Anda di halaman 1dari 6

AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL

BUAH MARKISA UNGU (PASSIFLORA EDULIS)


Oleh Bayu Sasongko, S.Pt

BAB I
PENDAHULUAN
Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian
sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa
untuk kegiatan tersebut. Secara eksplisit pengertian Agroindustri pertama
kali diungkapkan oleh Austin (1981) yaitu perusahaan yang memproses
bahan nabati (yang berasal dari tanaman) atau hewani (yang dihasilkan
oleh hewan). Proses yang digunakan mencakup pengubahan dan
pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan,
pengemasan dan distribusi. Produk Agroindustri ini dapat merupakan
produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku
industri lainnya. Agroindustri merupakan bagian dari kompleks industri
pertanian sejak produksi bahan pertanian primer, industri pengolahan
atau transformasi sampai penggunaannya oleh konsumen. Agroindustri
merupakan kegiatan yang saling berhubungan (interlasi) produksi,
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, pendanaan, pemasaran dan
distribusi produk pertanian. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi,
agroindustri (pengolahan hasil pertanian) merupakan bagian dari lima
subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana
produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana
dan pembinaan. Agroindustri dengan demikian mencakup Industri
Pengolahan Hasil Pertanian (IPHP), Industri Peralatan Dan Mesin Pertanian
(IPMP) dan Industri Jasa Sektor Pertanian (IJSP).
Agroindustri mempunyai arti sangat penting bagi perekonomian
Indonesia, karena Indonesia sebagai negara agraris yang menghasilkan
beraneka macam produk pertanian yang memerlukan sarana pengolahan
untuk memproses produk pertanian primer menjadi aneka produk jadi
yang diperlukan, baik oleh pasar domestik maupun pasar mancanegara.
Agroindustri tersebut sekaligus merupakan sarana untuk meningkatkan
nilai tambah produk pertanian, membuka lapangan kerja serta
memperluas pasar bagi produk pertanian dan pada akhirnya menunjang
usaha peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Khususnya untuk
Markisa ungu (Passiflora edulis) bisa diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual
yang lebih t i n g g i dari pada harus di jual dalam bentuk buah saja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sari buah adalah cairan yang dihasilkan dari pemerasan atau penghancuran
buah segar yang telah masak. Pada prinsipnya dikenal 2 (dua) macam sari buah,
yaitu : Sari buah encer (dapat langsung diminum), yaitu cairan buah yang
diperoleh dari pengepresan daging buah, dilanjutkan dengan penambahan air dan
gula pasir. Sari buah pekat/Sirup, yaitu cairan yang dihasilkan dari pengepresan
daging buah dan dilanjutkan dengan proses pemekatan, baik dengan cara
pendidihan biasa maupun dengan cara lain seperti penguapan dengan hampa
udara, dan lain-lain. Sirup ini tidak dapat langsung diminum, tetapi harus
diencerkan dulu dengan air (1 bagian sirup dengan 5 bagian air). Buah-buahan
yang sering diolah menjadi sari buah atau sirup antara lain : pala, pisang, jambu
biji, mangga, sirsak, wortel, tomat, kueni, markisa, nangka, jahe, asam, hampir
semua jenis jeruk, dan lain-lain. Sari buah atau sirup buah dapat tahan selama +3
bulan (Badan Litbang Pertanian, 1989).
Tanaman markisa berasal dari Brazil. Tanaman ini disebarkan pertama kali
ke seluruh dunia oleh bangsa Spanyol. Saat ini, terdapat 2 (dua) jenis markisa, yaitu
markisa ungu (Passiflora edulis) yanhg tumbuh di daratan tinggi (1200 m di atas
permukaan laut/dpl) dan markisa kuning (Passiflora flavicarva) yang tumbuh di
daratan rendah ( 0-800 m dpl) (Iptek, 2003)
Salah satu buah lokal yang diharapkan dapat dikembangkan menkadi buah
ekspor adalah buah Markisa (Passiflora fruit atau gradilla). Buah Markisa yang
ada di Indonesia ada beberapa jenis, antara lain adalah Markisa Sayur atau Erbis
(Passiflora lingulari), Markisa Ungu atau siuh(Passiflora edulis) dan Markisa
Kuning. Erbis tidak dibudidayakan secara komersial dan hanya dikonsumsi lokal,
sedangkan konyal yang berwarna kuning banyak dijualbelikan sebagai buah segar
di tempat-tempat tertentu karena rasanya cukup manis walaupun aromanya relatif
tidak ada. Markisa Ungu merupakan salah satu jenis Markisa yang paling banyak
dibudidayakan untuk diambil sari buahnya. Sedangkan dalam pengembangan di
daerah-daerah tertentu. Sari buah Markisa Ungu mempunyai cita rasa manis-asam
dengan aromanya yang khas. Diperdagangan dunia, sebagian besar sari buah
Markisa yang diperdagangkan berasal dari buah markisa Ungu. Di indonesia, sari
buah Markisa yang dijual dipasaran hanya berasal dari sari buah Markisa Ungu.
Di luar negeri selain dimanfaatkan sari buahnya sebagai bahan campuran
Youghurt, Ice ceam, Jam, Jelly, kue-kue atau dicampur dengan sari buah lain
(panache), Markisa Ungu juga banyak dijual dalam bentuk buah segar
(BRI,2003).
Buah Markisa juga merupakan sumber pro-vitamin A, niacin, riboflavin dan
vitamin C di samping citarasa dan aromanya yang unik. Ia juga boleh dijadikan
komponen untuk minuman sirup, kue, roti dan susu. Kulit buah markisa pula boleh
dijadikan makanan ternakan. Komposisi buah markisa segar adalah seperti
berikut:
i) Kulit 52% ii) Jus 34% iii) Biji 14%
Bagian yang boleh dimakan ialah kira-kira 48%. Setiap 100g bahagian yang boleh
dimakan, markisa mengandung:
- Unsur surih (1.5-2.5g)
- Protein (2.2-2.5g)
- Vitamin A (500i.u)
- Karbohidrat (15-20g)
- Vitamin B Kompleks (1.8mg)
- Kanji (2.5-3.5g)
- Vitamin C (20-30mg)

- Lemak (0.75-1.5g)
- Gula penurun (6.5-8.0mg)
- Abu (0.60-0.80g)
- Gula bukan penurun (1.5-3.0mg)
- Air (79g)
(Ahmad,1999).
Usaha kecil memiliki kecendrungan pada awalnya hanya muncul untuk
memenuhi kebutuhan di tingkat regional dengan tingkat orientasi konsumen,
untuk memenuhi selera konsumen. Diversifikasi produk cendrung sulit dilakukan
karena keterbatasan pelaku usaha akan informasi pasar dan pengetahuan secara
teknis, sehingga peran dari pemerintah dan kalangan akademik sangat diharapkan
untuk menembus batasan tersebut. Informasi teknis dalam pembuatan suatu
produk tersedia dan dimiliki oleh kalangan perguruan tinggi, sehingga perlunya
dilakukan kerjasama antara perguruan tinggi dan usaha kecil. Perguruan tinggi
memiliki tekad untuk membingbingsuatu usaha kecil untuk memproduksi dan
memasarkan produk. Usaha kecil memiliki kemauan dari diri sendiri untuk
melakukan diversifikasi produk, sehingga memiliki etos kerja yang tinggi dalam
pelaksanaannya (Tambunan, 2003).
Diagram alir pembuatan sari buah dan sirup buah sebagai berikut:

(Tanjung, A.I,1979).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Ketersediaan Bahan baku


Agroindustri berbasis pangan lokal memerlukan bahan baku berupa
hasil pertanian yang sesuai untuk diproses menjadi produk pangan. Hasil
pertanian yang
berasal dari produksi setempat akan mempermudah produsen
agroindustri memperoleh bahan baku. Disamping lebih dekat sumber
bahan bakunya, harganya bisa lebih murah dibanding membeli bahan
baku dari daerah lain yang lokasinya lebih jauh.
Ketersediaan pasokan bahan baku sangat diperlukan agar
agroindustri bisa
beroperasi sepanjang tahun. Buah markisa bersifat musiman tetapi masih
bisa diperoleh sepanjang tahun walaupun jumlahnya berfluktuasi. Pada
musim panen suplai buah markisa relatif melimpah, sebaliknya diluar
musim panen bahan baku tersedia tetapi dalam jumlah yang relatif
sedikit.
Fluktuasi suplai bahan baku dicerminkan oleh fluktuasi harga
komoditas tersebut. Jumlah permintaan yang relatif tetap sepanjang tahun
dan suplai yang bervariasi antar musim membuat harga barang tersebut
berfluktuasi. Pengusaha agroindustri berupaya membeli bahan baku
dalam jumlah relatif lebih banyak pada musim panen ketika harga murah.
Pembelian ini untuk mengkompensasi pembelian yang relatif sedikit diluar
musim panen atau pada waktu pasokan di pasar menipis.
3.2 Sumber Daya Manusia
Untuk menumbuhkan agroindustri di suatu daerah perlu didukung
sumber daya manusia yang memadai. Dalam hal ini pengelola
agroindustri harus mempunyai jiwa wiraswasta (entrepreneurship).
Keuletan sebagai wiraswasta akan mendorong pelaku usaha secara jeli
melihat setiap peluang yang ada dan dengan tangguh akan mampu
mengatasi segala hambatan yang dijumpai.
3.3 Cara Pembuatan Sirup Markisa
3.4 Penanganan Produk
Penanganan produk merupakan tahap yang penting karena h a l i n i
d i m a k s u d k a n untuk menarik kepercayaan konsumen. Penanganan dilakukan
dengan mendaftarkan produk ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan
POM).
3.5 Pasar
Dalam
hal
pemasaran
produk
agroindustri
harus
diperhatikan
empatkomponen utama pemasaran, yaitu (i) kualitas produk (product), (ii) tempat
pemasaran (place), (iii) harga produk yang dijual (price), dan (iv) promosi atau iklan
(promotion). Kualitas produk harus dibuat sebaik mungkin agar bisa menarik minat
konsumen. Tempat memasarkan produk harus strategis agar mudah dijangkau oleh

konsumen. Harga jual produk harus terjangkau oleh konsumen dan tetap
memberikan kepada produsen maupun distributor. Sedangkan promosi perlu
dilakukan agar produk lebih dikenal dan bisa bersaing dengan produk sejenis yang
dihasilkanagroindustri lainnya. Misalnya, penjualan makanan lokal di daerah wisata
merupakan cara promosi kepada pengunjung dari luar daerah.
3.6 Investasi dan Kemitraan
Ada kesamaan kebutuhan investasi untuk pengembangan
agroindustri di semua wilayah. Investasi tersebut diperlukan untuk
memasarkan produk agroindustri
setempat ke daerah lain. Bisa juga dilakukan dengan menjalin kemitraan
dengan perusahaan pemasaran yang sudah ada di tingkat provinsi
maupun nasional. Salah
satu kendala yang dihadapi pengusaha agroindustri adalah sedikitnya
penyerapan
pasar lokal. Perluasan pasar oleh perusahaan pemasaran akan
meningkatkan skala
usaha. Pemasaran kurang efektif jika dilakukan oleh setiap usaha
agroindustri karena skalanya terlalu kecil, kurang efisien, serta sulit
menembus pasar di daerah lain atau tingkat nasional.
BAB IV
KESIMPULAN
Agroindustri pemanfaatan buah markisa ungu sebagai bahan baku
pembuatan sirup markisa merupakan sarana untuk meningkatkan nilai tambah
produk pertanian, membuka lapangan kerja serta memperluas pasar bagi produk
pertanian dan pada akhirnya menunjang usaha peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani.
SARAN
Kemampuan masyarakat untuk kewirausahan, kadang tidak bisa muncul
begitu saja. Adanya dorongan dari pihak pemerintah dan kalangan pendidikan
sangat membantu masyarakat, karena terbatasnya pengetahuan masyarakat
dalam usaha pemanfaatan khususnya Markisa. Hal tersebut bisa dijawab
dengan
membagi
informasi, memberikan bimbingan dan penyuluhan serta
bantuan alat kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 1999, Markisa,
http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/noridah.htm, Selasa 16
Agustus 2005
Badan Litbang Pertanian, 1989, Pembuatan sirup buah, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura, Jakarta . 2 hal. (Pamplet).
BRI, 2003, Kemitraan Usaha Markisa, http://.bi.go.id

Iptek, 2003, Markisa,


http://www.iptek.net.id/ind/warintek/Pengolahan_pangan_idx.php?doc=6a
1#markisa, Selasa 16 Agustus 2005
Tamabunan T.,2003, Analisis Terhadap Peranan Industri Kecil/Rumah
Tangga di Dalam Perekonomian Regional (Suatu Situdi
Perbandingan Antara Kabupaten di Provinsi Jawa Barat),
http://202.159.18.43/isi/4tulus.htm, Selasa 16 Agustus 2005
Tanjung, A.I. Desember 1978/Maret 1979, Cara pembuatan sirup markisa
yang baik. Majalah Kimia, V (14/15),: 1-4

Anda mungkin juga menyukai