Anda di halaman 1dari 25

CASE REPORT SESSION

KARSINOMA MAMMAE

Oleh:

Getty Innash Nandika


Karina Desiana Djunaedi
Yunisa Meutia Putri

Preceptor:
Preseptor: R. Yohana,dr.,Sp.B(K)-Onk

UPF BEDAH ONKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RS HASAN SADIKIN
BANDUNG
2016
I. KETERANGAN UMUM
Nama : Ny. R
Usia : 52 tahun
Alamat : Kebon Gedang XX no.33
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Status marital : Menikah
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 28 Juni 2016

II. ANAMNESA
Keluhan Utama : benjolan di payudara kanan
Anamnesa Khusus :
Sejak ±1bulan SMRS pasien merasakan adanya benjolan di
payudara kanan sebesar 2 buku jari. Benjolan tidak dirasakan membesar
oleh pasien. Pasien merasakan rasa tidak nyaman dan payudara kanan
seperti mengeras. Keluhan disertai dengan puting yang tertarik. Kulit
payudara terlihat seperti kulit jeruk disangkal. Benjolan tidak disertai
dengan keluar cairan atau darah dari puting. Gatal dan kemerahan di
sekitar puting disangkal. Benjolan di ketiak kanan disangkal. Panas badan
tidak ada. Keluhan benjolan di tempat lain, sesak nafas, dan nyeri kepala
hebat tidak ada. Rasa ngilu pada tulang tidak ada. Riwayat penurunan
berat badan disangkal.
Pasien belum mempunyai anak sampai sekarang. Menstruasi
pertama didapat pada usia 13 tahun dengan siklus yang tidak teratur.
Menopause sejak usia 51 tahun. Riwayat penggunaan KB dengan pil dan
suntik disangkal. Tidak ada riwayat penyakit serupa di keluarga. Karena
keluhannya pasien berobat ke RS Pindad Bandung, dan dilakukan biopsi di
RS tersebut. Kemudian setelahnya pasien dirujuk ke RSHS.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : kompos mentis
Berat badan : 56 kg
Tinggi badan : 152 cm
Gizi : cukup
Tanda vital : T : 130/80 mmHg
N = HR = 88 kali/menit, regular, equal, isi cukup
R : 22 kali/menit
S : 37,0oC
Kepala : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pernafasan
cuping hidung -/-, sianosis perioral (-)
Leher : JVP 5+0 cmH2O, KGB tidak teraba, HJR (-)
Thorax : bentuk dan gerak simetris, BPH ICS V kanan
Cor : kardiomegali (-), bunyi jantung S1 S2 normal, S3 (-), S4
(-), murmur (-)
Pulmo : VF, VR, VBS kiri = kanan, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba, pekak
samping (-), bising usus (+) normal
Extremitas : edema -/-, sianosis -/-, club -/-
Status Localis
(diagram payudara)

a/r mammae dextra


Inspeksi : tampak massa, permukaan berbenjol-benjol, retraksi puting (+),
nipple discharge (-), peau de orange (-)
Palpasi : teraba massa keras berukuran 3x3x2cm, terfiksir, batas tegas,
permukaan berbenjol-benjol

IV. RESUME
Seorang wanita berusia 58 tahun datang dengan keluhan utama
benjolan di payudara kanan sejak 4 bulan SMRS. Mula-mula sebesar
kelereng yang makin lama makin besar hingga sekarang sebesar telur
ayam kampung. Nyeri (-), nipple dimpling (-), ulkus (-), nipple discharge
(-). Febris (-), batuk-batuk lama (-), sesak nafas (-), nyeri epigastrium (-),
rasa penuh di perut (-), cepat kenyang (-), nyeri punggung (-), nyeri
pinggang (-), cephalgia (-), nyeri tulang (-), penurunan berat badan (-),
ikterus (-), patah tulang tiba-tiba (-). P2A0, menarche pada usia 14 tahun,
teratur, riwayat dismenore (+) kadang-kadang, saat ini menopause, riwayat
menyusui (+), riwayat pemakaian kontrasepsi (-), riwayat tumor mammae
pada keluarga (-).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis lain dalam batas
normal. Status lokalis a/r mammae dextra didapatkan massa tunggal di
kuadran lateral atas, permukaan rata, ukuran 7x7x5 cm, konsistensi keras,
tidak berbenjol-benjol, mudah digerakkan, batas tidak tegas, hiperemis (-),
nyeri tekan (-), nipple discharge (-), nipple dimpling (-), ulkus (-), peau
d’orange (-), retraksi papila (-), KGB aksila teraba membesar + mobile,
KGB supraklavikula tidak teraba membesar.

V. DIAGNOSIS KLINIS ONKOLOGIS


Invasive ductal carcinoma mammae dextra T2N0Mx.

VI. USUL PEMERIKSAAN


- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan histopatologis
- Foto thorax PA
- USG Axilla sinistra
- USG Hepar

VII. RENCANA TERAPI


Umum : Diet TKTP
Khusus : Rencana Simple mastektomi

VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad malam
PEMBAHASAN

1. Bagaimana dasar diagnosis pada kasus ini?


- ♀, usia 52 tahun
- Anamnesis: benjolan di payudara kanan, niple retraction (+)
- Pemeriksaan fisik:
a/r mammae sinistra
Inspeksi
tampak massa, permukaan berbenjol-benjol, retraksi puting (+), nipple discharge
(-), peau de orange (-)
Palpasi
teraba massa keras berukuran 3x3x2cm, terfiksir, batas tegas, permukaan
berbenjol-benjol
- Sudah dilakukan biopsi dengan hasil invasive carcinoma mammae grade II
- Staging
Massa dengan ukuran 3cmx3cmx2cm  T2
Tidak ditemukan juga benjolan di tempat lain, yaitu KGB axilla yang keras,
terfiksir,  N0
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengenai adanya metastase belum dapat
dipastikan  Mx
2. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?
1. Stadium 0  simple mastektomi
2. Kanker payudara std.dini/operabelpembedahan
3. Kanker Payudara lokal lanjut
Operabel : Mastektomi simpel + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant +terapi
hormonal
Inoperabel: Radiasi kuratif + Terapi hormonal
Radiasi + operasi +kemoterapi + terapi hormonal
Kemoterapi Neoadjuvan + Operasi + Kemoterapi + Radiasi +
Terapi hormonal
4. Kanker Payudara Lanjut metastase Jauh
Terapi primer ; terapi sistemik (kemoterapi dan terapi hormonal)
Terapi Tokoregional (radiasi dan pembedahan) apabila diperlukan.

3. Bagaimana prognosis pada kasus ini?


Quo ad vitam : ad bonam. Karena tidak ada kondisi yang mengancam jiwa
pasien.
Quo ad functionam : ad malam. Karena seluruh jaringan payudara pada pasien
diangkat dengan tindakan simple mastektomi.

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Payudara
Payudara pada wanita menonjol mulai dari iga ke II/III sampai ke iga
VI/VII dan dari dekat pinggir sternum sampai garis axilla anterior. Tetapi jaringan
payudara sebenarnya bisa lebih luas lagi sampai ke klavikula sebagai suatu
lapisan jaringan tipis dan ke medial sampai ke garis median, ke lateral sampai
pinggir otot latissimus dorsi. Ada suatu bagian dari payudara yang disebut buntut
dari payudara atau “axillary projection of the breast”.

Struktur Dasar
Terdiri atas kelenjar, jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak. Jaringan
kelenjar, yang dinamakan kelenjar dan saluran tubuloalveolar, membentuk 15
sampai 20 lobus yang mengelilingi nipple, masing-masing bermuara ke duktus
laktiferus. Di tiap lobus terdapat lobulus-lobulus. Jaringan ikat fibrosa
memberikan struktur penahan dalam bentuk tali fibrosa atau ligamen
suspensorium yang dihubungkan baik ke kulit maupun ke fascia. Jaringan lemak
terutama pada permukaan dan area tepi.
Gambar 1. Struktur Dasar Payudara
Setiap kelenjar mammae terdiri atas sekitar 15 sampai 20 lobus. Terdapat
ligamen Cooper yang meluas dari fascia pektoralis profunda ke fascia kulit
superfisial yang memberikan tahanan. Payudara dibagi menjadi empat kuadran,
yaitu upper inner quadrant (UIQ), lower inner quadrant (LIQ), upper outer
quadrant (UOQ) dan lower outer quadrant (LOQ).

Upper inner
Upper outer quadrant (UIQ)
quadrant (UOQ)

Upper lower
Lower outer quadrant (UIQ)
quadrant (UIQ)

Gambar 2. Pembagian Kuadran Payudara

Batas-batas payudara di antaranya:


 Superior : vena aksila
 Posterior : nervus thorakalis
 Medial : M. Pectoralis minor
 Lateral : M. Latissimus dorsi

Vaskularisasi
Perdarahan payudara terutama dari cabang arteri perforantes anterior dari
arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri
aksilaris, dan beberapa arteri interkostalis.

Drainase Limfatik
 KGB pectoralis (anterior), berlokasi di lipatan aksila anterior (di antara
batas bawah M. Pectoralis mayor).
 KGB subscapular (posterior), berlokasi di lipatan aksila posterior (daerah
batas lateral scapula). Drainasenya dari dinding belakang dada dan
sebagain lengan.
 KGB lateral, berlokasi di daerah humerus atas. Drainasenya dari lengan.
 Drainase dari KGB pusat di aksila, kemudian ke KGB infraclavicular dan
supraclavicular.
 Sebagian drainase dari payudara ada yang langsung berhubungan dengan
KGB infraclavicular.

Gambar 3. Drainase Limfatik Payudara


Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan
payudara, apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi
defisit fungsional pada saraf yang terkena, sebagai contoh:

Nervus Otot/Area Persarafan Defisit Fungsional


N. torasikus (of Bell) Serratus anterior Winging scapula
N. torakodorsalis Latissimus dorsi Tidak dapat mendorong diri
sendiri untuk berdiri dari
posisi duduk
N. pektoralis medial dan Pektoralis mayor dan minor Kelemahan dari otot
lateral pektoralis
N. interkostobrakhial Menyeberang axilla secara Anestesi pada bagian dalam
transversal menuju bagian lengan
dalam lengan

Masa teraba saat palpasi


Usia Lesi yang Biasa Dijumpai Karakteristik
15-25 Fibroadenoma Bulat, mobile, tidak nyeri
25-50 Kista Lunak hingga keras, bulat,
mobile, kadang nyeri
Fibrocystic changes Noduler, rope like
Kanker Iregular, stelat, keras, batas
tidak tegas
Kanker (kecuali jika tidak Iregular, stelat, keras, batas
> 50 dapat dibuktikan) tidak tegas
Lactating adenoma, kista, Iregular, stelat, keras, batas
Kehamilan/menyusui mastitis, kanker tidak tegas
Pendahuluan
Karsinoma mammae berasal dari sel epitel yang membatasi unit lobular
duktus terminalis. Sel–sel kanker yang tetap melekat pada membrane basalis dari
elemen duktus terminalis dan duktus drainase disebut in situ atau non invasive.
Sedangkan kanker disebut invasif jika terjadi pemisahan dari sel-sel kanker diluar
membrane basalis dari duktus dan lobulus, serta menyusup ke jaringan normal di
sekitarnya.

Insidensi dan Epidemiologi


Karsinoma mammae pada wanita menduduki tempat nomor 2 setelah
karsinoma serviks uteri. Kurva insidensi – usia bergerak naik terus sejak usia 30
tahun. Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun.
Angka tertinggi terdapat pada usia 45 – 66 tahun.

Faktor Resiko
Keluarga. Kemungkinan untuk menderita kanker mammae 2 – 3 kali lebih besar
pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara.
Kemungkinan ini lebih besar bila ibu atau saudara kandung itu menderita kanker
bilateral atau kanker pada premenopause.

Usia. Insiden menurut usia naik sejalan dengan bertambahnya usia.

Hormon. Pertumbuhan karsinoma mammae sering dipengaruhi oleh perubahan


keseimbangan hormone. Misalnya, pada wanita yang diangkat ovariumnya di usia
muda lebih jarang ditemukan karsinoma mammae. Akan tetapi, hal itu tidak
membuktikan hormone seperti estrogen dapat menyebabkan karsinoma mammae
pada manusia. Selain itu, menarche yang cepat dan menopause yang lambat
ternyata meninggikan resiko terhadap terjadinya karsinoma mammae. Resiko
terhadap karsinoma mammae lebih rendah pada wanita yang melahirkan anak
pertama pada usia lebih muda. Kemungkinan resiko meninggi terhadap adanya
karsinoma mammae pada wanita yang memakan pil KB dapat disangkal
berdasarkan penelitian terdahulu.

Virus. Pada air susu ibu (ASI) ditemukan virus (partikel) yang sama dengan yang
terdapat pada air susu tikus yang menderita karsinoma mammae. Akan tetapi
peranannya sebagai faktor penyebab pada manusia belum dapat dipastikan.

Sinar ionisasi. Dari penelitian epidemiologi setelah ledakan bom atom atau
penelitian pada orang setelah pajanan sinar Rontgen, peranan sinar ionisasi
sebagai faktor penyebab pada manusia menjadi lebih jelas.
Hal-hal yang dianggap merupakan faktor risiko kanker payudara antara lain:
1. Usia
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Kebanyakan kasus kanker timbul pada wanita yang
berusia lebih dari 60 tahun.
Secara anatomi dan fingsional, payudara akan mengalami atrofi
dengan bertambahnya usia. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada
masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi
sebelum terjadinya perubahan klinis.
2. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduksi yang berhubungan dengan resiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada usia muda, keteraturan
siklus menstruasi, menopause pada umur lebih tua dan kehamilan pertama
pada usia tua.
Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat
kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker
payudara. Wanita dengan riwayat kehamilan cukup bulan pada usia di bawah
18 tahun memiliki risiko terkena kanker payudara sepertiga dibandingkan
dengan wanita yang baru memiliki anak di usia 30 tahun.
3. Penggunaan hormon
Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang bermakna pada penggunaan terapi
estrogen replacement.
Suatu analisa mengatakan walaupun tidak terdapat resiko kanker
payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini
sebelum menopause.
4. Riwayat tumor jinak payudara
Wanita dengan riwayat tumor jinak payudara, dapat terjadi
peningkatan resiko terjadinya kanker payudara sebanyak empat kali dan resiko
ini akan terus meningkat hingga 30 tahun setelah didiagnosa tumor jinak
payudara.
5. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai faktor risiko terjadinya kanker
payudara.
6. Riwayat radiasi dinding dada
Paparan dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya resiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian
yang dilakukan disimpulkan bahwa resiko akibat radiasi berhubungan secara
linier dengan dosis dan umur saat terjadinya pemaparan.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan untuk skrining kanker payudara. Terdapat
peningkatan resiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita
kanker payudara.
Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
erat dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA1, yaitu suatu gen
susceptibilitas kanker payudara, probabilitas untuk terjadinya kanker payudara
sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.
Klasifikasi TNM dari Karsinoma mammae

Tis Cancer in situ


T1 2 cm (T1a 0.5 cm, T1b >0.5-1 , T1c >1-2 cm)
T2 >2 cm-5 cm
T3 >5 cm
T4a Involvement of chest wall
T4b Involvement of skin (includes ulceration, direct infiltration, peau d'orange,
and satellite nodules)
T4c T4a dan T4b
T4d Inflammatory cancer

N0 No regional node metastases


N1 Palpable mobile involved ipsilateral axillary nodes
N2 Fixed involved ipsilateral axillary nodes
N3 Ipsilateral internal mammary node involvement (rarely clinically
detectable)

M0 No evidence of metastasis
M1 Distant metastasis (includes ipsilateral supraclavicular nodes)

Keterangan :
Lekukan pada kulit, retraksi papilla, atau perubahan lain pada kulit, kecuali yang
terdapat pada T4, bisa terdapat pada T1, T2 atau T3 tanpa mengubah klasifikasi.
Dinding thoraks adalah iga, otot interkostal dan m.serratus anterior, tanpa otot
pektoralis.
UICC stage TNM classification

I T1, N0, M0

II T1, N1, M0; T2, N0-1, M0

III any T, N2-3, M0; T3, any N, M0; T4, any N, M0

IV any T, any N, M1

Correlation of UICC (1987) and TNM classifications of tumours

Gejala Klinis dan Diagnostik


Pada karsinoma mammae, pada mulanya benjolan sama seperti jinak,
tetapi bila membesar, benjolan tersebut akan mulai tidak mudah digerakkan dari
sekitarnya, tanda adanya infiltrasi. Bila menginfiltrasi ke kulit, maka akan tampak
lekukan, dan bila benjolannya besar serta seluruhnya melekat pada kulit, disertai
dengan tanda-tanda peradangan pada saluran limfe kulit, maka kulit tersebut akan
tampak seperti kulit jeruk.
Payudara dibagi 4 kwadran dengan 1 sentral, yakni :
1. Kwadran lateral atas, lateral bawah, medial atas dan medial bawah
2. Sentral (sekitar putting susu)
Pada inspeksi dinilai bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan,
lekukan, retraksi, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan.
Palpasi dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di punggung,
dengan menggunakan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa
tekanan pada setiap kuadran payudara. Dengan memijat halus putting susu dapat
diketahui adanya pengeluaran cairan, darah atau nanah. Cairan yang keluar dari
kedua puting susu harus selalu dibandingkan. Pengeluaran cairan dari putting
diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh beberapa kelainan seperti karsinoma.

Penegakan Diagnosis Kanker Payudara


Berdasarkan Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia,
diagnosis kanker payudara dapat ditegakkan melalui tahapan-tahapan berikut:
A. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis, hal-hal yang perlu dicari adalah informasi mengenai:
a. Keluhan pada payudara atau ketiak beserta perjalanan penyakitnya:
 Benjolan
 Kecepatan tumbuh
 Rasa sakit
 Nipple discharge
 Nipple retraction (ditanyakan pula mengenai onsetnya)
 Krusta di areola
 Kelainan pada kulit, misalnya dimpling, peau d’orange, ulserasi,
venektasi
 Perubahan warna kulit
 Benjolan di ketiak
 Edema lengan bawah
b. Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis), antara lain:
 Nyeri tulang (vertebra, femur)
 Rasa penuh di ulu hati
 Batuk
 Sesak
 Sakit kepala hebat
2. Pemeriksaan Fisik
a. Status generalis, cantumkan perform status
b. Status lokalis:
 Pemeriksaan terhadap kedua payudara
 Massa tumor
 Lokasi
 Ukuran
 Konsistensi
 Permukaan
 Bentuk dan batas tumur
 Jumlah tumor
 Terfiksasi atau tidak ke jaringan sekitar payudara, kulit, m.
Pectoralis, dan dinding dada
 Perubahan kulit
 Kemerahan, dimpling, edema, nodul satelit
 Peau d’orange, ulserasi
 Nipple
 Tertarik
 Erosi
 Krusta
 Discharge
 Status KGB (jumlah, ukuran, konsistensi, terfiksir satu sama lain
atau jaringan sekitar)
 KGB aksila
 KGB infraklavikula
 KGB supraklavikula
 Lokasi organ
B. Pemeriksaan Radiodiagnostik/Imaging
1. Recommended (diharuskan)
a. USG payudara dan mamografi untuk tumor >3 cm
b. Foto thorax
c. USG abdomen (hepar)
2. Optional (atas indikasi)
a. Bone scanning/bone survey (bilamana sitologi atau klinis sangat
mencurigai pada lesi >5 cm)
b. CT-scan
C. Pemeriksaan sitologi (FNAB = Fine Needle Aspiration Biopsy)
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologis curiga ganas
D. Pemeriksaan histopatologi
Dilakukan potong beku dan atau parafin, bahan pemeriksaan diambil melalui:
 Core biopsy
 Biopsi eksisional
 Biopsi insisional
 Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksaan KGB
 Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, P53, dll
E. Laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium rutin dan
pemeriksaan kimia darah yang sesuai dengan perkiraan metastasis.

Terapi
Untuk mendapat diagnosis histology, biasanya dilakukan biopsy, sehingga
tindakan ini dapat dianggap sebagai tindakan pertama pada pembedahan
mammae. Dengan sediaan baku, hasil histopatologi dapat diselesaikan dalam
waktu 15 menit. Bila pemeriksaan menunjukkan tanda tumor jinak, operasi
diselesaikan. Akan tetapi pada hasil yang menunjukkan tumor ganas, operasi
dapat dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif, yaitu bedah radikal, bedah
radikal yang diubah, bedah konservatif, yaitu eksisi tumor luas.
Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara, dan
tidak ada infiltrasi ke dinding dada dan kulit mammae, atau infiltrasi dari
kelenjar limfe ke struktur sekitarnya. Tumor disebut operable jika dengan
tindakan bedah radikal, seluruh tumor dan penyebarannya di kelenjar limfe
dapat dikeluarkan.
Bedah radikal (mastektomi radikal) menurut Halsted, meliputi
pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, m.pektoralis mayor
dan minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus.
Bedah radikal yang diubah (mastektomi radikal yang “modified”)
adalah bedah radikal yang tetap mempertahankan m.pektoralis mayor dan
minor, jika otot tersebut jelas bebas dari tumor mammae.
Bedah konservatif adalah biopsy eksisi luas (dengan batas 1 cm dari
jaringan normal) atau eksisi yang lebih luas yaitu seluruh kwadran
(quadrantectomy), ditambah diseksi aksila dan radioterapi pada sisa payudara
tersebut. Menurut Sainsbury, tumor mammae yang dapat dilakukan bedah
konservatif adalah tumor mammae dengan :
 lesi tunggal secara klinis dan mammography
 tumor dengan diameter ≤ 4cm
 berdasarkan klasifikasi TNM termasuk T1, T2 dengan N0,N1 atau M0
 Tumor > 4cm pada payudara yang besar.
Pada benjolan mammae yang inoperable, dilakukan radiasi pada
mammae atau kemoterapi adjuvant. Tumor mammae disebut inoperable
jika seluruh tumor telah melekat pada kulit atau adanya kelenjar-kelenjar
supraklavikuler atau adanya limfangitis karsinomatosa atau kelenjar-
kelenjar aksila sudah melekat, atau edema pada lengan, atau ada metastase
jauh, atau ada ulserasi atau pada klasifikasi TNM yaitu tumor yang
tergolong T4, N2/N3, M1.
Radioterapi
Untuk kanker payudara berperan sebagai terapi kuratif dengan
mempertahankan mammae dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.
Radioterapi lebih berguna sebagai terapi tambahan untuk tujuan kuratif
pada tumor yang relative besar. Sedangkan radioterapi paliatif berhasil baik
untuk waktu yang terbatas, bila tumor sudah inoperable secara local.
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan kelenjar
supraklavikula. Akan tetapi penyulitnya adalah pembengkakan lengan
karena limfoedema akibat rusaknya kelenjar ketiak supraklavikular.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada
penyebaran sistemik dan sebagai terapi adjuvant. Kemoterapi adjuvant
diberikan pada pasien yang pada pemeriksaan histopatologis paska bedah
mastektomi ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar.
Tujuannya untuk menghancurkan mikrometastasis, di mana menurut
Bonnadonna bila terdapat kelenjar aksila yang mengandung metastasis,
maka di tempat-tempat lain kemungkinan besar sudah ada mikrometastasis.
Obat yang diberikan adalah kombinasi siklofosfamid, metotreksat, dan 5-
fluorouracyl selama 6 bulan pada pasien premenopause, sedangkan pada
pasien paskamenopause diberikan terapi adjuvant hormonal berupa obat pil
anti estrogen.
Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah
menderita metastasis sistemik. Obat yang harus diberikan secara kombinasi
antara lain adalah 5-fluorouracyl, atau vincristin dan adriamycin, atau 5-
fluorouracyl, adriamycin dan siklofosfamid.
Kemoterapi bersifat toksis, sehingga perlu diawasi keadaan umum
pasien serta kadar Hb, leukosit dan trombosit.
Terapi hormonal
Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila terjadi metastasis jauh atau
sudah pernah mendapat radiasi sebelumnya, tetapi residif. Terapi hormonal
biasanya diberikan secara paliatif sebelum kemoterapi karena efek paliatifnya
lebih lama dan efek sampingnya lebih kurang. Terapi hormonal paliatif dapat
dilakukan pada penderita yang premenopause dengan cara ovarektomi bilateral
atau dengan pemberian antiestrogen, seperti tamoksifen atau aminoglutetimid.
Tidak semua karsinoma mammae peka terhadap terapi hormonal.
Penderita yang diharapkan memberi respon yang baik dapat diketahui dari “uji
reseptor estrogen” pada jaringan tumor. Terapi hormonal ini diberikan sebagai
adjuvant pada pasien paskamenopause yang uji reseptor estrogennya positif dan
pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar aksila yang berisi metastasis.
Obat yang dipakai adalah sediaan antiestrogen tamoksifen; kadang menghasilkan
remisi selama beberapa tahun. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek
samping terlalu berat.
Prognosis
“Survival rate” bergantung kepada stadium pada waktu pasien dilakukan
pengobatan dan jenis tumor.

Residif lokal dapat terjadi setelah bedah konservatif, namun dapat


dihindarkan bila teknik operasinya baik dan penentuan indikasi operasi yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA

J R C Sainsbury, et al. 2000. Breast cancer.


http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta
: EGC
Catherine A. Johnson, Anand N., Kaufman S. Matthew, et al. 2003. First Aid for
the Surgery Clerkship. New York: Mc Graw Hill.
Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi (PERABOI) 2003. Cetakan I: 2004.
Schwartz, Shires, Spencer. 2000. Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta:
EGC.
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R., Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
1997
www.emedicine.com/plastic/topic521.htm#section~introduction
www.wisc.edu/wolberg/breast.html
www.wisc.edu/wolberg/breast.html#anatomy
www.cancerbacup.org.uk/Cancertype/Breast/Typesofbreastcancer/Pagetsdisease#
5830

Anda mungkin juga menyukai