Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya (?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat. Di sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu: Daftar isi 1 Kalimat tunggal 2 Kalimat majemuk o 2.1 Kalimat majemuk setara o 2.2 Kalimat majemuk rapatan o 2.3 Kalimat majemuk bertingkat o 2.4 Kalimat majemuk campuran 3 Pola Kalimat o 3.1 Kalimat Dasar Berpola S P o 3.2 Kalimat Dasar Berpola S P O o 3.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. o 3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. o 3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K o 3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K o 3.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K o 3.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K 4 Kalimat pasif dan negatif o 4.1 Kalimat pasif 4.1.1 Subyek sebagai kata ganti orang 4.1.2 Subyek bukan sebagai kata ganti orang o 4.2 Kalimat negatif 5 Pranala luar Kalimat tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu) Kalimat majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah: 1. Kalimat Majemuk Setara 2. Kalimat Majemuk Rapatan 3. Kalimat Majemuk Bertingkat 4. Kalimat Majemuk Campuran Kalimat majemuk setara kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni: Jenis Konjungsi penggabungan dan penguatan/Penegasan bahkan pemilihan atau berlawanan sedangkan urutan waktu kemudian, lalu, lantas Contoh: 1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1) 2. Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2) Juminten pergi ke pasar sedangkan Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk) Ragil berangkat ke bengkel sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk) Kalimat majemuk rapatan Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali. Contoh: 1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1) 2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2) 3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3) Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan) Kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni: Jenis Konjungsi syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan) tujuan agar, supaya, biar perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun penyebaban sebab, karena, oleh karena pengakibatan maka, sehingga cara dengan, tanpa alat dengan, tanpa perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih penjelasan bahwa kenyataan padahal Contoh: 1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat) 2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu) Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1) Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2) Kalimat majemuk campuran Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat. Contoh: 1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1) 2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat) 3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu) Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran) Pola Kalimat Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku. Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe sebagai berikut. Kalimat Dasar Berpola S P Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya: Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja) Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda) Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat) Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan) Kalimat Dasar Berpola S P O Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya: Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O Kalimat Dasar Berpola S P Pel. Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva. Misalnya: Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya: Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel. Kalimat Dasar Berpola S P K Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya: Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K Kalimat Dasar Berpola S P O K Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya: Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K Kalimat dasar tipa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya: Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K Kalimat pasif dan negatif Kalimat pasif Subyek sebagai kata ganti orang Saya memasak nasi goreng. (kalimat aktif) Nasi goreng kumasak. (kalimat pasif) Dia memarahi Dita. (kalimat aktif) Dita dia marahi. (kalimat pasif) Subyek bukan sebagai kata ganti orang Bapak memasak nasi goreng. (kalimat aktif) Nasi goreng dimasak (oleh) bapak. (kalimat pasif) Dina memarahi Dia. (kalimat aktif) Dia dimarahi (oleh) Dina. (kalimat pasif) Kalimat negatif Saya memasak nasi goreng. (kalimat positif) Saya tidak memasak nasi goreng. (kalimat negatif) Dia memarahi Dita. (kalimat positif) Dia tidak memarahi Dita. (kalimat negatif)
Pengertian Kalimat dan Jenisnya
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri memiliki pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa yang digunakan sebagai sarana untuk menuangkan dan menyusun gagasan secara terbuka agar dapat dikomunikasikan kepada orang lain, atau bagian ujaran yang mempunyai struktur minimal subjek dan predikat, mempunyai intonasi dan bermakna
kalimat dibagi menjadi dua, yaitu :
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki satu subjek dan predikat.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi didalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah: 1. Kalimat Majemuk Setara 2. Kalimat Majemuk Rapatan 3. Kalimat Majemuk Bertingkat 4. Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni: Jenis Konjungsi penggabungan Dan penguatan/Penegasan Bahkan pemilihan Atau berlawanan di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua (sedangkan) urutan waktu kemudian, lalu, lantas Contoh: 1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1) 2. Norif berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2) Juminten pergi ke pasar sedangkan Norif berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk) Norif berangkat ke bengkel sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk)
Kalimat Majemuk Rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali. Contoh: 1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1) 2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2) 3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3) Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni: Jenis Konjungsi syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan) tujuan agar, supaya, biar perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun penyebaban sebab, karena, oleh karena pengakibatan maka, sehingga cara dengan, tanpa alat dengan, tanpa perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih penjelasan Bahwa kenyataan Padahal Contoh: 1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat) 2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu) Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1) Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat. Contoh: 1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1) 2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat) 3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu) Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran)
Kalimat memiliki beberapa unsur atau unsur sintaksis (jabatan kata atau peran kata) yang terdiri dari : Subjek (S) Predikat (P) Objek (O) Pelengkap (Pel) Keterangan (Ket)
Pengertian Subjek
Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, sosok (benda), semua hal, atau masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya berisi kata/frasa, klausa, frasa verbal. Subjek dapat pula dikenali dengan cara memakai kata tanya siapa (yang), apa (yang) kepada PREDIKAT. Jika jawaban tidak logis maka tidak ada Subyek.
Pengertian Predikat
Predikat menyatakan keadaan yang dilakukan oleh S, sifat, situasi, status, ciri atau jati diri S, atau jumlah sesuatu yang dimiliki S. Predikat adalah bagian kalimat yang menghubungkan antar S dengan O dan K. Predikat dapat berupa kata/frasa berkelas verba, adjektifa, numeralia (kata bilangan), dan nomina (benda).
Pengertian Objek
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak Objek selalu di belakang Predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang memerlukan Objek. Jika Predikat diisi oleh verba INTRANSITIF maka Objek tidak diperlukan sehingga kehadiran Objek dalam kalimat dikatakan TIDAK WAJIB HADIR. Namun Objek dapat menjadi Subjek bila dipasifkan.
Pengertian Pelengkap
Pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. Letak Pelengkap umumnya di belakang Predikat yang berupa verba. Seringkali kita dibuat bingung antara Pelengkap dan Objek. Satu hal yang perlu diketahui adalah Pelengkap tidak dapat menjadi Subyek bila dipasifkan. Jika kalimat ada Objek maka biasanya Pelengkap terletak setelah (di belakang) Objek. Pelengkap dapat pula diisi oleh frasa adjektiva dan frasa preposisional.
Pengertian Keterangan
Keterangan merupakan bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat yang lainnya. Unsur Keterangan dapat berfungsi untuk menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisi keterangan itu bisa di awal, tengah, dan akhir kalimat.
Ada beberapa macam keterangan yang perlu kita ketahui, yaitu : 1) Tempat (di, ke, di (dalam), pada) 2) Waktu (pada, dalam, se-, sebelum, sesudah, selama, sepanjang) 3) Alat (dengan) 4) Tujuan (supaya, untuk, bagi, demi) 5) Cara (secara, dengan cara, dengan jalan) 6) Penyerta (dengan, bersama, beserta) 7) Similiatif (seperti, bagaikan, laksana) 8) Penyebab (karena, sebab) 9) Kesalingan (satu sama lain)
Pola Kalimat Dasar S-P S-P-O S-P-Pel S-P-Ket S-P-O-Pel S-P-O-Ket S-P-O-Pel-Ket
Kalimat Lengkap dan Kalimat Tidak Lengkap
1. Kalimat Lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya terdiri dari gabungan minimal satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam kalimat lengkap. Contoh : Cepot (S) membeli (P) pulpen(O) Si Kancil (S) melompat (P)
2. Kalimat Tidak Lengkap Kalimat tidak lengkap adalah kslimst yang tidak sempurna karena hanya memiliki sabyek saja, predikat saja, objek saja atau keterangan saja. Kalimat tidak lengkap dapat berupa semboyan, salam, perintah, pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman. Contoh : Silahkan dinikmati! Selamat tidur. Jangan nakal!
Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
1. Kalimat Aktif Kalimat Aktif adalah kalimat di mana subyeknya melakukan suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber- dibagi menjadi dua macam : a) Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang memiliki obyek penderita o Ibu membeli sayur. o Dodo menyukai teman sekelasnya. b) Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak memiliki obyek penderita o Adik menangis o Bondan berkelahi
2. Kalimat Pasif Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya dikenai suatu perbuatan atau aktifitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan ter- atau di- o Kue bolu dipotong oleh ibu o Menteri kehutanan dimintai pertanggung jawaban oleh presiden
Mengubah Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif dan Kalimat Pasif manjadi Kalimat Aktif Untuk mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif dan juga sebaliknya dapat dilakukan langkah-langkah mudah berikut ini : 1) Mengubawalan pada Predikat Yaitu menukar awalan me- atau ber- dengan di- atau ter- dan begitu sebaliknya. 2) Menukar Subyek dengan Obyek dan sebaliknya Menukar kata benda yang tadinya menjadi obyek menjadi subyek dan begitu sebaliknya.
Contoh : Alan menyayikan lagu daerah > Lagu daerah dinyanyikan oleh Alan.
Sumber : http://kangmoes.com/artikel-tips-trik-ide-menarik-kreatif.definisi/pengertian-kalimat.html http://www.rizallaros.com/belajar-bahasa-indonesia-dan-teknik-penulisan-ilmiah-s-p-o-k-228/
http://pengertiankalimat.blogspot.com/2011/11/unsur-kalimat.html Posted by Adlan Fadhillah at 22.01 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Labels: Tugas Bahasa Indonesia 1 Reactions: 0 comments:
Pengertian Kalimat December 26, 2011 by elgainggrid 3 Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah contoh kalimat secara umum : Joy Tobing adalah pemenang lomba Indonesian Idol yang pertama. Pergi! Bang Napi dihadiahi timah panas oleh polisi yang mabok minuman keras itu. The Samsons sedang konser tunggal di pinggir pantai ancol yang sejuk dan indah. Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK : Subjek / Subyek (S) Predikat (P) Objek / Obyek (O) Keterangan (K) 1. Predikat (P) Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional. Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini: a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu. b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang. c. Letusan Gunung Merapi keras sekali. d. Makanan itu mahal. e. Ayah saya guru bahasa Indonesia. f. Anda guru? g. Anak kami tiga . h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang. i. Dia dari Medan j. Pak Nurdin ke Saudi. Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat. Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional. 2. Subjek (S) Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek. Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini: 1. Merokok merupakan perbuatan mubazir. 2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat. 3. Tiga adalah sebuah angka. 4. Sakit bisa dialami semua orang. 3. Objek (O) Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina. Berikut contoh objek dalam kalimat: a. Dr. Ammar memanggil suster Ane. b. Adik dibelikan ayah sebuah buku. c. Kami telah memicarakan hal itu Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2) 4. Pelengkap (PEL) Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek. Contoh: a. Indonesia berdasarkan Pancasila b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan c. Kaki Cecep tersandung batu. 5. Keterangan (K) Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P. Contoh: a. Di perpustakaan kami membaca buku itu. b. Kami membaca buku itu di perpustakaan. c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu. d. Tono mencabut paku dengan tang. e. Dengan tang Tono mencabut paku. f. Tono /dengan tang/ mencabut paku. Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru. Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut: a. Kami telah mengengoknya kemarin. b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya. Related Unsur - Unsur KalimatIn "Tugas (Universitas Gunadarma)" MiscommunicationIn "Tulisan" Tugas 05In "Tulisan" This entry was posted in Tugas (Universitas Gunadarma). Bookmark the permalink.
KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Disusun oleh: Nina Widyaningsih, M.Hum I. PENGERTIAN KALIMAT Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa . Inilah yang membedakan kalimat dengan frasa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). II. POLA KALIMAT DASAR Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita telah dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi. 2. KB + KS : Dosen itu ramah. 3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah. 4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang. 5. KB 1 + KK + KB 2 : Mereka menonton film. 6. KB 1 + KK + KB 2 + KB 3 : Paman mencarikan saya pekerjaan. 7. KB 1 + KB 2 : Rustam peneliti. Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks. III. JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif0, tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk. A. Kalimat Tunggal Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat dasar. Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut. 1 1. Mahasiswa berdiskusi S: KB + P: KK 2. Dosen t ramah S: KB + P: KS 3. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah. S: KB + P: KBil Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut. Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda ( mahasiswa ) dan predikat (P) kata kerja ( berdiskusi ). Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi S P Contoh lain: 1. Pertemuan APEC sudah berlangsung . S P 2. Teori itu dikembangkan . S P Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda ( dosen itu ) dan berpredikat kata sifat ( ramah ). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah . S P Contoh lain: 1. Komputernya rusak . S P 2. Suku bunga bank swasta tinggi . S P Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda ( harga buku itu ) dan berpredikat kata bilangan ( sepuluh ribu rupiah ). Kalimat selengkapnya ialah Harga buku itu sepuluh ribu rupiah . S P Contoh lain: 1. Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer . S P 2. Masalahnya seribu satu . S P Ketiga pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur- unsurnya. Dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya. Kalimat Mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula . S P K Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III. Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang , dengan menambahkan keterangan tempat di akhir 2 kalimat. Kalimat 2, yaitu Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi Dosen itu selalu ramah setiap hari . S P K Kalimat 3, yaitu Harga buku itu sepulu ribu rupiah dapat diperluas pula dengan kalimat Harga buku besar itu sepuluh ribu rupiah per buah . S P Memperluas kalimat tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak tertutup kemungkinan kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih. Perluasan kalimat itu, antara lain, terdiri atas: 1. keterangan tempat, seperti di sini , dalam ruangan tertutup, lewat Yogyakarta, dalam republik it, dan sekeliling kota ; 2. keterangan waktu, seperti setiap hari, pada pukul 19.00, tahun depan, kemarin sore, dan minggu kedua bulan ini; 3. keterangan alat seperti dengan linggis, dengan undang-undang itu, dengan sendok dan garpu, dengan wesel pos, dan dengan cek; 4. keterangan modalitas, seperti harus, barangkali, seyogyanya, sesungguhnya, dan sepatutnya; 5. keterangan cara, seperti dengan hati- hati, seenaknya saja, selakas mungkin, dan dengan tergesa-gesa; 6. keterangan aspek, seperti akan, sedang, sudah, dan telah. 7. keterangan tujuan, seperti agar bahagia, supaya tertib, untuk anaknya, dan bagi kita; 8. keterangan sebab, seperti karena tekun, sebab berkuasa, dan lantaran panik; 9. frasa yang, seperti mahasiswa yang IP- nya 3 ke atas, para atlet yang sudah menyelesaikan latihan, dan pemimpin yang memperhatikan takyatnya; 3 10. keterangan aposisi, yaitu keterangan yang sifatnya saling menggantikan, seperti penerima Kalpataru, Abdul Rozak, atau Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso. Perhatikan perbedaan keterangan alat dan keterangan cara berikut ini. Dengan + kata benda = keterangan alat Dengan + kata kerja/kata sifat = keterangan cara. Contoh kemungkinan perluasan kalimat tercantum di bawah ini. 1. Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/. 2. Gubernur DKI Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/. B. Majemuk Majemuk Setara Kalimat majemuk setara terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai berikut. 1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan. Contoh: Kami membaca Mereka menulis Kami membaca dan mereka menulis. Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal. Contoh: Direktur tenang. Karyawan duduk teratur. Para nasabah antre. Direktur tenang, karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre. 2. Kedua kaltunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu setara pertentangan. Contoh: Amerika dan Jepang tergolong negara maju. Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang. Amerika dan Jepang tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong negara berkembang. Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat berikut. Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di Bandung. Ia bukan peneliti, melainkan pedagang. 4 3. Dua kalimat tunggal ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan. Contoh: Mula-mula disebutkan nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan nama- nama juara MTQ tingkat dewasa. Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa selamat. 4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan. Contoh: Para pemilik televisi membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik televisi langsung. C. Kalimat Majemuk tidak Setara Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda di antara unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk kalimat , sedangkan pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat. Contoh: 1. a. Komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal) b. Mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer. (tunggal) c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat mengacaukan data-data komputer itu. 2. a. Para pemain sudah lelah b. Para pemain boleh beristirahat. c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh beristirahat. d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat. Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. Induk kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan dengan hal-hal lain. Mari kita perhatikan kalimat di bawah ini. Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Anak kalimat: Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas. Induk kalimat: Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya 5 D. Kalimat Majemuk Campuran Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Misalnya: 1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang. 2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai. Penjelasan Kalimat pertama terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua adalah setara + bertingkat. IV. JENIS KALIMAT MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA) Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak kalimat. Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang berimbang (setara atau campuran). A. Kalimat yang Melepas Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas . Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap. Misalnya: a. Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana. b. Semua warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman. Anda buatlah lima buah kalimat lainnya. B. Kalimat yang Klimaks Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak- induk terasa berklimaks, 6 dan terasa membentuk ketegangan. Misalnya: a. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya. b. Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga. Anda buatlah lima buah contoh lainnya. C. Kalimat yang Berimbang Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang bersimetri. Misalnya : 1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam. 2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat dengan leluasa. Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya. Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif- pasif, inversi, dan pengedepanan keterangan. V. JENIS KALIMAT MENURUT FUNGSINYA Menurut fungsinya, jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat pertanyaan, kalimat perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam bentuk positif dan negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita berhadapan dengan salah satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh bermacam-macam tanda baca. A. Kalimat Pernyataan (Deklaratif) Kalimat pernyataan dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik). Misalnya: Positif 1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri. 2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang. 7 Negatif 1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak. 2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang memuaskan tentang bisnis komdominium di kota- kota besar. Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya! B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif) Kalimat pertanyaan dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering menggunakan kata tanya seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan. Misalnya: Positif 1. Kapan Saudara berangkat ke Singapura? 2. Mengapa dia gagal dalam ujian? Negatif 1. Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan bestek yang disepakati? 2. Mengapa tidak semua fakir miskin di negara kita dapat dijamin penghidupannya oleh nefara? Coba Anda buat lima buah contoh lainnya. C. Kalimat Perintah dan Permintaan (Imperatif) Kalimat perintah dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu. (Biasanya, intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru). Misalnya: Positif 1. Maukah kamu disuruh mengantarkan buku ini ke Pak Sahluddin! 2. Tolong buatlah dahulu rencana pembiayaannya. Negatif 1. Sebaiknya kita tidak berpikiran sempit tentang hak asasi manusia. 2. Janganlah kita enggan mengeluarkan zakat kita jika sudah tergolong orang mampu. Coba Anda buat lima buah contoh lainnya! D. Kalimat Seruan Kalimat seruan dipakai jika penutur ingin mengungkapkan perasaan yang kuat atau yang 8 mendadak. (Biasanya, ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru atau tanda titik pada kalimat tulis). Misalnya: Positif 1. Bukan main, cantiknya. 2. Nah, ini dia yang kita tunggu. Negatif 1. Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa. 2. Wah, target KONI di Asian Games XIII tahun 1998 di Bangkok tidak tercapai. Silakan Anda buat lima buah contoh lainnya! VI. KALIMAT EFEKTIF Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa. A. Kesepadanan Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini. 1. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek. Contoh: a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah . (Salah) b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar) 2. Tidak terdapat subjek yang ganda Cotoh: a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu saya kurang jelas. 9 Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut. a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. b. Saat itu bagi saya kurang jelas. 3. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal Contoh: a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut. a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor Suzuki. Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki. 4. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Contoh: a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu. b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting. Perbaikannya adalah sebagai berikut. a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting. B. Keparalelan Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh: 10 a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. C. Ketegasan Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat. 1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Contoh: Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan. Contoh: Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden. Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat. 2. Membuat urutan kata yang bertahap Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. 3. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Contoh: Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka. 4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur. 11 5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan). Contoh: Saudaralah yang bertanggung jawab. D. Kehematan Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan. 1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. Perhatikan contoh: a. Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. b. Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang. Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut. a. Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. b. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang. 2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Kata merah sudah mencakupi kata warna. Kata pipit sudah mencakupi kata burung. Perhatikan: a. Ia memakai baju warna merah . b. Di mana engkau menangkap burung pipit itu? Kalimat itu dapat diubah menjadi a. Ia memakai baju merah. b. Di mana engkau menangkap pipit itu? 3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Kata naik bersinonim dengan ke atas. Kata turun bersinonim dengan ke bawah. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. a. Dia hanya membawa badannya saja. b. Sejak dari pagi dia bermenung. Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi a. Dia hanya membawa badannya . b. Sejak pagi dia bermenung. 4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata 12 yang berbentuk jamak. Misalnya: Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku para tamu-tamu para tamu beberapa orang-orang beberapa orang E. Kecermatan Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda. Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut. 1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. 2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. Kalimat 1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi. Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah. Perhatikan kalimat berikut. Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri. F. Kepaduan Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. 1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Misalnya: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab. Silakan Anda perbaiki kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu. 2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. a. Surat itu saya sudah baca. b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan. Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk a. Surat itu sudah saya baca. b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan. 13 3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan kalimat ini a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat. b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat. Seharusnya: a. Mereka membicarakan kehendak rakyat. b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat. G. Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat di bawah ini. 1. Waktu dan tempat kami persilakan. 2. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. 3. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka. 4. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka. 5. Mayat wanita yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut. 1. Bapak Menteri kami persilakan. 2. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. 3. Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka. 4. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka. 5. Sebelum meninggal, wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar- mandir di daerah tersebut. VII. KALIMAT SALAH DAN KALIMAT BENAR Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini. Bentuk yang Salah Bentuk yang Benar 14 1. Untuk mengetahui baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari. 2. Semoga dimaklumi. 3. Pekerjaan itu dia tidak cocok. 4. Perkara yang diajukan ke meja hijau berjumlah 51 buah. Sedangkan perkara yang telah selesai disidang-kan berjumlah 23 buah. 5. Halamannya sangat luas, rumah paman saya di Cibubur. Baik atau buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari Semoga Bapak dapat memakluminya. Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok. Perkara yang diajukan ke meja hijau berjumlah 51 buah, sedangkan perkara yang telah selesai disidangkan berjumlah 23 buah. Halaman rumah pamas saya di Cibubur sangat luas. 15
KALIMATTTT Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat dapat dibagi-bagi lagi berdasarkan jenis dan fungsinya yang akan dijelaskan pada bagian lain. Contohnya seperti kalimat lengkap, kalimat tidak lengkap, kalimat pasif, kalimat perintah, kalimat majemuk, dan lain sebagainya.
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK : - Subjek / Subyek (S) - Predikat (P) - Objek / Obyek (O) - Keterangan (K)
1. Predikat (P) Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan preposisional. Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini: a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu. b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang. c. Letusan Gunung Merapi keras sekali. d. Makanan itu mahal. e. Ayah saya guru bahasa Indonesia. f. Anda guru? g. Anak kami tiga . h. Peserta audisi itu puluhan ribu orang. i. Dia dari Medan j. Pak Nurdin ke Saudi.
Pada sepuluh kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat. Kalimat a dan b adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori verbal, disebut kalimat verbal. Kalimat c dan d adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori adjektival, disebut kalimat adjektival. Kalimat e dan f adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori nominal, disebut kalimat nominal. Kalimat g dan h adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori numeral, disebut kalimat numeral. Kalimat i dan j adalah contoh kalimat dengan predikat berkatagori preposisional, disebut kalimat preposisional.
2. Subjek (S) Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi kedudukan subjek. Pada sepuluh contoh kalimat di atas, kata atau frasa Yasmina, Anda dan saya, letusan Gunung Merapi, makanan itu, ayah saya, anak kami, peserta audisi itu, dia, dan Pak Nurdin berfungsi sebagai subjek. Subjek yang tidak berupa nomina, bisa ditemukan pada contoh kalimat seperti ini: 1. Merokok merupakan perbuatan mubazir. 2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat. 3. Tiga adalah sebuah angka. 4. Sakit bisa dialami semua orang.
3. Objek (O) Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula, objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat aktif. Objek umumnya berkatagori nomina. Berikut contoh objek dalam kalimat: a. Dr. Ammar memanggil suster Ane. b. Adik dibelikan ayah sebuah buku. c. Kami telah memicarakan hal itu Suster ane, ayah, sebuah buku, dan hal itu pada tiga kalimat di atas adalah contoh objek. Khusus pada kalimat b. Terdapat dua objek yaitu ayah (objek 1) dan sebuah buku (objek 2)
4. Pelengkap (PEL) Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata- kata yang dicetak miring pada kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap bukan objek. Contoh: a. Indonesia berdasarkan Pancasila b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K) Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P. Contoh: a. Di perpustakaan kami membaca buku itu. b. Kami membaca buku itu di perpustakaan. c. Kami /di perpustakaan/ membaca buku itu. d. Tono mencabut paku dengan tang. e. Dengan tang Tono mencabut paku. f. Tono /dengan tang/ mencabut paku. Pada enam kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan dan dengan tang yang berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru. Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga, supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian, ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut: a. Kami telah mengengoknya kemarin. b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis/pembicara. Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki) 1. KESATUAN GAGASAN Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal. Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum. Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan) 2. KESEJAJARAN Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-. Kalimat itu harus diubah : 1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan 2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. 3. KEHEMATAN Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya. Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga. Kalimat yang benar adalah: Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya. 4. PENEKANAN Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Caranya: Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat. Contoh : 1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain 2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel lah, -pun, dan kah. Contoh : 1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu. 2. Kami pun turut dalam kegiatan itu. 3. Bisakah dia menyelesaikannya? Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting. Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya. Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan. Contoh : 1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin. 2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh. 5. KELOGISAN Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal. Contoh : Waktu dan tempat saya persilakan. Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ; Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium. PELATIHAN Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif! 1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti. 2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah. 3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan. 4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap 5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.
Kalimat efektif yang sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya, antara pikiran pembaca dengan pikiran penulisnya. Dasar-dasar penguasaan kebahasaan yang mendukung keefektifan kalimat antara lain : kosa kata yang tepat, kaidah sintaksis, dan penalaran yang logis.
Bandingkan : Walaupun ia tidak sekolah namun semangatnya berkobar. Ia tidak pernah sekolah namun semangatnya berkobar. Walaupun ia tidak pernah sekolah semangatnya berkobar. Di Solo menyelenggarakan perayaan sekaten. Solo diselenggarakan perayaan sekaten. Di Solo diselenggarakan perayaan sekaten. Solo menyelenggarakan perayaan sekaten. Dari contoh-contoh tersebut manakah yang termasuk kalimat efektif ?
Kalimat dikatakan efektif jika memenuhi dua syarat utama, yaitu (1) struktur kalimat efektif dan (2) ciri kalimat efektif. Struktur kalimat efektif mencakup (a) kalimat umum, (b) kalimat paralel, dan (c) kalimat periodik. Sementara itu, ciri kalimat efektif meliputi : a. Kesatuan (unity) b. Kehematan (economy) c. Penekanan (emphasis); dan d. Kevariasian (variety)