Anda di halaman 1dari 5

Selulitis Orbita

A. Definisi
Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di belakang septum orbita.
1

Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus
paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Selulitis orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga
diperlukan pengobatan segera. Pada anak-anak, selulitis orbitais biasanya berasal dari infeksi sinus dan
disebabkan oleh bakteri Haemophilus influenzae. Bayi dan anak-anak yang berumur dibawah 6-7 tahun
tampaknya sangat rentan terhadap infeksi oleh Haemophilus influenzae.
2
B. Epidemiologi
Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional maupun internasional, karena
peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Ada mencatat peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat
disebabkan oleh infeksi Staphylococcus aureus yang resisten methicillin.
1. Mortalitas / Morbiditas
Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita memiliki angka kematian dari
17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di mata yang terkena. Namun, dengan diagnosis yang
cepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka ini telah berkurang secara signifikan; kebutaan terjadi
dalam 11% kasus. Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten terhadap methicillin dapat
menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati antibiotik.
2. Ras
Selulitis orbita tidak dipengaruhi oleh rasial.
3. Sex
Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orang dewasa, kecuali untuk kasus-
kasus S. aureus yang resisten terhadap methicillin, yang lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-
laki dengan rasio 4:1. Namun, pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan dua kali lebih sering
terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
4. Usia
Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-anak daripada di dewasa muda.
Kisaran usia anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan selulitis orbita adalah 7-12 tahun.
Etiologi dan Patofisiologi
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang jaringan ikat di sekitar mata,
dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri normal yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan
infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan
atau serangga, konjungtivitis, kalazion serta sinusitis paranasal yang penyebarannya melalui pembuluh
darah (bakteremia) dan bersamaan dengan trauma yang kotor.
Pada anak-anak infeksi selulitis sering disebabkan oleh karena sinusitis etmoidalis yang
mengenai anak antara umur 2-10 tahun. Ada Beberapa bakteri penyebab, diantaranya :
a. Haemophilus influenzae
Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga Pasteuracella. Haemophilus
influenzae yang tidak berkapsul banyak diisolasi dari cairan serebrospinalis, dan morfologinya seperti
Bordetella pertussis penyebab batuk rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak besifat pleomorfik
dan sering berbentuk benang panjang dan filamen.
Gambar Haemophilus influenzae yang diperoleh dari dahak.
Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media heme oleh karena media ini merupakan
media kompleks dan mengandung banyak prekursor-prekursor pertumbuhan khususnya faktor X
(hemin) dan faktor V
( NAD dan NADP ). Di laboratorium di tanam dalam agar darah cokelat yang sebelumnya media tanam
tersebut dipanaskan dalam suhu 80
o
C untuk melepaskan faktor pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 35
o
C- 38
o
C dengan PH optimal sebesar 7,6. Bakteri ini dapat tumbuh
pada kondisi aerobik ( sedikit CO
2
). Bakteri ini sekarang sudah jarang untuk menyebabkan selulitis
akibat banyaknya tipe vaksinasi untuk strain ini.


b. Staphylococcus aureus
Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggur dan merupakan bakteri normal
yang ada di kulit manusia terutama hidung dan kulit. S aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit
kulit ringan khususnya selulitis, impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit kulit lainnya. S aureus ini
sangat bersifat fakultatif anaerobik yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau melalui fermentasi asam
laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45
derajat celcius pada konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh karena bakteri ini memiliki enzim
koagulase yang dapat menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini memiki
sifat patogen yang sangat potensial sekali.
Gambar Staphylococcus aureus gram negatif
c. Streptococcus pneumoniae
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yang secara khas hidup berpasangan
atau rantai pendek. Bagian ujung belakang tiap sel berbentuk tombak ( runcing tumpul ), tidak
membentuk spora, dan tidak bergerak, namun yang galur ganas memiliki kapsul, bersifat alpha
hemolisis pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu.
Streptococcus pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normal pada saluran napas bagian
atas manusia yang sering menyebabkan sinusitis. Bakteri inilah yang paling sering menyebabkan
selulitis orbita melalui jalur sinusitis terlebih dahulu.
Kuman ini merupakan yang paling sering menyebabkan selulitis pada anak-anak usia < 3 tahun
yang lebih cenderung menyebar secara bakteremia.
Gambar Streptococus pneumoniae
d. Streptococcus pyogenes
Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai, tidak bergerak, bersifat katalase
negatif, fakultatif anaerobik, serta sangat membutuhkan media untuk hidupnya berupa medium yang
mengandung darah.
Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah kapsul yang terdiri dari asam hialuronat dan
menunjukkan hemolisis beta pada agar darah.
Gambar Streptococcus pyogenes pada pewarnaan gram dan hemolisis beta.
Diperkirakan terdapat 5-15 % di saluran pernapasan pada tiap individu, dan tanpa menimbulkan
tanda-tanda penyakit. Seperti flora normal, S. pyogenes dapat menjadi patogen pada saat pertahanan
tubuh terganggu sehingga infeksi supuratif bisa terjadi. Selulitis yang disebabkan oleh bakteri ini sering
bersifat lokal, bukan melalui suatu penyebaran.

Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus infeksi sinus paranasal,
khususnya sinus etmoidalis. Penyebarannya disebabkan oleh karena tipisnya tulang untuk menghalangi
tersebarnya fokus infeksi dan penyebaran masuk melalui pembuluh darah kecil yang menuju jaringan
ikat di sekitar bola mata.
MANIFESTASI KLINIS
Selulitis orbita jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh
kelainan pada sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Gejalanya berupa:
- Demam, biasanya sampai 38,9 Celsius atau lebih
- Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri
- Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu
- Bayi atau anak tampak sakit
- Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri
- Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi mata)
- Mata menonjol
- Merasa tidak enak badan
- Gerakan mata menjadi terbatas

Diagnosis selulitis orbita ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan lainnya.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah :
Pemeriksaan darah lengkap
Pembiakan dan tes sensitivitias darah
Pungsi lumbal (pada kasus yang sangat berat)
Rontgen sinus dan orbita
CT scan atau MRI sinus dan orbita
Pembiakan kotoran mata
Pembiakan lendir hidung
Pembiakan lendir tenggorokan.
Penyakit selulitis orbita bisa dicegah melalui imunisasi vaksin HiB untuk mencegah terjadinya
infeksi Haemophilus pada anak-anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus maupun
gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.

Penatalaksanaan yang terbaik pada selulitis orbita adalah
1. Penderita sebaiknya dirawat di rumah sakit.
2. Diberikan cairan melalui infus dan antibiotik.
3. Jika terbentuk abses (penimbunan nanah), dilakukan pembedahan untuk membuang nanahnya.
4. Infeksi ini perkembangannya sangat cepat karena itu harus dipantau secara ketat. Jika segera diobati,
akan terjadi pemulihan sempurna.

Komplikasi yang sering terjadi diantaranya : abses orbita, abses subperiosteal, trombosis sinus
kavernosus, gangguan pendengaran, septikemia, meningitis dan kerusakan saraf optic dan gangguan
penglihatan
Gambar komplikasi dari selulitis
KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah peradangan jaringan ikat yang terdapat di dalam rongga orbita. Selulitis orbita
jarang merupakan penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada sinus paranasal dan
yang terutama adalah sinus etmoid. Kelainan tersebut berupa infeksi dari beberapa mikroorganisme seperti
Haemophilus influenzae, Staphylococus aureus dan sebagainya.
Beberapa tanda dan gejala selulitis orbita yaitu demam, palpebra bengkak dan nyeri pada perabaan,
diplopia, penglihatan menurun, tubuh lemas. Penyakit selulitis orbita dapat dicegah dengan vaksin HiB untuk
mencegah infeksi Haemophilus pada anak anak. Evaluasi yang tepat dan pengobatan dini pada infeksi sinus
maupun gigi bisa mencegah penyebaran infeksi ke mata.
Penatalaksanaan dari selulitis orbita yang paling baik adalah rawat inap penderita dan pemberian
antibiotik dosis tinggi dan pengeluran abses secara hatihati. Dengan penatalaksanaan yang tepat, selulitis
orbita dapat sembuh secara sempurna jika ditangani dengan sebaik - baiknya dan dengan itu dapat menghindari
komplikasi seperti abses orbita, meningitis dan sebagainya. Prognosis dari selulitis orbita tergantung kecepatan
penanganan saat didapati penyakit tersebut

Selulitis orbita merupakan peradangan dari jaringan seluler orbita, biasanya berakhir dengan supurasi
dan terbentuk abses orbita atau orbital phlegmone, abses retrobulber, pada perabaan terasa fluktuasi. Perjalanan
penyakit biasanya bersifat akut, seperti yang disebabkan oleh kuman pyogen pneumokokus, streptokokus, atau
staphylokokus. Selulitis orbita dapat juga berlangsung secara menahun seperti pada lues, jamur, dan
sarkaidosis. Selulitis orbita biasanya dapat dijumpai pada penderita dengan keadaan gizi buruk.
Penyebab selulitis orbita adalah peradangan, terutama peradangan sinus etmoidalis. Bakteri penyebab
yang paling sering pada selulitis orbita adalah Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza, Pneumococcus
dan Staphylococcus. Jamur penyebab selulitis orbita yang paling sering mucormycosis dan aspergilus.
Diagnosis banding selulitis orbita adalah rabdomiosarkoma, pseudotumor, dan periotitis orbita.
Pengobatan selulitis orbita yaitu dengan pemberian antibiotik sistemik dosis tinggi, istirahat atau
dirawat, bila ditemukan adanya daerah fluktuasi abses mata, dilakukan insisi untuk mengeluarkan pus. Selain
pengobatan kelainannya, sebaiknya dilakukan juga pengobatan simptomatik, seperti pengobatan kelainan sinus
dan lainnya.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada selulitis orbita adalah neuritis retrobulbar, buta, meningitis dan
trombosis kavernosus.
Prognosis pasien selulitis orbita adalah dubia, tergantung dari penanganan yang tepat dan komplikasi
yang dapat timbul pada penderita.Pada umumnya prognosis ad vitam adalah bonam, dan prognosis ad
functionam adalah bonam bila respons penderita terhadap antibiotik baik dan tidak ditemukan adanya
komplikasi.
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki, umur 70 tahun, suku Sanger, bangsa Indonesia datang berobat ke poliklinik mata
RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado tanggal 2 Februari 2011, dengan keluhan utama mata kanan bengkak dan
nyeri.
Anamnesis diperoleh dari istri dan penderita. Dari anamnesis keluhan bengkak dan nyeri pada mata
kanan dialami penderita sejak 4 bulan yang lalu, makin lama makin membesar. Pada awalnya penderita
mengalami demam tinggi disertai batuk. Setelah demam menghilang, kemudian penderita mulai merasakan
mata penderita gatal. Karena terasa gatal, penderita menggosok-gosok matanya dengan tangan. Semenjak itu
mata kanan penderita menjadi nyeri dan kelopaknya mulai membengkak. Sedemikian bengkaknya sampai-
sampai penderita sulit/tidak dapat membuka kelopak mata kanannya. Selain tidak dapat membuka matanya
penderita juga demam dan agak lemah. Bila kelopak mata kananya disentuh terasa nyeri.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum penderita cukup baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah
100/70 mmHg, nadi 100x/m, 26x/m, suhu badan 37,8
0
C, jantung paru tidak ditemukan kelainan, abdomen
lemas, peristaltik normal,hati dan limpa tidak teraba, kelenjar limfe regional normal.
Pemeriksaan psikiatri ekspresi wajah tampak sakit, respon lemah. Pemeriksaan neurologi motorik,
sensibilitas dan refleks fisiologis positif normal.
Pemeriksaan mata subjektif visus mata kanan sulit dievaluasi, sedangkan mata kiri 6/15. Pada
pemeriksaan objektif mata kanan secara inspeksi ditemukan palpebra superior dan inferior bengkak, lensa
jernih, pupil bulat refleks cahaya positif.
Pemeriksaan dengan oftalmoskopi direk didapatkan refleks fundus positif uniform, pembuluh darah
normal. Pada mata kiri segmen anterior sampai segmen posterior tidak ditemukan kelainan.
Penderita didiagnosis kerja sebagai selulitis orbita dekstra.
Penatalaksanaan terhadap penderita ini adalah non operatif dengan observasi dan antibiotika yang
berspektrum luas.
RESUME MASUK
Seorang laki-laki, umur 70 tahun, datang berobat kepoliklinik mata RSU. PROF. R. D. Kandou pada
tanggal 02-02-2011 dengan keluhan utama mata kanan bengkak sejak 4 bulan yang lalu.Nyeri pada mata kanan
dialami penderita.Riwayat demam, batuk pilek dialami penderita 4 bulan yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
Status Generalis : febris, malaise, Fungsi vital (N)
Status Ophtalmicus : Pada pemeriksaan didapatkan VOD sde , VOS 6/15. TIOD sde, TIOS 14,6 mmH
Inspeksi OD : edema palpebra superior dan inferior OD, pergerakan bola mata OD,Konjungtiva OD Hiperemis
(+), Injeksi konjungtiva OD (+),Injeksi silier OD (-), segmen posterior sde.Mata kiri segmen anterior dan
posterior dalam batas normal.
Diagnosis
-Selulitis orbita ODDDTumor retrobulber OD
Terapi
Rawat inap
Ceftriaxone 2x1 gram IV drips (skin test)
Tramadol 2x1 IM
Paracetamol 3x500 mg bila demam
IVFD RL 20 gtt/mnt
DISKUSI
Diagnosis selulitis orbita dekstra ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan oftalmologis dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis ditemukan adanya keluhan mata
kanan bengkak dan nyeri. Mata kanan bengkak dan nyeri akibat pembengkakkan jaringan lunak sekeliling
orbita karena peradangan. Peradangan pada selulitis orbita dapat berasal dari infeksi sinus etmoid, gigi dan
saluran napas bagian atas atau karena trauma dan penyebaran secara hematogen. Pada penderita ini sumber
infeksi berasal dari saluran nafas bagian atas, karena sebelumnya penderita mengalami batuk pilek yang disertai
dengan demam. Infeksi selulitis orbita ini lebih diperkuat dengan gejala lokal dan sistemik yang ditemukan
pada pemeriksaan fisik berupa febris dan malaise.
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD sde, VOS 6/15, TIOD sde, TIOS 14,6 mmHg, edema
palpebra superior dan palpebra inferior mata kanan, konjungtiva hiperemi, kornea jernih, sekret (-), refleks
pupil (+), pergerakan bola mata agak terganggu, segmen posterior mata kanan sde, mata kiri normal. Ketajaman
penglihatan mata kanan sukar dievaluasi akibat edema dan nyeri. Pergerakan bola mata yang terganggu ini
membedakan selulitis orbita ini dengan selulitis preseptal dimana pada selulitis preseptal tidak terjadi gangguan
pada pergerakan bola mata, sedangkan selulitis orbita terjadi gangguan pergerakan bola mata. Infeksi pada
penderita ini perlu penanganan segera karena dapat timbul komplikasi yang lebih berat berupa abses
subperiostal, trombosis sinus kavernosus, meningitis dan kematian. Pada penderita ini belum sampai terjadi
trombosis sinus kavernosus karena gangguan pergerakan bola mata disini unilatral, sedangkan pada trombosis
sinus kavernosus gangguan pergerakan bola mata bilateral dan disertai gejala meningeal.
Prinsip penanganan pada penderita ini adalah dengan pemberian antibiotika spektum luas dan observasi
perkembangan penyakit. Pada penderita ini diberikan antibiotika ceftriaxone 2x1 gram IV, disertai dengan
analgetik tramadol 2x1 IM dan antipiretik berupa paracetamol 3x500 mg bila penderita demam. Tindakan
pembedahan bila terjadi abses.
Prognosa pada penderita ad vitam adalah bonam dimana tanda vital kehidupan penderita baik.
Sedangkan prognosis ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena paska pemberian antibiotika terlihat
perubahan edema palpebra menurun dan visus serta pergerakan bola mata mulai membaik.Dan tidak ditemukan
adanya komplikasi.

Selulitis Orbita
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di belakang septum orbita.
Etiologi
Selulitis orbita sering disebabkan sinusitis terutama sinusitis etmoid yang merupakan penyebab utama
eksoftalmos pada bayi. Kuman penyebabnya biasanya adalah pneumokok, streptokok, atau stafilokok
(Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia).
Patofisiologi
Masuknya kuman kedalam rongga mata dapat langsung melalui sinus paranasal, terutama paling sering yaitu
sinus etmoidal karena paling dekat dengan orbita, penyebaran melalui pembuluh darah atau bakteremia atau
bersama trauma yang kotor. Selulitis orbita pada bayi sering disebabkan oleh sinusitis etmoid yang merupakan
penyebab eksoftalmos pada bayi. Selulitis orbita terutama mengenai anak antara 2-10 tahun.
Gejala
Demam, Kelopak mata sangat edema dan kemotik, Mata merah, Mata sakit bila digerakan, Penglihatan
berkurang, Eksoftalmos
Pengobatan
Simptomatik, Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri, Kompres air hangat

Anda mungkin juga menyukai