Anda di halaman 1dari 80

Lingkup Pekerjaan :

5.1 Administrasi dan Dokumentasi


Pekerjaan Administrasi dan Dokumentasi akan meliputi namun tidak terbatas pada:
a. Dokumen Kontrak
b. Shop Drawing dan As Built Drawing
c. Surat-surat koordinasi
d. Format-format Pengendalian (Mutu, Waktu dan Biaya) Pelaksanaan Pekerjaan
e. Foto Kondisi Pelaksanaan Pekerjaan (0%, 25%, 50%, 75%, 100%)
5.2 Pemasangan Patok dan pengukuran kembali
Pemasangan ditujukan untuk memberi batas lokasi pelaksanaan pekerjaan. Patok
dibuat dari kayu yang dicat dan ditancapakan di atas tanah sebagai batas-batas
stasioning pelaksanaan pekerjaan.
5.3 Pembuatan Direksi Keet
(Lihat aturan tentang Direksi Keet pada uraian sebelumnya)
5.4 Papan Nama Proyek
Pada papan Nama Proyek harus diinformasikan hal-hal sebagai berikut:
Nama Kegiatan
Pemilik Kegiatan
Volume Kegiatan
Kontraktor Pelaksana Pekerjaan
Konsultan Pengawas Pekerjaan
Nilai Kontrak
1
5.5 Penyiapan Lokasi
Membuat gambar denah lokasi rencana kerja, penempatan direksi keet,
penggudangan material, dan sebagainya
Berkoordinasi dengan pihak terkait atas rencana penempatan direksi keet,
penggudangan material, dan sebagainya
Pembersihan lapangan
Langkah-langkah penunjang lain yang diperlukan untuk memulai pekerjaan fisik
konstruksi.
5.6 Pemasangan Bowplank
Pemasangan tanda dan papan bangunan (Bouwplank). Piket-piket untuk penjelasan
dan pedoman letak bangunan dibuat dari besi yang dibeton, ditanam didalam tanah
kuat-kuat. Papan-papan untuk bangunan, dibuat dari kayu sekurang-kurangnya
ukuran 2x20 cm. Diserut pada sisi atasnya dan dipakukan pada tiang-tiang kayu yang
cukup kuat ditanam dalam tanah. Tanda-tanda ukuran dilakukan dengan tanda gergaji
dan cat merah.
5.7 Mobilisasi Alat dan Bahan
Mendatangkan peralatan dan menempatkan bahan-bahan ke tempat/lokasi pekerjaan
disesuaikan dengan efektifitas dan efisiensi yang diperhitungkan oleh Penyedia Jasa.
Penggunaan alat bantu (gerobag, pick-up, dump truk, dan sebagainya) sudah
diperhitungkan dalam penawaran yang diajukan.
5.8 Rambu Larangan (Plat Baja)
Pemasangan Rambu Larangan harus dapat dijadikan sebagai perhatian buat
masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan dan mendirikan bangunan
pada saluran sungai/setu. Didalam rambu larangan terdapat sangsi bagi yang
melanggar.
Spesifikasi pembuatan rambu larangan, yaitu :
Ukuran papan rambu larangan plat baja 110 x 80 x 0.15cm.
Tinggi Rambu Larangan 2.60 m (diatas tanah).
Jumlah tiang 2 buah.
Penulisan sesuai gambar.
Pengecatan 2 kali.
pemasangan pondasi min 40cm dibawah permukaan tanah menggunakan
angkur.
PASAL 6
PEKERJAAN BONGKARAN PASANGAN LAMA
Sebelum pekerjaan bongkaran dimulai Penyedia Jasa terlebih dahulu minta ijin kepada pemilik
bangunan saat/waktu yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan.
6.1 Pelaksana tidak boleh mengganggu kegiatan aktifitas kerja dilingkungan proyek.
6.2 Agar dikoordinasikan dengan pemilik bangunan maupun Konsultan Pengawas, waktu
yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
6.3 Bekas bongkaran yang akan dipergunakan kembali agar disimpan pada tempat yang
aman yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas/Pemberi Tugas.
6.4 Puing-puing harus cepat-cepat dibuang dari lokasi pekerjaan kecuali bahan-bahan
bekas bongkaran yang masih bisa dipakai dan tidak dipergunakan, menjadi milik
Pemberi Tugas; adapun tempat pembuangannya agar dikoordinasikan dengan
Pemberi Tugas/Konsultan Pengawas.
6.5 Dalam melaksanakan pembongkaran Penyedia Jasa harus hati-hati, kerusakan akibat
kelalaian sendiri menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sendiri.
6.6 Memperhatikan keselamatan lingkungan pekerjaan.
PEKERJAAN KISDAM
Kisdam harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa dengan tujuan mengeringkan bagian
saluran/lapangan yang akan digali/dikerjakan/dipasang batu kali/beton sedemikian hingga
tidak ada air berlebihan yang akan mengganggu proses pelaksanaan pekerjaan dan atau
kualitas hasil kerja.
Berdasarkan kondisi debit air pekerjaan kisdam diklasifikasikan dalam 3 kondisi:
7.1 Kisdam Ringan
Kisdam ringan dipasang dengan meninggikan bagian sisi luar galian dengan urugan
tanah setempat sehingga air tidak mengalir ke bagian sisi dalam galian yang akan
mengganggu proses pekerjaan dan atau merusak kualitas hasil kerja (pasangan batu
kali, beton, dan sebagainya).
7.2 Kisdam Sedang
Kisdam sedang dipasang dengan menahan aliran air pada bagian sisi luar galian
dengan tumpukan karung yang diisi tanah setempat sehingga air tidak mengalir ke
bagian sisi dalam galian yang akan mengganggu proses pekerjaan dan atau merusak
kualitas hasil kerja (pasangan batu kali, beton, dan sebagainya).
7.3 Kisdam Berat
Kisdam berat dipasang dengan menggunakan material bantu seperti patok-patok
bambu/kayu/beton, memasang terpal antara patok-patok tersebut atau menggunakan
materal kedap air lainnya sedemikian rupa sehingga air tidak mengalir ke bagian sisi
dalam galian yang akan mengganggu proses pekerjaan dan atau merusak kualitas hasil
kerja (pasangan batu kali, beton, dan sebagainya).
PEKERJAAN GALIAN TANAH
Galian tanah :
8.1 Galian tanah untuk pondasi/landasan kali turap/talud, kisdam, harus sesuai
ukuranukurannya
dan dituangkan ukuran tersebut dalam bowplank.
8.2 Penempatan tanah bekas galian diletakkan dengan baik sehingga tidak menggangu
jalannya pekerjaan.
8.3 Galian saluran air hujan dibuat sesuai gambar kerja, baik kedalaman maupun arahnya.
8.4 Galian untuk saluran, termasuk pembentukan, peningkatan dan perapihan tebing
samping harus dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar rencana atau seperti
petunjuk yang lain yang diberikan oleh Direksi Teknik di lapangan.
8.5 Semua bahan-bahan dari galian harus dipindahkan dari lapangan ketempat
pembuangan yang disetujui oleh Direksi Teknik.
PEKERJAAN PEMASANGAN CERUCUK DOLKEN
9.1 Pekerjaan pasangan cerucuk dolken dilaksanakan/dipasang apabila pekerjaan galian
telah selesai dikerjakan dan diperiksa oleh Direksi/Konsultan Pengawas serta disetujui
dan dinyatakan bahwa pekerjaan galian tanah telah sesuai dengan gambar/bestek.
9.2 Cerucuk Dolken dipasang dalam posisi tegak dan dipantek/ditanam dengan
menggunakan alat pemukul yang cukup berat (misalnya kepala babi) sampai posisi
cerucuk dolken tidak goyah dan cukup kuat untuk menahan/memikul beban pasangan
batu belah.
9.3 Jarak antar cerucuk arah sumbu-x maupun sumbu-y adalah 3 X diameter atau 24 cm
s/d 30 cm atau untuk tiap meter persegi akan dipasang sebanyak 9 tiang.
9.4 Diameter Dolken yang dipergunakan sebagai cerucuk adalah 8 s/d 10 cm, dan harus
berkualitas baik.
PEKERJAAN LANTAI KERJA
Lantai kerja adalah lapisan beton K-125 setebal 5 cm yang diletakkan di bagian dasar galian.
PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI
11.1 Dalam pemasangan spesi/adukan bawah pondasi dilakukan setelah selesai
pemasangan cerucuk dengan persyaratan tanah dasar pondasi harus kering.
11.2 Dalam pengurugan/pengerjaan pondasi ini harus diawasi oleh tim Konsultan
Pengawas/Direksi.
11.3 Batu kali yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak, dan
harus memiliki satu daya tahan (awet), dan hanya boleh dipakai batu kali pecah yang
mempunyai muka sedikitnya dua sisi dengan ukuran minimal 15 x 20 cm. Apabila
didatangkan batu kali bulat, maka sebelum dipasang batu harus dipecah dahulu
sehingga sekurang-kurangnya mempunyai dua muka. Pasangan Batu kali dengan
campuran spesi/adukan 1:4, kecuali pondasi trasramm dengan adukan 1:2. Bentuk dan
ukuran pondasi sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.
11.4 Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan untuk Pondasi umpak sesuai ukuran dan
bentuk-bentuk yang ditunjukan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang diatas
lapisan adukan, adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu sehingga
semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna untuk mendapatkan
massa yang kuat dan integral dibeberapa sisi luar dan dalam.
11.5 Pasangan batu kali meliputi pengadaan bahan dan pemasangan pondasi kaki
talud/turap, pondasi talud/turap sesuai dengan gambar dan persyaratan sebagai
berikut :
Bahan kecuali dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan SKSNI S-04-1989-F dan cara
pengerjaannya harus dilakukan menurut cara terbaik yang dikenal di sini.
Galian pondasi harus diurug dengan tanah pilihan atau sirtu dan dipadatkan
dengan alat trimbris tangan dari logam atau stemper
11.6 Pelaksanaan Pekerjaan
1. Persiapan untuk Pasangan Batu
Penggalian dan persiapan penyangga dan pondasi untuk struktur pasangan
batu, harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan Bab 3.1 Galian.
Pengaturan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sampai
disetujui Direksi sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai.
Kecuali ditetapkan atau ditunjukan lain dalam Gambar rencana, dasar pondasi
dinding penahan harus dipotong dan dibuat tegak lurus kepada atau dalam
tegak lurus bertangga terhadap permukaan dinding. Untuk struktur lainnya,
dasar pondasi harus horizontal atau (untuk tanah miring) dalam bagian
horisontal bertangga.
Bahan lapisan dasar filter tembus air (permeable) dan selimut filter atau
kantong filter harus disediakan bila ditetapkan atau diperintahkan Direksi
sesuai dengan persyaratan Bab 2.7 Spesifikasi ini.
2. Pelaksanaan Basangan Batu
Bilamana ditunjukan pada Gambar Rencana atau sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Teknik, dasar (penyangga) beton atau pondasi beton harus
dipasang untuk pasangan batu sampai ketinggian dan ukuran yang diperlukan.
Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu
untuk penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus
juga dibasahi.
Tebal alas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam
batas-batas 2 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum
untuk menjamin bahwa semua rongga di antara batu yang dipasang telah diisi
sepenuhnya.
Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang
diatas pondasi yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu-batu
pada lapisan pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan
bawah dan disudut-sudut. Hatus diperhatikan dan dihindari pengelompokan
batu yang sama ukurannya.
Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan
permukaan menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan
permukaan dinding yang sedang dibangun.
Batu-batu harus dengan hati-hati dipasang untuk menghindarkan pergeseran
atau gerakan batu yang sudah dipasang. Alat-alat yang mencukupi harus
disediakan dimana perlu untuk menopang dan memasang batu-batu besar,
berat dalam posisinya. Penggilasan atau memutar batu diatas pekerjaan batu
yang sudah terpasang tidak diizikan.
Pada umumnya banyaknya penyediaan adonan untuk dasaryang dipasang satu
kali harus dibatasi sampai tingkat kemajuaan pemasangan batu sehingga batubatu
hanya dipasang di atas adonan segar. Jika sebuah batu dalam struktur
menjadi lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu tersebut harus
disingkirkan, dibersihkan dari adonan-adonan yang mengeras dan dipasang
kembali dengan adonan segar.
3. Penyediaan Lubang Pelepasan dan Sambungan Muai
Kecuali ditunjukan lain pada Gambar rencana atau diperintahkan lain oleh
Direksi, lubang pelepasan harus disediakan dalam semua jenis dinding
penahan. Lubang pelepasan tersebut dengan diameter sekitar 5 cm dan disusun
baik secara horizontal maupun vertikal jarak 2 meter pusat ke pusat.
Dinding penahan struktur panjang menerus akan dibangun dengan sambungan
muai dengan interval maksimum 20 meter. Lebar penuh sambungan akan
dibentuk dengan ketebalan sekitar 3 cm serta batu yang digunaka untuk
membentuk permukaan sambungan harus dipilih sehigga memberikan garis
tegak yang bersih untuk sambungan.
Urugan kembali filter porous terpilih akan dipasang dan dipadatkan di
belakang sambungan muai beserta lubang pelepasan, dengan tebal dan ukuran
yang ditunjukan pada Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.
4. Pasangan Batu Penyelesaian
Sambungan permukaan antara batu-batu akan terselesaikan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak menutupi batu-batu selama pekerjaan
berlangsung.
Kecuali ditetapkan lain, permukaan puncak horisontal dari semua pasangan
batu akan diselesaikan dengan tambahan lapisan aus atau adonan semen tebal 2
cm, dikulir sampai permukaan rata dengan kemiringan melintang yang akan
menjamin perlindungan terhadap air hujan dan dengan ujung yang dibuat
tumpul. Lapis aus tersebut akan dimasukan didalam ukuran khusus struktur.
Segera setelah semua batu muka dipasang, dan sementara adonan masih segar,
permukaan yang menonjol penuh dari struktur harus dibersihkan seluruhnya
dari noda-noda adonan.
Permukaan selesai akan dirawat mengeras sebagaimana diperlukan untuk
pekerjaan beton dalam Spesifikasi ini.
Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari
setelah penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan
sebagaimana ditetapkan, atau sebagaimana diperintahkan Direksi sesuai
dengan persyaratan Spesifikasi yang relevan pada Bab 3.2.
Talud dan bahu jalan disekitarnya akan dirapikan dan diselesaikan sehingga
menjamin satu padanan halus yang kuat dengan pemasangan batu yang akan
memungkinkan drainase tidak terhalang dan mencegah penggerusan pada
ujung-ujung pekerjaan.
Pengendalian Lapangan
Pengendalian dan pemeriksanaan pekerjaan akan dilaksanakan setiap hari selama
berlangsungnya pekerjaan untuk menjamin dipatuhinya persyaratan spesifikasi
dengan perhatian khusus mengenai batas-batas toleransi, kondisi lapangan
pekerjan dan penanganan.
11.7 Cara Pengukuran
Pasangan batu akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
normal pekerjaan terselesaikan yang dapat diterima, dihitung sebagai volume
theoritis yang ditentukan oleh garis dan penampang melintang yang disetujui dan
atau telah ditetapk
Setiap bahan terpasang yang melebihi volume theoritis yang disetujui tidak boleh
diukur atau dibayar.
Galian untuk persiapan pondasi atau pemotongan talud untuk dinding penahan
akan diukur untuk pembayaran sesuai dengan spesifikasi ini.
Bahan filter porous yang diperlukan untuk lapisan dasar atau urugan kembali atau
dalam kantong-kantong filter akan diukur dan dibayar sebagai drainase porous
sebagaimana telah diatur dalam sepesifikasi ini. Tidak ada pengukuran atau
pembayaran tambahan akan dibuat untuk penyediaan atau pemasangan lubang
pelepasan yang berbentuk pipa atau untuk suatu cetakan atau urugan kembali yang
diperlukan.
Beton yang disediakan sebagai pondasi untuk pasangan batu atau untuk
pembayaran di bawah bab ini, akan tetapi akan dimasukkan dalam harga satuan
dan item pelaksanaan yang diperlukan dibawah item pembayaran untuk beton
pada sesuai dengan spesifikasi ini.
11.8 Dasar Pembayaran
Volume yang ditentukan sebagaimana yang diberikan di atas akan dibayar pada harga
kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Penawaran yang mana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan bahan-bahan,
Untuk semua persiapan formasi dan pondasi yang diperlukan, untuk pembuatan
lubang pelepasan dan sambungan konstruksi pekerjaan tersebut, untuk urugan
kembali dan penyelesaian serta untuk semua perkerjaan atau biaya-biaya yang lain
yang diperlukan atau yang biasanya ada penyelesaian pekerjaan yang baik yang
diuraikan sebelumnya dalam spesifikasi ini.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
2.4 Pasangan Batu Meter Kubik
PEKERJAAN URUGAN DAN TIMBUNAN TANAH
12.1 Pengurugan tanah bekas galian pondasi, pelaksanaannya harus lapis demi lapis dan
dipadatkan max setiap tebal 20 cm harus dipadatkan. Tanah harus dipilih yang baik
dan tidak mengandung lumpur, sampah, plastik, humus dan bahan organik lainnya.
12.2 Urugan pasir dengan pasir urug harus berkualitas yang baik dan memenuhi
persyaratan, ketebalan padat sesuai seperti yang ditunjukan dalam gambar.
II. STRUKTUR
KONSTRUKSI BETON
A. Uraian Pekerjan
Pekerjaan ini terdiri dari suatu campuran yang sebanding antara semen, air dan agregat
bergradasi. Campuran beton akan mengendap dan mengeras menurut bentuk yang
diminta/ diisyaratkan dan membentuk satu bahan yang padat. Keras dan tahan lama
(awet), yang memiliki karakteristik tertentu.
Agregat meliputi baik yang kasar maupun yang halus, bergradasi, tetapi jumlah halus akan
tetap dipertahankan sampai jumlah minimum yang diperlukan, apabila dicampur dengan
semen akan cukup untuk mengisi rongga-rongga antra agregat kasar serta memberikan
suatu permukaan yang halus.
Untuk mencapai beton yang kuat dengan keawetan yang optimum, volume air yang
dimasukkan kedalam campuran harus dipertahankan sampai jumlah volume yang
diperlukan untuk memudahkan pekerjaan/ selama campuran.
Bahan tambahan kepada kepada campuran beton seperti bahan memasukkan udara atau
bahan kimia untuk memperlambat atau mempercepat waktu pengerasan, tidak diperboleh
kecuali diminta demikian dalam persyaratan kontrak khusus.
1. Peraturan ( code ) beton
Persyaratan-persyaratan Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI tahun 1971 atau
perbaikan yang terakhir harus sepenuhnya diterapkan kepada semua pekerjaan beton,
terkecuali dinyatakan secara atau yang mengacu kepada pemeriksaan AASHTO dan
spesifikasi khusus yang tidak disebut dalam PBI 1971.
2. Kelas-kelas Beton
Klasfikasi dan rujukan mutu beton harus seperti yang diberikan pada tabel di bawah
ini.
Kelas-Kelas Beton
Kelas
Rujukan
Mutu
Jenis Uraian
I BO Non Struktural Untuk alas beton kurus dan peralatan
pondasi
II K125 Struktural Beton masa tanpa tulang untuk dasar
pondasi, penutup pipa-pipa
K175 Struktural Beton dengan penulangan ringan
digunakan untuk pondasi pelat, dindingdinding
kaison, kereb, dan jalan setapak
K225 Struktural Konstruksi beton bertulang termasuk
gelagar-gelagar, kolom-kolom lantai/
pelat lantai dinding penahan, goronggorong
pipa, gorong-gorong kotak/
persegi
III K275
Sampai
K350
Struktural Beton bertulang mutu tinggi untuk lantai
jembatan, dan bagian-bagian konstruksi
utama lainnya.
K400 Struktur Bagian-bagian konstruksi beton pratekan
dan tiang-tiang beton pracetak
3. Penyerahan
a. Kontraktor harus menyerahkan contoh-contoh semua bahan-bahan yang
digunakan untuk pekerjaan beton bersama-sama dengan data-data pengujian yang
menujukkan kecocokan dengan persyaratan mutu spesifikasi ini.
b. Apabila diisyaratkan demikian oleh Direksi Teknik, kontraktor harus menyerahkan
gambar-gambar rincian semua pekerjaan acuan yang digunakan pada pekerjaan
untuk mendapatkan persetujuan.
c. Kontraktor akan melapor kepada Direksi Teknik paling sedikit 24 jam sebelum
pencampuran atau pengecoran beton.
4. Kondisi Cuaca
Pada umunya, pencampuran, pengangkutan dan pengecoran beton harus
dilakukan dalam keadaan cuaca kering. Apabila keadaan cuaca tidak menentu,
kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
melindungi campuran beton terhadap hujan, dan Direksi Teknik harus
menentukan apakah mencampuran dan pengecoran beton akan dilajutkan atau
ditunda sampai membaiknya keadaan cuaca.
Kontraktor tidak boleh/ dapat menuntut penggantian terhadap kerusakan beton
dan ditolak karena hujan.
5. Perbaikan-perbaikan pekerjaan yang tidak memuaskan
6. Dasar Pembayaran
Volume yang ditentukan dapat ditentukan diatas akan dibayar berdasarkan volume.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
II.1
Beton (K.175, K.225,K.300, K.350, K.400)
M3
RIGID PAVEMENT
1. Istilah dan Definisi
1.1. Acuan gelincir (Slip Form)
Jenis acuan yang biasanya terbuat dari baja dan bersatu dengan mesin penghampar
pada waktu penghamparan beton semen.
1.2. Acuan tetap (Fixed Form)
Jenis acuan yang umumnya terbuat dari baja dan dipasang di lokasi penghamparan
sebelum pengecoran beton semen.
1.3. Bahan anti lengket
Jenis bahan untuk mencegah lengket antara adukan beton semen dengan acuan.
1.4. Batang pengikat (Tie Bar)
Sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud
untuk mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.
1.5. Jalur lalu lintas (Carriage Way)
Bagian jalur jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan bermotor
(beroda 4 atau lebih)
1.6. Lajur lalu lintas (Lane)
Bagian pada jalur lalu - lintas yang ditempuh oleh satu kendaraan bermotor beroda 4
atau lebih, dalam satu jurusan.
1.7. Lapis Resap Pengikat
Lapisan tipis aspal cair berviskositas rendah diletakkkan diatas lapis pondasi sebelum
lapis berikutnya dihampar.
1.8. Lapis Pondasi Bawah dengan bahan pengikat (Bound Sub-Base)
Pondasi bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi dengan
semen aspal,kapur,abu terbang (Fly Ash) atau slag yang dihaluskan sebagian bahan
pengikatnya.
1.9. Perkerasan jalan beton bersambung tanpa tulangan (J ointed Unreinforced
Concrete Pavement).
Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran
pelat mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya
sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar
antara 4-5 meter.
1.10. Perkerasan jalan beton semen bersambung dengan tulangan (J ointed Reinforced
Concrete Pavement).
Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat dengan tulangan dengan ukuran
pelat berbentuk empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh
adanya sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis ini berkisar
antara 8-15 meter.
1.11. Perkerasan jalan beton semen menerus dengan tulangan (Continuously Reinforced
Concrete Pavement).
Jenis perkerasan jalan beton semen yang dibuat dengan tulangan dan dengan
panjang pelat yang menerus yang hanya dibatasi oleh adanya sambungansambungan
muai melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini lebih besar dari
75 meter.
1.12. Perkerasan jalan beton semen pra-tegang (Prestressed Concrete Pavement).
Jenis perkerasan jalan beton semen menerus, tanpa tulangan yang menggunakan
kabel-kabel pratekan guna mengurangi pengaruh susut, muai dan lenting akibat
perubahan temperature dan kelembaban.
1.13. Perkerasan jalan beton semen.
Suatu struktur perkerasan yang umunnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi
bawah dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan.
1.14. Ruji (Dowel).
Sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang
dengan maksud sebagai system penyalur beban, sehingga pelat yang
berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti.
1.15. Stabilisasi.
Suatu tindakan perbaikan mutu bahan perkerasan jalan atau meningkatkan
kekuatan bahan sampai kekuatan tertentu agar bahan tersebut dapat berfungsi dan
memberikan kinerja yang lebih baik daripada bahan aslinya.
1.16. Sambungan lidah alur.
Jenis sambungan pelaksanaan yang system pengatur bebannya digunakan
hubungan lidah alur.
2. Penyiapan Tanah Dasar dan Lapis Pondasi.
2.1. Umum.
Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar dan
atau lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran, penggalian
dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat,
dapat dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan sesuai dengan
spesifikasi yang berlaku (SNI 03-2853-1992).
Dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi
perkerasan pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi tanah
expansif dan memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin penghampar.
Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan teta, pembentukan akhir
dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan yang dipasang sesuai dengan
rencana Alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas hingga
elevasi sesuai dengan gambar rencana. Bagian-bagian yang rendah harus diisi dan
dipadatkan sesuai dengan persyaratan pemadatan.
Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur elevasi otomatis, maka alat
tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus
diselesaikan sebelum bahan mengeras (biasanya berlangsung antara 4-6 jam).
2.2. Persyaratan Pemukaan
Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah atau
permukaan dasar harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan
melintang yang ditentukkan pada gambar rencana, dengan toleransi tinggi
permukaan maksimum 2 cm. Penyimpangan kerataan permukaan tidak boleh lebih
besar 1 cm bila diukur dengan mistar pengukur (Straight Edge) sepanjang 3 m.
Permukaan tanah dasar agar dijaga tetap rata dan padat sampai pondasi atau beton
semen dihamparkan. Alat-alat berat tidak boleh dioperasikan di lajur permukaan
yang sudah selesai dilaksanakan.
Ketentuan pelaksanaan umum yang berlaku untuk tanah dasar berlakku pula untuk
lapis pondasi. Toleransi ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum adalah 1,5
cm dan perbedaan penyimpangan kerataan permukaan harus lebih kecil 1 cm bila
diukur dengan mistar pengukur sepanjang 3 m.
Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air maka lembar tersebut harus dipasang
di atas permukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang
tumpang tindih dengan lebar tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar
dan 30 cm pada arah memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah
sobeknya lembar- lembar tersebut, juga harus diperhatikan kemungkinan rusaknya
lembaran akibat angin.
3. Penyiapan Pembetonan.
3.1. Acuan perkerasan beton semen
Dalam penghamparan perkerasan beton semen, dikenal dua metode pelaksanaan
yaitu :
- Metode Acuan Tetap (Fixed Form Paving Method)
- Metode Acuan Gelincir (Slipform Paving Method)
Pada penghamparan metode acuan tetap, pengecoran, pemadatan dan penyelesaian
akhir beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan, dilaksanakan di antara
acuan.
Pada penghamparan metode acuan gelincir, pengecoran, pemadatan dan
penyelesaian akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin,
diantara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak.
3.1.1. Acuan Tetap
3.1.1.1. Bahan dan ukuran
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan
pelaksanaan. Acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6 mm bila diuji sebagai
balok biasa dengan bentang 3,00 m dan beban yang sama dengan berat mesin
penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya yang akan bergerak diatasnya.
Tebal baja yang digunakan adalah antara 6 mm dan 8 mm. Bila acuan harus
mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang
dari 8 mm. Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal
rencana pelat beton semen, dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal
pelat beton tapi tidak kurang dari 20 cm.
Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah terpasang cukup kokoh,
tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat
pemadat. Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol
keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam pemeriksaaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan bidang atas
acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3,00 m panjang dan kerataan
bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm untuk setiap 3,00 m panjang.
Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai system pengunci
untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.
Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin sehingga air
semen tidak keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00 m atau kurang,
dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (Flexible Form)
atau acuan melengkung.
3.1.1.2. Pemasangan Acuan
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan
ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu dipasang acuan dapat
disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang
benar.
Alinyemen dan elevasi acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki menjelang
penghamparan beton semen. Bila terdapat acuan yang rusak atau pondasi yang
tidak stabil, pondasi harus diperbaiki terlebih dahulu dan acuan harus distel
kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan
beton semen sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa
mengganggu kelancaran penghamparan. Setelah acuan dipasang pada posisi
yang benar, tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua sisi luar dan dalam
dasar acuan harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat pemadat masin
atau manual.
Acuan harus diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak pada setiap
3,00 m panjang. Setiap acuan harus benar-benar terikat kuat sehingga tidak dapat
bergerak. Pada setiap titik boleh menyimpang lebih dari 6 mm dari garisnya.
Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan akibat
peralatan pelaksanaan. Sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian dalam
acuan harus dibersihkan dan diolesi dengan bahan anti lengket.
3.1.1.3. Pembongkaran Acuan
Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang-kurangnya selama 8
jam setelah pengecoran beton semen. Apabila temperature udara turun dibawah
100 C pada kurun waktu 8 jam sejak pengecoran beton, acuan agar dipasang lebih
lama guna menjamin bahwa ujung perkerasan beton semen tidak rusak.
Perawatan terhadap tepi perkerasan beton harus dilaksanakan sesegera mungkin
setelah acaun dibongkar.
3.2. Pemasangan Ruji, batang pengikat dan tulangan pelat
3.2.1. Ruji (Dowel)
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi untuk batang
polos AASHTO M 31-81,AASHTO M 42-81 atau AASHTO M 31-81.
Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak
mengurangi kebebasan pergerakan ruji dalam beton.
Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (Metal Expansion
Cap) pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak 5 7 cm.
Pelindung harus memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku
sehingga pada waktu pelaksanaan tidak rusak. Batang ruji harus ditempatkan di
tengah ketebalan pelat. Kepadatan beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa
berfungsi secara sempurna.
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah
karat. Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan
cat atau diolesi dengan bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai.
Ujung batang ruji yang dapat bergerak bebas harus dilengkapi dengan topi atau
penutup topi pelindung muai. Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis lain dapat
digunakan sebagai pengganti bahan anti lengket.
Ruji atau batang pengikat dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan untuk
penyangga tulangan, yang diletakkan pada pondasi bawah harus cukup kuat untuk
menahan pergeseran atau deformasi sebelum dan selama pelaksanaan.
3.2.2. Pemasangan dudukan ruji
Dudukan ruji harus ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang
sudah dipersiapkan. Perlengkapan ruji harus ditempatkan tegak lurus sumbu jalan,
kecuali ditentukkan lain pada Gambar Rencana.
Ruji harus ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah ditetapkan sehingga
tekanan beton tidak akan mengganggu kedudukannya. Pada tikungan yang
diperlebar, sambungan memanjang pada sumbu jalan harus diatur sedemikian rupa
sehingga mempunyai jarak sama dari tepi-tepi pelat.
Susunan batang ruji dan dudukannya harus dipasang pada garis dan elevasi yang
diperlukan dan harus dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patokpatok.
Apabila susunan batang ruji dan dudukannya dibuat secara bagian demi
bagian maka susunan tersebut harus merupakan satu kesatuan.
3.3. Batang pengikat (Tie Bars)
Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi spesifikasi
untuk batang tulangan, mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter minimum 16
mm.
Apabila digunakan batang pengikat dari jenis baja lain, maka baja tersebut harus
dapat dibengkokkan dan diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan.
3.4. Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan organik
lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat menimbulkan
kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap
ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian
benda uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang
diisyaratkan.
3.4.1. Persyaratan bahan
Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus sesuai dengan spesifikasi sebagai
berikut :
a) baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi persyaratan
AASHTO M 35-81, atau AASHTO M 221-81 untuk tulangan dari kawat baja
berulir;
b) anyaman batang baja yang memenuhi AASHTO M 54-81;
c) batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81 dan AASHTO
M 53-81.
3.4.2. Pemasangan tulangan
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemasangan tulangan adalah sebagai
berikut :
a) pada perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan, tulangan harus
terdiri atas anyaman kawat di las atau anyaman batang baja;
Lebar dan panjang anyaman kawat atau anyaman batang baja harus diatur
sedemikian rupa, sehingga pada waktu anyaman tersebut dipasang, kawat atau
baja yang paling luar terletak 7,5 cm dari tepi atau sambungan pelat.
b) Batang-batang baja pada setiap persilangan harus diikat kuat. Batang-batang
baja yang disambunmg, bagian ujung-ujungnya harus berimpit dengan panjang
tidak kurang dari 30 kali diameternya.
c) Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang memanjang
harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali diameternya;
Pola anyaman harus sedemikian rupa sehingga batang-batang baja harus
mempunyai jarak tidak kurang dari 5 cm.
d) Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpang tindihkan sebagaimana
yang tercantum pada Gambar Rencana. Lembar anyaman harus diikat kuat
untuk mencegah pergeseran;
e) Apabila pelat (slab) dibuat dengan 2 kali mengecor, maka permukaan lapis
pertama harus rata dan terletak pada kedalaman tidak kurang dari 5 cm di
bawah permukaan akhir pelat. Tulangan ditempatkan di atas lapis pertama
pengecoran;
Penghamparan lapisan pertama harus mencakup seluruh lebar pengecoran
dengan panjang yang cukup untuk memungkinkan agar anyaman dapat digelar
pada posisi akhir tanpa terjadi kelebihan penulangan yang terlalu jauh. Untuk
mencegah pergeseran, anyaman tulangan yang berdampingan harus diikat;
Dalam pengecoran lapisan berikutnya, adukan dituangkan di atas tulangan.
Untuk jangka waktu tertentu permukaan beton lapis pertama tidak boleh
dibiarkan terbuka lebih dari 30 menit, terutama pada keadaan cuaca panas atau
berangin;
Selama penghamparan pemasangan tulangan harus selalu diperiksa dan apabila
dipandang perlu harus dilakukan perbaikan.
f) Pada perkerasan beton semen menerus dengan tulangan, maka tulangan harus
dipasang sedemikian dengan kedalaman selimut beton adalah 1/4 tebal pelat +
2,5 cm dan tulangan melintangnya tidak boleh terletak di bawah tengah-tengah
tebal pelat.
Pada beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus diletakkan pada
dudukan agar pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada poisi
yang telah ditentukan;
Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi
dengan cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertetangga dari satu
tepi perkerasan ketepi ;
Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus berimpit satu sama
lainnya dengan panjang minimum 30 kali diameternya, tetapi tidak boleh
kurang dari 40 cm.
4. Pembetonan
Beton yang dihasilkan harus memenuhi kekuatan sesuai dengan yang ditentukan dalam
perencanaan. Kandungan udara harus masih dalam batas yang dianjurkan sesuai dengan
ukuran agregat dan daerah di mana beton akan digunakan. Beton harus mempunyai factor
air semen yang tidak lebih besar dari yang dianjurkan untuk mengatasi kondisi lingkungan
yang mungkin terjadi.
4.1. Sifat-sifat beton semen
Campuran beton yang dibuat untuk perkerasan beton semen harus memiliki
kelecakan yang baik agar memberikan kemudahan dalam pengerjaan tanpa terjadi
segregasi atau bliding dan setelah beton mengeras memenuhi kriteria kekuatan,
keawetan, kedap air dan keselamatan berkendaraan.
a) Kadar air dan kandungan udara;
Kadar air harus dijaga serendah mungkin (dalam batas kemudahan kerja) untuk
mendapatkan beton yang padat dan awet dengan kandungan udara yang sesuai
dengan persyaratan.
b) Mutu agregat;
Untuk mendapatkan kualitas beton yang diinginkan mutu agregat harus tetap
dijaga.
c) Bahan tambah (Admixtures);
Bahan tambah baru boleh digunakan hanya apabila sudah dilakukan penilaian
dan pengujian lapangan yang teliti.
d) Kekesatan
Faktor air semen yang rendah sangat membantu daam mempertahankan
kekesatan permukaan perkerasan beton.
4.2. Bahan beton semen
4.2.1. Sumber bahan
Bahan yang digunakan harus berasal dari sumber yang telah diketahui dan
dibuktikan telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam pedoman ini, baik
mutu maupun jumlahnya. Bila kondisi setempat tidak memungkinkan, maka dapat
dilakukan perubahan atau penyesuaian terhadap persyaratan tersebut tanpa
mengurangi mutu hasil pekerjaan.
4.2.2. Agregat
4.2.2.1. Persyaratan mutu
Agregat yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) mutu agregat sesuai SK SNI S-04-1989-F;
b) ukuran maksimum agregat harus 1/3 tebal pelat atau 3/4 jarak bersih
minimum antar tulangan.
4.2.2.2. Cara pengelolaan
Agregat harus dikelola untuk mencegah pemisahan butir, penurunan mutu,
pengotoran atau pencampuran antar fraksi dari jenis yang berbeda. Bila bahan
mengalami pemisahan butir, penurunan mutu atau pengotoran, maka sebelum
digunakan harus diperbaiki dengan cara pencampuran dan penyaringan ulang,
pencucian atau cara-cara lainnya.
- Agregat harus dibentuk lapis demi lapis dengan ketebalan maksimum 1,0 m.
masing-masing lapis agar ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa dan
penumpukan lapisan berikutnya dilakukan setelah lapisan sebelumnya selesai
dan dijaga agar tidak membentuk kerucut.
- Agregat yang berbeda sumber dan ukuran serta gradasinya tidak boleh di
satukan
- Semua agregat yang dicuci harus didiamkan terlebih dahulu minimum 12 jam
sebelum digunakan
- Waktu penumpukkan lebih dari 12 jam harus dilakukan untuk agregat yang
berkadar air tinggi atau kadar air yang tidak seragam
- Pada waktu agregat dimasukkan ke dalam mesin pengaduk, agregat tersebut
harus mempunyai kadar air yang seragam
- Agrergat halus/pasir harus diperiksa kadar airnya. Volume agregat yang
mempunyai kadar air bervariasi lebih dari 5 %, harus dikoreksi. Pada penakaran
dengan berat, banyaknya agregat setiap fraksi harus ditimbang terpisah.
Agregat harus diperiksa kadar airnya berat agregat yang mempunyai kadar air
bervariasi lebih dari 3% harus dikoreksi.
4.2.3. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton semen harus sesuai dengan SNI 15-
2049-1994. Semen harus dipilh dan diperhatikan sesuai lingkungan dimana
perkerasan digunakan serta kekuatan awalnya harus cukup untuk pemotongan
sambungan dan ketahanan abrasi permukaan.
Cara penyimpanan semen harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
- semen disimpan diruangan yang keringdan tertutup rapat
- semen ditumpuk dengan jarak setinggi minimum 0,30 meter dari lantai
ruangan, tidak menempel/melekat pada dinding ruangan dan maksimum
setinggi 10 zak semen
- tumpukan zak semen disusun sedemikian rupa sehingga tidak terjadi
perputaran udara diantaranya dan mudah untuk diperiksa
- semen dari berbagai jenis/merk harus disimpan secara terpisah sehingga tidak
mungkin tertukar dengan jenis/merk yang lain
- semen yang baru dating tidak boleh ditimbun di atas timbunan semen yang
sudah ada dan penggunaannya harus dilakukan menurut urutan pengiriman
- apabila mutu semen diragukan atau telah disimpan lebih dari 2 bulan maka
sebelum digunakan harus diperiksa terlebih dahulu bahwa semen tersebut
memenuhi syarat
- pada penggunaan semen curah, suhu semen harus dari 700 C, semen produksi
pabrik dalam kantong yang telah diketahui beratnya tidak perlu ditimbang
ulang. Semua semen curah harus diukur dalam berat.
4.2.4. Air
Air yang digunakan untuk campuran atau perawatan harus bersih dan bebas dari
minyak, garam, asam, bahan nabati, lanau atau bahan-bahan lain yang dalam
jumlah tertentu dapat membahayakan. Air harus berasal dari sumber yang telah
terbukti baik dan memenuhi persyaratan sesuai dengan SK SNI S-04-1989-F.
Air harus diukur dalam volume atau berat dengan alat ukur yang mempunyai
akurasi 2%. Akurasi alat ukur harus diperiksa setiap hari.
4.2.5. Bahan tambah (Admixtures)
Penggunaan bahan tambah dapat dilakukan untuk maksud :
- kemudahan pekerjaan (Workability) yang lebih tinggi, atau
- pengikatan beton yang lebih cepat agar penyelesaian akhir (Finishing),
pembukaan acuan dan pembukaan jalur lalu lintas dapat dipercepat, atau
- pengikatan yang lebih lambat, misalnya pada pembetonan dengan transportasi
cukup. Proporsi bahan tambah dalam campuran harus didasarkan atas hasil
percobaan.
Setiap bahan tambah yang digunakan harus memenuhi spesifikasi sebagai
berikut :
a) SNI 03-2495-1991 Bahan tambah untuk beton;
b) SNI 03-2496-1991 Spesifikasi bahan tambah pembentukan gelembung udara;
c) ASTM C-618 Spesifikasi untuk Fly Ash atau Calcined Natural Pozzolan yang
digunakan dalam Beton Semen Portland;
d) AASHTO M 144-78 Spesifikasi untuk Calcium Chloride.
Beberapa jenis bahan tambah dan kegunaannya seperti diperlihatkan pada Tabel 1.
No. Jenis Kegunaan Maksud
1. Air
Entrainment
Kemudahan pengerjaan kedap air dan
keawetan.
Memasukkan gelembung udara
(0,03 0,08 mm) secara merata ke
dalam beton.
2. Water
Reducer
Mempertahankan slump dan
kemudahan pengerjaan.
Mengurangi penggunaan air dan
semen
3. Ratarder Menyesuaikan waktu pelaksanaan
pembetonan.
Memperlambat waktu pengikatan
4. Accelerator Kuat awal tinggi dalam waktu relative
singkat.
Tidak boleh digunakan bersamaan
dengan Air Entrainment
Sering mengandung Calcium.
Cholrida yang menimbulkan korosi dan
Mempercepat waktu pengikatan.
reaksi alkali-agregat.
Catatan :
Lebih aman bila digunakan :
- Semen kuat awal tinggi.
- Beton mutu tinggi
- Pemanasan uap.
5. Plasticizer Meningkatkan kemudahan dan mutu
pengerjaan (Workability).
Bila proporsi campuran dan bentuk
agregat kurang baik, adukan
kurang Workable
6. Lain-lain
Pozolan
Mengendalikan suhu dalam beton dan
mencegah reaksi alkali-agregat.
Beton massif (mutu dan cara uji
semen pozolan sesuai dengan SII
0132-75).
4.3. Penentuan proporsi campuran beton semen
Penentuan proporsi campuran awal diperoleh berdasarkan perhitungan rancangan
dan percobaan campuran di laboratorium. Proporsi rencana campuran akhir harus
didasarkan pada percobaan penakaran skala penuh pada awal pekerjaan.
Apabila ketentuan kadar semen minimum diterapkan, maka disarankan untuk
menggunakan semen minimum 335 Kg/cm3, kecuali bila pengalaman setempat
menunjukkan bahwa nilai tersebut dapat diturunkan.
Disarankan kuat tarik lentur beton yang ditentukkan untuk tujuan perencanaan dan
keawetan pada umur 28 hari tidak boleh lebih kecil dari 4 MPa (40 Kg/cm2).
Bila dalam perencanaan dimasukkan parameter lain dari beton, maka kebutuhan
semen per m3 beton berdasarkan metode semen minimum, harus dinaikkan atau
diturunkan berdasarkan pengalaman. Dalam hal apapun kadar semen tidak boleh
lebih kecil dari 280 Kg/cm3 .
4.4. Pengadukan beton semen
4.4.1. Unit penakaran (Batching Plant)
Unit penakaran terdiri atas bak-bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk setiap
fraksi agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi dengan bak penimbang
(weighting hoppers), timbangan (scales) dan pengontrol takaran (batching controls).
Semen curah harus ditimbang pada bak penimbang yang terpisah, dan tidak boleh
ditimbang kumulatif dengan agregat.
Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang bahan satu adukan dengan
sekali menimbang.
Alat penimbang harus dapat menimbang semua bahan secara teliti.
Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum digunakan dan secara berkala selama
pelaksanaan.
4.4.2. Pengukuran dan penanganan bahan
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a) semen curah maupun semen kemasan dapat digunakan, asalkan menggunakan
cara penakaran yang sama. Semen yang berbeda merk tidak boleh digunakan
paa pencampuran yang bersamaan. Semen harus ditimbang dengan
penyimpangan maksimum 1%. Apabila digunakan semen kemasan, maka
jumlah semen dalam satu adukan beton harus merupakan bilangan bulat dalam
zak;
b) agregat ditimbang dengan penyimpangan maksimum 2%;
c) air pencampur dapat ditakar berdasarkan volume atau berat. Toleransi
penakaran maksimum 1%;
d) bahan tambah yang digunakan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Bahan tambah dapat ditakar dalm berat
atau volume, dengan toleransi penakaran maksimum 3%. Bila digunakan bahan
tambah pembentuk udara (air entraining admixture) bersamaan dengan bahan
kimia, maka masing-masing bahan tambah harus ditakar dan ditambahkan
kedalam adukan secara terpisah;
e) abu terbang (fly ash) atau pozolan lainnya harus ditakar dalam berat dengan
batas ketelitian 3%.
4.4.3. Cara pengadukan beton semen
Pengadukan beton semen merupakan bagian paling penting dari tahapantahapan,
harus menghasilkan beton semen yang homogen, seragam dan
ekonomis. Untuk memperoleh hasil yang seperti itu, pemilihan tipe alat dan
pengoperasiannya harus dilakukan secara tepat, demikian juga penempatan alat
pengaduk dan material bahan campuran beton.
Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke dalam air sebelum
dituangkan ke dalam mesin pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum seperempat masa pengadukan
selesai.
Lama waktu pencampuran (mixing time) yang diperlukan ditetapkan dari hasil
percobaan campuran. Waktu pencampuran tidak boleh kurang dari 75 detik,
kecuali ada data untuk mencampur minimum 60 detik.
Apabila digunakan beton siap campur (Ready-mixed Concrete), pelaksanaan
pencampuran beton harus sesuai dengan persyaratan Pd. S-02-1996-03.
4.4.3.1. Cara masinal
Dalam mengerjakan pengadukan beton sebaiknya digunakan peralatan yang
telah memenuhi persyaratan yang bisa dikendalikan secara otomatis, baik dalam
hal penimbangan atau penakaran material maupun pengadukannya.
4.4.3.2. Cara semi masinal
Apabila cara masinal tidak bisa dilakukan sepenuhnya, pengadukan beton dapat
dikerjakan dengan cara semi masinal, yaitu dengan peralatan atau mesin yang
tidak sepenuhnya bisa dikendalikan secara otomatis (beton molen). Kondisi
pelaksanaan seperti ini harus disertai dengan pengawasan yang lebih baik.
4.4.3.3. Cara manual
Untuk pekerjaan bagian-bagian tertentu dengan jumlah kecil atau dalam hal
kondisi darurat, pengadukan dengan tangan (hand mixing) menggunakan sekop
dan cangkul boleh dilakukan/sesuai instruksi pengawas lapangan.
4.5. Pengangkutan adukan beton
Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran dapat menggunakan antara
lain: tipping trucks, truck mixers atau agitators, sesuai dengan pertimbangan
ekonomis dan jumlahnya beton yang diangkut. Pengangkutan harus dapat
menjaga campuran beton tetap homogen, tidak segregasi, dan tidak menyebabkan
perubahan konsistensi beton.
Apabila beton diangkut dengan peralatan yang tidak bergerak (non-agitating),
rentang waktu terhitung mulai semen dimasukkan ke dalam mesin pengaduk
hingga selesai pengangkutan ke lokasi tidak boleh melebihi 45 menit untuk beton
normal dan tidak boleh melebihi 30 menit untuk beton yang memiliki sifat
mengeras lebih cepat atau temperature beton 300C. Apabila digunakan truck
mixers atau agitators, rentang waktu pengangkutan dapat diijinkan hingga 60
menit untuk beton normal tetapi harus lebih pendek lagi jika untuk beton yang
mengeras lebih cepat atau temperature beton 300C.
4.6. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan
4.6.1. Pengecoran
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.
Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m 1,50 m tergantung
dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan
adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk
beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah
disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan
adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara
berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).
4.6.2. Pengecoran pada cuaca panas
Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperature
beton basah (fresh concrete) di atas 240C, pencegahan penguapan harus dilakukan.
Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan
tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain
yang sesuai. Temperature agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.
Pengecoran beton harus dihentikkan bila temperature beton pada saat dituangkan
lebih dari 320C.
Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan
kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan
menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa
berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.
4.6.3. Penghamparan
Ada dua metode penghamparan beton semen.
a) metode menerus;
Pada metode ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan melintang
dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji sebelum retak
susut terjadi.
b) Metode panel-berselang.
Pada metode ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-panel
yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan
setelah 4-7 hari berikutnya.
Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau
ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali
apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan
gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan
harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil,
penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas
alat pemadat.
Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus
diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.
4.6.4. Slump Beton atau Keenceran Beton
Slump merupakan salah satu besaran atau parameter suatu campuran beton semen
yang menunjukkan tingkat kemudahan pengerjaan ( Workability ) dari campuran
yang bersangkutan. Workabality ini dapat dibagi dalam 3 katagori yaitu sedang,
baik dan amat baik.
Pada konstruksi beton semen secara umum ; besarnya slump bervariasi yaitu antara
2.5 sd 10 cm. Besarnya slump untuk beberapa jenis konstruksi beton semen secara
umum adalah sebagaimana tampak pada tabel sebagai berikut :
Tabel Slump Menurut Konstruksi
Tipe
Konstruksi
Slump
Max. Min.
Tembok dan pondasi plat dan Sumuran 7.5 2.5
Lantaii, balok dan dinding kolom 10.0 2.5
Lantai jembatan 7.5 5.0
Pavement 5.0 2.5
Trotoar 10.0 5.0
Sebagaimana terlihat pada tabel di atas, untuk perkerasan beton semen atau rigid
pavement, besarnya slump berkisar antara 2.5 5.0 cm.
Dari banyak pengalaman pelaksanaan perkerasan beton semen dapat disampaikan data
slump sebagai berikut :
- Untuk perjalanan campuran beton semen dari plant ke site selama 60 menit : Slump di
plant = 6.5 cm di site 4.0 cm
- Untuk perjalanan campuran beton semen dari plant ke site 10 menit : Slump di plant =
4.5 cm di site = 4.0 cm
Vribrating screed merupakan finisher peerkerasan beton semen yang paling sederhana
dilaksanakan secara manual ( ditarik dengan tenaga manusia ) dengan hasil cukup
memadai khususnya untuk volume pekerjaan yang tidak terlalu besar
4.6.4.1. Maksud dan Fungsi Masing-masing Komponen Konstruksi Perkerasan Beton
Semen
a) Tanah Dasar dan Subgrade
Seperti pada konstruksi perkerasan fleksible tanah dasar atau subgrade pada
pada konstruksi perkerasan kaku ( beton semen ) adalah tanah yang disiapkan
( dibentuk dan dipadatkan ) untuk meletakkan ( diatasnya akan dibangun )
konstruksi perkerasan baik berupa tanah asli, tanah galian ataupun tanah
timbunan. Tanah ini berfungsi sebagai penerima (pemikul) beban ( lalu lintas
) yang telah disalurkan ( disebarkan ) oleh konstruksi perkerasan.
Penyebaran atau penyaluran beban kepada tanah dasar tersebut dilakukan
oleh konstruksi perkerasan dengan ketebalan dengan mutu sedemikian rupa,
sehingga tekanan ( beban ) yang sampai ketanah dasar sesuai dengan
kemampuan atau daya dukung tanah yang bersangkutan.
Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada konstruksi perkerasan kaku
yang umum dipergunakan adalah CBR, modulus reaksi tanah dasar atau
subgrade reaction value ( k dalam pci atau kg/cm3 )
Adapun korelasi antara CBR dan k adalah sebagai berikut :
CBR ( % ) : 2.0 4.0 8.0 12.0 16.0 20.0 24.0 28.0 32.0
K ( pci ) : 70.0 120.0 170.0 200.0 230.0 240.0 260.0 290.0 340.0
K (
kg/cm3)
: 1.5 3.3 4.8 6.0 6.6 7.0 7.5 8.0 9.3
4.6.4.2. Pondasi Bawah atau Subbase
Subbase adalah salah satu lapis pada konstruksi perkerasan kaku yang terletak
antara tanah dasar dan plat beton semen mutu tinggi. pada umumnya fungsi dari
subbase tidak terlalu struktural dalam artian keberadaanya tidak dimaksudkan
untuk menyumbangkan nilai struktur ( tebal konstruksi ) perkerasan beton semen
( diabaikan ).
Fungsi utama dari subbase adalah lantai kerja yang rata dan uniform ( disamping
fungsi lainnya sebagaimana halnya pada perkerasan fleksibel antara lain
menahan pumping, menahan perubahan volume dll. ) sehingga plat beton
sebagai komponen utama perkerasan beton semen ( mutu tinggi dan mahal )
dapat dan siap dibangun atau dipasang dengan baik dan sempurna.
Ketidak rataan subbase akan menyebabkan ketidak rataan plat beton ( rigid
pavament ) dan ketidak rataan plat beton dapat menimbulkan ( berpotensi
sebagai ) crack inducer.
Sebagai bahan subbase dapat digunakan bahan unbound granural ( sirtu )
ataupun bound granural CTSB ( sement treated subbase ).
4.6.4.3. Tulangan
Pada konstruksi perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan yaitu
tulangan pada plat beton untuk memperkuat plat beton tersebut dan tulangan
Bendungan, Konstruksi dengan masa besar 5.0 2.5
sambungan untuk menyambung kembali bagian-bagian yang telah terputus (
diputus ). Kedua jenis tulangan tersebut mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi
yang berbeda.
Pemahaman dan penerapan yang menyalahi khususnya tentang bentuk, lokasi
dan fungsi tulangan akan bisa berakibat kurang baik bahkan sering menimbulkan
kerusakan-kerusakan atau paling tidak tulangan tersebut kurang efektif dalam
peran dan fungsinya.
a) Tulangan Plat
Tulangan plat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan
fungsi yang berbeda dengan tulangan plat pada konstruksi beton yang lain
misalnya lantai gedung. Balok dan lantai sebagainya. Tulangan plat pada
konstruksi beton semen mempunyai bentuk, lokasi serta fungsi khusus
sebagai berikut :
- Bentuk tulangan pada umumnya berupa lembaran ( atau gulungan )
tulangan pagar (biasanya Fabricated) khusus pada plat beton jenis
jointed reinforced concrete pavement dalam pelaksanaan, tulangan
lembaraan jauh lebih baik dari pada gulungan ( keduanya pebricated )
untuk bentuknya bukan tulangan pagar tetapi tulangan seperti pada
konstruksi plat beton pada umumnya ( gedung atau jembatan ).
- Lokasi tulangan plat beton terletak pada 1/3 tebal pada sebelah atas.
- Fungsi dan tulangan plat beton adalah memegang beton agar tidak
retak ( retak beton terbuka ) bukan untuk melawan momen atau gaya
lintang. Karenanya tulangan plat beton pada konstruksi perkerasan beton
semen tidak struktural dan tidak mengurangi tebal plat.
- Dengan menggunakan tulangan plat beton. Maka jarak sambungan antara
plat (melintang) menjadi lebih besar sekitar 2 kali lipat dari pada plat
beton tanpa tulangan.
b) Tulangan Sambungan
Pada perkerasan beton semen dikenal dua jenis tulangan sambungan yaitu
tulangan sambungan melintang dan tulangan sambungan memanjang.
Sambungan melintang merupakan sambungan untuk memberikan sarana
( mengakomodir ) gerakan kembang susut kearah memanjang plat,
sedangkan sambungan memanjang merupakan sambungan untuk
memberikan sarana ( mengakomodir ) gerakan lenting plat beton.
Dari fungsi dan lokasi dari kedua tulangan sambungan tersebut, maka
kedua tulangan tersebut mempunyai ciri dan fungsi yang berbeda
sebagai berikut :
Tulangan sambungan melintang :
- Disebut dowel
- Berfungsi sebagai sliding devices dan load transfer devices
- Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar
- Lekat ( bounding ) pada plat beton satu sisi dan tidak lekat/ licin (
unbound ) pada plat beton satu sisi yang lain/ dapat dibalut dengan
bahan plastik/ movable
- Lokasi ditengah tebal plat beton dan sejajar dengan sumbu jalan (arah
arus lalu lintas)
c) Tulangan sambungan memanjang
- Disebut Tie Bar
- Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices
- Berbentuk deformed dan kecil
- Lekat ( bounding ) dikedua sisi plat beton
- Lokasi ditengah tebal plat beton dan tegak lurus sumbu jalan ( arah
lalu lintas )
d) Sambungan atau Joint
Sambungan melintang berfungsi untuk mengakomodir gerakan
kembang susut sedangkan sambungan memanjang berfungsi untuk
mengakomodir gerakan lenting dari plat beton yang bersangkutan
akibat panas dingin pada siang malam.
Fungsi lain dari sambungan adalah mengendalikan atau menggerakan
retak plat beton akibat shrinkage ( susut ) maupun wrapping ( lenting )
agar teratur baik bentuk maupun lokasinya sesuai dengan yang kita
kehendaki ( sesuai desain ) dengan terkendalinya (terkontrol) retak
tersebut, maka retak akan tepat terjadi pada lokasi secara teratur dimana
pada lokasi tersebut telah kita sediakan tulangan sambungan.
Pada sambungan melintang dikenal dua jenis sambungan yaitu:
sambungan kembang susut dan sambungan pelaksanaan. Sambungan
susut ( contraction joint ) diadakan dengan cara memasang bekisting
melintang dan dowel antara plat pengecoran sebelumnya dan
pengecoran berikutnya. Sambungan lenting pada pengecoran per lajur
(lane) diadakan dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie
bar, sedangkan pada pelaksanaan pengecoran pada dua lajur ( lane )
sekaligus, sambungan diadakan dengan cara saw cutting untuk bagian
atas dan memasang crack inducer ( berupa kayu kaso segitiga ) pada
bagian bawah plat beton pada lokasi sambungan yang telah ditentukan.
Pada setiap celah sambungan, harus diisi dengan joint sealent dari bahan
khusus yang bersifat thermoplastic antara lain adalah rubber asphlat,
coal tars ataupun rubber tars : misal sikatop 121.
Pelaksanaan joint sealent dilaksanakan untuk disarankan untuk
dilakukan sesegera mungkin, dan menunda terlalu lama pengecoran
joint sealent akan mempersulit pelaksanaannya karena celah sering kali
sudah mulai tertutup oleh bahan atau debu yang kadang-kadang
bersifat cementing. Sebelum joint sealent dicor/ dituangkan, kotoran
dalam celah harus disingkirkan dan kalau perlu disemprot dengan
blower.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan saw cutting
adalah :
- Tepat lokasi ( diberi tanda sebelumnya, pada bekisting atau tempat
lain )
- Tepat kedalaman ( tebal pada plat )
- Tepat pada waktu ; sesudah jam ke 4 sebelum jam ke 24 sejak
pengecoran beton, batas waktu tersebut untuk menghindari terlalu
cepatnya mengerjakan saw cutting (beton terlalu lunak) atau
terlambat sehingga proses shrinkage sudah berlangsung dan retak
sudah terjadi yang sering kali tidak pada lokasi yang telah
ditetapkan. Celah hasil saw cutting maupun crack inducer
dapat diibaratkan sebagai penyediaan tempat (rumah) agar retakretak
akibat shrinkage dapat terkumpul di celah tersebut.
e) Bound Breaker Diatas Subbase
Plat beton semen bermutu tinggi sebagai konstruksi utama dari
perkerasan beton semen, pengecoran dilakukan setelah dan diatas subbase
yang telah selesai dikerjakan ( dicor atau digelar ) ; pada saat mana
subbase sudah selesai shrinkage ( bila berupa beton CTSB ). Plat beton
yang dicor di atas subbase ( kemudian ) harus diusahakan untuk tidak
tergangu oleh friction dengan subbase yang sudah keras atau selesai
shrinkage ; karena design merencanakan shrinkage terkendali sedemikian
rupa sehingga retak-retak akibat shrinkage dapat terkumpul pada
celah saw cutting maupun crack inducer lainnya. Untuk itu
diperlukan sarana untuk membebaskan kelekatan antara subbase ( CTBS )
dengan plat beton di atasnya. Sarana yang dimaksud dikenal dengan
nama bound breaker. Bound breaker tersebut pada umumnya berupa
plastik tipis. Disamping diperlukannya plastik tipis di atas subbase untuk
menghilangkan bounding ; permukaan subbase tidak boleh di groove
maupun di bush. Dalam menggunakan platik tipis sebagai bound breaker ;
harus diusahakan agar pemasangan plastik sebaik mungkin agar terhindar
kemungkinan terjadinya irregular joint khususnya karena tidak
sempurnanya keseluruhan permukaan plastik (melekat) di atas
permukaan subbase kedalam granual subbase.
Bilamana bahan subbase digunakan adalah butiran lepas ( misalnya sirtu )
maka tidak terlalu diperlukan bound breaker karena tidak terjadi lekatan
anata subbase dan plat beton ; kecuali ada kekhawatiran dewatering
campuran beton diatas subbase kedalam granual subbase.
f) Alur Permukaan atau Groving /Brushing
Untuk dapat melayani lalu-lintas dengan cepat, aman dan nyaman
permukaan perkerasan beton semen yang dalam hal ini adalah plat beton
mutu tinggi, permukaan perkerasan disamping kuat dan awet harus pula
tidak licin. Permukaan tidak licin dari perkerasan beton semen tersebut
diadakan dengan mengupayakan/ membentuk alur-alur dipermukaan
beton melalui pengaluran/menyikatan ( graving/bushing ) sebelum beton
disemprot curring coumpond, sebelum beton semen ditutup wet burlap
dan sebelum beton mengeras. Arah alur ( grooving atau brushing ) bisa
memanjang ataupun melintang yang keduanya mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan dan kerugian yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
Alur Memanjang
- Friction kearah memanjang lebih baik ( pada manuver kesamping )
- Pelaksanaan lebih mudah dan cepat khususnya bila secara mechanic
- Friction kearah memanjang agak kurang baik
- Surface drain sedikit tertanggu
- Sambungan pelaksanaan penyaluran ( grooving/ brushing ) sering
kurang rapi
Alur Melintang
- Friction kearah melintang lebih baik ( pada manuver breaking dan
accelerating )
- Pelaksanaan lebih mudah dan cepat bila groving atau brushing
terpasang dan dioperasikan pada finisher
- Friction kearah melintang agak kurang baik
- Surface draine lebih baik
- Terbentuk sambungan alur dapat dihindari
Pada perkerasan beton semen yang cukup baik kerataanya serta alurnya; kebisingan jalan
beton semen ternyata lebih baik daripada perkerasan aspal ( yang baik pula ) khususnya
serface dressing sebagaimana terlihat pada data berikut ini :
Norse /Kebisingan pada kecepatan 80 km/jam
- Surface Dressing : 82.0 dbA
- Groove Concrete : 80.5 dbA
- Brushed Concrete : 81.0 dbA
4.6.5. Pemadatan
Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya. Ada dua metode untuk
memadatkanbeton yaitu: pemadatan dengan tangan dan pemadatan dengan
getaran.
a) pemadatan dengan tangan (hand tamping);
Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat
dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar
jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi
tebal 5 mm.
Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas
permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang.
Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan
merapikan permukaan beton.
b) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated
vibrating beam).
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan
beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang
dioperasikan secara manual.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut , dapat
digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).
Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada
permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut
sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk
dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan
yang baik.
4.7. Pembentukan tekstur permukaan
4.7.5. Penyelesaian akhir perkerasan beton semen
Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan
dengan alat perata.
Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan
kekesatan permukaan. Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara.
Ini termasuk penarikan karung goni (burlap), penyikatan dengan kawat atau paku
dan pembuatan alur.
4.7.6. Penarikan burlap (sejenis karung goni)
Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan
kecepatan lalu lintas rendah.
Cara ini dilakukan dengan menariklembar burlap pada arah memanjang
permukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat
sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm.
Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan
penarikan burlap dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur
awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir.
Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang akhir.
4.7.7. Penyapu / penyikat melintang
Penyapu / penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas yang rendah
maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa
dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur
permukaan yang seragam sampai kedalaman 1,5 m. Penyikatan biasanya dilakukan
dalam arah melintang.
Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 mm.
Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu, masing-masing
baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak ikatan 1 cm, yang setiap
ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zig-zag.
Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.
4.7.8. Pembuatan alur dalam pada arah melintang
Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir diikuti
pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat
0,6 mm x 3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah
memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak.
Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm 6 mm. Untuk
mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus
dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge).
4.8. Perlindungan dan perawatan
4.8.5. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus
dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
a) pencegahan retak susut plastis;
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan
pada saat masih plastis.
Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang
terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperature beton dan
udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relative kecil,
temperature beton lebih tinggi dari temperature udara, dan bila angin bertiup
pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan
angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih
cepat dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.
Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton
pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperature udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus
dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis. Prosedur untuk
meminimalkan retak akibat susut plastis :
- buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar
matahari terhadap permukaan beton semen
- kendalikan perbedaan temperature yang berlebihan antara beton dan udara
baik cuaca panas maupun dingin
- hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
- rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan
memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan,
lindungi beton dengan penutup sementara
- lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan.
b) perlindungan terhadap hujan;
Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan
seperti plastic, terpal atau bahan lain yang sesuai.
c) Perlindungan terhadap kerusakan permukaan
Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu lintas umum dan proyek, dengan
pemasangan rambu lalu lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain
sebagainya.
4.8.6. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukkan mutu
akhir beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaanbeton
harus dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan
bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar
resin (resin based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput
kompon yang sesuai dengan ASTM C 309-89.. Kompon harus disemprotkan dengan
jumlah 0,3 ltr/m2 (3,75 m2/ltr) untuk tebal pelat 2,5 cm dan 0,2 ltr/m2 (2,5 m2/ltr)
untuk tebal pelat < 12,5 cm.
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah
acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan
perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki.
Metode perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat
dilakukan bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton
masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus
dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang.
Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan
harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan
perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan
dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan
pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih
berada pada tempatnya selama waktu perawatan.
Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat
dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton
cukup mengeras guna mencegah perlekatan. Penutup harus dipertahankan dalam
keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.
4.9. Kelandaian yang curam
Pada kelandaian yang curam (>6%) diperlukan alur yang lebih dalam untuk
memberikan kekesatan yang lebih tinggi.
Prosedur pelaksanaan seperti yang diuraikan pada Butir 4.1 4.9 harus diikuti,
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian rendah;
b) pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur dipasang pada
acuan tepi atas dari panel bagian bawah. Balok pembuat alur terlebih dahulu
harus dicabut sebelum panel diatasnya dicor, untuk mendapatkan sambungan
yang kuat;
c) harus dibuat angker panel dan angker blok sesuai keperluan;
d) kelecakan dari campuran beton harus disesuaikan dengan kemiringan untuk
mengurangi campuran beton mengalir kebawah selama pemadatan.
Penggunaan adukan beton yang kental memerlukan balok penggetar untuk
mamadatkannya, atau dengan menggunakan pemadat tangan, namun
memerlukan usaha yang lebih keras.
Penggunaan metode panel berselang memungkinkan aliran beton bisa terjadi
yang akan menyebabkan naiknya ketinggian pada sambungan dengan pelat
sebelumnya. Hal ini bisa diatasi dengan melakukan perataan kembali dari
beton yang masih plastis disekitar sambungan dalam waktu 30 menit sejak
penyelesaian akhir.
4.10. Pembuatan sambungan
Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau
dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian
merupakan cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan
utama. Untuk ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukkan basah
lebih ekonomis.
4.10.1. Sambungan dengan penggergajian melintang
Penggergajian sambungan sudut melintang dan memanjang harus dimulai secepat
mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir,
umumnya 4 jam 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan.
Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak
dikehendaki terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian harus dilakukan
terus menerus siang malam tanpa memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat
dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak.
Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak
sudah terjadi dekat dengan loakasi sambungan. Umumnya penggergajian
sambungan susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan.
Lebar dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan memanjang
tidak lebih dari 3 mm.
Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan dan
dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal.
Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya
tujuh hari setelah penghamparan.
Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus
dibersihkan dengan meyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara dengan
bahan yang telah direncanakan.
4.10.2. Penutup sambungan
Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan
melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukaan
sambungan seperti lepasnya agregat, masuknya material luar yang akan
menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu
diperbaiki.
Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan
diberi bahan penutup permanent atau sementara.
4.10.2.1. Pemasangan penutup sambungan siap pakai
Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus
dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan mengunakan
kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus
diperbaiki terlebih dahulu.
Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dengan bahan yang
sesuai pada ASTM D-2835 dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan cara
ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada
saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam celah.
Pemuluran maksimum bahan penutup setelah pemasangan adalah 10%.
Permukaan bahan penutup harus berada 5 mm 7 mm di bawah permukaan
perkerasan.
4.10.2.2. Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin
Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan
ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat
sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan
dengan menggunakan kompresor.
Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau
penyemprot. Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar
penggunaan penyemprot lebih cocok.
Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum
penutup sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap
ikat pada sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang
cukup untuk memudahkan pemasangan penutup sambungan.
Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk
memastikan tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan
yang seragam dan rapi.
4.11. Lapis tambah
4.11.1. Persiapan permukaan lapis perkerasan yang ada
Hal yang harus diperhatikan pada permukaan perkerasan yang ada (perkerasan
lama) adalah :
a) lubang, genangan air, kotoran dan benda-benda asing lainnya;
b) pamping atau rembesan air pada sambungan.
Rongga dapat ditutup dengan menggunakan campuran aspal atau bahan lain
yang sesuai.
Pada daerah dimana terjadi kerusakan perkerasan yang cukup parah pada
perkerasan atau tanah dasar, harus dilakukan pembongkaran dan diganti dengan
material untuk mendapatkan kondisi pondasi permukaan yang memenuhi
persyaratan.
4.11.2. Beton semen di atas beton semen dengan lapis pemisah
Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda-benda asing,
gompal, penutup sambungan yang lepas, sisa perapihan tambahan atau bahan
lain yang dapat mangganggu ikatan antara perkerasan yang lama dengan lapis
tambah.
Lapis pemisah seperti lembar kedap air, lapis material berbutir, harus
dihamparkan sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan.
Pekerjaan yang berhubungan dengan penyiapan, pembetonan, pengadukan,
pengangkutan, pengecoran, pembentukan tekstur permukaan, perlindungan dan
perawatan, pembuatan sambungan dan pembukaan untuk lalu lintas mengacu
pada Butir 4.1 sampai Butir 4.11.
Pembuatan sambungan lapis tambah beton semen harus pada lokasi yang sama
dengan letak sambungan lapis beton semen dibawahnya.
Harus diperhatikan agar sambungan susut atau muai lapis beton semen di
bawahnya tetap berfungsi.
4.11.3. Beton semen di atas perkerasan beraspal
Permukaan perkerasan yang ada harus dibersihkan dari benda-benda asing, sisa
perapihan tambahan atau bahan lain yang tidak sesuai.
Lapis pemisah seperti kedap air, lapis material berbutir harus dihamparkan
sebelum pekerjaan lapis tambah dilaksanakan.
Pekerjaan yang berhubungan penyiapan, pembetonan, pengadukan,
pengangkutan, pengecoran, pembentukan tekstur permukaan, perlindungan,
perawatan dan pembuatan sambungan mengacu pada Butir 4.1 sampai Butir 4.11.
4.11.4. Sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan perkerasan beton semen
Guna menghindari penurunan pada bagian perkerasan beraspal, perlu dibuat
lapisan transisi pada sambungan peralihan antara perkerasan beraspal dan
perkerasan beton semen.
5. Pengendalian Mutu
5.1. Kegiatan pengontrolan yang harus dilakukan selama pelaksanaan
Hal-hal utama yang harus dilakukan dalam pengawasan selama pelaksanaan
perkerasan beton semen sebagai berikut :
a) pekerjaan awal ;
- mempelajari gambar rencana dan spesifikasi
- pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, lajur dan kemiringan
- peralatan dan Organisasi Kontraktor
- penentuan tugas dan tanggung jawab
- menentukan pengujian, pencatatan dan laporan yang diperlukan
- peralatan dan fasilitas untuk pemeriksaan, pengujian dan pengendalian
b) bahan;
Semua bahan harus diidentifikasi mengenai sumber, jumlah dan kesesuaian
dengan persyaratan, penanganan, penimbangan dan pembuangan bahan yang
ditolak. Bahan tersebut meliputi :
- semen
- agregat
- air
- bahan tambah
- tulangan, ruji, dan bahan pengikat
- material perawatan beton
- bahan sambungan
c) perbandingan campuran;
- pengujian agregat meliputi : gradasi, berat jenis, penyerapan, kadar
lempung
- data perencanaan campuran meliputi : kadar semen, proporsi agregat, air,
rongga udara, kelecakan dan kekuatan
- volume takaran meliputi : ukuran takaran, berat material dalam takaran
dan koreksi kadar air agregat
d) unit penakar / penimbang meliputi :
- pemeriksaan peralatan untuk menimbang dan mengukur : semen, agregat,
air dan bahan tambah
- pemeriksaan peralatan untuk penanganan material, pengangkutan dan
skala timbangan
e) unit pencampur;
pemeriksaan peralatan pencampur, lama waktu pencampuran, alat pengatur
waktu dan penghitungan jumlah takaran sebelum pengecoran beton semen;
- acuan : kecocokan acuan, alinyemen, kemiringan dan ruji
- tanah dasar : kerataan, pemeriksaan permukaan akhir dan kadar air
- sambungan muai : bahan sambungan, lokasi, alinyemen, dudukan dan ruji
f) pembetonan;
- persiapan : bahan, perlengkapan peralatan, tenaga kerja dan bahan
pelindung cuaca
- pencampuran : jenis peralatan, konsistensi, kadar udara, pemisahan butir
(segregasi) dan keterlambatan
- pengangkutan : batas waktu, pengecekan pemisahan butir dan perubahan
konsistensi
- pengecoran : penempatan adukan, pemisahan butir, tinggi jatuh,
penyebaran, pemadatan, penggetaran, penempatan sambungan dan
pemeriksaan sambungan
- penyelesaian akhir : melintang dan memanjang, kelurusan dan kerataan,
lingkungan, pengteksturan dan perapihan tepi
- pembentukan sambungan susut: pembentukan sambungan, alinyemen,
perapihan tepi dan pemeriksaan permukaan sambungan
g) setelah pembetonan;
- waktu pembongkaran acuan : kerusakan agar dihindari
- perawatan : metoda, peralatan dan bahan, keseragaman, waktu mulai
perawatan dan lama waktu perawatan
- perlindungan : beton basah, hujan, lalu lintas, cuaca dingin, cuaca panas dan
pencatatan temperature
- sambungan yang digergaji : peralatan, waktu penggergajian dan pelebaran
bagian atas pada sambungan
- penutup sambungan : peralatan, temperature, bahan penutup, pembersihan
sambungan dan penutupan
- pemeriksaan permukaan : kelurusan dan kerataan, perbaikan atau
penggantian
h) pengujian beton semen
- campuran baton basah : pengujian kelecakan (dengan slump) dan kadar
udara
- pengujian kekuatan : pengambilan contoh, pembuatan benda uji,
penyimpanan dan perawatan benda uji, pengujjian kuat tekan, pengujian
kuat tarik lentur, pengambilan contoh inti dan penggergajian perkerasan
untuk pengujian kuat tarik lentur
5.2. Toleransi penyimpangan
a) Kerataan permukaan baik melintang atau memanjang;
penyimpangan kerataan permukaan, dari garis lurus bisa ditentukandengan
menggunakan mistar perata (straight edge) dengan panjang 3 meter.
Toleransi permukaan pada jalan dengan volume lalu lintas ringan untuk jalan
perkotaan dengan kecepatan rendah ialah 6 mm, sedangkan untuk kecepatan
tinggi 3 mm dengan menggunakan mistar perata 3 meter.
b) Ketebalan.
Perkerasan beton harus dilaksanakan sesuai tebal yang diinginkan. Jika
dipandangperlu untuk menentukkan ketebalan perkerasan setelah
penghamparan, bisa dilakukan dengan mengukur contoh inti (core drill) dari
perkerasan. Satu bor inti harus diambil dari setiap 140 m2 perkerasan yang
dihamparkan pada setiap lajur. Masing-masing hasil pengeboran harus diukur
sesuai dengan ASTM C 174. penerimaan pekerjaan harus didasarkan pada hasil
pengujian contoh inti yang diambil dari pekerjaan yang telah selesai.
Bilamana hasil pengukuran bor inti meragukan diperlukan dua contoh inti
tambahan yang diambil dengan jarak 10 meter (satu sebelumnya dan satu lagi
sesudahnya) dari lokasi pengambilan bor inti yang pertama, lubang bekas
pengeboran harus ditutup kembali dengan sempurna. Pertimbangan yang
diperlukan sebagai dasar penerimaan pekerjaan sehubungan dengan toleransi
tebal, sesuai dengan spesifikasi yang berlaku.
c. Dasar pembayaran
Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas dibayar per satuan
pengukuran pada harga yang dimasukkan dalam Daftar Penawaran untuk item
pembayaran yang tercantum di bawah. Harga dan pembayaran tersebut
merupakan konpensasi penuh untuk semua pekerjaan dan biaya-biaya yang
diperlukan dalam penyelesaian pekejaan Rigid Pavement yang diminta
sebagaimana diuraikan sebelumnya.
Nomor Item
Pembayaran
URAIAN
Persatuan
Pengukuran
II.2.1
II.2.2
II.2.3
II.2.4
II.2.5
II.2.6
II.2.7
II.2.8
II.2.9
II.2.0
II.2.0a
II.2.11
Bekisting / Acuan
Beton Rabat (Bo)
Bond Breaker
Pasangan Tulangan Douwel
Pasangan Tulangan Tie bar
Pasnagan Tulangan Dudukan Douwel
Pasangan Cat Meni Douwel
Pasangan Pipa PVC
Pasangan Dop PVC
Pasangan Beton K- 350
Pasangan Beton K- 300
Pekerjaan Cutter Joint+Sealant
Meter Persegi
Meter Kubik
Meter
Kilogram
Kilogram
Kilogram
Liter
Meter
Buah
Meter Kubik
Meter Kubik
Meter
SALURAN BETON TERBUKA DENGAN PRA CETAK
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan saluran baru atau rekonstruksi saluran yang ada
dengan saluran beton pracetak sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Teknik di lapangan.
Pekerjaan tersebut juga termasuk setiap pemindahan atau penjagaan arus, kanal irigasi
atau jalan air yang ada, yang terganggu selama pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan kontrak.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyiapan Lapangan
Lokasi, panjang, garis batas dan kemiringan yang diperlukan dari semua saluransaluran
yang harus digali, bersama dengan semua lubang dan kuala yang berkaitan,
harus ditata di lapangan oleh kontraktor sesuai dengan rincian pelaksanaan yang
ditunjukkan dalam gambar rencana, serta harus diperiksa dan mendapatkan
persetujuan dari Direksi Teknik sebelum pekerjaan dimulai.
2. Metoda Handling/ Penumpukan/ Pemuatan
a. Penumpukan STU di lapangan maksimum dalam 3 lapis atau setinggi jangkauan
alat handling, mana yang terlebih dulu membatasi.
b. Cara stacking STU adalah dengan cara menyusun dengan cara berjejeran dan
posisinya telungkup. ( posisi Male dan Female And sebaiknya diatur agar arahnya
sama dengan 1 lapis ).
c. Agar posisinya rata dan untuk menghindari kerusakan, sebaiknya antara lapis
pertama dan lapis kedua dan seterusnya diberi balok kayu. Posisi kaki-kaki STU
antara lapis diatas dan lapis di bawah hendaknya dibuat sejajar.
3. Pemuatan di truck
a. Untuk produk berupa STU, pemuatan dilakukan dengan cara meletakkan STU
secara melintang terhadap panjang bak truck dan posisi STU adalah telungkup.
b. STU dapat disusun dalam dua baris ( kiri dan kanan ) dan juga dapat ditumpuk
dalam beberapa lapis/ sab.
c. Antara STU yang diatas dan yang dibawah diikat dengan menggunakan tambang
plastik/ manila yang diikatkan dengan angkur yang tersedia pada bak truck. Untuk
lapis yang paling belakang pengikat dibuat rangkap 4/5 sedangkan didepannya
dibuat rangkap 2/3/ untuk menghindari putusnya tali karena gesekan beton maka
diberi alas kardus
4. Pelaksanaan Saluran Terbuka Beton Pracetak
a. Persiapan Pondasi
i. Ketinggian permukaan pondasi untuk saluran harus dipasang dan digali
sampai kedalaman yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Untuk menjamin
bahwa satu permukaan yang baik dan memadai dapat diperoleh.
ii. Bila diperintahkan demikian oleh Direksi Teknik bahan dasar yang disetujui
harus diletakkan dan ditempatkan dan dipadatkan di tempatnya.
iii. Bila saluran ada di tikungan maka sebagai bahan pengisi, dari campuran beton
1 : 2 : 3.
b. Penempatan Urugan Kembali
i. Urugan kembali bahan terpilih sebagaimana ditentukan harus ditempatkan dan
dipadatkan dalam lapisan yang merata dibelakang saluran beton pra cetak atau
dimana saja diperintahkan dan mendapat persetujuan dari Direksi Teknik.
ii. Bahan alas filter sebagaimana ditentukan harus ditempatkan dan dipadatkan
dalam lapisan tidak melebihi 15 cm tebalnya dan sesuai dengan gambar rencana
atau sesuai dengan perintah dari Direksi Teknik.
5. Penyiapan Jalan Air yang ada
a. Arus atau kanal alami yang ada disekitar pekerjaan ini tidak boleh diganggu.
b. Jika suatu galian dalam dasar diperlukan unutk pelaksanaan pekerjaan yang baik,
kontraktor setelah selesai pekerjaan drainase harus mengurug kembali dan
memperbaiki galian tersebut.
c. Bahan-bahan yang mengendap dalam daerah aliran tersebut dari pondasi atau
galian-galian yang lainnya, harus disingkirkan sepenuhnya pada penyelesaian
pekerjaan.
METHODE PELAKSANAAN PEKERJAAN
PEMASANGAN SALURAN DRAINASE TERBUKA
A. Pekerjaan Persiapan
1. Survey Lapangan
Untuk menentukan peil dan pematokan dilapangan sebagai pedoman dalam
pemasangan. Hal ini dilakukan bersama untuk diketahui pengawas di lapangan
agar tidak terjadi kesalahan penentuan as saluran.
Kelengkapan yang diperlukan :
Data perencanaan
Alat ukur terkalibrasi ( Theodolit, Bak ukur dll )
Ketentuan jarak sebagai referensi ( pedoman lapangan )
Radius tikungan
Patok-patok penandaan
2. Pemberesan Lahan
Dilaksanakan sepanjang jalur pemasangan dan lokasi yang sekiranya akan dijadikan
lokasi penumpukan sementara dari produk precast yang dikirim kelapangan.
B. Pekerjaan Tanah
1. Pengendalian tanah dilakukan secara bertahap, dan disesuaikan dengan kemampuan
panjang pemasangan saluran perhari. Hal ini penting guna menghindari kerusakan
tanah dasar galian apabila turun hujan.
2. Kedalaman galian dan lebar galian disesuaikan dengan kebutuhan ( dalam galian =
dasar saluran + tebal saluran + tebal dinding ).
Apabila galian terlalu dalam, penimbunan kembali boleh dilakukan hingga kedalaman
yang diinginkan dengan ketentuan dipadatkan secara bertahap lapis demi lapis.
3. Tanah galian dipadatkan dengan stemper hingga mencapai kestabilan yang cukup.
4. Sisa galian akan diratakan diatas kavling ( tanpa pemadatan )
5. Dengan ketebalan tertentu ( 10 cm ) bedding berupa granural material diratakan di
atas galian dasar dan dipadatkan. Apabila daya dukung tanah sangat tidak memadai,
dan air tanah relatif tinggi maka perlu dipasang pipa Drain dan perbaikan daya
dukung tanah dengan crucuk dan lainnya.
C. Pekerjaan Pemasangan
1. Pasangan Bowplak pada galian untuk pengechekan kelurusan maupun elevasi dengan
jarak maksimum 20 m untuk menghindari lendutan benang acuan. Sebaiknya dengan 2
benang dimana yang satu pada as saluran sedangkan yang lainnya pada sisi luar
precast untuk kelurusan pemasangan saluran.
2. Pemasangan saluran precast segera dilaksanakan apabila seluruh proses diatas telah
dikerjakan. Dengan batuan bantuan peralatan ( untuk mengikat dan menyetelkan
dapat digunakan Crane excavato dengan tetap mengacu prosedur handling ) satu
persatu precast dipasang mengikuti jalur galian yang dibuat dan sebaiknya dari arah
hilir ke hulu ).
3. Setelah pemasangan dilakukan pada lubang galian, selanjutnya dapa kondisi tertentu
dapat dibuatkan option untuk penyesuaian elevasi bibir precast dedngan yang
direncakan sekaligus memasang besi tatakan untuk stell gratenya dari besi siku
memanjang, dan setiap penyambungan besi siku tatakan dilakukan tidak pada
sambungan precastnya.
Besi siku tersebut difixing dengan las pada stek besi di bibir saluran yang dapat
dipersiapkan pada waktu pembuatan precastnya. Selanjutnya calah pada sisi precast
dan besi siku tatakan stell-grate diisi mortar semen atau digrouting dan dirapihkan
kembali. Untuk sambungan rateral antara precast, dapat juga digrouting atau disealent.
4. Pengurugan kembali lapis demi lapis ( 15 s/d 20 cm perlapis ) dengan pemadatan
dapat dikerjakan dengan stemper atau lainnya dengan material yang sesuai dengan
persyaratannya hingga ke finishing surface.
BAJA TULANGAN UNTUK BETON
Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan, pemotongan pembengkokan dan penempatan batang
baja tulangan dan pengelasan anyaman untuk penulangan beton, sesuai dengan
spesifikasi dan gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi Teknis.
1. Toleransi Ukuran
a. Fabrikasi Ukuran
Pembengkokan batang baja dan Fabrikasi yang harus dilaksanakan betul-betul
sesuai dengan persyaratan PBI 1971 ( M.I. 2 ).
b. Kelonggaran Penempatan
i. Jarak antara penulangan yang sejajar tidak boleh kurang dari diameter batang
atau ukuran maksimum agregat kasar ditambah 1 cm dengan minimum 3.0cm,
yang mana lebih besar.
ii. Apabila penulangan dalam balok terdiri lebih dari satu lapis batang,
penulangan lapis atas diletakkan tepat diatas lapis bawah penulangan dengan
ruang bebas/ jarak vertikal minimum 2.5 cm.
c. Penutup beton ( terhadap tulangan )
i. Batang tulangan baja harus diletakkan sedemikian sehingga penutup beton
minimum menutupi pinggir luar penulangan dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Penutup Beton Sampai Penulangan
Ukuran batang
tulangan yang
harus ditutup
Permukaan
beton dapat
dijangkau
Permukaan beton
tidak terbuka
( didalam )
Permukaan
beton terbuka di
bawah
permukaan air
Batang dia. 16 mm
dan lebih kecil
3.5 cm 4.0 cm 5.0 cm
Batang di atas
Dia. 16 mm
4.5 cm 5.0 cm 6.0
Ukuran toleransi penutup tulangan harus 5 mm
ii. Untuk beton bertulang di bawah muka air yang tidak dapat dijangkau atau
beton yang akan digunakan untuk penyaluran kotoran atau cairan yang
membuat karat, penutup minimum harus ditambah menjadi 7.5 cm.
2. Penyerahan
a. Paling sedikit 14 hari sebelum dimulainya pekerjaan. Kontraktor harus
menyerahkan kepada Direksi Teknik. Untuk disetujui. Rincian diagram
pembengkokan dan daftar batang untuk penulangan yang diisyaratkan.
Rincian ini harus sesuai dengan gambar pelaksanaan yang disediakan untuk
kontrak atau seperti petunjuk Direksi Teknik.
b. Kontraktor juga menyediakan daftar sertifikat pabrik pembuat yang memberikan
mutu batang-batang tulangan dan berat satuan dalam kg tiap ukuran dan mutu
batang atau dengan baja yang dilas untuk digunakan dalam pekerjaan.
3. Penyimpanan dan Penanganan
a. Kontraktor harus menyediakan penulangan ke lapangan pekerjaan yang diikat dan
ditandai yang sesuai, ukuran batang, panjang, ukuran dan informasi lain yang
diperlukan untuk identifikasi yang baik.
b. Kontraktor harus menangani dan menyimpan semua batang tulangan dengan cara
yang baik untuk mencegah penyimpangan, karat atau kerusakan yang lain.
4. Perbaikan Kwalitas Baja atau Penanganan yang Tidak Memuaskan
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk memastikan keterpatan daftar batang
dan diagram pembengkokan, dan untuk meyakinkan bahwa daftar urutan dipakai
dengan benar. Baja tulangan disediakan yang tidak sesuai dengan persyaratan
yang sebenarnya atau spesifikasi tekni, harus ditolak dan diganti atas biaya
kontraktor.
b. Baja tulangan dengan setiap kerusakan berikut harus tidak diijinkan di dalam
pekerjaan.
i. Panjang batang, Ketebalan dan bengkok yang melebihi toleransi pabrik yang
diuraikan dalam PBI 1971 ( M1-2 ).
ii. Baja tulangan tidak sesuai dengan diagram pembengkokan atau daftar batang
kecuali dimodifikasi atau diminta dikoreksi Direksi Teknik.
iii. Baja tulangan karatan atau rusak dan ditolak Direksi Teknik.
c. Kontraktor harus menyediakan fasilitas di lapangan bersama dengan pengadaan
batang-batang lurus untuk pembuatan dan penggantian baja tulangan yang ditolak
oleh Direksi Teknik atau sebaliknya ditemukan tidak baik untuk digunakan.
Didalam hal kesalahan pembuatan, batang harus dibengkokkan kembali atau
diluruskan tanpa persetujuan dari Direksi Teknik atau dilakukan dengan cara lain
yang akan merusak atau melemahkan baja.
Pembengkokan ulang batang harus dilakukan dengan cara dingin dan jangan dilakukan
batang yang sudah dibengkokkan pada tempat yang sama lebih dari dua kali dalam
pekerjaan.
Bahan-Bahan
1. Batang baja penulangan
a. Batang baja penulangan polos atau batang ulir sesuai dengan persyaratan PBI 1971.
Kecuali dinyatakan lain mutu digunakan untuk beton bertulang biasa harus mutu
U 24 dengan tegangan leleh 2.400 kg/cm2 .
Catatan : untuk baja yang lebih tinggi harus digunakan hanya apabila dinyatakan
secara khusus dalam Daftar Penawaran.
b. Baja penulangan harus didapat dari pabrik pembuat yang disetujui dan harus
disertai dengan sertifikat pengujian yang memastikan kecocokan mutu. Jika mutu
baja diragukan, Direksi Teknik dapat meminta baja tersebut untuk diuji.
c. Baja penulangan harus disediakan bersih dan bebas dari debu, lumpur, minyak,
gemuk, atau karat.
2. Penulangan Anyaman Baja
Anyaman baja untuk penggunaan sebagai penulangan beton harus dilas kawat baja
pabrik sesuai denga AASHTO M 55 dan harus diadakan dalam lembar rata atau
gulungan seperti yang diisyarakan oleh Direksi Teknik.
3. Penopang ( ganjal ) Penulangan
Penopang ( ganjal ) yang digunakan untuk menahan penulangan di tempat, harus
dibentuk dari batang kawat ringan atau dengan menggunakan blok beton pracetak (3x3
cm) dibuat dari adukan ( 1 : 2 ).
Tidak ada jenis lain penopang akan diijinkan kecuali seijin Direksi Teknik.
4. Kawat Pengikat Penulangan
Kawat pengikat yang digunakan untuk kawat pengikatan dan pengaman batang
tulangan baja, harus kawat baja sesuai dengan PBI 1971 ( MI 2 ) dan disetujui
disetujui direksi Teknik.
Pelaksanaan Pekerjaan
1. Pabrikasi Baja Tulangan
Batang tulangan baja harus dipotong dengan panjang yang dibengkokan secara hatihati
menurut bentuk dan ukuran yang diperlukan.
Batang tulangan mutu tinggi harus dibengkokan dua kali. Pemanasan batang tulangan
harus dilarang, kecuali apabila disetujui oleh direksi Teknik, Dimana harus
dipertahankan sampai kepada pemanasan minimum atau dilaksanakan dengan
kemungkinan pemanasan yang paling rendah.
Apabila jari-jari pembengkokan untuk batang tulangan tidak ditunjukkan di dalam
gambar rencana, ini harus paling sedikit 5 kali diameter batang yang bersangkutan
(untuk U 24 ) atau 6,5 kali diameter yang bersangkutan ( untuk mutu yang lebih tinggi).
Kait dan bagel harus dibengkokan sesuai dengan PBI 1971 ( M.1 2 ).
2. Penempatan dan Pengikatan
a. Penulangan harus dibersihkan secepatnya sebelum penggunaan, untuk mejamin
kondisi pengikatan yang baik.
b. Penulangan harus ditempatkan dengan tepat sesuai dengan gambar dan petunjuk
Direksi Teknik. Dalam keadaan apapun, penulangan dilarang terletak langsung di
atas acuan.
c. Batang baja penulanganharus diikat bersama dengan kokoh untuk menghindari
perpindahan tempat selama penuangan dan penempatan beton. Pengelasan batang
bersilang atau begel kepada baja tegangan utama tidak diijinkan.
d. Penyambungan batang baja penulangan harus disesuaikan dengan PBI 1971 (M.1
2 ) dan diuraikan lebih lanjut di bawah ini :
1. Semua baja tulangan harus diletakkan dalam panjang sepenuhnya seperti
dinyatakan dalam gambar. Penyambungan batang baja, kecuali apabila
ditunjukkan lain pada gambar, tidak akan diijinkan tanpa persetujuan Direksi
Teknik. Setiap penyambungan demikian yang disetujui harus selang seling
sejauh mungkin dan ditempatkan pada titk tegangan tarik minimum.
2. Apabila sambungan bertinggi ( Lapped Splice ) disetujui panjang tonjolan harus
40 kali diameter dan batang-batang harus dilengkapi dengan kayu.
3. Pengelasan baja tulangan tidak diijinkan kecuali terinci pada gambar atau
diijinkan secara tertulis oleh Direksi Teknik.
e. Kawat ikat harus kokoh dengan akhir puntiran mengahadap kedalam beton.
f. Tulangan anyaman baja harus ditempatkan pada sepanjang yang dapat
dilaksanakan, dengan penyambungan panjang bertindih selebar satu anyaman
penuh. Anyaman harus dipotong untuk memasang sudut-sudut dan bukaanbukaan
dan harus dihentikan pada sambungan-sambungan antara slab.
Cara Pengukuran Pekerjaan
1. Jumlah baja tulangan yang harus diukur untuk pembayaran akan ditentukan sebagai
jumlah kilogram selesai dipasang dan diterima oleh Direksi Teknik. Jumlah kilogram
batang baja penulangan yang dipasang akan dihitung dengan total panjang yang
sebenarnya dalam meter batang terpasang dikalikan berat satuan yang disetujui dalam
kilogram tiap meter panjang batang.
2. Jumlah kilogram anyaman baja yang dilas terpasang harus dihitung dengan luas
jumlah yang sebenarnya dalam meter persegi dikalikan dengansatuan berat yang
disetujui dalam kilogram tiap meter persegi anyaman baja.
3. Berat satuan yang disetujui oleh Direksi Teknik harus berdasarkan kepada berat normal
yang disediakan oleh pabrik pembuat baja.
4. Kawat ikat, jepit, pemisah dan penopang lain yang digunakan untuk penempatan dan
pemasangan baja penulangan ditempat, tidak boleh dimasukkan dalam berat yang
harus di bayar.
5. Penulangan yang digunakan untuk pembuatan gorong-gorong pipa atau setiap
konstruksi lainnya, yang mana dibuatkan penyediaan yang terpisah bagi pembayaran,
tidak boleh diukur untuk pembayaran dalam bab ini.
Dasar Pembayaran
Volume yang ditentuklan sebagaimana diberikan di atas akan biyar persatuan pengukuran
pada harga yang dimasukkan dalam Daftar Penawaran untuk item pembayaran yang
diberikan di bawah, yang mana harga-harga dan pemayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk semua pekerjaan dan biaya yang diperlukan, termasuk
pengadaan, pabrikasi, pemasangan dan pengujian, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang
berhubungan yang diperlukan dalam penyelesaian pekerjaan yang memuaskan.
Nomor Item
Pembayaran
URAIAN Satuan
Pengukuran
II.4.(1) Baja Tulangan Kilogram
II.4.(2) Anyaman baja dengan las
( mutu anyaman harus disetujui )
Kilogram
SALURAN TANAH BARU, TERBUKA
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan saluran tanah baru yang mencapai garis, tingkat
dan profil seperti yang ditunjukan pada Gambar Rencana.
Pekerjaan tersebut juga meliputi setiap pemindahan lokasi atau penjagaan arus atau
saluran irigasi yang ada yang terganggu selama pelaksanaan pekerjaan.
1. Toleransi Ukuran
a. Alinyemen saluran yang jadi dan profil potongan melintang tidak boleh berubah
dari yang ditentukan atau disetujui dari lebih dari 5 cm pada setiap titik.
b. Ketinggian terakhir pada dasar saluran tidak boleh berubah lebih dari 2cm pada
setiap titik, dan dasar saluran tersebut harus cukup halus serta rata untuk
menjamin aliran air yang bebas tanpa terjadi empangan pada waktu aliran lambat.
B. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyiapan Lapangan
Lokasi, panjang, arah dan kemiringan yang diperlukan dari saluran yang harus digali,
beserta dengan semua lubang tangkapan dan kuala yang bersangkutan, harus diukur (
ditata ) di lapangan oleh kontraktor, sesuai dengan gambar-gambar rencana serta
petunjuk-petunjuk lainya yang diberikan oleh Direksi Teknik.
2. Galian Saluran
a. Galian untuk saluran, termasuk pembentukan, peningkatan dan perapihan tebing
samping harus dilaksanakan sesuai dengan gambar-gambar rencana atau seperti
petunjuk yang lain yang diberikan oleh Direksi Teknik di lapangan.
b. Semua bahan-bahan dari galian harus dipindahkan dari lapangan ketempat
pembuangan yang disetujui oleh Direksi Teknik.
c. Garis profil akhir saluran harus diselesaikan serta setiap penyesuaian atau setiap
perbaikan pekerjaan untuk membetulkan kerusakan-kerusakan atau
penyimpangan-penyimpangan harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Direksi
Teknik.
3. Jalan Air yang ada
a. Arus atau kanal asli di sekitar tempat kerja kontrak ini tidak boleh diganggu tanpa
mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknik.
b. Bahan-bahan yang mengendap di dalam arus atau di daerah kanal sebagai hasil
dari pekerjaan-pekerjaan drainase harus disingkirkan bila pekerjaan tersebut telah
diselesaikan atau pada satu waktu seperti yang dimintakan oleh Direksi Teknik.
C. Cara Pengukuran Pekerjaan
1. Galian saluran tanah harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai
volume tanah yang sebenarnya disingkirkan yang diperlukan untuk pekerjaan
drainase.
2. Bila ditemukan atau digali batu-batu, batu tersebut harus diukur dan dibayar sebagai
galian batu di bawah spesifikasi ini.
D. Dasar Pembayaran
Volume-volume yang diberikan seperti di atas akan dibayar atas dasar harga kontrak per
satuan pengukuran bagi item pembayaran yang tercantum di bawah ini.
Harga dan pembayaran tersebut merupakan konpensasi penuh untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan kontrak termasuk pembersihan, galian pembentukan kembali dan
penyelesaian saluran tanah serta kanal-kanal mencapai tingkat, garis dan profil akhir.
Nomor Item
Pembayaran
URAIAN
Satuan
Pengukuran
II.5.1 Galian Saluran dan Kanal Tanah Meter Kubik
PASANGAN BATU DENGAN MORTAR
A. Uraian Pekerjaan
1. Pekerjaan ini meliputi pasangan sisi dan dasar dari selokan serta saluran air dan
pembuatan lantai golak ( apron ), lubang masuk dan struktur saluran lainnya dengan
menggunakan pasangan batu dengan adukan semen yang dibangun diatas tanah dasar
yang telah dipersiapkan sesuai dengan persyaratan yang memenuhi kriteria dan arah.
Kelandaian dan dimensi yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sesuai yang
diperintahkan Direksi Teknik.
2. Pekerjaan ini mencakup pembuatan lubang sulingan ( untuk drainase ), termasuk
pengadaan dan pemasangan cetakan lubang sulingan atau pipa.
3. Apabila mutu dari batu dan cara pengerjaan baik, maka dapat dipakai sebagai
pekerjaan pasangan batu untuk struktur dengan daya dukung yang lebih besar seperti
gorong-gorong pelat, tembok kepala gorong-gorong dan tembok penahan tanah.
4. Untuk proyek yang memakai lapis pondasi semen, dapat dipakai batu bata untuk
pekerjaan perkerasan asal batu bata tersebut cukup baik tetapi tidak boleh dipakai pada
struktur penahan beban.
B. Cara Pengukuran
1. Pasangan batu diukur dalam satuan meter kubik dari volume nominal pekerjaan yang
diselesaikan dan diterima.
2. Besarnya volume diukur dari luas permukaan yang tampak dari pekerjaan yang
diselesaikan dikalikan dengan tebal nominal lapisan, dimana tebal nominal lapisan
adalah tebal minimum dari hal sebagai berikut :
Tebal yang ditentukan atau yang disetujui oleh Direksi Teknik
Tebal rata-rata yang sesungguhnya dipasang
15 cm
3. untuk pasangan batu yang bukan lapisan volume nominal yang dihitung adalah
volume teoritis yang ditetapkan dari garis dan penampang yang telah ditentukan atau
disetujui dalam gambar rencana.
4. Setiap material yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak dapat
diperhitungkan atau dibayar.
5. Galian untuk selokan drainase yang harus diberi pasangan batu adukan tidak termasuk
mata pembayaran ini.
C. Dasar Pembayaran
Volume pekerjaan yang disebutkan diatas akan dibayar berdasarkan harga kontrak per
satuan pengukuran untuk masing-masing mata pembayaran seperti tercantum dalam
harga penawaran. Harga dan pembayaran tersebut sudah meliputi biaya pengadaan dan
pemasangan bahan, penyiapan formasi dan pondasi yang diperlukan untuk pembuatan
lubang sulingan, menguras air, penimbunan kembali dan pekerjaan akhir serta biaya-biaya
lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan secara sempurna.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
II.6.1 Pekerjaan pasangan batu dengan mortar Meter Kubik
PASANGAN BATU
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan struktur ( bangunan ) menggunakan batu muka
pilihan yang disambungkan dalam adonan semen. Struktur demikian akan direncanakan
sebagai bangunan penyangga untuk menahan beban yang datangnya dari luar serta akan
meliputi tembok penahan tanah pasangan batu, gorong-gorong persegi, kepala goronggorong
dan dinding sayap.
1. Toleransi Ukuran
a. Wajah permukaan dari masing-masing batu muka tidak boleh berbeda terhadap
profil permukaan rata-rata lebih dari 3 mm.
b. Ukuran minimum batu adalah :
- Tebal minimum = 15 cm
- Lebar minimum = 1.5 x Tebal ( 22,5 cm )
- Panjang minimum = 1.5 x Lebar ( 33,75 cm )
c. Ukuran Batu Maksimum akan ditentukan oleh Direksi Teknik dengan
memperhitungkan jenis, struktur, lokasi batu dalam struktur dan persyaratan
umum untuk stabilitas dan saling mengunci.
2. Contoh
a. Dua buah contoh yang menggambarkan masing-masing batu yang digunakan
untuk pasangan batu, haru diserahkan kepada Direksi Teknik untuk mendapat
persetujuan paling lambat 14 ( empat belas ) hari sebelum pekerjaan dimulai.
b. Contoh bahan agregat halus yang digunakan untuk adonan semen, harus juga
diserahkan kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan sesuai dengan
spesifikasi teknik ini.
3. Kondisi Lapangan Pekerjaan
a. Semua galian harus selalu bebas air dan kontraktor harus melengkapi semua
bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan tenaga untuk membuang atau
mengalirkan air, termasuk saluran-saluran sementara pengaliran lintasan air,
menyediakan dinding Cut Off dan bendungan sementara ( kotak ).
b. Pompa cadangan harus disiapkan oleh kontraktor ditempat pekerjaan selama
pelaksanaan pekerjaan, sebagaimana dipertimbangkan Direksi Teknik.
4. Penjadwalan Pekerjaan
a. Sebuah penjadwalan pekerjaan akan disediakan dan diikuti untuk menjamin bahwa
jumlah pekerjaan penggalian dan persiapan telah dilaksanakan termasuk
penyediaan adonan segar berdasrkan tingkat sebenarnya pelaksanaan pasangan
batu.
b. Penggalian terbuka akan dibatasi sejauh yang diperlukan untuk memberi kondisi
yang baik dan kering pada waktu penggunaan pasangan batu.
c. Parit-parit pemotong jalan akan dilakukan pelaksanaannya setengah lebar
sedemikian hingga jalan tersebut dapat tetap terbuka untuk lalu lintas pada tetap
terbuka untuk lalu lintas pada setiap waktu, kecuali sebuah jalan pengalihan
disediakan.
5. Perbaikan Pekerjaan yang tidak memuaskan
a. Perbaikan batu yang tidak memenuhi toleransi ukuran harus diperbaiki sesuai
dengan petunjuk Direksi.
b. Kontraktor harus bertanggung jawab pada stabilitas yang normal dan struktur
pasangan batu terselesaikan lengkap, serta harus mengganti setiap bagian yang
dalam pendapat Direksi menjadi bahaya atau bergeser karena penanganan yang
jelek atau kelalaian pihak Kontraktor. Akan tetapi Kontraktor tidak memikul
tanggung jawab terhadap setiap kerusakan karena bencana alam seperti gempa
bumi atau banjir bandang, asalkan bahwa pekerjaan yang rusak tersebut
sebelumnya telah diterima sepenuhnya oleh Direksi.
B. Bahan-bahan
1. Batu
a. Batu yang dipilih harus bersih, keras tanpa lapisan yang lemah atau retak, dan
harus memiliki satu daya tahan (awet).
b. Batu-batu tersebut harus berbentuk datar, baji ataupun oval dan harus dapat
dilapisi seperlunya untuk menjamin saling mengunci yang rapat bila dipasang
bersama-sama dan memberikan satu profil permukaan di dalam batas-batas ukuran
yang ditetapkan pada pada spesifikasi ini.
2. Adonan
Adonan yang digunakan untuk pasangan batu harus campuran perbandingan satu
bagian semen terhadap dua bagian agregat halus dengan kualitas dan campuran
sebagaimana ditetapkan pada spesifikasi Adonan semen.
3. Drainase Porous
Bahan-bahan berbutir yang disediakan untuk membentuk drainase porous dalam
selimut filter, lapisan dasar dan lain-lain, harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan
pada bab 2.7 Spesifikasi ini untuk Drainase Porous.
4. Beton
Beton yang diperlukan sebagai pondasi atau lantai penutup sampai struktur pasangan
batu harus disediakan sesuai dengan bab 7.1 Spesifikasi ini.
C. Pelaksanaan Pekerjaan
5. Persiapan untuk Pasangan Batu
a. Penggalian dan persiapan penyangga dan pondasi untuk struktur pasangan batu,
harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan Bab 3.1 Galian.
b. Pengaturan untuk garis, ketinggian dan kelandaian harus diselesaikan sampai
disetujui Direksi sebelum pekerjaan pasangan batu dimulai.
c. Kecuali ditetapkan atau ditunjukan lain dalam Gambar rencana, dasar pondasi
dinding penahan harus dipotong dan dibuat tegak lurus kepada atau dalam tegak
lurus bertangga terhadap permukaan dinding. Untuk struktur lainnya, dasar
pondasi harus horizontal atau ( untuk tanah miring ) dalam bagian horisontal
bertangga.
d. Bahan lapisan dasar filter tembus air (permeable) dan selimut filter atau kantong
filter harus disediakan bila ditetapkan atau diperintahkan Direksi sesuai dengan
persyaratan Bab 2.7 Spesifikasi ini.
6. Pelaksanaan Basangan Batu
a. Bilamana ditunjukan pada Gambar Rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Teknik, dasar (penyangga) beton atau pondasi beton harus dipasang untuk
pasangan batu sampai ketinggian dan ukuran yang diperlukan.
b. Batu harus bersih dan dibasahi sepenuhnya sebelum dipasang, diberikan waktu
untuk penyerapan air. Pondasi atau lapisan dasar yang sudah disiapkan harus juga
dibasahi.
c. Tebal alas adonan untuk masing-masing lapisan pekerjaan batu adalah dalam
batas-batas 2 5 cm, tetapi harus dipertahankan sampai keperluan minimum untuk
menjamin bahwa semua rongga di antara batu yang dipasang telah diisi
sepenuhnya.
d. Suatu lapisan dasar adonan segar tebal paling sedikit 3 cm harus dipasang diatas
pondasi yang telah disiapkan secepatnya sebelum pemasangan batu-batu pada
lapisan pertama. Batu pilihan yang besar harus digunakan untuk lapisan bawah
dan disudut-sudut. Hatus diperhatikan dan dihindari pengelompokan batu yang
sama ukurannya.
e. Batu harus diletakkan dengan permukaan yang paling panjang mendatar dan
permukaan menonjol masing-masing batu harus diatur sejajar dengan permukaan
dinding yang sedang dibangun.
f. Batu-batu harus dengan hati-hati dipasang untuk menghindarkan pergeseran atau
gerakan batu yang sudah dipasang. Alat-alat yang mencukupi harus disediakan
dimana perlu untuk menopang dan memasang batu-batu besar, berat dalam
posisinya. Penggilasan atau memutar batu diatas pekerjaan batu yang sudah
terpasang tidak diizikan.
g. Pada umumnya banyaknya penyediaan adonan untuk dasaryang dipasang satu
kali harus dibatasi sampai tingkat kemajuaan pemasangan batu sehingga batu-batu
hanya dipasang di atas adonan segar. Jika sebuah batu dalam struktur menjadi
lepas atau tergeser sesudah adonan diletakkan, batu tersebut harus disingkirkan,
dibersihkan dari adonan-adonan yang mengeras dan dipasang kembali dengan
adonan segar.
7. Penyediaan Lubang Pelepasan dan Sambungan Muai
a. Kecuali ditunjukan lain pada Gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi,
lubang pelepasan harus disediakan dalam semua jenis dinding penahan. Lubang
pelepasan tersebut dengan diameter sekitar 5 cm dan disusun baik secara horizontal
maupun vertikal jarak 2 meter pusat ke pusat.
b. Dinding penahan struktur panjang menerus akan dibangun dengan sambungan
muai dengan interval maksimum 20 meter. Lebar penuh sambungan akan dibentuk
dengan ketebalan sekitar 3 cm serta batu yang digunaka untuk membentuk
permukaan sambungan harus dipilih sehigga memberikan garis tegak yang bersih
untuk sambungan.
c. Urugan kembali filter porous terpilih akan dipasang dan dipadatkan di belakang
sambungan muai beserta lubang pelepasan, dengan tebal dan ukuran yang
ditunjukan pada Gambar atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.
8. Pasangan Batu Penyelesaian
a. Sambungan permukaan antara batu-batu akan terselesaikan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak menutupi batu-batu selama pekerjaan
berlangsung.
b. Kecuali ditetapkan lain, permukaan puncak horisontal dari semua pasangan batu
akan diselesaikan dengan tambahan lapisan aus atau adonan semen tebal 2 cm,
dikulir sampai permukaan rata dengan kemiringan melintang yang akan menjamin
perlindungan terhadap air hujan dan dengan ujung yang dibuat tumpul. Lapis aus
tersebut akan dimasukan didalam ukuran khusus struktur.
c. Segera setelah semua batu muka dipasang, dan sementara adonan masih segar,
permukaan yang menonjol penuh dari struktur harus dibersihkan seluruhnya dari
noda-noda adonan.
d. Permukaan selesai akan dirawat mengeras sebagaimana diperlukan untuk
pekerjaan beton dalam Spesifikasi ini.
e. Bila pasangan batu tersebut cukup kuat, dan tidak lebih cepat dari 14 hari setelah
penyelesaian pekerjaan pemasangan, urugan kembali akan dilaksanakan
sebagaimana ditetapkan, atau sebagaimana diperintahkan Direksi sesuai dengan
persyaratan Spesifikasi yang relevan pada Bab 3.2.
f. Talud dan bahu jalan disekitarnya akan dirapikan dan diselesaikan sehingga
menjamin satu padanan halus yang kuat dengan pemasangan batu yang akan
memungkinkan drainase tidak terhalang dan mencegah penggerusan pada ujungujung
pekerjaan.
D. Pengendalian Lapangan
Pengendalian dan pemeriksanaan pekerjaan akan dilaksanakan setiap hari selama
berlangsungnya pekerjaan untuk menjamin dipatuhinya persyaratan spesifikasi dengan
perhatian khusus mengenai batas-batas toleransi, kondisi lapangan pekerjan dan
penanganan.
E. Cara Pengukuran
1. Pasangan batu akan diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
normal pekerjaan terselesaikan yang dapat diterima, dihitung sebagai volume theoritis
yang ditentukan oleh garis dan penampang melintang yang disetujui dan atau telah
ditetapkan.
2. Setiap bahan terpasang yang melebihi volume theoritis yang disetujui tidak boleh
diukur atau dibayar.
3. Galian untuk persiapan pondasi atau pemotongan talud untuk dinding penahan akan
diukur untuk pembayaran sesuai dengan spesifikasi ini.
4. Bahan filter porous yang diperlukan untuk lapisan dasar atau urugan kembali atau
dalam kantong-kantong filter akan diukur dan dibayar sebagai drainase porous
sebagaimana telah diatur dalam sepesifikasi ini. Tidak ada pengukuran atau
pembayaran tambahan akan dibuat untuk penyediaan atau pemasangan lubang
pelepasan yang berbentuk pipa atau untuk suatu cetakan atau urugan kembali yang
diperlukan.
5. Beton yang disediakan sebagai pondasi untuk pasangan batu atau untuk pembayaran
di bawah bab ini, akan tetapi akan dimasukkan dalam harga satuan dan item
pelaksanaan yang diperlukan dibawah item pembayaran untuk beton pada sesuai
dengan spesifikasi ini.
F. Dasar Pembayaran
Volume yang ditentukan sebagaimana yang diberikan di atas akan dibayar pada harga
kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan
ditunjukkan dalam Daftar Penawaran yang mana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan bahan-bahan, Untuk
semua persiapan formasi dan pondasi yang diperlukan, untuk pembuatan lubang
pelepasan dan sambungan konstruksi pekerjaan tersebut, untuk urugan kembali dan
penyelesaian serta untuk semua perkerjaan atau biaya-biaya yang lain yang diperlukan
atau yang biasanya ada penyelesaian pekerjaan yang baik yang diuraikan sebelumnya
dalam spesifikasi ini.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
II.6.2 Pasangan Batu Meter Kubik
PASANGAN BATU KOSONG PERLINDUNGAN TEBING
Uraian Pekerjaan
a. Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan pasangan batu kosong sebagai pelindung batu
terpasangan kering atau disiar sebagaimana ditetapkan dan dipasang beserta atau
tanpa bahan sarigan butiran sebagai pendukung.
b. Pasangan batu kosong akan diletakkan diatas tebing sungai, timbunan miring, galian
miring dan permukaan tanah yang sejenis dimana diperlukan perlindungan terhadap
penggerusan.
1. Toleransi Ukuran
Batu untuk pasangan batu kosong harus memenuhi persyaratan terhadap ukuran
dan berat :
- Ukuran minimum = 25 cm
- Berat minimum = 40 cm
2. Contoh Bahan
a. Dua buah contoh yang menggambarkan batu pasangan batu kosong harus
diserahkan kepada Direksi paling sedikit 14 ( empat belas ) hari sebelum
pekerjaan dimulai bersama dengan rincian dari sumber pengadaan dan hasil
data uji yang disesuai dengan persyaratan spesifikasi untuk kwalitas bahan
sebagaimana diuraikan dalam spesifikasi ini.
b. Bilamana bahan filter berbutir harus digunakan sebagai pendukung kepada
pasangan batu kosong, contoh bahan filter harus disediakan pada waktu yang
sama, bersma-sama dengan data uji untuk gradasi dan mutu yang
menunjukkan kecocokannya terhadap persyaratan untuk bahan alas filter
sebagaimana ditetapkan untuk drainase porous pada spesifikasi ini.
Bahan-bahan
1. Batu
a. Batu untuk pasangan batu kosong terdiri dari batu yang sedapat mungkin
mendekati persegi, dan harus keras, awet dan tahan lama terhadap pelapukan
tanpa lapisan-lapisan atau patahan-patahan dan cocok dalam dalam segala hal
untuk tujuan yang dikehendaki.
b. Ukuran minimum masing-masing batu harus disesuaikan sebagaimana diuraikan
pada spesifikasi Toleransi Ukuran . Direksi dapat minta digunakan batu-batu
ukuran lebih besar jika kecepatan sungai atau klecepatan arus tinggi dan melebihi 3
m/detik.
c. Syarat-syarat mutu untuk pasangan batu kosong harus sesuai dengan tabel di
bawah ini.
Syarat-Syarat Mutu Untuk Pasangan Batu Kosong
URAIAN
REFERENSI TEST
BATAS TEST
AASHTO
BINA
MARGA
Kehilangan berat karena abrasi
( 500 putaran )
T 96 PB0206-76 Maksimum 40%
Berat jenis dann penyebaran air T 85 PB0206-76 Minimum 2.3
Maksimum 4%
Kesempurnaan kekuatan dengan
test sodium Sulfat
T 104 - Kehilangan kurang
dari 10%
2. Bahan Filter
Bilamana diperlukan, pasangan batu kosong ditempatkan di atas satu lapisan filter
untuk mecegah tanah halus dari tebing atau talud galian tercuci melewati ronggarongga
pasangan batu kosong. Lapisan filter tersebut akan berupa bahan butiran
porous mematuhi kepada pesyaratan pengawasan spesifikasi Drainase Porous
kecuali dinyatakan lain, gradasi terpilih harus mematuhi kepada persyaratan gradasi
yang diberikan pada bab ini.
3. Adonan Semen
Bila diminta untuk grouting pasangan batu kosong, adonan semen harus digunakan,,
terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian agregat halus dicampur air secukupnya
untuk medapatkan kekentalan yang diperlukan sesuai dengan persyaratan pada
spesifikasi ini.
Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyiapan Lapangan
a. Formasi atau dasar untuk pasangan batu kosong harus digali sampai kedalaman
yang diperlukan yang ditetapkan atau yang diminta Direksi Tekniksesuai dengan
spesifikasi Galian serta dipadatkan, dirapihkan dan dibentuk dengan baik.
b. Bila ditempatkan di atas talud tebing, pasangan batu kosong tersebut harus berdiri
di dalam satu parit kali yang digali di bawah kedalaman penggerusan atau
semacam kedalaman lain yang diminta Direksi Teknik.
2. Penempatan Pasangan
a. Kecuali dipasang membentuk satu bantaran rata, sebuah parit kaki harus
disediakan di bawah talud pasangan batu kosong membentuk sebuah Cut Off
(dinding penghalang aliran air di bawah tanah). Kaki ini harus dipasang pertama
menggunakan batu-batu terbesar dipasang mencapai satu tebal pondasi tidak
kurang dari 1.5 kali tebal rata-rata pasangan batu kosong dan dapat didirikan di
bawah garis permukaan air.
b. Batu-batu tersebut dipasang dengan tangan atau mesin dengan sambungan patahpatah
tertutup, tertanam ke dalam talud. Setiap batu diletakkan dengan ukuran
memanjang tegak lurus pada muka talud ( kecuali ukuran tersebut lebih besar dari
tebal pasangan yang ditetapkan ) dalam sambungan yang rapat dengan batu
disekitarnya.
c. Tidak ada pembentukan batu yang diperlukan, dan pasangan batu kosong tersebut
harus dipadatkan ketika pelaksanaan berlangsung untuk memberikan satu
permukaan selesai yang rata dan kekar. Rongga-rongga diantara batu-batu harus
ditutup dengan pecahan-pecahan batu dipukul masuk dengan keras.
d. Kecuali ditetapkan dengan lain atau ditunjukkan dalam gambar rencana, pasangan
batu kosong akan memiliki ketebalan minimum 1.5 kali ukuran minimum,
disediakan untuk dua lapisan tumpang tindih.
3. Pemasangan Bahan Alas Filter
Bila diperlukan sebagai lapisan alas filter di bawah pasangan batu kosong, bahan filter
berbutiran harus dipasang sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknik ini.
4. Pasangan Batu Kosong yang Disiar
a. Bila pasangan batu kosong disiar ditetapkan, batu-batu harus bersih dan dibasahi
dengan air sebagaimana ditentukan dalam posisi sebagaimana diuraikan di atas.
Rongga-rongga diantara batu-batu akan diisi dengan adonan semen sebelum
ditutup dengan pecahan-pecahan, dan adonan yang cukup akan digunakan sampai
semua rongga berisi penuh.
b. Wajah permukaan pasangan batu kosong yang disiar dibiarkan nampak dan
diselesaikan dengan penyapuan dari sapu yang kaku.
c. Pasangan batu yang disiar dijaga agar tetap basah dan dirawat untuk jangka waktu
paling sedikit 3 ( tiga ) hari.
Pengendalian Mutu
1. Test Laboratorium
Test kelulusan laboratrium bagi bahan-bahan yang digunakan sebagai pasangan batu
kosong harus dilakukan oleh kontraktor yang sesuai dengan petunjuk dari Direksi
Teknik untuk menentukan gradasi, ukuran dan syarat-syarat mutu sebagaimana
diperlukan di bawah spesifikasi ini.
2. Pengendalian Lapangan
Direksi dapat meminta kontraktor melaksanakan test lanjutan yang dipertimbangkan
perlu, untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini.
Cara Pengukuran Pekerjaan
1. Volume pasangan batu kosong yang diukur untuk pembayaran akan berupa jumlah
meter kubik pasangan batu kosong selesai ditempat dan dapat diterima. Tebal nominal
tebal yang telah ditetapkan dan ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Teknik.
2. Bahan alas filter porous yang diperlukan sebagai satu lapis pelindung di bawah
pasangan batu kosong tersebut, akan diukur dan dibayar secara tersendiri sebagai
drainase porous yang diatur dalam spesifikasi ini.
Dasar Pembayaran
Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, akan dibayar pada harga kontrak
per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan ditunjukkan
dalam daftar penawaran, yang mana harga-harganya pembayaran akan merupakan
konpensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan-bahan meliputi
semua galian, persiapan, urugan kembali, tenaga, peralatan, pengujian dan pekerjaan lain
yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang memuaskan sebagaimana diuraikan
sebelumnya dalam gambar rencana dan spesifikasi ini.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
II.6.3.a Pasangan batu kosong dengan siar Meter kubik
II.6.3.b Pasangan batu kosong tanpa siar Meter kubik
PEKERJAAN SIARAN
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari produksi dan pemasangan siaran ( adonan ) semen untuk
digunakan dalam pasangan batu, pekerjaan drainase, pekerjaan beton dan struktur lainnya
yang diperlukan dalam spesifikasi ini.
1. Syarat-syarat Pemakaian
Adonan semen harus digunakan sesuai dengan toleransi, batasan cuaca dan
penjadwalan pekerjaan yang tepat terhadap bagian-bagian yang pokok dari spesifikasi
ini.
2. Contoh Bahan
a. Dua contoh Agregat halus yang digunakan dalam adonan semen harus diserahkan
kepada Direksi Teknik untuk mendapatkan persetujuan selama paling sedikit 14
hari sebelum pekerjaan dimulai bersama-sama dengan rincian sumber pengadaan
dan hasil-hasil data uji yang sesuai dengan persyaratan untuk gradasi dan syaratsyarat
mutu yang diberikan dalam spesifikasi ini, atau seperti yang yang
ditunjukkan lebih lanjut oleh Direksi Teknik.
b. Tidak ada perubahan dalam sumber pengadaan atau kwalitas agregat halus akan
dibuat tanpa persetujuan dari Direksi Teknik, dan setiap perubahan demikian harus
disertai dengan penyerahan contoh-contoh bahan dan laporan pengujian untuk
pemeriksaan dan persetujuan lebih lanjut seperti di atas.
3. Bahan-bahan
a. Semen
Semen yang digunakan untuk adonan campuran semen harus sesuai dedngan
persyaratan AASHTO M85 Type I. Semen Porland biasa akan dipakai kecuali
dinyatakan lain dalam Daftar Penawaran atau diperintahkan di lapangan oleh
Direksi Teknik.
b. Agregat Halus untuk Adonan
i. Agregat halus terdiri dari pasir alam bersih ( kalau perlu dicuci sebelum
digunakan). Bagian halus dari batu atau kerikil pecah, dan harus mematuhi
batas-batas gradasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini..
Persyaratan Gradasi Agregat Halus
Ukuran
Saringan mm
Presentasi Lolos Atas Berat
Ukuran Maksimum Nominal
Catatan
9.5 mm 4.75 mm
9.5 100 - Gradasi yang lebih kasar
kan digunakan untuk
adonan pengisi rongga
yang besar dan untuk
sambungan lebih tebal dari
13 mm
4.75 95-100 100
2.36 - 95-100
1.18 45-80 -
0.30 10-30 -
0.15 2-10 Max 25
0.075 - Max 10
ii. Syarat-sayarat kwalitas untuk agregat halus diberikan pada tabel di bawah
ini. Direksi Teknik akan menentukan syarat-syarat ini sampai seluas yang
diperlukan untuk jenis khusus dan lokasi pekerjaan.
Syarat-syarat Kwalitas Agregat Halus
Uraian
TEST
AASHTO
Batas Test
Kekeruhan organis dalam pasir
( Test Sodium Hydroxide )
T 21 Melewati harga standar
warna ( kuning gading )
Kekerasan agregat
( Test Sodium Hydroxide )
T104 Kehilangan tidak lebih
dari 10% atas berat
Persen gumpalan lempung dari
Partikel Serpih
T112 Maksimum 1% atas berat
c. Kapur Hidrasi
i. Kapur hidrasi harus diperoleh dari sumber pengadaan yang disetujui dan
memenuhi persyaratan standar konstruksi PBI N.I-7 ( syarat-syarat untuk
kapur bangunan )
ii. Bila diminta demikian oleh Direksi Teknik, sebuah test kekuatan kapur hidrasi
dengan pasir adalah 1 : 3 akan memberikan kekuatan hancur 15 kg/cm2 sesudah
7 ( tujuh ) hari.
d. Air
Air yang digunakan untuk campuran adonan semen harus bersih dan bebas dari
benda organik atau kotoran-kotoran lain yang membahayakan campuran.
4. Campuran
Adonan harus sebanding dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Adonan semen yang digunakan untuk penyelesaian atau perbaikan cacat-cacat
dalam pekerjaan beton dan untuk penyambungan pipa-pipa beton, sebagaimana
diperlukan di bawah bagian yang relevan dari spesfikasi ini terdiri dari semen dan
agregat halus campur dalam perbandingan satu bagian semen terhadap dua bagian
agregat halus atas volume. Sejumlah air yang cukup harus ditambah untuk
memungkinkan penggunaan campuran tersebut dengan satu ratio maksimum air/
semen sekitar 0.65 dan adonan tersebut akan melebihi kekuatan desak yang
memenuhi persyaratan beton.
b. Adonan yang digunakan untuk menahan ( memasang ) dan menyambung
pasangan batu, terdiri dari satu bagian semen terhadap tiga bagian agregat halus,
kepada siapa kapur hidrasi dapat ditembahkan dalam satu jumlah yang sama
dengan 10% volume semen. Sejumlah air yang cukup harus ditambahkan untuk
memberikan campuran yang dapat ditangani dan bila diuji adonan tersebut akan
memiliki kekuatan desak tidak kurang dari 50 kg/cm2 pada 28 ( dua puluh delapan
) hari.
5. Pencampuran
a. Agregat dan semen harus diukur dan dicampur kering dalam mixer ( pencampur)
beton, atau dengan tangan diatas dasar yang cocok sampai dihasilkan satu
campuran yang warnanya merata. Kemudian ditambahkan air yang cukup untuk
campuran yang baik dan campuran berlanjut selama 5 10 menit sampai
didapatkan satu adonan dari kekentalan yang diminta.
b. Adonan harus diproduksi dalam volume yang cukup untuk pemakian segera dan
tambahan dapat diberikan (di dalam jangka waktu 30 menit dari waktu campuran)
bila diminta demikian untuk mempertahankan satu campuran yang mudah
ditangani. Akan tetapi adonan yang tidak digunkan dalam waktu 45 menit sesudah
pencampuran harus dibuang.
6. Penempatan ( pemasangan )
a. Permukaan yang menerima adonan harus dibersihkan dari setiap bahan lepas,
lumpur atau benda-benda lain yang harus dibuang dan kemudian dibasahi dengan
air sebelum adonan tersebut ditempatkan.
b. Bilamana digunakan sebagai permukaan selesai, adonan tersebut harus dipasang di
atas permukaan yang basah dan bersih dari ketebalan yang cukup untuk
menyediakan satu lapisan pelindung permukaan setebal 1,5 cm dan harus dikulir
sampai satu permukaan yang halus dan rata.
B. Pengendalian Mutu
1. Test Laboratorium
Test laboratorium yang dapat diterima untuk agregat halus harus dilaksanakan oleh
kontraktor sesuai dengan pertunjuk Direksi Teknik untuk menentukan gradasi dan
kondisi mutu sebagaimana ditentukan dibawah spesifikasi ini.
2. Pengendalian Lapangan
Direksi Teknik dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan suatu test lanjutan di
lapangan yang dipandang perlu untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini.
C. Pengukuran dan Dasar Pembayaran
Adonan semen tidak boleh diukur untuk pembayaran terpisah. Pekerjaan tersebut akan
dianggap berkaitan dengan berbagai item pekerjaan lainnya yang diuraikan sebelumnya
dalam spesifikasi ini, dan biaya untuk membuat serta menempatkan adonan semen akan
dimasukkan dalam item pembayaran yang dimasukkan pada item masing-masing
pekerjaan yang lain disini.
Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan Pengukuran
II.6.4 Pek. Siaran Meter persegi
ARMCO
UMUM
Pada dasarnya pemilihan struktur harus memenuhi syarat mutlak yaitu mampu menyalurkan
debit air rencana, disamping tipe struktur tersebut harus sesuai dengan kondisi dilapangan
dimana konstruksi akan dibangun. Persyaratan lain yang perlu dipenuhi adalah tinggi
timbunan maksimum/ minimum yang diijinkan untuk masing-masing tipe Pipa Baja
Bergelombang, sehingga penyebaran beban mampu ditahan struktur dan penyebaran merata
pada tanah dasar.

KAPASITAS DEBIT MAKSIMUM
Salah satu rumus untuk menghitung kapasitas debit air yang akan dialirkan adalah dengan
menggunakan rumus Manning :

Q = 1/u x R (2/3) x S ( ) x Luas Penampang memanjang
Dimana :
n = Kooefisien Kekasaran Manning
R = Jari-jari Hidrolis ( m )
= Luas / Keliling dari Penampang Basah
s = Kemiringan Saluran ( m/m )
A = Luas Penampang Basah ( m2 )
Untuk Corrugated Metal Pipe, Nilai n dapat diambil sebagai berikut :
0.017 0.019 untuk Tipe Dua Tangkup
0.020 0.024 untuk Tipe Multi Plate

KESESUAIAN DENGAN KONDISI LAPANGAN
Kondisi Tanah Dasar
Pada kondisi tanah lembek, struktur Pipa Baja Bergelombang dengan lebar dasar yang besar
biasanya lebih disukai, mengingat dasar strukturnya yang berfungsi sebagai pondasi akan
lebih luas. Dalam hal ini Tipe Multi Plate Pipe Arch atau Multi Plate Underpass merupakan
pilihan yang paling tepat.
Pada sungai yang dalam, pemakian Tipe Multi Plate Arch dapat dipertimbangkan dengan
menggunakan konstruksi pondasi. Mengenai bagaimana perlakuan terhadap masing-masing
jenis tanah dasar sebagai persiapan pondasi untuk struktur Baja Gelombang akan dibahas
pada bab berikutnya mengenai persiapan pondasi.
Timbunan Minimum
Walaupun sudah memenuhi syarat debit maksimum, setiap tipe dan ukuran harus sesuai
dengan keadaan lapangan. Salah satunya adalah terpenuhinya syarat timbunan minimum/
maksimum dari setiap struktur terpilih. Tipe pilihan utama biasanya adalah tipe struktur
berbentuk lingkaran, namun apabila kondisi tidak memungkinkan serta apabila ditinjau dari
segi persyaratan, kenyamanan, biaya ataupun hal-hal lainnya, timbunan memang tidak tepat
untuk ditinggikan lagi, maka pilihan kedua biasanya adalah mencoba dengan menggunakan
lebih banyak struktur (misalnya dari satu pipa dipecah menjadi dua) atau mencoba
menggunakan tipe-tipe struktur lain seperti Multy Plate Pipe Arches, Multy Plate Underpas,
serta Multy Plate Arches.
Batas Timbunan Yang Diijinkan Untuk Tipe Multy Plate Arch Dengan Pembebanan Hidup
Jalan Raya
Span
mm
Timbunan
Minimum
Tebal Plat ( mm )
3.0 4.0
Sepuluh baut per meter
Timbunan Maksimum
1850 0.6 12.0 + +
2280 0.6 9.5 + +
2540 0.6 9.0 + +
2890 0.6 8.0 + +
3280 0.6 6.5 + +
3430 0.6 6.5 + +
3700 0.6 6.0 + +
4100 0.7 4.0 + +
4390 0.7 4.0 + +
4580 0.8 6.0 + +
4890 0.8 6.0 + +
5070 0.8 5.0 + +
5340 0.9 4.0 + +
5620 0.9 + + +
5930 1.0 + + +
6350 1.1 + 3.5
Catatan :
+ tidak memenuhi persyaratan
1) faktor keamanan pada seant strength = 2.0
2) timbunan maximum tidak bertambah dengan menggunakan plat yang lebih tebal dari 3.0
mm karena tekanan sudut tumpuan /sudut sisi bawah adalah parameter pembatas dari
pembebanan.
Batas Timbunan yang Diijinkan untuk Tipe Multy Plate Arch dengan Pembebanan Hidup
Jalan Raya
Span Timbunan
Minimum
Tebal Plat (mm )
3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
10 Baut per Meter
Timbunan Maksimum
2000 0.6 12.5 16.5 20.5 25.0 29.0
2500 0.6 9.5 13.0 16.5 20.0 23.5
3000 0.6 8.0 11.0 14.0 16.5 19.5
3500 0.6 7.0 9.5 12.0 14.0 16.5
4000 0.7 6.0 8.0 10.5 12.5 14.5
4500 0.8 5.5 7.0 9.0 11.0 13.0
5000 0.8 3.5 6.5 8.0 10.0 11.5
5500 0.9 3.5 5.0 7.5 9.0 10.5
6000 1.0 + 4.0 5.5 8.0 9.5
6500 1.1 + 3.5 5.0 6.0 8.5
7000 1.2 + + 4.0 5.5 6.5
7500 1.3 + + + 4.5 5.5
8000 1.3 + + + 4.0 5.0
8500 1.4 + + + + 4.0
Catatan :
+ tidak memenuhi persyaratan
1) faktor keamanan pada seant strength = 2.0
2) timbunan maximum tidak bertambah dengan menggunakan plat 7 mm dengan 15 atau 20
baut per meter.
PETUNJUK PEMASANGAN
UMUM
Pekerjaan konstruksi struktur pipa baja bergelombang sangat sederhana, baik dalam perakitan
maupun dalam penimbunannya. Hal yang paling penting adalah tersedianya bahan berbutir
seperti sirtu atau bahan lain yang diijinkan sebagai bahan pondasi jalan (tanah merah) untuk
bahan pondasi maupun pengurugan. Bahan ini harus dipasang dan dipadatkan tahap demi
tahap.
PENGGALIAN
Galian dibuat sesempit mungkin, tetapi cukup untuk mengerjakan pemadatan timbunan,
minimum 60 cm lebih besar dari lebar struktur.
Dinding samping galian sebaiknya tegak lurus dan lebih tinggi dari puncak pipa
Letak dasar struktur harus disamakan dengan dasar galian
PERSIAPAN PONDASI
Bahan pondasi harus menggunakan sirtu yang dipadatkan, dengan ketebalan minimum 20
cm tergantung pada kondisi di lapangan.
Minimum seperempat dari sekeliling pipa bertumpu pada sirtu padat tersebut.
Untuk tanah dasar pondasi yang tidak merata yang terdiri dari tipe tanah lembek dan
tanah keras, harus dibuat seragam dengan cara menggali dan menggantinya dengan bahan
berbutir baik.
Untuk tanah dasar pondasi yang lembek dan tidak stabil, maka pondasi harus digali di
bawah aliran, baru disisikan dengan sirtu padat. Kedalaman pondasi agar disesuaikan
supaya dipadatkan pondasi yang baik dan stabil. Lebar pondasi minimal 2 kali lebar pipa.
Untuk tanah dasar berlumpur harus digunakan geotextile/ tikar ijuk serta cerucuk bambu.
Untuk tanah dasar berbatu pondasi harus digali minimum 20 cm di bawah aliran, lalu
diisikan sirtu padat. Lebar pondasi harus cukup. Sehingga tidak memungkinkan struktur
berada diluar pondasi pada saat pengerjaan timbunan.
PERAKITAN PIPA BAJA BERGELOMBANG
Susunan pemasangan pelat Struktur Tipe Dua Tangkup ( Nestabel Flange E100 M )
Pemasangan harus berupa susunan batu bata ( selang seling ) untuk menghindari garis
kritis.
Pada ujung struktur diletakkan pelat ujung berupa pelat tangkup 25 cm dan 75 cm pada
ujung-ujung yang berlawanan.
Susunan Pemasangan Pelat Struktur Multy Plate
Pemasangan juga harus berupa susunan batu bata, sehingga tidak terjadi garis kritis dan
tidak ada satupun baut yang digunakan utnuk menyambung empat pelat.
Pasang dahulu beberapa pelat yang terletak pada bagian paling bawah dari struktur.
Setelah pelat-pelat tersebut dipasang. Lanjutkan dengan pelat-pelat yang terletak pada
kedua sisinya. Bagian paling ujung dari struktur agar segera dirakit hingga mencapai
lingkaran penuh, setelah itu perpanjang lagi pemasangan pelat-pelat yang paling bawah
dan dalam waktu yang bersamaan, lingkaran penuh yang sudah dimulai dari bagian ujung
tadi dilanjutkan terus mengikuti pertambahan panjang pelat-pelat yang paling bawah.
Untuk membuat lingkaran penuh, pelat yang terakhir terpasang haruslah pelat yang paling
atas.
Pertama kali, sambungan antara pelat dengan pelat lainnya hanya menggunakan 2 atau 3
baut saja dan jangan dikencangkan terlebih dahulu.
Apabila sudah dirakit menjadi satu lingkaran penuh, baru sisa-sisa dari masing-masing
dari pelat dapat dipasang dan dikencangkan. Pengecualian adalah pada sambungan pelatpelat
yang paling bawah, dimana setelah tersambung satu sama lain maka baut-bautnya
dapat langsung dipasang dan dikencangkan semua.
Pemasangan pelat-pelat dapat dilakukan dengan tenaga orang asal menggunakan alat
bantu katrol kaki tiga.
PENIMBUNAN KEMBALI
Pemilihan Bahan
Digunakan bahan berbutir, dengan persyaratan batu kerikil terbesar kurang dari 75 mm
dan butiran yang lebih kecil dari 75 mikron kurang dari 8% - 10%.
Bahan berbutir dengan kandungan lempung 20% harus dianggap sebagai lempung dan
perlu perhatian khusus pada saat pengerjaan.
Batuan dan gumpalan keras harus lebih dari 75 mm tidak diperbolehkan.
Pemakaian sabut, akar-akar, alang-alang, sampah serta tanah yang mengandung bahan
organik lebih dari 8% tidak diperbolehkan.
Metoda Umum Penimbunan Kembali
Penyebaran bahan timbunan dan pengerjaan pemadatan dengan menggunakan alat
berjalan harus bekerja sejajar struktur dan tidak boleh melintangi struktur.
Pemadatan harus dikerjakan secara bersamaan dan juga harus selalu sama tinggi pada
kedua sisi struktur untuk menghindari terjadinya puntir ( rolling ) pada struktur.
Pemadatan dilakukan lapis per lapis setiap 15 cm padat per lapisannya.
Untuk struktur berbentuk pipa, baik bulat maupun tidak bulat, pemadatan langsung
dimulai pada kedua sisi seluruhnya.
Sedangkan untuk struktur berbentuk busur ( Multy Plate Pipe Arch ), pemadatan harus
dimulai pada sekeliling struktur, lapis perlapis sampai dengan ketebalan 60 50 cm, baru
dilanjutkan pada kedua sisinya.
Pemadatan pada lapisan-lapisan yang dekat dengan struktur baik yang langsung
mengenai struktur maupun yang tidak harus dilakukan dengan alat pemadat ringan.
Harus dihindari terjadinya pemuncakkan/ peninggian ( peaking ). Dimana struktur
berubah bentuk menjadi lebih tinggi dengan akibat berkurangnya lebar struktur peaking
terjadi karena tekanan yang berlebihan pada kedua sisi struktur.
Alat pemadat yang berupa mesin berjalan tidak boleh berada lebih dekat dari jarak 90cm
dari struktur.
Pemadatan bahan-bahan pengisi pada tepi-tepi bagian bawah pipa dilaksanakan dengan
menggunakan sekop untuk memasukkan bahan timbunan ke bagian bawah struktur
tersebut, dan menggunakan pemadat tangan berupa tongkag kayu dengan papan
berukuran 5 cm x 10 cm pada ujungnya. Padatkan kuat-kuat, dan bila perlu dapat
dijalankan dengan alat pemadat tekanan udara atau stemper.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
II.6.5 Pasangan Armco Kg
GORONG-GORONG PIPA BETON
A. Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari perbaikan, perpanjangan, penggantian atau pembangunan baru
gorong-gorong pipa beton bertulang atau tanpa tulang, termasuk tembok kepala,
bangunan in let ( masuk ) dan Out let ( pelepasan ) serta pekerjaan-pekerjaan pelindung
yang berkaitan dengan gerusan, semuanya sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi.
1. Pengaturan di Lapangan dan Lokasi Pekerjaan
a. Gorong-gorong baru yang ditempatkan di lapangan ditunjukkan pada gambargambar
rencana. Lokasi ketinggian dan final akan diputuskan oleh Direksi Teknik
di lapangan dan kontraktor harus melakukan suatu pekerjaan survei tambahan,
untuk menentukan persyaratan gorong-gorong mengenai ketinggian dan garis
batas.
b. Pekerjaan perbaikan gorong-gorong harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal
pekerjaan yang ditunjukkan dalam dokumen kontrak, termasuk suatu pekerjaan
perbaikan tambahan yang mungkin ditemukan di lapangan selama pekerjaan
rehabilitasi drainase.
2. Contoh-Contoh
a. Contoh bahan-bahan yang dipergunakan, termasuk agregat beton, pasir beton,
penulangan beton, cetakan pipa beton, harus diperiksa dan mendapatkan
persetujuan dari Direksi Teknik sebelum pekerjaan dimulai.
b. Contoh pipa beton bertulang harus diserahkan untuk pemeriksaan dan pengujian
sebagaimana diperlukan, dan harus diterima sebelum digunakan di lapangan.
3. Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Memuaskan
Setiap pekerjaan yang tidak menunjukkan ketidak teraturan atau cacat-cacat karena
jeleknya penanganan atau gagalnya kontraktor untuk memenuhi persyaratan
spesifikasi, harus dibetulkan dengan perbaikan atau penggantian atas biaya kontraktor.
B. Bahan-bahan
1. Pipa Beton
a. Semua pipa-pipa beton harus pracetak dan didapat dari suatu pabrik yang
disetujui, terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknik untuk pencetakan di
lapangan.
b. Pipa beton bertulang/ tidak bertulang secara umum harus memenuhi spesifikasi
AASHTO No.M170 dan disesuaikan dengan gambar-gambar standar.
c. Pipa-pipa beton beton tak bertulang secara umum harus memenuhi spesifikasi
AASHTO No.M86 ( Tabel 1A ) dan disesuaikan dengan gambar-gambar rencana.
Pipa beton tak bertulang harus dibatasi sampai satu diameter dalam maksimum
30cm.
d. Atas dasar persetujuan Direksi Teknik kontraktor dapat mencetak pipa beton tidak
bertulang di lapangan yang konstruksinya harus sepenuhnya sesuai dengan
spesifikasi ini serta dengan pipa dari baja yang harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi Teknik sebelum dipergunakan.
2. Pasangan Batu
Bahan-bahan batu yang digunakan untuk dinding dan kepala gorong-gorong serta
struktur tumpuan beban harus memenuhi persyaratan umum untuk pasangan batu.
Kwalitas batu harus mendapatkan persetujuan sebelum digunakan di lapangan.
3. Bahan Alas
Bahan-bahan berbutir untuk alas atau untuk pengurugan kembali gorong-gorong pipa
dan struktur lainnya terdiri dari kerikil dan pasir bergradasi yang memenuhi
persyaratan.
4. Urugan Kembali
Bahan bagunan yang dipergunakan untuk mengurug kembali sekeliling pipa dan di
belakang dinding kepala harus memenuhi persyaratan.
C. Pelaksanaan Pekerjaan
1. Penyiapan Lapangan
a. Galian dalam penyiapan parit-parit serta pondasi untuk gorong-gorong pipa dan
dinding kepala harus dilaksanakan sesuai dengan persyaratan yang diberikan
dalam spesifikasi ini.
b. Bahan-bahan alas untuk pipa gorong-gorong harus ditempatkan sesuai dengan
persyaratan.
2. Pemasangan Pipa Gorong-Gorong
a. Pipa gorong tersebut harus diletakkan secara hati-hati, dengan ujung alur diangkat
dan ujung lidah sepenuhnya masuk ke dalam alur yang bersangkutan dan tepat
dengan garis dan kemiringan yang diperlukan.
b. Sebelum pipa bagian berikutnya diletakkan separuh bagian lidah masing-masing
bagian berikutnya harus diplester dipermukaan bagian dalam dengan adukan
semen dengan ketebalan yang cukup untuk menyatukan permukaan dalam pipa
yang berbatasan tepat dan rata. Pada saat yang sama separuh bagian atas lidah dari
pipa berikutnya harus diplester sama dengan adukan.
3. Penempatan Urugan Kembali dan Pemadatan
a. Urugan kembali dan pemadatan di sekeliling dan di atas gorong-gorong harus
dilaksanakan sebagaimana ditentukan secara rinci, menggunakan bahan-bahan
terpilih yang disetujui. Bahan-bahan tersebut harus terdiri dari tanah atau kerikil,
bebas dari gumpalan lempung dan benda tumbuh-tumbuhan serta batu-batu yang
tidak tertahan pada saringan 25 mm.
b. Urugan tersebut diambil dengan ketebalan minimum 0.50 m diatas puncak pipa
dan kecuali dalam parit, untuk satu jarak minimum satu setengah diameter dari
sumbu pipa pada kedua sisi. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin
bahwa urugan kembali di bawah hingga pipa dipadatkan dengan baik.
c. Alat pemadatan tanah yang berat tidak boleh beroperasi lebih dekat dari 1.50 m
kepada gorong-gorong tersebut telah selesai ditutup setebal paling sedikit 60 cm di
atas bagian paling atas pipa.
Alat pemadatan ringan boleh dioperasikan di dalam batas-batas di atas, asalkan
urugan kembali tersebut telah ditempatkan dan dipadatkan dan memberi penutup
minimum 30 cm diatas puncak pipa. Walaupun demikian kontraktor harus
bertanggung jawab untuk memperbaiki setiap kerusakan akibat dari operasi
tersebut.
4. Dinding Kepala Gorong-Gorong yang ada
Kecuali secara lain ditunjukkan pada gambar rencana, lapis lindung limpahan dan
bangunan pelindung gerusan yang berkaitaan dengan bangunan gorong-gorong yang
tidak diperlukan untuk memikul beban struktural yang berat, harus dibangun dengan
pasangan batu. Kepala gorong-gorong dan dinding sayap harus dibangun
menggunakan pasangan batu plesteran.
D. Cara Pengukuran Pekerjaan
1. Volume-volume yang harus diukur untuk pembayaran gorong-gorong pipa, berupa
jumlah meter panjang pipa baru yang dipasang atau diperpanjang, diukur dari ujung
ke ujung pipa.
2. Dinding kepala dan dinding sayap serta struktur lainnya yang berkaitan yang
dibangun dengan pasangan batu atau beton akan diukur ututk pembayaran dalam
meter kubik pekerjaan yang selesai dan diterima sesuai dengan item-item pembayaran
secara terpisah yang termasuk dalam sertifikasi ini.
3. Penyediaan untuk galian batu akan dibuatkan di bawah item pembayaran terpisah.
4. Penyediaan untuk bahan alas berbutir atau bahan filler harus dibuat di bawah item
pembayaran yang terpisah.
E. Dasar Pembayaran
Volume gorong-gorong pipa yang diukur sebagaimana yang diberikan di atas pada harga
kontrak persatuan pengukuran yang bersangkutan bagi masing-masing item pembayaran
yang tercantum di bawah dan ditunjukkan dalam daftar penawaran.
Harga-harga dan pembayaran ini akan merupakan konpensasi penuh bagi pengadaan dan
pemasangan semua bahan-bahan dan untuk galian serta dan pembuangan bahan-bahan,
pemadatan, pekerjaan, acuan, urugan kembali, lubang pelepasan dan semua biaya-biaya
lainnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang baik untuk diuraikan dalam
spesifikai ini.
Nomor Item
Pembayaran
URAIAN
Satuan
Pengukuran
II.6.6 Gorong-Gorong Pipa Beton
1. Diameter dalam, 60 cm
2. Diameter dalam, 80 cm
3. Diameter dalam, 100 cm
4. Diameter dalam, 120 cm
meter panjang
meter panjang
meter panjang
meter panjang
II.7.PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN
7.1 Pada umumnya plesteran pada bangunan air dipakai campuran 1 : 3 dilaksanakan
pada bagian atas pasangan batu kali, trap, sisi tegak pasangan batukali dan ban
lining/turap,
7.2 Plesteran harus rata, tidak bergelombang dengan ketebal rata-rata 1,5 cm.
7.3 Plesteran harus didiamkan selama 1 minggu, baru boleh diaci pada waktu akan diaci,
plesteran harus dicuci dan dibasahi supaya betul-betul bisa menempel dengan baik dan
daya ikatnya kuat.
7.4 Pada pek pasangan loneng yang diplester dan diaci maka acian baru boleh diplamur
setelah acian berumur 2 minggu atau 10 hari dan setelah diplamur lalu diamplas dan
seterusnya dicat dengan cat tembok sampai 3 (Tiga) kali atau sampai kelihatannya rata
benar.
II.8.PEKERJAAN SULINGAN
8.1 Tujuan pekerjaan sulingan adalah meneruskan resapan air tanah di belakang
turap/lining ke bagian muka turap/lining.
8.2 Sulingan harus menggunakan pipa PVC Dia 2 yang dipasang melintang pada
potongan melintang bangunan turap/lining dengan kemiringan 22 terhadap garis
vertikal
8.3 Sulingan dipasang bersilang dengan jarak vertikal antara pipa sulingan 1 meter dan
jarak horizontal 0,5 meter (lihat gambar berikut)
8.4 Di bagian ujung pipa sulingan yang tertanam tanah/tanah urug/urugan sirtu harus
dipasang ijuk atau sabut sedemikian rupa pipa sulingan tidak tertutup oleh tanah dan
air resapan masih dapat mengalir melalui pipa sulingan
II.9.PEKERJAAN RAILING DAN LONENGAN
Pekerjaan lonengan pada saluran irigasi dibedakan atas:
9.1 Lonengan batukali dibuat sebagaimana pasangan batukali pada umumnya yang
kemudian diplester, diaci dan dicat. Ukuran loneng batukali disesuaikan dengan
gambar rencana.
9.2 Lonengan beton, lonengan dibuat sebagaimana pembuatan kolom beton dengan baja
tulangan diameter 10 mm. Bagian bawah loneng dihubungkan dengan sloof beton
dengan baja tulangan yang sama dengan baja tulangan lonengan. Baik ukuran loneng
dan ukuran sloof lonengan harus mengikuti dimensi yang ditunjukkan dalam gambar
rencana.
9.3 Railing yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah railing yang terbuat dari pipa
galvanis dengan diameter 3. Railing pipa galvanis ini dipasang berkedudukan pada
lonengan beton.
9.4 Penyelesaian atas pekerjaan railing dan lonengan adalah pengecatan dengan cat
minyak 2 x pengecatan sehingga diperoleh hasil yang baik dan rata.
II.10.PEKERJAAN BRONJONG
10.1 Bronjong Kawat: Bahan yang dipakai kawat dengan Diameter 4 mm cukup kuat dan
masih mudah dianyam dengan tangan dan kuat menahan batu-batu.
10.2 Bronjong Kawat: harus tahan lama (minimal 10 th), harus fleksibel, bisa meneruskan
tekanan air dan daya gerus air serta mudah dikerjakan oleh tenaga terlatih dalam
waktu yang relatif singkat.
10.3 Pengisian Bronjong Kawat menggunakan batu kali atau batu pecah dengan diameter 15
cm 20 cm.
10.4 Mata anyaman kawat bronjong berbentuk segi-6 atau segi-4 dibuat sedemikian rupa
sehingga lingkaran dalam lubang tidak lebih besar dari ukuran rata-rata batu yang
akan dipergunakan dan pada umumnya diameter lingkaran ini adalah 13 cm.
10.5 Pemasangan bronjong pada tanah yang tidak stabil harus didahului dengan
pamasangan cerucuk, tidak boleh dipasang tegak lurus, namun berjenjang seperti
tangga,
10.6 Ukuran bronjong pada umumnya adalah p=3m x l=1m x t=0,5m, akan tetapi ukuran
panjang p boleh bervariasi 2m, 2,5m atau 3m. Ukuran ini disesuaikan dengan lokasi
penempatan bronjong.
II.11. PEKERJAAN URUGAN DAN TANGGUL TANAH PILIHAN DIPADATKAN
11.1 Urugan tanah pilihan harus menggunakan tanah yang benar-benar dipilih dan
bilamana perlu didatangkan dari lokasi lain apabila di sekitar kegiatan tidak ada tanah
yang memenuhi persyaratan sebagai tanah urugan.
11.2 Yang dimaksud dengan tanah pilihan adalah tanah yang bisa dipadatkan dengan
peralatan sederhana (stamper tangan) mencapai kepadatan minimal 90%. Dimana pada
kepadatan 90% CBR-nya mencapai 5%.
11.3 Material tanah pilihan harus bebas dari lumpur, humus, plastik dan zat organik
lainnya.
11.4 Cara pemadatan urugan dan tanggul tanah pilihan dalah lapis demi lapis dimana
setiap lapisnya adalah setebal 20cm.
II.12.PEKERJAAN URUGAN SIRTU
12.1 Sirtu yang digunakan sebagai material urugan haruslah sirtu yang bersih dari tanah
dan lumpur, mudah dipadatkan dengan menggunakan alat sederhana. Dengan
pemadatan sederhana (menggunakan stemper tangan) dan penyiraman sirtu yang
digunakan sebagai material urugan akan dengan sendirinya saling mengunci antar
kombinasi diameter butiran sirtu.
12.2 Kepadatan minimal pada urugan sirtu dengan menggunakan alat sederhana harus
mencapai 60%, dimana pada kepadatan tersebut CBR-nya mencapai 6%.
II.13.PEKERJAAN PENANAMAN (LEMPENG) RUMPUT
13.1 Penanaman rumput harus dilakukan di atas lapis tanah yang disuburkan. Lapis tanah
yang disuburkan tersebut minimal dengan ketebalan 10 cm.
13.2 Cara penyuburan tanah adalah dengan mencampurkan tanah humus/tanah asli
dengan pupuk organik dengan perbandingan 1 m3 tanah dicampur dengan 1 m3
pupuk.
II.14.PEKERJAAN NORMALISASI/PENGANGKATAN LUMPUR (SEDIMEN)
14.1 Lumpur/sedimen harus diangkat dan tidak boleh dihanyutkan (terbawa arus),
pengangkatan lumpur (sedimen) dikerjakan pada saat saluran/kali kering, untuk itu
harus dipasang kisdam
14.2 Untuk ketebalan pengangkatan limpur (sedimen) disesuaikan dengan Gambar
kerja/Bestek.
14.3 Bekas galian lumpur (sedimen) harus dibuang keluar lokasi pekerjaan.
II.16.PASANGAN BATU KOSONG PERLINDUNGAN TEBING
15.1 Uraian Pekerjaan
c. Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan pasangan batu kosong sebagai pelindung
batu terpasangan kering atau disiar sebagaimana ditetapkan dan dipasang beserta
atau tanpa bahan sarigan butiran sebagai pendukung.
d. Pasangan batu kosong akan diletakkan diatas tebing sungai, timbunan miring,
galian miring dan permukaan tanah yang sejenis dimana diperlukan
perlindungan terhadap penggerusan.
3. Toleransi Ukuran
Batu untuk pasangan batu kosong harus memenuhi persyaratan terhadap
ukuran dan berat :
- Ukuran minimum = 25 cm
- Berat minimum = 40 cm
4. Contoh Bahan
c. Dua buah contoh yang menggambarkan batu pasangan batu kosong
harus diserahkan kepada Direksi paling sedikit 14 (empat belas) hari
sebelum pekerjaan dimulai bersama dengan rincian dari sumber
pengadaan dan hasil data uji yang disesuai dengan persyaratan
spesifikasi untuk kwalitas bahan sebagaimana diuraikan dalam
spesifikasi ini.
d. Bilamana bahan filter berbutir harus digunakan sebagai pendukung
kepada pasangan batu kosong, contoh bahan filter harus disediakan
pada waktu yang sama, bersma-sama dengan data uji untuk gradasi
dan mutu yang menunjukkan kecocokannya terhadap persyaratan
untuk bahan alas filter sebagaimana ditetapkan untuk drainase porous
pada spesifikasi ini.
15.2 Bahan-bahan
4. Batu
d. Batu untuk pasangan batu kosong terdiri dari batu yang sedapat mungkin
mendekati persegi, dan harus keras, awet dan tahan lama terhadap
pelapukan tanpa lapisan-lapisan atau patahan-patahan dan cocok dalam
dalam segala hal untuk tujuan yang dikehendaki.
e. Ukuran minimum masing-masing batu harus disesuaikan sebagaimana
diuraikan pada spesifikasi Toleransi Ukuran. Direksi dapat minta
digunakan batu-batu ukuran lebih besar jika kecepatan sungai atau
klecepatan arus tinggi dan melebihi 3 m/detik.
f. Syarat-syarat mutu untuk pasangan batu kosong harus sesuai dengan tabel
di bawah ini.
Syarat-Syarat Mutu Untuk Pasangan Batu Kosong
URAIAN
REFERENSI TEST
BATAS TEST
AASHTO BINA MARGA
Kehilangan berat karena
abrasi (500 putaran)
T 96 PB0206-76 Maksimum 40%
Berat jenis dann penyebaran
air
T 85 PB0206-76
Minimum 2.3
Maksimum 4%
Kesempurnaan kekuatan
dengan test sodium Sulfat
T 104 -
Kehilangan
kurang dari 10%
5. Bahan Filter
Bilamana diperlukan, pasangan batu kosong ditempatkan di atas satu lapisan
filter untuk mecegah tanah halus dari tebing atau talud galian tercuci melewati
rongga-rongga pasangan batu kosong. Lapisan filter tersebut akan berupa bahan
butiran porous mematuhi kepada pesyaratan pengawasan spesifikasi Drainase
Porous kecuali dinyatakan lain, gradasi terpilih harus mematuhi kepada
persyaratan gradasi yang diberikan pada bab ini.
6. Adonan Semen
Bila diminta untuk grouting pasangan batu kosong, adonan semen harus
digunakan,, terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian agregat halus
dicampur air secukupnya untuk medapatkan kekentalan yang diperlukan sesuai
dengan persyaratan pada spesifikasi ini.
15.3 Pelaksanaan Pekerjaan
5. Penyiapan Lapangan
c. Formasi atau dasar untuk pasangan batu kosong harus digali sampai
kedalaman yang diperlukan yang ditetapkan atau yang diminta Direksi
Tekniksesuai dengan spesifikasi Galian serta dipadatkan, dirapihkan dan
dibentuk dengan baik.
d. Bila ditempatkan di atas talud tebing, pasangan batu kosong tersebut harus
berdiri di dalam satu parit kali yang digali di bawah kedalaman
penggerusan atau semacam kedalaman lain yang diminta Direksi Teknik.
6. Penempatan Pasangan
e. Kecuali dipasang membentuk satu bantaran rata, sebuah parit kaki harus
disediakan di bawah talud pasangan batu kosong membentuk sebuah Cut
Off (dinding penghalang aliran air di bawah tanah). Kaki ini harus dipasang
pertama menggunakan batu-batu terbesar dipasang mencapai satu tebal
pondasi tidak kurang dari 1.5 kali tebal rata-rata pasangan batu kosong dan
dapat didirikan di bawah garis permukaan air.
f. Batu-batu tersebut dipasang dengan tangan atau mesin dengan sambungan
patah-patah tertutup, tertanam ke dalam talud. Setiap batu diletakkan
dengan ukuran memanjang tegak lurus pada muka talud (kecuali ukuran
tersebut lebih besar dari tebal pasangan yang ditetapkan) dalam sambungan
yang rapat dengan batu disekitarnya.
g. Tidak ada pembentukan batu yang diperlukan, dan pasangan batu kosong
tersebut harus dipadatkan ketika pelaksanaan berlangsung untuk
memberikan satu permukaan selesai yang rata dan kekar. Rongga-rongga
diantara batu-batu harus ditutup dengan pecahan-pecahan batu dipukul
masuk dengan keras.
h. Kecuali ditetapkan dengan lain atau ditunjukkan dalam gambar rencana,
pasangan batu kosong akan memiliki ketebalan minimum 1.5 kali ukuran
minimum, disediakan untuk dua lapisan tumpang tindih.
7. Pemasangan Bahan Alas Filter
Bila diperlukan sebagai lapisan alas filter di bawah pasangan batu kosong, bahan
filter berbutiran harus dipasang sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknik ini.
8. Pasangan Batu Kosong yang Disiar
d. Bila pasangan batu kosong disiar ditetapkan, batu-batu harus bersih dan
dibasahi dengan air sebagaimana ditentukan dalam posisi sebagaimana
diuraikan di atas. Rongga-rongga diantara batu-batu akan diisi dengan
adonan semen sebelum ditutup dengan pecahan-pecahan, dan adonan yang
cukup akan digunakan sampai semua rongga berisi penuh.
e. Wajah permukaan pasangan batu kosong yang disiar dibiarkan nampak dan
diselesaikan dengan penyapuan dari sapu yang kaku.
f. Pasangan batu yang disiar dijaga agar tetap basah dan dirawat untuk jangka
waktu paling sedikit 3 (tiga) hari.
15.4 Pengendalian Mutu
3. Test Laboratorium
Test kelulusan laboratrium bagi bahan-bahan yang digunakan sebagai pasangan
batu kosong harus dilakukan oleh kontraktor yang sesuai dengan petunjuk dari
Direksi Teknik untuk menentukan gradasi, ukuran dan syarat-syarat mutu
sebagaimana diperlukan di bawah spesifikasi ini.
4. Pengendalian Lapangan
Direksi dapat meminta kontraktor melaksanakan test lanjutan yang
dipertimbangkan perlu, untuk menjamin dipatuhinya spesifikasi ini.
15.5 Cara Pengukuran Pekerjaan
3. Volume pasangan batu kosong yang diukur untuk pembayaran akan berupa
jumlah meter kubik pasangan batu kosong selesai ditempat dan dapat diterima.
Tebal nominal tebal yang telah ditetapkan dan ditunjukkan dalam gambar
rencana atau sebagaimana diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Teknik.
4. Bahan alas filter porous yang diperlukan sebagai satu lapis pelindung di bawah
pasangan batu kosong tersebut, akan diukur dan dibayar secara tersendiri sebagai
drainase porous yang diatur dalam spesifikasi ini.
15.6 Dasar Pembayaran
Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, akan dibayar pada harga
kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah dan
ditunjukkan dalam daftar penawaran, yang mana harga-harganya pembayaran akan
merupakan konpensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan semua bahan-bahan
meliputi semua galian, persiapan, urugan kembali, tenaga, peralatan, pengujian dan
pekerjaan lain yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan yang memuaskan
sebagaimana diuraikan sebelumnya dalam gambar rencana dan spesifikasi ini.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
2.15.1 Pasangan batu kosong dengan siar Meter kubik
2.15.2 Pasangan batu kosong tanpa siar Meter kubik
PEKERJAAN PEMASANGAN KEREB BETON (CANSTEEN)
16.1 Uraian Pekerjaan
Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan kereb beton, pracetak atau cetak di tempat,
sampai memenuhi kualitas, bentuk dan ukuran yang diperlukan yang telah
ditetapkan, dan memasangnya pada lokasi jalan, garis dan ketinggian
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Teknik.
1. Toleransi Ukuran
a. Kereb Beton Pracetak
Bila diuji dengan batang lurus 3 m, suatu kereb dengan yang lain ketidak
rataan permukaan lebih dari 5 mm, akan ditolak.
b. Kereb dicetak ditempat
Bila diuji dengan batang lurus 3 m, setiap ketidak rataan lebih dari 5 mm
dalam panjang 5 mm akan ditolak.
c. Garis dan Ketinggian
Bila diuji untuk garis dan ketinggian di atas 25 mm, setiap kesalahan
melebihi 10mm harus dikoreksi menurut petunjuk Direksi Teknik.
2. Contoh Bahan
a. Bila kereb dibuat pracetak, dua contoh yang menggambarkan kerab tersebut
harus diserahkan kepada Direksi Teknik paling sedikit 14 (empat belas) hari
sebelum pekerjaan dimulai bersama-sama dengan catatan kualitas
campuran sesuai dengan persyaratan spesifikasi.
b. Bila kereb dicetak ditempat, contoh-contoh agregat beton tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Teknik untuk menunjukkan kecocokannya
dengan persyaratan gradasi dan mutu spesifikasi ini.
16.2 Bahan-Bahan
1. Kereb Beton Pracetak
a. Kereb beton pracetak harus dibuat dengan beton kelas K 175 dan harus
mematuhi peryaratan pada pembahasan Spesifikasi Teknik Pekerjaan
Beton.
b. Ukuran kereb harus sesuai dengan gambar standart No. 0.7/2, ialah sebagai
berikut :
Panjang = 60 cm
Tinggi = 30 cm
Lebar dasar = 20 cm
c. Satuan kereb yang dicetak terpisah seperti kereb air masuk (inlet) untuk
mengeluarkan air permukaan.
2. Baja Tulangan
Jika diminta demikian atau ditunjukkan dalam gambar, baja tulangan ringan
mematuhi peryaratan yang terdapat pada Spesifikasi Teknik Baja Tulangan
Beton harus dipasang sebagai tulangan dan di cor dalam kereb beton tersebut.
3. Agregat untuk Kereb Beton
Agregat kasar dan agregat halus yang digunakan untuk pembuatan kereb beton
harus disediakan yang sesuai dengan peryaratan pada spesifikasi Pekerjaan
Beton.
4. Adonan Semen
Adonan semen yang digunakan untuk sambungan-sambungan dan alas kereb
beton harus memenuhi persyaratan pada spesifikasi Adonan Semen
5. Sambungan Muai
Bila ditetapkan, sambungan muai yang dibentuk sebelumnya yang memenuhi
persyaratan AASHTO M153 harus disediakan untuk digunakan sebagai
sambungan kereb di tempat.
16.3 Pelaksanaan Pekerjaan
1. Kereb beton di cor di tempat
a. Harus dibuat penggalian sampai lebar dan dalam yang diperlukan,
sebagaimana ditunjukkan dalam gambar rencana serta sampai ke garis dan
ketinggian yang diatur di lapangan. Semua bahan-bahan dari daerah lunak,
harus dibuang sebagaimana diperintahkan dan diganti dengan urugan
tanah pilihan yang akan dipadatkan dengan baik sehingga disetujui oleh
Direksi Teknik.
b. Bila diperintahkan oleh Direksi Teknik, satu lapisan pasir dan kerikil yang
bersih atau bahan butiran tembus air yang disetujui lainya harus dipasang
sampai ketebalan 10cm membentuk lapisan dasar bagi kereb.
c. Cetakan yang menunjang dan berisi beton tersebut akan dibuat dan diatur
di tempat sampai bentuk dan ukuran yang benar sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar rencana dan sampai panjang yang diperlukan memenuhi
jadwal pelaksanaan, dan akan diperiksa mengenai garis dan ketinggian
sebelum dicor beton. Bila kereb dibuat melengkung, cetakan tersebut harus
dibuat secara akurat mencapai lengkungan sesuai dengan gambar rencana.
d. Beton Kelas K175 dicampur dan di cor yang sesuai dengan persyaratan pada
spesifikai teknik Pekerjaan Beton mencapai ketebalan penuh yang
diperlukan. Permukaan beton tersebut akan dihaluskan dengan ujung-ujung
yang dibulatkan memenuhi jari-jari yang ditunjukkan dalam gambar.
Sebelum penyelesaian, permukaan tersebut akan diuji dengan batang lurus
3 m dan juga diperiksa sampai kegaris dan ketinggiannya, dan setiap
ketidak rataan harus dikoreksi.
e. Kereb tersebut akan dibuat dalam bagian-bagian yang seragam panjangnya
tidak lebih dari 25 m. Bagian-bagian yang lebih pendek akan dipasang
sebagai penutup pekerjaan, tetapi tidak ada bagian yang lebih pendek dari 2
m, kecuali untuk pekerjaan inlet yang di cetak secara terpisah memenuhi
standart ukuran yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
f. Sambungan muai akan dibuat di dalam kereb pada interval sekitar 25 m.
g. Cetakan tersebut akan dibongkar 2 (dua) hari setelah beton di cor, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Teknik. Cacat kecil akan diperbaiki dengan
adonan semen campuran 1 : 2. Bagian-bagian kereb dengan cacat yang
banyak terhadap toleransi atau kualitasnya akan disingkirkan dan diganti
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Teknik.
h. Segera setelah mengendap dan mengeras, permukaan kereb beton tersebut
disiram dengan air dan satu permukaan yang basah dijaga sampai paling
sedikit 3 (tiga) hari perawatan.
i. Urugan kembali dengan bahan bahu jalan pilihan, akan dipasang di
belakang kereb bila beton tersebut telah cukup terpasang dan mengeras
serta tidak kurang dari 10 (sepuluh) hari setelah pengecoran selesai.
2. Kereb beton Pracetak
a. Pengendalian dan persiapan seperti yang diuraikan untuk kereb beton dicor
di tempat.
b. Satu lapisan 2.5 cm adonan semen dengan campuran 1 : 3 akan dipasang
atas dasar beton tersebut, dan kemudian kereb pracetak tersebut ditanam ke
dalam adonan semen serta diatur mencapai garis dan ketinggian yang
benar.
c. Sambungan-sambungan antara kereb-kereb yang beurutan akan dibuat
serapat mungkin dan tidak lebih dari 3 mm 5 mm lebarnya serta akan diisi
dengan adonan semen campuran 1 : 2. adonan campuran tersebut akan
diperluas sampai potongan penuh kereb dan akan dirapihkan sampai rata
benar dengan permukaan kereb.
d. Kereb beton pracetak tersebut bila terpasang akan diperiksa mengenai
ketidak rataan, terhadap toleransi dan kwalitasnya, dan setiap kereb yang
dalam pendapat Direksi Teknik tidak memenuhi persyaratan spesifikasi ini
akan ditolak dan harus diganti.
16.4 Pengendalian Mutu
1. Test Laboratorium untuk Bahan-bahan
Semua bahan yang diperlukan untuk pembuatan kereb pracetak dan cetak di
tempat, termasuk semen, agregat beton dan air, harus memenuhi persyratan
mutu dan gradasi yang relevan sebagaimana ditetapkan pada spesifikasi
Pekerjaan Beton,Baja Tulangan Beton dan spesifikasiAdukan Semen.
2. Pengendalian Lapangan
Kereb beton akan dipasang memenuhi syarat-syarat toleransi dan kualitas yang
diuraikan dalam psefikasi ini dan akan diperiksa selama proses pelaksanaan dan
pada penyelesaian. Kereb yang dalam pendapat Direksi Teknik tidak memenuhi
persyaratan Spesifikasi ini akan ditolak dan diganti atas biaya kontraktor.
16.5 Cara Pengukuran
1. Kereb beton pracetak dan kereb beton dicetak di tempat akan di ukur untuk
pembayaran dalam meter panjang sebagai panjang kereb terselesaikan dan dapat
diterima oleh direksi Teknik, diukur sepanjang permukaan depan pada
kemiringan permukaan selesai. Pengukuran panjang akan dibuat untuk struktur
drainase, seperti lubang penampungan, parit dan kereb inlet.
2. Kereb yang disediakan dan dibuat sebagai kereb inlet akan diukur secara terpisah
atas jumlah.
3. Penggalian dan persiapan untuk pemasangan kereb beton, penyedian dan
cetakan dan sambungan muai untuk kereb dicetak ditempat tidak boleh diukur
untuk pembayaran terpisah, tetapi akan dianggap sesudah dimasukkan dalam
harga satuan kontrak bagi masing-masing kereb beton.
4. Bahan filler berbutiran yang dipasang sebagai lapisan dasar atau pendukung
kereb cetak ditempat akan diukur dan dibayar sebagai drainase porous, yang
dimasukkan dalam spesifikasi ini.
16.6 Cara Pembayaran
Volume yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, akan dibayar pada harga
kontrak per satuan pengukuran untuk item pembayaran yang tercantum di bawah, dan
dapat diperlihatkan dalam Daftar Penawaran, yang mana harga dan pembayaran
tersebut merupakan konpensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua
bahan, untuk semua galian dan persiapan, penyediaan cetakan, untuk penyelesaian
dan urugan kembali yang diperlukan serta untuk semua pekerjaan lain dan biaya-biaya
yang diperlukan bagi penyelesaian pekerjaan yang baik yang diuraikan sebelumnya
spesifikasi ini.
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
II.16.(1) Kereb beton pracetak Meter Panjang
II.16.(2) Kereb beton cetak di tempat Meter panjang
II.16.(3) Kereb inlet Meter panjang
II.17.PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING BLOCK
17.1 Uraian
Penggunaan paving block di Indonesia sebagai bahan konstruksi perkerasan telah
dimulai sejak tahun 1977 dan menunjukkan perkembangan yang cukup baik sampai
saat ini.
Dalam rangka menunjang perkembangan penggunaan paving block terkunci di
indonesia maka perlu didukung pembinaan dan penggunaan yang mantap yang
bersifat nasional.
Salah satu bidang pengaturan yang cukup penting adalah bidang perencanaan tebal
konstruksi sebagaimana termuat dalam buku Pedoman Penentuan Tebal Perkerasan
Paving Block Terkunci ini.
1. Pengertian Paving Block Terkunci
Yang dimaksud dengan paving block terkunci atau unit perkerasan
segmental (Segmental Paving Unit) adalah unit atau block dengan luas bidang
permukaan datar tidak melebihi 0.09 m2 yang mempunyai bidang sisi/ dinding
empat (plain) ataupun banyak (dentated): dengan bidang atas bawah yang sejajar.
Bidang atas dari pada paving block terkunci dapat berbentuk miring (dengan
chamfer) maupun tegak lurus (tanpa champer ).
2. Penggunaan Paving Block Terkunci
Dalam konstruksi perkerasan, paving block terkunci digunakan atau
berfungsi sebagai lapis permukaan perkerasan.
Konstruksi perkerasan yang menggunakan paving block terkunci sebagai
lapis permukaan ini, selanjutnya akan dibuat perkerasan paving block terkunci.
Perkerasan paving block sangat luas penggunaanya yang antara untuk
perkerasan Jalan Inspeksi pada sempadan saluran irigasi
3. Proses Penguncian atau interlocking
Pengucian atau interlocking keteraturan posisi masing-masing block
terkunci sedemikian rupa sehingga keseluruhan block terkunci dapat berfungsi
sebagai kesatuan konstruksi didalam menerima beban baik vertikal maupun
horizontal.
Kemampuan konstruksi block terkunci dalam memikul beban vertikal
secara optimal dimungkinkan karena adanya interlocking vertikal, sedangkan
dalam hal beban horizontal karena interlocking horizontal.
Proses interlocking dimungkinkan karena adanya pasir alas, pasir pengisi,
pemadatan baik selama pelaksanaan maupun oleh lalu lintas, beton pembatas
yang kokoh dan juga karena pola pemasangan yang teratur atau tertentu.
Tingkat interlocking yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan beban
yang dipikul. Untuk beban berat diperlukan interlocking yang lebih baik dari
pada beban yang ringan.
Tingkat interlocking ini sangat ditentukan oleh pola pemasangan dan juga
bentuk dari pada unit block unit terkunci.
Dalam menuju interlocking yang optimal diperlukan waktu dan jumlah
repitisi tertentu dari lalu-lintas yang lewat. Dari beberapa percobaan dan
pengamatan menunjukkan bahwa interlocking optimal untuk kostruksi pekerjaan
jalan umum akan tercapai setelah 2.000 10.000 beban as standart atau EAL.
4. Pasir Alas (Bedding Sand)
Pasir alas (bedding sand) selalu berfungsi sebagai lapisan perata (plat form)
juga dimasukkan untuk memberi kesempatan pada paving blok terkunci dalam
mengatur posisinya pada proses penguncian atau interlocking.
Karena pasir alas ini bernilai struktural sangat rendah maka disarankan
untuk tidak menggunakan asir alas terlalu tebal atau tidak lebih dari 5 cm.
Spesifikasi umum dari pasir alas dapat dilihat pada lampiran.
5. Lapis Permukaan (Block Terkunci)
Fungsi lapis permukaan antara lain :
a. Sebagai bagian bahan perkerasan untuk menahan beban roda.
b. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusaklan
akibat cuaca.
c. Sebagai lapis aus (wearing course)
Di dalam perencanaan perkerasan blok terkunci, ada empat hal yang sangat
penting untuk diperhatikan yaitu :
a. Mutu, klas atau kekuatan block.
b. Bentuk block.
c. Tebal block
d. Pola pemasangan block
Pemilihan kombinasi dari keempat faktor tersebut di atas harus tepat sesuai
dengan beban ( lalu lintas ) yang akan dipikul oleh konstruksi blok terkunci yang
bersangkutan sebagai petunjuk umum di dalam pemilihan kombinasi tersebut
adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Kombinasi Mutu, Bentuk, Tebal dan Pola Pemasangan Block
Penggunaan atau repitisi
ESA
Kombinasi yang disarankan
Klas Bentuk
Tebal
mm
Pola
pemasangan
a. Trotoar, pertamanan
b. < 103
c. Tempat parkir, garasi
d. > 103 104
e. > 104
Terminal bis
f. Container yard
Taxi away
II
II
II
I
I
I
I
I
A, B, C, atau X
A, B, atau C
A, B, atau C
A
A, B, atau C
A, atau B
A, atau B
C
60
60
60
60
80
80
100
120
TI, AT atau SB
TI, AT atau SB
TI, AT atau SB
TI
TI, AT, atau SB
TI
TI
TI
Catatan :
a. Klas I : Beton K 450
Klas II : Beton K 350
Lasbuton MS > 50 kg
b. Bentuk/type Block
A = Bentuk sisi bergigi (dentated) yang dapat mengunci diempat bidang
bidang sisinya dan dimungkinkan untuk dipasang secara pola
herringbone (tulang ikan)
B = Bentuk sisi bergigi (dentated) yang dapat mengunci di dua sisinya dan
tidak dimungkinkan ubtuk dipasang secara pola herringbone (tulang
ikan)
C = Bentuk segi empat panjang (rectangular)
X = Bentuk khusus yang tidak termasuk type A, B maupun C
Pekerjaan dan Pemasangan Paving Block
1. Peryaratan :
Sebelum interbloc mulai dipasang, harus diperhatikan terlebih dahulu syaratsyarat
yang harus dipenuhi yaitu :
a. Lapisan Tanah Dasar (Subgrade)
Subgrade atau tanah dasar harus diratakan atau dipotong sedemikian rupa
sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama seperti yang
dibutuhkan untuk kemiringan drainage (cross fall) yaitu minimal 2,5%.
Subgrade tersebut harus sudah padat sebelum pekerjaan subbase dimulai
sesuai dengan spesifikasi dalam bestek.
b. Lapisan Dasar (Subbase)
Subbase material adalah sesuai dengan gambar dan spesifikasi dalam
bestek. Frofil teratas dari subbase juga harus mempunyai kemiringan yang
sama dengan kemiringan croos fall, yaitu minimal 2.5%, dua arah dengan
toleransi kuran lebih 2 mm dalam jarak 3 meter lurus. Tebal subbase
tergantung dari beban atau arus lalu lintas di atasnya. Biasanya subbase
menggunakan sirtu atau batu pecah.
c. Bingkai/Tanggul, galian untuk instalasi dan lain-lain
1. Semua bingkai atau tanggul baik yang dipinggir maupun yang rata
dengan interbloc dan yang berhubungan dengan interbloc harus sudah
selesai dipasang sebelum pemasangan interbloc.
2. Semua galian untuk instalasi di bawah interbloc dan saluran-saluran
harus sudah dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemasangan
interbloc.
2. Kelengkapan Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan interbloc
dimulai.
Alat-alat tersebut adalah :
a. Mesin pemadat interblock (Plate Vibrator) yang digunakan harus
mempunyai luas dasar 0,3 0,5 m2, dengan centrifugal force kira-kira 1,6 2
ton.
b. Alat pemotong interbloc (Cutter).
c. Kayu dan papan, panjang kurang lebih dari 3 m, yang sudah diserut rata
untuk jidar dan sapu asphalt.
d. Benang, sapu ijuk dan sapu asphalt.
e. Alat pengakut interbloc berupa lori ( lori beras ) dan bangku yang terbuat
dari 2 lembar papan, panjang 1,5 m dan tebal 2,5 cm yang dibentuk
menyiku.
3. Pemasangan Interbloc
Team dari pelaksanaan dari pemborongan wajib mengikuti penataran Teknik
tentang sistem pemasangan.
Sistem pemasangan interbloc wajib mengikuti cara-cara dalam buku petunjuk
pemasangan Interbloc yang diberikan oleh pabrik yang bersangkutan.
a. Laying Course (Sand Badding)
1. Laying Course (sand bedding untuk lapisan di bawah interbloc harus
merupakan material yang tajam dan bersih dengan kadar tanah atau
silt tidak lebih dari 3% berat dan tidak lebih dari 25% yang tertahan
pada sieve 5 mm.
2. Laying Course yang digunakan pada waktu pemasangan interbloc
harus benar-benar kering kemudian diratakan dengan jidar sehingga
profil permukaan yang dikehendaki (kemiringan 2,5%) ketebalan
sebelum dipadatkan kerang lebih 4.5 sampai dengan 5 cm.
b. Cara-cara pemasangan interbloc
1. Pemasangan Interbloc harus dimulai dengan satu titik/garis dan
diatas laying course yang telah diratakan.
2. Tentukan dahulu benang dari kemiringan, lalu buatkan kepala atau
caplakan dari peil bidang laying course yang telah diratakan.
3. Laying course digelar sesuai dengan pail dan diratakan dengan
papan/balok yang sudah diserut rata menurut kepala/caplakan yang
telah dibuat. Harus diingat laying course yang telah diratakan ini tidak
boleh diinjak-injak lagi.
4. Di atas laying course yang telah diratakan tadi baru kemudian diunitunit
interbloc disusun sesuai sedemikian rupa sesuai dengan pola yang
ditentukan.
5. Memasang interbloc harus maju, yakni sambil memasang si pekerja
mengambil posisi di atas interbloc yang telah dipasang.
6. Celah-celah/naat-naat antara unit-unit interbloc adalah maximum 4
mm.
7. Apabila tidak disebutkan lain dalam disain maka profil melintang
permukaan interbloc minimal mencapai 2,5% dengan toleransi 10 mm.
Penyimpangan deviasi pada permukaan datar adalah 8 mm bila
diukur pada jarak tiap 3 m garis lurus, dan perbedaan maximum
anatara ketinggian sebuah batu interbloc dengan yang lainnya adalah
tidak lebih dari 2 mm.
8. Dalam hal terjadi pemberhentian pekerjaan pemasangan misalnya
karena hujan atau dilanjutkan pekerjaan pemasangan kemarin, baris
terakhir dari interbloc harus diperbaiki terlebih dahulu.
4. Pemotongan dan Pemadatan
1. Bagian pertemuan/ sambungan interbloc dengan bingkai diisi dan dikunci
dengan interbloc yang dipotong dengan alat pemotong khusus interbloc.
2. Pemasangan interbloc yang telah dikunci tersebut kemudian dipadatkan
dengan plate vibrator atau dikenal dikenal dengan stemper.
3. Plate vibrator yang dipakai harus mempunyai luas plate dasar sebesar 0.3
0.5m2 dengan centrifugal force yang lebih kecil akan menghasilkan
pekerjaan pemasangan yang tidak baik.
4. Pemadatan pertama dilakukan minimal 3 kali jalan sebelum celah-celah
antara sisi interbloc diisi dengan pasir.
5. Kemudian pasir bersih ukuran partikel maksimum 1 mm ditaburkan di atas
permukaan interbloc dan disapu dengan sapu ijuk. Sambil disapu pasir
halus tersebut dipadatkan lagi 3 kali jalan sampai celah-celah antara
Interbloc betul-betul terisi penuh.
6. Pada jarak 2 m dari tempat yang belum diberi tahanan atau belum dikunci
tidak boleh dipadatkan dengan plate vibrator.
7. Pasangan interbloc harus telah dipadatkan segera atau pada hari yang sama
dan tidak boleh ditinggal lebih dari 24 jam.
8. Pada pasangan interbloc yang belum dipadatkan tidak boleh dilalui lalu
lintas dan karenanya harus diberi batas-batas dan tanda-tanda pengaman.
17.2 Pembayaran
Nomor Item
Pembayaran
Uraian
Satuan
Pengukuran
9.3 Paving Block
M2
II.18.PEKERJAAN PINTU AIR
18.1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan pekerjaan,
pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan pintu.
Pedoman ini mencakup perencanaan, pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan,
pengiriman ke lokasi pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.
18.2 Acuan Normatif
Standar Nasional Indoensia (SNI) :
- SNI 03-3399-1994 : Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3400-1994 : Metode Pengujian Kuat Geser Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3527-1994 : Mutu Kayu Bangunan
- SNI 03-3958-1995 : Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3959-1991 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Di Laboratorium
- SNI 03-3960-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di
Laboratorium
- SNI 03-3972-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi
Berukuran Struktural
- SNI 03-3973-1995 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat
TekanSejajar Serat Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
- SNI 03-3974-1995 : Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran
Struktural
- SNI 03-3975-1995 : Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran
Struktural.
- SNI 03-6861.1-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)
- SNI 03-6861.2-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan Bangunan Dari
Besi/Baja)
- SNI 03-6861.3-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian C (Bahan Bangunan Dari
Logam Bukan Besi)
18.3 Istilah dan Definisi
a. Beban batas adalah beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh benda uji
sebelum mengalami patah dan atau pecah.
1. Beban batas proporsional adalah kondisi pembebanan maksimum yang
masih memberikan hubungan linear antara besarnya beban dengan
deformasi yang terjadi.
2. Benda uji tidak bebas cacat adalah benda uji yang mempunyai cacat yang
dapat melemahkan kekuatan kayu, tetapi tidak membahayakan konstruksi,
seperti retak, mata kayu, serta miring dan gubal. Cacat yang membahayakan
konstruksi seperti lapuk, keropos, termakan serangga (bubuk), dan bengkok
atau melengkung, tidak diperkenankan.
b. Cacat kayu adalah kondisi alami atau buatan yang melemahkan kekuatan atau
mengurangi mutu kayu konstruksi.
c. Deformasi adalah perubahan bentuk benda uji yang sedang dibebani.
d. Deformasi atau lendutan adalah deformasi lengkung akibat beban lentur yang
diberikan pada benda uji.
e. Dimensi benda uji adalah ukuran nyata penampang balok kayu benda uji,
dalam milimeter, dan ukuran panjang dalam meter.
f. Kayu bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan
mengkonversikan kayu bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun
bentuk-bentuk lain yang sesuai dengan tujuan penggunaannya
g. Kayu konstruksi adalah kayu gergajian yang digunakan sebagai komponen
struktur bangunan, dan mempunyai dimensi penampang tidak kurang dari 50
mm.
h. Lekukan adalah kerusakan lokal pada permukaan kayu yang diakibatkan tekana
beban terpusat atau reaksi tumpuan.
i. Lendutan geser adalah deformasi lentur yang terjadi akibat geser, dalam mm.
j. Modulus elastisitas lentur adalah modulus elastisitas yang dihitung
berdasarkan beban lentur.
k. Tekuk adalah perubahan bentuk terhadap sumbu lemah, akibat ketidak stabilan
kayu uji yang sedang diberi beban (tekan aksial atau lentur)
18.4 Ketentua dan Persyaratan
Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis
pekerjaan pintu ini harus memuat :
a. Toleransi Dimensi
1) Pekerjaan besi/baja
a) Batang sambungan geser (struts)
Penyimpangan maksimum terhadap garis lurus, termasuk dari masingmasing
flens ke segala arah : panjang/1000 atau 3 mm, dipilih yang
lebih besar.
b) Permukaan yang Dikerjakan dengan Mesin
Penyimpangan permukaan bidang kontak yang dikerjakan dengan
mesin tidak
boleh lebih dari 0,25 mm untuk permukaan yang dapat dipahat dalam
suatu
segiempat dengan sisi 0,5 m
(1) Diameter Lubang
Lubang pada elemen utama : +1,2 mm - 0,4 mm
Lubang pada elemen sekunder : +1,8 mm - 0,4 mm
(2) Alinyemen Lubang
Elemen utama, dibuat di bengkel : 0,4 mm
Elemen sekunder dibuat di lapangan : 0,6 mm
c) Pelenturan Alat Angkat maksimum permukaan terhadap permukaan
teoritis harus kurang dari 1 (satu) milimeter pada setiap panjang 3 (tiga)
meter
2) Pekerjaan Kayu
Penyimpangan penampang balok kayu tidak boleh lebih dari dari + 5 mm
untuk setiap panjang balok 2.00 meter
3) Pekerjaan Pengelasan.
Penyimpangan yang tidak dikehendaki akibat kesalahan penjajaran bagianbagian
yang akan disambung tidak melampaui 0,15 kali ketebalan pada
bagian yang lebih tipis atau 3 mm untuk material yang tebalnya lebih besar
12 mm
b. Persyaratan Bahan
1) Pekerjaan Daun Pintu
a) Pelat Baja.
Persyaratan pekerjaan besi dan baja harus mengikuti sesuai dengan SNI
03-6861-2-002. Spesifikasi Bahan bangunan bagian B (bahan bangunan
dari besi/baja
b) Kayu.
Tebal pintu kayu pada umumnya diprergunakan ukuran tebal 80 mm,
100 mm dan 120 mm.
Kayu yang akan dipergunakan harus mempunyai persyaratan kekuatan
lentur yang pengujian sesuai SNI 0339591995, Metode Pengujian
Kuat Lentur Kayu di laboratorium dan persyaratan
pengujian kuat Tekan sesuai SNI 0339581995, Metode pengujian Kuat
tekan Kayu di Laboratorium dan sebelum dipasang harus diawetkan
terlebih dahulu sesuai SNI 0332331009, Tata Cara Pengawetan kayu
untuk bangunan rumah dan gedung.
2) Pekerjaan pengecatan
Semua komponen pintu beserta alat pengangkat, kerangka alur maupun
kerangka ambang baik yang tertanam di beton maupun yang terbuka agar
tahan terhadap cuaca harus dicat dengan coaltar epoxy resin, Pengecatan
Komponen tersebut harus memenuhi persyaratan sesuai SNI 06 6452
2000, Metode Pengujian cat bitumen sebagai lapis pelindung
3) Pekerjaan alat angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak
yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas
pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang
pintu;
b) Bahan Stang Pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, Tongkat
batang Penghubung, Handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi,
Tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi
persyaratan sesuai SNI 03-6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan
bagian B (bahan bangunan dari besi/baja;
c) Kerangka alur (sponning) harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan
maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari
1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter.
c. Persyaratan Kerja
1) Daun Pintu
a) Semua tipe pintu terdiri dari daun pintu air, kerangka utama penyekat
dan komponen lain yang diperlukan. Pintu yang digunakan harus
sesuai dengan Gambar dengan konstruksi las, lebar dan tinggi bersih
daun pintu;
b) Jika detail bangunan pintu tidak ditentukan dalam spesifikasi ini maka
Penyedia Jasa harus membuatnya dengan persetujuan Direksi;
c) Pelat pintu air harus terletak di bagian hulu. Tebal minimum pelat
pintu air adalah 6 (enam) mm, termasuk ke longgaran korosi 2 (dua)
milimeter;
d) Kerangka utama mendatar terbuat dari profil U dengan kelonggaran
korosi 2 (dua) milimeter. Lendutan balok pada beban penuh harus
kurang dari 1/800 bentang pada beban maximum;
e) Seal harus terdiri dari bahan karet yang diklem pada pintu dengan
baut, mur dan cincin baja. Seal harus disambung pada ujungnya
dengan cara divulkanisir agar menerus. Tegangan tarik pada
sambungan harus lebih besar dari 50% (lima puluh persen) pada bagian
tanpa sambungan. Seal harus dibentuk sedemikian sehingga dapat
menahan air dengan baik.
2) Kerangka Pintu
Setiap rangka pintu harus terdiri dari kerangka ambang dasar pintu,
kerangka atas dan kerangka tarik/sponing dan semua komponen lain yang
diperlukan pada pemasangan rangka pintu yang lengkap dan memudahkan
operasi pintu. Jika konstruksi rangka pintu tidak dijelaskan secara rinci
disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
a) Kerangka Ambang
Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan
bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang
harus direncanakan agar dapat meneruskan gaya gaya yang terjadi
pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.
b) Kerangka Sponing
Kerangka sponing harus mampu meneruskan tekanan air pada beton.
Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan
maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari
1 (satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter. Permukaan harus
dikerjakan dengan mesin dan diperkeras untuk memberikan
perlindungan terhadap keausan.
c) Kerangka Atas
Balok atas harus diletakkan diatas rangka samping dan harus
mendukung pengangkat roda gigi. Balok atas harus mampu menahan
beban pengangkat.
3) Stang
a) Umum
Stang pintu berupa tipe mur penggerak yang dioperasikan secara
manual dan tenaga listrik, dipasang pada balok atas pada rangka pintu
untuk menaikkan, menurunkan dan memegang pintu. Stang harus
terdiri dari peralatan mekanis/listrik, yaitu : tumpuan, mur penggerak,
roda gigi, handel pemutar dan komponen lain yang memerlukan
pengoperasian secara efisien. Stang harus direncanakan agar mampu
menahan beban yang terjadi. Jika konstruksi stang yang perinciannya
tidak diterangkan disini, maka harus dibuat oleh Penyedia Jasa dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Peralatan Mekanis, meliputi :
(1) Tumpuan/bantalan
Tumpuan harus berupa tipe bola, silinder atau datar
(2) Roda gigi reduksi
Semua roda gigi, kecuali roda gigi reduksi yang terbuat dari brons
pospor tuang, harus dibuat dari baja tuang atau baja tempa. Roda
gigi dan bantalan harus cukup kaku terhadap gerakan. Roda gigi
harus mempunyai rumah yang dapat dilepaskan untuk
memudahkan pelumasan.
(3) Kloping
Kloping harus dilengkapi, dengan maksud untuk penyesuaian dan
pelekatan secara tetap pada tongkat sesudah penyesuaian
kedudukan pintu dilapangan.
(4) Ulir Pengangkatan
Ulir pengangkatan harus terbuat dari baja tempa atau bahan lain
yang disetujui dan dikerjakan dengan mesin. Ulir pengangkat yang
dapat dihubungkan dengan roda gigi pinggir harus terdiri dari
penopang roda gigi dan bantalan pemandu sebagai penguat.
(5) Tongkat Penghubung
Tongkat penghubung dibuat dari batang baja.
(6) Handel Operasi Manual
Setiap sebatang harus dilengkapi dengan handel operasi manual
yang dapat mengangkat beban penuh sebagaimana direncanakan.
Gaya untuk memutar alat harus lebih kecil dari 15 (lima belas)
kilogram.
18.5. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan pintu ini harus memuat :
a. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pintu pada dasarnya tergantung pada beban dan
tegangan rencana, yang meliputi :
1) Beban rencana
a) Pintu
Pintu harus direncaakan dengan kondisi beban sebagai berikut :
- Beban air
Beban air pada pintu harus seperti yang ditunjukkan pada gambar.
- Beban beban lain
- Reaksi yang diakibatkan oleh berat sendiri. Semua beban yang akan
terjadi pada saat awal, menaikkan atau menurunkan pintu.
b) Rangka Pintu
Beban beban pada rangka pintu terdiri dari beban pada tumpuan,
beban karet sekat dan semua beban lain yang diakibatkan pengoperasian
pintu dan perangkat. Rangka pintu harus mampu meneruskan beban
dari karet sekat pintu ke beton atau pasangan batu kali pada bangunan.
c) Alat Pengangkat
Alat pengangkat harus direncanakan untuk menaikkan, menurunkan
dan memegang pintu pada setiap posisi di antara keadaan pintu
tertutup dan pintu terbuka penuh. Ketinggian pengangkatan harus
seperti pada gambar. Kapasitas rata rata pengangkat, tongkat ulir
harus mampu menaikkan atau menurunkan pintu pada kombinasi yang
paling membahayakan.
2) Tegangan Rencana
a) Batang Baja
Tegangan yang diijinkan pada beban normal pada batang baja haruslah
sebagai berikut :
Batang Baja Tegangan Izin
- Tegangan Tarik
- Tegangan Desak
- Tegangan Lentur
- Tegangan Geser
1200 kg/cm2
1200 kk/cm2
1200 kg/cm2
700 kg/cm2
Tegangan yang diijinkan pada kondisi beban sementara ditentukan 50%
(lima puluh persen) lebih besar dari pada kondisi beban normal.
Tegangan ekivalen yang diakibatkan kombinasi tegangan biaxial atau
triaxial tidak boleh melebihi tegangan ijin diatas. Bagaimanapun juga
tidak diijinkan ada tegangan yang melebihi 90% (sembilan puluh persen)
dari tegangan maksimum material yang digunakan. Tebal pelat baja
untuk pekerjaan pintu adalah minimum 6 (enam) mm. Modulus
kelangsingan atau faktor tekuk pada kerangka baja desak utama harus
kurang dari 159 dan pada baja lainnya harus kurang dari 240.
b) Bagian Mesin
Semua bagian mesin pada alat pengangkat yang dikenal beban normal
atau kondisi beban rata rata harus direncanakan berdasarkan angka
keamanan terhadap tegangan batas bahan yang digunakan, sebagai
berikut :
Bahan
Angka keamanan bagi
tegangan
Tarik
Tarik
dan
desak
Tarik
dan
geser
- Baja untuk generator atau
konstruksi yang dilas
- Baja karbon tempa
- Baja karbon untuk konstruksi mesin
bangunan
- Baja batang tahan karat
- Baja karbon tuang
- Besi tuang
- Brons tuang
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
10,0
8,0
5,0
5,0
5,0
5,0
5,0
3,5
8,0
8,7
8,7
8,7
8,7
8,8
10,0
10,0
c) Tegangan Beton
Tegangan beton yang diijinkan pada tumpuan tidak lebih dari 50
kg/cm2 dan tegangan geser yang diijinkan tidak lebih dari 5,5 kg/cm2,
tegangan desak yang diijinkan pada pasangan batu kali tidak lebih dari
15 kg/cm2.
b. Perakitan dan Pengujian di Bengkel
1) Pintu dan Rangka Pintu
Setiap pintu dengan seal karet harus dirakit dibengkel. Pada saat perakitan,
pintu harus diperiksa mengenai ukuran, kelonggaran dan ketepatan
posisinya. Setiap kesalahan dan ketidak tepatan yang ditemukan harus
dikoreksi dengan tepat. Seak karet harus tepat pada posisinya saat perakitan
di bengkel. Rangka sponing, balok atas dan balok ambang pada rangka
pintu harus diperiksa kelurusannya. Semua ukuran rangka pintu yang
berkaitan dengan ukuran pintu harus diperiksa dan setiap
kesalahan dan ketidak tepatan posisinya yang ditemukan harus diperbaiki.
Suku cadang harus sesuai dan dihindari selama perakitan dan
pengangkutan.
2) Stang
Setiap stang harus dirakit dibengkel secara lengkap dan diperiksa kehalusan
permukaannya. Semua bagian harus diperiksa untuk menjamin bahwa
semua kelonggaran dan toleransi telah dipenuhi dan tidak ada kesalahan
yang terjadi pada setiap gerakan peralatannya.
Semua bantalan harus diperiksa dengan teliti, semua pelumas dengan
gomok dan oli yang diperlukan harus diuji. Setiap cacat atau ketidak
tepatan operasi yang ditemukan harus diperbaiki dan pengujian diulang
kembali.
c. Pemasangan dan Pengujian di Lapangan
1) Rangka Pintu
a) Rangka pintu harus dirakit dan dipasang pada tempatnya seperti
gambar yang telah disetujui pada posisi yang sesuai dengan toleransi
yang diizinkan. Letak baut atau perlengkapan lain harus dipasang pada
rangka pintu dengan posisi yang tepat.
b) Ikatan antara rangka pintu dan penopang harus kuat sehingga pada saat
beton dicor tidak akan merubah posisi rangka pintu. Jika diperlukan
untuk menjamin posisi yang tepat dapat dilengkapi dengan penjepit
tambahan.
c) Pemasangan seal karet harus hatihati agar terletak pada permukaan
yang tepat sesuai dengan toleransi yang diizinkan. Pengecoran tidak
diperkenankan bila belum dirakit dengan lengkap dan teliti. Sewaktu
pengecoran beton harus diperiksa agar ukuran dan bentuknya sesuai
gambar dan dalam batas toleransi. Jika terjadi kesalahan harus segera
diperbaiki.
2) Pintu
Pintu harus dirakit dan dipasang sesuai gambar detail yang disetujui. Pintu
pintu harus dirakit dan dipasang sesuai dengan toleransi yang diizinkan.
3) Pengangkat
a) Sebelum dirakit, semua permukaan bantalan, sponing, alur dan lubang
oli harus dibersihkan dan dilumasi dengan oli dan gomok yang akan
disetujui. Sesudah dirakit, setiap sistim pelumasan harus diperiksa.
Setiap pengangkat, lengkap dengan perlengkapannya, harus dipasang
sesui dengan gambar yang disetujui. Pengangkatan harus diletakkan
dan distel sehingga sesuai dengan alat pengangkat pintu.
b) Sesudah pemasangan pengangkat dan sebelum dihubungkan dengan
pintu, pengangkat harus dioperasikan dan diperiksa, sesudah selesai
pemeriksaan tersebut, mur penggerak dihubungkan dengan pintu dan
stang, kemudian ditest dandistel sehingga dapat dioperasikan dengan
tepat. Setiap kerusakan atau ketidak tepatan operasi yang ditemukan
selama pengujian harus diperbaiki dan prosedur pengujian diulang
kembali.
4) Pengecatan
a) Setiap ketebalan pengecatan harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan;
b) Permukaan yang sudah siap harus dicat dasar sesuai dengan petunjuk
pengecatan dari pabrik;
c) Permukaan harus dibersihkan sesaat sebelum pengecatan;
d) Pengecatan lapis awal dan lapis akhir harus sesuai dengan cara dan
peralatan yang disarankan dari pabrik;
e) Cat yang dipakai harus mempunyai masa pemakaian tidak kurang dari
1 (satu) tahun dalam keadaan segala cuaca di lokasi pekerjaan;
f) Penyedia jasa harus menyediakan cat yang cukup untuk pengecatan di
lapangan dan pengecatan perbaikan di bengkel;
g) Semua pengecatan, harus dilakukan secara rata dan halus pada
permukaan. Cat harus diaduk seluruhnya, ditapis dan dijaga
kekentalannya agar seragam selama dipergunakan;
h) Tidak diperkenankan melakukan pengecatan pada permukaan logam
yang suhunya kurang dari 10o Celcius;
i) Permukaan yang akan dilapisi cat harus bebas dari kelembaban selama
pengecatan;
j) Pengecatan dilakukan dengan kuas atau semprot;
k) Pengecatan lapis pertama, dilakukan langsung sesudah penyiapan
permukaan.
Tiap lapis harus dibiarkan kering dan mengeras lebih dahulu seluruhnya
sebelum dilakukan pengecatan berikutnya;
l) Cat yang diproduksi oleh pabrik yang mempunyai nama baik dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan;
m) Pengecatan dengan tar-epoxy dan atau epoxy resin harus dilaksanakan
pada bagianbagian dibawah ini :
(1) Permukaanpermukaan yang tampak dari rangka pintu kecuali
yang ada diatas permukaan tanah.
(2) Semua daun pintu
(3) Pengecatan komponen tersebut harus memenuhi persyaratan
sesuai SNI 0664522000, Metode Pengujian Cat Bitumen sebagai
lapis pelindung
(4) Semua logam besi yang permukaannya tidak dihaluskan, kecuali
yang disebutkan diatas harus dicat dengan 1 (satu) lapis cat dasar
dan 4 (empat) lapis cat chlorinated rubber atau yang sekualitas.
Tebal total lapisan tersebut termasuk cat dasar harus 0,15 0,20
milimeter. Semua peralatan harus dicat sesuai dengan standar
pabrik.
(5) Semua permukaan logam dengan finishing termasuk sekrup yang
tampak selama pengangkutan atau selama menunggu pemasangan
harus dibersihkan dan dilapisi dengan cat yang mudah larut dalam
bensin agar tidak berkarat.
5) Pengelasan
a) Semua pekerjaan las yang diperlukan pada pembuatan dan pemasangan
pintu dan perlengkapan dikerjakan dengan tenaga dengan cara las
lindung busur metal atau las busur otomatis;
b) Tes tembus warna harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa, jika diperlukan
oleh standar spesifikasi ini atau kriteria perencanaan ini;
c) Alat ukur yang sesuai harus terpasang untuk pembacaan arus dan
tegangan listrik selama pengelasan berlangsung;
d) Semua bagian yang di las yang merupakan pekerjaan akhir dengan
mesin harus di las dahulu sebelum dimesin, kecuali tercantum ketentuan
lain;
e) Semua pengelasan harus tidak terputus dan kedap air. Ukuran
minimum batang las 4,5 mm;
f) Semua cacat pengelasan harus dibersihkan sampai dasar logam yang
baik dan daerah tersebut perlu dites dengan Ultrasonik untuk
menyakinkan bahwa cacat telah benar terhapus sebelum dilakukan
perbaikan las;
g) Semua pekerjaan pengelasan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
Spesifikasi pekerjaan pengelasan BS 5135 1984, Proces of Arc welding
carbon and Carbon Manganise steels.
6) Pekerjaan Alat Angkat
a) Stang pintu (alat pengangkat pintu) yang berupa tipe mur penggerak
yang dioperasikan secara manual/elektrik, dipasang pada balok atas
pada rangka pintu untuk menaikkan, menurunkan dan memegang
pintu;
b) Bahan stang pintu beserta pelengkapnya yang berupa baut, tongkat
batang penghubung, handel Operasi Manual, roda gigi, reduksi,
tumpuan/bantalan, maupun rangka alur (sponning) harus memenuhi
persyaratan sesuai SNI 03- 6861-2-2002 Spesifikasi Bahan bangunan
bagian B (bahan bangunan dari besi/baja);
c) Kerangka alur (sponing) harus mampu meneruskan tekanan air pada
beton. Permukaan rangka sponing harus betul dan rata. Pelenturan
maksimum permukaan terhadap permukaan teoritis harus kurang dari 1
(satu) millimeter pada setiap panjang 3 (tiga) meter;
d) Kerangka ambang harus dibuat yang benar terhindar dari puntir dan
bengkokan agar tidak terjadi bocoran dibawah pintu. Kerangka ambang
harus direncanakan agar dapat meneruskan gayagaya yang terjadi
pada beton atau pasangan batu kali tanpa terjadi pelenturan.
18.6. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan lain-lain ini memuat :
a. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan
yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan dan persyaratan (berlaku
untuk semua jenis pekerjaan).
b. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus dipantau dan
dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan (berlaku untuk semua jenis
pekerjaan)
18.7 Pengukuran dan Pembayaran
Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi
teknis pekerjaan pintu harus memuat :
a. Pengukuran
Pengukuran untuk pembayaran atas pintu yang disediakan dan dipasang pada
bangunan harus diukur berdasarkan biaya penyediaan dan biaya pemasangan.
b. Dasar Pembayaran
Pembayaran untuk pengadaan dan pemasangan pintu dibuat berdasarkan harga
satuan per unit seperti yang tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya,
mencakup biayabiaya pengadaan material, pengangkutan, penurunan,
pemotongan, finishing, pengecatan semua bahan, upah pekerja, peralatan yang
diperlukan dan penyediaan semua perangkat keras yang diperlukan termasuk
besi beton dan lain lain.

Anda mungkin juga menyukai