Anda di halaman 1dari 7

1 Y. Rendy, L.

Hadisoewignyo

Formulasi Kapsul Ekstrak Lumbricus rubellus dengan Laktosa Sebagai Bahan
Pengisi dan PVP K-30 Sebagai Bahan Pengikat

Capsule Formulation of Lumbricus rubellus Extract Using Lactose as a Filler
and PVP K-30 as a Binder


ABSTRAK
Yohanes Rendy,
Lannie
Hadisoewignyo

Fakultas Farmasi,
Universitas Katolik Widya
Mandala Surabaya
e-mail:
lanhadi@yahoo.com

Kata kunci:
Lumbricus rubellus
Laktosa
PVP K-30
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan laktosa dan PVP K-30 pada uji
mutu fisik granul Lumbricus rubellus. Cacing tanah tersebut diekstraksi lalu dikeringkan dengan
aerosil hingga terbentuk ekstrak kering. Ekstrak kering yang telah terbentuk diproses kembali
menjadi bentuk granul sehingga lebih mudah mengalir. Dalam penelitian ini digunakan laktosa
sebagai pengisi dan PVP K-30 sebagai pengikat. Dibuat empat formula dengan konsentrasi laktosa
dan PVP K-30 yang berbeda-beda. Laktosa digunakan pada konsentrasi 20 dan 80%, sedangkan PVP
K-30 digunakan pada konsentrasi 2 dan 5%. Evaluasi mutu granul meliputi kadar air, sudut diam,
kerapuhan, hausner ratio, densitas granul, dan indeks kompresibilitas granul. Dari hasil evaluasi
tersebut didapatkan data hasil prediksi berdasarkan program optimasi design expert. Ditentukan satu
nilai yang optimum dan dilanjutkan evaluasi mutu fisik granul dan mutu kapsul untuk formula
optimum. Evaluasi mutu kapsul meliputi keseragaman bobot dan waktu hancur kapsul. Formula
optimum dicapai pada kondisi laktosa 78,5% dan PVP K-30 2,22%. Hasil teoritis untuk sudut diam
adalah 38,87, carrs index 14,55 dan 0,83% untuk kerapuhan granul.
Keywords:
Lumbricus rubellus
Lactose
PVP K-30

This research is intended to know the effect of lactose and PVP K-30 addition in Lumbricus rubellus
granule physical quality test. Those earthworms will be extracted and then be dried using aerosil
until dry extract is formed and reprocessed become granule so that could be easier to flow. In this
research lactose used as the filler and PVP K-30 as the binder. Four formulae made with different
concentration of lactose and PVP K-30 based on factorial design. Lactose used in concentration 20
and 80% while PVP K-30 used in concentration 2 and 5%. Responds observed to get optimum
granule are repose angle, carrs index and granule friability. From those evaluation results,
prediction results got by using design expert optimitation program. One optimum value is
determined and then continued by granule physical quality test and capsule quality for optimum
formula. Capsule quality test including weight uniformity and capsule disintegration time. Optimum
formula achieved when lactose used at 78.5% and PVP K-30 at 2.22%. Theoretical value for repose
angle is 32.87, carrs index is 14.55 and 0.83% for granule friability.


Pendahuluan
Cacing tanah termasuk dalam kelas Oligochaeta yang
mempunyai banyak suku (famili). Terdapat 4 spesies
cacing tanah yang sudah dibudidayakan dan diproduksi
secara komersial, yaitu Lumbricus rubellus, Eisenia
foetida, Pheretima asiatica, dan Eudrilus eugeuniae.
Berbagai hasil penelitian menunjukkan cacing tanah
mengandung protein yang sangat tinggi, yaitu 65-
84,5%. Protein cacing tanah terdiri dari asam-asam
amino esensial yang lengkap dan kadarnya cukup
tinggi. Komposisi asam amino dalam cacing tanah
adalah: arginin, sistin, glisin, histidin, isoleusin, leusin,
lisin, metionin, fenionin, fenilalanin, serin, treonin,
tirosin, dan valin. Selain kandungan protein,
kandungan gizi lainnya yang terdapat dalam tubuh
cacing tanah antara lain lemak 7-10%, kalsium 0,55%,
fosfor 1%, dan serat kasar 1,08%. Selain itu, cacing
tanah juga mengandung auksin yang merupakan zat
perangsang tumbuh untuk tanaman (Palungkun, 1999).
Berdasarkan penelitian terbukti bahwa ekstrak cacing
tanah dapat menghambat pertumbuhan 5 jenis bakteri,
yaitu: Salmonella typhimurium, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, dan Listeria
monocytogenes. Hal ini menunjukkan bahwa cacing
tanah dapat digunakan sebagai obat penyembuh
penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu,
cacing tanah juga mengandung asam arakidonat yang
Acta Pharmaciae Indonesia
1(1) 1-7
2

sangat efektif sebagai penurun suhu tubuh pada demam
infeksi (Waluyo, 2005).
Sediaan kapsul cacing tanah saat ini mulai banyak
digunakan oleh masyarakat untuk memelihara dan
mempertahankan kesehatan. Dalam sebuah catatan
klasik Tiongkok disebutkan, hewan licin yang berjuluk
ti lung kam atau si Naga Tanah ini sudah sejak lama
digunakan dalam berbagai ramuan obat tradisional,
terutama untuk menyembuhkan penyakit kronis.
Bahkan cacing tanah juga telah tercantum dalam Ben
Cao Gang Mu, yakni sebuah buku yang dikhususkan
memuat aneka bahan standar (farmakope) pengobatan
tradisional Cina. Di Indonesia pun cacing tanah sudah
digunakan sebagai bahan baku obat dan kosmetik
(Kuswanto, 2002).
Kapsul dapat berisi campuran serbuk atau serbuk yang
digranulasi. Granulasi artinya partikel-partikel serbuk
diubah menjadi butiran granulat, dimana partikel-
partikel serbuknya memiliki daya lekat, dan sifat
alirnya lebih baik. Dengan daya alir lebih baik,
pengisian ke ruang kapsul dapat berlangsung secara
kontinu serta homogen sehingga akan dihasilkan bobot
kapsul yang konstan dan ketetapan dosis yang baik
(Voigt, 1995). Bahan tambahan memegang peranan
yang sangat penting pada pengisian kapsul dan juga
merupakan faktor yang sangat menentukan hasil akhir
dari kapsul. Bahan tambahan dapat berupa pengisi,
pelincir, penghancur, dan bahan tambahan lain. Bahan
pengisi umum digunakan untuk memenuhi bobot
sediaan kapsul. Bahan pengikat menyebabkan
terbentuknya ikatan antar partikel yang akan
menentukan kuat tidaknya granul yang terbentuk, dan
jumlah bahan pengikat yang digunakan sangat
mempengaruhi pelepasan bahan berkhasiat.
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: bagaimana pengaruh
laktosa monohidrat sebagai bahan pengisi dan PVP K-
30 sebagai bahan pengikat serta interaksinya terhadap
sifat fisik kapsul ekstrak Lumbricus rubellus?
Bahan dan Metode
Bahan
Cacing tanah Lumbricus rubellus, laktosa monohidrat,
PVP K-30, KCl, aquadest, cangkang kapsul, nipagin,
nipasol, aerosil, talk, dan Mg stearat. Alat yang
digunakan blender, sentrifuge, sonikator, pengayak,
oven, alat uji waktu hancur (Erweka tipe TA-3,
Jerman), alat uji kelembapan granul (Sartorius MA
30, Jerman), timbangan analitis (Sartorius Tipe AL
500, Jerman), tatakan kapsul, pipet mikro, dan
saringan.
Formula kapsul Lumbricus rubellus
Formula kapsul dalam penelitian ini tercantum pada
Tabel 1. Berat laktosa dan PVP K-30 diperoleh dari
persen bobot ekstrak kering yang telah dikeringkan
dengan aerosil. Sedangkan nipagin, nipasol, talk, dan
magnesium stearat diperoleh dari jumlah berat
campuran ekstrak kering, laktosa, dan PVP K-30.
Pembuatan ekstrak cacing tanah
Cacing tanah basah yang telah dicuci bersih, ditimbang
lalu ditambahkan larutan KCl 0,5 mM, kemudian
diblender. Bentuk jus yang diperoleh lalu disentrifugasi
selama 30 menit. Bentuk supernatan dan presipitat
dipisahkan. Supernatan hasil pemisahan dikeringkan
dengan aerosil dan dipanaskan dengan oven 50 C
selama 24 jam sampai terbentuk ekstrak kering.

Tabel 1 Desain formula granul ekstrak Lumbricus rubellus

Bahan yang digunakan
Formula I
(mg)
Formula II
(mg)
Formula III
(mg)
Formula IV
(mg)
Ekstrak kering 300 300 300 300
Laktosa monohidrat 60 240 60 240
PVP K-30 6 6 15 15
Nipagin 0,66 0,98 0,675 1
Nipasol 0,07 0,11 0,07 0,11
Talk 14,64 21,84 15 22,2
Magnesium stearat 3,66 5,46 3,75 5,55





3 Y. Rendy, L. Hadisoewignyo

Pembuatan granul ekstrak cacing tanah
Ekstrak kering ditambah dengan bahan pengisi
(laktosa monohidrat), nipagin, dan nipasol lalu
diaduk sampai rata, kemudian ditambah bahan
pengikat (PVP K-30) yang telah dilarutkan dalam
air, sampai terbentuk massa granul, kemudian
diayak dengan mesh nomor18, dan dikeringkan di
oven dengan suhu 40 C. Setelah terbentuk granul
kering, diayak dengan mesh nomor 20. Kemudian
ditambahkan talk dan magnesium stearat, dicampur
sampai rata, dan sifat fisik granul dilakukan
evaluasi.
Evaluasi mutu fisik granul
Evaluasi mutu fisik granul dilakukan uji
kelembapan granul; sifat alir granul dengan
mengukur sudut diam, Carrs index, dan Hausner
ratio; dan kerapuhan granul.
Kelembapan granul diukur dengan moisture
balance analyzer, dengan persyaratan 3-5% (Voigt,
1995).
Uji kecepatan alir dan sudut diam granul dilakukan
dengan cara memasukkan 100 gram granul ke
dalam corong yang ditutup bagian bawahnya.
Kecepatan alir ditentukan dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan oleh serbuk mengalir keluar
sampai habis. Sudut diam dapat ditentukan dengan
rumus pada persamaan (1).
Sudut diam (tg ) =
(cm) (r) jari jari
(cm) (h) kerucut tinggi
....(1)
Suatu granulat dikatakan bersifat mengalir baik
(free flowing) apabila sudut diamnya = 20- 40
(Wells, 1988).
Kerapuhan granul ditentukan dengan cara
mengayak 10 gram sampel granul dengan pengayak
212 m (setara dengan mesh 70). Granul hasil
ayakan diletakkan pada piringan alat uji kerapuhan
yang diputar pada 25 rpm selama 5 menit. Setelah
itu, sampel diayak dengan ayakan 212 m lalu
ditentukan persen serbuk sebagai indeks dari
kerapuhan granul. Syarat untuk uji kerapuhan
granul adalah tidak lebih dari 1% (Parrott, 1971).
Uji mutu fisik kapsul
Uji mutu fisik kapsul dilakukan terhadap formula
optimum, meliputi uji keseragaman bobot dan
waktu hancur kapsul. Uji keseragaman bobot
kapsul mengikuti ketentuan yang ada pada
Farmakope Indonesia III (Anonim, 1979). Uji
waktu hancur kapsul dilakukan dengan cara yang
tercantum pada Farmakope Indonesia IV (Anonim,
1995). Waktu hancur kapsul tidak lebih dari 15
menit (Anonim, 1979).
Analisis data
Pada penelitian ini dilakukan analisis dari hasil
pengamatan kapsul Lumbricus rubellus dengan
kombinasi laktosa dan PVP K-30 dengan
pendekatan teoritis dan pendekatan statistik.
Pendekatan teoritis ini dilakukan dengan mengacu
pada persyaratan yang sudah ada pada literatur.
Pendekatan statistik menggunakan Anava satu
jalan. Optimasi menggunakan program Design
Expert. Keluaran dari program optimasi yaitu
pengaruh faktor laktosa dan PVP K-30 dan juga
interaksinya terhadap respon yang diamati yaitu
sudut diam, Carrs index, Hausner ratio, dan
kerapuhan granul.
Hasil dan Pembahasan
Pembuatan ekstrak cacing tanah
Ekstrak cacing tanah diperoleh dari mencampur
cacing tanah dengan larutan KCl 0,5 mM dan
diblender sehingga diperoleh hasil seperti pada
Gambar 1. Ekstrak kering (Gambar 2) diperoleh
dengan menambahkan aerosil pada supernatan hasil
blender.

Gambar 1 Hasil cacing tanah yang sudah
diblender.

Gambar 2 Hasil ekstrak kering.
Acta Pharmaciae Indonesia
1(1) 1-7
4


Gambar 3 Granul kering Lumbricus rubellus

Hasil uji mutu fisik granul
Sebelum granul dimasukkan ke dalam kapsul,
dilakukan pemeriksaan mutu fisik granul dengan
hasil seperti tercantum pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Hasil uji bulk density dan tapped density

Formula

Bulk density
(g/mL)
Tapped density
(g/mL)
I 0,42 0,44
II 0,43 0,44
III 0,42 0,44
IV 0,41 0,44

Semua uji mutu fisik granul memenuhi persyaratan
kecuali uji kelembaban pada formula III. Perlakuan
dapat dilanjutkan dengan pembuatan kapsul dari
formula optimum.
Optimasi Kapsul Lumbricus Rubellus dengan
Factorial Design
a. Sudut diam
Berdasarkan data sudut diam granul diperoleh
persamaan matematis seperti pada persamaan (2)
Y = 31,29 + 0,71 X
A
0,34 X
B
0,77 X
A
X
B
..... (2)
Y adalah respon sudut diam, X
A
adalah tingkat dari
laktosa, X
B
adalah tingkat dari PVP K-30, dan
X
A
X
B
adalah tingkat dari interaksi dari laktosa dan
PVP K-30. Berdasarkan persamaan polinomial yang
diperoleh dapat dibuat suatu contour plot seperti
pada Gambar 4.
Dari persamaan polinomial untuk respon sudut
diam, tampak bahwa laktosa memberikan pengaruh
yang dominan dalam meningkatkan nilai respon,
berarti memperburuk sifat alir ditandai dengan nilai
koefisien + 0,71; sedangkan PVP K-30 menurunkan
respon yang berarti memperbaiki sifat alir karena
PVP K-30 dapat memperbaiki ikatan antar-partikel
sehingga dapat mencegah timbulnya fine yang dapat
menyebabkan sifat alir yang buruk. Interaksi antar
kedua faktor dapat memperbaiki sifat alir.
b. Carrs index
Berdasarkan data sudut diam granul diperoleh
persamaan matematis seperti pada persamaan (3).
Y = 13,55 + 0,33 X
A
0,41 X
B
0,42 X
A
X
B
.......(3)
Y adalah respon Carrs index, X
A
adalah tingkat
dari laktosa, X
B
adalah tingkat dari PVP K-30, dan
X
A
X
B
adalah tingkat dari interaksi dari laktosa dan
PVP K-30. Dari persamaan polimial yang diperoleh
dapat dibuat suatu contour plot seperti Gambar 5.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa interaksi
antara laktosa dan PVP K-30 dominan untuk
menurunkan indeks kompresibilitas.
c. Kerapuhan granul
Berdasarkan data kerapuhan granul diperoleh
persamaan matematis seperti pada persamaan (4)
Y = 2,69 - 0,29 X
A
+ 0,50 X
B
+ 1,45 X
A
X
B
....... (4)
Y adalah respon kerapuhan granul, X
A
adalah
tingkat dari laktosa, X
B
adalah tingkat dari PVP K-
30, dan X
A
X
B
adalah tingkat interaksi dari laktosa
dan PVP K-30. Dari persamaan polinomial yang
diperoleh dapat dibuat suatu contour plot seperti
Gambar 6.
Berdasarkan persamaan polinomial untuk respon
kerapuhan granul, tampak bahwa laktosa dapat
menurunkan kerapuhan granul, ditandai dengan
nilai koefisien yang negatif, disebabkan karena
laktosa dapat menurunkan porositas granul sehingga
kerapuhan granul juga akan menurun. Interaksi
antara kedua faktor akan meningkatkan kerapuhan
granul, disebabkan karena laktosa mengalami
proses fragmentasi sehingga akan menghasilkan
partikel dengan ukuran lebih kecil yang memiliki
luas permukaan yang lebih besar sehingga larutan
PVP K-30 yang memiliki kekentalan cukup atau
tidak terlalu kental akan menyebar dengan merata di
permukaan partikel dan menyebabkan ikatan
partikel yang baik atau kuat sehingga kerapuhan
menurun.
Apabila larutan PVP K-30 yang digunakan lebih
kental, penyebaran larutan pengikat tidak akan
merata di permukaan partikel laktosa yang memiliki
luas permukaan besar akibat terjadi proses
fragmentasi. Hal ini dapat menyebabkan kerapuhan
meningkat.
5 Y. Rendy, L. Hadisoewignyo

Tabel 3 Hasil uji mutu fisik granul

Mutu fisik yang diuji F
I
F
II
F
III
F
IV

Kelembapan
(derajat)
3,35 0,09 3,76 0,19 5,57 0,31 3,85 0,15
Sudut diam
(derajat)
30,14 0,11 33,11 0,17 31,01 0,31 30,88 0,27
Hausner Ratio 1,06 0,01 1,02 0,00 1,04 0,01 1,07 0,005
Carrs index 13,21 0,07 14,72 0,35 13,22 0,09 13,06 0,10
Kerapuhan granul
(persen)
3,97 0,64 0,47 0,11 2,13 0,64 4,43 0,31

Tabel 4 Rangkuman data hasil percobaan denagn Design-Expert

Std Run
Faktor 1
A: Laktosa
(tingkat)
Faktor 2
B: PVP K-30
(tingkat)
Respon 1
Sudut diam
(derajat)
Respon 2
Carrs
index
(persen)
Respon 3
Kerapuhan
(persen)
10 4 1,00 1,00 31,14 3,00 4,30
12 4 1,00 1,00 30,60 3,17 4,06
7 3 -1,00 1,00 31,26 3,33 1,33
1 1 -1,00 -1,00 30,03 3,17 4,63
6 2 1,00 -1,00 33,28 4,33 0,40
8 3 -1,00 1,00 30,66 3,17 2,63
2 1 -1,00 -1,00 30,25 3,30 3,56
3 1 -1,00 -1,00 30,15 3,17 3,60
11 4 1,00 1,00 30,90 3,00 4,68
5 2 1,00 -1,00 33,11 4,83 0,37
4 2 1,00 -1,00 32,94 5,00 0,57
9 3 -1,00 1,00 31,12 3,17 2,10


Gambar 4 Contour plot sudut diam granul ekstrak Lumbricus rubellus.

Design-Expert Software
Sudut diam
Design Points
33.28
30.03
X1 = A: Konst. Laktosa monohidrat
X2 = B: Konst. PVP K-30
-1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
Sudut diam
A: Konst. Laktosa monohi drat
B
:

K
o
n
s
t
.

P
V
P

K
-
3
0
30.6378
31.1322
31.6267
32.1211
32.6156
3 3
3 3
Prediction 33.11
Acta Pharmaciae Indonesia
1(1) 1-7
6


Gambar 5 Contour plot Carrs index granul ekstrak Lumbricus rubellus.


Gambar 6 Contour plot kerapuhan granul ekstrak Lumbricus rubellus.

Gambar 7 Superimposed contour plot kapsul ekstrak Lumbricus rubellus.


Design-Expert Software
Carr's index
Design Points
15
13
X1 = A: Konst. Laktosa monohidrat
X2 = B: Konst. PVP K-30
-1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
Carr's index
A: Konst. Laktosa monohi drat
B
:

K
o
n
s
t
.

P
V
P

K
-
3
0
13.3339
13.6111
13.8883
14.1656
14.4428
3 3
3 3
Prediction 14.72
Design-Expert Software
Kerapuhan granul
Design Points
4.68
0.37
X1 = A: Konst. Laktosa monohidrat
X2 = B: Konst. PVP K-30
-1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
Kerapuhan granul
A: Konst. Laktosa monohi drat
B
:

K
o
n
s
t
.

P
V
P

K
-
3
0
1.09667
1.74667
2.39667
2.39667
3.04667
3.04667
3.69667
3.69667
3 3
3 3
Prediction 0.446667
Design-Expert Software
Overlay Plot
Sudut diam
Carr's index
Kerapuhan granul
Design Points
X1 = A: Konst. Laktosa monohidrat
X2 = B: Konst. PVP K-30
-1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00
-1.00
-0.50
0.00
0.50
1.00
Overlay Plot
A: Konst. Laktosa monohidrat
B
:

K
o
n
s
t
.

P
V
P

K
-
3
0
Kerapuhan granul: 1
3 3
3 3
7 Y. Rendy, L. Hadisoewignyo

Contour plot dari masing-masing respon kemudian
ditumpang tindihkan (superimposed) maka akan
didapat daerah optimum dengan sifat tablet yang
diinginkan (Gambar 7).
Salah satu rancangan komposisi formula optimum
(Tabel 5) berdasarkan Gambar 7 adalah dengan
menggunakan laktosa monohidrat pada konsentrasi
78,5%, dan PVP K-30 pada konsentrasi 2,23% akan
memberikan respon secara teoritis pada sudut diam
32,87, Carrs index 14,55, dan kerapuhan granul
yaitu 0,83%, sehingga terbentuklah granul yang
memiliki sifat alir dan kerapuhan granul yang baik.

Tabel 5 Komposisi formula optimum
Bahan yang digunakan Formula Optimum
(mg)
Ekstrak kering 300
Laktosa monohidrat 235,5
PVP K-30 6,675
Nipagin 0,98
Nipasol 0,11
Talk 21,69
Magnesium stearat 5,42

Hasil uji mutu fisik kapsul
Formula optimum yang diperoleh dibuat kapsul,
yang kemudian dilakukan uji mutu fisik kapsul,
meliputi keseragaman bobot dan waktu hancur
kapsul. Hasil uji keseragaman bobot untuk formula
optimum memenuhi persyaratan keseragaman
bobot yaitu perbedaan dalam persen bobot isi tiap
kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak
boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A yaitu
7,5% dan untuk maksimal dua kapsul tidak boleh
lebih dari yang ditetapkan kolom B yaitu 15%
(Anonim, 1979). Pada uji waktu hancur tampak
bahwa waktu hancur rata-rata dari kapsul
Lumbricus rubellus adalah 1,25 menit (Tabel 6).
Tabel 6 Waktu hancur kapsul

Replikasi Waktu hancur (menit)
1 1,24
2 1,29
3 1,22
X
SD 1,25 0,04

Simpulan
Laktosa monohidrat sebagai bahan pengisi kapsul
dan PVP K-30 sebagai bahan pengikat maupun
interaksinya berpengaruh secara signifikan
terhadap sifat fisik granul antara lain sifat alir dan
kerapuhan granul Lumbricus rubellus. Laktosa
monohidrat meningkatkan sudut diam,
meningkatkan Carrs index, dan menurunkan
kerapuhan granul; sedangkan PVP K-30
menurunkan sudut diam, menurunkan Carrs index,
dan meningkatkan kerapuhan granul. Interaksi dari
laktosa monohidrat dan PVP K-30 memberikan
pengaruh menurunkan sudut diam, menurunkan
Carrs index, dan meningkatkan kerapuhan granul.
Formula optimum granul dapat diperoleh dengan
kombinasi laktosa monohidrat 78,5% dan PVP K-
30 2,23% dengan hasil teoritis, waktu alir 8,58
menit, sudut diam 32,87, Carrs index 14,55%,
dan kerapuhan granul yaitu 0,83%. Pada formula
optimum kapsul diperoleh hasil uji waktu hancur
1,25 menit dan penyimpangan keseragaman bobot
adalah 0,43%.

Daftar Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Kuswanto, 2002, Studi Perbandingan Kadar Protein
dan Jenis Asam Amino dari Sediaan Kapsul
Cacing Tanah yang Bermerk dan Tidak
Bermerk, Skripsi, Unika Widya Mandala,
Surabaya.
Palungkun, R., 1999, Sukses Beternak Cacing
Tanah Lumbricus rubellus, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology
Fundamental Pharmaceutical, 3
rd
Edition,
Burgess Publishing Company, Minneapolis.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi, ed. 5, terjemahan Noerono, S.,
Reksohadiprojo, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.
Waluyo, J., 2005, Purifikasi dan Karakterisasi
Protein Antibakteri dari Cacing Tanah.
Skripsi, Universitas Airlangga, Surabaya.
Wells, J.T., 1988, Pharmaceutical Preformulation:
The Physicochemical Properties of Drug
Substance. Ellis Howard, Ltd., Chester.

Anda mungkin juga menyukai