Anda di halaman 1dari 9

PETA HIJAU SEBAGAI MEDIA SOSIALISASI OBYEK WISATA

Oleh :
Tri Wahyu Handayani


Abstrak

Dalam suatu kawasan wisata, obyek wisata merupakan tempat tujuan yang dapat dikunjungi
oleh wisatawan. Di sisi lain, obyek-obyek wisata tersebut dapat diciptakan atau ditingkatkan
potensinya dengan berbagai imbuhan yang menarik. Salah satu alat bantu agar obyek wisata
dapat dikunjungi adalah melalui peta. Kajian kali ini akan mengetengahkan tentang Green Map
atau Peta Hijau, yaitu peta khusus yang memuat ikon-ikon penanda yang sudah baku, untuk
menunjukkan letak obyek-obyek tertentu. Makna green atau hijau dapat diartikan adanya
nuansa keberlanjutan, pelestarian, nir-polusi, daur ulang dan segala sesuatu yang alami dan
aman. Untuk memilih ikon-ikon penanda dan menempatkan pada peta merupakan hasil
kerjasama dengan masyarakat disekitar obyek wisata tersebut.




1. Pendahuluan.
Peta adalah alat bantu yang
sangat baik untuk menjelaskan
keadaan suatu tempat atau lingkungan
dengan efisien. Secara realitas, peta
hanya sebuah upaya menjabarkan
wilayah tertentu. Dan secara teknis,
penjabarannya harus mudah difahami
bahkan bisa mengarahkan untuk
menemukan keadaan lingkungan di
sekitar kita.
Green Map atau secara literal
diterjemahkan sebagai Peta Hijau,
berbeda dengan peta biasa, karena
dalam sistem pembuatan atau
penandaan peta menampilkan
keterkaitan antara aspek lingkungan -
budaya - masyarakat pendukungnya
dalam suatu kawasan, terutama daerah
perkotaan. Sistem penyusunan petanya
sangat mendukung adanya partisipatif
aktif komunitas masyarakat setempat
untuk melakukan eksplorasi lingkungan,
mendiskusikan atau memperdebatkan,
bahkan melakukan masukan akan hal-
hal yang merugikan masyarakat
perkotaan. Dengan memetakan
wilayahnya, masyarakat sekaligus bisa
mengenal sisi sisi pembentuk budaya
dan lingkungan yang barangkali tak
pernah tersadari dalam keseharian
mereka. Sebuah proses pengenalan
yang diharapkan bakal membuka ruang
ruang pembicaraan baru dan
kegairahan memaknai kembali budaya
berkota. Proses semacam ini mengarah
pada tujuan akhir untuk
mengembangkan kebiasaan perkotaan
yang sehat dan berkelanjutan.
Sistem penandaan pada Peta
Hijau menampilkan hingga 125 ikon
untuk menandai tempat tempat
bernilai penting ( baik maupun buruk )
dari perspektif lingkungan maupun
budaya. Walaupun belum ada peta
yang menampilkan seluruh ikon dalam
satu peta, bentuk-bentuk ikon tersebut
mengacu pada Green Map System Icon
yang dikembangkan oleh Jaringan
Global Green Map System (
www.greenmap.org ). Hingga kini,
sekitar 200 tempat dari 37 negara di
dunia, mulai dari tingkat ibukota negara
sampai ke lingkungan setingkat RW (
neighborhood ) telah mengadopsi
Green Map System.
Contoh ikon yang dipakai
misalnya tanda toko ramah
lingkungan, sasana seni , panorama
matahari terbenam, tempat ramah
usia lanjut, yang semuanya tercakup
dalam 10 kategori. Proses menandai
suatu tempat dengan ikon tertentu
seringkali harus diwarnai dengan
diskusi, bahkan perdebatan yang
mendalam. Proses perdebatan
merupakan kesempatan untuk warga
mengenal lebih baik lingkungannya,
termasuk melalui perspektif dari
pluralitas warga yang ada.

2. Latarbelakang.
Jaringan global Green Map
System ( http : // www.greenmap.org/ )
mula-mula dibangun pada tahun 1995
oleh seorang aktivis lingkungan dan
desainer dari New York - Amerika
Serikat, bernama Wendy Brawer.
Embrio sistem ini adalah Green Apple
Map ( 1992 ), sebuah peta hijau yang
mencoba mengungkapkan komponen
budaya dan lingkungan di kota New
York.
Reaksi positif warga kota New York
menambah semangat Wendy untuk
membuat suatu pendekatan sistematis
yang membuat setiap Green Map dapat
dimanfaatkan oleh siapapun dan di
manapun. Kemudian Wendy
menggagas sebuah sistem bernama
Green Map yang dilengkapi sistem ikon.
Ikon-ikon inilah yang kemudian menjadi
bahasa universal yang menyatukan
beberapa inisiatif lokal di seluruh dunia.
Sekarang ini dalam penyusunan
Peta Hijau turut melibatkan orang atau
kelompok yang peduli dengan
lingkungan, dampak pembangunan di
suatu kota, ciri-ciri budaya dan
kebiasaan positif masyarakat setempat.
Dengan adanya Peta Hijau yang
dilengkapi dengan ikon dan sistem
penanda yang dikenal secara global,
maka akan membuka kepedulian
masyarakat akan aspek pelestarian
lingkungan dan budaya setempat.
Hingga pertengahan tahun
2004, di Indonesia sudah terdapat tiga
Peta Hijau tercetak : Green Map
Kemang ( 2002 ), Green Map Kemang
II dan Ruang Terbuka Hijau 2003 (
Jakarta ) dan Green Map Jeron Beteng
( Yogyakarta , 2002 ), Green Map Candi
Boko ( 2003 ), Green Map Kota Baru
( Yogyakarta, 2004 ). Beberapa proyek
Peta Hijau lainnya tengah berjalan,
diantaranya Youth Map Malioboro,
Yogyakarta ( green map yang
dikerjakan oleh pemeta remaja ), Green
Map Denpasar, Bali dan Green Map
Menteng, Jakarta, yang diharapkan
rampung pertengahan tahun ini.
Jaringan komunikasi antar Green Map
Maker se-Indonesia diwadahi dalam
mailing list
greenmapindonesia@yahoogroups.com
.
Mailing list untuk Green-Mapper di
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
terdapat di
greenmapper_jogja@yahoogroups.com
.
Di Malang juga terwadahi dalam
greenmap_malang@yahoogroups.com.
Terdapat juga website untuk Indonesia
yaitu http://www.greenmap.or.id./
Kota-kota atau kawasan di Indonesia
yang juga memanfaatkan Peta Hijau
untuk memetakan kawasannya antara
lain :
a. Bantul
Peta Hijau untuk kawasan ini disusun
oleh kelompok mahasiswa dari
Universitas Wangsa Manggala bernama
COMBAT. Kawasan yang dibuat
petanya termasuk Parangtritis, Kretek
dan Bantul. Sedangkan pembuatan
petanya dibantu oleh pembuat peta
Yogya dan Jakarta. Pelestarian budaya
dan isu lingkungan merupakan
persoalan yang mempengaruhi
pertumbuhan populasi dan arah
pengembangan komunitas.
b. Bukittinggi
Peta Hijau Bukittinggi diselesaikan oleh
tim Jakarta dibawah pimpinan Marco
Kusumawijaya di bulan Juni 2004.
Kawasan ini merupakan kawasan
wisata di Sumatra Barat. Peta ini
disusun dalam bahasa Inggris yang di
dalamnya terdapat foto-foto lokasi yang
indah seperti Janjang, tangga berputar
menembus kota yang berbukit, pasar-
pasarnya dan tradisinya.
c. Citarum
Perencana dan penyusun Peta Hijau,
W. Ari Nugraha bersama-sama dengan
Lembaga Pelestarian Citarum ( Citarum
River Sustainability ) dan juga beberapa
LSM yang peduli dengan pelestarian
lingkungan, Pramuka Jawa Barat serta
mahasiswa ITB berambisi
merehabilitasi bantaran Sungai
Citarum. Karena seperti kita ketahui,
bantaran sungai merupakan sempadan
sungai yang merupakan area
peresapan air. Adapun proyek ini juga
melakukan rehabilitasi terhadap hutan,
perlindungan sumber air dan
pengembangan komunitas. Sungai
Citarum yang diteliti sepanjang 240 km
ini dijadwalkan selesai Oktober 2004.
d. J akarta
Kawasan Kemang di Jakarta
merupakan daerah yang pertama dibuat
Peta Hijaunya dan dipublikasikan bulan
Februari 2002 atas prakarsa Aikon
Media Publik dan disusun oleh Marco
Kusumawijaya beserta anggota
Yayasan Aikon Media Publik lainnya.
Kemang dipilih karena kawasan ini
dianggap secara umum mewakili
keseluruhan kota Jakarta. Kekhasan
budaya dan potensi lingkungan belum
seluruhnya diangkat oleh penentu
kebijakan dan komunitas. Di Peta Hijau
Kemang menunjukkan lingkup berbagai
sumber yang luar biasa.
Rencananya akan disusun website dan
akan diterbitkan edisi yang lebih
dikembangkan di tahun 2002.
Di tahun 2003 Peta Hijau yang ke tiga
disusun untuk kawasan Menteng.
Melibatkan 25 sukarelawan yang terdiri
dari wartawan, arsitek, pelajar,
perencana kota, perancang grafis,
aktifis lingkungan dan lain-lainnya. Peta
Hijau kawasan Menteng merupakan
peta ke 150 yang pernah diterbitkan di
dunia.
e. Malang
Sari Fatmawati, mahasiswa dan
penyusun Peta Hijau di Malang, akan
mempetakan kawasan di keliling
Universitas Brawijaya. Dan sebuah
forum yang merupakan revisi ke 3 di
website : http//www.greenmap.or.id.
merencanakan pertemuan dengan
seluruh penyusun greenmap di
Indonesia. Website merupakan proyek
yang ke-3.
f. Yogyakarta
Untuk kota Yogyakarta, edisi petama
dari Peta Hijau dipublikasikan bulan Juli
2002 berisi ulasan tentang Sejarah
Kraton, kawasan bagian dalam Tembok
Istana yang sekarang dihuni oleh
40.000 umpi dan area Jeron Beteng (
Dalam Benteng ). Rohman Hidayat
Yuliawan dari Aikon, Punto Wijayanto,
Legawa Widyatmaja dan Ahmad Adam
Althusius dari Yogya Heritage Society
serta Yustina Tri Wahyuningsih dari
Yayasan Dian Desa bekerja sama
dengan 40 mahasiswa menggali
potensi warisan budaya dan isue
lingkungan di area ini. Di tahun 2003,
direncanaka peta yang ditujukan untuk
remaja yang memfokuskan pada
sejarah jalan Malioboro sebagai jalan
utama di Yogyakarta. Yuni Supriyati
dari Yayasan Dian Desa akan bekerja
sama dengan beberapa siswa SMU.
Dan yang terakhir adalah rencana di
bulan Juni 2004, 5 peta baru telah
dipublikasikan mencakup sekitar
Yogyakarta, area pesisir, pusat budaya
dan jalan utama di Parangtritis,
Malioboro, Kotagede, Jeron Beteng,
Kotageda dan Kotabaru.

3. Penggunaan Peta Hijau Pada
Perencanaan.
Peta Hijau merupakan alat ekfektif
pada proses perencanaan. Selain
menginformasikan budaya dan
lingkungan alam setempat, juga
membantu memberikan pengertian
prinsip ekologi dasar pada sebuah
kawasan. Sehingga meringankan pihak-
pihak yang belum biasa dengan
pengetahuan lapangan.
Peta juga memegang peranan
penting dalam menganalisa rencana
lingkungan dan interaksi masalah
lingkungan seperti produksi bahan
makanan dan distribusinya, sumber-
sumber, pengembangan energi dan
konservasinya, polusi, dinamika urban
dan konservasi lingkungan alam dan
manusia. Peta Hijau juga dapat dipakai
sebagai referensi untuk mengamati
kembali tata guna lahan saat sekarang,
zoning, preservasi ruang terbuka, faktor
komunitas dan politik dan alat kontrol
pertumbuhan kota.
Melalui peta dapat diketahui
fokus dari sebuah komunitas dengan
memperhatikan penempatan fasilitas
dan pelayanan yang dibutuhkan oleh
komunitas tersebut. Peta tersebut dapat
juga menunjukkan area berbahaya atau
beracun untuk sebuah kajian kesehatan
di lingkungan perumahan. Peta Hijau
dapat mengilustrasikan degradasi
lingkungan dan penipisan sumber daya
agar dapat dipertimbangkan rencana
masa depannya.
Di sisi lain penelitian tentang Peta Hijau
menunjukkan bahwa dinamika yang
kompleks dalam sistem kota
berimplikasi pada perencanaan dan
perancangan kota. Pemakaian peta
menggiatkan perancang, penentu
kebijakan, perusahaan dan pemimpin
komunitas serta kelompok advokasi
dengan kebutuhan visi dan pendidikan
untuk menciptakan masa depan yang
bersinambungan.

4. Kategori Ikon Peta Hijau dan
Contoh Logo
Untuk menentukan kategori ikon
Peta Hijau ( Green Map Icon ), harus
disesuaikan dengan kebutuhan
setempat. Karena kebijakan tiap area
bisa berbeda tergantung pada budaya
dan kebiasaan setempat pula.











Pertama, dapat diawali dengan
pertanyaan : Apa yang dimiliki oleh
Peta Hijau kota anda ?.
Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh
orang-orang yang tinggal di area
bersangkutan sehingga dapat
menemukan hal-hal yang khusus dan
segar ( Hijau ). Jadi bagi sukarelawan
yang terlibat dalam penyusuan Peta
Hijau, perlu diteliti betul keterkaitan
antara alam dan budaya, sehingga
diperoleh lokasi Hijau tersebut.
Kedua, seberapa penting nilai
ekologi terdeteksi di lokasi tersebut ?
Apabila di lokasi dimana seseorang
atau komunitas dapat merasakan
hubungan antara lingkungan alam
disegarkan oleh alam sendiri. Maka cari
ekses negatif yang paling sedikit
terhadap kehidupan sehari-hari dengan
mempelajari sistem ekologi,
mendukung organisasi atau
perusahaan yang menginginkan masa
depan yang sehat. Hal-hal seperti itulah
yang menunjukkan lokasi berguna yang
dimiliki oleh peta. Beberapa kota dapat
menemukan hal-hal penting yang
menghubungan warga asli dengan
warga pendatang. Pengetahuan sejarah
manusia ini merupakan bagian penting
untuk mengerti keadaan lingkungan
masa kini termasuk tempat-tempat yang
penting secara budaya, sosial atau
politik. Karena dengan menampilkan
tempat-tempat penting tersebut maka
akan meningkatkan kualitas peta
secara keseluruhan.
Beberapa kategori ikon a.l. :

Logo Green Map
a. Pengembangan Ekonomi :
Pasar tradisional
Situs eko-agrikultur
Toko hasil bumi organis / panganan
alami .
Kafe vegetarian / alami.
Layanan / bisnis ramah lingkungan.
Toko ramah lingkungan
Produk ramah lingkungan
Toko fair trade / sosial.
b. Budaya & Desain :
Situs budaya.
Museum / institusi.
Sasana seni.
Musik dunia.
Tempat Bernilai Sejarah.
Gaya hidup tradisional .
Fitur desain / perencanaan ekologis.
Bangunan ekologis.
Bangunan penting.
Perumahan Swa-Bangun.
Sumber desain ekologis.
Tempat Ramah Anak-anak.
Tempat Ramah Lanjut Usia.
Tempat Bernilai Spiritual.
c. Sumber-Sumber Yang Dapat
Diperbaharui :
Situs energi matahari.
Situs energi angin.
Situs teknologi yang dapat
diperbaharui.
Sistem daur ulang air.
Situs bio-remediation.
Membuat kompos.
Tempat barang bekas.
Tempat yang telah disembuhkan
(dibersihkan).
Tempat kesempatan
pengembangan kembali.
d. Informasi :
Tempat informasi ekologis.
Sumber informasi melalui telepon.
Sumber informasi online.
Pusat informasi.
Sekolah lingkungan hidup.
Pusat masyarakat.
Tersedianya tur hijau.
Tujuan wisata ekologis.
Organisasi signifikan.
Sumber sosial / politik.
Sumber kesehatan alternatif.
Situs penelitian / ilmiah.
Pengawasan polusi.
Titik protes.
e. Alam : Fauna :
Tempat pengamatan burung dan
margasatwa.
Habitat signifikan.
Habitat pantai .
Habitat laut .
Habitat amfibi .
Pengamatan serangga.
Pusat informasi / rehabilitasi
margasatwa.
Pusat kebun binatang dan
margasatwa.
Kolam bebek.
Hewan-hewan peternakan.
Tempat lari bagi anjing.
Zona flyover.
f. Alam : Flora:
Daerah hutan / alam publik.
Daerah taman / kawasan wisata.
Pohon istimewa.
Kumpulan bunga musim semi.
Daun-daun musim gugur.
Hutan bambu.
Bulevar teduh.
Situs bio-regional / tanaman asli.
Jalur Hijau / koridor margasatwa.
Kebun.
Kebun umum.
Kebun umum khusus.
Daerah pemetikan / pemancingan.

g. Alam : Tanah dan Air :
Sungai dan taman air.
Rawa-rawa.
Fitur air.
Iklim dan arus.
Fitur landform / geologis.
Ruang terbuka.
Informasi / tempat hutan belantara.
Bumi perkemahan.
Tempat aktivitas bersalju.
Pemandangan yang indah.
Tempat mengamati bintang.
Tempat matahari terbenam.
h. Mobilitas :
Tempat bersepeda.
Jalur / jembatan sepeda terpisah.
Tempat parkir sepeda.
Dapat dicapai kursiroda.
Jalan-jalan terbaik.
Zona pejalan kaki.
Daerah bebas mobil / alun-alun
publik.
Tempat peluncuran perahu (layar /
dayung).
Feri.
Stasiun transportasi masyarakat
utama.
Stasion transportasi publik lokal.
Transit rel ringan.
Fasilitas taman & kendaraan.
Stasiun bahan bakar / kendaraan
alternatif.
Fasilitas parkir & isi ulang.
i. Infrastruktur :
Kadang-kadang kita tidak
mengetahui dari mana datangnya air,
listrik dan sistem komunikasi yang kita
pakai, atau kemanakah perginya air
limbah, sampah dan bahan daur ulang
kita. Ada infrastruktur yang tergantung
kepadanya, dan seringkali kita tidak
menyadarinya (sampai ketika ada
masalah). Anda dapat memetakan
keperluan pokok ini dan membantu
orang-orang mengerti bagaimana
kehidupan sehari-hari mereka
terhubung dengan batas air bio-regional
yang lebih besar, serta dengan sistem
jaringan yang luas diluar batas kota.
Anda dapat memasukkan informasi
tentang bergabung dengan dewan
pengurus yang mengawasi
perencanaan dan pengembangan dari
infrastruktur tesebut, serta
memasukkan pilihan bagi kebiasaan
sehari-hari/pilihan yang lebih
sustainable..
Sumber air minum.
Fasilitas pengolahan air limbah.
Tempat daur-ulang.
Landfill.
Stasiun pemindahan sampah padat.
Tempat pembakaran sampah.
Fasilitas pembangkit listrik.
j. Lokasi Beracun dan Sumber
Polusi :
Dapatkah kita memuat hal-hal yang
merupakan sumber masalah di peta
hijau kita? Itu mungkin, tapi lebih cocok
apabila peta tersebut memberikan
ikhtisar, daripada penjelasan
menyeluruh dari tempat beracun ini.
Agensi pemerintah (kota, negara (atau
sejenisnya) atau agensi lingkungan
nasional), pusat penelitian universitas
dan organisasi lingkungan hidup dapat
membantu anda mengenali sumber-
sumber ini. Peta anda harus selalu
menyebutkan sumber informasi.
Sediakan kontak informasi tentang
informasi tersebut di peta anda, karena
mereka dapat menyediakan informasi
yang lebih baik mengenai masalahnya
daripada anda. Pertimbangan masalah
hukum ketika mencantumkan nama,
serta merujuk kepada sumber informasi
yang lebih terpercaya.
Bahkan jika anda memutuskan
untuk tidak memperlihatkan tempat-
tempat masalah individual di peta anda,
anda dapat mengingatkan orang-orang
bagaimana pilihan gaya hidup mereka
dapat menyebabkan daerah beracun,
serta menyarankan tindakan/alternatif.
Masukkan sumber-sumber nasihat, dan
informasi menyangkut efek kesehatan
dan keadilan lingkungan hidup (tempat-
tempat berbahaya ini seringkali berada
di daerah miskin), dan juga petunjuk-
petunjuk pencegahan polusi
(contohnya, mencegah oli mobil bekas
dibuang ke saluran pembuangan
dengan mendaftar tempat-tempat untuk
membuangnya dengan aman).
Daerah tercemar.
Zona berbahaya.
Zona bahaya lalu-lintas.
Sumber polusi suara.
Sumber polusi udara.
Sumber polusi air.
Fasilitas minyak dan gas bumi.
Tumpahan minyak.
Tangki penyimpanan bawah tanah.
Daerah terkontaminasi yang resmi
terdaftar.
Tempat penyimpanan bahan kimia
beracun.
Lepasan kimia beracun.
Generator limbah berbahaya.
Fasilitas limbah berbahaya.
Tempat pembuangan sampah liar.
Penambangan.
Fasilitas dan limbah nuklir.
k. Macam-macam :
Peta Hijau tersedia disini.
Harus membuat janji terlebih
dahulu.
Tempat khusus atau pendukung.


5. Kesimpulan
Ditinjau dari proses penyusunan
Peta Hijau, dapat disimpulkan adanya
nilai positif di dalamnya karena
melibatkan kebersamaan masyarakat
untuk menentukan obyek-obyek yang
dianggap penting. Golongan
masyarakat tertentu dapat dibidik untuk
lebih mengkhususkan dan membuat
peta lebih menarik. Misalnya peta yang
disusun oleh murid-murid sekolah maka
obyek-obyek yang dimasukkan dalam
kategori merupakan pilihan murid-murid
tersebut.
Walaupun belum pernah ada suatu
Peta Hijau yang memuat seluruh ikon-
ikon yang berjumlah 125 buah dalam
satu peta, hal ini bukan masalah yanga
besar karena memungkinan adanya
beberapa macam jenis peta untuk satu
kawasan yang sama. Selain itu karena
muatan pelestarian dan segalanya yang
alami, membuat Peta Hijau juga dapat
menjadi sumber pengetahuan ekologis
pada masyarakat yang tertarik pada
suatu kawasan.













Sumber :
1. http://www.greenmap.org/grmaps/as
ia.html; Asia Green Map Continental
Directory.
2. www.greenmap.org; Indo Green
Map System Global Icon Definition;
diterjemahkan oleh Rohman H.
Yuliawan dan Marco Kusumawijaya.
3. http://www.greenmap.com/home/ho
me.html; Introduction to the Green
Map System.
4. http://www.greenmap.org/howto/htin
dex.html; Participating in Green Map
System.
5. http://www.greenmap.org/howto/res
earch.html; Research and Green
Map System Projects.






Contoh Ikon-ikon Peta Hijau dan Deskripsinya.

NAMA IKON
PETA HIJAU
DESKRIPSI


Kategori Pertumbuhan Ekonomi


Pasar Lokal



Pasar yang menyediakan produk lokal dan bahan makanan dari
lahan pertanian lokal / organik, dapat berupa produk seperti bunga,
barang kerajinan tangan, anggur, wool, bahkan buku resep
masakan lokal. Apabila pasar lokal dan pertanian skala kecil /
rumah tangga masih dipertahankan, maka lingkungan tetap lestari
dan bahan makanan tetap segar karena waktu pengiriman lebih
pendek. Di pasar semacam ini Anda dapat menyaksikan pergantian
musim hanya dengan melihat perubahan komoditi yang
diperdagangkan. Suasana di pasar semacam ini biasanya sangat
bersahabat dan penuh rasa kekeluargaan.





Kategori Desain dan Budaya


Tempat Budaya



Tempat yang memiliki kontribusi pada lingkungan kota dan
membangun rasa-tempat. Termasuk diantaranya tempat-tempat
non-institusional, monumen dan berbagai bentuk tempat lainnya
bahkan even-even temporer (semisal pameran tahunan produk
ramah lingkungan, atau kerja bakti lingkungan bulanan) dapat
dimasukkan dalam kategori ini.




Kategori Informasi


Sumber Informasi
Telepon



Tempat yang bisa ditelepon untuk mendapatkan informasi,
sumberdaya dan referensi lingkungan. Bisa berupa hotline yang
dilengkapi rekaman pesan atau sumber yang bisa ditanya langsung
mengenai isu lingkungan (ekologi dan budaya).



Kategori Alam : Fauna


Pengamatan Burung
dan Satwa Liar



Binatang di alam liar biasanya mempergunakan insting untuk
bertahan hidup. Tempat pengamatan mungkin berupa habitat atau
tempat bertelur hewan tertentu; jadi Peta Hijau harus menekankan
perlunya orang berhati-hati saat mendekati tempat tersebut.
Tempat pengamatan resmi tingkat lokal maupun nasional harus
dilengkapi aturan pengamatan dan detail spesies yang mungkin
ditemui.




Kategori Alam : Flora


Taman / Kawasan
Wisata



Ruang hijau yang menawarkan tempat untuk bersantai dan
bermain, yang mencakup lapangan olah raga, jalur lari , persewaan
kano atau perlengkapan bermain anak-anak serta tetumbuhan dan
danau, selokan atau alur air lainnya. Umumnya taman adalah milik
umum dan gratis, namun ada pula yang dimiliki perorangan atau
lembaga dan ditarik bayaran untuk masuk kesana.







Contoh Peta Hijau.












































Peta Hijau Kotagede - Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai