Anda di halaman 1dari 51

Kalimat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak
bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak.
Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.

Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya
(?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut,
pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa
dengan kalimat. Di sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:
Daftar isi
1 Kalimat tunggal
2 Kalimat majemuk
o 2.1 Kalimat majemuk setara
o 2.2 Kalimat majemuk rapatan
o 2.3 Kalimat majemuk bertingkat
o 2.4 Kalimat majemuk campuran
3 Pola Kalimat
o 3.1 Kalimat Dasar Berpola S P
o 3.2 Kalimat Dasar Berpola S P O
o 3.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
o 3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
o 3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K
o 3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K
o 3.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
o 3.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
4 Kalimat pasif dan negatif
o 4.1 Kalimat pasif
4.1.1 Subyek sebagai kata ganti orang
4.1.2 Subyek bukan sebagai kata ganti orang
o 4.2 Kalimat negatif
5 Pranala luar
Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki
satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu)
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan
induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di
dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat
tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis
kalimat majemuk adalah:
1. Kalimat Majemuk Setara
2. Kalimat Majemuk Rapatan
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
4. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk setara
kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam,
yakni:
Jenis Konjungsi
penggabungan dan
penguatan/Penegasan bahkan
pemilihan atau
berlawanan sedangkan
urutan waktu kemudian, lalu, lantas
Contoh:
1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
2. Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)
Juminten pergi ke pasar sedangkan Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)
Ragil berangkat ke bengkel sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk)
Kalimat majemuk rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat
atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan
anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh
macam, yakni:
Jenis Konjungsi
syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)
tujuan agar, supaya, biar
perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun
penyebaban sebab, karena, oleh karena
pengakibatan maka, sehingga
cara dengan, tanpa
alat dengan, tanpa
perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih
penjelasan bahwa
kenyataan padahal
Contoh:
1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat
cara 1)
Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat
cara 2)
Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya. (kalimat majemuk campuran)
Pola Kalimat
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar
yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari
beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah
yang berlaku.
Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat
yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu
dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan
subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe
sebagai berikut.
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat
berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)
Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau
frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:
Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O
Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa
nomina atau adjektiva. Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.
Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan
karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K
Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa
nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K
Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K
Kalimat pasif dan negatif
Kalimat pasif
Subyek sebagai kata ganti orang
Saya memasak nasi goreng. (kalimat aktif)
Nasi goreng kumasak. (kalimat pasif)
Dia memarahi Dita. (kalimat aktif)
Dita dia marahi. (kalimat pasif)
Subyek bukan sebagai kata ganti orang
Bapak memasak nasi goreng. (kalimat aktif)
Nasi goreng dimasak (oleh) bapak. (kalimat pasif)
Dina memarahi Dia. (kalimat aktif)
Dia dimarahi (oleh) Dina. (kalimat pasif)
Kalimat negatif
Saya memasak nasi goreng. (kalimat positif)
Saya tidak memasak nasi goreng. (kalimat negatif)
Dia memarahi Dita. (kalimat positif)
Dia tidak memarahi Dita. (kalimat negatif)










Pengertian Kalimat dan Jenisnya

Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri memiliki pola
intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa yang digunakan
sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar
dapat dikomunikasikan kepada orang lain, atau bagian ujaran yang
mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, mempunyai intonasi dan bermakna

kalimat dibagi menjadi dua, yaitu :

Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu
hanya memiliki satu subjek dan predikat.

Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan
anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat
tidak memuat konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.
Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis
kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
1. Kalimat Majemuk Setara
2. Kalimat Majemuk Rapatan
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat
tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari
lima macam, yakni:
Jenis Konjungsi
penggabungan Dan
penguatan/Penegasan Bahkan
pemilihan Atau
berlawanan
di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua
(sedangkan)
urutan waktu kemudian, lalu, lantas
Contoh:
1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
2. Norif berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)
Juminten pergi ke pasar sedangkan Norif berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)
Norif berangkat ke bengkel sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk)


Kalimat Majemuk Rapatan

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang
karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya
disebutkan sekali.
Contoh:
1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih
kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat
terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan
pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri
dari sepuluh macam, yakni:
Jenis Konjungsi
syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)
tujuan agar, supaya, biar
perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun
penyebaban sebab, karena, oleh karena
pengakibatan maka, sehingga
cara dengan, tanpa
alat dengan, tanpa
perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih
penjelasan Bahwa
kenyataan Padahal
Contoh:
1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu)
Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk
bertingkat cara 1)
Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk
bertingkat cara 2)

Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke
rumahnya. (kalimat majemuk campuran)


Kalimat memiliki beberapa unsur atau unsur sintaksis (jabatan kata atau peran kata)
yang terdiri dari :
Subjek (S)
Predikat (P)
Objek (O)
Pelengkap (Pel)
Keterangan (Ket)

Pengertian Subjek

Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), semua hal, atau
masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya berisi
kata/frasa, klausa, frasa verbal. Subjek dapat pula dikenali dengan cara memakai
kata tanya siapa (yang), apa (yang) kepada PREDIKAT. Jika jawaban tidak logis
maka tidak ada Subyek.

Pengertian Predikat

Predikat menyatakan keadaan yang dilakukan oleh S, sifat, situasi, status, ciri
atau jati diri S, atau jumlah sesuatu yang dimiliki S. Predikat adalah bagian kalimat
yang menghubungkan antar S dengan O dan K. Predikat dapat berupa kata/frasa
berkelas verba, adjektifa, numeralia (kata bilangan), dan nomina (benda).

Pengertian Objek

Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak Objek selalu di
belakang Predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang memerlukan
Objek. Jika Predikat diisi oleh verba INTRANSITIF maka Objek tidak diperlukan
sehingga kehadiran Objek dalam kalimat dikatakan TIDAK WAJIB HADIR.
Namun Objek dapat menjadi Subjek bila dipasifkan.

Pengertian Pelengkap

Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi
Predikat. Letak Pelengkap umumnya di belakang Predikat yang berupa
verba. Seringkali kita dibuat bingung antara Pelengkap dan Objek. Satu hal yang
perlu diketahui adalah Pelengkap tidak dapat menjadi Subyek bila dipasifkan. Jika
kalimat ada Objek maka biasanya Pelengkap terletak setelah (di belakang)
Objek. Pelengkap dapat pula diisi oleh frasa adjektiva dan frasa preposisional.

Pengertian Keterangan

Keterangan merupakan bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
tentang bagian kalimat yang lainnya. Unsur Keterangan dapat berfungsi untuk
menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisi keterangan itu bisa di awal, tengah, dan akhir
kalimat.

Ada beberapa macam keterangan yang perlu kita ketahui, yaitu :
1) Tempat (di, ke, di (dalam), pada)
2) Waktu (pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang)
3) Alat (dengan)
4) Tujuan (supaya, untuk, bagi, demi)
5) Cara (secara, dengan cara, dengan jalan)
6) Penyerta (dengan, bersama, beserta)
7) Similiatif (seperti, bagaikan, laksana)
8) Penyebab (karena, sebab)
9) Kesalingan (satu sama lain)

Pola Kalimat Dasar
S-P
S-P-O
S-P-Pel
S-P-Ket
S-P-O-Pel
S-P-O-Ket
S-P-O-Pel-Ket


Kalimat Lengkap dan Kalimat Tidak Lengkap

1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu
buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat
lengkap.
Contoh :
Cepot (S) membeli (P) pulpen(O)
Si Kancil (S) melompat (P)

2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kslimst yang tidak sempurna karena hanya memiliki
sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap
dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan,
larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh :
Silahkan dinikmati!
Selamat tidur.
Jangan nakal!


Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif

1. Kalimat Aktif
Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau
aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi
dua macam :
a) Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita
o Ibu membeli sayur.
o Dodo menyukai teman sekelasnya.
b) Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita
o Adik menangis
o Bondan berkelahi

2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas.
Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di-
o Kue bolu dipotong oleh ibu
o Menteri kehutanan dimintai pertanggung jawaban oleh presiden


Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat
Aktif
Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat
dilakukan langkah-langkah mudah berikut ini :
1) Mengubawalan pada Predikat
Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya.
2) Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya
Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu
sebaliknya.

Contoh : Alan menyayikan lagu daerah > Lagu daerah dinyanyikan oleh Alan.




Sumber :
http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-kalimat.html
http://www.rizallaros.com/belajar-bahasa-indonesia-dan-teknik-penulisan-ilmiah-s-p-o-k-228/

http://pengertiankalimat.blogspot.com/2011/11/unsur-kalimat.html
Posted by Adlan Fadhillah at 22.01
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Labels: Tugas Bahasa Indonesia 1
Reactions:
0 comments:










Pengertian Kalimat
December 26, 2011 by elgainggrid
3
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan
pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan
dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat
pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat
secara umum : Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. Pergi!
Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu. The Samsons
sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap kalimat memiliki
unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang
mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK : Subjek / Subyek (S) Predikat
(P) Objek / Obyek (O) Keterangan (K)
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan
inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival,
nominal, numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata
maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi
sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat
verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut
kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal,
disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori
numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat
berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam
pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat
inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain
bisa juga mengisi kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung
Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi
sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti
ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang
berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika
kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika
kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus
pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah
ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif.
Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut
berfungsi sebagai pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat
diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat
selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan
S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi
sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan
antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar
pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan
preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi,
tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada
contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Related
Unsur - Unsur KalimatIn "Tugas (Universitas Gunadarma)"
MiscommunicationIn "Tulisan"
Tugas 05In "Tulisan"
This entry was posted in Tugas (Universitas Gunadarma). Bookmark the permalink.






























KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA
Disusun oleh: Nina Widyaningsih, M.Hum
I.
PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis,
harus memiliki
subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur
predikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai
frasa
. Inilah yang
membedakan kalimat dengan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan
pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik
turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf
latin kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!).
II.
POLA KALIMAT DASAR
Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang
benar, kita
telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian
para ahli, pola
kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
KB + KK
:
Mahasiswa berdiskusi.
2.
KB + KS
:
Dosen itu ramah.
3.
KB + KBil
:
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4.
KB + (KD + KB)
:
Tinggalnya di Palembang.
5.
KB
1
+ KK + KB
2
:
Mereka menonton film.
6.
KB
1
+ KK + KB
2
+ KB
3
:
Paman mencarikan saya pekerjaan.
7.
KB
1
+ KB
2
:
Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan
dan dapat pula pola-pola
dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
III.
JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal
dan dapat pula
berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara
(koordinatif0, tidak setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang
tunggal dinyatakan dalam
kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat
majemuk.
A.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya,
kalau dilihat dari
unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa
Indonesia dapat dikembalikan
kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang
sederhana itu terdiri
atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat
yang panjang itu dapat
pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud
dengan pola kalimat
dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
1
1.
Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK
2.
Dosen t ramah
S: KB + P: KS
3.
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: KBil
Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (
mahasiswa
) dan predikat (P)
kata kerja (
berdiskusi
).
Kalimat itu menjadi
Mahasiswa
berdiskusi
S P
Contoh lain:
1.
Pertemuan APEC
sudah berlangsung
.
S
P
2.
Teori itu
dikembangkan
.
S P
Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (
dosen itu
) dan berpredikat kata sifat
(
ramah
). Kalimat itu menjadi
Dosen itu
ramah
.
S P
Contoh lain:
1.
Komputernya
rusak
.
S P
2.
Suku bunga bank swasta
tinggi
.
S P
Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (
harga buku itu
) dan berpredikat kata
bilangan
(
sepuluh ribu rupiah
). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu
sepuluh ribu rupiah
.
S P
Contoh lain:
1.
Panjang jalan tol Cawang-Tanjung
Priok
tujuh belas kilometer
.
S P
2.
Masalahnya
seribu satu
.
S P
Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal.
Setiap kalimat
tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-
unsurnya. Dengan
menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi
panjang (lebih panjang
daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat
Mahasiswa berdiskusi
dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester III
sedang berdiskusi
di aula
.
S P K
Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek
mahasiswa
dengan
semester III.
Perluasan predikat
berdiskusi
dengan
sedang
, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir
2
kalimat.
Kalimat 2, yaitu
Dosen itu ramah
dapat diperluas menjadi
Dosen itu
selalu ramah
setiap hari
.
S P K
Kalimat 3, yaitu
Harga buku itu sepulu ribu rupiah
dapat diperluas pula dengan kalimat
Harga buku besar itu
sepuluh ribu rupiah per buah
.
S P
Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh
di atas. Tidak
tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh
kata atau lebih.
Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas:
1.
keterangan tempat, seperti
di sini
,
dalam ruangan tertutup, lewat
Yogyakarta, dalam republik it,
dan
sekeliling kota
;
2.
keterangan waktu, seperti
setiap hari,
pada pukul 19.00, tahun depan,
kemarin sore,
dan
minggu kedua bulan
ini;
3.
keterangan alat seperti
dengan linggis,
dengan undang-undang itu, dengan
sendok dan garpu, dengan wesel pos,
dan
dengan cek;
4.
keterangan modalitas, seperti
harus,
barangkali, seyogyanya,
sesungguhnya,
dan
sepatutnya;
5.
keterangan cara, seperti
dengan hati-
hati, seenaknya saja, selakas mungkin,
dan
dengan tergesa-gesa;
6.
keterangan aspek, seperti
akan, sedang,
sudah,
dan
telah.
7.
keterangan tujuan, seperti
agar
bahagia, supaya tertib, untuk anaknya,
dan
bagi kita;
8.
keterangan sebab, seperti
karena tekun,
sebab berkuasa,
dan
lantaran panik;
9.
frasa
yang,
seperti
mahasiswa yang IP-
nya 3 ke atas, para atlet yang sudah
menyelesaikan latihan,
dan
pemimpin
yang memperhatikan takyatnya;
3
10.
keterangan aposisi, yaitu keterangan
yang sifatnya saling menggantikan,
seperti
penerima Kalpataru, Abdul
Rozak,
atau
Gubernur DKI Jakarta,
Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan
+ kata benda = keterangan alat
Dengan
+ kata kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
1.
Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
2.
Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
B.
Majemuk Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat
majemuk setara
dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut.
1.
Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata
dan
atau
serta
jika kedua kalimat
tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka menulis.
Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari
dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2.
Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh
kata
tetapi
jika
kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu
setara
pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei
Darussalam
tergolong negara berkembang.
Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua
kalimat tunggal
dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata
sedangkan
dan
melainkan
seperti
kalimat berikut.
Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang
Nusantara terletak di
Bandung.
Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.
4
3.
Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata
lalu
dan
kemudian
jika kejadian
yang dikemukakannya berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian
disebutkan nama-
nama juara MTQ tingkat dewasa.
Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz
membacakan doa
selamat.
4.
Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata
atau
jika kalimat itu
menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat,
atau para
petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung.
C.
Kalimat Majemuk tidak Setara
Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan
satu suku
kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf
kepentingan yang
berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan
dituangkan ke dalam
induk
kalimat
, sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan
sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam
anak kalimat.
Contoh:
1.
a.
Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern.
(tunggal)
b.
Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer.
(tunggal)
c.
Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih
dapat
mengacaukan data-data komputer itu.
2.
a.
Para pemain sudah lelah
b.
Para pemain boleh beristirahat.
c.
Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d.
Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam
bentuk
anak kalimat
dan
induk kalimat.
Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian
gagasan
dengan hal-hal lain.
Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke
hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat ialah kata
walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau,
sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun,
bahwa,
dan
sebagainya
5
D.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan
kalimat majemuk
setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk
taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1.
Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2.
Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk
setara,
kami pulang,
tetapi mereka masih bekerja,
dan anak kalimat
karena tugasnya belum selesai.
Jadi, susunan
kalimat kedua adalah setara + bertingkat.
IV.
JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya
benar, juga
gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun
kalimat-kalimat yang
disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu
memuaskan
pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan
membosankan pembacanya jika
selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi.
Misalnya, konstruksi kalimat
itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk
kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat
digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang
klimaks (anak-induk),
dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran).
A.
Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan
diikuti oleh
unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut
melepas
. Unsur anak
kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur
ini tidak diucapkan,
kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a.
Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b.
Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku
agar
kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
Anda buatlah lima buah kalimat lainnya.
B.
Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh
induk kalimat,
gaya penyajian kalimat itu disebut
berklimaks.
Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut
jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna
kalimat itu setelah membaca
induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang
masih ditunggu, yaitu
induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-
induk terasa berklimaks,
6
dan terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
a.
Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b.
Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
Anda buatlah lima buah contoh lainnya.
C.
Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk
campuran, gaya
penyajian kalimat itu disebut
berimbang
karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang
sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1.
Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik
berlomba
melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2.
Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan
dapat
beribadat dengan leluasa.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya.
Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun
kalimat pada
umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-
pasif, inversi, dan
pengedepanan keterangan.
V.
JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA
Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan,
kalimat
pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu
dapat disajikan dalam
bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas
menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya
dijelaskan oleh
bermacam-macam tanda baca.
A.
Kalimat Pernyataan (Deklaratif)
Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan
lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya.
(Biasanya, intonasi menurun;
tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1.
Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2.
Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
7
Negatif
1.
Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2.
Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat
informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kota-
kota besar.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya!
B.
Kalimat Pertanyaan (Interogatif)
Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau
reaksi (jawaban)
yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya).
Pertanyaan sering
menggunakan kata tanya seperti
bagaimana, di mana, mengapa, berapa,
dan
kapan.
Misalnya:
Positif
1.
Kapan Saudara berangkat ke Singapura?
2.
Mengapa dia gagal dalam ujian?
Negatif
1.
Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan
bestek yang disepakati?
2.
Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita
dapat dijamin penghidupannya oleh nefara?
Coba Anda buat lima buah contoh lainnya.
C.
Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang
orang berbuat
sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1.
Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak
Sahluddin!
2.
Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya.
Negatif
1.
Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak
asasi manusia.
2.
Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika
sudah tergolong orang mampu.
Coba Anda buat lima buah contoh lainnya!
D.
Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang
kuat atau yang
8
mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan
dipakainya tanda seru
atau tanda titik pada kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1.
Bukan main, cantiknya.
2.
Nah, ini dia yang kita tunggu.
Negatif
1.
Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
2.
Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di
Bangkok tidak tercapai.
Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya!
VI.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan
kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada
dalam pikiran
pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi
itu sehingga kejelasan
kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu
kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan
gagasan,
dan
kelogisan bahasa.
A.
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran
(gagasan) dan
struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh
kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah
ini.
1.
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian kata depan
di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai, menurut,
dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a.
Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah
.
(Salah)
b.
Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
2.
Tidak terdapat subjek yang ganda
Cotoh:
a.
Penyusunan laporan itu
saya dibantu oleh para
dosen.
b.
Saat itu saya kurang jelas.
9
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a.
Dalam menyusun laporan
itu, saya dibantu oleh para
dosen.
b.
Saat itu bagi saya kurang
jelas.
3.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a.
Kami datang agak
terlambat. Sehingga kami
tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda
motor Honda. Sedangkan
dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung
intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut.
a.
Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
b.
Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda
motor Suzuki.
4.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata
yang.
Contoh:
a.
Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut.
a.
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b.
Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
B.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang
digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau
bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
10
a.
Harga minyak
dibekukan
atau
kenaikan
secara luwes.
b.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan
tembok,
memasang
penerangan,
pengujian
sistem pembagian air, dan
pengaturan
tata ruang.
Kalimat
a
tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu
dibekukan
dan
kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan
cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat
b
tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata
pengecatan, memasang,pengujian,
dan
pengaturan.
Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan
pengecatan
tembok,
pemasangan
penerangan,
pengujian
sistem pembagian air, dan
pengaturan
tata ruang.
C.
Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan.
Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk
membentuk penekanan
dalam kalimat.
1.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah
presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya
Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
3.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
11
5.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
D.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat
mempergunakan
kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak
berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat.
Peghematan di sini mempunyai
arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak
menyalahi kaidah tata
bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
1.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
a.
Karena
ia
tidak diundang,
dia
tidak datang ke tempat itu.
b.
Hadirin serentak berdiri setelah
mereka
mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
a.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada
hiponimi
kata.
Kata
merah
sudah mencakupi kata
warna.
Kata
pipit
sudah mencakupi kata
burung.
Perhatikan:
a.
Ia memakai baju
warna merah
.
b.
Di mana engkau menangkap burung
pipit
itu?
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a.
Ia memakai baju
merah.
b.
Di mana engkau menangkap
pipit
itu?
3.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Kata
naik
bersinonim dengan
ke atas.
Kata
turun
bersinonim dengan
ke bawah.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
a.
Dia
hanya
membawa badannya
saja.
b.
Sejak dari
pagi dia bermenung.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
a.
Dia
hanya
membawa badannya
.
b.
Sejak
pagi dia bermenung.
4.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
12
yang berbentuk jamak. Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
para tamu-tamu
para tamu
beberapa orang-orang
beberapa orang
E.
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan
tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut.
1.
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2.
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat
1
memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran
tinggi.
Kalimat
2
memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau
dua
puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan
para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan
dan
menceritakan.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
F.
Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan
dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1.
Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar
bertindak ke
luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil
dan beradab.
Silakan Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.
2.
Kalimat yang padu mempergunakan pola
aspek + agen + verbal
secara
tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a.
Surat itu saya sudah baca.
b.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen
dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a.
Surat itu sudah saya baca.
b.
Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
13
3.
Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti
daripad
atau
tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a.
Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a.
Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b.
Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
G.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima
oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
1.
Waktu dan tempat kami persilakan.
2.
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5.
Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di
daerah
tersebut.
Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1.
Bapak Menteri kami persilakan.
2.
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
3.
Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4.
Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
5.
Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-
mandir di
daerah tersebut.
VII.
KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk yang Salah
Bentuk yang Benar
14
1.
Untuk mengetahui baik atau
buruknya pribadi seseorang
dapat dilihat dari tingkah
lakunya sehari-hari.
2.
Semoga dimaklumi.
3.
Pekerjaan itu dia tidak cocok.
4.
Perkara yang diajukan ke
meja hijau berjumlah 51 buah.
Sedangkan perkara yang telah
selesai disidang-kan
berjumlah 23 buah.
5.
Halamannya sangat luas,
rumah paman saya di
Cibubur.
Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat
dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari
Semoga Bapak dapat memakluminya.
Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok.
Perkara yang diajukan ke meja hijau
berjumlah 51 buah, sedangkan perkara yang
telah selesai disidangkan berjumlah 23 buah.
Halaman rumah pamas saya di Cibubur
sangat luas.
15













KALIMATTTT
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola
intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada
bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah,
kalimat majemuk, dan lain sebagainya.

Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk
kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)

1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti
kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal,
numeral, dan preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
c. Letusan Gunung Merapi keras sekali.
d. Makanan itu mahal.
e. Ayah saya guru bahasa Indonesia.
f. Anda guru?
g. Anak kami tiga .
h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang.
i. Dia dari Medan
j. Pak Nurdin ke Saudi.

Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun
frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal.
Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat
adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat
nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat
numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut
kalimat preposisional.

2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola
kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi.
Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi
kedudukan subjek.
Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi,
makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek.
Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Tiga adalah sebuah angka.
4. Sakit bisa dialami semua orang.

3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang
berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya
dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan
kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada
kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)

4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah
ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-
kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai
pelengkap bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.

5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan
menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang
P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu.
d. Tono mencabut paku dengan tang.
e. Dengan tang Tono mencabut paku.
f. Tono /dengan tang/ mencabut paku.
Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi
sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan
P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat
tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi
dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua
keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima
maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis/pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung
serta membentuk kesaruan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu
bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh
keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-,
bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan
predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni
menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih.
Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati
terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang
penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada
kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal
ini.
Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel lah, -pun, dan kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara
pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan
lainnya.
Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan
makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus
memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat
dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
PELATIHAN
Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!
1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.
2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.
3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.
4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap
5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.

Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara
pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya.
Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara
lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.

Bandingkan :
Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar.
Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar.
Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar.
Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten.
Solo menyelenggarakan perayaan sekaten.
Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?

Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri
kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat
periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi :
a. Kesatuan (unity)
b. Kehematan (economy)
c. Penekanan (emphasis); dan
d. Kevariasian (variety)

Anda mungkin juga menyukai