Anda di halaman 1dari 44

TEKNOLOGI BAHAN

MATERI

METALURGI BESI & BAJA


PENGUJIAN BAHAN
PENGOLAHAN PANAS
ELEMEN-ELEMEN
CAMPURAN
LOGAM NON-BESI
BAHAN NON-LOGAM
PENGELASAN
TEGANGAN DAN REGANGAN
ENERGI REGANGAN
TEGANGAN DALAM TANGKI
SHEAR DAN TORSI
GAYA SHEAR DAN MOMEN
PEMBENGKOKAN BEAM
KOMBINASI GAYA-GAYA
1

METALURGI BESI DAN BAJA

Proses pembuatan baja, pada


dasarnya adalah mengurangi
kandungan karbon (arang) dan
elemen-elemen didalamnya
yang tidak diperlukan dari besi
kasar (molten pig-iron).
Besi kasar diperoleh dari bijihbijih besi yang dilebur dalam
dapur tinggi, dimana zat-zat lain
yang tidak dikehendaki masih
terdapat didalam besi kasar
dibuang.
Bijih besi diperoleh dari hasil
tambang yang sudah dicuci
dan dipisahkan dari zat-zat lain
yang tidak diperlukan seperti
tanah dan batu-batuan lain.
2

Proses pembuatan besi dan baja

Hasil tambang
masih bercampur tanah,
batu-batuan, pasir, dan zatzat lain

Dibersihkan, dipisahkan
dengan tanah, pasir dll,
dipecah-pecah dibentuk
menjadi butir-butir kecil

Dapur Tinggi
Dicampur `bahan tambahan dan
kokas hasilnya besi kasar (pigiron), ibentuk menjadi ingot
Kadar arang 3,5 - 4%
Sebagian
besi kasar
ini dituang
dalam
OVEN
KUBAH

Convertor
(Bessemer, Thomas)
atau Oven
(Martin, Oksi dll)
Kadar arang dikurangi
hingga < 1,5 % untuk
membentuk baja

dijadikan besi
dan baja tuang

Diproduksi menjadi
Baja konstruksi (profil,
balok)
dengan metoda :
Tuang, Tempa, Rol

Biji besi
Bahan utama untuk fabrikasi besi kasar, terdiri
berbagai jenis :

Bijih besi coklat 2Fe2O3 + 3H2O

lk. 40% besi

Batu besi merah Fe2O3

lk. 50% besi

Fe3O4

Batu besi magnit


Batu besi kalsit

FeCO3

lk. 60% besi


lk. 40% besi

Sebelum diproses dalam dapur tinggi, dilakukan


pengerjaan sbb.:

Pencucian, dimana bijih besi dibawa ke


saluran goncang melawan aliran air untuk
memisahkan tanah, lempung dan tanah liat
Dipilih ukurannya, sedapat mungkin sama,
kalau perlu dipecah dan disaring.
Dipisahkan dari batu-batuan dengan bantuan
silinder-silinder besar yang diputar dimana
terdapat magnit yang berkekuatan besar,
sehingga batu-batuan akan terlempar keluar
Dipanggang dalam oven untuk dikeringkan
dan membuang gas-gas, dan jika perlu,
karbonat besi diubah menjadi oksid besi,
dicampur dengan bahan-imbuh antara lain
belerang dan zat arang.
Selanjutnya di-rol hingga berupa bola-bola
kecil dan bijih besi siap untuk diproses di
dapur tinggi.
4

Dapur tinggi

Berbentuk kerucut dua buah, satu diatas yang lain.


Dilapis dengan batu tahan api yang diperkuat dengan
selubung pelat baja.
Bijih besi dimasukkan dari atas setelah diberi bahan imbuh
seperti kokas dan lain-lain.
Udara ditiupkan dari bagian bawah diatas nyala api.

Prinsip proses di dapur tinggi :


memisahkan bijih besi (ferrit) dengan oksigen
prosesnya disebut proses reduksi.

Bijih besi masih mengandung batu-batuan yang mempunyai


titik lumer tinggi, karena itu ditambahkan kapur (CaO) yang
akan melumer bersama batua-batuan dan abunya menjadi
terak.
Terak ini akan mengapung diatas cairan bijih besi dan
melindunginya dari oksidasi.Besi hasil dapur tinggi disebut
besi kasar (wrought iron), dengan kandungan karbon 3,5
4%.
Ada dua jenis besi kasar, yaitu:

Besi kasar putih


Besi kasar abu-abu

Besi kasar belum dapat digunakan dalam industri


atau konstruksi karena masih banyak zat / kotoran
yang tidak diperlukan
Besi kasar perlu diproses lagi untuk menghilangkan
sebagian besar karbon, silisium, mangaan, fosfor,
belerang dan lain-lain.
Proses-proses tersebut dilakukan a.l. didalam
convertor (atau oven) Bessemer, Thomas, oksid,
Martin, listrik dll.

Convertor Bessemer

Converter Bessemer terdiri dari oven yang


berbentuk labu dengan alas terbuka, dan diberi dua
tap yang dapat berputar secara horisontal.
Converter diisi pada posisi horisontal dan kemudian
diputar hingga posisi vertikal, baru dilakukan proses
pemanasan hingga besi mencair.
Bahan yang diproses adalah besi kasar kelabu
yang banyak mengandung silisium.
Silisium akan ber-reaksi dengan asam, karena itu
lapisan tahan panas convertor ini harus berbasis
asam agar tidak terjadi reaksi antara asam dan basa
yang menimbulkan garam dan air.
Untuk menjadikan besi kasar menjadi baja, kadar
arang harus dikurangi hingga tinggal 0,0 1,5 %.
Sebagian arang yang terkandung dalam besi kasar
akan ikut terbakar, sehingga perlu diberi tambahan
karbon atau memproses besi yang banyak
mengandung arang, seperti besi-cermin dan ferro
manggaan, yang mengandung karbon lk. 6%.

Convertor Thomas

Bahan yang diproses adalah besi kasar


putih yang banyak mengandung fosfor
Perlu diberi bahan tambahan seperti kapur
agar reaksi pada lapisan tahan apinya
terjadi reaksi basa, untuk menghindari
terbentuknya garam dan air.
Terak yang akan terjadi sebagai akibat
reaksi bahan-bahan tambahan dan zat-zat
yang tidak berguna dalam besi kasar harus
dialirkan dulu sebelum mencerat hasil baja
yang diinginkan.
Mutu baja yang dihasilkan oleh converter
Bessemer dan Thomas masih belum baik
dan hanya dapat digunakan untuk
konstruksi sederhana
Produksinya semakin tersisih dengan
proses yang dilakukan di oven oksi dan
oven Martin dan lain-lain yang lebih
modern mutunya lebih baik.

Oven Oksi

Oven ini disebut converter modern dan


prosesnya disebut proses oksi
Oksigen murni ditiupkan diatas dan
didalam cairan besi sehingga karbon,
silisium, mangaan dan lain-lainnya akan
terbakar.
Dalam prosesnya, besi yang sudah
terbakar ini diberi kapur dan menghasilkan
terak yang akan mengapung sehingga
melindungi besi dari udara yang
berpengaruh buruk terhadap baja.
Bahan baku oven ini adalah besi kasar,
tetapi juga bisa memakai besi tua.
Baja yang dihasilkan dapat digunakan
untuk bahan bagian-bagian mesin seperti
baut, poros, batang penggerak dan lainlain.

Oven Martin

Terdiri dari satu tungku dimana bahan


dilumerkan dan empat ruangan
dibawahnya digunakan untuk memanaskan
gas dan udara untuk menghasilkan
temperatur yang tinggi.
Gas dan udara ditiupkan diatas bahan
yang dicairkan.
Bahan baku oven Martin pada umumnya
menggunakan baja tua / bekas, juga sering
menggunakan bahan dari besi kasar dan
besi tua atau bahkan dari bijih besi.
Sama dengan oven-oven lain, terak juga
akan terbentuk didalam tungku dari reaksi
berbagai bahan imbuhan, dan mengapung
diatas cairan untuk menutupinya dari
pengaruh udara.
Hasilnya sering disebut sebagai baja
Martin, sangat baik untuk bahan konstruksi
dan bagian-bagian mesin.

Oven Listrik
Oven listrik dibagi menjadi dua grup:

Oven Busur Nyala Api


Oven Induksi
Oven Busur Nyala Api:

Pada oven ini, untuk mendapatkan pembakaran


diatas tungku digunakan batang-batang arang
yang digantungkan diatas cairan dan ditekankan
ke cairan besi sehingga terjadi arus pendek dan
meningkatkan suhu temperatur bahan.

Dapur Heroult

Dapur Stassano

Setelah permukaan cairan menurun, akan terjadi


busur nyala api yang memanaskan isi oven, dan
terjadi oksidasi pada campuran bahan imbuhan

10

Oven Induksi:
Oven Induksi dibagi dua jenis:
Oven Induksi frekuensi Rendah
Oven Induksi Frekuensi Tinggi
Oven Induksi Frekuensi Rendah

Oven berbentuk
bundar

Teras baja lunak

Oven Kjellin

Pada frekuensi rendah, oven induksi bekerja menurut


prinsip tranformator, dimana oven sesungguhnya adalah
saluran disekeliling teras yang dibuat dari baja lunak.
Saluran yang berbentuk bulat dengan isinya dianggap
gulungan sekunder yang dihubungkan secara singkat.
Hubungan singkat ini menghasilkan panas yang tinggi
sehingga isi oven mencair.

11

Oven Induksi Frekuensi Tinggi


Pada Oven Induksi Frekuensi Tinggi, kumparan besar
dililitkan disekeliling oven sesungguhnya, dimana
jika dialiri arus bolak balik, akan terjadi aliran
pusaran didalam isi oven.

Oven ini digunakan untuk pembuatan baja dari


besi kasar dan besi tua dan disebut sebagai baja
elektro
Hasilnya banyak dipakai untuk membuat perkakas
(tools) seperti pahat, setempel dan lain-lain.

oven

12

Perbedaan prinsip
convertor dan oven
Proses

Produk asal

Con
Ver
tor

Bessemer Besi kasar kelabu


(+ Silisium)

Con
Ver
tor

Thomas

Con
Ver
tor

Oksi

Bahan Produk Penggunaan


Imbuh
C, Si,
Mn

Baja B

Konstruksi

Besi kasar putih


(+fosfor)

Baja T Konstruksi

Bijih besi,
Besi kasar, Besi tua

C, Si, Baja O
Mn dll

K onstruksi
dan bagian2 mesin

Oven Martin

Bijih besi Besi kasar, C, Si, Baja M Konstruksi


besi tua
Mn, dll
dan bagian-bagian mesin

Oven Listrik

Besi kasar,
Besi tua

C, Si, Baja E
Mn, dll

13

Perkakas (tools)

14

15

PENGUJIAN BAHAN

JENIS-JENIS PENGUJIAN

Uji tarik (Tensile test), untuk


mengetahui kekuatan tarik, kekuatan
putus atau patah, dan kekenyalan.
Uji tekan (Pressure test) untuk
mengetahui kekuatan tekan dan
kekenyalan, namun berlawanan dengan
uji tarik, bahan menerima gaya tekan.
Uji tekuk atau uji lentur (Bending test),
untuk mengetahui kelenturan atau
perubahan bentuk suatu bahan jika
ditekuk atau dibengkokkan.
Uji kekerasan (Hardness test), untuk
mengetahui kekerasan atau kekuatan
bahan terhadap gaya / beban yang
dilakukan oleh bahan lain yang lebih
keras
Uji pukul dan Takik (Hammer Test)
untuk mengetahui keuletan bahan,
biasanya setelah menjalani pengolahan
panas (heat treatment).
16

Bahan

PENGUJIAN TARIK

Dibuat sesuai normalisasi dan dibubut menurut gambar


Kedua ujung bahan diikat diantara dua kepala pengikat bangku
tarik, dimana akan dilakukan gaya tarik yang kekuatannya
semakin membesar.
Gaya tarik di kedua ujung bahan membuat bahan memanjang
Grafik dibuat antara tegangan dan regangan (bukan dengan
gaya tariknya)
Tegangan adalah perbandingan antara besarnya gaya dengan
luas penampang bahan uji (A),
Luas penampang sebelum pengujian AO, dan sesudah diberi gaya
tarik AU.
Gaya tarik
F
Tegangan =
atau =
Luas penampang semula
AO

Regangan ( e) adalah perpanjangan bahan akibat gaya


tarik dibandingkan dengan panjang semula, biasanya
dinyatakan dengan prosen (%), tetapi sering juga tidak
disebutkan satuannya.
Regangan =

perpanjangan
Panjang semula

17

X 100%

atau =

L
LO

UJI TARIK

DIAGRAM UJI TARIK

LO

LU
L= LO - LU

Tegangan maksimum (HB max)

Batas lumer
Batas regangan tetap

Batas kenyal

T
E
G
A
N
G
A
N

Regangan (e)

18

Batas putus

Istilah-istilah dalam pengujian bahan

perpanjangan

Panjang semula
Regangan =

x 100% atau

Dalam pengujian tarik juga dikenal istilah


Modulus Kenyal yang diperkenalkan oleh
Young, sehingga hal ini sering disebut
Youngs Modulus Elasticity. Yang
dimaksud adalah besarnya sudut antara
garis tegak tegangan dengan garis
regangan, atau:
tegangan

regangan
Modulus Kenyal Young = tg. a =
atau E = tg a =

19

1 PENGUJIAN dan SIFAT-SIFAT


BAHAN
Pengujian berbeda dengan pemeriksaan.
Pengujian atau percobaan atau testing bahan adalah untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik bahan dengan angka-angka. Pengujian atau percobaan bahan berkaitan
dengan gaya-gaya yang mungkin akan diterima oleh suatu bahan jika digunakan
dalam suatu bangunan atau konstruksi, sehingga dalam pemasangannya nanti,
bangunan atau konstruksi tersebut aman. Jadi, pengujian bahan pada dasarnya
adalah untuk atau berkaitan dengan keselamatan.
Pemeriksaan bahan untuk mencari atau menyelidiki penyebab kesalahan bahan
seperti retak, patah, terjadinya gelembung gas, dan lain-lain.
Jenis-jenis pengujian
1. Uji tarik (Tensile test), untuk mengetahui kekuatan tarik, kekuatan putus
atau patah, dan kekenyalan.
2. Uji tekan (Pressure test) untuk mengetahui kekuatan tekan dan kekenyalan,
namun berlawanan dengan uji tarik, bahan menerima gaya tekan.
3. Uji tekuk atau uji lentur (Bending test), untuk mengetahui kelenturan atau
perubahan bentuk suatu bahan jika ditekuk atau dibengkokkan.
4. Uji kekerasan (Hardness test), untuk mengetahui kekerasan atau kekuatan
bahan terhadap gaya / beban yang dilakukan oleh bahan lain yang lebih
keras
5. Uji pukul dan Takik (Hammer Test) untuk mengetahui keuletan bahan,
biasanya setelah menjalani pengolahan panas (heat treatment).
PENGUJIAN TARIK
Pada pengujian tarik, benda kerja disiapkan seperti gambar diatas, dan ujungujungnya diberi beban bertolak belakang, sehingga benda uji akan tertarik kedua
arah yang berlawanan. Benda uji menerima beban tegangan dan panjangnya
akan bertambah, sementara itu dibagian tengah, diameternya akan mengecil.
AO

LO

AU

LU

20

Berikut disajikan diagram uji tarik yang memperlihatkan hubungan antara


tegangan () yang diterima benda uji dan besarnya penambahan panjang ()
benda uji.
max

Tegangan ( )

Titik putus

batas lumer (V)

batas regangan tetap (


Batas kenyal (P)

tg =

Perpanjangan ()

Bahan untuk percobaan tarik dibuat sesuai normalisasi dan dibubut menurut
gambar di halaman sebelumnya. Kedua ujung bahan diikat diantara dua kepala
pengikat bangku tarik, dimana akan dilakukan gaya tarik yang kekuatannya
semakin membesar. Dengan adanya gaya tarik di kedua ujungnya, bahan akan
memanjang, dan untuk membuat perbandingan yang dikehendaki, maka grafik
diatas dibuat bukan berdasarkan gaya tariknya, tetapi tegangan yang diterima
bahan. Tegangan adalah perbandingan antara besarnya gaya dengan luas
penampang bahan uji (A), dimana luas penampang sebelum pengujian adalah
AO, dan sesudah diberi gaya tarik AU.

gaya
Tegangan =

atau

Luas penampang semula

F
AO

Istilah lain yang digunakan dalam pengujian tarik ini adalah regangan ( ). Ini
adalah perpanjangan bahan akibat gaya tarik dibandingkan dengan panjang
semula. Biasanya dinyatakan dengan prosen (%), tetapi sering juga tidak
disebutkan satuannya.

Regangan =

perpanjangan
L
x100 %
x 100% atau
Panjang semula
LO
21

Disamping memanjang, pada posisi tertentu dari bahan yang diuji diameter penampang
batangnya akan mengecil, hal ini disebut penggentingan. Jadi penggentingan adalah
pengurangan atau selisih luas penampang batang sebelum dan sesudah mengalami gaya atau
tegangan tarik, dibandingkan dengan luas penampang semula, dinyatakan dalam prosen.
Penggentingan =
Pengurangan luas terbesar

Luas semula

atau

f =

AO AU
x100 %
AO

Pengurangan luas terbesar biasanya terjadi saat batang menjadi putus. Dalam pengujian tarik
juga dikenal istilah Modulus Kenyal yang diperkenalkan oleh Young, sehingga hal ini sering
disebut Youngs Modulus Elasticity. Yang dimaksud adalah besarnya sudut antara garis
tegak tegangan dengan garis regangan, atau:
tegangan

Modulus Kenyal Young = tg. =

regangan

atau E = tg =

Salah satu tujuan pengujian tarik adalah untuk mengetahui batas-batas regangan, yang terjadi
sebagai akibat gaya tarik. Dalam melakukan pengujian ini, gaya tarik diberikan secara
bertahap, dan diukur perpanjangan yang terjadi. Sewaktu gaya tarik masih relatif kecil, jika
kemudian gaya dihentikan, maka panjang bahan kembali ke panjang semula. Dan ini terjadi
sampai besar gaya tarik tertentu, yang jika gaya tarik ditambah, maka perpanjangan bahan
tidak bisa kembali ke panjang semula. Sampai batas ini, regangan disebut regangan kenyal
atau regangan memegas. Tegangan pada batas ini disebut tegangan batas kenyal atau .
Jika tegangan batas kenyal dilewati, maka bahan akan mendapat perpanjangan tetap
(panjangnya tidak bisa kembali ke panjang semula) dan regangan yang terjadi disebut
regangan plastis atau regangan tetap (pl). Baik batas regangan kenyal maupun batas
regangan plastis sulit diketahui dengan tepat, karena itu diambil nilai rata-rata, dimana batas
regangan tetap ditentukan 0,2%. Berikut formula untuk batas regangan.

Batas regang =

gaya
Luas penampang semula

Atau R=

FR
AO

Jika tegangan sesudah bahan mengalami regangan plastis diteruskan, maka pada bahan baja
akan terjadi gejala yang aneh, dimana akan terjadi goncangan tegangan yang naik turun
sampai batas tertentu. Gejala ini disebut regangan lumer, dan batas regangannya disebut
regangan lumer.

22

Jika kemudian tegangannya diteruskan, maka terjadi perpanjangan yang cukup menyolok dan
tegangannya naik terus sampai suatu saat akan menurun kembali, namun dengan masih
terjadi perpanjangan, hingga kemudian bahan menjadi putus. Tegangan tertinggi dalam
pengujian tarik ini disebut tegangan maksimum (B). Berikut formula untuk kekuatan tarik dan
kekuatan putus.
Gaya terbesar
Kekuatan Tarik =
F
atau B B
Luas penampang semula
A
O

Kekuatan putus =

Gaya saat putus


Luas penampang terkecil

atau

FF
AU

Untuk lebih memahami pengertian-pengertian diatas, berikut contoh soal:


Diketahui untuk memeriksa bahan loyang, dibubut batang percobaan dengan garis tengah d =
10 mm dan panjang ukur LO = 100 mm. Pada percobaan batas proporsionalitas, tegangan P
dicapai pada gaya sebesar 22 kN. Regangan pada saat ini 0,28%. Batas regangan R dicapai
pada gaya 25 kN, kekuatan tarik B dengan gaya 31,4 kN. Batang percobaan putus pada gaya
23 kN, dan diameter terkecil sesudah putus 3,5 mm dengan panjang ukur menjadi LU = 132
mm.
Ditanyakan :
a. Batas proporsionalitas
b. Modulus kenyal Young
c. Batas regangan
d. Kekuatan tarik
e. Kekuatan putus
f. Regangan atau A
g. Penggentingan
h. Diagram tegangan-regangan
i. Pencantuman regangan
j. Ikhtisar sifat-sifat mekanik terpenting dari bahan loyang dalam tabel.
Jawab :
a. Batas proporsionalitas P = FP / AO = 22x103x4 / x102 = 280 N/mm2
b. Modulus Young = tg. = P / = 280 / 0,0028 = 100.000 Nmm2
(Catatan: untuk perhitungan, nilai tidak dalam proses)
c. Batas regangan R = FR / AO = 25x103x4 / x102
= 320 N/mm2.
d. Kekuatan tarik B = FB / AO = 31,4x103x4 / x102
= 400 N/mm2.
3
2
e. Kekuatan putus F = FF / AU = 23x10 x4 / x3,5
= 2400 N/mm2.
f. Regangan atau A = (LU-LO) / LO x 100% = (132-100)/100 x 100% = 32%
g. Penggentingan f = (AO-AU) / AO x 100% = /4(102 3,52) / /4x102 x 100%
= 68,8/78,5 x 100% = 87,7%

23

h. Diagram tegangan-regangan

i. Untuk pencantuman regangan, dimana perbandingan LO/d batang percobaan


adalah 100/10 = 10, maka batang ini disebut dp.10, dan regangan dalam hal ini
disebut A dp 10 = 32%.
j. Ikhtisar sifat-sifat mekanik terpenting dari bahan loyang, dalam hal ini hanyalah
batas regangan, kekuatan tarik dan regangan, tabelnya sbb.:
Keterangan
Ke
Lo
m
po
k

N
o.

Baru

Susunan

Kimia

Sifat2
mekanik

Lam
a

Kada
r

Dala
m

nomin
al

Cu

Zn

P
b

Sn

R B

A
Dp
10

Pengguna
an

CuZn40P (KM
57
sisa
3
32 400 32 Fabrikasi
b3
0
masal
s 58)
SIFAT-SIFAT MEKANIK BAHAN
1. Regangan adalah ukuran sifat untuk mengetahui apakah suatu benda mudah dibentuk
atau tidak. Ukuran regangan yang besar berarti bahan tersebut lebih mudah dibentuk.
2. Batas Regangan untuk mengetahui kekokohan suatu bahan, artinya, lebih tinggi nilai
batas regangan, bahan akan lebih kokoh.
3. Kekuatan Tarik adalah ukuran kekuatan suatu bahan, lebih tinggi kekuatan tariknya,
bahan tersebut lebih kuat.
4. Modulus Kekenyalan adalah ukuran kekakuan suatu bahan, ini berarti jika nilai modulus
kekenyalan lebih tinggi, bahan tersebut lebih kaku.
24

UJI TEKAN (Pressure test)


Tujuan uji tekan adalah untuk mengetahui kekuatan tekan dan kekenyalan, namun berlawanan
dengan uji tarik, bahan menerima gaya tekan. Uji tekan jarang dilakukan karenanya hampir
sama dengan uji tarik. Pengujian ini biasanya dilakukan terhadap besi atau baja tuang karena
memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan tarik.
Bahan yang akan diuji juga berbeda, jika pada uji tarik perbandingan diameter dan
panjang adalah 1:10 atau 1:5, maka pada uji tekan hanya 1:2. Bahan uji akan ditekan dengan
suatu beban sehingga akan semakin pendek (menyusut) dan akhirnya pecah. Beberapa hasil
uji tekan adalah:
1. Batas Tekan
dR = FdR / AO
(bandingkan
dengan
batas regang)
2. Kekuatan Tekan dB = FdB / AO
(bandingkan dengan kekuatan
tarik)
3. Tekan d atau Ad = (LO LU) / LO x 100%
(bandingkan dengan regangan)
UJI TEKUK atau UJI LENTUR (Bending test)
Pengujian tekuk atau lentur diperlukan untuk mengetahui kelenturan atau perubahan bentuk
suatu bahan jika ditekuk atau dibengkokkan. Batang uji ditekuk antara dua buah rol dengan
penekan yang ujungnya setengah bulat. Ada dua macam pengujian tekuk, yang pertama
adalah pengujian tekuk pengubahan bentuk dan yang kedua pengujian tekuk dengan beban.
Dibawah ini adalah pengujian tekuk dengan pengubahan bentuk

Pengujian pengubahan bentuk dilakukan hingga mencapai sudut tertentu, biasanya samapi
dengan 140O. Untuk sudut alpha yang mencapai 180O, digunakan mata tekan yang
sampingnya rata. Bahan dinyatakan lolos uji jika setelah diuji tidak terlihat retak dengan
pandangan mata yang akan membuktikan bahwa bahan mudah dibentuk.
Pada pengujian tekuk dengan beban, bahan uji ditekuk hingga patah / putus. Setelah
pengujian, gaya terbesar dan pelenturan maksimum dicatat, dan akan memberikan nilai
kekuatan dan sifat dapat dibentuk yang lebih baik. Pengujian ini biasanya dilakukan hanya
untuk bahan yang rapuh seperti besi tuang.

25

UJI KEKERASAN (Hardness test)


Tes kekerasan dimaksudkan untuk mengetahui kekerasan atau kekuatan bahan terhadap gaya
/ beban yang dilakukan oleh bahan lain yang lebih keras. Ada tiga jenis pengujian, masingmasing disebut sesuai dengan nama-nama orang yang menemukan cara ini, yaitu Brinell,
Rockwell dan Vickers.
Uji Kekerasan Brinell.
Brinell menggunakan peluru baja yang disepuh dengan garis tengah (D) yang sudah
ditentukan dan ditekankan ke bahan uji pada besar gaya (F) tertentu selama beberapa waktu
(t) tertentu juga. Setelah pengujian dilakukan, bekas yang tetap yang terjadi pada bahan uji
diukur.

Uji Kekerasan Rockwell


Pada uji kekerasan Rockwell, benda yang digunakan adalah peluru baja yang disepuh keras
atau kerucut intan dengan ukuran yang telah ditetapkan. Benda penekan pertama-tama
ditekankan dengan gaya awal FO ke bahan uji. Pada sistim uji ini dilengkapi dengan alat
pengukur yang menggunakan jarum penunjuk, dan biasanya pada awal penekanan jarum
diatur pada skala 130 untuk penekan baja, dan angka 100 jika menggunakan intan. Jarum
akan bergerak memutar menunjukkan angka yang naik dan turun pada waktu beban utama
ditekankan, dan akan kembali jika penekan dilepaskan. Perbedaan penunjukan pada jarum
menunjukkan angka kekerasan Rockwell.

26

Kekerasan Rockwell didapat dari hasil pengukuran kedalaman bahan uji yang menerima
beban, berbeda dengan Brinell yang menggunakan diameter bekas beban yang diberikan.
Pada Rockwell peluru baja yang digunakan disepuh keras dengan diameter 1/16, gaya
Fo=100 Newton dan F1=900 Newton, jadi gaya total 1000 Newton. Jarum alat ukur ditempatkan
pada angka 130. Jika menggunakan kerucut intan, yang mempunyai sudut puncak 120 O dan
ujung dibulatkan, gaya yang digunakan Fo=100 Newton dan F1= 1400 Newton, tetapi jarum
ukur ditempatkan pada posisi 100. Hasil pengukuran dibedakan antara benda penekan. Jika
memakai peluru baja, hasilnya disebut HRB, sedangkan dengan kerucut intan disebut HRC.

27

Pengujian kekerasan lain adalah yang dilakukan oleh SHORE, yang juga memakai peluru baja
atau intan. Pada pengujiannya, Shore menjatuhkan baja atau intan yang digunakan pada
ketinggian tertentu ke atas bahan uji. Baja atau intan ini akan memantul kembali keatas, dan
ketinggian pantulan inilah yang diukur dan dijadikan dasar ukuran kekerasan Shore.
Keuntungan dan kerugian uji kekerasan:
Kekerasan

Keuntungan

Brinell

Karena bekas tekanan baja yang cukup


besar, maka kekerasan rata-2 bahan yang
tidak homogen dapat ditentukan

Dapat mengukur benda yang


sangat keras seperti baja sepuh
Kerusakan bahan kecil sehingga
masih bisa digunakan
Pekerjaan pengujian cepat

Dapat mengukur jenis kekerasan


yang berbeda dengan penekan
yang sama
Kerusakan bahan uji kecil dan
pengukuran sangat teliti
Dapat mengukur bahan uji yang
tipis

Rockwell

Vickers

Shore

Kerugian

Bahan tidak rusak

Hanya dapat mengukur kekerasan s/d 4300


N/mm2 saja karena memakai baja
Benda kerjanya tidak dapat dipakai lagi.
Membutuhkan waktu lama untuk menekan dan
mengukur bekas tekanan.
Kekerasan rata-2 tidak dapat ditentukan
karena bekas tekanan kecil intan)
Jika bekas tekan dibesarkan, hasil
pengukuran bisa salah / kurang akurat
Tidak dapat mengukur dengan teliti pada
bahan yang tidak homogen
Penentuan kekerasan membutuhkan waktu
sangat lama.

Hasilnya kurang teliti

28

PENGUJIAN PUKUL dan TAKIK (Hammer Test)


Pengujian ini dimaksudkan, disamping untuk mengetahui sifat liat atau keuletan bahan,
(biasanya setelah menjalani pengolahan panas atau heat treatment), karena dalam banyak
hal, bahan yang digunakan dalam konstruksi tidak selalu halus. Seperti diketahui, bahan yang
diuji selalu dikerjakan dulu dan dihaluskan permukaannya, padahal bahan konstruksi tidak
selalu halus dan banyak takik-takik.
Contoh pengujian pukul dan takik adalah yang dilakukan Charpy, dimana bahan uji
dinormalisasikan dengan takik dibagian tengah, yaitu bagian yang akan menerima pukulan dan
tekanan, yang akhirnya patah dengan satu pukulan. Laju pukulan patah ini yang diukur
sebagai standar pengujian. Jadi nilai pukulan takik didapat dari perbandingan antara usaha
pukulan (=gaya x jarak) yang terpakai dengan penampang semula bahan uji yang ditakik.

Ukuran nilai pasa pengujian ini adalah nilai takik, dan jenis bahan uji mempunyai
kedalaman takik sebesar 3, 5 atau 15 mm, dan dinyatakan dengan K3, K5 dan K15.
Keunikan pengujian ini adalah, jika pengerjaan takiknya kasar, akan diperoleh nilai takik
yang rendah, demikian juga pada temperatur yang lebih rendah, nilai takiknya juga
rendah, walaupun bahan ujinya sama.

29

Beberapa perbedaan patah dalam pengujian pukul-takik:


1. Patah derik, dimana ditempat patah tidak mengalami perubahan bentuk, patahan
rata dan berkilat. Disini nilai takik rendah karena tidak banyak usaha/kerja yang
diperlukan.
2.

Patah perubahan bentuk,dimana bahan ujinya mengalami perubahan bentuk tetap


sebelum bahan ujinya patah. Disini patahan tidak beraturan dan terlihat berserat.
Nilai takiknya tinggi karena dibutuhkan usaha yang besar.

3. Patah campuran, yang merupakan campuran kedua patahan diatas.


PENGUJIAN KHUSUS
Pengujian khusus dimaksudkan, yang pertama untuk menguji logam-logam non-ferro,
sedangkan pengujian yang lainnya terdiri dari percobaan jalar (creep-test) dan percobaan lelah
(fatique test). Seperti dikerahui, pada pengujian yang dibahas terdahulu, bahan hanya diuji
pada suhu normal dan dilakukan dalam waktu relatif singkat. Padahal semua tahu bahwa
hampir semua bahan konstruksi mengalami beban yang terus menerus dalam waktu lama, dan
sering pada temperatur yang sangat tinggi. Disinilah perlunya bahan diuji dengan pengujian
khusus.
Pengujian Jalar (Creep Test)
Yang dimaksud disini adalah pengujian yang dilakukan dengan peregangan lanjut terus
menerus dari suatu bahan pada pembebanan tetap. Disini bahan uji dibebani dengan bobot
tetap pada temperatur tertentu, dimana nantinya akan diperoleh :
Kecepatan regang atau kecepatan jalar selama jangka waktu tertentu.
Regang setelah jangka waktu yang ditentukan.
Untuk mendapatkan kekuatan-jalar, bahan diberi beban tetap pada temperatur tertentu,
sedemikian rupa sehingga mencapai tegangan terbesar, tanpa bahan menjadi patah. Nilai
kekuatan jalar ini memang tidak mutlak karena tidak mungkin memberi beban selamanya.
Untuk itu cukup jika diperoleh nilai yang paling mendekati kekuatan jalar, dengan terlebih dulu
menetapkan batas jalarnya (kr). Batas-jalar untuk tegangan paling rendah adalah dari
tegangan-tegangan berikut :
a.
b.

Batas-kecepatan-jalar adalah tegangan pada temperatur tertentu, dimana antara jam


ke-24 dan jam ke-34 setelah dimulainya pengujian kecepatan jalar bernilai 0,001%
setiap jam.
Batas-regang-jalar adalah tegangan pada temperatur tertentu dimana 45 jam
sesudah awal pengujian, regang bernilai 0,2%.

30

Adapun nilai-nilai batas-kecepatan-jalar dan batas-regang-jalar ditentukan sesudah


memasukkan hasil pengujian 3 sampai 5 kali, dimana temperatur pada tiap-tiap pengujian
harus dibuat sama.
Pengujian lelah
Yang dimaksud dengan kelelahan disini adalah kecenderungan bahan untuk patah akibat
tegangan yang naik-turun, yang kekuatan tegangannya jauh dibawah kekuatan tarik
sesungguhnya. Pada pengujian ini terlebih dulu ditentukan besarnya rentang tegangan yang
akan diujikan, yang dapat ditahan oleh bahans secara terus menerus.
Kondisi naik-turunnya tegangan dibedakan sbb.:
Tegangan tertinggi (maks), yaitu tegangan positip paling tinggi atau tegangan
neagtif paling tinggi.
Tegangan terrendah (min) adalah tegangan positif paling rendah atau tegangan
negatif paling rendah.
Tegangan rata-rata (G), yaitu tegangan rata-rata yang diperhitungkan dari
tegangan paling tinggi dan tegangan paling rendah.
Amplitudo tegangan atau tegangan kerut (A), yaitu perbedaan antara tegangan
tertinggi dan terrendah
Pemberian beban pada uji-kelelahan, yang dilakukan dengan ayunan-beban, dan dihitung
sesuai bilangan-batas (ng), yaitu jumlah ayunan dimana pengujian diakhiri. Jenis-jenisnya sbb.:
1.
2.
3.
4.

Beban-gembung, dimana tegangan naik-turun diantara dua nilai positif dan dua
nilai negatif
Beban-loncat, tegangan naik-turun antara nol dan satu nilai positif atau negatif
Beban-getar, tegangan naik-turun antara satu nilai positif dan satu nilai negatif
Beban-bolak-balik, tegangan naik turun antara satu nilai positif dan negatif yang
sama besar

31

Penentuan kekuatan-lelah didasarkan atas pengolahan hasil dari kira-kira 5 kali pengujian
dalam lengkung Wohler. Pada pengujian Wohler ini tegangan paling rendah atau rata-rata
pada setiap pengujian dibuat sama dan tegangan tertinggi atau amplitudo tegangan dirubah
setelah setiap jenis pengujian berakhir.
LengkunganWohler

Dari diagram diatas terlihat, dengan beban 1, pada ayunan n1, beban patah, dan dengan
beban 2, pada ayunan n2, beban patah, dengan beban 3, pada ayunan n3, beban patah dan
seterusnya. Dari titik-titik n ini bisan ditarik garis merah yang disebut sebagai lengkungan
Wohler.
Pemeriksaan Khusus
Yang dimaksud dengan pemeriksaan khusus adalah, pengujian atau pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengetahui adanya kesalahan dalam bahan, termasuk retak, yang tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang. Pemeriksaan ini dibagi menjadi 3, yaitu:
Pemeriksaan magnetis
Pemeriksaan penyusupan
Pemeriksaan Ultrasonik
Pemeriksaan rontgen
32

Pemeriksaan magnetis adalah pemeriksaan dimana kedalam benda kerja dibangkitkan


medan magnit, dimana garis-garis medannya akan membelok atau melengkung jika didalam
bahan terdapat retak. Untuk keperluan ini, terutama pada permukaan, benda kerja dituangi
minyak encer yang dibubuhi serbuk besi.
Pemeriksaan penyusupan, yang biasa dikenal dengan dye-check, diatas benda kerja
dituangkan atau disemprotkan cairan berwarna merah. Setelah beberapa lama, cairan dihapus
dengan kain, dan kemudian ditaburi serbuk yang akan meyerap minyak yang ketinggalan
didalam keretakan, dan akan muncul ke permukaan dengan warna merah.
Pemeriksaan Ultrasonik adalah pemeriksaan dengan gelombang suara ultra atau yang
mempunyai frekuensi tinggi. Gelombang suara ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan
dasar benda kerja, dimana gema dasarnya dapat terbaca pada layarnya. Apabila terdapat
retak didalam atau dibawah permukaan , kesalahannya akan terbaca dalam layar monitor. Alat
ultrasonik ini juga sering digunakan untuk mengukur ketebalan benda kerja, misalnya tebal
pelat lambung kapal.
Pemeriksaan Rontgen, menggunakan alat khusus yang dapat memancarkan sinar rontgn
menembus benda kerja. Sinar rontgen adalah getaran magnit listrik dengan gelombang
pendek dan hasilnya dapat dilihat pada pelat fotografi. Jika terdapat kesalahan, sinarnya lebih
mudah menembus benda kerja dan terlihat dalam pelat fotografi. Pemeriksaan ini juga berguna
untuk memeriksa dibawah permukaan benda kerja.

Catatan :
Pemeriksaan bahan biasanya dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan
destructive dan non-destructive. Semua pemeriksaan yang dibahas diatas
termasuk pemeriksaan non-destructive, sedangkan pemeriksaan destructive
dilakukan terhadap benda-benda kerja yang dapat dirusak atau yang tidak
akan digunakan lagi. Semua jenis pengujian sebagaimana dibahas diatas
adalah pemeriksaan destructive.
3. PENGERJAAN PANAS (HEAT TREATMENT)
Pengerjaan panas adalah suatu cara untuk memperbaiki mutu baja sehingga memiliki
kekuatan atau kekerasan yang diinginkan, juga dikenal dengan istilah annealing. Namun
dalam pengerjaan panas ini tidak termasuk penambahan unsur-unsur lain, baik logam maupun
non-logam. Untuk hal ini akan dibahas secara khusus di bab-bab lain.
Jenis-jenis pengerjaan panas yang biasa dilakukan:
1.
2.
3.

PEMIJARAN
PENYEPUHAN
PEMUDAAN
33

4.
5.
6.
7.

PEMURNIAN
KARBONISASI
NITRASI
KHUSUS

Ada hal yang perlu dipahami dalam masalah pengerjaan ini, yaitu pengembangan atau
pemuaian kristal (hablur) dari besi dan baja, dalam kaitannya dengan temperatur dan panas.
Semakin tinggi temperaturnya, kristal didalam bahan akan semakin besar, dan semakin
besar kristalnya, semakin lemah atau berkurang kekuatan dan kekenyalan bahan tersebut.
Hal ini akan lebih nyata jika pemanasan bahan sampai ke daerah austenit. Semakin tinggi
temperatur dan semakin panjang waktu yang digunakan, pengembangan kristal akan
semakin besar. Itulah sebabnya, dalam pengerjaan panas, temperatur dan waktu yang
digunakan sangat menentukan dan harus diperhatikan secara seksama.
Untuk proses pengerjaan panas, diperlukan fasilitas dapur dan bahan pendingin. Dapur
digunakan untuk memanaskan bahan, baik yang menggunakan listrik, minyak atau gas, dan
macam-macamnya:
Dapur kamar, berbentuk kamar dan berpintu dimana benda kerjanya diletakkan
didalamnya. Dapur ini dapat digunakan untuk hampir semua jenis pengerjaan panas.
Dapur rendaman garam yang mempunyai bentuk seperti jambangan, didalamnya
terdapat pot tempat garam dicairkan dan dipanaskan. Benda kerja digantung, dan
direndam dalam garam agar pemanasan merata dan cepat. Benda kerja disini
terlindung dari udara untuk mencegah oksidasi.
Dapur jambang, ruangannya berbentuk jambang, dengan atau tanpa ventilator.
Dapur ini kebanyakan digunakan untuk pemanasan awal atau pendahuluan.
Dapur rendaman minyak, ruangannya juga berbentuk jambang, dan ada pot
didalamnya dimana pemanasan minyak dilakukan. Benda kerja digantung dan
direndam didalam minyak. Dapur ini biasanya digunakan untuk pemudaan bahan.
Adapun bahan Pendingin dapat berupa air, minyak, udara atau garam, tergantung bagaimana
proses pengerjaan panas dan bahan yang dikerjakan. Biasanya bahan pendingin ini harus
disirkulasikan, agar prosesnya berlangsung cepat dan merata.
PEMIJARAN
Proses pemijaran meliputi pemanasan bahan hingga temperatur tertentu, dipertahankan
beberapa waktu, dan selanjutnya didinginkan perlahan-lahan. Proses ini ditujukan untuk
membuat bahan tidak terlalu keras dan lebih mudah untuk pengerjaan selanjutnya. Ada
beberapa metoda dalam proses pemijaran :
Pemijaran pembebas tegangan
Pemijaran sampai dingin
Pemijaran normal
Pemijaran lunak
a. Pemijaran pembebas tegangan adalah pemanasan bahan hingga lk. 150OC,
dibawah garis PSK (lihat diagram FeC), dipertahankan beberapa waktu pada suhu
34

ini, baru didinginkan dengan sangat pelan. Cara ini akan membebaskan bahan dari
tegangan yang terjadi didalam bahan itu sendiri akibat penempaan atau
pengelasan atau penuangan. Bahan yang biasa mendapat pengerjaan ini adalah
baja, baja tuang dan besi tuang. Bahan aliasi non-ferro juga sering mendapat
pemijaran.
b. Pemijaran sampai dingin, adalah cara pemijaran dengan pemanasan bahan
sampai suhu tertentu, sesudah itu suhu dipertahankan beberapa waktu, baru
didinginkan didalam oven dimana dilakukan pemijaran dengan sangat pelan. Tujuan
juga untuk menghilangkan tegangan akibat sebelumnya telah dilakukan perubahan
bentuk bahan. Hal ini dimungkinkan karena pada temperatur yang telah ditentukan
tersebut atom-atomnya akan membentuk kristal (hablur) baru. Sistim ini juga disebut
sebagai rekristalisasi. Pengerjaan ini dilakukan terhadap aliasi non-ferro.
c. Pemijaran normal, adalah pemanasan hingga 50OC diatas garis GSE, lalu
dipertahankan suhunya dan didinginkan diusara luar dengan pelan-pelan. Tujuannya
adalah membawa kembali bahan dalam keadaan normal akibat penempaan dan
pengelasan. Seperti diketahui tempa dan las akanmembuat struktur bahan menjadi
kasar, tidak merata dan keras. Dengan pendinginan secara pelan,kristal-kristal akan
menjadi halus dan teratur. Bahan yang sering menerima pengerjaan ini adalah baja,
terutama baja sub-perlitis. Untuk balok (beam) yang mendapat pengerjaan ini,
tujuannya adalah meniadakan segresi balok dan segresi kristal, sehingga struktur
bahan menjadi homogen, karena cara ini juga disebut pemijaran homogen.
d. Pemijaran Lunak, yaitu dengan pemanasan hingga lk. 50 OC dibawah garis PSK,
suhu dipertahankan dan didinginkan secara perlahan-lahan didalam dapur. Tujuan
nya adalah agar bahan menjadi lunak dan mencegah keretakan sewaktu menyepuh
keras. Bahan yang mendapat pengerjaan ini kebanyakan baja, terutama baja
perlitis atas dan baja perkakas.
PENYEPUHAN
Penyepuhan adalah pemanasan bahan sampai suhu tertentu, dipertahankan beberapa waktu,
lalu didinginkan dengan cepat. Tujuannya adalah untuk membuat bahan lebih keras, karenan
pendinginan yang cepat ini akan menimbulkan struktur bahan yang lebih keras dan dilakukan
terhadap baja tuang dan besi tuang. Dari beberapa hasil percobaan, peningkatan kekerasan
ini dapat terjadi dari HB 850 N/mm2 hingga HB 6600 N/mm2.
Jenis-jenis penyepuhan:
Penyepuhan normal, dimana bahan harus didinginkan dengan sangat cepat.
Bahan yang mendapat penyepuhan normal ini harus dimudakan kembali.
Penyepuhan termal, bahan didinginkan dengan cepat hingga suhu 250OC,
kemudian suhunya dipertahankan beberapa lama, baru didinginkan kembali
dengan cepat sampai suhu udara luar. Pada suhu 250 OC bahan akan
memperoleh kesempatan untuk pemerataan suhu diseluruh penampangnya,
35

dan mengurangi risiko keretakan. Cara ini juga disebut sebagai penyepuhan
bertingkat atau dengan rendam panas.

Penyepuhan isoterm, dimana bahan didinginkan dengan cepat sekali hingga


suhu 350OC, kemudian suhunya dibiarkan tetap beberapa lama sampai terjadi
perubahan struktur, baru didinginkan kembali dengan cepat sampai suhu
udara luar. Pada kesempatan itu akan terjadi struktur yang sangat halus
berbentuk jarum, dan disebut bainit. Bainit ini keras dan kenyal, dan proses ini
juga disebut penyepuhan bainit. Akibat penyepuhan pada suhu tetap ini pada
bahan tidak terjadi tegangan, karenanya tidak perlu dimudakan lagi.
Penyepuhan dengan nyala api, dimana bahan kerja dipanaskan dengan
cepat dengan nyala api dan langsung didinginkan. Disini hanya permukaan
yang disepuh, intinya tetap kenyal. Nyala apinya diperoleh dari suatu alat
pembakar gas yang dibuat khusus untuk ini. Disini benda kerja maupun
pembakar sering harus digerak-gerakkan agar pemanasan merata. Dibalik
pembakar dipasang senprotan air, sehingga jika pembakar dimatikan, air
langsung menyemprot.
Penyepuhan induksi, dimana bagian tertentu bahan dipanaskan dengan
cepat dengan jalan induksi dan kemudian didinginkan juga dengan cepat.
Karenanya hanya permukaan saja yang menjadi keras. Induksi didapat
dengan bantuan kumparan yang didesain khusus dan dihubungkan dengan
arus listrik frekuensi tinggi. Didalam kumparan biasanya juga dibuat
semprotan air, yang secara otomatis akan menyemprotkan air begitu arus
frekuensi diputus. Bahan yang mendapat penyepuhan ini adalah baja subperlitis.
Penyepuhan dispersi, dimana setelah bahan dipanaskan sampai lk. 500OC,
dibiarkan beberapa waktu, kemudian didinginkan dengan cepat, sesudah itu
bahan dipanaskan lagi sampai suhu yang lebih rendah, suhunya
dipertahankan beberapa waktu, kemudian didinginkan pelan-pelan.
Tujuannya sama, yaitu mengeraskan bahan, dan banyak diterapkan pada
duralium (aliasi dari aluminium dengan lk. 4% tembaga) dan perunggu
berilium.

PEMUDAAN
Pemudaan adalah pengerjaan panas yang sering digunakan setelah proses
penyepuhan, dan ditujukan untuk mengurangi tegangan akibat penyepuhan dan
pendinginan yang sangat cepat sehingga diperoleh kekenyalan. Pemudaan dilakukan
dengan memanaskan bahan hingga suhu tertentu, suhunya dipertahankan beberapa
lama, baru didinginakn secara pelan-pelan. Ada dua jenis pemudaan:

Pemudaan rendah, dimana suhu pemanasan hanya sampai 180 OC, agar
diperoleh kekenyalan yang lebih besar dan tidak mengurangi kekerasan
bahan.
36

Pemudaan tinggi, dimana pemanasan dilakukan hingga antara 300 OC dan


675OC. Tujuannya adalah memperbesar kekenyalan bahan karena pada suhu
ini karbon yang terkurung didalam kisi kristal feritis akan memisahkan diri.

PEMURNIAN
Biasa juga disebut pemuliaan yang berarti pengerjaan panas kombinasi antara penyepuhan
keras dan pemudaan tinggi.
KARBONISASI
Ini adalah pengerjaan panas bahan baja yang kandungan karbonnya dibawah 0,3%, atau
antara 0,1 0,2%, sehingga perlu ditambah karbon. Ini dilakukan dengan pemanasan bahan
hingga 900 950OC, dalam lingkungan dimana karbon dapat ditambahkan, kemudian suhu ini
dipertahankan beberapa lama baru didinginkan. Tujuannya adalah menambah kekerasan
bahan dilapisan luar yang dapat disepuh. Ketebalan lapisan yang mendapat karbon dan
dinamakan lapisan karbonisasi ini tergantung pada lamanya karbonisasi dan suhunya, namun
maksimal 5 mm. Adapun penambahan karbon ini bisa mencapai 0,8%, dimana bagian inti yang
tidak dikarbonisasikan tetap 0,1 0,2%. Pengerjaan ini perlu dilanjutkan dengan penyepuhan,
sehingga pada akhirnya diperoleh bahan yang pada bagian luar keras, sedangkan intinya tetap
kenyal.
PENGERJAAN PANAS NITRASI
Yang adalah pemanasan bahan hingga 500 s/d 550OC, dalam lingkungan yang dapat
menyerap nitrogen, dibiarkan beberapa lama pasa suhu ini dan sesudah itu didinginkan pelanpelan. Hal ini dapat terjadi karena pada suhu tersebut atom nitrogen dapat meresap kedalam
lapisan luar baja. Nitrogen akan bersenyawa dengan besi yang disebut besi nitrid yang tidak
keras, tetapi tahan aus. Ada dua macam nitrasi, yaitu :
** Nitrasi lunak, yang biasanya dilakukan terhadap baja, dengan tujuan memberi lapisan luar
yang tahan aus dan tidak keras, sehingga sesudah nitrasi mudah dikerjakan lebih lanjut.
** Nitrasi keras, yaitu untuk bahan baja tertentu, antara lain yang beraliasi dengan aluminium.
Di lapisan luar, nitrogen bersenyawa dengan aluminium membentuk aluminium nitrid yang
pada dasarnya keras, dan aluminium nitrid ini tidak perlu disepuh lagi. Ketebalan aluminium
nitrid ini tergantung dari waktu nitrasi dan suhunya, biasanya 0,1 mm dan maksimum 0,5 mm.
Bahan untuk nitrasi ada yang berupa cair dan gas. Yang cair didapat dari garam yang
mengandung nitrat dalam bentuk tepung yang kemudian dicairkan dulu dan dipanaskan.
Keuntungan nitrasi ini adalah dalam waktu singkat, lk. 3 jam, diperoleh lapisan keras setebal
0,1 mm.
Sedangkan bahan nitrasi gas didapat dari amoniak (NH3) yang dialirkan sepanjang bahan
dalam dapur khusus. Nitrasi ini mudah diatur kedalamannya, namun berlangsung lama, yaitu
lk. 10 jam untuk mendapatkan lapisan keras 0,1 mm.
PENGERJAAN PANAS KHUSUS
Pengerjaan khusus dimaksud adalah karbonitrasi dan sulfinasi.
Karbonitrasi adalah [engerjaan karbonisasi yang dilakukan bersamaan dengan nitrasi lunak.
Pengerjaan ini mempunyai keuntungan waktu yang lebih cepat dan suhu karbonisasi lebih

37

rendah, sedangkan pendinginan kritis lebih rendah sehingga sewaktu dilakukan penyepuhan,
pendinginan dapat dilakukan dengan lebih lambat.
Sulfinasi adalah melakukan nitrasi bersamaan dengan penambahan belerang (sulfur), dimana
keuntungannya adalah, lapisan nitrasi lunak mempunyai koefisien gesek lebih rendah. Hal ini
1.Jelaskan
carasifat tahan terhadap tekanan yang tinggi.
bisa didapat cara
karenamenguji
belerangbahan
mampu dengan
meningkatkan
a. Percobaan tarik ( destructive )
b. Penetrasi oil and whitewash ( non destructive ) Lengkapi
dengan gambar.
2.Sebuah bejana ketel berbentuk silinder dengan diameter dalam 1.500 mm,
tekanan kerja dalam ketel 30 bar, tebal plat 15 mm, tegangan bahan
maksimum 600 N/mm2. Prosentasi plat pada arah melintang 50%
dan pada arah memanjang 80%. Hitunglah faktor keamanan ( X ).
3.Sebuah batang karet berbentuk bulat sebagai bantalan di bebani 5 KN
tertekan kebawah karena beban sebesar 5 mm.
Bila tegangan bahan tidak melebihi 280 KN/m2 dan Modulus
elastisitas E = 1 MN/m2. Hitunglah diameter dan panjang karet
tersebut.
4.Pengujian apa yangharus dilakukan terhadap bahan yang digunakan untuk
memikul muatan yang mempunyai temperature rendah seperti LNG
dan LPG. Jelaskan
5.Sebutkan perbandingan kandungan Chrome, Nikel, Silikon, Mangan (%)
yang terdapat pada bahan baja tahan karat
6.Jelaskan cara merubah sifat-sifat logam yang dilakukan dengan perawatan
panas (heat treatment) dan pengerasan permukaan logam (surface
hardening)
7.Pada percobaan tarik terdapat beberapa pengertian, antara lain batas
elastisitas, batas cair/lumer, faktor keamanan. Jelaskan apa yang
dimaksud.
8.Komponen mesin terbuat dari baja berkadar arang bervariasi antara 0
1,7%. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ,ild steel, medium carbon
steel dan high carbon steel. Jelaskan juga penggunaan masingmasing.
REFERENSI :

1. IMO Model Course 7,02


2. Applied Mechanics, By J. Hannah and MJ Hiller
3. General Engineering Knowledge for Marine Engineers
38 TD Morton.
by L. Jackson and

1.

2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

26.

27.

2. FABRICATION OF STEEL AND IRON


Explains the differences between:
a. Ultimate tensile stress
b. Breaking stress
c. Fracture stress
Describes the appearance of, or identifies, fractures of ductile metals
Sketches a stress-strain graph for mild steel under compression and
describes its characteristic
Explains the effect of cold drawing mild steel on its physical properties
Explains the effect of annealing bright-drawn mild steel
Sketches stress-strain graphs, indicating the main features, for:
a. Aluminium or copper alloy
b. Hard alloy steels
c. Aluminium and copper
Sketches stress-strain graphs for grey cast iron in tension and in
compression, explaining the characteristics
Describes how proof stress is obtained and why it is sometimes necessary
Describes the principles of hardness testing
Describes the relative hardness of brass, mild steel, grey cast iron and white
cast iron
Explains the purpose of an impact test
Relates results from impact tests on common materials to their use in
marine engineering
Explains the meaning of brittle fracture
Identifies or describes the appearance of brittle fracture of metals
Describes of factors which affect the tendency to brittle fracture
Explain briefly what is meant by creep
Describes metal failure due to fatigue
Explain what is meant by fatigue limit
Describes the factors which affect the fatigue limit
Describe the four types of stress fluctuation
States the factors which govern the life of a component
Identifies, from samples or pictures, failure through fatigue
Describe the precautions to be taken to avoid fatigue failure
Describe the bend test
Describes or performs the following methods of non-destructive examination
of surfaces for cracks:
a. Visual
b. Oil and whitewash
c. Fluorescent penetrant
d. Red dye penetrant
e. magnetic detection
States that in some situations the spread of a crack can be stopped by
drilling a small hole at each of the extremities of a crack or grinding it out
smoothly
39
Explains the principles of non-destructive
examination for defects within a
metal, using the following methods:
a. hammer
b. radiography

3. HEAT TREATMENT OF METALS


Explains in simple terms what is meant by the upper and lower
critical temperature ranges
2. Describes the process and the effect on a medium-carbon steel
of hardening and tempering
3. Explains the purpose of annealing
4. Describe examples where annealing might be necessary
5. Describes the process of annealing
6. Explains the difference between annealing and normalizing and
their applications
7. Explains what is meant by work hardening
8. Describe conditions in marine applications where work
hardening occurs
9. Explains the measures taken to rectify or reduce the effect of
work hardening
10. explains that the welding process involve heating, melting and
cooling metals, which affects the structure and properties of the
resulting material
1.

1.

2.

4. ALLOYING ELEMENTS IN IRONS AND STEEL


Explains the principal reasons for adding the following
elements:
a. Cobalt
b. Nickel
c. Chromium
d. Molybdenum
e. Vanadium
f. Tungsten
g. Copper
h. Manganese
i. Silicon
40
j. Titanium
States marine application of the above

1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.

5. NON-FERROUS METALS (2 hours)


Describes the effect of cold working or vibration on copper and
how the original properties can be stored
Describes the effect of corrosive conditions on brass and how
this can be reduced
Explains the reasons for adding the following elements to
bronze:
a. Manganese
b. Phosphorus
c. Aluminium
d. Zinc
Explains briefly how aluminium can be treated in order to
improve its strength
describes in general terms the range of copper-nickel alloys and
their applications in marine engineering
states the approximate analyses of both tin-and lead-based
white metals and the uses for which they are suited
states the range of melting temperatures for white metals

6. NON-METALLIC MATERIALS
1. Describes the applications of and the reason for using the
following materials:
a. Nitrile rubber
b. Neoprenes
c. P.T.F.E.
d. Epoxy resin
e. Rubber
f. Asbestos
g. Cotton
h. Silicon nitride
i. Glass-reinforced plastics
41
2. Explains the risks if work has to be carried out involving asbestos
3. Describes the precautions to be taken if any work has to be
performed on anything associated with asbestos

7. WELDING (6 hours)
States the metals which can be welded using the argon arc
process
2. Describes the principal features of the argon arc welding process
3. Describes the different types of welding employed in marine
practice and their application
4. Explains that welded material will contract or tend to contract on
cooling, and this may cause distortion
5. Describes the effect of restricted contraction on welded materials
6. Explains why pre-heating and controlled cooling are sometimes
necessary
7. States the welding techniques used and the materials normally
welded by ships staff
8. Describes the methods available to a chief engineer to inspect
welding
9. Describes typical faults in welding
10. Explains how the faults in objectives 7.9 can be avoided or
rectified
1.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

8. DIRECT STRESS AND STRAINS


Defines direct stress and the units used
Defines strain and states that it is a ratio
Explains elasticity as applied to metals
Defines Hookes law
Define Youngs modulus of elasticity, E
Lists common engineering material which obey Hookes law
Solve simple problems to determine stress and elastic
deformation, using given value of E
Explains what is meant by a factor of safety
States approximate values of factors of safety for components
used in marine engineering
Solves simple problems to reinforce the understanding of
objectives 8.9 & 8.9
Explains the significance of the modulus of elasticity of a material
to its stiffness
States the assumptions governing the determination of stress in
compound bars
Solve problems involving compound bars of two metals to find the
stress in each component and the elastic deformation
Explains the conditions under which changes of temperature can
produce stress in a material
States that elastic strain and 42
thermal strain can act together
Explain the uses of and the safeguards necessary because of
thermal strain
Solve problems to demonstrate the effect of change in temperature on

9. STRAIN ENERGY
Defines resilience
Sketches a graph showing the relationship between load and
extension
3. Derives an expression to obtain the strain energy in a loaded
elastic bar
4. Derives an expression to obtain the stress produced by an impact
load
5. From the expression of objective 9.4, deduces the stress and
strain produced by a suddenly applied load
6. Solves problems to demonstrate the stress and strain produced by
impact and suddenly applied loads.
STRESS IN PRESSURE TANKS
7. Derives an expression giving the hoop stress and the axial stress
in athin-walled cylindrical pressure vessel
8. Applies the expression in objective 10.1 to obtain an expression
for the stress in the shell of a spherical pressure vessel
9. Explains what is meant by joint efficiency
10. Solve simple problems to determine pressure and stress in
vessels
1.
2.

1.

2.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

10. SHEAR AND TORSION


Describes shear stress
Shows how (a) rivets in a simple joint and (b) bolts in a shaft
coupling are placed in shear
Solve simple problems involving objective 11.2
Explains shear strain
Defines modulus of rigidity
For a thin-walled tube subjected to twisting, derives the
relationship between shear stress, radius, modulus of rigidity,
angle of twist and length
Relates the expressions derived in objective 11.6 to the applied
toque and the polar second moment of area of a solid shaft
Describes the relationship between angle of twist and length
Describes the relationship between shear stress and radius
Applies the relationship in objective 11.6 and 11.7 to a hollow
shaft
Explains how the strengths of shaft are compared
Express the power transmitted in terms of torque and the speed
43
of rotation
Solve problems for solid and hollow shafts to obtain stress,
torque, power, diameter and angle of twist, given the modulus of
rigidity and either the second moment of area or an equation to

11. a. SHEAR FORCE AND BENDING MOMENTS


1. Explains the concept of shear force caused by a concentrated
load on a cantilever
2. Uses the sign convention related to shear forces
3. Calculates the shear forces in objective 12.1
4. Sketches shear-forces diagrams for objective 12.1
5. Explains the concept of bending moment caused by a
concentrated load on a cantilever
6. Calculates the bending moment in objective 12.5
7. Uses the sign convention related to bending moment
8. Sketches bending-moment diagram for objective 12.5
9. calculates the reactions at points where a beam is simply
supported
10. calculates shear forces and bending moments for simply
supported beam carrying uniformly distributed loads
11. sketches shear-force and bending-moment diagrams for beam
carrying uniformly distributed loads
12. calculates shear force and bending moment for simply
supported beam s carrying both concentrated and uniformly
11.b. loads
BENDING OF BEAMS
distributed
1. List the assumptions made concerning the bending of an elastic beam
13.
sketches
shear-force
and bending-moment diagram for
2. Explains the distribution of stress and strain in a beam, referring to the neutral
objective
12.12
axis
14. Deduces
states that
the bending
moment
is maximum
when the
shear
3.
an expression
relating
stress, strain,
Youngs modulus
of elasticity
and
radius
of curvature
force
is zero
4. States that the neutral axis passes through the centroid of the cross section of
15. determines
the position and magnitude of maximum bending
a beam
moment
in objective
and
12.12 13.3
5. Solves
problems
involvingq2.5,12.10
the expression
in objective
16. States
6.
explain
thethat
relationship
the above
between
theory
bending
hasmoment,
limitations
second
and
moment
doesofnot
area and
the
terms
in objective
13.3
apply
directly
to constrained
beams and structures
7.

Given equation to calculate the second moment of area rectangular and


circular sections, calculates the second moment of area of symmetrical beams
whose sections are made up of combinations of those sections
8. Solves problems to obtain the stress and maximum bending moments in
beams such as those in objective 13.7
9. Derives an expression with which to compare the strength of beams
10. Explains the principles of obtaining the maximum strength from different
configuration of cross section
11. Given the equation expressing the theorem of parallel axes, calculates the
second moment of area of more complex sections only in sufficient depth to
demonstrate the principle involved

44

Anda mungkin juga menyukai