Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, jaringan Broadband telah mengalami
banyak perubahan dari masa ke masa antara lain : GPRS (Global Package Radio
Service) diperkenalkan di pada tahun 2001, EDGE (Enhanced Data Rates for GSM
Evolution) pada tahun 2003, 3G (Third-Generation Technology) yang merupakan
evolusi dari EDGE, HSDPA (High-Speed Downlink Packet Access) pada tahun 2007,
HSUPA (High-Speed Uplink Packet Access) pada tahun 2007 juga, High-Speed
Packet Access (HSPA) pada tahun 2008, High Speed Packet Access+ (HSPA+) yang
merupakan evolusi dari HSPA, EVDO (Evolution Data Optimized) dan LTE (Long
Term Evolution).
Jaringan Inilah yg diperlukan untuk berinternet ria yang bisa digunakan untuk
PC, Notebook, Smartphone, Tablet dll . Dikarenakan LTE merupakan Jaringan
Internet Broadband terbaru maka kami akan membahas teknologi LTE ini dan
membandingan dengan Jaringan-jaringan sebelumnya .

1.2 Ruang lingkup tulisan

Untuk itu kami akan mengupas , menjelaskan teknologi LTE ini . Dalam
makalah ini, kami memaparkan tentang sejarah Jaringan Broadband , Kecepatan
jaringan Broadband Khususnya LTE, Keuntungan LTE dan Kelemahan LTE .

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan sejarah dan perkembangan LTE.
2. Menjelaskan arsitektur dan layanan dari LTE.
3. Mendiskripsikan perkembangan LTE di Indonesia.
1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teknologi LTE
LTE (Long Term Evolution) adalah sebuah nama baru dari layanan yang
mempunyai kemampuan tinggi dalam sistem komunikasi bergerak (mobile).
Merupakan langkah menuju generasi ke-4 (4G) dari teknologi radio yang dirancang
untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan telepon mobile. Dimana generasi
sebelumnya dikenal sebagai 3G (untuk generasi ketiga), LTE dipasarkan sebagai 4G.
Menurut

IMT

Advanced

(International

Mobile

Telecommunications

Advanced), LTE tidak sepenuhnya sesuai dengan persyaratan 4G. Sebagian besar
operator selular di Amerika Serikat dan beberapa operator di seluruh dunia
mengumumkan rencana untuk mengubah jaringan mereka untuk LTE dimulai pada
2009.

Layanan

LTE

pertama

di

dunia

dibuka

oleh Telia

Soneradi

dua

kota Skandinavia yaitu Stockholm dan Oslo pada 14 Desember 2009. LTE adalah satu
set perangkat tambahan ke Universal Mobile Telecommunications System (UMTS)
yang diperkenalkan pada 3rd Generation Partnership Project (3GPP) Release 8. Banyak
dari 3GPP Release 8 mengadopsi teknologi 4G, termasuk semua IP arsitektur jaringan.
Meskipun biasanya dilihat sebagai telepon seluler atau penghantar, LTE juga
didukung oleh badan-badan keamanan publik di Amerika Serikat. Band radio 700 MHz
sebagai teknologi pilihan untuk keselamatan publik.Tinjauan
LTE memberikan tingkat kapasitas downlink sedikitnya 100 Mbps, dan uplink
paling sedikit 50 Mbps dan RAN round-trip kurang dari 10 ms. LTE mendukung
operator bandwidth, dari 20 MHz turun menjadi 1,4 MHz dan mendukung pembagian
frekuensi duplexing (FDD) dan waktu pembagian duplexing (TDD).
Bagian dari standar LTE adalah Arsitektur Sistem Evolution, sebuah jaringan
berbasis IP yang dirancang untuk menggantikan arsitektur GPRS Core Network dan
memastikan dukungan untuk mobilitas antara beberapa non-sistem 3GPP, misalnya
GPRS dan WiMax.

Standar 4G
Banyak standar sebagai syarat untuk upgrade 3G UMTS ke teknologi
komunikasi mobile 4G, yang pada dasarnya adalah sebuah sistem broadband mobile
dengan peningkatan layanan multimedia.
Adapun standar-standarnya:

Puncak download angka 326,4 Mbit / s untuk 44 antena, dan 172,8 Mbit / s untuk
antena 22 (menggunakan 20 MHz dari spektrum).

Puncak upload angka 86,4 Mbit / s untuk setiap 20 MHz dari spektrum menggunakan
satu antena.

Lima terminal yang berbeda kelas telah ditetapkan dari kelas sentris suara sampai
akhir tinggi terminal yang mendukung kecepatan data puncak. Semua terminal akan
dapat memproses 20 MHz bandwidth.

Pada sedikitnya 200 pengguna aktif dalam setiap 5 MHz sel. (Khususnya, 200 data
aktif klien)

Sub-5 ms latency untuk paket IP kecil

Meningkatkan fleksibilitas spektrum, dengan spektrum didukung irisan sekecil 1,5


MHz dan sebesar 20 MHz (W-CDMA membutuhkan 5 MHz iris, menyebabkan
beberapa masalah dengan roll-beluk teknologi di negara-negara di mana 5 MHz
adalah jumlah alokasi umum spektrum, dan sering telah digunakan dengan warisan
standar seperti 2G GSM dan cdmaOne.) Membatasi ukuran untuk 5 MHz juga
membatasi jumlah bandwidth per handset

Dalam 900 MHz pita frekuensi yang akan digunakan di daerah pedesaan, mendukung
ukuran sel yang optimal dari 5 km, 30 km ukuran dengan kinerja yang masuk akal,
dan sampai 100 km sel ukuran yang didukung dengan kinerja yang dapat diterima. Di
kota dan daerah perkotaan, frekuensi yang lebih tinggi (seperti 2,6 GHz di Uni Eropa)
digunakan untuk mendukung kecepatan tinggi mobile broadband. Dalam kasus ini,
mungkin ukuran sel 1 km atau bahkan kurang.

Mendukung mobilitas yang baik. Data mobile kinerja tinggi adalah mungkin pada
kecepatan hingga 120 km / jam, dan pelayanan dasar adalah mungkin pada kecepatan
hingga 350 km / jam

Bisa berjalan dengan standar sebelumnya (pengguna dapat secara transparan memulai
panggilan atau transfer data dalam suatu daerah menggunakan standar LTE, dan,
harus cakupan tidak tersedia, melanjutkan operasi tanpa ada tindakan dari mereka
menggunakan GSM / GPRS atau W-CDMA berbasis UMTS atau bahkan jaringan
3GPP2 seperti cdmaOne atau CDMA2000)

Dukungan untuk MBSFN (Single Frekuensi Broadcast Multicast Network). Fitur ini
dapat memberikan layanan seperti Mobile TV menggunakan LTE infrastruktur, dan
merupakan pesaing untuk DVB-H berbasis siaran TV.

PU2RC sebagai solusi praktis untuk MU-MIMO. Prosedur rinci untuk umum MIMO
MU-operasi diserahkan ke rilis berikutnya, misalnya, LTE-Advanced, di mana diskusi
lanjutan akan diadakan.
Sebagian standar tersebut ditujukan untuk menyederhanakan arsitektur sistem,
saat transit dari rangkaian UMTS + packet switching jaringan dikombinasikan, untuk
sistem all-IP arsitektur datar.

2.2 Sejarah dan perkembangan LTE


3GPP (3rd Generation Partnership Project) mempunyai suatu latar belakang
selama 10 tahun untuk pengembangan WCDMA karena 3GPP berawal dari tahun 1998.
3GPP release ditunjukkan pada gambar 2.1 dimulai dari WCDMA release, release 99
dan diikuti release berikutnya.

Gambar 2.1. schedule 3GPP release estimasi release 9

Pada gambar di atas release tersebut ditunjukkan dengan tanggal saat release
ditetapkan. Pertama adalah WCDMA release, release 99, ditetapkan pada bulan
Desember 1999 dan termasuk fitur dasar WCDMA secara teori data rate-nya mencapai
4

2 Mbps, berdasarkan multiple access yang berbeda untuk mode Frequency Division
Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD). Setelah itu, 3GPP meninggalkan
prinsip release menggunakan tahun dan penamaan release diubah dari release 4
diselesaikan pada bulan Maret 2001. Release 4 tidak mempunyai banyak fitur
WCDMA yang utama, tetapi berisikan chip rate baru yang rendah versi TDD (TDSCDMA) untuk mode TDD dari UTRA. Release 5 yang diikuti dengan High Speed
Downlink Packet Access (HSDPA) pada bulan Maret 2002 dan Release 6 dengan High
Speed Uplink Packet Access (HSUPA) pada bulan Desember 2004 untuk WCDMA.
Release 7 diselesaikan pada bulan Juni 2007 dengan pengenalan tentang beberapa
peningkatan HSDPA dan HSUPA. Sekarang 3GPP menetapkan release 8, yang
membawa lebih lanjut pada perbaikan HSDPA/HSUPA (sering disebut sebagai HSPA
evolution) yang berisikan LTE release. Konten fitur untuk release 8 diselesaikan pada
bulan Desember 2008.
Release 3GPP yang sebelumnya sangat berhubungan dengan LTE di release 8.
Beberapa fitur diadopsi dari HSDPA dan HSUPA digunakan pada LTE, misalnya base
station berdasarkan scheduling dengan physical layer feedback, retransmisi physical
layer dan link adaptation. Spesifikasi LTE juga menggunakan desain WCDMA
sehingga memudahkan untuk mendesain kembali seperti yang dikembangkan pada
WCDMA. Pada awal LTE release, release 8, mendukung data rate sampai dengan 300
Mbps di bagian downlink dan 75 Mbps di bagian uplink dengan latency yang rendah
dan arsitektur flat radio. Release 8 juga mendukung inter-working dengan GSM,
WCDMA dan CDMA 2000.

Kekurangan dan Kelebihan LTE ( Long Term Evolution )


Kelebihan Teknologi 4G LTE :
Kecepatan Internet yang cepat

Kekurangan Teknologi 4G LTE :


Biaya untuk infrastruktur jaringan baru realtif mahal
Jaringan harus diperbaharui
Memerlukan device yang mendukung LTE
5

2.3 Arsitektur Long Term Evolution


Gambar 2.2 mendeskripsikan arsitektur jaringan LTE, dimana terdapat empat level
utama yaitu : User Equipment (UE), Evolved UTRAN (E-UTRAN), Evolved Packet Core
Network (EPC), dan Service domain. Level arsitektur yang penting adalah fungsinya ekivalen
untuk system 3GPP yang sudah ada.

Gambar 2.2. Arsitektur Jaringan LTE


Pengembangan arsitektur yang baru ini dibatasi antara Radio Acces dan Core
Network, yaitu E-UTRAN dan EPC. UE dan Service domain merupakan arsitektur pelengkap,
tetapi evolusi fungsinya juga dilanjutkan pada area tersebut.
UE, E-UTRAN dan EPC koneksi layernya menggunakan Internet Protokol (IP).
Bagian dari sistem ini disebut juga Evolved Packet System (EPS). Fungsi utama layer ini
adalah menyediakan koneksi berbasis IP dan bertujuan pada pengoptimalan yang tinggi.
Semua layanan akan ditawarkan berdasarkan IP, node circuit switch dan interface yang
terdapat pada arsitektur 3GPP tidak terdapat pada E-UTRAN dan EPC. Teknologi IP yang
paling dominan adalah transport, dimana segala sesuatu didesain oleh operator berdasarkan
IP transport.

IP Multimedia Sub-System (IMS) merupakan contoh yang bagus dari kelengkapan


layanan yang dapat digunakan pada layer service koneksi untuk menyediakan layanan yang
berbasis IP untuk melakukan koneksi dengan layer yang ada dibawahnya. Contohnya, untuk
mendukung layanan suara, IMS meneyediakan Voice over IP (VoIP) dan interkoneksi pada
jaringan circuit switch PSTN dan ISDN yang dikontrol melalui Media Gateway.
Pengembangan E-UTRAN dikonsentrasikan hanya pada sebuah node, evolved Node B
(eNodeB). Semua fungsi radio terdapat pada eNodeB, contohnya eNodeB adalah titik
terakhir yang menghubungkan semua protocol radio. Sebagai sebuah jaringan, E-UTRAN
merupakan konfigurasi Mesh yang sederhana, dimana antar eNodeB dihubungkan oleh
interface X2.
Salah satu arsitektur utama yang berubah pada area core network adalah EPC tidak
terdapat circuit switch, dan tidak ada hubungan langsung pada jaringan circuit switch
tradisional seperti ISDN atau PSTN yang diperlukan pada layer ini. Fungsi EPC ekivalen
dengan domain packet switch seperti yang terdapat pada jaringan 3GPP yang sudah ada.
Meskipun ada perubahan yang signifikan pada susunan fungsi dan node, pada bagian ini
dianggap pelengkap arsitektur yang baru.
Arsitektur jaringan LTE dan fungsinya terdapat pada 3GPP TS 23.401, dokumen ini
menunjukkan operasi interface S5/S8 menggunakan protokol GTP. Ada juga interface S5/S8
menggunakan protokol PMIP, fungsi pada interface ini agak sedikit berbeda. Gxc interface
juga diperlukan antar Policy and Charging Resource Function (PCRF) dan S-GW.

2.3.1. User Equipment (UE)

UE adalah device yang terdapat pada end user digunakan untuk berkomunikasi.
Khususnya sebuah device yang dapat digenggam seperti smart phone atau sebuah kartu data
seperti yang digunakan pada 2G dan 3G, atau yang dapat disimpan seperti laptop. UE juga
terdiri dari Universal Subscriber Identity Module (USIM) yang memisahkan module dari UE
saat off. USIM merupakan tempat aplikasi smart card yang dapat dibuka disebut Universal
Integrated Circuit Card (UICC). USIM digunakan sebagai identifikasi dan authentikasi end
user dan sebagai kunci keamanan yang dapat bergerak untuk melindungi interface transmisi
radio.
UE berfungsi sebagai platform aplikasi komunikasi, dimana sinyal dan jaringan dapat
disetting, maintenanance, dan remove link komunikasi yang diperlukan oleh end user. Ini
termasuk fungsi mobility management seperti handover dan laporan lokasi terminal, dan
7

performansi UE diinstruksi oleh jaringan. UE menyediakan user interface pada aplikasi end
user seperti voice client yang dapat digunakan untuk mengatur voice call.

2.3.2. Evolved Node B (eNodeB)


Node yang hanya terdapat pada E-UTRAN adalah Evolved Node B (eNodeB).
Sederhananya eNodeB merupakan radio base station yang mengontrol semua fungsi yang
berhubungan dengan radio di bagian sistem yang tetap. Base station seperti eNodeB
khususnya didistribusikan melalui area coverage jaringan, tiap eNodeB letaknya berdekatan
pada antenna radio yang sebenarnya.
Fungsi eNodeB sebagai layer 2 adalah jembatan antara UE dan EPC, point terminasi
semua protocol radio yang mengarah pada UE, dan mengirimkan data antara koneksi radio
dan koneksi yang berbasis IP yang mengarah pada EPC. Performansi eNodeB
ciphering/deciphering dari data user plane, dan juga kompresi/dekompresi IP header, yang
melakukan pengiriman ulang atau data sekuensial pada IP header.
eNodeB juga bertanggung jawab pada fungsi control plane. eNodeB bertanggung
jawab pada Radio Resource Management (RRM), seperti mengontrol pemakaian interface
radio, contohnya pengalokasian sumber berdasarkan request, prioritas, dan penjadwalan
trafik menurut kebutuhan Quality of Service (QoS), dan memonitor secara konstan pada
kondisi pemakaian sumber.
Tambahan lagi, eNodeB mempunyai peranan penting pada Mobility Management
(MM). eNodeB mengontrol dan menganalisis pengukuran level sinyal radio yang terdapat
pada UE, membuat pengukuran yang sama, dan membuat keputusan pada saat UE handover
antar sel. Ini termasuk pusat signalling handover antara eNodeB lain dan MME. Ketike UE
baru melakukan aktivitas dibawah eNodeB, dan request koneksi ke jaringan, eNodeB juga
bertanggung jawab merutekan request ini pada MME yang sebelumnya melayani UE
tersebut, atau memilih MME yang baru, jika rute MME sebelumnya tidak menyediakan atau
tidak ada informasi rute.
Gambar 2.3 menunjukkan koneksi eNodeB tersebut mengelilingi node logic, dan
mencakup fungsi utama pada interface ini. Pada semua koneksi eNodeB mungkin saja satu ke
banyak atau hubungan banyak ke banyak. eNodeB melayani multiple UE dalam meng-cover
sebuah area ,tetapi tiap UE dikoneksikan pada satu eNodeB dalam suatu waktu. eNodeB akan
diperlukan untuk meng-koneksikan eNodeB lain pada saat terjadi handover.

Gambar 2.3. Fungsi utama eNodeB dan koneksinya dengan node logic yang lain

Diantara MME dan S-GW dikelompokkan, yang mana artinya mengatur node tersebut
yang diberikan untuk melayani eNodeB secara khusus. Ditinjau dari single eNodeB artinya
bahwa membutuhkan koneksi ke banyak MME dan S-GW. Meskipun tiap UE akan dillayani
oleh satu MME dan S-GW dalam suatu waktu, dan eNodeB mengawasi asosiasi tersebut.
Asosiasi ini tidak akan pernah berubah dari sebuah single eNodeB, karena asosiasi dengan
MME atau S-GW hanya akan berubah jika terjadi inter-handover eNodeB.

2.3.3. Mobility Management Entity (MME)


Mobility Management Entity (MME) merupakan elemen control utama yang terdapat
pada EPC. Biasanya pelayanan MME pada lokasi keamanan operator. Pengoperasiannya
hanya pada control plane dan tidak meliputi data user plane.
Interface tambahan pada terminasi arsitektur MME ditunjukkan oleh gambar 2.2,
MME juga mempunyai koneksi control plane secara langsung pada UE, dan koneksi ini
digunakan primary control channel antara UE dan jaringan. Fungsi utama MME pada
arsitektur jaringan LTE adalah sebagai berikut :
Authentication dan security; ketika UE pertama kali melakukan registrasi ke jaringan,
MME memulai authentikasi, diikuti performansinya; pada saat menemukan permanen
UE berdasarkan identitas dari jaringan sebelumnya atau UE tersebut; permintaan dari
Home Subscription service (HSS) pada home network UE mengarah pada authentikasi
yang terdiri atas penolakan authentikasi-respon parameter yang berpasangan;

pengiriman penolakan ke UE; dan membandingkan respon penerima dari UE ke salah


satu penerima di home network. Fungsi ini diperlukan untuk menjamin permintaan
UE. MME boleh melakukan authentikasi ulang ketika diperlukan atau secara periodik.
MME dapat menghitung UE ciphering dan integrity protection key dari master key
penerima yang mengarah pada authentikasi dari home network, dan MME mengontrol
pengaturan E-UTRAN untuk memisahkan control plane dan user plane. Fungsi ini
digunakan untuk melindungi komunikasi dari penyadapan dan dari perubahan oleh
orang yang tidak berhak. Untuk melindungi rahasia UE, MME juga mengalokasikan
tiap UE pada sebuah identitas yang sementara disebut Globally Unique Temporary
Identity (GUTI), sehingga perlu untuk mengirimkan identitas permanen UE
International Mobile Subscriber Identity (IMSI) dengan meminimasi radio
interface. GUTI boleh dialokasikan kembali, misalnya secara periodik untuk
mencegah UE yang tidak berhak melihatnya.
Mobility Management; MME menjaga jalur lokasi semua UE yang berada pada
service area. Ketika UE pertama kali melakukan registrasi ke jaringan, MME akan
membuat sebuah entry untuk UE, dan mengalokasikan sinyal ke HSS pada UE home
network. MME request supaya mencocokkan sumber dan di set up pada eNodeB,
seperti pada S-GW yang menyeleksi UE. MME akan menjaga jalur lokasi UE sampai
level eNodeB, jika UE tetap terhubung, misalnya komunikasi sedang aktif atau pada
level tracking area, yang mana sekelompok eNodeB mendapati kasus UE sedang
dalam kondisi idle, dan pemeliharaan pada jalur komunikasi data tidak diperlukan.
MME mengontrol pengaturan dan pembubaran berdasarkan sumber perubahan
aktivitas UE. MME juga berpartisipasi dalm pengontrolan sinyal handover kondisi
aktif antara UE dan eNodeB, S-GW atau MME. MME membutuhkan perubahan
setiap

eNodeB,

karena

ada

pemisahan

Radio

Network

Controller

untuk

menyembunyikan kejadian ini. Saat UE dalam kondisi idle lokasinya akan dilaporkan
secara periodik, atau ketika bergerak ke jalur area lain. Jika data diterima dari jaringan
eksternal saat UE sedang idle, maka MME akan memberitahu dan mengirimkan
permintaan ke eNodeB pada jalur area yang akan diduduki oleh UE.
Managing Subscription Profile dan Service connectivity; saat UE melakukan
registrasi ke jaringan, MME akan bertanggung jawab untuk mendapatkan kembali
profil pelanggan dari home network, MME akan mengirimkan informasi ini selama
melayani UE. Profil ini ditentukan apakah koneksi Packet Data Network ke UE
seharusnya dialokasikan pada jaringan pelengkap. MME akan secara otomatis
10

melakukan set up secara default, yang memberikan koneksi UE berbasis IP. Ini
termasuk proses signalling control plane dengan eNodeB dan S-GW. MME
memerlukan pengaturan secara dedicate untuk layanan yang menguntungkan dari
treatment yang tinggi. MME melakukan permintaan untuk melakukan pengaturan
secara dedicate dari S-GW jika permintaan yang sebenarnya dari operator service
domain, atau langsung dari UE, jika UE memerlukan koneksi untuk layanan yang
tidak diketahui oleh operator service domain, dan tidak ada inisiasi dari sana.

Gambar 2.4. Fungsi utama MME dan koneksinya dengan node logic yang lain

Gambar 2.4 menunjukkan koneksi MME yang mengelilingi node logic, dan
merangkum fungsi utama interface tersebut. Pada prinsipnya MME dikoneksikan ke MME
yang lain dalam system tersebut, tetapi koneksinya dibatasi hanya ke satu operator jaringan
saja. Remote koneksi antara MME digunakan ketika UE bergerak sangat jauh sementara
register daya menurun pada MME yang baru, kemudian mendapatkan kembali identitas
permanen UE, International Mobile Subscriber Identity (IMSI), dari kunjungan MME
sebelumnya. Koneksi inter-MME dengan MME tetangganya digunakan ketika terjadi
handover.
Koneksi pada sejumlah HSS juga memerlukan dukungan. HSS dialokasikan pada
setiap user home network, dan menemukan rute berdasarkan IMSI. Tiap MME akan
dikonfigurasikan untuk mengontrol S-GW dan eNodeB. Antara eNodeB dan S-GW juga akan
dikoneksikan ke MME yang lain. MME melayani sejumlah UE dalam waktu yang sama,
sementara tiap UE akan dikoneksikan pada satu MME pada suatu waktu.

11

2.3.4. Serving Gateway (S-GW)


Pada arsitektur jaringan LTE, level fungsi tertinggi S-GW adalah jembatan antara
manajemen dan switching user plane. S-GW merupakan bagian dari infrastruktur jaringan
sebagai pusat operasional dan maintenance.
Ketika interface S5/S8 berbasis GTP, S-GW akan menjembatani ke semua interface
pada user plane. Pemetaan antara IP service flow dan GTP tunnel dilakukan di P-GW, dan SGW tidak memerlukan koneksi ke PCRF. Semua kontrol dihubungkan ke GTP tunnel, dan
yang datang dari MME atau P-GW. Ketika interface S5/S8 menggunakan PMIP, performansi
S-GW akan diperlihatkan antara IP service flow pada S5/S8 dan GTP tunnel pada interface
S1-U, dan akan dikoneksikan ke PCRF untuk menerima pemetaan informasi.
Peranan S-GW sangat sedikit pada fungsi pengontrolan. Hanya bertanggung jawab
pada sumbernya sendiri, dan mengalokasikannya berdasarkan permintaan MME, P-GW atau
PCRF, yang memerlukan set up, modifikasi atau penjelasan pada UE. Jika permintaan
diterima oleh P-GW atau PCRF, S-GW juga akan memberitahukan MME sehingga dapat
mengontrol hubungan dengan eNodeB. Ketika MME menginisiasikan permintan, S-GW akan
memberikan sinyal pada P-GW atau PCRF, tergantung apakah S5/S8 berbasis GTP atau
PMIP. Jika interface S5/S8 berbasis PMIP, maka data pada interface tersebut akan menjadi
IP flow di satu GRE tunnel untuk tiap UE, sedangkan jika menggunakan S5/S8 berbasis GTP
tiap interface harus mempunya GTP tunnel tersendiri. Meskipun S-GW mendukung S5/S8
PMIP bertanggung jawab dalam proses pengumpulan, misalnya pemetaan IP flow pada
interface S5/S8 untuk dibawa ke interface S1. Fungsi pada S-GW ini disebut Bearer Binding
dan Event Reporting Function (BBERF). Terlepas dari mulai signalling yang dihasilkan
BBERF selalu menerima informasi bearer binding dari PCRF.
Selama terjadi perpindahan antara eNodeB, S-GW berlabuh pada perpindahan local.
MME memerintahkan S-GW untuk membangun hubungan dari satu eNodeB ke eNodeB
yang lainnya. MME juga mengirimkan permintaan ke S-GW untuk menyediakan tunneling
resources untuk data forwarding, ketika dibutuhkan forward data dari sumber eNodeB ke
eNodeB tujuan selama UE melakukan handover. Skenario mobilitas juga termasuk
perubahan dari S-GW ke yang lain, dan MME mengontrol perubahan ini dengan menghapus
tunnel pada S-GW yang lama dan mengaturnya pada S-GW yang baru.
Pada semua aliran data yang masuk ke UE pada mode koneksi, S-GW menyampaikan
data antara eNodeB dan P-GW. Meskipun, ketika UE pada kondisi idle, sumber di eNodeB
akan dibebaskan, dan data di jalur terminasi pada S-GW. Jika S-GW menerima packet data
12

dari P-GW seperti tunnel, packet tersebut akan diletakkan di buffer, dan MME mengirimkan
permintaan untuk menginisiasi paging UE. Paging tersebut menyebabkan UE terhubung
kembali, dan ketika tunnel dikoneksikan lagi, packet yang berada di di buffer akan segera
dikirim. S-GW akan memonitor data yang terdapat pada tunnel, dan mungkin juga diperlukan
pengumpulan data untuk accounting dan user charging. S-GW juga berfungsi untuk Lawful
Interception, yang artinya kemampuan untuk memonitor user dalam pengiriman data supaya
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Gambar 2.5. Fungsi utama S-GW dan koneksinya dengan node logic yang lain

Gambar 2.5 menunjukkan bagaimana S-GW dihubungkan dengan node logic yang
lain, dan fungsi utamanya pada interface tersebut. Semua interface mempunyai konfigurasi
satu ke banyak dilihat dari point S-GW. Satu buah S-GW hanya melayani area geografis
yang khusus dengan dibatasi pengaturannya oleh eNodeB, dan dibatasi pengaturannya oleh
MME yang mengontrol are tersebut. S-GW seharusnya mampu menghubungkan ke banyak
P-GW dalam suatu jaringan, karena P-GW tidak berubah selama mobilitas, sementara

S-

GW lokasinya berubah, ketika UE bergerak. Untuk membangun koneksi ke sebuah UE, SGW akan selalu memberikan sinyal hanya dengan sebuah MME, dan point user plane ke
sebuah eNodeB suatu waktu. Jika sebuah UE diijinkan melakukan koneksi ke banyak PDN
melalui P-GW yang berbeda, kemudian S-GW melakukan koneksi secara terpisah. Jika
interface S5/S8 berbasis PMIP, S-GW akan terhubung ke sebuah PCRF untuk memisahkan
tiap UE menggunakan P-GW.
Gambar 2.5 juga menunjukkan bahwa kasus indirect data forwarding dimana data
user plane di-forward diantara eNodeB melalui S-GW. Tidak ada spesifikasi untuk nama
13

interface yang diasosiasikan untuk interface antara S-GW, karena formatnya pasti sama
dengan interface S1-U, dan S-GW menganggap bahwa mereka berkomunikasi langsung
dengan eNodeB. Kasus ini terjadi jika indirect data forwarding mengambil tempat hanya
melalui satu buah S-GW, misalnya antar eNodeB dapat dikoneksikan ke S-GW yang sama.

2.3.5. Packet Data Network Gateway (P-GW)


Packet Data Network Gateway (P-GW, juga sering dikenal sebagai PDN-GW) adalah
edge router antara EPS dan external packet data network. Ia memiliki level tertinggi pada
system, dan biasanya bertindak sebagai pelengkap IP point pada UE. Performansinya
memperoleh trafik dan fungsi filtering dibutuhkan untuk menanyakan layanan. Sama seperti
S-GW di tempatkan di operator premise pada sebuah lokasi yang terpusat.
Secara khusus P-GW mengalokasikan IP address ke UE, dan UE dapat melakukan
komunikasi dengan IP host lain pada external network, seperti internet. Ia juga mempunyai
external PDN yang mana UE dihubungkan menggunakan alokasi address UE tersebut, dan
semua trafik P-GW tunnel ke jaringan. IP address selalu dialokasikan pada saat UE request
ke PDN, yang terjadi ketika UE terhubung ke jaringan, dan secara berurutan ketika
dibutuhkan koneksi PDN baru. Performansi P-GW diperlukan fungsi Dynamic Host
Configuration Protocol (DHCP), atau query external DHCP server, dan mengirimkan addres
ke UE, juga dynamic-auto configuration didukung oleh standard tersebut. Hanya IPv4 dan
IPv6 atau kedua address yang boleh dialokasikan tergantung keperluan, dan UE menandai
apakah ingin menerima Attach signaling, atau jika mengharapkan performansi konfigurasi
addres setelah link layer terhubung.
P-GW termasuk PCEF, yang artinya memperoleh performansi dan fungsi filtering
diperlukan oleh policy set pada UE dan pertanyaan layanan, dan ia mengumpulkan serta
melaporkan yang berhubungan dengan informasi pembebanan.
Trafik user plane antara P-GW dan external network terbentuk dari paket IP yang
terdiri dari variasi IP service flow. Jika interface S5/S8 yang mengarah pada S-GW berbasis
GTP, performansi P-GW memetakan antara IP data flow ke GTP tunnel, yang
merepresentasikan bearer tersebut. P-GW men-set up bearer berdasarkan request dari PCRF
atau dari S-GW, yang menyampaikan informasi dari MME. Pada kasus selanjutnya, P-GW
juga membutuhkan interaksi dengan PCRF untuk menerima perkiraan informasi policy
control, jika tidak dikonfigurasikan pada P-GW secara local. Jika interface S5/S8 berbasis

14

PMIP, P-GW memetakan IP service flow dari external network yang terdiri dari

Gambar 2.6. Fungsi Utama P-GW dan koneksinya dengan node logic yang lain

satu UE ke single GRE tunnel, dan semua pengontrolan informasi di exchange hanya dengan
PCRF. P-GW juga berfungsi sebagai monitioring data flow untuk tujuan accounting,
sebagaimana Lawful Interception.
P-GW merupakan level mobility paling tinggi pada sistem tersebut. Ketika UE
bergerak dari satu S-GW ke yang lain, bearer di-switch pada P-GW. P-GW akan menerima
informasi untuk men- switch aliran tersebut dari S-GW baru.
Gambar 2.6 menunjukkan koneksi P-GW dikelilingi node logic, dan daftar fungsi
utama pada interface ini. Tiap P-gw dikoneksikan ke satu atau lebih PCRF, S-GW dan
external network. Pada UE yang dikelompokkan dengan P-GW, hanya ada satu S-GW, tetapi
koneksi ke banyak external network, dan secara berurut ke banyak PCRF kemungkinan
didukung, jika koneksi ke multiple PDN diperlukan melalui satu P-GW.

2.3.6 Home Subscription Service (HSS)


Home Subscription Server (HSS) merupakan tempat penyimpanan data pelanggan
untuk semua data permanen user. Ia juga menyimpan lokasi user pada level yang dikunjungi
node pengontrol jaringan, seperti MME. Ia adalah server database yang dipelihara secara
terpusat pada premises home operator.

15

HSS menyimpan copy master profil pelanggan, yang berisikan informasi tentang
layanan yang layak untuk user tersebut, termasuk informasi tentang diijinkannya koneksi
PDN, dan apakah roaming ke jaringan tertentu diijinkan atau tidak. Untuk mendukung antara
mobility non 3GPP, HSS juga menyimpan identitas yang digunakan P-GW. Kunci permanen
yang digunakan untuk menghitung pada arah authentication yang dikirim ke jaringan yang
dituju untuk authentication user dan memperoleh serangkain kunci untuk enkripsi dan
perlindungan secara integritas, disimpan pada Authentication Center (AuC), yang mana
secara khusus bagian dari HSS. Pada semua signaling dihubungkan pada fungsi ini, HSS
berinteraksi dengan MME. HSS melakukan koneksi dengan setiap MME pada semua
jaringan, dimana UE diijinkan untuk berpindah. Pada tiap UE, HSS merekam pada MME
suatu waktu, dan segera melaporkan MME baru yang melayani UE tersebut, HSS akan
membatalkan lokasi dari MME sebelumnya.

2.3.7 Service Domain


Service Domain merupakan variasi sub-system, yang termasuk dalam pelayanan node
logic. Berdasarkan tipe kategori pelayanan yang akan disediakan, dan deskripsi secara
singkat apakah macam-macam infrastruktur akan dibutuhkan untuk meneyediakannya :

IMS based operator service : IP Multimedia Sub-system (IMS) adalah pelengkap


layanan sehingga operator menyediakan layanan menggunakan Session Initiation
Protocol (SIP).

Non-IMS based operator service : arsitektur untuk non-IMS based operator serice
tidak memiliki standard. Operator secara sederhana menempatkan server pada
jaringan mereka, dan koneksi UE melalui persetujuan protocol yang didukung oleh
aplikasi UE tersebut. Pelayanan video streaming disediakan dari streaming server.

Layanan yang lain tidak disediakan oleh operator mobile network. Contohnya layanan
yang disediakan melalui internet : arsitektur ini tidak distandard-kan oleh 3GPP, dan
arsitektur tersebut bergantung pada pertanyaan layanan. Konfigurasi yang sesuai pada
saat UE terhubung ke server pada internet. Misalnya web-server untuk layanan webbrowsing, atau SIP server untuk layanan internet telephony, seperti VoIP.

16

2.4. Jenis jenis layanan pada LTE

Skenario berbagai macam trafik ditunjukkan pada Tabel 2.1. Macam-macam trafik
tersebut memiliki kategori trafik yang berbeda-beda, diantaranya : trafik real-time, best effort,
interactive, streaming dan interactive real-time.

Tabel 2.1. Jenis-jenis model trafik pada LTE

Voice-over-IP (VoIP)

Model voice activity sederhana ditunjukkan pada gambar 2.11. Peluang transisi dari
state 0 (silence or inactive state) ke state 1 (talking or active state) adalah sedangkan
peluang tetap pada state 0 adalah (1 ). Selain itu, peluang transisi dari state 0 ke state 1
dilambangkan dengan sedangkan peluang tetap pada state 1 adalah (1 ). Speech encoder
frame rate R = 1/T, dimana T adalah encoder frame duration biasanya 20 ms. Peluang saat
state 0 dan state 1 dinotasikan dengan P0 dan P1 dengan persamaan :
P0 = /( + ).(2.2)
P1 = /( + )(2.3)

(1 )

Silence
(state 0)

Talking
(state 1)

(1 )

Gambar 2.11. Two state voice activity model

17

Tabel 2.2. Parameter model trafik VoIP

Best Effort FTP


File Transfer Protocol (FTP) dianggap sebagai trafik best effort, parameter model
trafik best effort ditunjukkan pada Tabel 2.3. Sesi FTP adalah urutan dari pemisahan

Tabel 2.3. Parameter model trafik FTP

transfer file oleh reading time. Dua parameter utama sesi FTP adalah size file yang ditransfer
S dan reading time D. misalnya interval waktu antara download yang terakhir dengan file
sebelumnya dan permintaan user untuk file selanjutnya. Model trafik FTP dideskripsikan
asumsi transmisi pada bagian downlink. Meskipun, model tersebut diharapkan applicable
untuk bagian uplink.

Web Browsing HTTP


Paket trace khususnya HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) web browsing session
ditunjukkan pada gambar 2.12. Sesi ini dibagi menjadi periode aktif dan pasif yang
merepresentasikan download web page dan intermediate reading time. Download web page
dianggap sebagai paket call. Periode aktif dan pasif adalah sebuah hasil interaksi manusia
dimana paket call merepresentasikan suatu web permintaan user untuk informasi
18

dan mengidentifikasikan kebutuhan reading time pada intisari web page. Diasumsikan
performansi web page sama, maksudnya statistik trafik pada time scale yang berbeda adalah
sama. Oleh karena itu sebuah paket call seperti sesi paket dibagi menjadi periode aktif dan
pasif. Tidak seperti sesi paket periode aktif/pasif di dalam paket call dilambangkan interaksi
mesin dengan interaksi manusia. Suatu web browser mulai akan melayani permintaan user
dengan mengambil inisial HTML page menggunakan HTTP. Pembacaan inisial page dan tiap
objek yang ditampilkan (seperti gambar, iklan, dll) direpresentasikan oleh periode aktif pada
paket call sedangkan pembagian waktu dan protocol yang overhead direpresentasikan oleh
periode pasif pada paket call. Pembagian waktu mengacu kepada browser tersebut
menghabiskan waktu untuk menampilkan objek pada paket call atau web page.

Gambar 2.12. Paket trace dari web browsing session

Karakteristik parameter utama pada trafik web browsing adalah main object size SM,
ukuran dari objek yang ditampilkan adalah SE, jumlah objek yang ditampilkan ND, reading
time D dan pembagian waktu TP, parameter ini ditunjukkan pada Tabel 2.4.
Mode transfer persistent HTTP/1,1 diasumsikan untuk download objeknya secara seri
melalui koneksi single TCP. Berdasarkan observasi distribusi paket size 76 % dari paket call
menggunakan Maximum Transmission Unit (MTU) 1500 byte sedangkan 24 % paket call
menggunakan MTU 576 byte. Paket size juga termasuk 40 byte header paket TCP/IP dengan
hasil payload data yang digunakan 1460 dan 536 byte.

19

Tabel 2.4. Parameter model trafik HTTP

Video Streaming
Misalkan tiap frame dari data video tiba pada interval T ditentukan oleh jumlah frame
per detik. Tiap frame video dikomposisi ke dalam bagian yang tetap, masing-masing
dikirimkan sebagai single packet. Ukuran paket ini dimodelkan sebagai bagian dari distribusi
Pareto. Encoder video mula-mula melakukan encoding interval delay antara paket dari
sebuah frame. Interval ini juga dimodelkan sebagai baigian dari distribusi Pareto. Parameter
model trafik video streaming ditunjukkan pada Tabel 2.5. Pada model ini video source rate
diasumsikan 64 kbps.

20

Tabel 2.5. Parameter model trafik video streaming

Interactive Gaming
Parameter model trafik interactive gaming ditunjukkan pada Tabel 2.6. Pada saat
paket tiba secara uniform didistribusikan antara 0 dan 40 ms. Inisial waktu ini
dipertimbangkan untuk model yang berhubungan dengan random timing antara paket trafik
client yang tiba dan batas frame uplink pada sistem cdma 2000. Pada sistem LTE hanya
dengan durasi sub-frame 1 ms, inisial waktu ini untuk menghitung resource request dan
scheduling diharapkan bersifat relative sangat kecil. Paket waktu yang tiba adalah
deterministic dengan suatu paket yang muncul setiap 40 ms.
Delay maksimum 160 ms diaplikasikan untuk semua paket uplink, misalnya paket
didrop oleh UE jika beberapa bagian paket tidak ditransmisikan pada layer fisik, 160 ms
setelah masuk ke buffer UE. Delay paket dari paket yang didrop dihitung dalam 180 ms.
Gaming user pada jaringan mobile berada diluar jangkauan ketika delay paket rata-rata lebih
besar dari 60 ms. Delay rata-rata adalah rata-rata dari delay semua paket, termasuk delay
paket yang dikirimkan dan delay paket yang didrop.

21

Tabel 2.6. Parameter model trafik interactive gaming di bagian uplink

Parameter model trafik interactive gaming di bagian downlink ditunjukkan pada Tabel 2.7.
Initial waktu paket yang tiba secara uniform didisttribusikan antara 0 dan 40 ms. Waktu
interval paket serta ukuran paket pada bagian downlink dimodelkan menggunakan besarnya
distribusi nilai extreme.

Tabel 2.7. Parameter model trafik interactice gaming di bagian downlink

Melalui kombinasi downlinkdan kecepatan transmisi (uplink) yang sangat


tinggi, lebih fleksibel, efisien dalam penggunaan spektrum dan dapat mengurangi
paket latensi, LTE menjanjikan untuk peningkatan pada layanan mobile broadband
serta menambahkan layanan value-added baru yang menarik. Manfaat besar bagi
pengguna antara lain streaming skala besar, download dan berbagi video, musik dan
konten multimedia yang semakin lengkap

Untuk pelanggan bisnis LTE dapat

memberikan transfer file besar dengan kecepatan tinggi,

video conference
22

berkualitas tinggi dan nomadic access yang aman ke jaringan korporat. Semua
layanan ini memerlukan

throughput yang signifikan lebih besar untuk dapat

memberikan quality of service. Tabel 1 berikut menggambarkan beberapa layanan


dan aplikasi LTE :
Kategori Layanan
Layanan Suara

Pesan P2F

Saat Ini

LTE

Real-time audio

VoIP, Konferensi
videoberkecepatan tinggi

SMS, MMS, Email

Pesan foto,

IM,

prioritas rendah

mobile, pesan video

Email

Browsing

Akses kelayanan informasi Browsing super cepat,


online dengan tarif jaringan mengupload konten ke social
standar. Saat ini sangat
situs .
terbatas untuk browsing
WAP melalui jaringan GPRS
dan 3G

Informasi
pembayaran

Informasi berbasis teks

Personalisasi

Dominasi
ringtone
termasuk sreenserver dan
ringback

Game

Download
game

TV/ Video on
demand

Video streaming dan konten Layanan siaran televisi, true onvideo hasi; download
demand television, streaming
video kualitas

E-newspaper, streaming
audio berkualitas tinggi

dan

Realtone (rekaman asli), situs


web mobile

online Permainan game online secara


konsisten pada jaringan fixed
maupun mobile

tinggi

23

Musik

Full track downloads,


layanan radio analog

Kategori Layanan
Konten pesan dan
lintas media

M-commerce

Download musik berkualitas


tinggi

Saat Ini

LTE

Pesan peer to peer serta


interaksi dengan media
lainnya mengunakan

Distribusi klip video, layanan


karaoke, video berbasis iklan
mobile

konten pihak ketiga

dengan skala yang luas

Fasilitas pembayaran
dilakukan melalui

Mobile handset sebagai alat


pembayaran, rincian
pembayaran dibawa melalui

jaringan sesuler

jaringan kecepatan tinggi untuk


memungkinkan penyelesaian
transaksi
secara cepat
Mobile data
networking

Akses ke

internet

perusahaan dan database

Transfer file p2p, aplikasi


bisnis, aplikasi sharing,
komunikasi M2M, mobile
internet.

Tabel 1. Layanan layanan LTE


2.5 Penerapan LTE di Indonesia
LTE ditargetkan hadir pada tahun 2012 sepertinya meleset dari jadwal. LTE dapat
digunakan di wilayah hot zone. LTE juga bisa diimplementasikan operator GSM ataupun
CDMA. Perkembangan LTE di Indonesia nantinya akan bersamaan dengan kehadiran
WiMAX. Salah satu operator di Indonesia, Telkomsel, memilih menerapkan teknologi LTE.
XL juga menyatakan ketertarikannya pada LTE karena cocok untuk jaringan 3G dan HSDPA
XL. Banyaknya operator GSM di Indonesia yang berencana mengimplementasi LTE karena
LTE dianggap lebih mudah dibandingkan WiMAX yang membutuhkan perubahan besarbesaran pada infrastruktur operator GSM.
Sehingga dari segi investasi LTE tiga kali lebih murah. Dari segi desain, LTE dan
WiMAX berasal dari pasar yang berbeda, sehingga kehadiran keduanya tak mengancam satu
sama lain. Nokia Siemens Network (NSN) pada akhir tahun 2008 menghadirkan test bed
sebagai tempat uji coba di bidang Information and Technology (ICT) dalam mewujudkan
24

teknologi LTE. NSN membantu Telkomsel meningkatkan kapasitas layanan broadband


nirkabel bergerak dengan Direct Tunnel, yang menyiapkan pondasi jaringan 4G berbasis IP
dan LTE.
Telkomsel telah mengimplementasikan Direct Tunnel di kawasan Jabodetabek. LTE
merupakan teknologi pertama yang diratifikasi sebagai teknologi radio Next Generation
oleh Aliansi NGMN, dimana teknologi ini memenuhi persyaratan Aliansi NGMN berupa
latency yang kurang dari 5ms dan pengaturan panggilan 100 ms disamping syarat lain seperti
kepadatan panggilan dan kecepatan laju bit maksimum. Dengan bergabungnya LTE dengan
varian Frequency Division Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD), maka terjadi
evolusi dari UMTS, HSPA, dan TD-SCDMA. Jaringan Core yang berasosiasi dengan LTE
juga memberikan jalan bagi jaringan CDMA-2000 untuk berintegrasi, sehingga dapat
menjadikan LTE evolusi yang sesuai bagi banyak operator.
Layanan LTE oleh Provider
1. Layanan LTE oleh provider Telkomsel
Demi mengejar kemajuan mobile broadband, Telkomsel memulai riset dan pengembangan
(R&D) untuk pelayanan LTEMeskipun hanya berupa uji coba, namun LTE terbukti mampu
membuat koneksi internet melebihi HSPA+ dengan kecepatan hingga 172 Mbps, sehingga
koneksi lebih cepat dan berkualitas lebih baik. Hal ini tentu saja akan memungkinkan adanya
true-on-demand television sampai Voice over Internet Protocol (VoIP) atau aplikasi lainnya
yang membutuhkan data kecepatan tinggi.
2. Layanan LTE oleh Provider XL
XL telah membuktikan jika perusahaannya berkomitmen untuk menggelar Layanan LTE.
Namun hingga kini perusahaan telekomunikasi tersebut belum bisa memilih mana frekuensi
yang pantas untuk teknologi komunikasi generasi keempat itu. Saat ini memang belum
disepakati frekuensi mana yang digunakan untuk LTE. Namun frekuensi 700 Mhz merupakan
frekuensi yang ideal secara pasar, pasalnya seluruh operator besar di AS menggunakan
frekuensi 700 Mhz. Meski kebanyakan negara-negara lain di dunia malah menggunakan
spektrum 2,6 Mhz.
3. Layanan LTE oleh provider Indosat
LTE memang menawarkan kecepatan akses layanan data yang luar biasa, para pengguna
diklaim bisa menikmati akses data dengan kecepatan tinggi hingga 150 Mbps. Akses cepat ini
memberikan kenyamanan bagi penikmat video, khususnya yang bertipe high definition
streaming video, pengguna layanan telepon internasional melalui VoIP (Voice over Internet
Protocol), dan aplikasi lain yang menggunakan file besar.
4. Kesiapan Operator dan Device
Berbeda dengan pemerintah, kondisi operator jauh lebih siap untuk penggelaran LTE.
Telkomsel, sebagai operator seluler terbesar telah mulai uji coba tahun 2010 lalu. Dan pada
pertengahan 2011 Telkomsel telah menyatakan kesiapannya menyediakan layanan LTE.
25

Melalui kerjasama dengan Huawei, Erricson, Nokia Siemens dan ZTE, Telkomsel sudah
menyiapkan setidaknya 4.000-5.000 BTS untuk LTE.
Seperti halnya Telkomsel, XL juga telah melakukan uji coba pada tahun 2010 lalu. Awal
tahun ini perusahaan induknya, Axiata menyatakan bahwa XL telah 4G Ready, sehingga
kapan pun pemerintah menyalakan lampu hijau, BTS LTE milik XL bakal on. Sedangkan
Indosat, meskipun uji coba relatif terlambat, pada Oktober 2011 lalu telah menyatakan siap
untuk menyelenggarakan layanan 4G LTE.
Sampai dengan saat ini variasi device LTE memang masih terbatas, baik yang berbentuk
modem atau pun ponsel. Device LTE baru dikeluarkan oleh pemasok besar seperti Samsung,
Sony, HTC, LG, dan Nokia. Harganya pun hanya terjangkau oleh kalangan menengah. Sebut
saja beberapa ponsel LTE antara lain: Samsung Galaxy S II HD LTE, Sony Xperia-ion LTE,
HTC Raider LTE, LG Optimus Vu LTE, Nokia Lumia 900. Namun dengan jumlah pengguna
yang melebihi 20 juta, dipastikan tahun 2012 bakal muncul banyak produsen yang menjual
berbagai variasi ponsel LTE. Bahkan banyak analis memprediksi, pada tahun 2013 akan
muncul ponsel LTE dengan harga terjangkau berkisar satu jutaan.
Jadi, jika anda pengagum LTE, harap bersabar. Karena, meskipun operator telah siap
menggelar LTE, dan device pun mulai tersebar luas di pasaran, namun nampaknya
pemerintah masih punya prioritas lain. Anda harus menunggu setidaknya dua tahun untuk
bisa menikmati kecepatan LTE yang setara copy flashdisk.

26

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Long Term Evolution (LTE) adalah generasi teknologi telekomunikasi selular
yang paling menjanjikan saat ini. Dengan kecepatan transmisi yang sangat cepat
akan membuat para pengguna jaringan 4G ini puas menjelajahi dunia internet.

Gambar Speed-test via iPhono (sumber: youtube.com)


Arsitektur jaringan LTE dirancang untuk tujuan mendukung trafik packet
switching dengan mobilitas tinggi, quality of service(QOS), dan latency yang kecil.
Oleh karena itu pada arsitektur jaringan LTE dirancang sesederhana mungkin, yaitu
hanya terdiri dari dua node yaitu eNodeB dan mobility management entity/gateway
(MME/GW). Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan hanya adanya
single node pada jaringan akses adalah pengurangan latency dan distribusi beban
proses RNC untuk beberapa eNodeB.

3.2 Saran
Bagi mahasiswa melakukan penelitian lebih lagi terkait Long Term Evolution
(LTE) merupakan hal yang cukup menantang dengan arsitektur yang cukup rumit.

27

Namun, ini sangat berguna dalam rangka menyambut teknologi masa depan yang
cukup menjanjikan dengan kecepatan transmisinya yang tecepat sejauh ini.

28

Anda mungkin juga menyukai