Anda di halaman 1dari 1

Absorpsi CO

2
oleh absorben berbanding lurus terhadap waktu kontak gas keluaran dan absorben. Waktu
kontak yang lebih lama berhubungan dengan luas permukaan kontak dari isian. Kecepatan alir gas keluaran
dan absorben juga merupakan factor penting dalam absorpsi CO
2
untuk material isiian tertentu. Laju alir gas
keluaran seharusnya berbanding terbalik terhadap laju alir absorben untuk waktu kontak gas-cairan yang
konstan.

Laju alir gas keluaran merupakan salah satu factor penting dalam pengontakan gas-cairan dan absorpsi CO
2
.
Absorpsi CO
2
berbanding lurus terhadap luas permukaan material isian dan waktu kontak gas-cairan. Laju
alir gas keluaran yang tinggi dengan laju alir absorben yang konstan menyebabkan waktu kontak gas-cairan
yang lebih singkat dan absorpsi CO
2
yang lebih rendah. Absorpsi CO
2
berhubungan terhadap waktu kontak
gas-cairan. Factor lain yang mempengaruhi waktu kontak gas-cairan adalah laju alir absorben.

Perbandingan L/G didefinisikan sebagai rasio antara laju alir mol absorben dengan laju alir mol gas keluaran.
Perbandingan L/G yang tinggi menandakan rendahnya laju alir gas keluaran dengan konstannya laju alir
absorben dan absorpsi CO
2
besar.

(Park, 2004)

koefisien perpindahan massa bertambah besar dengan naiknya laju alir pelarut yang mengalir di dalam
kontaktor. Hal ini dikarenakan peningkatan laju alir akan meningkatkan turbulensi aliran sehingga arus Eddy
yang terjadi juga akan semakin besar. Arus Eddy ini akan memperkecil hambatan yang terjadi di sekitar
aliran dan memperbesar koefisien perpindahan massa.

Fluks gas CO2 dapat didefinisikan sebagai banyaknya karbon dioksida yang berpindah persatuan waktu
persatuan luas membran. fluks gas CO2 yang diserap oleh pelarut melalui kontaktor membran serat
berongga, seperti halnya pada koefisien perpindahan massa, bertambah besar dengan naiknya laju alir
pelarut dan turun dengan bertambahnya jumlah serat yang terdapat di dalam kontaktor pada laju alir pelarut
yang sama. Alasan yang dapat digunakan untuk kasus ini juga sama seperti halnya pada koefisien
perpindahan massa sebab nilai fluks berbanding lurus dengan koefisien perpindahan massa.

Kartohardjono, 2007

Packed Column Absorber dirancang untuk menghilangkan komposisi H
2
S dari biogas. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa kadar H
2
S terserap semakin besar dengan semakin besarnya laju alir penyerap dan
semakin besar rasio L/G maka H
2
S yang terserap semakin besar. Hal ini dikarenakan energy momentum
yang masuk semakin besar dengan adanya penambahan kecepatan laju alir penyerap. Ketika dilakukan
pencampuran antara fasa gas dan cair, terjadi tumbukan antara cairan yang masuk dengan cairan stagnan
yang terdapat di dalam kolom. Tumbukan tersebut akan membentuk celah / lubang yang mana gas akan
terhisap dan terperangkap dalam celah tersebut. Secara teori, absorbs gas merupakan proses perpindahan
massa antar fasa dimana perpindahan massa dapat terjadi bila adanya kekuatan gerak dari satu fasa ke fasa
lainnya. Dalam hal ini, kekuatan gerak yang dimaksud adalah tumbukan antar molekul, sehingga dengan
semakin besarnya tumbukan antar molekul maka perpindahan massa antar fasa akan semakin besar. Dengan
semakin besar laju alir cairan, maka akan semakin besar pula tumbukan yang terjadi dan menyebabkan
banyaknya perpindahan massa antar fasa sehingga banyak gas yang terserap pula.

(Aditya, dkk., 2012)

Anda mungkin juga menyukai