Status Pasien I. Anamnesis A. Identitas
Status Pasien I. Anamnesis A. Identitas
I. ANAMNESIS
A. IDENTITAS
Nama
: Ny. S
Umur
: 55 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
No. CM
: 45.12.73
Ruang
B. ANAMNESIS
menunjukan
adanya
kanker
payudara,
dan
dokter
: Disangkal
- Riwayat trauma
: Disangkal
- Riwayat operasi
: Diakui
: Disangkal
- Riwayat hipertensi
: Disangkal
: Diakui
: Disangkal
Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok
: (-)
: (-)
Disangkal
Riwayat Pribadi
- Riwayat haid pertama
: Usia 12 tahun
- Riwayat haid
Lancar
setiap
bulan,
lamanya 7 hari
- Riwayat menikah
18 tahun
- Riwayat memakai KB hormonal: Pasien tidak menggunakan KB
- Riwayat melahirkan
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
RR
: 20x/menit
Suhu
: 36 C ( axiller )
Kepala
: mesosefal
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Leher
Thorax
Cor
Inspeksi
Palpasi
midclavicularis sinistra.
Perkusi
: Batas jantung
kiri bawah
medioclavicularis sinistra
kanan bawah : ICS V linea sternalis sinistra
batas atas
pinggang
Kesan
Pulmo
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
kasar(-/-),
ronki basah halus (-/-)
Belakang:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
kasar(-/-),
ronki basah halus (-/-)
Abdomen
Inspeksi
medusa (-)
Perkusi
abdomen
Palpasi
Ekstremitas
Superior
Inferior
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
Edema
-/-
Sensibilitas
-/-
+/+
+/+
Gerak
+/+
+/+
Kekuatan
5/5
5/5
Tonus
N/N
N/N
Reflek fisiologis
+/+
+/+
Reflek patologis
-/-
-/-
Motorik:
STATUS LOKALIS
Regio Mamae Dextra
Tampak dan teraba masa di regio mammae dextra berbentuk bulat dengan
diameter 10 cm, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, nyeri tekan (-),
edema (-), ulserasi (-), sulit digerakkan dari dasar, nipple retraksi (+),
discharge (-).
III. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Invasive ductal carcinoma mamae sinistra grade 1
B. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
13,70
Leukosit
6,95
3,6 11 ribu
Eritrosit
4,87
Hematokrit
39,90
35 47%
Hematologi
darah rutin :
Trombosit
270
MCV
81,90
80 100 mikro m3
MCH
28,10
26 - 34 pg
MCHC
34,30
32 36 g/dl
RDW
13,10
11,5 14,5 %
0,04
Basofil absolute
0,04
0 -0,2 ribu
Netrofil absolute
4,84
1,8-8 ribu
Limfosit
1,77
0,9-5,2 ribu
0,26
0,16-1 ribu
Eosinofil
0,60
2-4 %
Basofil
0,60
0-1 %
Netrofil
69,60
50-70 %
Limfosit
25,50
25-40 %
Monosit
3,70
2-8 %
GDS
395
Ureum
25,0
10-50 mg/dL
Creatinin
0,40
0,6-0,9 mg/dL
Kalium
5,2
3,5-5,0 mmol/L
Natrium
136
135-145 mmol/L
Diff count
Eosinofil
absolute
absolute
Monosit
absolute
Kimia
Klinik(serum
B)
IV.
Clorida
100
95-105 mmol/L
Albumin
3,7
3,2-5,2 g/dL
RESUME
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada luka operasi di payudara kanan.
Lima bulan yang lalu pasien merasakan adanya benjolan di payudara
kanan, tidak nyeri, dan semakin membesar, benjolan sebesar kelereng dan
keras. Pada tanggal 7 Juli 2014, pasien menjalani operasi pengangkatan
benjolan dan pemeriksaan pada benjolan tersebut. Kemudian pasien
memeriksakan diri ke poli bedah pada tanggal 15 Juli dengan keluhan
nyeri pada luka operasi, dan terasa pegal pada payudara kanan. Pasien
merasa berat badannya turun 10 kg, Hasil pemeriksaan pada benjolan
pada saat operasi menunjukan adanya kanker payudara, dan dokter
menyarankan untuk dilakukan pengangkatan payudara.
Riwayat diabetes diakui. Riwayat sering mengkonsumsi makanan
mengandung penyedap rasa ,makanan berlemak diakui. Pada pemeriksaan
Regio mamae dextra teraba masa di regio mammae sinistra berbentuk
bulat dengan diameter 10 cm, batas tidak tegas, permukaan tidak rata,
nyeri tekan (-), edema (-), ulserasi (-), sulit digerakkan dari dasar, nipple
retraksi (+), discharge (-), pada pemeriksaan penunjang hematologi
didapatkan GDS 395, dan pemeriksaan patologi anatomi Invasive ductal
carcinoma mamae sinistra grade 1.
V.
DIAGNOSA KERJA
Invasive ductal carcinoma mamae sinistra grade 1
T4b N0 M0
Stadium IIIB
VI.
INITIAL PLANS
Ip.Dx: Konsul ke Sp.B
Konsul Sp. PD untuk diabetes mellitus
VII.
PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad malam
Ad fungsionam
: ad malam
Ad sanam
: dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Anatomi Payudara
Payudara dewasa masing-masing terletak di torak depan dengan dasarnya
terletak dari kira-kira iga kedua sampai iga keenam. Medial payudara mencapai
pinggir sternum dan dilateral setentang garis mid aksilaris dan meluas keatas ke
aksila melalui suatu ekor aksila berbentuk piramid.Payudara terletak diatas lapisan
fasia otot pektoralis mayor pada duapertiga superomedial dan sepertiga lateral
bawah otot seratus anterior.Pada 15 % kasus jaringan payudara meluas kebawah
garis tepi iga dan 2 % melewati pinggir anterior otot latissimus dorsi.Payudara
yang asimetri sering dijumpai diantara wanita normal dan penderita tidak begitu
menyadarinya atau mungkin menerimanya sebagai variasi normal. Separoh wanita
mempunyai perbedaan volume 10 % antara 2 payudara kiri dan kanan dan
seperempatnya dengan perbedaan 20 %. Payudara kiri selalu lebih besar
dibanding yang sebelah kanan. 1,2
10
11
12
dari total aliran KGB., dan ini menggambarkan besarnya frekwensi metastase
tumor ke kelenjar ini.
Ada 20 jumlah KGB diaksila, dengan 13 KGB di level I, 5 KGB di
level II, dan 2 KGB dilevel III. Beberapa studi menunjukkan bahwa metastase
yang sering terjadi adalah pada level I, hanya sebagian kecil yang melibatkan
level II dan sejumlah kecil (0-9 %) terjadi pada level III. Diseksi aksila
direkomendasikan antara lain untuk pengangkatan dan pemeriksaan patologi KGB
aksila yang merupakan prosedur standard pada pasien dengan karsinoma mamma
invasif dini, untuk staging yang akurat dan mengurangi rekurensi di aksila.
Pengetahuan tentang keterlibatan daerah ini dan kepentingannya perlu
dalam merencanakan terapi. KGB aksila merupakan daerah prinsipal dari
metastase regional kanker payudara dan 40 % dari pasien menunjukkan bukti
penyebaran ke KGB aksila.
Metastase KGB aksila dapat dilihat pada 12 37 % dari tumor yang
berukuran 1 cm atau kurang. Silverstein dan kawan kawan melaporkan metastase
KGB aksila hanya 3 % dari 96 pasien dengan tumor berukuran 0,5 cm atau lebih
kecil, tapi 50 % pasien-pasien ini menderita karsinoma insitu intraduktal dengan
ditemukannya daerah-daerah yang didapati karsinoma mikroinvasif. Data
sebelumnya dari penulis juga menyatakan bahwa tumor dengan ukuran 0,5 1
cm, maka resiko keterlibatan KGB aksila berhubungan dengan metode deteksi
tumor, tumor yang terdeteksi dengan mamografi memiliki insidensi adanya
metastase KGB 7 % dan tumor yang teraba memiliki tingkat insidensi adanya
metastase sebanyak 24 %.4,5,7
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pembesaran KGB antara lain:
Besar tumor
Tumor dengan diferensiasi jelek (grade III).
Adanya invasi ke sistem limfatik dan vaskular di dalam dan sekitar
tumor
Kemungkinan keterlibatan KGB aksila tampaknya berhubungan langsung
dengan ukuran tumor primer. Deteksi keterlibatan KGB aksila dengan
13
pemeriksaan fisik menunjukkan fals (+) dan false (-) yang tinggi. Jika KGB aksila
dapat dipalpasi, bukti histologis dari metastase tidak ditemukan pada 25 % pasien.
Sebaliknya jika KGB aksila tidak teraba, keterlibatan histologis terdeteksi pada
30 % pasien. Keterlibatan histologi KGB aksila mempunyai korelasi dengan
prognosis. Pasien dengan tanpa keterlibatan KGB aksila kemungkinan hidup lebih
besar dari pada yang terlibat KGB aksilanya.
Klasifikasi patologi memerlukan reseksi sekurang-kurangnya pada KGB
aksila (level I). Suatu reseksi biasanya meliputi 6 atau lebih KGB.Mathiesen
menunjukkan bahwa indentifikasi mikro metastase yang potensial mencapai 10
KGB pada pengangkatan KGB aksila.3
Sistem Persarafan
Pada prinsipnya persarafan payudara oleh nervus sensori somatik dan
otonom bergabung pembuluh darah. Secara umum areola dan nipel disuplai oleh
sistem otonom yang muncul semata-mata menjadi simpatis. Tidak ada aktivitas
parasimpatis yang ditunjukkan pada payudara.
Suplai nervus sensori somatik superior dan lateral berasal dari nervus
supraklavikular (C3 dan C4) dari cabang lateral nervus interkostal torasik (34 ).
Aspek medial dari payudara menerima suplai dari cabang anterior nervus
interkostal
torasik
yang
menembus
pektoralis
mayor
mencapai
kulit
14
dilindungi
sewaktu
melakukan
II.
mastoidektomi
radikal
dimodifkasi.untuk
Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas,
masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh
esterogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise,
telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Pada masa
pubertas, glandula mammaria membesar dan akan berbentuk setengah lingkaran.
Salurannya memanjang, meskipun demikian pembesaran kelenjar terutama
disebabkan karena penimbunan lemak.10,11
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan nyeri
dan tidak rata. Selama beberapa menjelang haid, payudara menjadi tegang dan
nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan.
Pada waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras terlalu
besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.10
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan,
payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus
berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis
anterior laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.11
Perubahan patologi dan fungsional payudara tampak sesuai dengan
pertambahan umur, dari masa pubertas, hamil, melahirkan sampai usia lanjut.
Payudara merupakan organ tubuh wanita yang paling peka terhadap gangguan
keseimbangan hormonal. Payudara juga merupakan organ yang sangat sensitif
terhadap perubahan hormonal, akibatnya payudara menjadi bagian organ tubuh
15
yang paling sering terpengaruh berbagai kondisi patologis yang ada hubungannya
dengan hormon terutrama esterogen. Akibat pengaruh hormon inilah payudara
menjadi cenderung untuk mengalami perubahan neoplastik, baik yang bersifat
jinak (benigna) maupun ganas (maligna).12
II.
Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang menyerang jaringan kelenjar,
A.
Karsinogenesis
Kemajuan dalam transformasi eksperimen sel manusia telah menunjukkan
bahwa kerusakan jalur pengaturan utama dalam sel cukup untuk memberikan
sebuah fenotip tumorigenik ke berbagai sel normal. Peristiwa yang menyebabkan
karsinogenesis awalnya disederhanakan menjadi tiga fase berbeda, yaitu inisiasi,
promosi, dan progessi. Tahap inisisai dianggap cepat, melibatkan pengikatan dan
perusakan sel DNA oleh krsinogen atau perubahan dalam stabilitas genotipe
16
normal dan fenotipe sebagai akibat dari kolaps lokal dalam proses interseluler
sistem. Mutasi pada gen penting ini bersifat sinergis dan irreversibel.6
Pada tahap promosi, terbentuk sel yang akan menjadi kanker, sel calon
kanker pada fase ini masih tahap awal biasa disebut initiated cell, pembentukan
ini dipicu oleh pemicu tumor, misalnya mitogen (senyawa organik yang berperan
dalam siklus sel sebagai stimulasi kelanjutan proses menuju mitosis). Tahap ini
dianggap reversibel dan mungkin tergantung pada berbagai faktor ekstraseluler
lainnya, seperti hormon dan kompatibilitas imunologi.7
Tahap perkembangan merupakan perpanjangan dari fase promosi, dimana
sel terus menerus proliferasi oleh karena pemicu tumor yang memungkinkan
kerusakan sel yang disebabkan oleh proses inisiasi semakin banyak.6
B.
C.
karsinoma
Ductal
Carcinoma
18
Lobular
Carcinoma
berasal
dari
lobus
dan
payudara
dapat
dikategorikan
ke
dalam
sub-jenis
19
perubahan
sel-sel
duktus
kelenjar
payudara.
20
sekresi
hormon
progesterone
yang
bersifat
12
21
8. Paritas
Tingginya paritas berkaitan dengan penurunan risiko
kanker payudara. Perempuan dengan pengalaman kehamilan
aterm, risiko terkena kanker payudara lebih rendah di bandingkan
dengan wanita nullipara. Sebelum kehamilan sel-sel kelenjar susu
berada dalam keadaan status kerentanan yang berbeda-beda, status
kerentanan tersebut juga membedakan tingkat berfungsinya
struktur penghasil susu selama kehamilan. Kehamilan dapat
menginduksi pola spesifik dalam payudara manusia, menurunkan
jumlah sel payudara yang rentan atau rawan, saat sel payudara
tersebut mencapai diferensiasi penuh.6
9. Paparan Radiasi Sebelumnya
Frequensi keterpaparan terhadap radiasi pengion dari sinarX diagnostik yang terlalu sering merupakan salah satu faktor risiko
kanker payudara. Jika paparan terjadi pada usia muda, risiko
kanker payudara seumur hidup jauh lebih tinggi. Risiko ini
terutama dianggap tertinggi pada masa pubertas dan masa sekitar
kehamilan pertama, ketika sel duktus payudara secara aktif sedang
berkembang. Risiko ini biasanya meningkat secara konsisten
seumur hidup. Pada perempuan dengan kecenderungan riwayat
keluarga atau genetik dengan kanker payudara, terbukti bahwa
paparan tahunan radiasi pengion dengan dosis rendah dari
mammografi dapat meningkatkan risiko kanker payudara.6
Wanita yang pernah mengalami radiasi di dinding dada
mengalami risiko 2-3 kali lebih tinggi daripada wanita yang tidak
pernah mengalami radiasi di dinding dada.12
10. Penggunaan Hormon
Meskipun terapi pengganti hormon (hormone replacement
therapy) direkomendasikan untuk gejala menopause dekade yang
lalu, hampir 2 dekade kemudian dilaporkan bahwa mulai muncul
hubungan hormone replacement therapy dengan peningkatan
22
kejadian
kanker
payudara.
Di
AS,
hampir
40%
wanita
sisi
lain,
penggunaan
kontrasepsi
oral
(oral
yang
tunggal
dapat
menimbulkan
23
24
dan
risiko
kanker
payudara.
Meta-analisis
25
produksi
hormon
endogen
yang
berhubungan
dengan
peningkatan
androgen
berhubungan
dengan
radiologi
tingkat
kepadatan
jaringan
26
Stadium I
Stadium II
: Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,55 cm dengan atau tanpa nodus aksila yang dapat
berpindah dengan diameter kurang dari 2 cm,
tetapi tanpa penyebaran yang jauh.
Stadium IIIa
27
atau
edema
supraklavikular
atau
supraklavikula
dan
metastasis
jauh
12,15
T0
Tis
: Karsinoma insitu
T1
: Tumor 2cm
T1a
28
T1b
T1c
T2
T3
T4
T4a
T4b
T4c
T4d
: Karsinoma Inflamasi
29
30
N2a : Teraba KGB aksila yang terfiksasi satu dengan lainnya atau
kestruktur sekitarnya.
N2b : Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna
ipsilateral dan tidak dijumpai metastase KGB aksila secara klinis.
N3 : Metastase pada KGB infraklavikular ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau dalam klinis tampak KGB mamari
interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastase KGB
aksila atau adanya metastase KGB supraklavikular ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamari interna .
N3a : Metastase KGB infaraklavikular ipsilateral
N3b : Metastase pada KGB mamari interna ipsilateral dan KGB aksila
N3c : Metastase pada KGB supraklavikular ipsilateral
Metastase Jauh ( M )
M X : Metastase jauh tidak dapat dibuktikan
M0 : Tidak dijumpai metastase jauh.
M1 : Dijumpai metastase jauh 1,3
31
Stagging Grouping
Karsinoma skirus
Karsinoma medular
Penyakit Paget
32
Karsinoma Lobulus
Secara histologi menunjukkan gambaran sel-sel anaplastik yang
semuanya terletak didalam lobulus-lobulus. Membrana basalis tetap utuh,
karena itu dianggap sebagai karsinoma insitu.
Karsinoma Intraduktus (karsinoma komedo)
Karsinoma duktus invasive merupakan kelompok terbesar (6580%) dari seluruh tumor ganas payudara. Secara mikroskopik tampak
proliferasi anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat
duktus.
Karsinoma Skirus
Merupakan
separuh
dari
jumlah
kanker
payudara.
Pada
menyerupai eksim. Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua
dari kanker payudara umumnya dan berkisar 1% dari seluruh penderita
kanker payudara. Tanda khas adalah adanya penyebukan epidermis oleh
sel ganas yang disebut sel paget.5,7,9
H. Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan
anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang.
Sedangkan diagnosis pasti adalah pemeriksaan histopatologi anatomi.
34
35
36
37
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada penyakit yang terlokalisasi tidak didapatkan kelainan hasil
pemeriksaan laboratorium. Kenaikan kadar alkali fosfatase serum
dapat menujukkan adanya metastasis pada hepar. Pada keganasan yang
lanjut dapat terjadi hiperkalemia. Pemeriksaan laboratorium lain
meliputi:
Kadar CEA (Carcino Embryonic Antigen)
MCA (Mucinoid-like Carcino Antigen)
CA 15-3 (Carbohydrat Antigen), Antigen dari globulus lemak susu
BRCA1 pada kromosom 17q (tahun 1990 oleh Mary Claire Kingdidukung oleh The Breast Cancer Linkage Consortium) dari
BRCA2 dari kromosom 13
Gen AM (ataxia-telangiectasia) : ditemukan gen ini pada pasien
bias sebagai predisposisi timbulnya Ca mammae.2
b. Radiologi
Mammografi
Dapat membantu menegakkan diagnosis apakah lesi tersebut
ganas atau tidak. Dengan mammografi dapat melihat massa yang
kecil sekalipun yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik
untuk diagnosis dini dan screening. Adanya proses keganasan
akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer
berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata
ukuran klinik dan rontgenologis dan adanya mikrokalsifikasi.
Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya
vascularisasi, perubahan posisi papilla dan areola, adanya bridge
of tumor, keadaan daerah tunika dan jaringan fibroglanduler tidak
teratur, infiltrasi jaringan lunak belakang mammae dan adanya
metastasis ke kelenjar.2,3
38
USG (Ultrasonografi)
Dengan USG selain dapat membedakan tumor padat atau kistik,
juga dapat membantu untuk membedakan suatu tumor jinak atau
ganas. Ca mammae yang klasik pada USG akan tampak gambaran
suatu lesi padat, batas ireguler, tekstur tidak homogen. Posterior
dari tumor ganas mammae terdapat suatu Shadowing.
Selain itu USG juga dapat membantu staging tumor ganas
mammae dengan mencari dan mendeteksi penyebaran lokal
(infiltrasi) atau metastasis ke tempat lain, antara lain ke KGB
regional atau ke organ lainnya misalnya hepar).1,2
39
40
Pembedahan
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis
mastektomi yaitu :
1. Modified Radycal Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tanpa kelenjar di ketiak.
3. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut Lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya
pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.1
Hormonal
41
Khemoterapi
Terapi ini bersifat sistemik, bekerja pada tingkat sel. Terutama diberikan
kepada kanker payudara yang sudah lanjut, bersifat paliatif, tetapi dapat pula
diberikan pada kanker payudara yang sudah dilakukan operasi mastektomi,
bersifat terapi ajuvan. Tujuan dari terapi ajuvan adalah untuk menghancurkan
mikrometastasis yang biasanya terdapat pada pasien yang kelenjer aksilanya
sudah mengandung metastasis. Bisanya diberikan terapi kombinasi CMF
(Cyclophospamide, Methotrexate, 5 Fluorouracil) selama 6 bulan pada wanita
usia pra menopause.11
Radioterapi
Radioterapi
biasanya
digunakan
sebagai
terapi
kuratif
dengan
42
J. Komplikasi Kanker
Sindroma Paraneoplastik
Sindroma
Paraneoplastik
adalah
sekumpulan
gejala
yang bukan
disebabkan oleh tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh
kanker. Beberapa zat yang dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormone,
sitokinese, dan berbagai protein lainnya. Zat-zat tersebut mempengerahui
organ atau jaringan melalui efek kimianya. Bagaimana tepatnya kanker
mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti. Beberapa kanker
mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang merusak jaringan yang jauh
melalui suatu reaksi autoimun. Kanker lainnya mengeluarkan zat yang secara
langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang berbeda atau merusak
jaringan. Bisa terjadi kadar gula darah yang rendah, diare, dan tekanan darah
tinggi.16
Beberapa efek dari Sindroma Paraneoplastik
Organ Yang
Efek
Kanker Penyebab
Terkena
Kelainan
Otot
nyeri
43
otot, kelemahan
Darah &
Anemia,
jaringan
trombosit
pembentuk
darah
darah
putih
jumlah
Semua Kanker
yang
tinggi,
pembekuan
yang
menyebar
luas
dalam
pembuluh darah, mudah
memar,
jumlah
trombosit
sedikit.
Ginjal
Glomerulonefritis
membranous
Kanker
usus
besar
adanya
telur,
limfoma,
Tulang
darah
Hodgkin, leukemia
Kanker paru
membengkak (clubbing)
dari
berbagai kanker
Kulit
pencernaan atau
saluran
limfoma,
melanoma
44
Akantosis nigrikans)
Seluruh tubuh
Demam
Leukemia,
limfoma,
penyakit
Hodgkin,
kanker
sindroma
paraneoplastik
biasanya
harus
dilakukan
Tamponade jantung
Efusi pleura
Sindroma hiperkalemik
45
Stadium
100%
100%
IIA
92%
IIB
81%
IIIA
67%
IIIB
54%
IV
20%
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi II. Jakarta: EGC
2. Heffener, Linda J, & Danny J. S. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi. Edisi
Kedua. Jakarta: Erlangga.
3. David C. Sabiston,. Jr.,M.D. 1995, Sabiston Buku Ajar Bedah, Jakarta : EGC
4. Breast Cancer : The Advantage of Early Detection. Available at URL :
http://www.who.int/kobe_centre/mediacentre/en/ dibuka pada 21 Juli 2014.
5. Cummings, R.S.; Jeffrey A.; Tice , Scott B.; Warren S. B.; Jack C.; Elad Z.;
Victor V.; John S.; Celine V.; Rebecca Smith-Bindman , Karla Kerlikowske.
Prevention of breast cancer in post menopousal women : approaches to
estimating and reducing risk. Journal of The National cancer Institute 2009; 101:
384-98.
6. Firdaya, A. and C.B.S. DANGI. Triple-negative breast cancer and its
therapeutic options. International Journal of Pharma and Bio Sciences 2012; vol.
3(2).
7. Bugis, A. Hubungan faktor risiko menyusui dengan kejadian kanker payudara
pada pasien yang di rawat inap di R.S. Kariadi Semarang. 2007. Available at
URL :http://eprints.undip.ac.id/22321/1/Ashar_Bugis.pdf dibuka pada 21 Juli
2014.
8. Agborsangaya, C.B. Biomarkers for Risk of Breast Cancer during Pregnancy.
Academic Dissertation. Faculty of Medicine, University of Tempere. Finland,
2011.
9. Human Health. Available at URL : http://www.who.int/ipcs.publications/en/ch5
dibuka pada 21 Juni 2014
10. Cnattingius, S.; Anna T.; Aders E.; Fredik G.; Gunnar p.; Mats L.; Pregnancy
characteristics and maternal risk of breast cancer. Journal American Medicine
Association 2005; 294(19): 2474-80
11. L. Yang; Jacobsen KH. Asystematic review of the association between breast
feeding and breast cancer. Journal Womens Health (Larchmt) 2008; 17(10):
1635-45.
47
kanker
payudara
wanita.
Available
at
URL
http://eprints.undip.ac.id/5248/1/Rini_Indarti.pdf
48