Struktur Kristal
Struktur Kristal
2.1. Pendahuluan
2.1.1. Deskripsi Singkat
Kristalisasi adalah proses pembentukan kristal padat dari suatu larutan
induk yang homogen. Proses ini adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair
yang sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian
produk hingga 100%. Contoh proses kristalisasi : pembuatan gula pasir dari jus
tebu/beet, pembuatan kristal pup uk dari larutan induknya, dll.
Kristal itu sendiri merupakan susunan atom yang beraturan dan
berulang, yang bentuknya dapat berupa kubik, tetragonal, orthorombik,
heksagonal, monoklin, triklin dan trigonal. Bentuk itu nantinya, tergantung dari
proses downstream ( pemurnian ) yang dilakukan dan juga spesifikasi produk
yang diharapkan pasar. Kristal merupakan susunan atom yang teratur dan
membentuk pola yang berulang. Menurut Bravais, struktur Kristal dapat
dikelompokkan menjadi 14 macam, beberapa diantaranya sangat kompleks. Pada
bahan logam hanya dikenal 3 jenis Kristal yaitu kubus pusat badan atau bodycentre cubic (bcc), kubus pusat muka atau face-centre cubic (fcc) dan hexagonal
rapat atau hexagonalclose-packed (hcp).
Desain, operasional, dan properties pada material-material logam sangat
tergantung pada bidang pengolahan logam, ilmu metalurgi, material teknik, dan
ilmu rekayasa material sehingga diharuskan bagi mahasiswa yang mengikuti
kuliah ini, sudah sangat akrab dengan bidang ilmu ini.
Materi pembahasan modul metalurgi ini, tidak membahas lagi persoalan
pengolahan logam dan material tetapi hanya membahas struktur Kristal logam
serta hubungan antara jari-jari atom dengan panjang sisi kubus. Bilangan
koordinasi dan factor kerapatan atom atau atomic packing factor (APF)
merupakan dua karakteristik penting dari Kristal yang akan dibahas secara lebih
mendatail pada bagian ini.
2-1
2.1.2. Uraian
Setelah mempelajari teknologi manufaktur, pemilihan bahan dan proses,
serta teknik material maka kita dapatlebih memahami beberapa konsep tentang
logam, pemilihan bahan, dan rekayasa material dan ilmu metalurgi dalam bidang
teknik mesin. Sehingga tujuan pembahasan bab ini adalah menjelaskan lingkup
struktur kristal yang mencakup: pengertian kristal, macam-macam kristal dan
bidang kristal, sel unit atau kesatuan yang berulang di dalam kisi ruang , dan faktor
kerapatan atom.
2.1.3. Kompetensi Khusus
Setelah Mahasiswa mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat
menjelaskan tentang struktur dan karakteristik kristal logam, indeks miller serta
susunan atom dan struktur mikro suatu logam.
2.2. Penyajian Materi
2.2.1. Pengertian Struktur Kristal
Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga
dimensi. Keteraturan susunan tersebut terjadi karena kondisi geometris yang harus
memenuhi adanya ikatan atom yang berarah dan susunan yang rapat. Walaupun
tidak mudah untuk menyatakan bagaimana atom tersusun dalam padatan, namun
ada hal-hal yang diharapkan menjadi faktor penting yang menentukan
terbentuknya polihedra koordinasi susunan atom-atom.
Secara ideal, susunan polihedra koordinasi paling stabil adalah yang
memungkinkan terjadinya energi per satuan volume yang minimum. Keadaan
tersebut dicapai jika:
1. kenetralan listrik terpenuhi,
2. ikatan kovalen yang diskrit dan terarah terpenuhi,
3. gaya tolak ion-ion menjadi minimal,
4. Susunan atom serapat mungkin.
2-3
Jika kita pilih tiga rusuk non-paralel pada suatu sel sedemikian rupa sehingga
simpul kisi hanya terletak pada sudut-sudut sel, sel itu disebut sel sederhana atau
sel primitif. Pada Gambar.2.2. sel primitif diberi tanda huruf P. Sel primitif hanya
berisi satu simpul kisi; jika kita lakukan translasi sepanjang rusuknya, simpul kisi
yang semula ada pada sel menjadi tidak lagi berada pada sel tersebut. Sel dengan
simpul kisi yang terletak pada pusat dua bidang sisi yang paralel diberi tanda C
(center); sel dengan simpul kisi di pusat setiap bidang kisi diberi tanda F (face);
sel dengan simpul kisi di pusat bagian dalam sel unit ditandai dengan huruf I.
Huruf R menunjuk pada sel primitif rhombohedral.
Sel unit yang paling sederhana adalah kubus yang semua rusuk dan
sudutnya samayaitu, a-a-a, = = = 90 0. Ada tiga variasi pada kubus ini yaitu
kubus sederhana(primitive), face centered cubic, dan body centered cubic. Jika
salah satu rusuk tidak sama dengan dua rusuk yang lain tetapi sudut tetap sama 90 0, kita
dapatkan bentuk tetragonal a-a-a, = = = 90 0; ada ada dua variasi seperti terlihat
pada Gb.2.2. Jika rusuk-rusuk tidak sama tetapi sudut tetap sama 90 0kita dapatkan bentuk
orthorombic dengan 4 variasi. Selanjutnya lihat Gambar.2.1.
2-4
Unsur grup VIII dan Metal. Gas mulia, Ne dengan kofigurasi [He] 2S 2,
2p6, dan Ar [Ne]3s2, 3p6, serta Kr[Ar]3d10, 4s2, 4p6, memiliki delapan elektron di
kulit terluarnya. Konfigurasi ini sangat mantap. Oleh karena itu mereka tidak
membentuk ikatan dengan sesama atom atau dengan kata lain atom-atom ini
merupakan atom bebas. Dalam membentuk padatan (membeku) atom-atom gas
mulia tersusun dalam susunan yang rapat. Konfigurasi yang mantap dari gas mulia
menjadi konfigurasi yang cenderung untuk dicapai oleh unsur-unsur lain dalam
membentuk ikatan atom.
Selain gas mulia, atom metal juga membentuk susunan rapat dalam
padatan. Hal disebabkan karena ikatan metal merupakan ikatan tak berarah. Syarat
utama yang harus dipenuhi dalam membentuk padatan adalah terjadinya susunan
yang rapat. Tiga sel satuan yang paling banyak dijumpai pada metal (dan gas
mulia dalam keadaan beku) adalah FCC, HCP, dan BCC yang diperlihatkan pada
Gb.2.3.
Unsur grup IV. Atom S [Ne] 3s2 3p4, Se [Ar] 3d10 4s2 4p4, Te [Kr] 4d10, 5s2
5p4, memiliki 6 elektron di kulit terluarnya. Setiap akan mengikat dua atom lain untuk
memenuhi konfigurasi gas mulia dengan delapan elektron di kulit terluar masingmasing.
Ikatan semacam ini dapat dipenuhi dengan membentuk molekul rantai spiral atau cincin
di mana setiap atom berikatan dengan dua atom yang lain dengan sudut ikatan tertentu.
Molekul rantai spiral atau cincin ini berikatan satu sama lain dengan ikatan sekunder
yang lemah membentuk kristal. Contoh ikatan telurium yang membentuk spiral diberikan
pada Gb.2.4. Satu rantaian spiral ikatan Te bergabung dengan spiral Te yang lain
membentuk kristal hexagonal.
14
atom akan berikatan dengan tiga atom lain dengan sudut ikatan tertentu. Atomatom berikatan membentuk lapisan bergelombang dan lapisan-lapisan ini
2-6
berikatan satu dengan lainnya melalui ikatan yang lemah. Contoh salah satu
lapisan dari kristal As diperlihatkan pada Gambar.2.5.
Struktur Kristal BCC adalah struktur Kristal dimana didalam unit cell
terdapat 1 atom pada pusat kubus dan 1 atom pada tiap-tiap sudut kubus seperti
terlihat pada Gambar 2.7. berikut ini.
2-7
Jumlah atom tiap unit cell adalah : 1 atom + 1/8 atom x 8 = 2 atom/unit
cell sehingga volume atom tiap unit cell :
2-8
2.2.3.2.
Jika struktur Kristal logam mempunyai unit cell kubus dengan atom-atom
menempati pusat sisi (permukaan) kubus dan pada tiap-tiap sudutnya terdapat
atom-atom, maka struktur Kristal tersebut dinamakan struktur Kristal FCC, seperti
terlihat pada Gambar 2.8. dibawah ini.
Jumlah atom tiap unit cell : atom x 6 + 1/8 atom x 8 = 4 atom/unit cell
sehingga volume atom tiap unit cell :
4.(4/3) R3 =
Bilangan koordinasi adalah pada struktur Kristal FCC adalah 12.
Factor kerapatan untuk struktur Kristal FCC :
2-9
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa APF untuk FCC lebih besar
daripada BCC sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur atom FCC lebih rapat
dibanding BCC.
2.2.3.3.
Suatu bahan disebut isotropy jika sifat-sifat fisis dan mekanisnya tidak
tergantung kepada arah atau orientasi. Bahan berkristal tunggal bersifat tidak
isotropy atau anisotropy. Bahan Kristal tunggal hanya bias di produksi di
laboratorium
sedangkan
pada
kenyataannya
kebanyakan
logam
bersifat
polikristal. Secara makrokopis, logam polikristal bersifat isotropy jika setiap butir
(grain) logam mempunyai orientasi Kristal acak (random). Namun demikian,
proses manufaktur seperti pengerolan menyebabkan perubahan orientasi Kristal
pada arah yang disukai (preffered orientation) dan bersifat anisotropy. Fenomena
ini dinamakan texture.
2.2.3.5.
Indeks Miller
Indeks miler digunakan untuk notasi arah dan bidang Kristal. Indaks miler
digunakan untuk unit cell kubus.
a) Arah Kristal
Gambar di bawah adalah sistem koordinat Cartesian dangan sumbu X,Y,Z
sejajar sisi sisi unit cell kubus. Jika a b dan c masing masing adalah
2-10
vektor satuan pada arah X,Y,Z dan u,v,w adalah proyeksi pada sumbu X,Y,Z
maka arah Kristal bias dinyatakan dengan cara sebagai berikut :
<>
digunakan
untuk
notasi
himpunan
arah
Kristal
yang
ekuivalen,sebagai contohnya :
Arah Kristal pada stuktur heksagonal diberi notasi menurut sistem MilerBravais dengan sumbu a1,a2 dan a3 masing masing membentuk sumbu
1200 pada bidang basal (dasar) dan sumbu z.
Tranformasi dari indeks miler ke indaks miler-Bravais sebagai berikut :
2-11
Gambar 2.12 Contoh contoh penulisan indeks miler untuk bidang kristal
Gambar 2.12 adalah contoh contoh indeks miler untuk bidang bidang
yang penting pada Kristal. Bidang a pada bidang A di atas berpotongan dengan
sumbu X pada nilai 1 dan sejajar dengan sumbu Y dan Z sehingga indeks miler
bias ditulis:
Pada prinsipnya pemberian indeks miler untuk bidang Kristal pada unit
cell heksagonal sama seperti pada kubus dengan penambahan sumbu a3 sehingga
2-12
Proyeksi Stereografi
2-13
Gambar 1.15 Proyeksi bidang bidang utama kubus pada standard (001)
stereographic projection
2.3. Penutup
2.3.1. Rangkuman
2-14
5. Jelaskan tentang kisi ruang Bravais dan hubungannya dengan susunan ruang
2.3.3. TEST
2.3.3.1.
Test
2-15
2.3.3.2.
Umpan Balik
2-16
terjadi distorsi local pada kisi pelarut (solute) mungkin tersebar secara acak
dalam Kristal, yakni bila dijumpai pada larutan padat (solid solution) atau
mungkin menggumpal dengan sesamanya membentuk partikel-partikel fase
kedua.
Ketidakteraturan
lainnya
adalah
yang
digolongkan
dengan
ketidaksempurnaan atau cacat kisi. Ada tiga macam cacat kisi yaitu cacat
volum, karena adanya retakan atau rongga; cacat garis, misalnya karena
dislokasi dan cacat titik, misalnya karena adanya kedudukan kisi yang kosong
dan adanya atom interstisi. Dalam gambar
2-17