Anda di halaman 1dari 15

Klausa,frasa,kalimat

Klausa ialah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri atas
subjek dan predikat dan sering kali mengikutsertakan objek, pelengkap, dan keterangan. Posisi
objek, pelengkap, ataupun keterangan disini bersifat manasuka.

Contoh:
Saat negara-negara lain sudah menjadi negara berkembang, Negara kita baru
melakukan proses menuju negara berkembang.
Kalimat diatas terdiri dari beberapa klausa, yaitu:
Saat negara-negara lain menjadi (S-P);
negara berkembang (O-Pel);
negara kita baru melakukan (S-P);
proses menuju negara berkembang (P-O).

Dalam kalimat tertentu klausa terdiri dari 2 bagian, yaitu : klausa induk dan klausa subordinatif
(anak kalimat).

Contoh:
Dia menulis surat ketika kedua orangtuanya sudah pergi.
Keterangan:
Dia menulis surat (klausa induk)
ketika kedua orangtuanya sudah pergi. (klausa anak)

Penggabungan kedua klausa ini menjadi proses terbentuknya sebuah kalimat. Bergabungnya
kedua klausa ini menandakan masuknya konjungsi atau kata sambung ketika. Sedangkan untuk
konjungsi atau kata sambung sendiri terdiri atas 4 bagian, yaitu :

Konjungsi Kordinatif (serta, dan, atau, tetapi)

Contoh:
Kami membaca dan dia menulis surat.
Rika pergi sekolah tetapi adiknya tinggal dirumah.
Dia memiliki paras yang cantik serta hati yang baik.
Ami pergi ke pasar atau ke toko buku.

Konjungsi Korelatif (baik, maupun, tidak hanya, tetapi juga)

Contoh:
Keseriusannya dalam belajar tidak hanya menjadikannya sebagai juara kelas tapi juga
memberikannya peluang unuk mendapatkan beasiswa.
Konjungsi Subordinatif (sejak, karena, setelah, seperti, agar, dengan)

Contoh:
Dia menjadi pramugari sejak tahun 1990.
Sani menyelesaikan pekerjaan rumah sampai larut malam, karena tugas rumah Sani
sangat banyak.
Dia sembuh dari sakit setelah minum obat yang diberikan oleh dokter.
Kedua bersaudara itu menegndarai sepeda motor seperti seorang pembalap profesional.
Kami terus berlatih angkat beban agar saat kejuaraan angkat beban kami menjadi juara.
Andi melihat kepergian orangtuanya dengan meneteskan airmata.

konjungsi Antarkalimat (meskipun, demikian, begitu, kemudian, oleh karena itu,


bahkan, lagi pula)

Contoh:
Kami tidak akan mengikuti kemauannya meskipun dia memberi kami uang.::
Saya tidak pernah mengerti jalan pikirannya biarpun begitu saya selalu mendukung
setiap keputusan positifnya.::
Dia selalu bertindak tanpa pikir panjang baru kemudian menyadari kekeliruannya.::
Dia tidak saja merawat bunga ini setiap hari bahkan dia juga menambah koleksi bunga-
bunga yang lain.

Keempat jenis konjungsi ini dapat menghubungkan kata, frasa ataupun klausa, konjungsi bisa
memiliki kedudukan sebagai preposisi jika berhubungan langsung dengan kata dan frasa.
Sedangkan dengan klausa, konjungsi cukup menempati posisi sebagai konjungsi tidak lebih.
Dengan adanya penjelasan ini makanya frasa dan klausa dapat diidentifikasikan menjadi sebagai
berikut:

Contoh :
Dia tidak bisa berbicara karena lidahnya pendek.
Keterangan:
Dia tidak bisa berbicara (klausa)
tidak bisa berbicara (frasa)
karena (konjungsi)
lidahnya pendek. (klausa)

Klausa Dia tidak bisa berbicara dalam posisi sebagai klausa induk, sedangkan klausa
lidahnya pendek menempati klausa anak. Untuk konjungsi karena berperan sebagai
konjungsi subordinatif-sebab yang telah menghubungkan 2 klausa atau lebih.

Jenis-jenis klausa[sunting]
Klausa berdasarkan kategori kata atau frasa.

Contoh :
Mereka sudah menyiapkan seekor sapi untuk hari Raya Idhul Adha.
Klausa berdasarkan struktur.

Berdasarkan strukturnya klausa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

Klausa berdasarkan struktur intern.

Didalam klausa yang sesuai struktur internnya terdapat unsure inti klausa yaitu S dan
P. meski begitu dalam penggabungan klausa S sering kali dapat dihilangkan dalam
kalimat jawaban. Karena klausa yang terdiri dari S dan P disebut klausa lengkap
sedangkan klausa yang tidak bersubjek disebut kalimat tidak lengkap.
Contoh:
May mempercepat laju sepedanya karena May tidak ingin terlambat.
Subjek May dalam anak kalimat dapat dihilangkan, hal itu dikarenakan adanya
penggabungan klausa May tidak masuk sekolah dan May tidak ingin terlambat.
Klausa juga dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu kalusa lengkap dan klausa tidak
lengkap. Untuk klausa lengkap secara struktur internnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan. Golongan yang pertama yaitu klausa lengkap susun biasa yang Subjeknya
terletak di depan Predikat, sedangkan golongan kedua yaitu klausa lengkap susun balik
(klausa inversi) yang Subjeknya tepat diletakkan dibelakang Predikat.

Klausa berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatikal


mengaktifkan Predikat.

Didalam pembentukan klausa juga terdapat klausa positif dan klausa negatif. Klausa
positif ialah klausa yang sama sekali tidak memiliki kata negatif yang secara otomatis
mampu menegatifkan unsur P (predikat), sedangkan untuk klausa negatif merupakan
klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatikal memang menegatifkan
unsur P (predikat) (kata-kata negatif: tiada, tak, bukan, belum, dan jangan).
Klausa Positif
Contoh:
Dia sudah menjadi primadona dikampusnya.
Kami berhasil mendapatkan beasiswa itu.
Klausa negatif
Contoh:
Mereka bukan siswa disekolah ini lagi.
Kami belum menerima THR (Tunjangan Hari Raya).
Rima tidak memiliki orangtua lagi.
Saya mohon jangan bawa dia pergi.

Penggolongan klausa berdasarkan kategori kata atau frasa yang menduduki


fungsi Predikat.

Penggolongan klausa jenis ini yang mampu menempati unsur P (predikat) pada klausa
ialah Nomina, Verba, Bilangan, dan Frasa Depan. Berdasarkan penggolangan
klausa unsur P dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:
Klausa Nominal

Contoh:
Kami mahasiswa
yang digunakan mobil itu

Klausa Verbal

Contoh:
Pamanku membelah kayu.
Anak-anak itu membuat prakarya.
Untuk klausa golongan Verbal fungsi P dapat secara gramatikal dinegatifkan dengan
kata tidak.
Contoh:
Pamanku tidak membelah kayu.
anak-anak itu tidak membuat prakarya.
Klausa Verbal sendiri dapat digolongkan kembali menjadi 6 bentuk klausa, yaitu:

1. Klausa verbal adjektiva adalah klausa yang unsur predikatnya berupa kata sifat.
Contoh: Orang yang pemarah.; Harga saham turun.
2. Klausa verbal intransitif adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk
kedalam kelompok kata kerja intransitive. Contoh: Siswa-siswa SMA
berkompetisi di olimpiade matematika.; Presiden sedang berpidato di depan
calon PNS.
3. Klausa verbal aktif Contoh: Nami sedang menulis surat.; Irfan sedang
menikmati liburan sekolahnya di Bali.
4. Klausa verbal pasif Contoh: Sebelum memasuki Mall kami diperiksa oleh
security Mall.
5. Klausa verbal yang refleksif merupakan klausa yang predikatnya menyatakan
suatu perbuatan yang dilakukan oleh sipelaku sendiri (kata kerja). Contoh:
Mereka sedang menenangkan diri.; Orang itu mencoba memutus urat nadinya.
6. Klausa verbal yang resiprokal adalah klausa yang unsur predikatnya termasuk
dalam kata kerja yang menyatakan kesalingan. Bentuk-bentuknya sendiri adalah
(saling) meN-, (saling) ber-an dengan proses pengulangan maupun tidak. Contoh:
Kami saling berkirim-kiriman surat.; Mereka saling menuduh.

Klausa Bilangan

Kata bilangan adalah kata-kata yang dapat diikuti oleh ekor, batang, keping, buah, kodi,
helai, dll. Untuk frasa bilangan sendiri ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan, misalkan : dua ekor, tiga batang, beberapa butir, dll.
Contoh:
Di kampung itu terdapat seratus kepala keluarga.
Kami hanya dua bersaudara.
Kami membeli satu kodi pakaian wanita.
Klausa Depan

Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri atas frasa depan, artinya frasa atau
klausa yang diawali dengan kata depan sebagai penanda.
Contoh:

Masjid itu untuk tempat ibadah umat islam.


Frasa atau frase adalah sebuah makanan linguistik. Lebih tepatnya, frasa merupakan satuan
linguistik yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari klausa dan kalimat. Frasa adalah
kumpulan kata nonpredikatif. Artinya frasa tidak memiliki predikat dalam strukturnya. Itu yang
membedakan frasa dari klausa dan kalimat. Simak beberapa contoh frasa di bawah ini:

ayam hitam saya


ayam hitam
ayam saya
rumah besar itu
rumah besar putih itu
rumah besar di atas puncak gunung itu

Dalam konstruksi frasa-frasa di atas, tidak ada predikat. Lihat perbedaannya dibandingkan
dengan beberapa klausa di bawah ini:

ayam saya hitam


rumah itu besar
rumah besar itu putih
rumah putih itu besar
rumah besar itu di atas puncak gunung

Dalam konstruksi-konstruksi klausa di atas, hitam, besar, putih, besar, dan di atas puncak
gunung adalah predikat.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Frasa dan kata majemuk


o 1.1 Frasa eksosentris
o 1.2 Frasa endosentris
o 1.3 Frasa nominal
o 1.4 Frasa verbal
2 Pranalar luar

Frasa dan kata majemuk[sunting | sunting sumber]


Frase kerap dibedakan dengan kata majemuk. Makna frasa tidak berbeda dengan makna kata
yang menjadi kepala/inti frasa.

Misalnya:

Meja hitam tetaplah bermakna meja, tetapi ditambahkan pewatas sifat hitam. Meja kayu juga
tetap meja, tetapi ditambahkan makna pewatas kayu.
Di sisi lain, kata majemuk memiliki makna yang sangat jauh berbeda dengan makna kata-kata
yang menjadi unsur-unsurnya, sehingga kata majemuk kerap disebut memiliki makna idiomatis.
(disebut kata kiasan)

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar Kata kiasan

Misalnya:

Meja hijau dalam bahasa Indonesia lebih bermakna 'sidang atau pengadilan', bukan semata-mata
meja yang berwarna hijau. Tangan besi lebih bermakna kepemimpinan yang keras alih-alih
tangan yang terbuat dari besi.

Beberapa jenis frasa:

Frasa eksosentris[sunting | sunting sumber]

Frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya.
Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak
mempunyai UP.

Contoh: Sejumlah mahasiswa di teras.

Frasa endosentris[sunting | sunting sumber]

Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dapat digantikan oleh unsurnya.
Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat
(UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.

Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P).

Frasa nominal[sunting | sunting sumber]

Nominal adalah lawan dari verbal. jika verbal adalah kalimat yang berpredikat "Kata Kerja"
maka kalimat nominal berpredikat kata benda atau kata sifat. untuk membentuk kalimat nominal,
maka unsur kalimat harus memenuhi Subjek, To Be dan komplemen. misalnya "I am Tired",
I=subjek, am=To Be dan Tired=Adjective (Passive voice verb). ini adalah contoh kalimat
nominal. arti lain dari nominal adalah rangkaian angka yang menunjukkan jumlah tertentu,
kemudian adapula arti nominal sebagai kualifikasi (nominasi).

Frasa verbal[sunting | sunting sumber]

Frasa Verbal, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis,
UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat
diberi) kata sedang untuk verba aktif, dan kata sudah untuk verba keadaan. Frasa verba tidak
dapat diberi kata sangat, dan biasanya menduduki fungsi predikat.

Contoh:

1. bekerja keras
2. sedang berlari

Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata sedang
yang menunjukkan verba aktif.
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan
menyatakan makna yang lengkap. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan
pikiran yang utuh, baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir.
Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda titik (.) untuk menyatakan kalimat berita atau yang bersifat informatif, tanda tanya
(?) untuk menyatakan pertanyaan dan tanda seru (!) untuk menyatakan kalimat perintah.
Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak memiliki kedua unsur tersebut,
pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa
dengan kalimat. Di sini, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu:

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Kalimat tunggal
2 Kalimat majemuk
o 2.1 Kalimat majemuk setara
o 2.2 Kalimat majemuk rapatan
o 2.3 Kalimat majemuk bertingkat
o 2.4 Kalimat majemuk campuran
3 Pola Kalimat
o 3.1 Kalimat Dasar Berpola S P
o 3.2 Kalimat Dasar Berpola S P O
o 3.3 Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
o 3.4 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
o 3.5 Kalimat Dasar Berpola S P K
o 3.6 Kalimat Dasar Berpola S P O K
o 3.7 Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
o 3.8 Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
4 Kalimat pasif dan negatif
o 4.1 Kalimat pasif
4.1.1 Subyek sebagai kata ganti orang
4.1.2 Subyek bukan sebagai kata ganti orang
o 4.2 Kalimat negatif
5 Pranala luar

Kalimat tunggal[sunting | sunting sumber]


Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya mempunyai satu pola kalimat, yaitu hanya memiliki
satu subjek dan satu predikat, serta satu keterangan (jika perlu)

Kalimat majemuk[sunting | sunting sumber]


Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
majemuk ini terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan
induk kalimat yaitu dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di
dalamnya, konjungsi hanya terdapat pada anak kalimat.

Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat
tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis
kalimat majemuk adalah:

1. Kalimat Majemuk Setara


2. Kalimat Majemuk Rapatan
3. Kalimat Majemuk Bertingkat
4. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk setara[sunting | sunting sumber]

kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya sejajar atau sederajat.

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam,
yakni:

Jenis Konjungsi

penggabungan dan

penguatan/Penegasan bahkan

pemilihan atau

berlawanan di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua (sedangkan)

urutan waktu kemudian, lalu, lantas

Contoh:
1. Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
2. Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)

Juminten pergi ke pasar sedangkan Ragil berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)


Ragil berangkat ke bengkel sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk)

Kalimat majemuk rapatan[sunting | sunting sumber]

Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat
atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.

Contoh:

1. Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)


2. Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
3. Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)

Pekerjaannya hanya makan, tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)

Kalimat majemuk bertingkat[sunting | sunting sumber]

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang
kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan
anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh
macam, yakni:

Jenis Konjungsi

Syarat jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)

Tujuan agar, supaya, biar

perlawanan (konsesif) walaupun, kendati(pun), biarpun

penyebaban sebab, karena, oleh karena

pengakibatan maka, sehingga

Cara dengan, tanpa

Alat dengan, tanpa

perbandingan seperti, bagaikan, alih-alih


Jenis Konjungsi

penjelasan bahwa

kenyataan padahal

Contoh:

1. Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)


2. Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)

Ketika matahari berada di ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
Ayah mencuci motor ketika matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

Kalimat majemuk campuran[sunting | sunting sumber]

Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.

Contoh:

1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)


2. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)

Toni bermain dengan Kevin, dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya.
(kalimat majemuk campuran)

Pola Kalimat[sunting | sunting sumber]


Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar
yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari
beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar
tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah
yang berlaku.

Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat
yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu
dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan
subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe
sebagai berikut.
Kalimat Dasar Berpola S P[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat
berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)


Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

Kalimat Dasar Berpola S P O[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau
frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
Misalnya:

Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

Kalimat Dasar Berpola S P Pel.[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa
nomina atau adjektiva. Misalnya:

Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:

Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

Kalimat Dasar Berpola S P K[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan
karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa
verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K


Kalimat Dasar Berpola S P O K[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa
nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa
nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:

Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K

Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan. Subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, pelengkap
berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :

Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K

Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K[sunting | sunting sumber]

Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa
berpreposisi. Misalnya:

Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K

Kalimat pasif dan negatif[sunting | sunting sumber]


Kalimat pasif[sunting | sunting sumber]

Subyek sebagai kata ganti orang[sunting | sunting sumber]

Saya memasak nasi goreng. (kalimat aktif)


Nasi goreng kumasak. (kalimat pasif)

Dia membunuh Dita. (kalimat aktif)


Dita dia bunuh. (kalimat pasif)

Subyek bukan sebagai kata ganti orang[sunting | sunting sumber]

Bapak memasak nasi goreng. (kalimat aktif)


Nasi goreng dimasak (oleh) bapak. (kalimat pasif)

Dina membunuh Dia. (kalimat aktif)


Dia dibunuh (oleh) Dina. (kalimat pasif)
Kalimat negatif[sunting | sunting sumber]

Saya memasak nasi goreng. (kalimat positif)


Saya tidak memasak nasi goreng. (kalimat negatif)

Dia membunuh Dita. (kalimat positif)


Dia tidak membunuh Dita. (kalimat negatif)

Anda mungkin juga menyukai