Anda di halaman 1dari 19

ABORTUS DALAM PANDANGAN GEREJA KATHOLIK

OLEH
KELOMPOK 6
NAMA

NIM

KWAN SILVEA KWANDOU


WIDYATMA ADINDA JUBHARI
FOURENTY KUSUMA
ERIC UNTARIO
AYU DWILESTARI
KRISNA GOYSAL
DANIEL TANDIARI
AVE WINNY P.

C11114045
C11114309
C11114093
C11114047
C11114373
C11114361
C11114521
C11114809

PRODI PENDIDIKAN DOKTER


KELAS A

MKU PENDIDIKAN AGAMA KATHOLIK


UNVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah tentang Aborsi
ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat sebagai pelengkap tugas dari mata kuliah
Agama Katolik, dan sebagai penjelasan yang menyeluruh dimaksudkan untuk
peningkatan pengatahuan si pembaca tentang aborsi. Dengan memahami aspek-aspek
tentang aborsi diharapkan manusia bisa mengetahui tentang baik buruknya aborsi
bagi kehidupan manusia. Karena pada masa sekarang ini banyak sekali wanita yang
melakukan aborsi tanpa memikirkan apa akibat yang akan diperoleh di dunia maupun
di akhirat. Atas terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Terlebih khusus, kami
mengucapkan terima kasih untuk dosen mata kuliah Pendidikan Agama Katolik kami,
Bapak Daud Demmadika, S.Ag., yang telah memberikan pengarahan berkaitan
dengan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi
positif tentang pengamalan nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan Yesus Kristus.
Adapun kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami meminta usul dan
saran demi perbaikan makalah ini, agar makalah ini lebih baik ke depannya.

Makassar, 23 Oktober 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN DAN MANFAAT

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ABORSI

B. MACAM-MACAM ABORSI

C. FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA ABORSI

D. PANDANGAN GEREJA KATHOLIK MENGENAI ABORSI

E. DASAR MAUPUN DOKUMEN PENTING MENGENAI


PENOLAKAN GEREJA KATHOLIK TERHADAP ABORSI
F. UPAYA TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP ABORSI

8
14

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN

15

B. SARAN

15

DAFTAR PUSTAKA

16

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di zaman ini, wacana mengenai aborsi dalam Gereja Katolik semakin penting.
Ada desakan sangat kuat dari berbagai pihak agar Gereja Katolik mengendurkan
aturannya dan memperbolehkan aborsi. Desakan terjadi karena Gereja Katolik
sejak awal sampai saat ini tetap mempertahankan pandangannya bahwa Aborsi
harus dilarang karena tidak sesuai dengan kehendak Allah di mana Allah
menghendaki kehidupan bukan kematian.
Zaman ini juga ditandai dengan perkembangan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat. Perkembangan ini berdampak positif karena memberikan sumbangan
positif bagi manusia. Di dalam dampak positif tersebut terselubung dampak
negatif misalnya aborsi. Banyak keluarga-keluarga Katolik dapat dengan mudah
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Jika mereka tidak
senang dengan bayi dalam kandungan atau bayi tersebut tidak sesuai dengan
keinginan mereka, mereka dengan mudah melakukan aborsi. Hal ini karena
prosesnya cepat dan mudah serta tanpa efek samping. Maka tidak mengherankan
banyak orang melakukan aborsi tanpa merasa beban apa-apa seolah-olah manusia
tidak ada arti lagi. Hal ini terjadi mungkin tanpa disadari atau mungkin dengan
penuh kesadaran. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimna pandangan Gereja Katholik terhadap aborsi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tema dari makalah ini yaitu mengenai aborsi terhadap pandangan
gereja Katholik, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, yakni sebagai
berikut.
a. Apa yang dimaksud dengan aborsi?

b. Apa saja macam-macam aborsi?


c. Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kasus aborsi?
d. Bagaimana pandangan Gereja Katholik mengenai aborsi?
e. Apa saja dasar maupun dokumen penting mengenai penolakan Gereja
Katholik terhadap aborsi?
f. Bagaimana tindakan untuk melakukan pencegahan terhadap aborsi?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Makalah ini dibuat dengan beberapa tujuan dan manfaat, yakni sebagai
berikut.
a. Mengetahui pengertian aborsi
b. Mengetahui macam-macam aborsi
c. Mengetahui dan memahami penyebab adanya aborsi
d. Mengetahui pandangan Gereja Katholik terhadap tindakan aborsi
e. Mengetahui dasar-dasar Kitab Suci atau ajaran Katholik mengenai tindakan
aborsi.
f. Mengetahui tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kasus aborsi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ABORSI
Berbicara tentang aborsi selalu menuai pro-kontra. Namun dalam menghadapi
masalah aborsi Gereja Katolik selalu konsisten pada pendiriannya. Dari abad ke abad
Gereja Katolik tidak pernah menerima perbuatan aborsi. Sebelum mendalami lebih
jauh mengapa Gereja Katolik menolak aborsi, ada baiknya kita pahami arti kata
aborsi.
Aborsi berasal dari bahasa Latin Aborsio yang berarti pengeluaran hasil
konsepsi sebelum waktunya sehingga janin meninggal. Konsepsi adalah pertemuan
antara sel sperma dan sel telur. Di bawah ini, ada beberapa pengertian aborsi dari
beberapa pihak.
1. Secara Umum
Secara umum aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi dari uterus secara
prematur pada janin yang belum bisa hidup di luar kandungan. Uterus adalah rahim
atau kandungan tempat janin berdiam sebelum kelahirannya. Arti harafiah prematur
adalah sebelum waktunya. Jadi, prematur dalam arti ini adalah pengeluaran janin
sebelum waktunya. Sedangkan janin adalah hasil konsepsi.
2. Aborsi dari Segi Medis
Secara medis aborsi adalah pengeluaran janin dari kandungan sebelum
berumur 24 minggu dan mengakibatkan kematian. Kalau pengeluaran janin sesudah
24 minggu disebut pembunuhan bayi (infanticide). Pengeluaran janin sebelum 24
minggu disebut aborsi karena menurut perhitungan medis hasil konsepsi dibawah 24
minggu belum masuk dalam hitungan sebagai bayi atau manusia. Sedangkan sesudah
24 minggu disebut pembunuhan karena sudah masuk dalam kategori bayi atau
manusia.

3. Aborsi dari Segi Moral (Katolik) dan Hukum


Dari segi moral dan hukum aborsi adalah pengeluaran janin sejak adanya
konsepsi pertama (sejak pertemuan sel sperma dengan sel telur) sampai dengan
kelahirannya dan mengakibatkan kematian. Gereja dalam memandang hasil konsepsi
tetap tegas bahwa sejak pertemuan sel sperma dan sel telur di situ sudah ada seorang
manusia baru.

B. MACAM-MACAM ABORSI
Ada bermacam-macam aborsi yang perlu dilihat karena ada aborsi yang
masuk dalam kategori kasus khusus di mana aborsi yang dilakukan bukan atas
kehendak sendiri melainkan demi mengatasi suatu masalah.
1. Aborsi yang Disengaja (Procured Aborsion)
Aborsi yang disengaja adalah pembunuhan yang diarahkan langsung pada janin yakni
antara saat pembuahan sampai kelahirannya dengan cara apapun. Prosesnya
dilakukan dengan sengaja. Aborsi dengan cara ini dilarang keras oleh Gereja karena
tindakan yang semena-mena terhadap sesama yang lemah tak berdaya. Proses aborsi
jenis ini biasanya dilakukan dengan cara minum obat-obatan medis atau dukun yang
ahli dalam hal itu.
2. Aborsi Terapeutik
Aborsi terapeutik adalah pembunuhan yang dilakukan demi menyelamatkan
nyawa atau kesehatan seorang wanita hamil. Aborsi terapeutik juga, terkadang
dilakukan sesudah pemerkosaan. Aborsi dengan cara ini dalam Gereja Katolik
dimasukkan dalam kategori kasus khusus, walaupun di sana-sini masih ada prokontra. Aborsi terapeutik dibagi dalam dua cara:
Aborsi terapeutik langsung adalah pembunuhan yang tindakan medisnya
ditujukan langsung untuk membunuh janin tersebut.

Aborsi terapeutik tidak langsung adalah pembunuhan yang tindakan medisnya


tidak ditujukan langsung pada janin tetapi pada bagian lain. Misalnya, pengangkatan
rahim. Karena rahim diangkat maka otomatis janin yang berada dalam rahim akan
mati.
3. Aborsi Eugenik
Aborsi eugenik adalah pembunuhan yang dilakukan terhadap janin yang cacat
atau jenis kelamin janinnya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Aborsi jenis ini
pun masuk dalam kategori kasus khusus. Tetapi kalau aborsi karena bayi tidak sesuai
dengan keinginan ditolak oleh Gereja. Gereja hanya menerima kalau bayi dalam
kandungan cacat tetapi dengan catatan perhitungan medis menunjukkan masalah itu.
4. Keguguran (Miscariage)
Keguguran adalah aborsi yang terjadi secara alami (terjadi tanpa campur tangan
manusia). Aborsi ini tidak bertentangan dengan ajaran Gereja karena terjadinya
secara alami tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya menerimanya dengan
pasrah.

C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ABORSI


Aborsi yang dilakukan biasanya karena suatu alasan tertentu yang kadang
mendesak dan harus dilakukan. Tetapi ada juga yang melakukan aborsi karena faktorfaktor yang tidak masuk akal. Di bawah ini diketengahkan faktor-faktor penyebab
seorang ibu melakukan aborsi.
1. Faktor Ekonomi.
Faktor ekonomi terkadang memicu terjadinya aborsi. Kesejahteraan anak dan
pendidikan yang layak menimbulkan pikiran lebih baik ia tidak lahir daripada lahir
dan menderita seumur hidup.[6] Pikiran di atas tidak dibenarkan oleh Gereja, karena
aborsi secara sengaja merupakan penghancuran manusia yang tak bersalah dan
tindakan semena-mena.

2. Faktor Jumlah Anak yang Dimiliki


Banyaknya anak juga menjadi pemicu terjadinya aborsi. Aborsi dilakukan
karena kurangnya ekonomi atau tidak mampu mendidiknya nanti. Melihat masalah
ini, Gereja dengan berpedoman pada Kitab Suci mengatakan bahwa kehidupan
perkawinan adalah sesuatu yang suci karena daya cipta Allah langsung berkarya di
dalamnya. Dengan demikian, mengadakan kehidupan baru adalah perbuatan yang
kudus. Mencampuri bidang itu apalagi merintanginya adalah melawan kekudusan
tersebut. Mengenai jumlah anak haruslah ditentukan bersama oleh suami dan istri
berdasarkan suara hatinya. Tetapi suara hati harus tetap berpedoman pada kehendak
Allah yang disampaikan oleh kewenangan Gereja. Suami-istri melukiskan persatuan
Kristus dengan Gereja-Nya yang penuh cinta kasih dengan membuahkan kehidupan
baru.[7]
3. Faktor Paksaan
Aborsi selain dilakukan oleh ibu sering kali oleh orang lain. Yang pertama
bersalah ialah ayahnya, jika secara eksplisit mendesak istrinya untuk melakukan
aborsi. Tidak hanya ayahnya tetapi terkadang dari lingkungan keluarga atau lebih luas
lagi dari teman-temannya. Paksaan-paksaan tersebut terkadang membuat seorang ibu
tertekan sehingga terpaksa menyetujui aborsi. Atau seorang ibu ditekan secara
langsung sehingga mau tidak mau ia harus melakukan aborsi. Di sini tanggung jawab
moral terletak pada mereka yang langsung atau tidak langsung memaksanya untuk
melakukan aborsi.[8]
4. Faktor Keselamatan Ibu
Kasus yang paling dramatis ialah terjadinya konflik frontal antara nyawa ibu
dan bayinya. Apabila secara objektif dalam perhitungan medis menunjukkan bahwa
kalau melanjutkan kehamilan bisa mematikan baik ibu maupun bayinya. Menghadapi
kasus seperti ini Gereja melalui para moralis Katolik umumnya menyetujui kasus
tersebut dengan prinsip satu di antara mereka harus diselamatkan. Tetapi di sini
bukanlah masalah lebih memilih ibunya daripada bayinya, atau lebih memilih

bayinya daripada ibunya melainkan sebuah pilihan di antara hidup yang dapat
diselamatkan dan hidup yang tidak dapat diselamatkan.[9]
5. Faktor Sosial
Pergaulan bebas saat ini membuat banyak remaja yang terjerumus ke dalam
perilaku seks di luar nikah. Hal ini membuat ada remaja yang hamil diluar nikah.
Dengan kehamilan dini ini, remaja tersebut tidak siap secara mental (psikis),
khususnya apabila pria yang menghamili nya tidak ingin bertanggung jawab atas
kehamilan remaja tersebut. Selain itu, hamil diluar nikah juga membuat lingkungan
disekitarnya ikut mencibir atau mengucilkan remaja tersebut. Desakan sosial seperti
ini membuat seseorang ingin melakukan aborsi.

D. PANDANGAN GEREJA KATOLIK MENGENAI ABORSI


Pengguguran atau aborsi adalah suatu tindakan membunuh manusia yang masih
suci dan tidak berdaya sama sekali, sehingga ada yang mengatakan bahwa
pengguguran yang sangat keji. Setiap manusia adalah ciptaan Tuhan, berasa dariNya.
Anak merupakan suatu karunia yang sangat besar bagi ibu, ayah dan keluarganya.
Jadi kalau ada yang ingin menggugurkan kandungan, berarti ia tidak menghargai
bahkan menolak karunia Allah dan merampas hak Allah dalam menentukan hidup
seorang manusia.
Jadi iman kita menolak dengan tegas abortus atau pengguguran dengan cara dan
alasan apa pun. Sekalipun aborsi itu dilakukan dengan alasan kesehatan dari si ibu.
Atau karena rasa belas kasihan karena melihat anak yang akan dilahirkan itu nanti
cacat (cacat fisik atau cacat mental) sehingga dianggap tidak memiliki masa depan
yang baik kecuali penderitaan. Bahkan kita juga menolak aborsi terhadap bayi yang
dikandung akibat kecelakaan (ibu diperkosa atau hasil pergaulan bebas dan
sebagainya). Tidak ada satu orang pun yang berhak mengambil jiwa seseorang,
sekalipun ia masih manusia kecil dalam kandungan.

E. DASAR MAUPUN DOKUMEN PENTING MENGENAI PENOLAKAN


GEREJA KATHOLIK TERHADAP ABORSI
Untuk mengerti mengapa Gereja Katolik menolak Aborsi dibawah ini
diketengahkan dasar yang menunjukkan alasan Gereja Katolik menolak aborsi.
Berdasarkan alasan dari berbagai dokumen dan ajaran para pemimpin tertinggi Gereja
serta Kitab Suci sebagai dasar utama kehidupan umat Kristiani, Gereja dengan tegas
menolak aborsi.[11] Karena berdasarkan sumber di atas manusia adalah hasil ciptaan
Allah menurut Gambar dan rupa-Nya. Maka, manusia sejak awal adalah kudus.
1. Kitab Suci
Kitab Suci perjanjian Lama dengan keras melarang orang melakukan
pembunuhan Jangan membunuh (Kel. 20:13; Ul. 5:17). Ini berarti kehidupan
sangat dihormati dan perlu dijaga agar tidak mengalami kematian[12] baik secara
alami maupun campur tangan pihak lain. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama tidak
disebutkan secara langsung kata aborsi. Kita hanya melihat teks-teks Kitab suci
yang sering digunakan sebagai dasar argumen bila berbicara soal aborsi.
Semua orang setuju bahwa membunuh itu tidak baik dan tidak boleh. Tetapi
persoalan yang muncul ialah bagaimana dengan aborsi? Gereja Katolik melihat
bahwa aborsi adalah perbuatan terkutuk, sebab janin adalah manusia. Aborsi selalu
digolongkan sebagai suatu aksi yang terkutuk sehingga pembunuhannya masuk
klasifikasi pembunuhan manusia.[13] Apalagi pembunuhan itu dilakukan secara
sengaja dengan berbagai motif misalnya ekonomi, dll.
Jadi, pembunuhan janin adalah pembunuhan manusia yang adalah Gambar
Allah sendiri. Dalam rahim ibu Allah berdiam. Ini sesuai dengan apa yang tertulis
dalam Kitab Suci, Sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri
(Kej. 9:6b). Maka, barang siapa melakukan tindakan yang merugikan orang lain
terutama aborsi adalah melawan hukum Allah dan dari padanya akan dituntut nyawa
juga. Hidup manusia itu keramat dan tidak dapat diganggu gugat. Hanya Dia yang
boleh mengambil.[14]

Dalam kitab Suci Perjanjian Baru sebagai dasar kehidupan umat Kristiani atau
disebut Injil Kehidupan merupakan inti amanat Yesus. Kelahiran Yesus merupakan
kabar gembira. Kabar gembira ini adalah dasar untuk pemenuhan kegembiraan pada
tiap anak yang lahir di dunia.[15]
Perjanjian baru pun tidak berbicara secara langsung mengenai aborsi.
Larangan melakukan aborsi adalah konsekuensi langsung dari permenungan akan
harkat dan martabat manusia yang selalu diperjuangkan Yesus dalam ajaran-Nya dan
yang telah diwartakan oleh para murid-Nya. Dapat kita lihat dalam Kitab Suci bahwa
kehamilan tidak pernah menjadi sebuah masalah atau beban. Ini terlihat pada Injil
Lukas 1: 46 Jiwaku memuliakan Tuhan. Anak selalu dimengerti sebagai anugerah
dari pencipta kehidupan yakni Allah sendiri. Ketika mulai ada kehidupan dalam
rahim ibu, di sanalah terletak karya penciptaan Allah. Maka, keluarga selalu bahagia
atas kehamilan dan kelahiran anak. Manusia mempunyai keistimewaan karena
berpartisipasi dalam karya penciptaan Allah dalam prokreasi yakni, melangsungkan
kehamilan dan kelahiran anak. Manusia adalah pembantu Allah dalam menciptakan
manusia baru. Maka, penghentian paksa atas kehamilan (aborsi) bukan hanya berarti
berbuat kekejaman terhadap sesama ciptaan tetapi juga merusak karya ciptaan Allah
seperti dikatakan oleh rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus: Yang
daripadanya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup (1Kor. 8:6).[16]
Membunuh anak adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah karena bayi adalah
manusia lemah tak berdaya. Ia tidak mampu membela diri. Allah selalu berpihak pada
orang lemah dan tertindas. Maka, Ia tidak menghendaki kematiannya Bulu yang
patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan
dipadamkan-Nya (Mat. 12:20). Keberpihakan Allah pada orang lemah juga menjadi
sikap Yesus yang bisa kita temukan dalam perikop Kitab Suci, Barang siapa
menyesatkan salah satu dari anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika
sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut (Mrk.
9:42).[17]

Mengenai penyesatan terhadap anak kecil, Yesus memberi hukuman yang


sangat berat dan Dia tidak membicarakan hal yang sama bagi yang menyesatkan
orang dewasa. Mengapa demikian? Karena orang dewasa mempunyai kemampuan
untuk membela diri. Oleh karena itu, membunuhan orang yang paling lemah adalah
berlawanan dengan sikap dan kehendak Allah yang ingin melindungi orang yang
lemah tak berdaya.[18]
Warta Injil diterima oleh Gereja penuh kasih dan harus diwartakan dengan
kesetiaan penuh keberanian sebagai warta kebaikan kepada umat manusia pada tiap
zaman dan pada tiap kebudayaan. Warta itu adalah amanat dari Yesus bahwa manusia
mempunyai nilai pribadi yang tiada bandingnya.[19] Hidup manusia itu keramat
karena sejak awal mulanya melibatkan tindakan kreativitas Allah dan untuk
selamanya tetap ada dalam naungan Sang Pencipta, satu-satunya tujuannya. Hanya
Dialah awal dan akhir tujuan hidup.
2. Dokumen Konsili Vatikan II: Gaudium Et Spes
Dalam Gaudium Et spes ditegaskan bahwa dalam situasi apapun aborsi adalah
kejahatan yang mengerikan. Apalagi pembunuhan bermotif banyaknya anak,
ekonomi dan ketidakharmonisan keluarga. Pembunuhan anak melanggar hukum ilahi.
Sebab Allah, Tuhan kehidupan telah mempercayakan kepada manusia tugas luhur
memelihara kehidupan. Dengan demikian suami istri harus hormat terhadap
kehidupan manusia melampaui hal-hal yang pada derajat-derajat kehidupan yang
lebih rendah. Maka, sejak pembuahan kehidupan harus dilindungi dengan perawatan
yang baik karena anak adalah ciptaan Allah menurut gambar-Nya.[20]
3. Kitab Hukum Kanonik 1983
Barang siapa melakukan pengguguran kandungan dan berhasil, terkena
ekskomunikasi[21] yang bersifat otomatis (Kan. 1398). Artinya, hukuman otomatis
menimpa siapa saja yang bersalah karena aborsi. Ekskomunikasi juga kena pada
semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. Dengan sanksi ini Gereja mau
menjelaskan bahwa aborsi adalah salah satu dari kejahatan yang terberat dan paling

berbahaya. Sedangkan ekskomunikasi bertujuan menyadarkan orang agar mengerti


betapa berat dosa tertentu dan dengan demikian mendukung penyesalan dan tobat
yang sesuai.[22]
Pandangan kitab hukum kanonik tentang aborsi juga tetap berdasar pada Kitab
Suci, walaupun Kitab Suci tidak secara eksplisit berbicara tentang aborsi dan tidak
mematok larangan langsung dan spesifik. Kitab Suci berangkat dari perintah Allah,
Jangan membunuh sebab manusia sejak dari rahim ibunya milik Allah (bdk. Yer
1:5). Manusia sejak awalnya adalah sakral. Kitab hukum kanonik melihat bahwa
perintah ini merupakan perintah Allah, Jangan membunuh, diterapkan pada
kehidupan yang belum lahir (janin). Maka, perbuatan aborsi akan terkena sanksi
yuridis, ekskomunikasi yang bersifat otomatis.[23]
4. Kongregasi Ajaran Iman: Pernyataan tentang Aborsi.
Masalah aborsi hampir di mana-mana menjadi bahan diskusi alot. Melihat
masalah ini kongregasi suci ajaran iman terdorong untuk mengeluarkan pernyataan
tentang aborsi. Kongregasi ini menyadari bahwa tugas Gereja adalah melindungi
manusia terhadap segala aspek yang dapat merusak atau melecehkannya dan
memajukan iman dan moral di seluruh Gereja. Maka, mengenai masalah aborsi
Gereja tidak tinggal diam.[24]
Kongregasi ajaran iman dalam berbicara mengenai aborsi merujuk pada Kitab
Suci. Allah tidak menciptakan kematian dan tidak bergembira atas kebinasaan apa
yang hidup (Keb. 1: 13). Allah bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang
hidup (Mat. 22:32). Perikop di atas menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan
manusia dan yang dikehendaki-Nya adalah kehidupan. Ia menciptakan manusia
menurut gambar-Nya agar manusia menjadi mahkota dunia. Maka, aborsi adalah
melawan kehendak Allah.[25]
Hormat terhadap hidup manusia adalah suatu kewajiban karena manusia
bebas. Ia bebas menentukan nasibnya dan berkuasa atas dirinya. Manusia diciptakan
oleh Allah dan dalam Allah ia menemukan pemenuhannya. Ketika manusia

dinyatakan sebagai persona, ia sudah bebas. Ia sudah menjadi orang lain bagi ibu dan
ayahnya.[26]
5. Ensiklik
Para pemimpin Gereja tidak berdiam diri melihat kasus aborsi yang dilakukan
oleh keluarga-keluarga kristiani. Mereka sebagai pemimpin tertinggi Gereja dan
pengajar ajaran moral yang benar sangat prihatin atas masalah aborsi. Aborsi menjadi
masalah yang cukup serius yang harus dibahas tuntas karena aborsi menyangkut
pembunuhan dan ini melawan ajaran Gereja yang tertuang dalam Kitab Suci..
a. Paus Pius XI: Casti Connubi
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 31 Desember 1930,
beliau menuliskan bahwa keluarga-keluarga katolik yang menolak keturunan
dengan berbagai alasan sebenarnya hanya ingin mencari kesenangan sendiri.
Pada dasarnya perkawinan menurut kodratnya terarah pada kelahiran anak. Maka
tindakan membunuh anak adalah suatu perbuatan yang jahat dan suatu kesalahan
berat. Beliau menjelaskan bahwa tindakan aborsi adalah perbuatan melawan
kodrat dengan mengutip Kitab Suci (Kej. 38: 8-10). Perikop di atas menjelaskan
bahwa Tuhan membunuh orang yang tidak ingin mempunyai keturunan.[27]
Ia juga menegaskan bahwa Gereja mengutuk semua bentuk aborsi
langsung, juga yang disebut aborsi langsung dengan medis dan terapeutik. Ia
berbicara mengenai aborsi dalam konteks keluarga. Ia mengatakan bahwa Aborsi
adalah kejahatan yang sangat berat karena dialamatkan kepada hidup anak yang
masih ada di dalam kandungan.[28]
b. Paus Paulus VI: Humanae vitae
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 25 Juli 1968 beliau
menghimbau keluarga-keluarga agar tetap menghormati hasil prokreasi seturut
kehendak Allah. Penghentikan proses generatif, terutama pengguguran yang
disengaja harus ditolak. Aborsi tidak boleh dipergunakan sebagai alat untuk
mengkontrol kelahiran. Tugas melanjutkan keturunan merupakan tugas yang

paling berat namun juga merupakan sumber kegembiraan besar seperti yang
dialami oleh Elisabet yang di sebut mandul. Ia bersyukur dan memuji Tuhan
ketika mengetahui bahwa ia hamil pada masa tuanya. Kegembiraan ini tentunya
ada karena ada kerinduan sebelumya
c. Paus Yohanes Paulus II: Evangelium Vitae
Dalam ensikliknya yang promulgasikan pada tanggal 25 Maret 1995, ia
menjelaskan bahwa perbuatan yang paling jahat adalah aborsi karena melanggar
kehidupan. Ia menjelaskan bahwa segala kejahatan yang dapat dilaksanakan
manusia melawan kehidupan terutama aborsi. Tetapi dewasa ini banyak orang
mulai meredupkan penilaian beratnya kejahatan itu. Kesadaran moral mulai
menipis sehingga banyak orang tidak mampu membedakan antara baik dan
buruk. Hak asasi atas manusiapun mulai dipertaruhkan. Mengingat keadaan yang
serius ini maka, diperlukan keberanian untuk menetapkan kebenaran sehingga
keluarga-keluarga Katolik tidak jatuh pada sikap kompromis dengan memakai
sebutan sebenarnya. Menangani masalah ini Paus mengutip teguran Nabi
Yesaya: Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan
itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi
kegelapan (Yes. 5:20).
Ia menegaskan bahwa aborsi pada dasarnya adalah pematian manusia
dalam tahap awal hidupnya antara saat pembuahan sampai kelahiran. Pematian
dengan cara ini mendapat hukuman yang berat dan perbuatan tidak adil karena
yang dibunuh di sini adalah pribadi yag lemah, tak dapat membela diri. Maka,
aborsi adalah pembunuhan yang amat durhaka. Walau demikian, masih ada
kasus-kasus khusus yang diperhatikan oleh Gereja. Misalnya, Aborsi demi
keselamatan seorang ibu. Untuk kasus-kasus khusus akan dibahas dalam poin
berikutnya.
Ia juga menjelaskan masalah kapan mulai ada kehidupan karena ada
beberapa pihak mencoba membenarkan aborsi dengan mengatakan bahwa hasil

pembuahan, sekurang-kurangnya sampai hari tertentu belum dipandang sebagai


pribadi. Mengenai masa, ia menegaskan bahwa sesungguhnya dengan
pembuahan sel telur mulailah suatu kehidupan baru, yang bukan hidup ayah dan
bukan hidup ibu, melainkan makhluk baru yang mempunyai kebebasan untuk
tumbuh sendiri dengan sifat-sifat khas tertentu. Oleh karena itu, sejak saat adanya
harus diberi penghormatan mutlak dan diakui. Ia sudah mempunyai hak asasi
manusia dalam keseluruhan dan kesatuan jasmani dan kejiwaannya. Dengan
demikian hak atas hidup adalah mutlak tanpa diganggu gugat.

F. UPAYA TINDAKAN PENCEGAHAN TERHADAP ABORSI


Gereja melihat bahwa masalah aborsi zaman ini sudah tidak membahayakan
lagi. Itu semua karena alat-alat medis semakin canggih sehingga prosesnya mudah
dan aman. Orang melupakan martabat luhur manusia. Manusia hanya dipandang
sebagai obyek yang diperlakukan sewenang-wenang.
Untuk itu, Pendidikan seksualitas sangat penting sebagai strategi mengatasi
aborsi yang bertujuan untuk menghargai karunia martabat manusia yang diberikan
oleh Allah. Keluarga-keluarga harus dapat mengerti bahwa janin yang telah ada sejak
konsepsi pertama adalah manusia yang secitra dengan Allah. Ia berasal dari Allah
seperti yang diceritakan dalam Kejadian 1:26-27.
Kalau sampai seksualitas menjadi sumber dosa, maka di sini jelas terjadi
penyimpangan dari rencana Allah. Dan perlu juga mereka mengetahui bahwa
seksualitas adalah anugerah dari Allah, sehingga dalam mempergunakannya harus
bekerja sama dengan Allah dalam menciptakan manusia baru secara bertanggung
jawab dan bermartabat. Ini dapat kita lihat dalam Kitab Kejadian 1:28
Beranakcuculah dan bertambah banyak. Perintah ini tentu dialamatkan kepada
manusia (pria dan wanita) secara utuh.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Gereja Katolik sangat kuat mempertahankan pandangannya bahwa aborsi
harus dilarang karena berkaitan dengan hak asasi manusia. Manusia mempunyai hak
asasi manusia karena ia adalah manusia ciptaan Allah. Ia diciptakan menurut gambar
dan rupa Allah. Hak asasi itu datang dari kodratnya sebagai manusia dan menyatu
lekat dengan martabatnya sebagai manusia. Hak itu tidak dapat diberi atau diambil
oleh orang lain atau institusi lain, melainkan melekat dengan dirinya sebagai manusia.
Sejak manusia ada hak itu melekat padanya dan akan hilang bersama perginya
manusia dari dunia ini (meninggal). Bagi seorang manusia, hidup adalah nilai
fundamental untuk dapat merealisasikan nilai-nilai lainnya. Maka, hak untuk hidup
menjadi syarat utama dan mendasar ketika berbicara mengenai hak asasi manusia.
Manusia diciptakan menurut gambar Allah. Dalam Kitab suci dikisahkan
bahwa Allah melarang melakukan pembunuhan terhadap sesama. Berdasarkan
kenyataan di atas Gereja menganjurkan agar pewartaan akan luhurnya pribadi
manusia harus terus diwartakan karena manusia adalah luhur.

B. SARAN
Setelah mengetahui seperti apa itu aborsi, mengapa aborsi itu dilarang keras
oleh Gereja Katholik, kami selaku tim Penyusun hendak memberi saran kepada
pembaca agar kiranya mengamalkan nilai-nilai Ajaran Yesus Kristus. Kita umat
manusia seluruh nya adalah saudara, kita tidak boleh melihat saudara kita terjerumus
dalam perbuatan dosa seperti melakukan aborsi. Melakukan aborsi sama saja kita
menolak karunia Allah yang telah diberikan kepada umat-Nya.

DAFTAR PUSTAKA
Dokumen Konsili Vatikan II. Diterjemahkan oleh J. Riberu. Jakarta: Dokumentasi dan
Penerangan KWI OBOR, 1989.
Hadiwardoyo, Al. Purwa. Perkawinan dalam Tradisi Katolik. Yogyakarta: Kanisius,
1988.
Kongregasi Suci Ajaran Iman: Pernyataan tentang Aborsi. (Seri Dokumen Gerejawi,
no. 73) Diterjemahkan oleh Departemen Komunikasi dan Penerangan KWI. Jakarta:
Departemen Komunikasi dan Penerangan KWI, 2005.
Kusmaryanto. Tolak Aborsi: Budaya Kehidupan Versus Budaya Kematian.
Yogyakarta: Kanisius, 2005.
Paus Yohanes Paulus II. Ensiklik Evangelium vitae (Injil Kehidupan) (Seri dokumen
Gerejawi no. 41). diterjemahkan oleh Departeman Dokumentasi dan penerangan
KWI. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan penerangan KWI, 1996.
Shadily Hassan Shadily. Ensiklopedi Indonesia (Jilid II) Jakarta: Ichtiar Baru-Van
Hoeve, 2006.
Widjojo Subroto (ed.). Problema Perkawinan. Yogyakarta: Kanisius, 1981.

Anda mungkin juga menyukai