Anda di halaman 1dari 9

HAYYATAN THOYYIBAH

1. Pengertian
Hayatan Thayyibah adalah kehidupan yang baik diistilakan oleh AlQuran dengan Hayatan Thayyibah sebagai firman Allah SWT :

barang siapa mengerjakan amal soleh, baik laki-lali maupun perempuan


dalam kadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan (QS An Nahl : 97)
Dari ayat diatas, menjadi jelas bagi kita bahwa permintaan kita
dalam doa meminta kehidupan yang baik akan dikabulkan oleh Allah
SWT bila kita beriman kepada Allah SWT dan membuktikan keimanan itu
dalam bentuk aml soleh, bahkan balasan yang diberikan oleh Allah SWT
jauh lebih besar dari amal yang kita lakukan.
Prof. Muhammad Quraish Shihab dalam tafsirnya Al Mishbah
menjelaskan bahwa Hayatan Thayyibah bukan berarti kehidupan mewah
yang bebas dari ujian, tetapi ia adalah kehidupan yang meliputi oleh :

a. Rasa lega
b. Kerelaan
c. Kesabaran dalam menerima ujian
d. Rasa syukur atas nikmat allah swt.
2. Ada tujuh kriteria kehidupan seseorang yang mampu mendaptkan
Hayatan Thayyibah.
1) Rezeki yang halal
Setiap manusia tentu memerlukan rezeki berupa makanan,
minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan keperluan hidup
lainnya. Untuk itu manusia mesti mencari nafkah dengan berbagai
usaha yang hala. Bagi seorang muslim mencari rezeki secara halal
merupakan salah satu prinsip hidup yang sangat asas. Kita tentunya
mengharapkan dalam usaha mencari rezeki :
a. Banyak yang boleh kita peroleh
b. Mudah mendapatkannya
c. Halal dari segala status hukumnya
Namun seandainya sedikit yang kita dapa, susah mendapatkannya
selama status hukum halal, itu jauh lebih baik dari pada mudah
mendapatkannya, banyak perolehannya namun status hukumnya tidak
halal. Yang lebih tragik lagi adalah apabila seseorang mencari nafkah
dengan suah payah, sedikit mendapatkannya, status hukumnya juga tidak
halal bahkan resikonya sangat berat, inilah sekarang yang banyak
berlaku.

a) Kriteria Makanan yang Thoyyib


Pedoman utama dalam hal makan dan minum adalah S. Al
Baqoroh ayat 168, yaitu perintah makan/minum yang halal dan
thoyyib :

Artinya Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.
Didalam himpunan hadits yang memuat perihal makanan
disebut kitab Al Agh dziyah artinya bab atau kitab seluk beluk
makanan, jamak /plural dari kata ghizdaun. Dengan mengikuti
dialek mesir perkataan ghidza menjadi gizi. Istilah gizi
mengandung pengertian : hal ihwal mengenai makanan dan
minuman manusia yang dihubungkan dengan kesehatan.
Didalam

Al

Quran

terdapat

banyak

ayat

yang

menggunakan kata kerja akala yang berarti memakan dan


syaribah berarti meminum. Juga terdapat banyak ayat yang
menggunakan kata benda thoam yang berarti makanan.

Keseluruhan ayat ayat itu memberikan tuntutan dan pedoman


mengenai makan dan minum :
a. Anjuran supaya menikmati makanan dan minum sebagai
karunia Allah SWT.
b. Anjran supaya menyadari karunia itu sebagai ikatan untuk
memakan hanya makanan yang halal dan thoyyib, dilakukan
dengan aturan sopan santun yang sehat sebagaimana
tersebut dalam surat Al Baqoroh ayat 168 tersebut diatas.
c. Anjuran

agar

memperhatikan

keseimbangan

antara

kebutuhan makanan dan persedianaan makanan (tidak boleh


berlaku boros/ ishrof).
2) Qanaah
Ketika rezeki yang halal sudah kita peroleh, orang yang
mencapai derajat kehidupn yang baik adalah senantiasa qanaah
atau menerima rezeki itu dengan senang hati meskipun jumlahnya
belum mencukupi. Jumlah yang kita peroleh tidak selalunya
mencukupi apalagi melebihi dari apa yang kita inginkan.
Sikap yang bagus adalah menerima dulu apa yang kita
peroleh, sedangan kekurangannya boleh kita cari lagi. Orang yang
tidak qanaah tidak menghargai susah payahnya sendiri karena ia
merasa sudah berusaha namun hasilnya tidak seperti yang
diharapkan.

3) Kebahagiaan
Bagi seorang mukmin, ukuran kebahagian bukanlah hanya
semata-mata dari aspek duniawi, tetapi terpenting adalah bila ia
boleh menjalani kehidupan dalam rangka pengabdiaan dan
ketaatan kepada Allah SWT. Oleh karena itu, apabila seoarang
sudah beriman dan beramal soleh, ia akan merasakan kebahagiaan
karena kehidupannya didunia memberi sumbangan manfaat
kebaikan, sedangkan diakhirat nanti akan dimasukan kedalam
surga dan ini merupakan kebagiaan yang tidak ada bandingan
dengan apapun juga.
Sebaliknya bila seseorang melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan islam apalagi sampai merugikan orang lain,
maka tidak ada kebahagiaan yang ia rasakan, tetapi justru hidupnya
diliputi kegelisaan dan kekhwatiran, tidak hanya dalam konteks
kehidupan dunia tapi juga kehidupan akhirat yang tidak memiliki
harapan yang cerah bagi kebahagiaan.
4) Ketenangan
Bagi seorang muslim dosa membuatkan kehidupan menjadi tidak
tenang. Oleh karena itu dengan iman dan amal soleh kehidupan
yang kita jalani insya allah terhindar dari dosa yang membuatkan
kita menjadi tenang dan ini merupakan salah satu unsur asa.

5) Ridha
Kehidupan yang baik bagi seorang muslim tercermin dari
sikap ridhanya kepada Allah SWT sebagai tuhannya. Islam sebagai
agamanya dan Nabi Muhammad saw sebagai rasul yang diyakini
dan diteladani dalam kehidupan ini.
Sikap ini merupakan sesuatu yang amat penting sehingga ia
mampu melaksanakan ajaran islam denga senang hati dan penuh
penghayatan dan sikap seperti inilah yang memastikan seorang
muslim akan dimasukan oleh Allah SWT ke dalam surga
sebagaimana dalam hadits Rasululla SAW bersabda :
barang siapa yang ridha kepada allah sebagai tuhannya, islam
sebagai agamanya dan muhammad sebagai nabi dan rasulnya,
wajib baginya syurga (HR Muslim)
6) Syukur
Sudah pasti bagi manusia adanya kenikmatan yang diperoleh
dalam hidup ini sehingga kehidupan yang baik menuntutnya untuk
bersyukur kepada Allah SWT. Ketika menafsirkan ayat :
jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatku), maka
sesungguhnya azabku sangat pedih (QS Ibrahim :7).
Sayyid Qutb mengemuakan bahwa ada dua prinsip bersyukur:

a. Pertama, ianya sebagai bukti bagi lurusnya kayu ukur dalam


jiwa manusia. Kebijakan itu mesti disyukuri, sebab syukur
adalah balasan semula jadinya dalam fitrah yang lurus.
b. Kedua, jiwa yang bersyukur akan senantiasa bermuraqabah
(mendekatkan diri kepada Allah SWT) dalam menggunakan
nikmat yang diberikan itu.
Seterusnya beliau menyatakan bahwa prinsip bersyukur seperti
diatas boleh meberikan empat manfaat yang sangat penting
dalam kehidupan seorang muslim yaitu :
Mensucikan jiwa
Mendorong jiwa untuk beramal soleh
Menjadikan orang lain ridha
Memperbaiki serta meperlancarkan interaksi sosial
7) Sabar
Sabar adalah menahan dan mengekang diri dari melakukan
perkara- perkara yang tidak dibenarkan oleh Allah SWT karena
mencari ridhanya. Orang yang hidupnya tidak mungkin melepaskan
sifat sabar dari dirinya, apalagi dalam situasi sukar dan oleh karena
itulah Allah SWT mencintai siapa saja yang sabar. Allah SWT
bersabda dalam surat (QS Ali Imran : 146) :

Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama


mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Demikian jelas bagi kita bahwa kehidupan yang baik tidak hanya
membawa kebaikan bagi dirinya, tapi juga kebaikan bagi orang lain
bahkan terjadap alam semesta.

DAFTAR PUSTAKA
Iresta.Blogspot.com/2011/0/19/hayatan thayyibah-kehidupan yang baik
Mufdlilah dkk. 2012. Kebidanan Dalam Islam.Yogyakarta: Quantum Sinergis
Media.

Anda mungkin juga menyukai