Anda di halaman 1dari 31

Mecca Page 1

METODE SELF POTENTIAL




3.1 Konsep Dasar Metode Self-Potential
Metode SP diprakarsai pada tahun 1830 oleh Robert Fox yang
menggunakan elektroda lempeng tembaga yang dihubungkan dengan
Galvanometer untuk mendeteksi cadangan sulfida-tembaga di CornWall, Inggris.
Metode ini digunakkan sejak tahun 1920 sebagai peralatan alternatif pada
eksplorasi logam, lebih khusus lagi yaitu untuk mendeteksi keberadaan dari bijih
besi dalam jumlah yang besar. Pada beberapa tahun ini, metode SP dilakukkan
secara luas untuk investigasi bawah permukaan air dan panas bumi, dan juga
dapat digunakkan untuk tujuan pemetaan.
Metode SP sangat murah untuk digunakkan eksplorasi geofisika baik dari
peralatan yang dibutuhkan maupun pengoperasianya di lapangan yang sederhana.
Metode SP termasuk metode pasif yaitu perbedaan potensial tanah secara alami
diukur diantara dua titik di permukaan. Nilai beda potensial yang diukur dapat
mencapai kurang dari milivolt hingga satu volt, serta tanda (negatif atau positif)
dari nilai potensial merupakan faktor penting untuk interpretasi anomali SP.
Tabel 3.1 Jenis dari anomali SP dan sumber geologinya
Sumber Jenis Anomali
Sulfida-bijih besi
Grafit-bijih besi
Magnetit, batu bara, mangan

Negatif ~ ratusan mV
Lapisan kuarsa
Pegmatites
Positif ~ puluhan mV
Aliran fluida, reaksi geokimia, dll Positif +/- negatif 100 mV
Bioelektrik Negatif, 300 mV
Perpindahan air tanah +/- ~ ratusan mV
Topography Negatif hingga 2 V
Mecca Page 2

Dikatakan self-potential karena potensial dihasilkan oleh sejumlah sumber
alamiah itu sendiri tanpa adanya injeksi ke bawah permukaan bumi, meskipun
penyebab lengkap proses fisikanya belum banyak diketahui. Potensial alamiah
tanah terdiri dari dua komponen, dimana salah satunya konstan yang tidak
berarah serta yang lainya berubah terhadap waktu. Komponen yang konstan
disebabkan proses elektrokimia, serta komponen yang berubah disebabkan variasi
perbedaan kisaran potensial dari induksi arus bolak balik (AC) oleh badai listrik
dan variasi dari medan magnetik bumi, yang dipengaruhi pula oleh curah hujan.
Dalam eksplorasi mineral, masing-masing komponen dari SP disebut potensial
mineral dan potensial background.

3.2 Asal Mula Self-Potential
Pada umumnya, faktor utama yang mempengaruhi variasi nilai self-
potential adalah keberadaan air tanah. Potensial ditimbulkan oleh aliran air tanah,
baik berupa elektrolit ataupun sebagai pelarut dari mineral yang berbeda.
Terdapat tiga cara dari konduksi listrik masuk pada batuan yaitu secara dielektrik,
elektrolit, dan elektronik (ohmic). Konduktivitas listrik (, kebalikan dari
resistivitas) bergantung pada porositas batuan dan mobilitas dari air (atau fluida
lainnya) untuk melewati ruang berpori (bergantung pada sifat mobilitas ionik dan
konsentrasi larutan, viskositas (), temperatur, dan tekanan).
Tabel 3.2 Jenis-jenis potensial listrik:
Elektrokinetik
Elektrofiltrasi
Elektromekanika
Aliran (Streaming)
Potensial Difusi
Liquid junction
Potensial Nernst
Serpihan batu (Shale)
Potensial Mineral Konstan
Potensial Termoelektrik
Potensial
Elektrokimia
Berubah
terhadap
waktu
Mecca Page 3

3.2.1 Potensial elektrokinetik
Potensial Elektrokinetik (E
k
) sebagai hasil dari aliran elektrolit yang
melewati medium kapiler atau medium berpori, potensial diukur sepanjang
kapiler, yang berhubungan dengan potensial elektrofiltrasi, elektromekanika, dan
potensial streaming.
Tabel 3.3 Perumusan potensial listrik:
Elektrokinetik:


4
P C
E
E
k
= (3.1)
Dimana: , dan masing-masing konstanta dielektrik, resistivitas dan viskositas
dari elektrolit; P adalah perbedaan tekanan; dan C
E
adalah koefisien kopling
elektrofiltrasi
Potensial Difusi:
) / ln(
) (
) (
2 1
C C
I I nF
I I RT
E
c a
c a
d
+

= (3.2)
Dimana: I
a
mobilitas anion (+ve), I
c
kation (-ve), secara berturut-turut R adalah
konstanta gas (8.314 JK
-1
mol
-1
), T adalah temperatur, n adalah elektro valensi, F
adalah konstanta Faraday (96487 C mol
-1
), C
1
dan C
2
adalah konsentrasi larutan
Potensial Nernst:
) / ln(
2 1
C C
nF
RT
E
N
= (3.3)
Saat I
a
= I
c
pada persamaan potensial difusi

Menurut hukum Helmholtz, aliran arus listrik berhubungan dengan
gradien hidraulik dan kuantitas yang dikenal dengan koefisien elektrofiltrasi
terkopel (C
E
) yang merepresentasikan sifat fisis dan kelistrikan dari elektrolit dan
dari jaringan melalui medium elektrolit yang terlewati. Grafik dari potensial
elektrokinetik dihasilkan untuk situasi geologi dengan nilai C
E
untuk masing-
masing satuan geologi yang diberikan pada gambar berikut:


Mecca Page 4

Gambar 3.1 (A) Profil SP electrofilterasi dan map yang mengikuti model (dari
Schiavone dan Quarto 1984): (i) batas vertikal sumur atas pada bagian atas; (ii) pompa
dari sumur (iii) Batas horizontal aliran (B) Contoh kasus dari anomali SP yang
dihasilkan oleh pompa sumur
An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics: Spontaneous (self) potential
methods, John M. Reynolds, 495

Mecca Page 5

Pergerakan fluida yang melewati medium porositas diketahui akan
menghasilkan gradien potensial sepanjang jalur aliran yang diakibatkan interaksi
antara gerakan pori fluida dan dua lapisan beresistivitas (Overbeek, 1952)
(gambar 3.2). Hal tersebut dinamakan potensial streaming.

Gambar 3.2 Mekanisme terbentuknya Potensial Streaming
Monitoring of embankment dams with geophysics methods, A Georange project
Permukaan dari biji mineral selalu mempunyai muatan listrik negatif. Hal
ini menarik muatan ion positif pada sekeliling pori-pori air dan terbentuk lapisan
listrik rangkap (double layer). Lapisan tersebut akan terpotong jika pori air
berpindah akibat gradien tekanan, maka terjadi pemisahan muatan dan perbedaan
potensial listrik antara bagian upstream dan downstream pada pori.
Jumlah dari beda potensial listrik tersebut disebabkan oleh resapan air
yang bergantung pada gradien tekanan dan konduktivitas pori air yang disebut
Mecca Page 6

konduktivitas terkopel yang mana selalu bertanda negatif (Friborg 1997).
Konduktivitas terkopel tidak terlihat begitu berbeda untuk permukaan tanah yang
berbeda. Walaupun, beberapa data menunjukan terdapat hubungan antara biji
mineral dengan konduktivitas terkopel. Pengaruh ini dimungkinkan akibat adanya
ruang pori pada tanah dengan biji mineral yang menghasilkan lapisan listrik
ganda. Material tanah dipengaruhi oleh erosi internal pada keseluruhan ruang pori
yang kemudian menunjukan kenaikan potensial streaming dibandingkan material
yang tidak terpengaruh.
Untuk kasus elektrokinetik terkopel kita dapat memperhatikan flux fluida
terkopel J
E
dan rapat arus listrik I
E
yang diakibatkan gradien potensial listrik
dan gradien tekanan P yang dirumuskan sebagai berikut:
P K J
E
= ) / ( ) / ( (3.4)
P I
E
= ) / ( (3.5)
Dimana , , dan masing-masing adalah konduktivitas listrik, konstanta
dielektrik, dan viskositas fluida. dan K masing-masing adalah porositas dan
permeabilitas dari medium. (potensial zeta) adalah tegangan yang melewati
lapisan ganda Helmholtz. Pada bagian pertama dan kedua persamaan (3.4)
masing-masing menunjukan flux dari aliran fluida yang diakibatkan efek elektro-
osmotik dan hukum Darcy, sedangkan Pada bagian pertama dan kedua persamaan
(3.5) masing-masing menunjukan rapat arus listrik yang diakibatkan hukum Ohm
dan potensial elektrokinetik.
Pada keadaan setimbang (I
E
= 0), persamaan (3.5) disederhanakan menjadi:
/ / = P (3.6)
P / disebut koefisien elektrokinetik terkopel. Dimana (potensial zeta)
merupakan parameter penting untuk elektrokinetik terkopel. Untuk beberapa
mineral dan batuan Ishido dan Mizutani (1981) menunjukan bahwa (potensial
zeta) adalah negatif pada air dengan pH lebih besar dari 2, dan meningkat secara
negatif dengan kenaikan pH (gambar 3.3). Eksperimen tersebut juga menyatakan
bahwa nilai (potensial zeta) meningkat secara negatif ketika konsentrasi
elektrolit menurun dan temperatur meningkat.
Mecca Page 7


Gambar 3.3 Hubungan antara pH dengan potensial zeta
Review on morphological insight of self potential anomalies on volcanoes (Zlotnicki dan Nishida)
Nilai pengukuran koefisien potensial streaming terkopel P / pada
berbagai jenis batuan diperkirakan oleh Nouberhect yaitu antara -12 hingga 31
mV/atm dengan penyulingan air pada batu pasir sebagai pori fluida, Tuman
(1963) mengamati P / sebesar 150-390 mV dengan 500 -m penyulingan
air pada batu pasir sebagai pori fluida dan 15 mV/atm menggunakan 4.4 -m air.
Ahmad (1964) mengamati nilai P / berkisar 50 mV/atm untuk 24 -m pori
fluida dan 2400 mV/atm untuk 2700 -m pori fluida. Pengukuran pada kwarsa
pasir juga memperlihatkan bahwa P / dipengaruhi oleh permeabilitas dan
ukuran satuan batuan.
Model elektrokinetik dijelaskan secara eksplisit oleh Nouberhect dengan
menggunakan geometri bola berdasarkan sumber (atau sink) pada medium
berlapis secara horizontal. Walaupun, kemungkinan sumber bola tersebut tidak
merepresentasikan driving force untuk aliran fluida pada sistem geotermal,
namun memberikan pengetahuan untuk membandingkan potensial permukaan
yang dihasilkan pada model ini dengan pengamatan dari kasus termoelektrik
(gambar 3.4). Untuk geometri yang sama dan distribusi resistivitas yang
Mecca Page 8

digunakan untuk kasus termoelektrik, potensial permukaan maksimum diatas
pusat bola adalah [ ] P C C ) ( 6 . 0
'
2
'
1
mV, dimana
'
1
C dan
'
2
C adalah koefisien
elektrokinetik terkopel (mV/atm) pada bagian atas dan bawah lapisan. Dan P
adalah beda tekanan saat melewati batas bola di atmosfer. Yaitu untuk nilai yang
mungkin dari ) (
'
2
'
1
C C adalah 10 mV/atm dan beda tekanan 5 atm. Polaritas dari
anomali tergantung pada tanda ) (
'
2
'
1
C C dan arah gradien temperatur.
3.2.2 Termoelektrik
Jika gradien temperatur melewati sampel batuan maka akan menghasilkan
medan listrik saat melewati sampel tersebut. Fenomena tersebut disebut efek
termoelektrik, dan kemungkinan disebabkan oleh perbedaan difusi termal dari
ion-ion pada pori fluida serta dari elektron-elektron dan donor ion pada batuan,
proses tersebut dinamakan Efek Seebeck.
Mari kita memperhatikan aliran panas terkopel J
T
dan rapat arus listrik I
T

yang diakibatkan oleh gaya pengendalinya (driving force) yaitu gradien
temperatur dan gradien potensial listrik , J
T
, dan I
T
, dirumuskan:
T J
T
= (3.7)
T I
T
= (3.8)
Dimana , , , dan masing-masing adalah konduktivitas listrik dan thermal,
koefisien Peltier dan termoelektrik. Pada bagian pertama dan kedua persamaan
(3.7) masing-masing menunjukan aliran panas diakibatkan efek Peltier dan
konduktivitas thermal. Sedangkan pada bagian pertama dan kedua persamaan
(3.8) masing-masing menunjukan rapat arus listrik diakibatkan hukum Ohm dan
efek Seebeck. Perbandingan antara beda potensial dan beda temperatur T /
disebut sebagai koefisien termoelektrik terkopel.
Berdasarkan definisi dan rumusan dari termoelektrik, kita dapat
menentukan koefisien termoelektrik terkopel secara perhitungan dan eksperimen.
Secara perhitungan, penelitian teknik analisis berdasarkan konsep dasar
termodinamika irreversible menunjukan bahwa untuk sumber model bola
sederhana menyatakan bahwa proses elektrokinetik terkopel mempunyai nilai
lebih besar daripada yang dihasilkan termoelektrik terkopel.
Mecca Page 9


Gambar 3.4 Model Geometri Bola untuk menentukan Elektrokinetik Terkopel
dan atau Termoelektrik Terkopel (Modifikasi)
(The self-potential method in geothermal exploration, Robert F. Corwin dan Donald B. Hoovert)
Pada kasus geometri bola (gambar 3.4) yaitu dengan kenaikan temperatur
(100
0
C) antara dua lapisan dengan perbedaan koefisien terkopel, C
1
dan C
2
, batas
kedalaman d yang memisahkan lapisan yang memiliki resistivitas dan koefisien
terkopel berbeda, dengan temperatur awal T
0
, dan pada tekanan 5 atm diatas
tekanan awal P
0
, Nourbehect (1963) dan Corwin (1976) menggunakan
aproksimasi perhitungan berdasarkan anomali SP maksimum yang dirumuskan
dengan T C C ) ( 15 . 0
2 1
mV, yang mana memberikan nilai potensial maksimum
15 mV untuk perbedaan koefisien terkopel yang besar (C
1
-C
2
) = 1 mV/
0
C, dan
Mecca Page 10

sekitar 3 mV untuk nilai (C
1
-C
2
) = 0.2 mV/
0
C dengan T mencapai 100
0
C.
Polaritas dari anomali bergantung pada tanda (C
1
-C
2
). Secara keseluruhan, kita
masih belum cukup mempunyai pengetahuan untuk koefisien termoelektrik
terkopel pada temperatur yang tinggi. Poin penting mengenai besar dan polaritas
anomali SP yang dihasilkan termoelektrik dan elektrokinetik terkopel bergantung
tidak hanya pada parameter sumber seperti temperatur, tekanan, geometri, namun
juga besar serta perbedaan dari koefisien terkopel.
Sedangkan menurut eksperimen, koefisien termoelektrik terkopel
mempunyai nilai antara -0.25 dan 1.5 mV/
0
C, dengan nilai rata-rata 0.2 mV/
0
C
(gambar 2.5) (Yamashita, 1961; Nourbehecht, 1963; Dorfman et al., 1977).

Gambar 3.5 Rangkaian Eksperimen untuk menentukan Termoelektrik Terkopel
Review on morphological insight of self potential anomalies on volcanoes (modifikasi)
3.2.3 Potensial elektrokimia
Potensial difusi (liquid-junction, E
d
) secara transient dapat mencapai
puluhan mV yang disebabkan perbedaan pada mobilitas dari elektrolit-elektrolit
yang mempunyai konsentrasi berbeda pada air tanah.
Potensial Nernst (shale, E
N
) terjadi ketika terdapat perbedaan potensial
antara dua elektroda yang dicelupkan pada larutan homogen dimana konsentrasi
dari larutan tersebut berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dalam persamaan
potensial Nernst yang merupakan kasus khusus dari potensial difusi. Potensial
Nernst sangat penting terutama pada well logging, yang mana pada kasus ini
Mecca Page 11

disebut juga sebagai potensial shale. Terlihat juga bahwa potensial elektrokimia
bergantung pada perbedaan konsentrasi (C
1
/C
2
) dan temperatur. Dengan
temperatur yang tinggi dan perbedaan konsentrasi tinggi pula maka akan didapat
potensial elektrokimia yang tinggi pula. Untuk alasan ini, pengukuran SP sangat
penting dalam eksplorasi untuk sumber panas bumi dimana temperatur dengan
jelas terlihat meninggi dan konsentrasi kadar garam didalam air tanah juga akan
meninggi.
Pada kasus elektrokimia, gradien konsentrasi C dan gradient potensial
sebagai driving force, sehingga seperti gradien temperatur dan tekanan dapat
diabaikan. Flux aliran suatu zat J
C,m
dilukiskan oleh Nernst-Planck yaitu:
, ) / (
, m m m m m m C
C D RT F C Z D J = (3.9)
Dimana akhiran m menentukan kenaturalan dari ion-ion.
m m m
C Z D , , masing-
masing adalah koefisien difusi nomor muatan dan konsentrasi untuk ion ke-m. F,
R, T masing-masing adalah konstanta Faraday, konstanta gas dan temperatur
absolut. Bagian pertama dan kedua persamaan diatas masing-masing melukiskan
flux aliran zat yang diakibatkan oleh efek elektrophoretik dan hukum Ficks.
Rapat arus listrik I
C
diamati sebagai hasil konstanta Faraday dan
penjumlahan hasil jumlah muatan dan flux aliran zat

) (
m m
J Z F :
{ }, ) / (
2
m m m m m m C
C Z D RT F C Z D F I + =

(3.10)
m
C / disebut koefisien difusi elektrokimia terkopel untuk m-ion.
Berdasarkan nilai eksperimen koefisien difusi elektrokimia terkopel saat
melewati sampel batuan, Nouberhect (1963) memperkirakan sekitar 20 mV yaitu
nilai maksimum yang diharapkan untuk kebanyakan konsentrasi satuan geokimia.
Lebih jauh potensial elektrokimia disebabkan oleh adsorpsi anion oleh
permukaan lapisan kuarsa dan pegmatite yang dikenal sebagai potensial adsorpsi
(potensial zeta). Sebagai tambahan, potensial adsorpsi dapat dihitung untuk
observasi anomali diatas lempung dimana solid-liquid lapisan kedua
menghasilkan potensial.

Mecca Page 12

3.2.4 Potensial mineral
Salah satu yang sangat penting dalam menggunakan metode SP untuk
eksplorasi mineral adalah potensial mineral. Hal tersebut dikarenakan adanya
hubungan dengan sulfida dari logam, graphite, dan kadang-kadang juga dengan
metal oksida seperti magnet. Secara umum anomali potensial mineral terjadi pada
pyrite, chalcopyrite, pyrrhotite, Sphalerite, galena, dan graphite. Cakupan
amplitudonya sekitar milivolt menuju 1 V. Nilai potensial hampir selalu negatif
jika diukur di atas bijih mineral (dalam jumlah besar).













Gambar 3.6 Zona oksidasi sulfida sebagai sel galvanic
Telford,K.M., Golder, L.P., Sherif, R.E., Applied Geophysics: Self Potential Method, 294
Mekanisme dari polarisasi yang spontan pada zona mineral, seperti efek
geotermal, tidak secara lengkap dipahami, meskipun beberapa hipotesa telah
dibangun untuk menjelaskan hal ini. Pengukuran lapangan mengindikasikan pada
beberapa bagian dari mineral dianggap berada pada zona oksidasi, agar anomali
SP dapat terlihat di permukaan. Ada beberapa kelemahan pada penjelasan
tersebut, misalnya pada frekuensi graphite sebagai sumber dari anomali SP, di
mana tidak terjadi proses oksidasi secara cukup. Pada sisi lain, oksidasi yang
besar, seperti yang dapat terjadi pada metal sulfide. Pada bagian atas metal sulfide
yang mendekati permukaan tersebut akan ditinggalkan muatan positif murni bisa
Mecca Page 13

disebut juga hilangnya beberapa elektron, tetapi sejumlah fakta menunjukkan
muatan tersebut negatif.
Hipotesa lain menyatakan bahwa variasi dari pH diatas dan dibawah
water table dapat memberikan aliran arus yang mengelilingi sumber anomali.
Didalam water table, adalah asam (pH = 2 4), sedangkan dibawah water table
adalah basa (pH = 7 9). Dekat kemungkinan hubungan antara pH dengan
potensial mineral, tetapi perbedaan pH tidak cukup menjelaskan pemindahan
elektron didalam atau diluar dari zona mineral.

Gambar 3.7 Mekanisme Self-Potential pada pyrite
Review on morphological insight of self potential anomalies on volcanoes (Zlotnicki dan Nishida)
Sato dan Mooney (1960) memberikan penjelasan mengenai potensial
mineral, walaupun belum ada hipotesis yang dapat menghitung secara
keseluruhan pengamatan potensial mineral. Postulat mereka adalah dua
elektrokimia reaksi half-cell dari tanda yang berkebalikan, satu katoda diatas
water table, yang lainnya anoda di bawahnya. Pada bagian katoda half-cell terjadi
reduksi kimia, yang mendapatkan elektron sedangkan pada sel anoda terjadi
reaksi oksidasi yaitu menghilangnya elektron. Zona mineral itu sendiri berfungsi
hanya untuk menghubungkan elektron dari anoda pada katoda. Hal yang penting
dari efek SP secara keseluruhan ditentukan oleh perbedaan dari potensial oksidasi
Mecca Page 14

(Eh) diantara solusi-solusi pada dua half-cells. Mekanisme ini diilustrasikan pada
gambar 3.7. Aliran elektron-elektron dan ion-ion yang meninggalkan bagian atas
permukaan adalah muatan negatif, dan dibawahnya positif
Dalam hipotesa ini, masih banyak kekurangan pada masalah
pengumpulan beberapa anomali yang teramati walaupun peningkatan kualitas
penelitian sudah ada pada penjelasan sebelumnya. Sebagai contoh, Sato dan
Mooney memberikan potensial yang mungkin maksimum pada beberapa sumber,
seperti graphite (0,78 V), pyrite (0,73 V), dan galena (0,33 V) (Reynolds, hal 295).
Pada pengukuran permukaan tersebut akan menampilkan nilai maksimum yang
tidak lebih besar dari nilai tersebut ketika bijih mineral muncul di permukaan
bumi. Potensial graphite yang besarnya 1,5 V telah dilaporkan nilainya diatas
graphite yang telah diasumsikan oleh Sato dan Money. Studi lapangan yang
potensialnya diukur pada lubang pengeboran penetrasi zona sulfida, seperti
halnya pada permukaan zona atas, memberikan anomali permukaan kira-kira
sama ukurannya dengan yang terdapat dalam sulfida itu sendiri, walaupun
dibawah permukaan seperti yang sudah diketahui.
Pada umumnya sulfida adalah konduktor yang baik, dengan pengecualian
pada Sphalerite, cinnabar, dan stibnite. Anomali Self-Potential telah
mengobservasi diatas Sphalerite dan pada lubang pengeboran yang melewati
badan Sphalerite. Teori Sato-Mooney mengasumsikan bahwa zona sulfida
haruslah konduktif yang baik untuk memindahkan elektron dari kedalaman, pada
zona oksidasi menuju permukaan. Kasus seperti Sphalerite itu membingungkan,
walaupun Sphalerite itu bertindak seperti semikonduktor dan pada banyak
kejadian hal tersebut dekat hubungannya dengan sulfida konduktif.
Laporan terbaru dari Roy (1984) dan Corry (1985) yang tidak menyetujui
hipotesa potensial mineral Sato dan Mooney (Telford, hal. 295). Keduanya hanya
memperlihatkan hasil lapangan yang mengindikasikan pengukuran potensial
sesederhana E. Tanpa borehole atau kawat penghubung elektroda permukaan,
yang tidak akan menyebabkan adanya aliran. Oleh sebab itu, perlu adanya
tambahan argumen untuk mekanisme ini dan merevisi versi Sato-Mooney
termasuk lamanya waktu yang stabil pada sulfida serta perubahan iklim,
Mecca Page 15

kurangnya fakta yang terlihat akan adanya kutub positif di daerah sekitarnya,
ketiadaan anomali SP di permukaan diatas oksidasi mineral yang tinggi, adanya
keganjilan permukaan SP yang besar, dan kedalaman penetrasi yang besar.
Proses Reduksi-Oksidasi dari karakteristik Ore Bodies
Walaupun kita mengetahui bahwa anomali negatif SP (beberapa ratus
mV) sering muncul di sekitar bagian atas konduktor logam (Sato dan
Mooney,1960). Jenis anomali ini tidak dapat dijelaskan hanya oleh efek difusi
kimia. Dasar teori dan eksperimen elektrokimia sulfida dari Sato Mooney
menjelaskan bahwa proses reduksi pada bagian atas (katode) dan proses oksidasi
terjadi pada bagian bawah (anode) yang terjadi secara simultan. Hal ini
membutuhkan keseimbangan listrik dari ion di sekitar larutan, untuk
mempertahankan kenetralan listrik. Ore bodies sendiri bertindak senagai
konduktor untuk memindahkan elektron. Akibatnya arus listrik mengakibatkan
perpindahan dari ion positif (negatif) pada larutan di daerah atas (bawah) dari ore
body dan perpindahan elektron pada ore body menghasilkan pengamatan anomali
negatif SP di permukaan tanah.
Lebih jauh lagi kita harus memperhatikan proses kimia di gunung api.
Hidrogen sulfida (H
2
S), sulfur dioksida (SO
2
), dan karbon dioksida (CO
2
) adalah
unsur pokok utama dari gas vulkanik. Reaksi kimia antara gas-gas vulkanik, air
tanah dan batuan memungkinkan pengawasan lingkungan kimiawi gunung api
dan daerah geotermal. Massenet dan Pham (1985a) menyebutkan bahwa H
2
S
adalah bagian perubahan

4
SO untuk menghasilkan potensial negatif pada
permukaan tanah. Hal ini diketahui bahwa terdapat ion sulfat yang melimpah
pada mata air panas asam (White, 1957;Ichikuni, 1959). Ion sulfat pada mata air
panas asam dapat dihasilkan oleh lima reaksi kimia (Ozawa dkk, 1973):
1. Oksidasi oleh oksigen pada sirkulasi air
Asam sulfur dapat dihasilkan mengikuti beberapa reaksi:
4 2 2 2
2 SO H O S H +
Mecca Page 16

Walaupun, penyebab yang dihasilkan oleh oksidasi oleh oksigen pada sirkulasi
air sangat kecil, reaksi ini tidak dapat menjelaskan secara stoikiometri dengan
pembentukan ion sulfat yang sangat banyak di mata air panas asam.
2. Oksidasi oleh oksigen di udara
Kecepatan yang lambat pada reaksi ini secara singkat menghasilkan jumlah ion
sulfat dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu, ion sulfat dalam jumlah besar
tidak dapat mengakibatkan oksidasi hidrogen sulfida pada gas vulkanik.
3. Oksidasi oleh senyawa ferric (asam besi) pada dinding batuan
Asam sulfur akan dapat dibentuk oleh sulfur dioksida pada gas-gas vulkanik yang
dilarutkan pada air tanah:
3 2 2 2
SO H SO O H +
Pada reaksi dengan ion ferric di mata air panas untuk membentuk ion sulfat
mengikuti:
+ + + + + +
+ + + + H Fe SO O H Fe SO 2 2 2
4 2 3

Konsentrasi ion ferric di mata air panas selalu kurang dari 100 mg/l, dan
konsentrasi ion sulfat dihasilkan oleh reaksi ini sebanyak 85 mg/l. Hasil ini
menunjukan kontribusi reaksi ini pada pembentukan ion sulfat kurang berarti.
4. Pelepasan dari sulfat pada abu vulkanik dan perubahan batuan
Sulfat yang mudah larut dan klorida sering terdapat pada abu vulkanik. Hal itu
biasanya dapat menemukan beberapa mineral sulfat pada area fumarole.
5. Setengah Reaksi Oksidasi dari Asam Sulfur
O H S SO H SO H
2 4 2 3 2
2 3 + +
Von Deines menjelaskan pembentukan cadangan sulfur dekat gunung Vulcano
dengan mengikuti reaksi redoks asam sulfat ini. Reaksi tersebut tidak
membutuhkan tambahan oksigen untuk membentuk asam sulfur dan cukup
mampu agar dapat menjelaskan secara stoikiometri. Jika terdapat perkiraan
mekanisme untuk memusatkan ion

4
SO di bawah tanah, anomali SP negatif dapat
dihasilkan: Sebagai contoh H
+
melepas secara cepat di udara, meninggalkan ion

4
SO . Kita juga harus mengamati reaksi kimia karbon dioksida (CO
2
). Ketika
karbon dioksida bergabung dengan air, asam karbonik (H
2
CO
3
) terbentuk. Asam
karbonik dapat dipisahkan menjadi beberapa langkah oleh perpindahan ion
hidrogen (proton):
Mecca Page 17

,
3 2 2 2
CO H O H CO + ,
3 3 2
+
+ H HCO CO H .
3 3
+
+ H CO HCO
Ketika persamaan tersebut mengandung H
+
, hal itu mungkin untuk menghitung
fraksi asam pada bentuk molekularnya atau satu yang lainya oleh bentuk anionik
dalam fungsi pH. Pada pH yang rendah, H
2
CO
3
yang dominan, pada pH yang
tinggi,

3
CO jenis yang dominan. Pada range pH normal air tanah (6-9),

3
HCO
menjadi jenis karbonat yang dominan. Oleh karena itu, jika pH air tanah normal
atau tinggi, muatan negatif kemungkinan dikonsentrasikan pada air tanah dan
menghasilkan anomali SP negatif. Jarang terjadi untuk pH air tanah yang tinggi,
khususnya di daerah vulkanik. Sebagai tambahan, reaksi yang disebutkan diatas
berdasarkan kesetimbangan kimia, nyatanya kita membutuhkan kimia kinetik
ketika kita mengamati pengamatan SP secara berperiode untuk mengamati
kejadian vulkanis secara berkala. Hingga sekarang, sedikit pengetahuan yang
mendukung diskusi kuantitatif anomali SP dari reaksi kimia.

3.3 Pengukuran Self-Potensial
Pengukuran SP cukup sederhana. Dua porous-pot elektroda yang tidak
berkutub dihubungkan dengan multimeter berpresisi dengan input impedansi
lebih besar dari 10
8
ohm dan kemampuan pengukuran paling sedikit 1 mV.
Masing-masing elektroda dibuat dari elektroda tembaga yang dicelupkan pada
larutan tembaga sulfida yang dapat menyerap melalui porous base pada pot,
sebagai porous yang kontak dengan tanah (gambar 3.8) . Sebagai alternatif lain,
larutan timah-sulfat atau perak didalam perak-klorida dapat digunakan.
Terdapat dua teknik dasar, keduanya untuk menduga strike dari target
geologi. Metode pertama adalah metode gradient potensial dengan menggunakan
dua elektroda, , berpindah-pindah kedua elektroda tersebut pada jarak yang tetap,
sekitar 5 m atau 10 m. Titik yang menjadi pengamatan adalah titik tengah
diantara dua elektroda dengan satuan mV/m. Metode kedua adalah metode
amplitudo potensial. Prosedur pada metode amplitudo potensial adalah dengan
membiarkan satu elektroda tetap di base pada tanah yang bukan mineral dan juga
disertai dengan mengukur perbedaan potensial (mV), dengan porous pot kedua
Mecca Page 18

yang berpindah-pindah sepanjang garis acuan pada jarak yang tetap. Perlu untuk
dicatat adalah temperatur elektrolit pada pot yang bergerak agar tidak terlalu
berbeda dari elektroda acuan. Koefisien temperatur untuk tembaga-sulfat sekitar
0,5 mV/
o
C (sekitar 0,25 mV/
o
C untuk elektroda perak klorida).

Gambar 3.8 Porous pot elektroda
An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics: Spontaneous (self) potential
methods, John M. Reynolds, 499 (Modifikasi)

Gambar 3.9 Teknik Pengambilan Data (A) gambar atas: Metode gradien potensial, (B)
gambar bawah: Metode amplitudo potensial
Mecca Page 19

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa SP terdiri dari yang statis dan
komponen yang berubah. Potensial diri dapat memiliki frekuensi pada range 5-10
Hz, yang disebabkan efek dari atmosfer dan periode yang lama dan mungkin juga
mendapatkan amplitudo yang sama dengan potensial mineral statis. Saat terdapat
signal, potensial mineral dapat diselesaikan dengan pengukuran sepanjang profil
yang sama pada waktu yang berbeda. Terdapat juga gangguan listrik jika
pengukuran dilakukan saat hujan lebat atau permukaan lama tertutup air.
Kedalaman maksimum sensitivitas dari metode SP sekitar 60-100 m,
bergantung pada bijih mineral dan lapisan penutup (overburden) alamiah.
Pengukuran Self-Potensial juga dapat dilakukan diatas air untuk mengukur
potensial streaming. Elektroda porous pot dimasukkan pada kontainer supaya
dapat melalui air tanpa menyebabkan kehilangan elektrolit dari elektroda
tersebut. Metoda ini hanya dapat bekerja jika arus aliran yang kecil (lateral of
vertical) dengan water column (Ogilvy dkk. 1969) (Reynold, hal.500), amplitudo
dari setiap anomali SP yang diperoleh dengan water body yang bergaram
(resistivitas 0,3 1 m) cenderung mengecil.

3.4 Koreksi Data Self-Potensial
3.4.1 Efek termoelektrik
Efek termoelektrik berpengaruh terhadap mekanisme konduksi termal.
Koefisien termoelektrik dengan rata-rata 0.2 mV/
0
C, biasanya memperlihatkan
anomali SP 100 mV dengan perubahan temperatur 500
0
C. Peristiwa tersebut
tidak selalu nyata di lapangan kecuali ketika terdapat flux gas yang sangat panas.
(1) Efek termoelektrik yang murni akibat mekanisme konduksi hanya berlaku
untuk area dimana terjadi bila ditemukan perubahan gas yang sangat panas,
(2) Flux gas, sirkulasi air tanah dan air hujan memperlihatkan perubahan dari
komponen termal konveksi menuju komponen konduksi, yang menunjukan
adanya efek termoelektrik.
(3) Besarnya adalah positif namun secara umum kurang sesuai bila dibandingkan
dengan pengamatan pengukuran SP di lapangan.

Mecca Page 20

3.4.2 Efek elektrokinetik
Besar anomali SP positif, hingga beberapa ratus mV, sering diamati di
puncak gunung api aktif, anomali sangat berhubungan dengan zona retakan,
puncak kawah, atau puncak gunung. Anomali positif tersebut diimbangi oleh
hubungan linear antara potensial dan ketinggian yang jauh dari zona aktif.
Efek Topografi
Di gunung api sebagian dari air hujan dapat merembes pada setiap lapisan
geologi yang berbeda, bergantung pada nilai permeabilitasnya. Aliran kebawah
pada umumnya terhenti oleh lapisan-lapisan impermeabel terhadap air. Dari
topografi geologi berpengaruh atas aliran air akibat gravitasi sebagai salah satu
penyebab efek topografi dimana potensial meningkat ketika ketinggian dari
topografi menurun. Sering kali ditulis sebagai hubungan negatif h / (mV/m)
atau P / (mV/MPa) sebagai koefisien elektrokinetik terkopel. Koefisien
mempunyai nilai berkisar antara -1 hingga -10 mV/m, dengan rata-rata -2mV/m.
Kita dapat membuat model sederhana untuk memperkirakan kedalaman
lapisan antara zona vadose dan zona saturasi air (water table). X dan Z masing-
masing adalah sumbu horizontal dan vertikal. Pada titik P di permukaan tanah
diatas ketinggian h, air merembes melewati zona vadose mengalir kebawah
menuju zona saturasi air (ketinggian H). E = h H adalah ketebalan dari zona
vadose. Bagian atas zona saturasi air, diasumsikan jauh lebih konduktif daripada
zona vadose, dianggap equipotential surface (EPS). Kita juga mengasumsikan
bahwa ketebalan zona vadose cukup kecil sepanjang topografi agar komputasi 1-
D berlaku pada setiap titik P.
Gradien tekanan dituliskan pada persamaan (5) ialah penjumlahan gradien
tekanan kapilaritas dan gaya gravitasi. Jika gaya kapilaritas yang dibandingkan
terhadap gaya gravitasi ditiadakan, persamaan yang memberikan flux rapat arus
listrik vertikal i adalah: g L
Z
V
i
w r

12
+

= (3.11)
Dimana
r
adalah konduktivitas batuan,
w
adalah densitas air pada batuan, g
hdala percepatan gravitasi, dan
12
L adalah koefisien transport.
Mecca Page 21


Gambar 3.10 Sketsa anomali SP di gunung api. Atas: Efek Topografi. Tengah:Efek
Termoelektrik:Bawah:Gabungan antara efek topografi dan termoelektrik.(Zlatnocki 98)
Mecca Page 22

Pada persamaan diatas , g L
w

12
ialah arus streaming yang dihasilkan aliran air,
dan
Z
V
r

disebut elektromigrasi yang diakibatkan Medan elektrostatik


Couloumb yang dihasilkan oleh muatan listrik pada permukaan tanah dan water
table. ,
12
w
w
w
r
L

= (3.12)
Dimana
w
adalah konduktivitas air,
w
adalah konstanta dielektrik,
w
adalah
viskositas, dan adalah zeta potensial. Medan listrik seragam pada lapisan, oleh
karena itu g L
w

12
dan
Z
V
r

seragam sepanjang sumbu Z. Arus listrik vertikal


bernilai nol di permukaan tanah. Dengan asusmsi 1D dan gradien potensial
vertikal konstan, hal itu juga nol di setiap tempat pada zona vadose.
r
w
g L
Z
V

12
=

(3.13)
Integrasi dari persamaan (11) diatas ketebalan E pada zona vadose menghasilkan:
C E
g L
V
r
w
+ =

12
(3.14)
Dimana C adalah konstanta aditif. Diantara titik P di permukaan diamati dan base
O, beda potensial SP di permukaan:
)) 0 ( ) ( ( ) , (
12
E P E
g L
O P V
r
w
=

(3.15)
Jika tinggi di titik P adalah h, maka ketinggian H adalah:
) 0 ( ) , (
12
E O P V
g L
h H
w
r
=

(3.16)
Persamaan diatas melukiskan linearitas antara ketebalan dari zona vadose
dan beda potensial antara titik P dan base. Koefisien
r w
g L a /
12
= dapat
diperkirakan secara kasar. Jika kita mengambil nilai yang biasanya yaitu:
w

=(80/36)10
-9
Fm
-2
, =10
-2
V,
w
= 10
-1
Sm
-1
,
w r
/ =10
-2
,
w
= 10
-4
Nsm
-2
,
w
= 10
3
kg.m
-3
, dan g = 9 m s
-2
, kita akan dapatkan 10 a mV/m, yang mana
merupakan nilai yang banyak diusulkan oleh beberapa peneliti.
Mecca Page 23


Gambar 3.11 Model Koreksi Ketinggian
Review on morphological insight of self potential anomalies on volcanoes (Zlotnicki dan Nishida)
Ishido (1988) membuktikan secara teoritik hubungan linear antara
potensial dan ketinggian permukaan tanah yang diakibatkan aliran kebawah
fluida untuk medium homogen. Walaupun, aproksimasi efek topografi kadang-
kadang tidak dapat sepenuhnya dilakukan seperti di daerah geotermal Hohi di
Kyushu (Ishido, 1985) atau Gunung Pele (Zlotnocki dkk 1998). Model numerik
yang ditunjukan oleh Yasukawa dan Mogi (1998) secara nyata menunjukan
distribusi heterogen dari permeabilitas hidrarulik yang berarti adanya perbedaan
resistivitas listrik dan perbedaan koefisien elektrokinetik terkopel yang
mengganggu hubungan linear topografi.
3.4.3 Sirkulasi Hidrotermal
Pada gunung api yang aktif, efek topografi menyebabkan aliran fluida ke
bawah yang dipengaruhi oleh adanya sumber termal dangkal. Akibat adanya air
tanah dan batuan permeabel, terjadi pertukaran panas dan memicu pertukaran
panas konveksi, oleh karena itu menyebabkan adanya sirkulasi hidrotermal.
Sumber panas (thermal) menghasilkan aliran fluida ke atas diatas kantung magma
dan sepanjang permukaan tektonik (dinding kawah, rekahan, dll), sementara itu
juga diimbangi oleh sirkulasi aliran ke arah bawah.
Mecca Page 24

Potensial elektrokinetik bergantung pada laju rata-rata dan koefisien
elektrokinetik terkopel, dimana permeabilitas menjadi faktor pengaruh utama.
Penelitian pada kasus konveksi alami pada medium permeabel menunjukan
peningkatan yang berarti pada daerah tempat terjadi perpindahan panas
mendekati temperatur kritis air. Seperti kondisi yang umumnya terjadi dekat
daerah hubungan antara air tanah dan magma panas atau gas vulkanik yang
sangat panas. Maka, anomali SP dapat mencapai beberapa ratus mV di daerah
vulkanik.

3.5 Interpretasi Anomali Self-Potensial
Anomali sering diinterpretasikan secara kualitatif yaitu oleh bentuk profil,
amplitudo, polaritas (positif atau negatif), dan pola konturnya. Bagian atas dari
bijih mineral diasumsikan di bawah posisi dari potensial minimum atau
maksimum. Jika sumbu vertikal dari polarisasi (sumbu antara katode dan anode
dari biji mineral) cenderung melereng dari garis vertikal, bentuk dari profil akan
menjadi asimetri dengan slope (landaian) paling curam dan juga positif mengikuti
keduanya yang berada pada sisi bawah terlihat seperti gambar berikut:



Mecca Page 25


Gambar 3.12 (A) Anomali SP Weiss di Ergani ,Turkey (B) Sumbu dari polarisasi curam
menanjak, Yungul (1950) An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics:
Spontaneous (self) potential methods, John M. Reynolds, 502

Permasalahan muncul ketika dua atau lebih corak geologi yang
memberikan kenaikan dan penurunan anomali yang saling melapis pada anomali
SP. Salah satu contohnya ditunjukkan pada gambar 2.8 (Nayak 1981). Anomali
diatas Graphitic phyllites mempunyai karakteristik yang sebagian besar (-740
mV) kurang dari potensial mineral elektrokimia. Anomali kedua (-650 mV)
dihasilkan oleh potensial elektrokinetik yang berhubungan dengan arus air
melalui permeabel yang terpisahkan oleh timbunan (konglomerat), walaupun
demikian, jika ukuran yang sama terjadi tetapi mempunyai dip (penukikannya)
berbeda, resultan anomali dapat digunakan untuk memecahkan persoalan diantara
keduanya. Kalau kita lihat dua bijih graphite di Gniess (gambar 2.9) pada dua
model yang berbeda (Meisser 1962). Yang pertama adalah adanya graphite
masuk kearah masing-masing satu sama lain pada struktur sinklinal, yang mana
pusat negatif dihubungkan dengan masing-masing kutub bijih yang terpisahkan,
gabungan anomali dengan dua negatif. Yang kedua, adalah graphite masuk dari
masing-masingnya pada struktur antiklinikal, yang mana dua pusat negatif
adalah sangat dekat bersama-sama dan akan terjadi kombinasi pada bentuk satu
minimum negatif yang besar. Perbedaan jarak diantara dua sumber anomali
adalah sama dengan perbedaan jarak diatas bijih graphit.(Telford, hal.501).

Mecca


Gambar 3.13 Dua sumber SP dengan berbe
dengan mineral graphite phyllites dan satu disebabkan oleh proses elektrokinetik yang
berhubungan dengan aliran air di permeabel yang terpisahkan konglomerat










Gambar 3.14 Anomali
sinklinikal, , Meiser (1962).


Dua sumber SP dengan berbeda kasus: proses elektrokimia berhubungan
dengan mineral graphite phyllites dan satu disebabkan oleh proses elektrokinetik yang
berhubungan dengan aliran air di permeabel yang terpisahkan konglomerat
Anomali SP yang behubungan dengan (A)sinklinikal dan (B) anti
(1962). An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics
Page 26

da kasus: proses elektrokimia berhubungan
dengan mineral graphite phyllites dan satu disebabkan oleh proses elektrokinetik yang
berhubungan dengan aliran air di permeabel yang terpisahkan konglomerat.
n (A)sinklinikal dan (B) anti
An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics
Mecca Page 27

Interpretasi selanjutnya untuk memperkirakan bentuk dari biji mineral
pada salah satu geometri yang diketahui, biasanya berbentuk bola atau berbentuk
batang, dengan mengasusmsikan arah polarisasi secara langsung. Pendekatan
secara langsung adalah dengan menghitung pengaruh potensial pada model dan
membandingkan antara anomali sintetik (buatan) dengan observasi Dasar teori
dari interpretasi secara kuantitatif dari anomali SP berbentuk bola (gambar 2.10)
diperkenalkan oleh Petrovski (1928) dan dikembangkan oleh de Witte (1948),
berbentuk batang oleh Stern (1945), dan dipping plate oleh Meiser (1962).
Bentuk lain dari model dan perbaikkan metode secara kuantitatif sedang
dikembangkan (semisal Hongisto 1993). Model selanjutnya disesuaikan sampai
dua bentuk anomali tersebut sesuai dengan batas statistik yang telah ditentukan,
metode ini bekerja untuk data yang sangat terbatas, jika corak geologi yang ada
menyebabkan SP anomali takkan bisa menyesuaikan diri pada bentuk geometri
yang diberikan, akan terjadi masalah yaitu semakin rumitnya pengolahan secara
matematis dan juga metode numerik sehingga sangatlah diperlukan pengolahan
datanya dengan komputer (Fitterman 1979b). (Telford, hal. 502).
Pendekatan inversi dilakukan untuk menggunakan anomali absorvasi
untuk menghasilkan model. Metode ini biasanya digunakan untuk
memperkirakan ukuran dari corak geologi, untuk lebih detailnya yaitu geologi
dan investigasi geofisika (Sill 1983). Pendekatannya dengan mengasumsikan
bahwa corak geologi sesuai untuk memberikan bentuk geometri dengan
kedalaman ditengah dari objek yang dapat diperkirakan dengan menggunakan
tehnik half-width. Sayangnya, metode ini sering kurang akurat, lebih buruknya
lagi pembatasan dari pendekatan yang terjadi bahwa lebar dari anomali mungkin
lebih bersifat mengindikasikan luasnya saja secara fisik bukannya kedalaman
bentuh bijih oleh sebab itu perkiraan kedalaman mungkin akan terjadi kesalahan
sebanyak-banyaknya 100 %. Contoh aktual graphite dan anomali SP
diperlihatkan pada gambar 2.11 anomali observasi pada gambar 2.11 adalah
anomali penutup pada komponen geologi individu A-D.


Mecca



















Gambar 3.15. Anomali Sel
gepeng (Parasnis 1986), dan (C) plat tipis (Telford 1990)
An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics: Spontaneous (self) potential
methods, John M. Reynolds









Anomali Sel-Potensial yang berhubungan dengan (A) bola, (B) a balok
gepeng (Parasnis 1986), dan (C) plat tipis (Telford 1990)
An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics: Spontaneous (self) potential
methods, John M. Reynolds, 505
Page 28
ng berhubungan dengan (A) bola, (B) a balok
An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics: Spontaneous (self) potential
Mecca






























Gambar 3.16 (A) Anomali SP yang menyilang single graphite di Dneiss. (B) model
anomali SP individu untuk masing
provile observasi, dari Meiser (1962)
An Introduction to Applied and Environtmental Geophy
methods, John M. Reynolds
(A) Anomali SP yang menyilang single graphite di Dneiss. (B) model
anomali SP individu untuk masing-masing pada empat graphite di Gneiss, dan (C)
provile observasi, dari Meiser (1962)
An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics: Spontaneous (self) potential
methods, John M. Reynolds, 506
Page 29
(A) Anomali SP yang menyilang single graphite di Dneiss. (B) model
masing pada empat graphite di Gneiss, dan (C)
sics: Spontaneous (self) potential
Mecca Page 30

DAFTAR PUSTAKA


A. Bolve, A. Revil, F. Janod, J.L. Mattiuzzo, A. Jardani. 2007. Forward
Modelling and validation of a new formulation to compute self-potential
signals with ground water flow. Published in Hydrol. Earth Syst. Sci. pp.
1662-1671.
Corwin, R. F., D. B. Hoover. 1979. The Self Potential method in geothermal
exploration. Geophysics. 44, 226-245,.
Fowler, C.M.R.1990. The Solid Earth An Introduction Global Geophysics.
United Kingdom: Cambridge University Press.
H. Hase, T. Hashimoto, S. Sakanaka, W. Kanda, Y. Tanaka. 2005. Hydrothermal
System Beneath Aso Volcano as Inferred from Self-Potential mapping and
resistivity structure. Journal of Volcanology ang Geothermal Research 143
259-277
K Yasukawa, A. Andan, D. S. Kusuma, T. Uchida. 2000. Self-Potential In The
Mataloko Geothermal Prospect, Flores Indonesia. Proceeding World
Geothermal Congress 2000 Kyushu-Tohoku Japan, May 28-June 10.
Nourbehecht, B. 1963. Irreversible thermodynamics effects in inhomogeneous
media and their application in certain geoelectric problems. 121 pp.
Reynolds, John M. 1997. An Introduction to Apllied an Environmental
Geophysics. John Wiley and Sons: New York.
Sill, W.R. 1982 A Model For The Crosscoupling Parameter of Rocks., DOE
/ID/1207969.
Sill, W.R., 1982. Self-Potential Effects Due to Hydrothermal Convection-Velocity
Crosscoupling, DOE/ID/12079-68
Sill, W.R., 1983. Self-Potential Modelling From Primary Flows, Geophysics,
Vol. 48, No. 1.pp. 76-86, 19 FIGS.
Suarga.. 2007. Fisika Komputasi. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Telford,K.M., Golder,L.P., and Sheriff,R.E. 1990. Applied Geophysics Second
Edition. Lombridge University Press.
Mecca Page 31

Thunehed. H. Berube. A. Mainali. G. 2004. Monitoring of Embankment Dams
with Geophysical Methods. Technical University of Lulea.
William H. P, Saul A. T, William T. V, Brian P.F. 1992. Numerical Recipes in C.
Cambridge University Press.
Yasukawa, K., Mogi T, Widarto. D, Ehara. S. 2003. Numerical Modelling of
Hydrothermal around Waita Volcano, Kyushu, Japan, based on Resistivity
and Self-Potential Surveys results. Geothermics 32 pp. 21-46.
Yasukawa, K., et al. 2005. Geothermal Reservoir Characterization by SP
Monitoring, Proceedings World Geothermal Congress.
Yasukawa. K., Andan. A, Kusuma. D, Uchida. T. 2000. Self-Potential Survey in
the Mataloko Geothermal Prospect, Flores, Indonesia. Proceedings World
Geothermal Congress. Pp. 1985-1991..
Zlotnicki. J, Nishida. Y. 2003. Review on Morphological Insight of Self-Potential
Anomalies on Volcanoes. Surveys in Geophysics 24: pp. 291-338.

Anda mungkin juga menyukai