Mengingat peredaran obat saat ini jumlahnya lebih dari 5000, maka perlu
mengenal penggolongan obat yang beredar. Penggolongan obat dimaksudkan
untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan
pendisribusian.
Pengertian tersebut tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah
mengalami perbaikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000.
Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat
keras, obat bebas terbatas, dan sudah terdaftar di Depkes RI .
Contoh obat bebas antara lain :
a.
b.
c.
d.
Tablet paracetamol;
e.
Gambar 2.1
Penandaan Obat Bebas
2.
b.
Pada
penyerahannya
oleh
pembuat
atau
penjual
harus
P No 1
Anti Histamin
Sediaan
anti
histaminum
yang
nyata-nyata
Chloroquinum
Sediaan chloroquinum atau garamnya yang dihitung
sebagai basa tidak lebih dari 160 mg setiap takaran
dalam kemasan tidak melebihi 4 tablet tiap wadah
atau 60 ml tiap botol.
3)
Sulfaguanidum,
phtalylsulfathiazolum dan succinylsulfa thiazolum.
Tablet yang mengandung tidak lebih dari 600 mg zat
berkhasiat setiap tabletnya dan tidak lebih dari 20
tablet setiap bungkus atau wadah.
P No 2
2)
Zincum,
obat
kumur
yang
mengandung
persenyawaan Zincum.
P No 3
P No 4
1)
Air Burowi.
2)
P No 5
1)
2)
P No 6
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
Gambar 2.2
Penandaan Obat Bebas Terbatas
3.
Obat Keras
Obat keras atau obat daftar G menurut Bahasa Belanda G
singkatan dariGevaarlijk yang artinya berbahaya, maksudnya obat
dalam golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan
resep dokter.
Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
yang
b.
c.
d.
Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras, obat itu sendiri
dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu,
terkecuali apabila di belakang nama obat disebutkan ketentuan lain,
atau ada pengecualian Daftar Obat Bebas Terbatas.
Contoh obat keras :
a.
Acetanilidum;
b.
Andrenalinum;
c.
Antibiotika;
d.
Anthistaminika;
e.
Gambar 2.3
Penandaan Obat Keras
4.
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker di apotek tanpa resep dokter. Pada penyerahan obat wajib
apotek ini terhadap apoteker terdapat kewajiban-kewajiban sebagai
berikut :
a.
b.
c.
b.
c.
d.
e.
2)
3)
c.
1)
2)
3)
5.
1)
Ranitidin;
2)
Asam Fusidat;
3)
Alupurinol.
perubahan
kesadaran,
hilangnya
rasa,
mengurangi
sampai
Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi yang
dapat mengakibatkan ketergantungan.
Contoh narkotika golongan I : Opium, heroin, dan kokain.
b.
Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II ini berkhasiat untuk pengobatan yang
dapat digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengtahuan serta
mempunyai potensi tinggi yang mengakibatkan ketergantungan.
Contoh narkotika golongan II : morfin, dan petidin.
c.
pengetahuan
serta
mempunyai
potensi
ringan
yang
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh narkotika golongan III : codein, dan etilmorfin.
Penandaan obat narkotika seperti yang terlihat pada gambar berikut
di bawah ini :
Gambar 2.4
Obat Psikotropika
Pengertian obat psikotropika menurut Undang Undang Nomor 6
Tahun 2009, adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Psikotropika termasuk dalam golongan obat keras, sehingga dalam
kemasannya memiliki tanda yang sama seperti obat keras. Sedangkan,
obat narkotika memiliki tanda berupa lambang medali berwarna merah.
Ruang lingkup pengaturan psikotropika dalam Undang Undang ini
adalah psikotropika yang mempunyai potensi sindroma ketergantungan,
yang menurut Undang Undang tersebut dibagi ke dalam 4 (empat)
golongan yaitu :
a.
Psikotropika Golongan I
Psikotropika golongan
Psikotropika Golongan II
Psikotropika golongan II berkhasiat untuk terapi, tetapi dapat
menimbulkan ketergantungan.
Contoh psikotropika golongan II : ampetamina, pantobarbital,
dan butalbital.
c.
d.
Psikotropika Golongan IV
Gambar 2.5
Penandaan Obat Psikotropika