Anda di halaman 1dari 16

Seri Analisis dan Geometri

No. 1 (2009), -15150 (165 hlm.)


PENGANTAR ANALISIS REAL
Oleh
Hendra Gunawan
Edisi Pertama
Bandung, Januari 2009
2000 Dewey Classication: 515-xx.
Kata Kunci: Analisis matematika, fungsi real, peubah real
-15
-14 Hendra Gunawan
Pengantar Analisis Real -13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR -9
-1. PROLOG: LOGIKA DAN HIMPUNAN -7
-1.1 Kalimat Matematika dan Logika -7
-1.2 Pernyataan Berkuantor -6
-1.3 Bukti dan Metode Pembuktian -5
-1.4 Himpunan dan Notasinya -3
BAGIAN PERTAMA 1
0. BILANGAN REAL 3
0.1 Bilangan Real sebagai Bentuk Desimal 3
0.2 Sifat Aljabar 4
0.3 Sifat Urutan 6
0.4 Akar dan Persamaan Kuadrat 7
0.5 Nilai Mutlak 9
1. SIFAT KELENGKAPAN BILANGAN REAL 11
1.1 Paradoks Zeno 11
1.2 Himpunan Terbatas 12
1.3 Sifat Kelengkapan 13
1.4 Manipulasi dengan Supremum dan Inmum 15
2. LEBIH JAUH TENTANG BILANGAN REAL 17
2.1 Maksimum dan Minimum; Interval 17
2.2 N dan Q sebagai Himpunan Bagian dari R 18
2.3 Prinsip Induksi Matematika 21
3. BARISAN 23
3.1 Denisi Barisan 23
3.2 Kekonvergenan Barisan 24
3.3 Teorema Limit 27
3.4 Barisan Monoton 30
-12 Hendra Gunawan
4. SUB-BARISAN DAN BARISAN CAUCHY 32
4.1 Sub-barisan 32
4.2 Teorema Bolzano-Weierstrass 34
4.3 Barisan Cauchy 37
4.4 Barisan Divergen 39
5. DERET 41
5.1 Deret dan Kekonvergenannya 41
5.2 Deret dengan Suku-suku Positif 43
5.3 Sifat-sifat Dasar Deret 45
5.4 Kriteria Cauchy; Uji Kekonvergenan Deret 46
5.5 Kekonvergenan Mutlak dan Kekonvergenan Bersyarat 48
BAGIAN KEDUA 51
6. FUNGSI 53
6.1 Fungsi dan Graknya 53
6.2 Fungsi Polinom dan Fungsi Rasional 56
6.3 Operasi pada Fungsi; Fungsi Invers 58
6.4 Fungsi Terbatas 60
7. LIMIT DAN KEKONTINUAN 63
7.1 Limit Fungsi di Suatu Titik 63
7.2 Kekontinuan di Suatu Titik 66
7.3 Sifat-sifat Limit dan Kekontinuan 68
8. FUNGSI KONTINU PADA INTERVAL 70
8.1 Kekontinuan pada Interval 70
8.2 Sifat-sifat Fungsi Kontinu pada Interval 72
8.3 Lebih Jauh tentang Fungsi Kontinu pada Interval 73
8.4 Kekontinuan Seragam 75
9. TURUNAN 78
9.1 Turunan di Suatu Titik 78
9.2 Sifat-sifat Dasar Turunan 81
9.3 Turunan Tingkat Tinggi 83
10. TEOREMA NILAI RATA-RATA 85
10.1 Maksimum dan Minimum Lokal 85
10.2 Titik Stasioner 87
10.3 Teorema Nilai Rata-rata dan Teorema Taylor 88
11. FUNGSI MONOTON DAN FUNGSI KONVEKS 92
Pengantar Analisis Real -11
11.1 Denisi dan Limit Fungsi Monoton 92
11.2 Fungsi Monoton yang Mempunyai Turunan 95
11.3 Invers Fungsi Monoton 96
11.4 Fungsi Konveks 98
BAGIAN KETIGA 101
12. LUAS DAERAH DAN INTEGRAL 103
12.1 Luas Daerah di Bawah Kurva 103
12.2 Integral 105
12.3 Turunan dari Integral; Teorema Dasar Kalkulus 107
13. INTEGRAL RIEMANN 110
13.1 Jumlah Riemann Atas dan Jumlah Riemann Bawah 110
13.2 Integral Riemann 111
13.3 Keterintegralan Fungsi Kontinu dan Fungsi Monoton 114
14. SIFAT-SIFAT INTEGRAL RIEMANN 116
14.1 Sifat-sifat Dasar Integral Riemann 116
14.2 Teorema Dasar Kalkulus untuk Integral Riemann 119
14.3 Teorema Nilai Rata-rata dan Teorema Taylor untuk Integral Riemann 121
15. INTEGRAL SEBAGAI LIMIT* 124
15.1 Jumlah Riemann 124
15.2 Integral sebagai Limit 126
15.3 Teorema Darboux 127
16. BARISAN FUNGSI 130
16.1 Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik 130
16.2 Kekonvergenan Seragam 132
16.3 Kriteria Cauchy untuk Kekonvergenan Seragam 135
17. PERTUKARAN LIMIT 137
17.1 Pertukaran Limit dan Turunan 137
17.2 Fungsi Eksponensial 139
17.3 Pertukaran Limit dan Integral 141
18. DERET PANGKAT* 144
18.1 Deret Pangkat dan Interval Kekonvergenannya 144
18.2 Jari-jari Kekonvergenan 145
18.3 Kekonvergenan Seragam Deret Pangkat 147
DAFTAR PUSTAKA 150
-10 Hendra Gunawan
Pengantar Analisis Real -9
KATA PENGANTAR
Buku ini disusun untuk mendukung pengajaran matakuliah Analisis Real di
perguruan tinggi, khususnya pada program studi matematika tahap sarjana. Seba-
gian besar materi dan gaya penyajian buku ini merupakan adaptasi dari buku K.G.
Binmore Mathematical Analysis (Cambridge University Press, 1982). Sebagian
materi lainnya dan sejumlah soal latihan diambil pula dari buku R.G. Bartle & D.S.
Sherbert Introduction to Real Analysis (John Wiley & Sons, 1982).
Untuk kemudahan pembaca, materi dalam buku ini dibagi atas tiga bagian.
Bagian pertama adalah tentang bilangan real, barisan, dan deret. Bagian kedua
adalah tentang fungsi, limit dan kekontinuan, dan turunan. Bagian ketiga adalah
tentang integral, barisan fungsi, dan pertukaran limit dan integral. Setiap bab terdiri
dari beberapa sub-bab, masing-masing disertai dengan sejumlah soal latihan.
Bagi dosen yang menggunakan buku ini sebagai pegangan, setiap sub-bab diper-
kirakan dapat disampaikan dalam satu jam tatap muka (setara 50 menit). Tentu
ada bagian yang dapat disampaikan lebih cepat, dan ada pula yang lebih lambat.
Kecepatan pembahasan juga harus disesuaikan dengan kondisi mahasiswa yang di-
hadapi. Selain itu, bobot kredit untuk matakuliah ini mungkin berbeda di tiap per-
guruan tinggi. Bila waktu terbatas, tidak semua bab harus dibahas. Sebagai contoh,
Bab 15 dan Bab 18 (keduanya diberi tanda *) dapat dilewatkan.
Hendra Gunawan
Department of Mathematics, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesa 10 Bandung 40132, Indonesia.
E-mail: hgunawan@math.itb.ac.id.
Website: http://personal.fmipa.itb.ac.id/hgunawan
-8 Hendra Gunawan
Pengantar Analisis Real -7
-1. PROLOG: LOGIKA DAN HIMPUNAN
-1.1 Kalimat Matematika dan Logika
Di sekolah menengah telah dipelajari apa yang dimaksud dengan pernyataan
atau kalimat matematika. Setiap pernyataan dapat bernilai benar atau salah,
tetapi tidak mungkin benar dan salah sekaligus. Sebagai contoh, 1 + 1 = 2 meru-
pakan sebuah pernyataan yang benar. Pernyataan seperti n + 1 = 2 merupakan
sebuah kalimat terbuka, yang kebenarannya bergantung pada nilai n. Bila n = 1,
maka pernyataan tersebut benar; tetapi bila n = 1, maka pernyataan tersebut salah.
Matematika sarat dengan kalimat atau pernyataan yang berkaitan antara satu
dan lainnya. Dua pernyataan P dan Q dikatakan setara apabila keduanya mempunyai
nilai kebenaran yang sama (yakni, jika P benar, maka Q benar; dan sebaliknya, jika
P salah, maka Q juga salah). Dalam hal P dan Q setara, kita sering menulis P jika
dan hanya jika Q. Sebagai contoh, n + 1 = 2 jika dan hanya jika n = 1.
Terdapat beberapa cara membentuk sebuah pernyataan baru dari pernyataan
yang diberikan, yaitu dengan menggunakan kaitan logis. Jika P adalah suatu pernya-
taan, maka tidak P adalah pernyataan baru yang merupakan negasi dari P. Jika P
benar, maka negasinya salah; dan jika P salah, maka negasinya benar.
Diberikan dua buah pernyataan P dan Q, kita dapat membentuk konjungsi dari
P dan Q, yaitu P dan Q, yang bernilai benar jika P dan Q keduanya benar, dan
bernilai salah selain itu. Kita juga dapat membentuk disjungsi dari P dan Q, yaitu
P atau Q, yang bernilai benar jika setidaknya satu di antara P dan Q benar. Tabel
kebenaran untuk konjungsi dan disjungsi dari P dan Q diberikan di bawah ini.
P Q P dan Q P atau Q
B B B B
B S S B
S B S B
S S S S
-6 Hendra Gunawan
Selain konjungsi dan disjungsi, kita dapat pula mempunyai sebuah implikasi
jika P, maka Q, yang sering dilambangkan sebagai P Q. Di sini P merupakan
syarat cukup bagi Q, sementara Q merupakan syarat perlu bagi P. Dalam implikasi ini
P disebut sebagai hipotesis, sementara Q disebut sebagai kesimpulan. Berdasarkan
konsensus, pernyataan jika P, maka Q bernilai salah jika P benar dan Q salah, dan
bernilai benar selain itu. Tabel kebenaran untuk implikasi jika P, maka Q diberikan
di bawah ini.
P Q P Q
B B B
B S S
S B B
S S B
Dalam hal jika P, maka Q benar dan jika Q, maka P benar, kita katakan P jika
dan hanya jika Q, yakni, P setara dengan Q.
Contoh 1. Implikasi jika n = 1, maka n
2
= n bernilai benar, karena ketika P
benar, Q juga benar. (Dalam hal n = 0, kita dapatkan P salah dan Q benar; namun
ini tidak menjadikan implikasi di atas salah.)
Soal Latihan
1. Mungkinkah P dan tidak P benar? Bagaimana dengan P atau tidak P?
2. Implikasi jika tidak Q, maka tidak P merupakan kontraposisi dari jika P,
maka Q. Periksa kesetaraan kedua implikasi ini dengan menggunakan tabel
kebenaran.
3. Implikasi jika Q, maka P merupakan konvers dari jika P, maka Q. Berikan
sebuah contoh implikasi yang benar tetapi konversnya salah.
4. Buatlah tabel kebenaran untuk P dan tidak Q dan bandingkan dengan tabel
kebenaran untuk jika P, maka Q. Apa kesimpulan anda?
-1.2 Pernyataan Berkuantor
Dalam matematika sering kali kita berurusan dengan pernyataan yang mengan-
dung frase untuk setiap, untuk semua, untuk suatu, terdapat, dan sejenis-
nya. Untuk setiap, untuk semua, atau frase yang setara dengannya, merupakan
Pengantar Analisis Real -5
kuantor universal; sedangkan untuk suatu, terdapat, atau yang setara dengan-
nya, merupakan kuantor eksistensial. Catat bahwa dalam matematika, untuk suatu
berarti terdapat setidaknya satu (bisa satu saja, bisa juga lebih). Berikut adalah
beberapa contoh pernyataan berkuantor.
Contoh 2. (i) Setiap bilangan asli n memenuhi pertaksamaan n
2
> n.
(ii) Setiap bilangan asli dapat dinyatakan sebagai jumlah dari beberapa bilangan
kuadrat. (Bilangan kuadrat adalah 1
2
= 1, 2
2
= 4, 3
2
= 9, dan seterusnya.)
(iii) Terdapat bilangan asli yang genap dan ganjil sekaligus.
Negasi dari pernyataan untuk setiap n berlaku P adalah terdapat n yang
tidak memenuhi P. Sebagai contoh, negasi dari setiap bilangan asli n memenuhi
n
2
> n adalah terdapat bilangan asli n yang tidak memenuhi n
2
> n. Tentu
dalam hal ini negasinyalah yang benar. Cukup sering kita menyimpulkan bahwa
suatu pernyataan salah setelah memeriksa bahwa negasinya benar.
Perhatikan bahwa pernyataan setiap bilangan asli n memenuhi n
2
> n dapat
ditulis ulang sebagai implikasi jika n adalah bilangan asli, maka n
2
> n. Jadi,
selain melalui negasinya, kita dapat pula memeriksa kebenaran suatu pernyataan
berkuantor universal sebagai sebuah implikasi.
Soal Latihan
1. Tentukan negasi dari pernyataan pada Contoh 2(ii) dan (iii).
2. Tulis ulang pernyataan pada Contoh 2(ii) sebagai sebuah implikasi.
-1.3 Bukti dan Metode Pembuktian
Bukti (Ing. proof) merupakan sesuatu yang membedakan matematika dari il-
mu lainnya seperti sika atau kimia yang berpijak pada eksperimen. Dalam matema-
tika, eksperimen juga penting tetapi bukti lebih esensial. Pernyataan seperti setiap
bilangan kuadrat mempunyai sisa 0 atau 1 ketika dibagi dengan 4 tidak dapat disim-
pulkan benar melalui eksperimen dengan bilangan-bilangan kuadrat, karena terdapat
tak terhingga banyaknya bilangan kuadrat (kita takkan pernah selesai dengan
-4 Hendra Gunawan
mereka). Eksperimen dapat menghasilkan suatu dugaan, namun kita perlu bukti
untuk meyakinkan bahwa pernyataan itu memang benar adanya.
Untuk dapat membuktikan pernyataan seperti di atas perlu banyak latihan.
Dihadapkan pada sebuah pernyataan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memahami maksud pernyataan tersebut: apa yang diketahui dan apa yang harus
dibuktikan. Kadang kita harus mengetahui konteks yang terkait dengan pernya-
taan tersebut. Dalam pernyataan setiap bilangan kuadrat mempunyai sisa 0 atau 1
ketika dibagi dengan 4, kita berurusan dengan bilangan asli (1, 2, 3, . . . ). Selain itu,
pernyataan di atas juga mengandung kuantor setiap, yang memerlukan aksi tertentu
dalam pembuktiannya kelak.
Sebelum kita membahas bagaimana membuktikan suatu pernyataan berkuan-
tor seperti di atas, marilah kita pelajari bagaimana membuktikan pernyataan tanpa
kuantor yang berbentuk konjungsi, disjungsi, atau implikasi. Untuk membuktikan
bahwa P dan Q benar, tentunya kita harus membuktikan bahwa P benar dan juga
Q benar. Sementara itu, untuk membuktikan bahwa P atau Q benar, kita da-
pat memulainya dengan memisalkan P salah dan kemudian berusaha menunjukkan
bahwa Q benar. (Jika P benar, maka P atau Q benar, sehingga tidak ada yang
harus dilakukan.)
Untuk membuktikan bahwa implikasi jika P, maka Q benar, kita mulai dengan
memisalkan bahwa P benar dan kemudian berusaha menunjukkan bahwa Q juga
benar. (Jika P salah, maka P Q otomatis benar, sehingga tidak ada yang harus
dilakukan.) Implikasi ini dapat pula dibuktikan melalui kontraposisinya, yaitu jika
tidak Q, maka tidak P. Cara lainnya adalah dengan metode pembuktian tak langsung,
yaitu dengan memisalkan P benar dan Q salah, dan kemudian berusaha mendapatkan
suatu kontradiksi, sesuatu yang senantiasa salah. Yang dimaksud dengan kontradiksi
adalah konjungsi R dan tidak R, untuk suatu pernyataan R. Sebagai contoh, n
genap dan ganjil (tidak genap) sekaligus merupakan suatu kontradiksi.
Contoh 3. Buktikan jika n memenuhi n
2
= n, maka n = 0 atau n = 1. (Di sini
kita berhadapan dengan sebuah implikasi dengan hipotesis n memenuhi n
2
= n dan
kesimpulan berupa suatu disjungsi n = 0 atau n = 1.)
Bukti. Misalkan n memenuhi n
2
= n (yaitu, hipotesis benar). Akan ditunjukkan
bahwa n = 0 atau n = 1 (yaitu, kesimpulan benar). Untuk itu, misalkan n = 0 salah,
yakni n = 0. Tugas kita sekarang adalah menunjukkan bahwa n = 1. Untuk itu,
Pengantar Analisis Real -3
perhatikan bahwa n
2
= n setara dengan n(n 1) = 0. Karena n = 0, maka mestilah
n 1 = 0. Jadi mestilah n = 1.
Sekarang kita akan membahas bagaimana membuktikan suatu pernyataan ber-
kuantor. Secara umum, untuk membuktikan pernyataan terdapat n sehingga P,
kita harus mendapatkan n (entah bagaimana caranya) yang membuat P benar. Se-
bagai contoh, pernyataan terdapat bilangan asli n sehingga n
2
n terbukti benar
setelah kita menemukan bilangan n = 1 yang memenuhi n
2
n.
Sementara itu, untuk membuktikan pernyataan untuk setiap n berlaku P,
kita harus memulainya dengan mengambil n sembarang (tentunya dalam konteks yang
sesuai), dan kemudian berusaha menunjukkan bahwa P berlaku untuk n. Cara lainnya
adalah dengan menuliskan pernyataan berkuantor ini sebagai sebuah implikasi, baru
kemudian kita membuktikannya.
Contoh 4. Buktikan bahwa setiap bilangan kuadrat mempunyai sisa 0 atau 1 ketika
dibagi dengan 4.
Bukti. Ambil sebarang bilangan kuadrat, sebutlah n
2
. Ada dua kemungkinan tentang
n, yaitu n genap atau n ganjil. Jika n genap, sebutlah n = 2k, maka n
2
= 4k
2
. Dalam
hal ini n
2
mempunyai sisa 0 ketika dibagi dengan 4. Sementara itu, jika n ganjil,
sebutlah n = 2k + 1, maka n
2
= 4k
2
+ 4k + 1. Dalam hal ini n
2
akan mempunyai
sisa 1 ketika dibagi dengan 4. Jadi, berapa pun n, n
2
akan mempunyai sisa 0 atau 1
ketika dibagi dengan 4.
Contoh-contoh pembuktian lainnya akan anda jumpai pada bab-bab selanjut-
nya, yang berkenaan dengan materi pokok Analisis Real.
Soal Latihan
1. Buktikan jika n
2
ganjil, maka n ganjil.
2. Buktikan jika m
2
+n
2
= 0, maka m = 0 dan n = 0.
-1.4 Himpunan dan Notasinya
Himpunan adalah suatu koleksi objek, dan objek dalam suatu himpunan disebut
sebagai anggota himpunan itu. Jika x merupakan anggota himpunan H, maka kita
-2 Hendra Gunawan
katakan x di H dan kita tuliskan
x H.
Jika y bukan anggota H, maka kita tuliskan y / H.
Cara yang paling sederhana untuk menyatakan sebuah himpunan adalah dengan
mendaftarkan anggotanya. Sebagai contoh, kita menuliskan
A = {0, 1,

2, e, }
untuk menyatakan himpunan yang anggotanya adalah bilangan 0, 1,

2, e, . Serupa
dengan itu,
B = {Bagong, Gareng, Petruk, Semar}
menyatakan himpunan dengan anggota Bagong, Gareng, Petruk, dan Semar.
Cara penulisan di atas tentunya tidak cocok digunakan untuk menyatakan him-
punan yang mempunyai tak hingga banyaknya anggota. Himpunan demikian biasanya
dinyatakan dengan menyebutkan sifat yang dimiliki secara khusus oleh anggotanya.
Sebagai contoh,
C = {x : x real, x > 0}
menyatakan himpunan semua bilangan real positif. Serupa dengan itu,
D = {y : y menghormati Semar}
menyatakan himpunan semua orang yang menghormati Semar.
Selanjutnya kita gunakan notasi untuk menyatakan himpunan kosong, yakni
himpunan yang tidak mempunyai anggota. Sebagai contoh, himpunan bilangan asli
n yang genap dan ganjil sekaligus merupakan himpunan kosong; yakni
{n : n bilangan asli yang genap dan ganjil sekaligus} = .
Misalkan H dan G adalah dua buah himpunan. Kita sebut G himpunan bagian
dari H dan kita tuliskan
G H
apabila setiap anggota G merupakan anggota H. (Jadi, bila diberikan dua buah
himpunan H dan G, dan kita diminta untuk membuktikan bahwa G H, maka
yang harus kita lakukan adalah mengambil x G sembarang dan kemudian berusaha
menunjukkan bahwa x H.)
Pengantar Analisis Real -1
Catat bahwa G = H jika dan hanya jika G H dan H G. Jika G H
dan G = H, maka G disebut sebagai himpunan bagian sejati dari H, ditulis G H.
Sebagai contoh, jika A adalah himpunan semua bilangan bulat yang habis dibagi 10
dan B adalah himpunan semua bilangan yang habis dibagi 2, maka A B.
Soal Latihan
1. Diberikan dua buah himpunan A dan B, kita dapat mendenisikan irisan dari
A dan B, yaitu
A B = {x : x A dan x B}.
Buktikan bahwa A B = A jika dan hanya jika A B.
2. Diberikan dua buah himpunan A dan B, kita dapat mendenisikan gabungan
dari A dan B, yaitu
A B = {x : x A atau x B}.
Buktikan bahwa untuk tiga himpunan A, B, dan C sembarang berlaku
(a) A (B C) = (A B) (A C).
(b) A (B C) = (A B) (A C).
0 Hendra Gunawan

Anda mungkin juga menyukai