Anda di halaman 1dari 9

Pengertian budaya k 3

Kita seringkali mendengar istilah bahaya dan risiko di tempat kerja. Namun,
terkadang kita sering mengabaikan hal tersebut lantaran itu hanya sebuah potensi yang belum
tentu terjadi dalam diri kita. Secara harfiah, pengertian bahaya dapat diartikan sebuah potensi
yang muncul dari aktivitas atau kegiatan manusia yang berinteraksi dengan mesin maupun
lingkungan yang dapat menimbulkan kerugian, baik secara material maupun non material.
Sedangkan, risiko merupakan besar kecilnya kemungkinan potensi bahaya tersebut terjadi.
Dalam sistem Manajemen K3, bahaya dan risiko dari aktivitas pekerjaan itu menjadi
parameter utama. ukan hanya untuk diidentifikasi dan melakukan penilaian terhadap
potensi!potensi. ahkan kita perlu melakukan tindakan pencegahan untuk menghilangkan
potensi dan risiko yang muncul di tempat kerja. "entunya, menciptakan lingkungan kerja
yang sehat, aman dan selamat menjadi tujuan akhir dari penerapan sistem.
Secara umum, industri melakukan pengklasifikasian bahaya berdasarkan proses dan
aktiviitas yang ada di lingkungan kerja. Kategori bahaya yang ada di tempat kerja yakni
terdiri dari bahaya fisika, bahaya mekanik, bahaya kimia, bahaya biologis, bahaya ergonomis
dan lainnya. #engkategorian ini, untuk mempermudah kita dalam melakukan tindakan
pengendalian, yakni dengan melakukan pengendalian merekayasa mesin atau alat, pengaturan
secara administratif, bahkan yang paling sering dilakukan yakni dengan melindungi
manusianya dengan alat pelindung.
Setiap industri, melakukan semuanya itu dengan sistematis. Merancang program!
program denganpanduan sistem manajemen K3, bahkan hingga melakukan sertifikasi dengan
$%S&S '())'. Namun, kita masih sering mendengar kecelakaan kerja dan angka kesakitan
dalam dunia kerja terjadi. *ronisnya lagi, masih ada kejadian!kejadian yang muncul bukan
dari aktivitas yang memiliki risiko besar. +ustru aktivitas!aktivitas berisiko kecil yang sering
terjadi.
#erlu kita sadari, memang suatu hal yang sangat sulit untuk menciptakan nihil angka
kecelakaan kerja maupun angka kesakitan kerja. &kan tetapi, bukan berarti tidak mungkin
dilakukan. *ntinya, kita bukan hanya sekedar mengenalkan bahaya serta tindakan
pengendaliannya kepada pekerja. Namun, kita perlu memastikan pekerja tersebut benar!benar
memahami betul hingga menjadikan suatu kebiasaan bahkan menjadi suatu budaya dalam
dirinya.
Kebiasaan!kebiasaan bersikap dan berperilaku aman,sehat dan selamat memang tidak
mudah untuk dilakukan. %al ini merupakan suatu karakter yang mesti dibentuk dalam diri
pekerja. ukan hanya untuk ditempat kerja saja, dalam setiap aktivitas kehidupan, baik di
rumah, di jalan dan dimanapun terdapat aktivitas atau kegiatan dilakukan.
#emerintah *ndonesia telah mencanangkan ,*ndonesia berbudaya K3 di tahun -)'./.
#encanangan ini merupakan suatu tantangan besar bagi kita semua. +ika, disebutkan
,*ndonesia berbudaya K3/ berati bukan hanya penerapan K3 untuk dunia kerja. Melainkan
penerapan ini berlaku untuk setiap aktivitas manusia indonesia secara umum. Di rumah, di
pasar, di jalan, di tempat 0isata, dan di mana pun setiap aktivitas itu dilakukan.
#erlu kita sadari, pencanangan pemerintah tentang *ndonesia berbudaya K3 hanya
berfokus pada tempat kerja. Kita masih seringkali melihat tindakan!tindakan tidak aman di
jalan. 1ontoh kecil yang sering dilakukan adalah menelpon saat mengemudi atau
mengendarai kendaraan bermotor. #encanangan ini akan lebih efektif dimulai dari lingkungan
kecil di rumah, lingkungan pendidikan dasar seperti taman kanak!kanak, sekolah dasar.
Membangun karakter atau budaya akan lebih mudah dilakukan dengan dimulai sejak dini.
Menanamkan filosofi hidup sehat, aman dan selamat kepada calon!calon generasi mendatang.
ukan hanya mengenalkan bahaya dan risiko yang ada saja. &kan tetapi menanamkan filosofi
agar kita semua lebih peka terhadap bahaya dan risiko.
#encanangan ini tugas kita bersama. Kita dapat memulai dari diri kita sendiri, mulai
dari hal terkecil, dan dimulai dari sekarang. Semoga kita dapat me0ujudkan ,*ndonesia
berbudaya K3/ kelak.
Membentuk budaya k 3 di perusahaan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2K33 merupakan suatu bentuk upaya untuk
mencapai situasi perusahaan, dimana pega0ai di dalamnya merasa sehat, dan merasa aman
dari suatu ahaya maupun 4isiko yang muncul. Dapat dikatakan pula, tujuan akhir dari suatu
program K3 di perusahaan adalah tidak adanya angka Kecelakaan kerja, bahkan hingga tidak
adanya angka kesakitan akibat kerja di dalam perusahaan.
Menurut Maslo0, di dalam teori hirarki kebutuhan menjelaskan bah0a Kesehatan dan
juga keselamatan merupakan suatu kebutuhan yang paling mendasar. Namun, terkadang hal
yang kita butuhkan tidak semuanya terpenuhi. &palagi kebutuhan!kebutuhan yang bersifat
abstrak seperti halnya Kesehatan dan juga keselamatan yang memang belum terjadi.
Seseorang akan cenderung memahami, jika orang tersebut mengalaminya sendiri. %al ini
yang seringkali menjadi permasalahan utama dalam suatu program K3 di perusahaan. #ara
petugas K3 perusahaan, sering bahkan tidak pernah bosan menjelaskan tentang ahaya dan
4isiko. Namun, jika di perusahaan yang memang belum pernah mengalami "erpapar oleh
ahaya dan 4isiko tersebut, cenderung mengabaikan. ,"oh, hal tersebut belum pernah terjadi
pada diri saya/. Kalimat tersebut yang sering muncul.
%al tersebut menjadi sebuah dilemma bagi petugas K3 yang ada. #ada akhirnya, disatu sisi
memang suatu ke0ajiban dari perusahaan, dilain sisi terkadang petugas K3 kesal dengan
ungkapan!ungkapan tersebut. Kondisi seperti ini memang tidak terjadi di semua perusahaan,
apalagi untuk perusahaan besar yang memang K3 itu sudah menjadi prioritas utama. Segala
sesuatu &ktivitas, Selalu dilihat dari aspek keselamatan dan juga Kesehatan pekerjanya
maupun asset perusahaan yang ada. *ni yang dinamakan perusahaan yang memiliki karakter
yang kuat dalam K3. *ni bukan suatu proses yang singkat atau mudah dilakukan. +ustru ini
hal tersulit dilakukan dalam mengimplementasikan K3 di perusahaan.
Menurut kamus besar bahasa *ndonesia, Karakter memiliki arti ,ba0aan, hati, ji0a,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, 0atak/ . Karakter
berasal dari bahasa 5unan yang berarti ,to mark/ atau menandai dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku,
sehingga orang yang memiliki tindakan tidak baik berkarakter jelek . Sebaliknya orang yang
erperilaku baik disebut dengan berkarakter baik.
Karakter ini merupakan sifat ba0aan, atau suatu sikap maupun perilaku yang di bentuk sejak
kecil. Namun, permasalahan yang muncul adalah &pakah setiap #ekerja yang ada di
perusahaan kita memiliki karakter baik6 &tau malah para #ekerja kita terdiri orang yang
memiliki karakter jelek, seperti halnya cuek, tidak peduli, dan bersifat acuh terhadap orang
lain6 Semua itu kembali lagi ke visi misi dari sebuah perusahaan, baik secara umum
perusahaan maupun visi misi pribadi dari pemilik perusahaan atau pengelola perusahaan.
"idak jarang kita menemui, perusahan yang menjadikan program K3 menjadi suatu
formalitas untuk mempermudah mendapatkan tender atau meningkatkan image perusahaan di
mata customer. ukan suatu hal yang sulit, jika kita Membentuk suatu perusahaan yang
berkarakter K3 positif, dengan Kondisi!kondisi di atas. Semuanya kembali kepada Komitmen
perusahaan maupun personal di dalamnya.
Seperti kita ketahui bersama program K3, merupakan suatu program untuk membentuk sikap
maupun perilaku #ekerja yang aman dan sehat. 7ntuk mencapai sikap dan perilaku yang
sehat, selamat dan aman ini saat ini dipermudah dengan adanya suatu sistem Manajemen K3
2SMK33 atau dengan adanya sertifikasi $%S&S '())' dengan Sistem Manajemen K3.
Secara normative di bahas di dalam #84.).9M8N9'::; tentang Sistem Manajemen K3, pasal
' menjelaskan SMK3 adalah bagian dari sistem Manajemen keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, tanggungja0ab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian pengkajian, dan
pemeliharaan Kebijakan keselamatan dan Kesehatan kerja dalam rangka pengendalian 4isiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempa kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Dalam sistem SMK3 di jelaskan hal yang pertama kali dilakukan adalah membangun sebuah
komitmen serta tanggung +a0ab bersama terhadap Kesehatan dan keselamatan kerja,
terutama bagi pimpinan perusahaan. Komitmen dan tanggung +a0ab ini merupakan
penekanan a0al dalam pembentukan karakter. +ika suatu pimpinan perusahaan berkomitmen
terhadap K3, maka jika melihat atau mendengar suatu laporan adanya pelanggaran maka
pimpinan ini mesti mengambil sikap dan tindakan yang tegas. Sikap dan perilaku pimpinan
pun dapat menjadi contoh bagi setiap karya0an. *ni yang dinamakan pembentukan karakter,
seperti anak kecil yang akan Selalu meniru kedua orang tuanya. Setiap ucapan, maupun
tindakan ayah dan ibunya yang kelak menjadi sikap dan perilaku si anak tersebut.
Seseorang cenderung akan mencontoh orang yang memiliki po0er kuat, memiliki pengaruh
yang besar, dan dapat dijadikan role model. %al ini, dapat dilakukan dengan penekanan dari
pimpinan perusahaan bagi para atasan, manajer atau level supervisor. 7ntuk Selalu,
memberikan contoh sikap dan perilaku yang aman, sehat dan selamat kepada anak buahnya.
Kemudian, di dalam SMK3 juga terdapat klausul yang menjelaskan mengenai implementasi
atau penerapan program K3. Salah satu bagian dari program, adalah dengan adanya
pengembangan dan #elatihan bagi karya0an terutama terkait aspek K3 di perusahaan.
#rogram ini yang akan mengedukasi karya0an, memberikan pengetahuan yang cukup
sehingga tersimpan dalam benak karya0an tentang aspek K3 tersebut.
Di dalam klausul implementasi, terdapat juga program Komunikasi dan #romosi K3. #ara
atasan menyampaikan kepada ba0ahannya tentang aspek ahaya dan 4isiko yang ada di
tempat kerja. %al ini terkesan sangat membosankan. &kan tetapi, ini penting untuk Selalu
disampaikan kepada pekerja. &gar #ekerja akan Selalu ingat, dan bahkan dapat mengingatkan
rekan kerja jika terdapat penyimpangan atau ketidaksesuaian. *ni yang biasa disebut
dengan toolbox meeting atau safety talk yang disampaikan setiap hari.
Kemudian, promosi K3 secara regular dilakukan agar #ekerja dapat Selalu ingat dan lebih
memahami tentang aspek!aspek K3 yang disampaikan. entuk promosi K3 dapat dilakukan
dengan visualisasi atau gambar. Seperti poster, Spanduk, banner, pamflet, sticker, dan lain!
lain. entuk promosi juga dapat dilakukan dengan suatu program yang menarik, seperti
dibuatkan lomba, kuis, dan bentuk program lainnya. *ntinya, petugas K3 melakukan
sosialisasi dan promosi!promosi yang menarik agar #ekerja lebih memiliki awareness yang
tinggi terhadap aspek K3.
#ada pelaksanaannya memang bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Melakukan suatu
perubahan karakter individu, budaya organisasi, dan merubah sikap maupun perilaku
merupakan suatu tahapan proses. Dengan sistem Manajemen K3, merupakan suatu cara untuk
memberikan suatu perubahan dari berbagai arah. Dari sisi pimpinan perusahaan, dengan
memberikan komitmen dan tanggung +a0ab, serta memberikan contoh sikap dan perilaku.
Kemudian, melakukan penekanan kepada level manajer dan juga level supervisor untuk
Selalu bersikap dan erperilaku yang aman, sehat dan selamat. Sehingga dapat menjadi role
model bagi #ekerja. Dari sisi pekerjanya pun, dengan pembekalan pengetahuan yang cukup,
serta stimulus dengan Selalu diingatkan, diberikan contoh visualisasi gambar, dan dengan
memberikan program!program yang dapat menarik para #ekerja untuk dapat terlibat.
Membentuk karakter yang kuat terhadap aspek K3 di perusahaan bukan hal yang sulit.
Dengan komitmen, konsistensi, dan keterlibatan Seluruh level di perusahaan hal itu akan mudah
dilakukan.
Langkah tepat Implementasi Sistem Manajemen K3 di Perusahaan
Saat ini, Kesehatan dan Keselamatan Kerja 2K33 merupakan suatu program 0ajib bagi setiap
perusahaan. "untutan pelaksanaan K3, bukan hanya pada tingkatan pemerintahan atau
peraturan pemerintah. Melainkan, setiap perusahaan pun di0ajibkan untuk dapat
Mengimplementasikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di dalam usaha dan bisnisnya.
Sesuai dengan peraturan perundang!undangan no. ' tahun ':<) mengenai keselamatan kerja,
dituliskan setiap aktivitas pekerjaan yang memiliki potensi bahaya dan risiko harus dan 0ajib
untuk Mengimplementasikan program!program K3 di dalamnya.
#atut kita sadari, keselamatan dan kesehatan merupakan hak asasi manusia yang mendasar
yang harus terpenuhi. Namun, pada pelaksanaannya banyak sekali penyimpangan yang
terjadi. 8ntah dari perusahaannya yang terlalu mengejar target produksi tanpa menghiraukan
keselamatan pekerjanya, dan juga para pekerjanya yang belum paham arti penting
keselamatan bagi dirinya sendiri.
Kesehatan dan Keselamatan kerja bagi perusahaan merupakan suatu program yang utama. *ni
merupakan syarat mutlak bagi perusahaan dalam menjalankan proses bisnisnya. "idak jarang
perusahaan, menjadikan program K3 sebagai momok dalam menjalankan usahanya. K3
dianggap sebagai penghambat proses produksi. K3 dianggap sebagai program penuh dengan
cost atau biaya.
Kebanyakan dari perusahaan yang berpikiran seperti itu, tidak memahami K3 yang
sebenarnya itu sangat mudah diimplementasikan. K3 itu tidak memakan cost atau biaya. K3
itu sebagai bentuk perlindungan bagi karya0an dalam menjalankan pekerjaan sehingga
karya0an akan tenang dalam bekerja, dan mamupu meningkatkan produktivitas.
#ada umumnya, dalam Sistem Manajemen K3 terdapat beberapa elemen penting. 5akni
Komitmen pimpinan, Kebijakan K3, #erencanaan, *mplementasi dan $perasi, #emeriksanaan
dan "indakan #erbaikan, &udit, dan "injauan Manajemen pimpinan perusahaan. %al tersebut
merupakan siklus sebuah sistem manajemen K3 yang ideal dalam perusahaan. Namun, sistem
tersebut dilihat sebagai sebuah momok, karena ketidaktahuan atau effort yang besar dalam
membentuk sebuah sistem Manajemen K3 di perusahaan.
*nti dari pelaksanaan program K3 adalah komitmen. aik dari perusahaan maupun komitmen
dari individu atau masing!masing pekerja di dalamnya. entuk nyata sebuah komitmen dari
perusahaan adalah para pimpinan perusahaan turun langsung dalam pelaksanaan program K3.
Dengan demikian, pimpinan perusahaan akan memberikan motivasi atau dorongan bagi para
ba0ahannya dalam menjalankan programnya. *ni memang tidak mudah. Diperlukan usaha
serta komitmen yang kuat dari pimpinan. iasanya, para pimpinan hanya berpikir pendek.
#roduksi tetap berjalan, dan K3 pun harus jalan. +adi, terkesan memaksakan namun tidak ada
tindakan nyata. #ada akhirnya, program K3 hanya sebagai formalitas dalam perusahaan.
=angkah selanjutnya, dari sebuah komitmen tersebut diturunkan menjadi sebuah kebijakan
dari pimpinan perusahaan. Kebijakan dalam hal ini, pimpinan perusahaan menyelaraskan
dengan tujuan serta visi dan misi perusahaan. +ika perusahaan menganggap karya0an sebagai
aset penting dalam usaha bisnisnya. Maka, keselamatan dan kesehatan kerja karya0an
tentunya akan dijadikan sebagai tujuan utama sebuah perusahaan.
Sebuah kebijakan ini, dibuatkan dalam bentuk tertulis serta dapat terukur. Kemudian,
disosialisasikan kepada seluruh karya0annya. Setelah itu, dilakukan penga0asan dalam
menjalankan kebijakan tersebut. Disinilah peranan atasan masing!masing bagian, bukan
hanya menga0asi besarnya produksi. Namun, menga0asi proses pelaksanaannya jangan
sampai ada hambatan yang muncul karena kelalaian yang mengancam kesehatan dan
keselamatan karya0an.
Kedua hal di atas, merupakan hal penting dalam pelaksanaan program K3 di perusahaan.
#eranan para pimpinan perusahaan dalam bentuk atau tindakan nyata menunjukan komitmen
yang kuat dalam sebuah usaha pengimplementasian program kesehatan dan keselamatan
kerja karya0an.
Menuju budaya k 3
Dengan mengetahui di tingkat mana budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) perusahaan
anda berada, kita dapat menentukan program K3 yang paling efisien dan efektif untuk meningkatkan
kinerja K3 perusahaan.

Selama lebih dari 60 tahun, industri kerja telah berhasil menurunkan tingkat keelakaan dengan
mengadopsi perbaikan engineering dan penerapan sistem manajemen K3 yang anggih. !amun,
kinerja K3 telah menapai tahap stagnan. "eski sudah banyak uang dan usaha yang dikeluarkan,
peningkatan kinerja yang dihasilkan tidak berbeda signifikan dari tahun#tahun sebelumnya.
Saat ini, sebagian besar keelakaan berasal dari kesalahan (error) atau pelanggaran (violation)
pekerja. $angkah besar yang harus ditempuh adalah membangun budaya K3 yang baik, sehingga
mempengaruhi perilaku pekerja seara positif, yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat
kesalahan dan pelanggarannya.
%udaya bisa kita definisikan seara sederhana sebagai perilaku, nilai#nilai dan keyakinan yang
menjadi dasar &ara melakukan sesuatu'.
(nternational )ssoiation of *il + ,as -roduers (*,-) memberikan klasifikasi tahapan budaya K3
perusahaan. Dengan mengetahui di posisi mana perusahaan anda berada, kita juga mengetahui apa
saja yang diperlukan untuk meningkatkan budaya K3 perusahaan.
Kelima tingkatan budaya K3 ini merupakan pengembangan 3 tingkatan budaya organisasi .estrum
(/012), yaitu3 patologis, reaktif, kalkulatif, proaktif, generatif.
Di tahapan paling ba4ah (patologis), bisa terlihat dari tidak ada atau kurangnya kemauan organisasi
untuk mengenali dan5atau menangani isu yang menyebabkan buruknya kinerja K3. Di tahapan paling
atas (generatif), praktek kerja aman dipandang sebagai kebutuhan dan bagian yang diinginkan oleh
pekerjaan apapun.
*rganisasi yang memiliki budaya patologis, meyakini bah4a pekerja #umumnya yang ada di le6el
rendah# menjadi penyebab keelakaan. "ereka menerapkan hanya yang di4ajibkan undang#
undang5peraturan, termasuk inspeksi dan audit yang dipersyaratkan, untuk menghindari tuntutan
hukuman. K3 dipandang sebagai hambatan dalam bekerja.
*rganisasi di tahap budaya reaktif sudah memandang K3 sebagai sebuah hal yang penting, namun
masih memperayai bah4a sebagian besar masalah ada di tingkatan pekerja terendah. Kemampuan
K3 perusahaan dan karya4an masih minim dan hanya menginginkan program#program K3 yang
sederhana. 7ontohnya, jika kelalaian untuk memakai sabuk pengaman ketika berkendara
diindentifikasi dalam in6estigasi keelakaan, maka kampanye penggunaan sabuk pengaman
dipandang sudah ukup8 perilaku tidak aman lain yang berkontribusi dalam keelakaan berkendara
semisal memau kendaraan melebihi batas keepatan, kemungkinan besar tidak di akan
ditindaklanjuti.
*rganisasi berbudaya kalkulatif meyakini bah4a sistem manajemen K3 memiliki pengaruh dalam
mendongkrak kinerja. -erusahaan di tingkat ini telah mempunyai banyak program dan pelatihan K3.
-rogram#program yang ada lebih ke arah penapaian target angka soreard, ontohnya3 penapaian
jumlah pekerja yang dilatih ketimbang menilai kompetensi pekerja setelah pelatihan. -rofesional K3
perusahaan dilihat sebagai pemeran utama pelaksana program K3 dan bertanggungja4ab atas
kinerja K3 perusahaan. *rganisasi berbudaya kalkulatif mempertimbangkan pelaksaaan program K3
berdasarkan kebutuhan untuk memperbaiki isu kinerja, terutama terkait keelakaan yang dihadapi,
semisal kampanye berkendara aman untuk menangani isu tingginya angka keelakaan berkendara.
*rganisasi yang proaktif sudah memandang K3 sebagai nilai inti (fundamental core), dan para
pimpinan di setiap line seara tulus peduli kepada kesehatan dan keselamatan semua pekerja dan
kontraktornya. *rganisasi proaktif memahami bah4a penyebab utama keelakaan terletak pada
kegagalan manajemen sistem. Data, termasuk informasi pendukung kejadian nyaris elaka
(nearmiss), dipergunakan sebagai target soreard kinerja. -erbaikan berkelanjutan menjadi tujuan
yang jelas bagi semua di organisasi yang proaktif.
Sementara itu, organsisasi yang berbudaya generatif merupakan organisasi yang memiliki
kemampuan tertinggi dalam memenuhi sendiri kebutuhan organsisasinya, organisasi di tahap ini terus
berusaha untuk mengerti lingkungan pekerjaannya. -rogram#progam K3 yang dipilih dan
dipergunakan merupakan program yang disukai para pekerja #merasa nyaman dengannya. -rogram
yang sifatnya 4ajib bagi pekerja bisa memberikan hasil yang kontra produktif, karena tidak
memberikan keperayaan yang penuh. Di tahap organisasi generatif, semua pekerja merasa nyaman
dan tidak ragu untuk menyoroti permasalahan yang nyata atau bahkan isu yang mungkin
menyebabkan masalah. -ekerja merasa diberdayakan untuk menyelesaikan permasalahan K3, dan
para pimpinan memberikan dukungan yang diperlukan.
%udaya K3 erat sekali kaitannya dengan keperayaan, kredibilitas dan perilaku para pimpinannya.
Dan untuk menapai budaya K3 perusahaan yang mapan bukanlah sebuah akhir dari perjalanan,
karena membangun budaya K3 merupakan usaha terus menerus perbaikan berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai