluran irigasi 3. Proses Penguncian atau interlocking Pengucian atau interlocking keteraturan posisi masing-masing block terkunci sedemikian rupa sehingga keseluruhan block terkunci dapat berfungsi sebagai kesatuan konstruksi didalam menerima beban baik vertikal maupun horizontal. Kemampuan konstruksi block terkunci dalam memikul beban vertikal secara optimal dimungkinkan karena adanya interlocking vertikal, sedangkan dalam hal beban horizontal karena interlocking horizontal. Proses interlocking dimungkinkan karena adanya pasir alas, pasir pengisi, pemadatan baik selama pelaksanaan maupun oleh lalu lintas, beton pembatas yang kokoh dan juga karena pola pemasangan yang teratur atau tertentu. Tingkat interlocking yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan beban yang dipikul. Untuk beban berat diperlukan interlocking yang lebih baik dari pada beban yang ringan. Tingkat interlocking ini sangat ditentukan oleh pola pemasangan dan juga bentuk dari pada unit block unit terkunci. Dalam menuju interlocking yang optimal diperlukan waktu dan jumlah repitisi tertentu dari lalu-lintas yang lewat. Dari beberapa percobaan dan pengamatan menunjukkan bahwa interlocking optimal untuk kostruksi pekerjaan jalan umum akan tercapai setelah 2.000 10.000 beban as standart atau EAL. 4. Pasir Alas (Bedding Sand) Pasir alas (bedding sand) selalu berfungsi sebagai lapisan perata (plat form) juga dimasukkan untuk memberi kesempatan pada paving blok terkunci dalam mengatur posisinya pada proses penguncian atau interlocking. Karena pasir alas ini bernilai struktural sangat rendah maka disarankan untuk tidak menggunakan asir alas terlalu tebal atau tidak lebih dari 5 cm. Spesifikasi umum dari pasir alas dapat dilihat pada lampiran. 5. Lapis Permukaan (Block Terkunci) Fungsi lapis permukaan antara lain : a. Sebagai bagian bahan perkerasan untuk menahan beban roda. b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusaklan akibat cuaca. c. Sebagai lapis aus (wearing course) Di dalam perencanaan perkerasan blok terkunci, ada empat hal yang sangat penting untuk diperhatikan yaitu : a. Mutu, klas atau kekuatan block. b. Bentuk block. c. Tebal block d. Pola pemasangan block Pemilihan kombinasi dari keempat faktor tersebut di atas harus tepat sesuai dengan beban ( lalu lintas ) yang akan dipikul oleh konstruksi blok terkunci yang bersangkutan sebagai petunjuk umum di dalam pemilihan kombinasi tersebut adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut : Kombinasi Mutu, Bentuk, Tebal dan Pola Pemasangan Block Penggunaan atau repitisi ESA Kombinasi yang disarankan Klas Bentuk Tebal mm Pola pemasangan a. Trotoar, pertamanan b. < 103 c. Tempat parkir, garasi d. > 103 104 e. > 104 Terminal bis f. Container yard Taxi away II II II I I I I I A, B, C, atau X A, B, atau C A, B, atau C A A, B, atau C A, atau B A, atau B C 60 60 60 60 80 80 100 120 TI, AT atau SB TI, AT atau SB TI, AT atau SB TI TI, AT, atau SB TI TI TI Catatan : a. Klas I : Beton K 450 Klas II : Beton K 350 Lasbuton MS > 50 kg b. Bentuk/type Block A = Bentuk sisi bergigi (dentated) yang dapat mengunci diempat bidang bidang sisinya dan dimungkinkan untuk dipasang secara pola herringbone (tulang ikan) B = Bentuk sisi bergigi (dentated) yang dapat mengunci di dua sisinya dan tidak dimungkinkan ubtuk dipasang secara pola herringbone (tulang ikan) C = Bentuk segi empat panjang (rectangular) X = Bentuk khusus yang tidak termasuk type A, B maupun C Pekerjaan dan Pemasangan Paving Block 1. Peryaratan : Sebelum interbloc mulai dipasang, harus diperhatikan terlebih dahulu syaratsyarat yang harus dipenuhi yaitu : a. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade) Subgrade atau tanah dasar harus diratakan atau dipotong sedemikian rupa sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama seperti yang dibutuhkan untuk kemiringan drainage (cross fall) yaitu minimal 2,5%. Subgrade tersebut harus sudah padat sebelum pekerjaan subbase dimulai sesuai dengan spesifikasi dalam bestek. b. Lapisan Dasar (Subbase) Subbase material adalah sesuai dengan gambar dan spesifikasi dalam bestek. Frofil teratas dari subbase juga harus mempunyai kemiringan yang sama dengan kemiringan croos fall, yaitu minimal 2.5%, dua arah dengan toleransi kuran lebih 2 mm dalam jarak 3 meter lurus. Tebal subbase tergantung dari beban atau arus lalu lintas di atasnya. Biasanya subbase menggunakan sirtu atau batu pecah. c. Bingkai/Tanggul, galian untuk instalasi dan lain-lain 1. Semua bingkai atau tanggul baik yang dipinggir maupun yang rata dengan interbloc dan yang berhubungan dengan interbloc harus sudah selesai dipasang sebelum pemasangan interbloc. 2. Semua galian untuk instalasi di bawah interbloc dan saluran-saluran harus sudah dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemasangan interbloc. 2. Kelengkapan Peralatan Peralatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan interbloc dimulai. Alat-alat tersebut adalah : a. Mesin pemadat interblock (Plate Vibrator) yang digunakan harus mempunyai luas dasar 0,3 0,5 m2, dengan centrifugal force kira-kira 1,6 2 ton. b. Alat pemotong interbloc (Cutter). c. Kayu dan papan, panjang kurang lebih dari 3 m, yang sudah diserut rata untuk jidar dan sapu asphalt. d. Benang, sapu ijuk dan sapu asphalt. e. Alat pengakut interbloc berupa lori ( lori beras ) dan bangku yang terbuat dari 2 lembar papan, panjang 1,5 m dan tebal 2,5 cm yang dibentuk menyiku. 3. Pemasangan Interbloc Team dari pelaksanaan dari pemborongan wajib mengikuti penataran Teknik tentang sistem pemasangan. Sistem pemasangan interbloc wajib mengikuti cara-cara dalam buku petunjuk pemasangan Interbloc yang diberikan oleh pabrik yang bersangkutan. a. Laying Course (Sand Badding) 1. Laying Course (sand bedding untuk lapisan di bawah interbloc harus merupakan material yang tajam dan bersih dengan kadar tanah atau silt tidak lebih dari 3% berat dan tidak lebih dari 25% yang tertahan pada sieve 5 mm. 2. Laying Course yang digunakan pada waktu pemasangan interbloc harus benar-benar kering kemudian diratakan dengan jidar sehingga profil permukaan yang dikehendaki (kemiringan 2,5%) ketebalan sebelum dipadatkan kerang lebih 4.5 sampai dengan 5 cm. b. Cara-cara pemasangan interbloc 1. Pemasangan Interbloc harus dimulai dengan satu titik/garis dan diatas laying course yang telah diratakan. 2. Tentukan dahulu benang dari kemiringan, lalu buatkan kepala atau caplakan dari peil bidang laying course yang telah diratakan. 3. Laying course digelar sesuai dengan pail dan diratakan dengan papan/balok yang sudah diserut rata menurut kepala/caplakan yang telah dibuat. Harus diingat laying course yang telah diratakan ini tidak boleh diinjak-injak lagi. 4. Di atas laying course yang telah diratakan tadi baru kemudian diunitunit interbloc disusun sesuai sedemikian rupa sesuai dengan pola yang ditentukan. 5. Memasang interbloc harus maju, yakni sambil memasang si pekerja mengambil posisi di atas interbloc yang telah dipasang. 6. Celah-celah/naat-naat antara unit-unit interbloc adalah maximum 4 mm. 7. Apabila tidak disebutkan lain dalam disain maka profil melintang permukaan interbloc minimal mencapai 2,5% dengan toleransi 10 mm. Penyimpangan deviasi pada permukaan datar adalah 8 mm bila diukur pada jarak tiap 3 m garis lurus, dan perbedaan maximum anatara ketinggian sebuah batu interbloc dengan yang lainnya adalah tidak lebih dari 2 mm. 8. Dalam hal terjadi pemberhentian pekerjaan pemasangan misalnya karena hujan atau dilanjutkan pekerjaan pemasangan kemarin, baris terakhir dari interbloc harus diperbaiki terlebih dahulu. 4. Pemotongan dan Pemadatan 1. Bagian pertemuan/ sambungan interbloc dengan bingkai diisi dan dikunci dengan interbloc yang dipotong dengan alat pemotong khusus interbloc. 2. Pemasangan interbloc yang telah dikunci tersebut kemudian dipadatkan dengan plate vibrator atau dikenal dikenal dengan stemper. 3. Plate vibrator yang dipakai harus mempunyai luas plate dasar sebesar 0.3 0.5m2 dengan centrifugal force yang lebih kecil akan menghasilkan pekerjaan pemasangan yang tidak baik. 4. Pemadatan pertama dilakukan minimal 3 kali jalan sebelum celah-celah antara sisi interbloc diisi dengan pasir. 5. Kemudian pasir bersih ukuran partikel maksimum 1 mm ditaburkan di atas permukaan interbloc dan disapu dengan sapu ijuk. Sambil disapu pasir halus tersebut dipadatkan lagi 3 kali jalan sampai celah-celah antara Interbloc betul-betul terisi penuh. 6. Pada jarak 2 m dari tempat yang belum diberi tahanan atau belum dikunci tidak boleh dipadatkan dengan plate vibrator. 7. Pasangan interbloc harus telah dipadatkan segera atau pada hari yang sama dan tidak boleh ditinggal lebih dari 24 jam. 8. Pada pasangan interbloc yang belum dipadatkan tidak boleh dilalui lalu lintas dan karenanya harus diberi batas-batas dan tanda-tanda pengaman. 17.2 Pembayaran Nomor Item Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran 9.3 Paving Block M2 II.18.PEKERJAAN PINTU AIR 18.1. Ruang Lingkup Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu. Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan, pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan. 18.2 Acuan Normatif Standar Nasional Indoensia (SNI) : - SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium - SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium - SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan - SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium - SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium - SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di Laboratorium - SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi Berukuran Struktural - SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat TekanSejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural - SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran Struktural - SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran Struktural. - SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam) - SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan Dari Besi/Baja) - SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (Bahan Bangunan Dari Logam Bukan Besi) 18.3 Istilah dan Definisi a. Beban batas adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh benda uji sebelum mengalami patah dan atau pecah. 1. Beban batas proporsional adalah kondisi pembebanan maksimum yang masih memberikan hubungan linear antara besarnya beban dengan deformasi yang terjadi. 2. Benda uji tidak bebas cacat adalah benda uji yang mempunyai cacat yang dapat melemahkan kekuatan kayu, tetapi tidak membahayakan konstruksi, seperti retak, mata kayu, serta miring dan gubal. Cacat yang membahayakan konstruksi seperti lapuk, keropos, termakan serangga (bubuk), dan bengkok atau melengkung, tidak diperkenankan. b. Cacat kayu adalah kondisi alami atau buatan yang melemahkan kekuatan atau mengurangi mutu kayu konstruksi. c. Deformasi adalah perubahan bentuk benda uji yang sedang dibebani. d. Deformasi atau lendutan adalah deformasi lengkung akibat beban lentur yang diberikan pada benda uji. e. Dimensi benda uji adalah ukuran nyata penampang balok kayu benda uji, dalam milimeter, dan ukuran panjang dalam meter. f. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain yang sesuai dengan tujuan penggunaannya g. Kayu konstruksi adalah kayu gergajian yang digunakan sebagai komponen struktur bangunan, dan mempunyai dimensi penampang tidak kurang dari 50 mm. h. Lekukan adalah kerusakan lokal pada permukaan kayu yang diakibatkan tekana beban terpusat atau reaksi tumpuan. i. Lendutan geser adalah deformasi lentur yang terjadi akibat geser, dalam mm. j. Modulus elastisitas lentur adalah modulus elastisitas yang dihitung berdasarkan beban lentur. k. Tekuk adalah perubahan bentuk terhadap sumbu lemah, akibat ketidak stabilan kayu uji yang sedang diberi beban (tekan aksial atau lentur) 18.4 Ketentua dan Persyaratan Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan pintu ini harus memuat : a. Toleransi Dimensi 1) Pekerjaan besi/baja a) Batang sambungan geser (struts) Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masingmasing flens ke segala arah : panjang/1000 atau 3 mm, dipilih yang lebih besar. b) Permukaan yang Dikerjakan dengan Mesin Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan mesin tidak boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam suatu segiempat dengan sisi 0,5 m (1) Diameter Lubang Lubang pada elemen utama : +1,2 mm - 0,4 mm Lubang pada elemen sekunder : +1,8 mm - 0,4 mm (2) Alinyemen Lubang Elemen utama, dibuat di bengkel : 0,4 mm Elemen sekunder dibuat di lapangan : 0,6 mm c) Pelenturan Alat Angkat maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter 2) Pekerjaan Kayu Penyimpangan penampang balok kayu tidak boleh lebih dari dari + 5 mm untuk setiap panjang balok 2.00 meter 3) Pekerjaan Pengelasan. Penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran bagianbagian yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada bagian yang lebih tipis atau 3 mm untuk material yang tebalnya lebih besar 12 mm b. Persyaratan Bahan 1) Pekerjaan Daun Pintu a) Pelat Baja. Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan SNI 03-6861-2-002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja b) Kayu. Tebal pintu kayu pada umumnya diprergunakan ukuran tebal 80 mm, 100 mm dan 120 mm. Kayu yang akan dipergunakan harus mempunyai persyaratan kekuatan lentur yang pengujian sesuai SNI 0339591995, Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu di laboratorium dan persyaratan pengujian kuat Tekan sesuai SNI 0339581995, Metode pengujian Kuat tekan Kayu di Laboratorium dan sebelum dipasang harus diawetkan terlebih dahulu sesuai SNI 0332331009, Tata Cara Pengawetan kayu untuk bangunan rumah dan gedung. 2) Pekerjaan pengecatan Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur maupun kerangka ambang baik yang tertanam di beton maupun yang terbuka agar tahan terhadap cuaca harus dicat dengan coaltar epoxy resin, Pengecatan Komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 06 6452 2000, Metode Pengujian cat bitumen sebagai lapis pelindung 3) Pekerjaan alat angkat a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu; b) Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat batang Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, Tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja; c) Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter. c. Persyaratan Kerja 1) Daun Pintu a) Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama penyekat dan komponen lain yang diperlukan. Pintu yang digunakan harus sesuai dengan Gambar dengan konstruksi las, lebar dan tinggi bersih daun pintu; b) Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini maka Penyedia Jasa harus membuatnya dengan persetujuan Direksi; c) Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat pintu air adalah 6 (enam) mm, termasuk ke longgaran korosi 2 (dua) milimeter; d) Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran korosi 2 (dua) milimeter. Lendutan balok pada beban penuh harus kurang dari 1/800 bentang pada beban maximum; e) Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan baut, mur dan cincin baja. Seal harus disambung pada ujungnya dengan cara divulkanisir agar menerus. Tegangan tarik pada sambungan harus lebih besar dari 50% (lima puluh persen) pada bagian tanpa sambungan. Seal harus dibentuk sedemikian sehingga dapat menahan air dengan baik. 2) Kerangka Pintu Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu, kerangka atas dan kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain yang diperlukan pada pemasangan rangka pintu yang lengkap dan memudahkan operasi pintu. Jika konstruksi rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. a) Kerangka Ambang Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya gaya yang terjadi pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan. b) Kerangka Sponing Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter. Permukaan harus dikerjakan dengan mesin dan diperkeras untuk memberikan perlindungan terhadap keausan. c) Kerangka Atas Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus mendukung pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu menahan beban pengangkat. 3) Stang a) Umum Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual dan tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu. Stang harus terdiri dari peralatan mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak, roda gigi, handel pemutar dan komponen lain yang memerlukan pengoperasian secara efisien. Stang harus direncanakan agar mampu menahan beban yang terjadi. Jika konstruksi stang yang perinciannya tidak diterangkan disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. b) Peralatan Mekanis, meliputi : (1) Tumpuan/bantalan Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar (2) Roda gigi reduksi Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari brons pospor tuang, harus dibuat dari baja tuang atau baja tempa. Roda gigi dan bantalan harus cukup kaku terhadap gerakan. Roda gigi harus mempunyai rumah yang dapat dilepaskan untuk memudahkan pelumasan. (3) Kloping Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian dan pelekatan secara tetap pada tongkat sesudah penyesuaian kedudukan pintu dilapangan. (4) Ulir Pengangkatan Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain yang disetujui dan dikerjakan dengan mesin. Ulir pengangkat yang dapat dihubungkan dengan roda gigi pinggir harus terdiri dari penopang roda gigi dan bantalan pemandu sebagai penguat. (5) Tongkat Penghubung Tongkat penghubung dibuat dari batang baja. (6) Handel Operasi Manual Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual yang dapat mengangkat beban penuh sebagaimana direncanakan. Gaya untuk memutar alat harus lebih kecil dari 15 (lima belas) kilogram. 18.5. Pelaksanaan Pekerjaan Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan pintu ini harus memuat : a. Perencanaan Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan tegangan rencana, yang meliputi : 1) Beban rencana a) Pintu Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut : - Beban air Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar. - Beban beban lain - Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan terjadi pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu. b) Rangka Pintu Beban beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan, beban karet sekat dan semua beban lain yang diakibatkan pengoperasian pintu dan perangkat. Rangka pintu harus mampu meneruskan beban dari karet sekat pintu ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan. c) Alat Pengangkat Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu tertutup dan pintu terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus seperti pada gambar. Kapasitas rata rata pengangkat, tongkat ulir harus mampu menaikkan atau menurunkan pintu pada kombinasi yang paling membahayakan. 2) Tegangan Rencana a) Batang Baja Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah sebagai berikut : Batang Baja Tegangan Izin - Tegangan Tarik - Tegangan Desak - Tegangan Lentur - Tegangan Geser 1200 kg/cm2 1200 kk/cm2 1200 kg/cm2 700 kg/cm2 Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50% (lima puluh persen) lebih besar dari pada kondisi beban normal. Tegangan ekivalen yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau triaxial tidak boleh melebihi tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga tidak diijinkan ada tegangan yang melebihi 90% (sembilan puluh persen) dari tegangan maksimum material yang digunakan. Tebal pelat baja untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam) mm. Modulus kelangsingan atau faktor tekuk pada kerangka baja desak utama harus kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240. b) Bagian Mesin Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal atau kondisi beban rata rata harus direncanakan berdasarkan angka keamanan terhadap tegangan batas bahan yang digunakan, sebagai berikut : Bahan Angka keamanan bagi tegangan Tarik Tarik dan desak Tarik dan geser - Baja untuk generator atau konstruksi yang dilas - Baja karbon tempa - Baja karbon untuk konstruksi mesin bangunan - Baja batang tahan karat - Baja karbon tuang - Besi tuang - Brons tuang 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 10,0 8,0 5,0 5,0 5,0 5,0 5,0 3,5 8,0 8,7 8,7 8,7 8,7 8,8 10,0 10,0 c) Tegangan Beton Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50 kg/cm2 dan tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2, tegangan desak yang diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih dari 15 kg/cm2. b. Perakitan dan Pengujian di Bengkel 1) Pintu dan Rangka Pintu Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat perakitan, pintu harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan ketepatan posisinya. Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang ditemukan harus dikoreksi dengan tepat. Seak karet harus tepat pada posisinya saat perakitan di bengkel. Rangka sponing, balok atas dan balok ambang pada rangka pintu harus diperiksa kelurusannya. Semua ukuran rangka pintu yang berkaitan dengan ukuran pintu harus diperiksa dan setiap kesalahan dan ketidak tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki. Suku cadang harus sesuai dan dihindari selama perakitan dan pengangkutan. 2) Stang Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa semua kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan tidak ada kesalahan yang terjadi pada setiap gerakan peralatannya. Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua pelumas dengan gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan pengujian diulang kembali. c. Pemasangan dan Pengujian di Lapangan 1) Rangka Pintu a) Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti gambar yang telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus dipasang pada rangka pintu dengan posisi yang tepat. b) Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada saat beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika diperlukan untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan penjepit tambahan. c) Pemasangan seal karet harus hatihati agar terletak pada permukaan yang tepat sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Pengecoran tidak diperkenankan bila belum dirakit dengan lengkap dan teliti. Sewaktu pengecoran beton harus diperiksa agar ukuran dan bentuknya sesuai gambar dan dalam batas toleransi. Jika terjadi kesalahan harus segera diperbaiki. 2) Pintu Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui. Pintu pintu harus dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang diizinkan. 3) Pengangkat a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang oli harus dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok yang akan disetujui. Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa. Setiap pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya, harus dipasang sesui dengan gambar yang disetujui. Pengangkatan harus diletakkan dan distel sehingga sesuai dengan alat pengangkat pintu. b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan pintu, pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai pemeriksaan tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu dan stang, kemudian ditest dandistel sehingga dapat dioperasikan dengan tepat. Setiap kerusakan atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan selama pengujian harus diperbaiki dan prosedur pengujian diulang kembali. 4) Pengecatan a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan; b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk pengecatan dari pabrik; c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan; d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan peralatan yang disarankan dari pabrik; e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari 1 (satu) tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan; f) Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel; g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada permukaan. Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga kekentalannya agar seragam selama dipergunakan; h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam yang suhunya kurang dari 10o Celcius; i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama pengecatan; j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot; k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan permukaan. Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya sebelum dilakukan pengecatan berikutnya; l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan; m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan pada bagianbagian dibawah ini : (1) Permukaanpermukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali yang ada diatas permukaan tanah. (2) Semua daun pintu (3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 0664522000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai lapis pelindung (4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali yang disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar dan 4 (empat) lapis cat chlorinated rubber atau yang sekualitas. Tebal total lapisan tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 0,20 milimeter. Semua peralatan harus dicat sesuai dengan standar pabrik. (5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang tampak selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam bensin agar tidak berkarat. 5) Pengelasan a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan pintu dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las lindung busur metal atau las busur otomatis; b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan oleh standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini; c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan tegangan listrik selama pengelasan berlangsung; d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan mesin harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan lain; e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran minimum batang las 4,5 mm; f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang baik dan daerah tersebut perlu dites dengan Ultrasonik untuk menyakinkan bahwa cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan perbaikan las; g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 1984, Proces of Arc welding carbon and Carbon Manganise steels. 6) Pekerjaan Alat Angkat a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu; b) Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat batang penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi, tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 03- 6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan dari besi/baja); c) Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter; d) Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang harus direncanakan agar dapat meneruskan gayagaya yang terjadi pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan. 18.6. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan lain-lain ini memuat : a. Penerimaan Bahan Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan). b. Jaminan Mutu Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua jenis pekerjaan) 18.7 Pengukuran dan Pembayaran Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan pintu harus memuat : a. Pengukuran Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang pada bangunan harus diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya pemasangan. b. Dasar Pembayaran Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat berdasarkan harga satuan per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya, mencakup biayabiaya pengadaan material, pengangkutan, penurunan, pemotongan, finishing, pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan yang diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras yang diperlukan termasuk besi beton dan lain lain.