Anda di halaman 1dari 15

Apa itu 3G/UMTS/HSDPA/GPRS/EDGE

18 01 2009

Kemaren saya pulang ke tempat mbah.. turs nyoba ngonekin modem 3.5G yang saya miliki,
bisanya pake koneksi HSDPA ..eh ternyata disini sinyalnya ga dapet..eh untungnya masih bisa
konek walaupun cuma pake EDGE…tapi ngomong-ngomong saya juga bingung. apa sih yang
disebut 3G,HSDPA,UMTS,GPRS,dan teman temannya…taunya cuma sebatas teknologi untuk
akses data…
Nah…jadinya saya cari tau di internet dan inilah hasil pencarian saya :

1. third-generation technology (3G)

3G (dibaca: triji) adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology.
Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel
(wireless).
Sejarah

Ada pun perkembangan teknologi nirkabel dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Generasi pertama: analog, kecepatan rendah (low-speed), cukup untuk suara. Contoh: NMT
(Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Analog Mobile Phone System)
2. Generasi kedua: digital, kecepatan rendah – menengah. Contoh: GSM dan CDMA2000
1xRTT
3. Generasi ketiga: digital, kecepatan tinggi (high-speed), untuk pita lebar (broadband). Contoh:
W-CDMA (atau dikenal juga dengan UMTS) dan CDMA2000 1xEV-DO.

Antara generasi kedua dan generasi ke-3, sering disisipkan Generasi 2,5, yaitu digital, kecepatan
menengah (hingga 150 Kbps). Teknologi yang masuk kategori 2,5G adalah layanan berbasis data
seperti GPRS (General Packet Radio Service) & EDGE (Enhance Data rate for GSM Evolution)
pada domain GSM dan PDN (Packet Data Network) pada domain CDMA.

Definisi
Secara umum, ITU-T, sebagaimana dikutip oleh FCC mendefinisikan 3G sebagai sebuah solusi
nirkabel yang bisa memberikan kecepatan akses:

– Sebesar 144 Kbps untuk kondisi bergerak cepat (mobile).


– Sebesar 384 Kbps untuk kondisi berjalan (pedestrian).
– Sebesar 2 Mbps untuk kondisi statik di suatu tempat.

Teknologi 3G

Pada saat ini ada dua cabang dari pengembangan 3G, yaitu dari sisi GSM (Global System for
Mobile Communication)yang dipelopori oleh 3G Partnership Project dan CDMA (Code Division
Multiple Access) yang dipelopori oleh 3G Partnership Project 2 (3GPP2). Kedua teknologi tidak
kompatibel dan sesungguhnya saling berkompetisi.

Salah satu alasan mengapa layanan 3G dapat memberikan throughput yang lebih besar adalah
karena penggunaan teknologi spektrum tersebar yang memungkinkan data masukan yang hendak
ditransimisikan disebar di seluruh spektrum frekuensi. Selain mendapatkan pita lebar yang lebih
besar, layanan berbasis spektrum tersebar jauh lebih aman daripada timeslot dan/atau frequency
slot.

Jaringan 3G tidak merupakan upgrade dari 2G; operator 2G yang berafiliasi dengan 3GPP perlu
untuk mengganti banyak komponen untuk bisa memberikan layanan 3G. Sedangkan operator 2G
yang berafiliasi dengan teknologi 3GPP2 lebih mudah dalam upgrade ke 3G karena berbagai
network element nya sudah didesain untuk ke arah layanan nirkabel pita lebar (broadband
wireless). Layanan 3G juga telah digembar-gemborkan namun pada kenyataannya, banyak
ditemui kegagalan. Negara Jepang dan Korea Selatan adalah contoh dimana layanan 3G berhasil.
Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh faktor:

1. Dukungan pemerintah. Pemerintah Jepang tidak mengenakan biaya di muka (upfront fee) atas
penggunaan lisensi spektrum 3G atas operator-operator di Jepang (ada tiga operator: NTT
Docomo, KDDI dan Vodafone). Sedangkan pemerintah Korea Selatan, walau pun mengenakan
biaya di muka, memberikan insentif dan bantuan dalam pengembangan nirkabel pita lebar
(Korea Selatan adalah negara yang menggunakan Cisco Gigabit Switch Router terbanyak di
dunia) sebagai bagian dalam strategi pengembangan infrastruktur.
2. Kultur masyarakatnya. Layanan video call, yang diramal menjadi killer application tidak
terlalu banyak digunakan di kedua negara tersebut. Namun, layanan seperti download music dan
akses Internet sangat digemari. Operator seperti NTT Docomo (Jepang) memberikan layanan
Chaku Uta untuk download music. Sedangkan di Korea, layanan web presence seperti Cyworld
yang diberikan oleh SK Tel, sangat digemari. Dengan layanan ini, pelanggan bisa mengambil
foto dari handset dan langsung memuatnya ke web portal miliknya di Cyworld. Layanan ini
kemudian ditiru oleh Flickr dengan handset N73.
3. Keragaman layanan konten. Docomo dan SKTel tidak menggunakan WAP standar sebagai
layanan konten nya. Docomo mengembangkan aplikasi browser yang disebut iMode, sedangkan
SKTel mempunyai June dan Nate.

Evolusi Menuju 3G

Jaringan Telepon Telekomunikasi selular telah meningkat menuju penggunaan layanan 3G dari
1999 hingga 2010. Jepang adalah negara pertama yang memperkenalkan 3G secara nasional dan
transisi menuju 3G di Jepang sudah dicapai pada tahun 2006. Setelah itu Korea menjadi
pengadopsi jaringan 3G pertama dan transisi telah dicapai pada awal tahun 2004, memimpin
dunia dalam bidang telekomunikasi.

Operator dan jaringan UMTS Pada tahun 2005, evolusi jaringan 3G sedang dijalankan untuk
beberapa tahun dikarenakan kapasitas yang terbatas dari jaringan 2G yang ada. Jaringan 2G
diciptakan dengan tujuan utama adalah data suara dan transmisi yang lambat. Dikarenakan
cepatnya arus perubahan pada permintaan pengguna, kebutuhan akan nirkabel mereka tidak
terpenuhi.

“2.5G” (Dan juga 2,75G) adalah teknologi seperti pelayanan data i-mode, telepon berkamera,
pertukaran rangkaian data berkecepatan tinggi (atau disebut juga High-Speed Circuit-Switched
Data atau disingkat HSCSD) dan Pelayanan paket radio umum (atau dikenal dengan General
Packet Radio Service atau GPRS)diciptakan untuk menyediakan beberapa funsi utama seperti
jaringan 3G, tapi tanpa transisi penuh ke jaringan 3G. Pelayanan-Pelayanan ini diciptakan untuk
memperkenalkan kemungkinan dari penerapan teknologi nirkabel untuk pengguna dan
penigkatan permintaan untuk pelayanan 3G.

Salah paham tentang 3G

Ada beberapa pemahaman yang salah tentang 3G di dalam masyarakat umum.

1. Layanan 3G tidak bisa tanpa ada cakupan layanan 3G dari operator. Hanya membeli sebuah
handset 3G, tidak berarti bahwa layanan 3G dapat dinikmati. Handset dapat secara otomatis
pindah ke jaringan 3G bila, pelanggan tidak menerima cakupan 3G. Sehingga bila seseorang
sedang bergerak dan menggunakan layanan video call, kemudian terpaksa berpindah ke jaringan
2G, maka layanan video call akan putus.
2. Layanan 3G berada pada frekuensi 1.900 Mhz. ITU-T memang mendefinisikan layanan 3G
untuk GSM pada frekuensi 1.900 Mhz dengan lebar pita sebesar 60 Mhz. Namun, pada
umumnya, teknologi berbasis CDMA2000 menggunakan spektrum di frekuensi 800 Mhz, atau
yang biasa dikenal sebagai spektrum PCS (Personal Communication System).

2. Universal Mobile Telecommunications System (UMTS)

UMTS (bahasa Inggris: Universal Mobile Telecommunications System) adalah salah satu
teknologi telepon genggam 3G (generasi ke-3). Sekarang ini bentuk yang paling banyak
digunakan adalah W-CDMA yang distandarisasi oleh 3GPP.
Untuk membedakan UMTS dari teknologi 3G lainnya, UMTS seringkali dipasarkan sebagai
3GSM, menekankan dasar 3G dari teknologi ini.

3. High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA)

High-Speed Downlink Packet Access (HSDPA) adalah sebuah protokol telepon genggam dan
kadangkala disebut sebagai teknologi 3,5G. HSDPA fase pertama berkapasitas 4,1 Mbps.
Kemudian menyusul fase 2 berkapasitas 11 Mbps dan kapasitas maksimal downlink peak data
rate hingga mencapai 14 Mbit/s. Teknologi ini dikembangkan dari WCDMA sama seperti EV-
DO mengembangkan CDMA2000. HSDPA memberikan jalur evolusi untuk jaringan Universal
Mobile Telecommunications System (UMTS) yang memungkinkan untuk penggunaan kapasitas
data yang lebih besar (sampai 14,4 Mbit/detik arah turun).

HSDPA merupakan evolusi dari standar W-CDMA dan dirancang untuk meningkatkan
kecepatan transfer data 5x lebih tinggi. HSDPA memdefinisikan sebuah saluran W-CDMa yang
baru, yaitu high-speed downlink shared channel (HS-DSCH) yang cara operasinya berbeda
dengan saluran W-CDMA yang ada sekarang. Hingga kini penggunaan teknologi HSDPA hanya
pada komunikasi arah bawah menuju telepon genggam.

Kecepatan unduh datanya :


– Di lingkungan perumahan teknologi ini dapat melakukan unduh data hingga berkecepatan 3,7
Mbps.
– Dalam keadaan bergerak seseorang yang sedang berkendaraan di jalan tol berkecepatan 100
km/jam dapat mengakses internet berkecepatan 1,2 Mbps.
– Di lingkungan perkantoran yang padat pengguna dapat menikmati streaming video dengan
perkiraan kecepatan 300 Kbps.

Kelebihan HSDPA
Kelebihan HSDPA adalah mengurangi tertundanya pengunduhan data (delay) dan memberikan
umpan balik yang lebih cepat saat pengguna menggunakan aplikasi interaktif seperti mobile
office atau akses Internet kecepatan tinggi untuk penggunaan fasilitas permainan atau
mengunduh audio dan video. Kelebihan lain HSDPA, meningkatkan kapasitas sistim tanpa
memerlukan spektrum frekuensi tambahan. Hal ini menyebabkan berkurangnya biaya layanan
mobile data secara signifikan.

4. General Packet Radio Service (GPRS)

GPRS (singkatan bahasa Inggris: General Packet Radio Service, GPRS) adalah suatu teknologi
yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan data lebih cepat jika dibandingkan dengan
penggunaan teknologi Circuit Switch Data atau CSD. Sering disebut pula dengan teknologi 2,5G
Sistem GPRS dapat digunakan untuk transfer data (dalam bentuk paket data) yang berkaitan
dengan e-mail, data gambar (MMS), dan penelusuran (browsing) internet. Layanan GPRS
dipasang pada jenis ponsel tipe GSM dan IS-136, walaupun jaringan GPRS saat ini terpisah dari
GSM.

GPRS merupakan sistem transmisi berbasis paket untuk GSM yang menggunakan prinsip
‘tunnelling’. Ia menawarkan laju data yang lebih tinggi. Laju datanya secara kasar sampai 160
kbps dibandingkan dengan 9,6kbps yang dapat disediakan oleh rangkaian tersakelar GSM.
Kanal-kanal radio ganda dapat dialokasikan bagi seorang pengguna dan kanal yang sama dapat
pula digunakan secara berbagi (‘sharing’) di antara beberapa pengguna sehingga menjadi sangat
efisien.

Dari segi biaya, pentarifan diharapkan hanya mengacu pada volume penggunaan. Penggunanya
ditarik biaya dalam kaitannya dengan banyaknya byte yang dikirim atau diterima, tanpa
memperdulikan panggilan, dengan demikian dimungkinkan GPRS akan menjadi lebih cenderung
dipilih oleh pelanggan untuk mengaksesnya daripada layanan-layanan IP.

GPRS merupakan teknologi baru yang memungkinkan para operator jaringan komunikasi
bergerak menawarkan layanan data dengan laju bit yang lebih tinggi dengan tarif rendah
,sehingga membuat layanan data menjadi menarik bagi pasar massal. Para operator jaringan
komunikasi bergerak di luar negeri kini melihat GPRS sebagai kunci untuk mengembangkan
pasar komunikasi bergerak menjadi pesaing baru di lahan yang pernah menjadi milik jaringan
kabel, yakni layanan internet. Kondisi ini dimungkinkan karena ledakan penggunaan internet
melalui jaringan kabel (telepon) dapat pula dilakukan melalui jaringan bergerak. Sebagai
gambaran kecil, layanan bergerak yang kini menjadi sukses di pasar (bagi operator di manca
negara) misalnya adalah, laporan cuaca, pemesanan makanan, berita olah raga sampai ke
informasi seperti berita-berita penting harian.

Dalam teorinya GPRS menjanjikan kecepatan mulai dari 56 kbps sampai 115 kbps, sehingga
memungkinkan akses internet, pengiriman data multimedia ke komputer, notebook dan handheld
computer. Namun, dalam implementasinya, hal tersebut sangat tergantung faktor-faktor sebagai
berikut:
– Konfigurasi dan alokasi time slot pada level BTS
– Software yang dipergunakan
– Dukungan fitur dan aplikasi ponsel yang digunakan

Ini menjelaskan mengapa pada saat-saat tertentu dan di lokasi tertentu akses GPRS terasa lambat,
bahkan lebih lambat dari akses CSD yang memiliki kecepatan 9,6 kbps.

Komponen Utama

Komponen-komponen utama jaringan GPRS adalah :

– GGSN (Gateway GPRS Support Node): gerbang penghubung jaringan GPRS ke jaringan
internet. Fungsi dari komponen ini adalah sebagai interface ke PDN (Public Data Network),
information routing, network screening, user screening, address mapping.
– SGSN (Serving GPRS Support Node): gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan
GPRS. Komponen ini berfungsi untuk mengantarkan paket data ke MS, update pelanggan ke
HLR, registrasi pelanggan baru.
– PCU : komponen di level BSS yang menghubungkan terminal ke jaringan GPRS

Cara Kerja GPRS

SGSN bertugas : 1. Mengirim paket ke Mobile Station (MS) dalam satu area 2. Mengirim
sejumlah pertanyaan ke HLR untuk memperoleh profile data pelanggan GPRS (management
mobility) 3. Mendeteksi MS-GPRS yang baru dalam suatu area servis yang menjadi tanggung
jawabnya (location management) 4. SGSN dihubungkan ke BSS pada GSM dengan koneksi
Frame Relay melalui PCU (Packet Control Unit) di dalam BSC

GGSN bertugas : 1. Sebagai interface ke jaringan IP external seperti : public internet atau mobile
service provider 2. Meng-update informasi routing dari PDU ( Protokol Data Units ) ke SGSN.

GPRS menggunakan sistem komunikasi packet switch sebagai cara untuk mentransmisikan
datanya. Packet switch adalah sebuah sistem di mana data yang akan ditransmisikan dibagi
menjadi bagian-bagian kecil (paket) lalu ditransmisikan dan diubah kembali menjadi data
semula. Sistem ini dapat mentransmisikan ribuan bahkan jutaan paket per detik. Transmisi
dilakukan melalui PLMN (Public Land Mobile Network) dengan menggunakan IP backbone.
Karena memungkinkan untuk pemakaian kanal transmisi secara bersamaan oleh pengguna lain
maka biaya akses GPRS, secara teori, lebih murah daripada biaya akses CSD.

GPRS didesain untuk menyediakan layanan transfer packet data pada jaringan GSM dengan
kecepatan yang lebih baik dari GSM. Kecepatan yang lebih baik ini didapat dengan
menggunakan coding scheme (CS) yang berbeda dari GSM.

GPRS di Indonesia

Perusahaan yang memelopori GPRS di Indonesia adalah:

1. TelkomVentus – PT. Telkom VENTUS adalah brand name untuk Push email yang merupakan
layanan jasa nilai tambah dan konvergensi dari layanan surat-menyurat elektronis (email) dan
mobile system (cellular/wireless) yang memungkinkan dilakukan relaying terhadap email yang
selama ini diterima lewat desktop atau laptop ke smartphone atau PDA phone Dengan
menggunakan layanan ini pemilik account email dapat menerima atau mengirimkan pesan
elektronis, bukan lagi berupa pesan singkat lewat terminal handphone atau PDA yang
dimilikinya. Produk push email adalah sebuah produk yang dapat dianalogikan sebagai
‘memboyong’ semua kemampuan penerimaan dan pengiriman email dari desktop atau notebook
ke dalam smartphone atau PDA phone yang terhubung kepada network GPRS (Global Packet
Radio Services) atau PDN (Packet Data Network)

2. BlackBerry – PT. Indosat Ditujukan untuk pelanggan Pascabayar Matrix secara korporat
wilayah Jabotabek Indosat akan memasang instalasi Blackberry Enterprise Server (BES) pada
server perusahaan. Setiap email yang masuk ke inbox email server perusahaan akan di-enkripsi,
kemudian di-push ke ponsel melalui jaringan GPRS Indosat. Ponsel yang digunakan adalah
ponsel khusus Blackberry seri 7730 yang bergerak dalam jaringan GSM triband 900/1800/1900
Mhz Layanan BlackBerry menyediakan akses nirkabel terintegrasi, baik untuk email, telepon,
personal information management (PIM), dan aplikasi data perusahaan.

Cara Pemasangan GPRS


Untuk dapat menggunakan GPRS (khususnya pada handphone yang mendukung) diperlukan
setting terlebih dahulu. Cara setting GPRS terdapat dari operatornya masing-masing. Untuk
menggunakan GPRS di komputer, dapat menyambungkan handphone yang tersetting GPRS itu
dengan komputer. Selanjutnya dibutuhkan PC Suite (adalah CD software yang terpaket pada saat
membeli handphone mid-end ke atas).

Saat ini, perkembangan GPRS di Indonesia kalah bersaing dengan teknologi 3G yang memang
pengembangan lebih lanjut dari GPRS.

5. Enhanced Data for Global Evolution (EDGE)


EDGE atau Enhanced Data for Global Evolution adalah teknologi evolusi dari GSM dan IS-136.
Tujuan pengembangan teknologi baru ini adalah untuk meningkatkan kecepatan transmisi data,
efesiensi spektrum, dan memungkinkannya penggunaan aplikasi-aplikasi baru serta
meningkatkan kapasistas.

Pengaplikasian EDGE pada jaringan GSM fase 2+ seperti GPRS dan HSCSD dilakukan dengan
penambahan lapisan fisik baru pada sisi Radio Access Network (RAN). Jadi tidak ada berubahan
di sisi jaringan inti seperti MSC, SGSN, ataupun GGSN.

Kapasitas EDGE Sebagai Teknologi Data Transfer Tingkat Advance

Pada GPRS menawarkan kecepatan data sebesar 115 kbps, dan secara teori dapat mencapai 160
kbps. Sedangkan pada EDGE kecepatan datanya sbesar 384 kbps, dan secara teori dapat
mencapai 473,6 kbps. Secara umum kecepatan EDGE tiga kali lebih besar dari GPRS. Hal ini
dimungkinkan karena pada EDGE digunakan teknik modulasi (EDGE menggunakan
8PSK,GPRS menggunakan GMSK) dan metode toleransi kesalahan yang berbeda dengan GPRS,
dan juga mekanisme adaptasi pranala yang diperbaiki. EDGE juga menggunakan coding scheme
yang berbeda dengan GPRS. Dalam EDGE dikenal 9 macam skema pengkodean, sedangkan di
GPRS hanya ada 4 skema pengkodean.

Sekilas sejarah perkembangan teknologi EDGE


EDGE mengalami perkembangan dari beberapa generasi terdahulu. Perkembangan teknologi ini
didahului oleh AMPS sebagai teknologi komunikasi seluler generasi pertama pada tahun 1978,
hingga sekarang (tahun 2006), perkembangan nya sudah sampai pada teknologi generasi ke-4,
walaupun masih dalam tahap penelitian dan uji coba. GSM sendiri sebagai salah satu teknologi
komunikasi mobile generasi kedua, merupakan teknologi yang saat ini paling banyak digunakan
di berbagai negara. Dalam perkembangannya, GSM yang mampu menyalurkan komunikasi suara
dan data berkecepatan rendah (9.6 – 14.4 kbps), kemudian berkembang menjadi GPRS yang
mampu menyalurkan suara dan juga data dengan kecepatan yang lebih baik,115 kbps.

Pada fase selanjutnya, meningkatnya kebutuhan akan sebuah system komunikasi mobile yang
mampu menyalurkan data dengan kecepatan yang lebih tinggi, dan untuk menjawab kebutuhan
ini kemudian diperkenalkanlah EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) yang mampu
menyalurkan data dengan kecepatan hingga 3 kali kecepatan GPRS, yaitu 384 kbps.

Pada pengembangan selanjutnya, diperkenalkanlah teknologi generasi ketiga, salah satunya


UMTS (Universal Mobile Telecommunication Service), yang mampu menyalurkan data dengan
kecepatan hingga 2 Mbps. Dengan kecepatan hingga 2 Mbps, jaringan UMTS dapat melayani
aplikasi-aplikasi multimedia (video streaming, akses internet ataupun video conference) melalui
perangkat seluler dengan cukup baik. Perkembangan di dunia telekomunikasi seluler ini diyakini
akan terus berkembang, hingga nantinya diperkenalkan teknologi-teknologi baru yang lebih baik
dari yang ada saat ini. Akhir-akhir ini, para ilmuwan berusaha mengembangkan teknologi
telekomunikasi seluler dengan jangkauan yang sangat lebar, tingkat mobilitas tinggi, layanan
yang terintegrasi, dan berbasikan IP (mobile IP). Teknologi ini diperkenalkan dengan nama
“Beyond 3G” atau 4G.

Kapasitas dan Kapabilitas EDGE Sebagai Teknologi Mobile Generasi Ketiga (3G)

Sebagaimana telah disinggung pada poin sebelumnya, EDGE memiliki Dalam transfer data,
misalnya, teknologi EDGE bisa tiga kali lebih cepat dari teknologi GPRS. Artinya, bila
pelanggan selular ingin mendownload pesan MMS dengan teknologi GPRS memerlukan waktu
puluhan detik, tapi dengan teknologi EDGE, hanya perlu waktu beberapa detik saja.
Kelebihan lain, bila teknologi GPRS memiliki kemampuan transfer data hingga 114 Kbps,
teknologi EDGE mampu mendukung data, layanan multimedia hingga 384 Kbps. EDGE
merupakan sebutan baru buat GSM 384. Teknologi ini disebut GSM 384, karena memiliki
kemampuan transmisi data hingga 384 Kbps.

Menurut GSM World Association, EDGE bahkan dapat mencapai kecepatan hingga 473,8
kilobit/detik. Dengan EDGE, operator seluler dapat memberikan layanan komunikasi data
dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan GPRS, di mana GPRS hanya mampu melakukan
pengiriman data dengan kecepatan sekitar 25 Kbps. Begitu juga bila dibandingkan platform lain,
kemampuan EDGE mencapai 3-4 kali kecepatan akses jalur kabel telepon (biasanya sekitar 30-
40 kbps) dan hampir 2 kali lipat kecepatan CDMA 2000 1x yang hanya sekitar 70-80 kbps.
Tentang layanan yang diberikan teknologi ini, yakni berbagai aplikasi layanan generasi ketiga
yakni ausio streaming kualitas tinggi, video streaming, permainan on line, high speed download.

Pengimplementasian EDGE

Seperti namanya, EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution), adalah teknologi yang
dikembangkan dengan teknologi dasar GSM dan GPRS. Sebuah sistem EDGE dikembangkan
dengan tetap menggunakan perangkat yang terdapat pada jaringan GSM/GPRS. Jadi EDGE tidak
bisa sendiri. Sebuah sistem GPRS terdiri dari SGSN (Serving GPRS Support Node) dan GGSN
(Gateway GPRS Support Node), yang merupakan jaringan corenya, yang ditambahkan pada
sebuah jaringan GSM sebelumnya. Sedangkan pada sisi radionya, jaringan GPRS membutuhkan
penambahan PCU pada perangkat radio jaringan GSM sebelumnya. Gambar di bawah ini
menunjukan diagram jaringan GPRS secara umum.

Pengimplementasian EDGE pada jaringan existing GPRS hanya memerlukan penambahan pada
sisi radio aksesnya saja. Sedangkan pada sisi jaringan intinya, EDGE menggunakan perangkat
dan protokol yang sama dengan yang digunakan pada jaringan GPRS sebelumnya. Perbedaan
jaringan GPRS dan EDGE hanya terdapat pada sisi radio akssnya saja, sedangkan pada sisi
jaringan intinya, EDGE dan GPRS menggunakan piranti dan protokol yang sama. Sebuah
jaringan GPRS dapat diupgrade menjadi sebuah jaringan dengan sistem EDGE hanya dengan
menambahkan sebuah EDGE Transceivier Unit (TRU) pada sisi radio aksesnya.
Proses Kecepatan EDGE

EDGE adalah sebuah cara untuk meningkatkan kecepatan data pada pranala radio GSM. Dengan
menggunakan teknik modulasi dan skema pengkodean yang berbeda dengan sistem GPRS
sebelumnya, serta dengan melakukan pengaturan pada pranala protokol radionya, EDGE
menawarkan kapasitas yang secara signifikan jauh lebih besar dari yang dimiliki oleh system
GPRS. Jadi secara umum ada tiga aspek teknik baru pada EDGE jika kita bandingkan dengan
GPRS, yaitu

– Teknik Modulasi
– Teknik Coding
– Radio Access Network (RAN)

Modulasi Pada EDGE

Untuk mendapatkan kecepatan transfer yang lebih tinggi dari GPRS yang menggunakan
modulasi GMSK (Gausian Minimum Shift Keying), EDGE menggunakan teknik modulasi yang
berbeda dengan GPRS yaitu 8PSK (8-Phase Shif Keying). Gambar dibawah ini menunjukan
visualisasi dari modulasi GMSK pada GPRS dan 8PSSK pada EDGE yang digambarkan pasa
sebuah diagram I/Q, dimana I adalah sumbu real dan Q adalah sumbu imajiner.

Dengan menggunakan modulasi 8PSK, sebuah symbol dikodekan dengan menggunakan 3 bit,
sedangkan pada GMSK sebuah symbol dikodekan dengan 1 bit. Karena GMSK dan 8PSK
mempunyai simbol tingkat yang sama, yaitu sebesar 270 ksimbol/s, maka secara keseluruhan
tingkat modulasi pada 8PSK akan menjadi 3 kali lebih besar daripada GMSK, yaitu sebesar 810
kb/s.

Berdasarkan penjelasandi atas, jarak antar simbol pada 8PSK adalah lebih pendek daripada jarak
antar simbol pada GMSK, karena dalam 8PSK ad 8 simbol sedengkan pada GMSK hanya ada 2
simbol. Makin pendek jarak antar simbol mengakibatkan besar tingkat sinyal antar satu simbol
dengan simbol lainnya lebih sulit untuk dibedakan. Sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan
lebih besar.
Pada kondisi sinyal radio yang cukup baik, perbedaan jarak antar simbol ini tidak terlalu
berpengaruh terhadap kualitas data yang dikirim. Pada saat kondisi sinyal radio yang buruk,
maka diperlukan penambahan ekstra bit yang akan digunakan sebagai sebagai koreksi kesalahan,
sehingga data yang salah diterima dapat diperbaiki. Sehingga kualitas data pada EDGE tidak
kalah dengan kualitas data pada GPRS yang menggunakan MPSK. Lagi pula, dalam EDGE juga
digunakan modulasi MPSK yang digunakan pada CS1 sampai dengan CS4 – nya, dan juga
dalam EDGE ada proses “penyesuaian paket” yang dapat merubah jenis CS yang digunakan bila
terjadi kesalahan pada data yang dikirim.

Teknik Pengkodean Pada EDGE

Pada EDGE dikenal 9 macam teknik pengkodean, yaitu MCS (Modulation Coding Scheme ) 1
sampai dengan MCS9. Sedangkan pada GPRS hanya digunakan 4 buah teknik pengkodean, yaitu
CS (coding Scheme) 1 sampai dengan SC4. Empat teknik pengkodean pertama pada EDGE,
MCS1 sampai dengan MCS4, menggunakan modulasi GMSK, sama seperti yang digunakan
pada GPRS. Sedangkan 5 teknik pengkodean lainnya, MCS5 sampai dengan MCS9,
menggunakan modulasi 8PSK.

Baik pada GPRS ataupun EDGE, tingkatan skema pengkodean yang lebih tinggi menawarkan
kecepatan data yang lebih tinggi pula tapi di samping itu, makin tingggi tingkatan skema
pengkodeannya, maka ketahanannya terhadap kesalahan makin rendah. Artinya, makin tinggi
kecepatan paket data, maka makin mudah paket data itu mengalami kesalahan dalam
pengirimannya. Hal ini karena, makin tinggi tingkatan skema pengkodeannya, maka tingkatan
mekanisme “koreksi kesalahan” yang digunakan makin rendah.

Walaupun MCS1 sampai dengan MCS4 pada EGDE sama-sama menggunakan modulasi GMSK
seperti CS1 sampai dengan CS4 pada GPRS, tetapi keduanya memiliki kecepatan yang berbeda.
Hal ini karena adanya penggunaan header yang berbeda. Pada EDGE, paket datanya
mengandung header yang memungkinkan dilakukannya resegmentasi paket data. Artinya,
apabila suatu paket data dikirimkan dengan menggunakan tingkat skema pengkodean yang tinggi
(kecepatan lebih tinggi, koreksi kesalahan kurang) dan data tidak diterima dengan baik pada sisi
penerima.
Setelah dilakukan permintaan pengiriman ulang (retransmisi) paket data yang salah terima itu,
pada pengiriman selanjutnya, skema pengkodean yang digunakan dapat diganti dan disesuaikan
dengan kondisi antarmuka radio. Artinya, pada pengiriman selanjutnya, packet data akan
dikirimkan dengan menggunakan skema pengkodean yang lebih rendah, yang memiliki
mekanisme koreksi kesalahan yang lebih baik. Sehingga diharapkan pada pengiriman kedua ini
data dapat diterima dengan baik di sisi penerima.

Berbeda dengan GPRS, resegmentasi paket data ini tidak dapat dilakukan. Sehingga apabila
suatu paket data telah dikirim dengan menggunakan suatu skema pengkodean tertentu. Maka
walaupun data diterima salah di sisi penerima, pada saat pengiriman berikutnya,data tetap akan
dikirim dengan menggunakan skema pengkodean yang sama. Sehingga kemungkinan paket data
itu salah diterima di sisi penerima masih sama besar dengan sewaktu pengiriman pertama.
Dengan demikian dapat dicapai keseimbangan antara kecepatan transfer dan kualitas data yang
ditransfer.

Perkembangan Teknologi EDGE Di Indonesia Dan Perkembangannya pada Masa Depan

Di Indonesia, teknologi EDGE sudah berkembang selama beberapa tahun sejak tahun terakhir
EDGE. Perkembangan teknologi GSM di Indonesia bergulir secara pesat dimulai dengan
penggelaran secara serempak dual band (GSM 900 dan 1800) dan dilanjutkan penggelaran GPRS
secara serempak, telah berhasil menghantar industri memasuki fase 2,5 secara tidak terasa.
Belum lama teknologi 2,5G bergulir, lahirlah teknologi 3G yang membawa revolusi dalam
teknologi seluler Indonesia. Beberapa provider di Indonesia, seperti Indosat, Telkomsel, dan
Excelcomindo berlomba- lomba menciptakan inovasi baru dengan mengusung teknologi 3G.
Banyak masyarakat indonesia terutama bagi mereka yang tinggal di kota besar deperti Jakarta,
Bandung, Medan, dan Surabaya yang menggunakan berbagai layanan 3G yang tersedia seperti
panggilan video, download content, akses internet kecepatan tinggi, dll.

Setelah kurang lebih 2 tahun diperkenalkan 3G di Indonesia sekarang sudah muncul evolusi dari
3G yang dikenal dengan nama HSDPA atau 3,5G. HSDPA atau High Speed Downlink Packet
Access merupakan teknologi yang berjalan pada platform 3G pada channel baru yang disebut
High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH). Dengan HDSPA, kecepatan downlink
secara teori dapat mencapai 3,6 Mbps bandingkan dengan 3G yang hanya mencapai 384 Kbps.
Karena masih berjalan pada platform 3G namun dengan kecepatan melampaui kecepatan 3G
standar maka teknologi ini disebut juga sebagai 3,5G. Sebenernya perkembangan teknologi
HSDPA pada 3G hampir mirip dengan perkembangan teknologi EDGE atau Enhanced GPRS
(EGPRS) pada GPRS. Perlu diketahui, EDGE memiliki kecepatan downlink mencapai 236 Kbps,
cukup cepat jika dibandingkan dengan GPRS standar yang memiliki kecepatan sekitar 50 Kbps.
Karena hal tersebut pula teknologi EDGE atau EGPRS juga dikenal dengan nama teknologi
2,75G.

Anda mungkin juga menyukai