ABORSI
ABORSI
BAB II
ISI
Tidak ada sisi yang dapat dibenarkan dari suatu kasus aborsi. Aborsi ini memiliki dampak
yang sangat merugikan, yaitu:
Fisik
1. Komplikasi
2. Tidak dapat hamil lagi (kemandulan)
Psikis
1. Mengalami gangguan emosional
Gereja melihat ini sebagai suatu pelanggaran yang nantinya Gereja akan memberikan
Ekskomunikasi kepada mereka yang melakukan aborsi. Hal ini dilakukan Gereja atas beberapa
dasar. Pertama, dalam Kitab Suci di jelaskan bahwa semua manusia itu berhak untuk hidup,
bahwa hidup yang dijalani oleh manusia ini semata hanya merupakan titipan Allah. Serta, sejak
dalam kandungan-pun Allah telah mengasihi dan menguduskan anak itu agar dapat memperoleh
kehidupan sesuai dengan rencana Allah. Semua ini ada dalam Yer 1:4-5, Luk 1:11-17, Luk
1:31-33, Ul 32:39. Dalam Gaudium et Spes, art 51 menjelaskan bahwa seseorang yang
melakukan aborsi berarti sama saja dengan durhaka pada Allah.
Jika dilihat pada keadaan sosial di zaman sekarang ini, banyak orang melakukan aborsi
karena mereka mendapat kehamilan diluar pernikahan. Hal ini dikarena pergaulan bebas yang
ada dan menyebabkan adanya Free Sex. Mereka merasa malu karena mereka mendapatkan
sesuatu yang belum saatnya mereka dapatkan. Kehamilan di usia muda pun membuat mereka
sulit untuk melakukan sesuatu, untuk menikah mungkin mereka masih terlalu dini maka mereka
memilih membunuh bayi itu dengan melakukan aborsi. Selain itu, aborsi juga dapat terjadi pada
seseorang yang menjadi korban pemerkosaan. Mereka melakukan aborsi karena tidak mau
memiliki anak dari hasil pemerkosaan.
BAB III
PENUTUP
Maka, dari penjelasan singkat seputar aborsi itu dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
Aborsi itu merupakan tindakan terlarang baik dilarang oleh negara maupun Gereja. Dilihat dari
sisi kemanusiaan dan moral sendiri, aborsi ini sudah tidak dapat dibenarkan. Aborsi pun tidak
dapat disamakan dengan keguguran. Ada beberapa faktor penyebab mengapa banyak orang
melakukan aborsi. Di zaman sekarang ini banyak orang melakukan aborsi karena mengalami
kehamilan di luar pernikahan dan hasil pemerkosaan.
Sebaiknya, sebagai perempuan hendaknya mampu menjaga diri dengan baik agar
terhindar dari pemerkosaan dan juga bagi mereka yang telah mengalami kehamilan diluar
pernikahan hendaknya jangan melakukan aborsi tetapi mencari cara lain yang lebih manusiawi.
Tindakan preventif yang dapat dilakukan yakni, sebagai remaja hendaknya tidak dulu
melakukan hubungan intim karena belum waktunya dan juga dapat mengndalikan diri ketika
sedang berpacaran. Bagi yang sudah berkeluarga hendaknya dapat melakukan perencanaan
kehamilan agar tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.