Anda di halaman 1dari 24

Isolasi Flavonoid dari Daun

Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa)
Nama kelompok :
Meta Marselly
Puti Bendhika Erman
Ni Made Indri Widanti
Deviannistia Suyono P
Try Oktavia Djabar
Try Wahyu Kumala S
Mahkota Dewa
Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl
Mahkota Dewa
Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl
Sinonim : Phaleria papuana
Nama umum Indonesia: Mahkota dewa, simalakama
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa
Morfologi

Tumbuhan Mahkota dewa merupakan tumbuhan yang hidup di
daerah tropis, juga bisa ditemukan di pekarangan rumah sebagai
tanaman hias atau di kebun- kebun sebagai tanaman peneduh. Perdu
ini tumbuh tegak dengan tinggi 1- 2,5 m.
Daun mahkota dewa dapat dihasilkan sepanjang tahun
sedangkan buahnya tidak berbuah sepanjang tahun dan buah
tumbuhan ini dapat digunakan setelah masak atau berwarna merah,
dimana Daun dan buah tumbuhan mahkota dewa merupakan
tanaman obat. (Dalimartha, 2004)
Kandungan Kimia
Tanaman mahkota dewa mengandung
beberapa senyawa kimia, diantaranya :
antihistamin
alkaloida
triterpen
saponin
polifenol (lignan)
flavonoida



Empiris :
Secara empiris Daging dan kulit buah mampu
mengobati flu, rematik, sampai kanker rahim
stadium akhir. Kulit dan daging buah juga termasuk
bagian pohon yang paling sering digunakan untuk
pengobatan. batang mahkota dewa bisa mengobati
kanker tulang.



Khasiat dari daun tumbuhan mahkota dewa dapat mengobati
penyakit seperti: kanker, tumor, diabetes (kencing manis),
pembengkakan prostad, asam urat, darah tinggi (hipertensi),
reumatik, batu ginjal, hepatitis, dan penyakit jantung.
Farmakologis :
Berdasarkan hasil penelitian, tanaman mahkota dewa memiliki
berbagai khasiat, diantarnya berkhasiat sebagai astringent, anti
mikroba dan anti kanker.
Mahkota dewa juga memberikan efek terhadap uterus, efek
sitosik pada sel kanker rahim, efek hipoglikemik, hepatoprotektor,
antiinflamasi, histopatologik pada hati, ginjal, lambung, ovarium,
uterus, pankreas.

Isolasi flavonoid
Isolasi adalah proses pengambilan satu
senyawa kimia dari campuran senyawa.
Tahapan isolasi untuk bahan alam meliputi :
1. Ekstraksi
2. Pemisahan
3. Pemurnian
Ekstraksi adalah pemisahan secara kimia
atau fisika suatu bahan padat atau cair dari
suatu dapatan menggunakan pelarut air atau
pelarut organik.
Terdapat beberapa metode ekstraksi, diantaranya
1. Cara dingin : Maserasi
Perkolasi

2. Cara panas : Soxhlet
Refluks
Digesti
Infus
Dekok
Proses ekstraksi dapat dilakukan dengan 2
cara, sesuai dengan sifat dari senyawa yang
akan diisolasi, yaitu :

1. Ektraksi langsung
Biasanya untuk senyawa polar
2. Ekstraksi bertingkat
biasanya untuk senyawa semi polar dan non
polar
Hasil dan Pembahasan
Isolasi flavonoid dari daun mahkota dewa
awalnya dilakukan dengan cara ekstraksi bertingkat,
karena flavonoid merupakan senyawa semi polar.
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode
ekstraksi cara dingin (maserasi), karena flavonoid
tidak tahan pemanasan (rusak oleh pemanasan).
Pelarut yang digunakan pada proses
maserasi adalah metanol, karena metanol
merupakan pelarut organik universal yang
dapat melarutkan senyawa hampir semua
sifat senyawa.
Ekstrak metanol hasil ekstraksi kemudian
dipekatkan dan dipisahkan dengan cara fraksinasi
menggunakan pelarut hexan, etil asetat dan butanol
berturut-turut.
Fraksi-fraksi hasil fraksinasi tersebut kemudian
dipisahkan lagi dengan metode kromatografi kolom
untuk masing-masing fraksi.
Hasil kromatografi kolom dari masing-masing
fraksi selanjutnya dipisahkan lagi dan diidentifikasi
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis,
spektroskopi, dan metode identifikasi lainnya.
Isolasi flavonoid fraksi etil asetat daun mahkota dewa
Fraksi etil asetat daun mahkota dewa
selanjutnya dipisahkan dengan metode
kromatografi kolom menggunakan fase gerak
n-heksan : etil asetat dan etil asetat : butanol
dengan berbagai perbandingan, serta fase
diam silica gel GF 254.

Pada kromatografi kolom dengan fase
gerak n-heksan : etil asetat secara gradien,
diperoleh 12 fraksi yang kemudian
diidentifikasi dengan metode kromatografi
lapis tipis (KLT) menggunakan fase gerak dan
fase diam yang sama.
Dimana fase diamnya berupa silika gel
dan fase geraknya heksan : etil asetat ( 7:3)
KLT dilakukan random pada beberapa
fraksi hasil KK, yaitu pada fraksi nomor 1, 4, 7,
9, 10, 11 dan 12.


Fraksi no. 1, 4, 7 dan 9
Gambar
Fraksi no. 10, 11 dan 12
Gambar

Data hasil Rf dan HRf
No. Fraksi Rf HRf ( % )
4 0,85 82
7 a. 0,68
b. 0,8
c. 0,87
d. 0,77
e. 0,94
a. 68
b. 80
c. 87
d. 77
e. 94
9 a. 0,71
b. 0,87
c. 0,9
a. 71
b. 87
c. 90
10 a. 0,071
b. 0,18
a. 7,1
b. 18
11 a. 0,15
b. 0,25
c. 0,34
a. 15
b. 25
c. 34
12 a. 0,18
b. 0,25
c. 0,34
d. 0,45
e. 0,5
f. 0,61

a. 18
b. 25
c. 34
d. 45
e. 50
f. 61

Dari tanaman Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) di Maserasi dengan
menggunakan pelarut metanol.
Dengan metode kromatografi kolom hasil
fraksinasi etil asetat dgn menggunakan eluen
heksan, dan heksa : etil asetat mendapatkan
12 fraksi .

Anda mungkin juga menyukai