OLEH
KELOMPOK 6
NAMA
NIM
C11114045
C11114309
C11114093
C11114047
C11114373
C11114361
C11114521
C11114809
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah tentang Aborsi
ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai pelengkap tugas dari mata kuliah
Agama Katolik, dan sebagai penjelasan yang menyeluruh dimaksudkan untuk
peningkatan pengatahuan si pembaca tentang aborsi. Dengan memahami aspek-aspek
tentang aborsi diharapkan manusia bisa mengetahui tentang baik buruknya aborsi
bagi kehidupan manusia. Karena pada masa sekarang ini banyak sekali wanita yang
melakukan aborsi tanpa memikirkan apa akibat yang akan diperoleh di dunia maupun
di akhirat. Atas terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Terlebih khusus, kami
mengucapkan terima kasih untuk dosen mata kuliah Pendidikan Agama Katolik kami,
Bapak Daud Demmadika, S.Ag., yang telah memberikan pengarahan berkaitan
dengan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi
positif tentang pengamalan nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan Yesus Kristus.
Adapun kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami meminta usul dan
saran demi perbaikan makalah ini, agar makalah ini lebih baik ke depannya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ABORSI
B. MACAM-MACAM ABORSI
8
14
15
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di zaman ini, wacana mengenai aborsi dalam Gereja Katolik semakin penting.
Ada desakan sangat kuat dari berbagai pihak agar Gereja Katolik mengendurkan
aturannya dan memperbolehkan aborsi. Desakan terjadi karena Gereja Katolik
sejak awal sampai saat ini tetap mempertahankan pandangannya bahwa Aborsi
harus dilarang karena tidak sesuai dengan kehendak Allah di mana Allah
menghendaki kehidupan bukan kematian.
Zaman ini juga ditandai dengan perkembangan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat. Perkembangan ini berdampak positif karena memberikan sumbangan
positif bagi manusia. Di dalam dampak positif tersebut terselubung dampak
negatif misalnya aborsi. Banyak keluarga-keluarga Katolik dapat dengan mudah
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Jika mereka tidak
senang dengan bayi dalam kandungan atau bayi tersebut tidak sesuai dengan
keinginan mereka, mereka dengan mudah melakukan aborsi. Hal ini karena
prosesnya cepat dan mudah serta tanpa efek samping. Maka tidak mengherankan
banyak orang melakukan aborsi tanpa merasa beban apa-apa seolah-olah manusia
tidak ada arti lagi. Hal ini terjadi mungkin tanpa disadari atau mungkin dengan
penuh kesadaran. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimna pandangan Gereja Katholik terhadap aborsi.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tema dari makalah ini yaitu mengenai aborsi terhadap pandangan
gereja Katholik, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yakni sebagai
berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan aborsi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ABORSI
Berbicara tentang aborsi selalu menuai pro-kontra. Namun dalam menghadapi
masalah aborsi Gereja Katolik selalu konsisten pada pendiriannya. Dari abad ke abad
Gereja Katolik tidak pernah menerima perbuatan aborsi. Sebelum mendalami lebih
jauh mengapa Gereja Katolik menolak aborsi, ada baiknya kita pahami arti kata
aborsi.
Aborsi berasal dari bahasa Latin Aborsio yang berarti pengeluaran hasil
konsepsi sebelum waktunya sehingga janin meninggal. Konsepsi adalah pertemuan
antara sel sperma dan sel telur. Di bawah ini, ada beberapa pengertian aborsi dari
beberapa pihak.
1. Secara Umum
Secara umum aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara
prematur pada janin yang belum bisa hidup di luar kandungan. Uterus adalah rahim
atau kandungan tempat janin berdiam sebelum kelahirannya. Arti harafiah prematur
adalah sebelum waktunya. Jadi, prematur dalam arti ini adalah pengeluaran janin
sebelum waktunya. Sedangkan janin adalah hasil konsepsi.
2. Aborsi dari Segi Medis
Secara medis aborsi adalah pengeluaran janin dari kandungan sebelum
berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian. Kalau pengeluaran janin sesudah
24 minggu disebut pembunuhan bayi (infanticide). Pengeluaran janin sebelum 24
minggu disebut aborsi karena menurut perhitungan medis hasil konsepsi dibawah 24
minggu belum masuk dalam hitungan sebagai bayi atau manusia. Sedangkan sesudah
24 minggu disebut pembunuhan karena sudah masuk dalam kategori bayi atau
manusia.
B. MACAM-MACAM ABORSI
Ada bermacam-macam aborsi yang perlu dilihat karena ada aborsi yang
masuk dalam kategori kasus khusus di mana aborsi yang dilakukan bukan atas
kehendak sendiri melainkan demi mengatasi suatu masalah.
1. Aborsi yang Disengaja (Procured Aborsion)
Aborsi yang disengaja adalah pembunuhan yang diarahkan langsung pada janin yakni
antara saat pembuahan sampai kelahirannya dengan cara apapun. Prosesnya
dilakukan dengan sengaja. Aborsi dengan cara ini dilarang keras oleh Gereja karena
tindakan yang semena-mena terhadap sesama yang lemah tak berdaya. Proses aborsi
jenis ini biasanya dilakukan dengan cara minum obat-obatan medis atau dukun yang
ahli dalam hal itu.
2. Aborsi Terapeutik
Aborsi terapeutik adalah pembunuhan yang dilakukan demi menyelamatkan
nyawa atau kesehatan seorang wanita hamil. Aborsi terapeutik juga, terkadang
dilakukan sesudah pemerkosaan. Aborsi dengan cara ini dalam Gereja Katolik
dimasukkan dalam kategori kasus khusus, walaupun di sana-sini masih ada prokontra. Aborsi terapeutik dibagi dalam dua cara:
Aborsi terapeutik langsung adalah pembunuhan yang tindakan medisnya
ditujukan langsung untuk membunuh janin tersebut.
bayinya daripada ibunya melainkan sebuah pilihan di antara hidup yang dapat
diselamatkan dan hidup yang tidak dapat diselamatkan.[9]
5. Faktor Sosial
Pergaulan bebas saat ini membuat banyak remaja yang terjerumus ke dalam
perilaku seks di luar nikah. Hal ini membuat ada remaja yang hamil diluar nikah.
Dengan kehamilan dini ini, remaja tersebut tidak siap secara mental (psikis),
khususnya apabila pria yang menghamili nya tidak ingin bertanggung jawab atas
kehamilan remaja tersebut. Selain itu, hamil diluar nikah juga membuat lingkungan
disekitarnya ikut mencibir atau mengucilkan remaja tersebut. Desakan sosial seperti
ini membuat seseorang ingin melakukan aborsi.
Dalam kitab Suci Perjanjian Baru sebagai dasar kehidupan umat Kristiani atau
disebut Injil Kehidupan merupakan inti amanat Yesus. Kelahiran Yesus merupakan
kabar gembira. Kabar gembira ini adalah dasar untuk pemenuhan kegembiraan pada
tiap anak yang lahir di dunia.[15]
Perjanjian baru pun tidak berbicara secara langsung mengenai aborsi.
Larangan melakukan aborsi adalah konsekuensi langsung dari permenungan akan
harkat dan martabat manusia yang selalu diperjuangkan Yesus dalam ajaran-Nya dan
yang telah diwartakan oleh para murid-Nya. Dapat kita lihat dalam Kitab Suci bahwa
kehamilan tidak pernah menjadi sebuah masalah atau beban. Ini terlihat pada Injil
Lukas 1: 46 Jiwaku memuliakan Tuhan. Anak selalu dimengerti sebagai anugerah
dari pencipta kehidupan yakni Allah sendiri. Ketika mulai ada kehidupan dalam
rahim ibu, di sanalah terletak karya penciptaan Allah. Maka, keluarga selalu bahagia
atas kehamilan dan kelahiran anak. Manusia mempunyai keistimewaan karena
berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah dalam prokreasi yakni, melangsungkan
kehamilan dan kelahiran anak. Manusia adalah pembantu Allah dalam menciptakan
manusia baru. Maka, penghentian paksa atas kehamilan (aborsi) bukan hanya berarti
berbuat kekejaman terhadap sesama ciptaan tetapi juga merusak karya ciptaan Allah
seperti dikatakan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus: Yang
daripadanya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup (1Kor. 8:6).[16]
Membunuh anak adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah karena bayi adalah
manusia lemah tak berdaya. Ia tidak mampu membela diri. Allah selalu berpihak pada
orang lemah dan tertindas. Maka, Ia tidak menghendaki kematiannya Bulu yang
patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan
dipadamkan-Nya (Mat. 12:20). Keberpihakan Allah pada orang lemah juga menjadi
sikap Yesus yang bisa kita temukan dalam perikop Kitab Suci, Barang siapa
menyesatkan salah satu dari anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika
sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut (Mrk.
9:42).[17]
dinyatakan sebagai persona, ia sudah bebas. Ia sudah menjadi orang lain bagi ibu dan
ayahnya.[26]
5. Ensiklik
Para pemimpin Gereja tidak berdiam diri melihat kasus aborsi yang dilakukan
oleh keluarga-keluarga kristiani. Mereka sebagai pemimpin tertinggi Gereja dan
pengajar ajaran moral yang benar sangat prihatin atas masalah aborsi. Aborsi menjadi
masalah yang cukup serius yang harus dibahas tuntas karena aborsi menyangkut
pembunuhan dan ini melawan ajaran Gereja yang tertuang dalam Kitab Suci..
a. Paus Pius XI: Casti Connubi
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 31 Desember 1930,
beliau menuliskan bahwa keluarga-keluarga katolik yang menolak keturunan
dengan berbagai alasan sebenarnya hanya ingin mencari kesenangan sendiri.
Pada dasarnya perkawinan menurut kodratnya terarah pada kelahiran anak. Maka
tindakan membunuh anak adalah suatu perbuatan yang jahat dan suatu kesalahan
berat. Beliau menjelaskan bahwa tindakan aborsi adalah perbuatan melawan
kodrat dengan mengutip Kitab Suci (Kej. 38: 8-10). Perikop di atas menjelaskan
bahwa Tuhan membunuh orang yang tidak ingin mempunyai keturunan.[27]
Ia juga menegaskan bahwa Gereja mengutuk semua bentuk aborsi
langsung, juga yang disebut aborsi langsung dengan medis dan terapeutik. Ia
berbicara mengenai aborsi dalam konteks keluarga. Ia mengatakan bahwa Aborsi
adalah kejahatan yang sangat berat karena dialamatkan kepada hidup anak yang
masih ada di dalam kandungan.[28]
b. Paus Paulus VI: Humanae vitae
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 25 Juli 1968 beliau
menghimbau keluarga-keluarga agar tetap menghormati hasil prokreasi seturut
kehendak Allah. Penghentikan proses generatif, terutama pengguguran yang
disengaja harus ditolak. Aborsi tidak boleh dipergunakan sebagai alat untuk
mengkontrol kelahiran. Tugas melanjutkan keturunan merupakan tugas yang
paling berat namun juga merupakan sumber kegembiraan besar seperti yang
dialami oleh Elisabet yang di sebut mandul. Ia bersyukur dan memuji Tuhan
ketika mengetahui bahwa ia hamil pada masa tuanya. Kegembiraan ini tentunya
ada karena ada kerinduan sebelumya
c. Paus Yohanes Paulus II: Evangelium Vitae
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 25 Maret 1995, ia
menjelaskan bahwa perbuatan yang paling jahat adalah aborsi karena melanggar
kehidupan. Ia menjelaskan bahwa segala kejahatan yang dapat dilaksanakan
manusia melawan kehidupan terutama aborsi. Tetapi dewasa ini banyak orang
mulai meredupkan penilaian beratnya kejahatan itu. Kesadaran moral mulai
menipis sehingga banyak orang tidak mampu membedakan antara baik dan
buruk. Hak asasi atas manusiapun mulai dipertaruhkan. Mengingat keadaan yang
serius ini maka, diperlukan keberanian untuk menetapkan kebenaran sehingga
keluarga-keluarga Katolik tidak jatuh pada sikap kompromis dengan memakai
sebutan sebenarnya. Menangani masalah ini Paus mengutip teguran Nabi
Yesaya: Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan
itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi
kegelapan (Yes. 5:20).
Ia menegaskan bahwa aborsi pada dasarnya adalah pematian manusia
dalam tahap awal hidupnya antara saat pembuahan sampai kelahiran. Pematian
dengan cara ini mendapat hukuman yang berat dan perbuatan tidak adil karena
yang dibunuh di sini adalah pribadi yag lemah, tak dapat membela diri. Maka,
aborsi adalah pembunuhan yang amat durhaka. Walau demikian, masih ada
kasus-kasus khusus yang diperhatikan oleh Gereja. Misalnya, Aborsi demi
keselamatan seorang ibu. Untuk kasus-kasus khusus akan dibahas dalam poin
berikutnya.
Ia juga menjelaskan masalah kapan mulai ada kehidupan karena ada
beberapa pihak mencoba membenarkan aborsi dengan mengatakan bahwa hasil
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gereja Katolik sangat kuat mempertahankan pandangannya bahwa aborsi
harus dilarang karena berkaitan dengan hak asasi manusia. Manusia mempunyai hak
asasi manusia karena ia adalah manusia ciptaan Allah. Ia diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah. Hak asasi itu datang dari kodratnya sebagai manusia dan menyatu
lekat dengan martabatnya sebagai manusia. Hak itu tidak dapat diberi atau diambil
oleh orang lain atau institusi lain, melainkan melekat dengan dirinya sebagai manusia.
Sejak manusia ada hak itu melekat padanya dan akan hilang bersama perginya
manusia dari dunia ini (meninggal). Bagi seorang manusia, hidup adalah nilai
fundamental untuk dapat merealisasikan nilai-nilai lainnya. Maka, hak untuk hidup
menjadi syarat utama dan mendasar ketika berbicara mengenai hak asasi manusia.
Manusia diciptakan menurut gambar Allah. Dalam Kitab suci dikisahkan
bahwa Allah melarang melakukan pembunuhan terhadap sesama. Berdasarkan
kenyataan di atas Gereja menganjurkan agar pewartaan akan luhurnya pribadi
manusia harus terus diwartakan karena manusia adalah luhur.
B. SARAN
Setelah mengetahui seperti apa itu aborsi, mengapa aborsi itu dilarang keras
oleh Gereja Katholik, kami selaku tim Penyusun hendak memberi saran kepada
pembaca agar kiranya mengamalkan nilai-nilai Ajaran Yesus Kristus. Kita umat
manusia seluruh nya adalah saudara, kita tidak boleh melihat saudara kita terjerumus
dalam perbuatan dosa seperti melakukan aborsi. Melakukan aborsi sama saja kita
menolak karunia Allah yang telah diberikan kepada umat-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Konsili Vatikan II. Diterjemahkan oleh J. Riberu. Jakarta: Dokumentasi dan
Penerangan KWI OBOR, 1989.
Hadiwardoyo, Al. Purwa. Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius,
1988.
Kongregasi Suci Ajaran Iman: Pernyataan tentang Aborsi. (Seri Dokumen Gerejawi,
no. 73) Diterjemahkan oleh Departemen Komunikasi dan Penerangan KWI. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Penerangan KWI, 2005.
Kusmaryanto. Tolak Aborsi: Budaya Kehidupan Versus Budaya Kematian.
Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Paus Yohanes Paulus II. Ensiklik Evangelium vitae (Injil Kehidupan) (Seri dokumen
Gerejawi no. 41). diterjemahkan oleh Departeman Dokumentasi dan penerangan
KWI. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan penerangan KWI, 1996.
Shadily Hassan Shadily. Ensiklopedi Indonesia (Jilid II) Jakarta: Ichtiar Baru-Van
Hoeve, 2006.
Widjojo Subroto (ed.). Problema Perkawinan. Yogyakarta: Kanisius, 1981.