Teknologi Beton
Teknologi Beton
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton seiring perkembangannya dalam hal konstruksi bangunan sering digunakan
sebagai struktur, dan dapat digunakan untuk hal yang lainnya. Banyak hal yang dapat
dilakukan dengan beton dalam bangunan, contohnya dalam struktur beton yang terdiri
dari balok, kolom,pondasi atau pelat. Selain itu dalam hal bangunan airpun beton dapat
digunakan untuk membuat saluran, drainase, bendung, atau bendungan. Bahkan dalam
bidang jalan raya dan jembatan beton dapat digunakan untuk membuat jembatan, goronggorong atau yang lainnya. Jadi, hampir semua itu banyak yang memanfaatkan beton.
Karena beton mempunyai karakteristik yang cocok untuk hal infrakstruktur
pembangunan.
Untuk lebih mengenal karakteristik beton, itu diperlukan pemahamannya tentang
beton. Hal ini berguna untuk agar dalam pengerjaannya beton dapat digunakan sesuai
dengan ketentuan dan efektifnya suatu beton dari awal proses hingga akhirnya.
Seiring kemajuan teknologi, hal ini pula memperbaiki kendala-kendala
pengerjaan beton dan juga banyak inovasi beton untuk pengerjaan struktur. Sehingga
pemanfaatan beton tersebut semakin lebih baik dalam struktur bangunan dan yang
lainnya.
B. Ruang Lingkup Materi
Materi yang akan dibahas dalam makalah ini meliputi tentang TEKNOLOGI
BETON , yang mencakup tentang bahan penyusun beton, proses pembetonan, syaratsyarat dalam memenuhi pembetonan, pengaruh terhadap beberapa faktor, dan proses
akhir dalam pembetonan.
TEKNOLOGI BETON
BAB II
SEMEN
A. Uraian Umum
Beton tersusun dari bahan penyusun utama yaitu semen, agregat, dan air. Jika
diperlukan biasanya dipakai bahan tambahan (admixture).
Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Semen berfungsi sebagai perekat agregat dan juga sebagai
bahan pengisi.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1% - 2%, pasta semen
(semen air) sekitar 25% - 40%, dan agregat (agregat halus dan agregat kasar) sekitar 60%
- 75%. Untuk mendapatkan hasil yang baik dari kekuatan, sifat, dan karakteristik dari
masing-masing penyusun tersebut perlu dipelajari.
B. Jenis Semen
Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Semen non-hidrolik
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama adalah kapur.
2. Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras
didalam air. Contoh :
1) Kapur hidrolik, sebagian besar (65%-75%) bahan kapur hidrolik terbuat dari batu
gamping, yaitu kalsium karbonat berserta bahan pengikutnya berupa silika,
alumina, magnesia, dan oksida besi.
2) Semen pozollan, sejenis bahan yang mengandung silisium atau aluminium, yang
tidak mempunyai sifat penyemenan. Butirannya halus dan dapat bereaksi dengan
kalsium hidroksida pada suhu ruang serta membentuk senyawa-senyawa yang
mempunyai sifat-sifat semen.
3) Semen terak, semen hidrolik yang sebagian besar terdiri dari suatu campuran
seragam serta kuat dari terak tanur kapur tinggi dan kapur tohor. Sekitar 60%
beratnya berasal terak tanur tinggi. Campuran ini biasanya tidak dibakar. Jenis
semen terak ada dua yaitu: a. bahan yang dapat digunakan sebagai kombinasi
portland cement dalam pembuatan beton dan sebagai kombinasi kapur dalam
TEKNOLOGI BETON
TEKNOLOGI BETON
D. Penyimpanan Semen
Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara
penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989:13) yaitu :
1. Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar.
2. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah
dan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain.
3. Semen dari jenis berbeda harus dikelompokan sedemikian rupa untuk mencegah
kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan yang lainnya. Urutan
penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang terpakai
lebih dahulu.
4. Semen curah harus disimpan didalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus
terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Apabila semen telah
disimpan terlalu lama, perlu dibuktikan dulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat
sebelum dipakai.
5. Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak semen
adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang dinding dan semen
sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan semen sekitar 30 cm.
BAB III
TEKNOLOGI BETON
AIR
A. Uraian Umum
Air dalam membuat beton adalah untuk memicu proses kimiawi dari semen,
membasahi agregat dan memberikan pekerjaan yang mudah dalam pekerjaan beton.
Dalam hal pekerjaan beton senyawa yang terkandung dalam air akan mempengaruhi
kualitas beton untuk itu diperlukan standard yang baik untuk kualitas air. Selain itu air
dan semen akan terjadi reaksi kimia maka diperlukan perbandingan/ faktor air semen
yang baik yang akan menghasilkan kualitas beton yang baik.
B. Sumber-sumber Air
1. Air yang terdapat di udara
2. Air hujan
3. Air tanah
4. Air permukaan
5. Air laut
Beton prategang
Beton bertulang yang terpapar
lingkungan klorida selama masa
layannya
Beton bertulang yang dalam
kondisi kering atau terlindung dari
air
selama masa layannya
Konstruksi beton bertulang lainnya
1,00
0,30
3. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan
berikut terpenuhi:
a. Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama.Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari
pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat
diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji
kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air
pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk
mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50
mm) (ASTM C 109 ).
D. Syarat Mutu Air Menurut British Standard (BS.3148-80)
Berikut ini adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh air yang akan digunakan sebagai
campuran beton. Jika ketentuan-ketentuan di bawah ini tidak terpenuhi, sebaiknya air
tidak digunakan untuk membuat campuran beton. Syarat-syarat tersebut antara lain:
1. Garam-garam anorganik
Konsetrasi garam-garam tersebut hingga 500 ppm dalam campuran beton
masih diijinkan.
2. NaCl dan Sulfat
Konsentrasi NaCl atau garam dapur sebesar 20000 ppm pada umumnya masih
diijinkan.
3. Air asam
Penggunaan air dengan pH diatas 3,00 harus dihindarkan.
4. Air biasa
TEKNOLOGI BETON
Konsetrasi basa lebih tinggi dari 0,5% berat semen akan mempengaruhi
kekuatan beton.
5. Air gula
Apabila kadar gula dalam campuran dinaikkan hingga mencapai 0,2% dari
berat semen, maka waktu pengikatan biasanya akan semakin cepat. Gula sebanyak
0,25% akan mempengaruhi kekuatan beton
6. Minyak
Minyak mineral atau minyak tanah dengan kosentrasi lebih dari 2% berat
semen dapat mengurangi kekuatan beton hingga 20%.
7. Rumput laut
Rumput laut yang tercampur dalam air campuran beton. Dapat menyebabkan
berkurangnya kekuatan beton secara signifikan.
8. Zat-zat organik, lanau dan bahan-bahan terapung
Kira-kira 2000 ppm lempung yang terapung atau bahan-bahan halus yang
berasal dari batuan diijinkan dalam campuran
9. Pencemaran limbah industri atau air limbah
Air yang tercemar limbah sebelum dipakai harus dianalisis kandungan
pengotornya dan diuji untuk mengetahui pengikatannya dan kekuatan tekan betonnya.
F. Analisis Kimia
TEKNOLOGI BETON
1. Sulfat (SO4)
Diperiksa dengan cara gravimetri, yaitu di endapkan sebagai (BaSO 4). Atau
dengan cara titrasi dan turdibimetri.
2. Magnesium (Mg++)
Dintentukan dengan metode complexsimetri dengan BDTA n/28.
3. Amonium (NH4)
Pengujiannya dilakukan dengan cara menambahkan reagen nessler. Warna
yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan warna standar.
4. Magnesium (Cl-)
Pengujian dilakukan dengan cara titrasi AgNO4 n/10. Indikator yang
digunakan adalah indikator chormat (cara mohr).
5. pH
Pengujian dengan menggunakan kertas lakmus (PH-meter).
6. Karbondioksida (CO2)
Menurut Heyer pengujian dilakukan dengan cara melarutkan kapur.
BAB IV
AGREGAT
TEKNOLOGI BETON
A. Uraian Umum
Agregat dalam fungsinya hanya sebagai pengisi akan tetapi hal ini justru penting
karena agregat akan menentukan sifat motar suatu beton. Agregat biasanya dibedakan
menjadi dua agregat kasar contohnya kerikil dan agregat halus contohnya pasir.
B. Batuan
Batuan dalam penggunaannya di pekerjaan teknik sipil, dapat dibedakan menjadi
dua :
1. Geologis : batuan sebagai mineral, yang terbentuk melalui proses terbentuknya
batuan
2. Geoteknik : batuan sebagai mineral yang diatasnya, di dalamnya, atau dengannya
dapat dibangun berbagai macam konstruksi.
Jika dilihat dari proses terbentuknya, batuan sebagai mineral dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu :
a. Batuan beku (Magma)
Dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Batuan beku instrusif (batuan beku yang membeku di bawah permukaan bumi)
b. Batuan sedimen
Batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
c. Batuan metamorf
Batuan metamorf terjadi karena proses metamorphosis, yaitu perubahan yang
dialami oleh batuan karena perubahan temperature dan tekanan. Kita dapat
membedakan proses metamorphosis menjadi dua jenis, yaitu :
TEKNOLOGI BETON
1) Metamorfosis regional
2) Metamorfosis kontak
C. Agregat di Indonesia
1. Geografi, Geologi, dan Iklim
Indonesia mempunyai geografi, geologi, iklim panas, dan basah yang berganti
sepanjang tahun. Hal tersebut membuat batu batuannya mengalami pelapukan
dengan derajat yang bergantung pada jenis batu batuan, iklim, derajat erosi,
exposure, dan lainnya. Pengaruh yang paling besar berasal dari iklim setempat.
Semakin panas atau semakin dingin iklim setempat, semakin besar pula derajat
pelapukan yang akan mengakibatkan dekomposisi dari batuan. Produk akhir dari
pelapukan adalah tanah residual.
2. Karakteristik agregat
Agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat yang berasal
dari alam dan agregat buatan (artificial aggregates). Contoh agregat yang berasal dari
alam adalah pasir alami dan kerikil, sedangkan contoh agregat buatan adalah agregat
yang berasal dari stone crusher, hasil residu terak tanur tinggi (blast furnace slag),
pecahan genteng, pecahan beton, fly ash dari residu PLTU, extended shale, expanded
slag, dan lainnya.
Interaksi antara iklim setempat dan geologinya akan menghasilkan tiga
macam jenis quarry, yaitu sumber daya alam dari batu-batuan (deposits), yang
dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Quarry batu-batuan dari bedrock
b. Pasir sungai dan batu-batuan yang digali
c. Pasir dari pesisir pantai dan sumur-sumur yang mengandung pasir dan batubatuan
TEKNOLOGI BETON
E. Jenis Agregat
TEKNOLOGI BETON
F. Kekuatan Agregat
1. Faktor yang mempengaruhi kekuatan agregat
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar. Misalnya,
kekerasan atau kekuatan butir butir agregat tergantung dari bahannya dan tidak
dipengaruhi oleh lekatan antara butir satu dengan lainnya. Butiran yang lemah dan
TEKNOLOGI BETON
lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika ketahanan terhadap abrasi yang kuat
diperlukan.
2. Cara pengujian kekuatan agregat
Untuk menguji kekuatan agregat dapat menggunakan bejana Rudelloff
ataupun Los Angeles Test.
5. Ketahanan kimia
Pada umumnya beton tidak tahan terhadap serangan kimia. Yang biasa
dijumpai yang menyerang terhadap beton yaitu serangan alkali dan serangan sulfat.
6. Kekekalan
Kekekalan agregat dapat diuji dengan menggunakan larutan kimia untuk
memeriksa reaksinya pada agregat (PB 89, 1990).
7. Perubahan volume
Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan perubahan dalam
volume adalah kombinasi reaksi kimia antar semen dengan air seiring dengan
mengeringnya beton.
8. Karakteristik panas (sifat thermal agregat)
Karakteristik panas dari agregat akan sangat mempengaruhi keawetan dan
kualitas dari beton. Sifat utamanya adalah koefisien muai, panas jenis, dan penghantar
panas.
9. Bahan-bahan lain yang mengganggu
Bahan bahan yang mengganggu adalah bahan yang menyebabkan
terganggunya proses pengikatan pada beton serta pengerasan betonnya, alkali dan
sulfat, bahan padat yang menetap, bahan bahan organik dan humus.
J. Penyimpanan Agregat
1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatangannya sampai pengambilan
kembali.
2. Agregat harus ditimbun di atas bak bak berlantai jika volumenya di bawah 10
meter kubik. Jika besar, sebaiknya dibuatkan landasan menggunakan land concrete
campuran 1:3:5 agar tidak tercampur saat pengambilan.
3. Jika agregat yang ditimbun dalam keadaan kering, terutama yang ditimbun di stock
field, sebaiknya agregat disiram dengan menggunakan sprinkle (slang air).
4. Agregat diuji berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol kualitas bahan.
K. Agregat Jenis Lain dan untuk Hal-hal Khusus
1. Agregat jenis lainnya
Terdiri dari batu pecah, pecahan batu atau genteng, tanah liat bakar, herculite
atau haydite, agregat abu terbang (sintered fly ash aggregates), dan benda limbah
padat buangan.
2. Agregat untuk hal-hal khusus
Untuk bahan yang harus kuat dan awet, agregat yang digunakan adalah
corundum sintetik (Al2O3) dengan berat isi murni 3.1 3.2 kg/dm3. Selain itu, dapat
juga digunakan jenis agregat lain yang keras seperti batu alam misalnya basalt, terak
tanur tinggi, jenis jenis logam.
BAB V
BAHAN TAMBAHAN
A. Uraian Umum
TEKNOLOGI BETON
TEKNOLOGI BETON
7. Kerak tungku pijar yang diperhalus yang digunakan sebagai bahan tambahan harus
memenuhi Spesifikasi untuk kerak tungku pijar yang diperhalus untuk digunakan
pada beton dan mortar(ASTM C 989).
8. Bahan tambahan yang digunakan pada beton yang mengandung semen ekpansif
(ASTM C 845) harus cocok dengan semen yang digunakan tersebut dan
menghasilkan pengaruh yang tidak merugikan.
9. Silica fume yang digunakan sebagai bahan tambahan harus sesuai dengan Spesifikasi
untuk silica fume untuk digunakan pada beton dan mortar semen-hidrolis (ASTM C
1240).
F. Jenis Bahan Tambah
Secara umum bahan tambah yang digunakan beton dapat dibedakan menjadi dua yaitu
bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat
mineral (additive).
1. Bahan tambah kimia
Menurut standar ASTM. C.494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989
(Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah dibedakan menjadi tujuh tipe
bahan tambah.
a. Tipe A Water-Reducing Admixtures
Water-Reducing Admixtures adalah bahan tambah yang mengurangi air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Water-Reducing Admixtures digunakan antara lain untuk dengan tidak
mengurangi kadar air semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan nilai
perbandingan atau rasio faktor air semen (wer) yang rendah.
Bahan tambah pengurang air dapat berasal dari bahan organic ataupun campuran
anorganik untuk beton tanpa udara (non-air-entrained) atau dengan udara dalam hal
mengurangi kandungan air campuran. Selain itu bahan tambah ini dapat digunakan
untuk memodifikasi waktu pengikatan beton atau mortar sebagai dampak perubahan
faktor air semen. Komposisi dari campuran bahan tambah ini diklasifikasikan secara
umum menjadi 5 kelas :
1)
2)
3)
4)
5)
Ini adalah produk bahan tambah yang baru yang dapat menghasilkan kekuatan
tekan beton yang tinggi sekitar 15.000 psi (1.000psi = 6,9 Mpa) atau lebih, dan
kekuatan belah tariknya sekitar 1.500 Psi atau lebih. Beton dengan kekuatan tinggi
ini biasanya diproduksi dengan menggunakan polimer dengan cara:
1) Memodifikasi sifat beton dengan mengurangi air dilapangan atau
2) Menjenuhkan dan memancarkannya pada temperature yang sangat tinggi di
laboratorium.
d. Bahan pembantu untuk mengeraskan permukaan beton (hardener concrete)
Permukaan beton yang harus menanggung beban-beban yang berat dan hidup
serta selalu dalam keadaan berputar atau berpindah-pindah, seperti lantai untuk
bengkel-bengkel alat-alat berat (heavy equipment), dan lainnya. Pembebanan ini
akan menyebabkan pengausan pada permukaan beton, yang seiring dengan
bertambahnya waktu akan menyebabkan rusaknya permukaan beton tersebut. Untuk
menghindari hal ini dapat digunakan dua jenis bahan untuk mengeraskan beton,
yaitu:
1) Agregat beton terbuat dari bahan kimia, dan
2) Agregat metalik, terdiri dari butiran-butiran yang halus.
e. Bahan pembantu kedap air (water proofing)
Jika beton terletak di dalam air atau berada di dekat permukaan air tanah
(misalnya beton yang digunakan pada pembuatan tunnel) maka beton tersebut tidak
boleh mengalami rembesan sehingga harus diusahakan agar kedap air. Salah satu
bahan yang dapat digunakan adalah bahan yang mempunyai partikel-partikel halus
dan gradasi yang menerus dalam pencampuran beton. Bahan-bahan semacam itu
akan mengurangi permeabilitas air.
Penuangan beton segar di atas permukaan beton lama sering mengalami kesulitan
dalam pengikatan (penyatuaanya). Untuk mengatasinya, perlu ditambahkan suatu
bahan tambah agar terjadi ikatan yang menyatu antara permukaan yang lama dengan
permukaan yang baru jenis bahan tambah tersebut biasanya disebut bonding agent
yang merupakan larutan polimer.
G. Bahan Tambah Kimia menurut Draft Pedoman Beton 1989
1. Syarat umum mutu bahan tambah
a. Beton yang pembuatannya menggunakan jenis jenis bahan tambah harus
memenuhi ASTM C.494, Standard Spesification for Chemical Admixtures for
Concrete.
b. Produsen bahan tambah harus menyatakan secara tertulis bahwa bahan yang
disediakan untuk suatu pekerjaan beton adalah sama dengan bahan yang diujikan
antuk memenuhi persyaratan mutu.
c. Produsen bahan tambah yang akan dipakai untuk beton pra tekan harus
menyatakan secara tertulis kadar klorida di dalam bahan tambah tersebut dan
kadar klorida yang sudah ditambahkan selama pembuatannya.
TEKNOLOGI BETON
c. Residu pengeringan di dalam oven, bila diuji dengan cara dan ketentuan dalam
ASTM C.494, variasinya antara lain contoh awal dengan contoh yang diambil
dari lot harus berada pada batas variasi dimana 5% untuk bahan tambah cair dan
4% untuk bahan tambah non cair.
d. Berat jenis untuk bahan tambah cair perbedaan untuk contoh awal dengan air
suling dan dengan contoh dari lot tidak boleh lebih besar dari 10%.
BAB VI
BETON
A. Uraian Umum
Secara umum kita melihat bahwa pertumbuhan atau perkembangan industry
konstruksi di Indonesia cukup pesat. Hampir 60% material yang digunakan dalam
pekerjaan konstruksi adalah beton (concrete), yang pada umumnya dipadukan dengan
baja (composite) atau jenis lainnya.
TEKNOLOGI BETON
Agar dapat merancang kekuatannya dengan baik, artinya dapat memenuhi kriteria
aspek ekonomi yaitu rendah dalam biaya dan memenuhi aspek teknik yaitu memenuhi
kekuatan struktur. Sehingga perancangan beton harus memenuhi kriteria perancangan
standar yang berlaku.
B. Terminologi
Menurut Pedoman Beton 1989, beton didefinisikan sebagai campuran semen
portland atau sembarang semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air
dengan atau tanpa menggunakan bahan tambahan. Macam dan jenis beton menurut bahan
pembentukannya adalah beton normal, bertulang, pra tekan, beton ringan, beton tanpa
tulangan, dan beton fiber.
C. Umur Beton
Kekuatan tekan beton akan bertanbah dengan naiknya umur beton. Kekuatan
beton akan naiknya secara cepat (linier) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu
kenaikannya akan kecil. Biasanya kekuatan tekan rencana beton dihitung pada umur 28
hari.
Kelebihan
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi.
b. Mampu memikul beban yang berat
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi
d. Biaya pemeliharaan yang kecil
2.
Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
c. Berat
TEKNOLOGI BETON
fck
: kekuatan tekan beton yang didapatkan dari hasil uji kubus 150 mm atau dari
silinder dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm (MPa)
fc
fcr
: kekuatan tekan beton rata rata yang dibutuhkan, sebagai dasar pemilihan
perancangan campuran beton (MPa)
S
Kriteria penerimaan beton harus sesuai dengan standar yang berlaku. Menurut
Standar Nasional Indonesia, kuat tekan harus memenuhi 0.85 fc untuk kuat tekan rata
rata dua silinder dan memenuhi fc + 0.82 s untuk rata rata empat buah benda uji yang
berpasangan. Jika tidak memenuhio, maka diuji mengikuti ketentuan selanjutnya.
TEKNOLOGI BETON
2.
3.
Komposisi kimia
Komposisi kimia semen akan menyebabkan perbedaan dari sifat sifat
semen, secara tidak langsung akan menyebabkan perbedaan naiknya kekuatan
dari beton yang akan dibuat.
TEKNOLOGI BETON
2.
Metode pencampuran
a. Penentuan proporsi bahan (mix design)
Proporsi campuran dari bahan-bahan penyusun beton ini ditentukan
melalui perancangan beton (mix design). Hal ini dimaksudkan agar proporsi
dari campuran dapat memenuhi syarat kekuatan serta dapat memenuhi aspek
ekonomis. Metode perancangan ini pada dasarnya menentukan komposisi dari
bahan-bahan penyusun beton untuk kinerja tertentu yang diharapkan.
Penentuan proporsi campuran dapat digunakan dengan beberapa metode yang
dikenal, antara lain :
1) Metode American Concrete Institute
2) Portland Cement Association
3) Road Note No. 4
4) British Standard, Department of Engineering
5) Departemen Pekerjaan Umum (SK.SNI.T-15-1990-03)
6) Cara coba-coba
b. Metode pencampuran (mixing)
Metode pencampuran dari beton diperlukan untuk mendapatkan
kelecakan yang baik sehingga beton dapat dengan mudah dikerjakan.
Kemudahan pengerjaan atau workability pada pekerjaan beton didefinisikan
sebagai kemudahan untuk dikerjakan, dituangkan dan dipadatakan serta
bentuk dalam acuan. Kemudahan pengerjaan ini diindikasikan melalui slump
test; semakin tinggi nilai slump, semakin mudah untuk dikerjakan. Namun
TEKNOLOGI BETON
demikian nilai dari slump ini harus dibatasi. Nilai slump yang terlalu tinggi
akan membuat beton kropos setelah mengeras Karen air yang terjebak
dalamnya menguap.
Metode pengadukan atau pencampuran beton akan menentukan sifat
kekuatan beton dari beton, walaupun rencana campuran baik dan syarat mutu
bahan telah terpenuhi. Pengadukan yang tidak baik akan menyebabkan
terjadinya bleeding, dan hal-hal lain yang tidak dikehendaki
c. Pengecoran (placing)
Metode pengecoran akan mempengaruhi kekuatan beton. Jika syaratsyarat pengecoran tidak terpenuhi, kemungkinan besar kekuatan tekan yang
direncanakan tidak akan tercapai.
d. Pemadatan
Pemadatan yang tidak baik akan menyebabkan menurunnya kekuatan beton,
karena tidak terjadinya pencampuran bahan yang homogeny. Pemadatan yang
berlebih pun akan menyebabkan terjadinya bleeding. Pemadatan harus
dilakukan sesuai dengan syarat mutu. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
melihat manual pemadat yang digunakan sehingga pemadatan pada campuran
beton dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
3.
Perawatan
Perawatan dimaksudkan untuk menghindari panas hidrasi yang tidak
diinginkan, terutama disebabkan oleh suhu. Cara, bahan, dan alat yang digunakan
untuk perawatan akan menentukan sifat dari beton keras yang dibuat, terutama
dari sisi kekuatannya. Waktu waktu yang dibutuhkan umtuk merawat beton pun
harus terjadwal dengan baik.
4.
b. Kadar air
c. Suhu contoh
d. Keadaan permukaan landasan
e. Cara pembebanan.
Kuat Tekan
Tabel 6.1 Rasio Kuat Tekan SilinderKubus
2.
Kemudahan Pengerjaan
3.
Rangkak Susut
TEKNOLOGI BETON
J. Kinerja Beton
Kinerja beton dipengaruhi oleh sifat-sifat dan karakteristik material penyusun
beton. Sehingga kinerja beton harus disesuaikan dengan kategori bangunan yang dibuat.
ASTM membagi menjadi tiga kategori yaitu : rumah tinggal, perumahan, dan struktur
yang menggunakan beton tinggi.
Menurut SNI T.15-1990-03 beton yang digunakan pada rumah tinggal atau untuk
penggunaan beton dengan kekuatan tekan tidak melebihi 10 MPa boleh menggunakan
campuran 1 semen: 2 pasir: 3 batu pecah/ kerikil dengan slump untuk mengukur
kemudahan pengerjaanya tidak lebih dari 100 mm. Pengerjaan beton dengan kekuatan
tekan hingga 20 MPa boleh menggunakan penakaran volume, tetapi pengerjaan beton
dengan kekuatan tekan lebih besar dari 20 MPa harus menggunakan campuran berat.
Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah (STP 169C,
Concrete and concrete-making materials) :
TEKNOLOGI BETON
1. Memenuhi kriteria konstruksi yaitu dapat dengan mudah dikerjakan dan dibentuk
serta mempunyai nilai ekonomis.
2. Kekuatan tekan.
3. Durabilitas atau keawetan.
TEKNOLOGI BETON
BAB VII
KEBUTUHAN PENYELIDIKAN
A. Uraian Umum
Penyelidikan terhadap bahan bahan penyusun beton dilakukan untuk memahami
sifat dan karakteristik bahan bahan tersebut serta untuk menganalisis dampaknya
terhadap sifat dan karakteristik beton yang dihasilkan, baik beton segar, beton muda,
ataupun beton yang sudah mengeras.
Penyelidikan bahan ini meliputi penyelidikan bahan semen, air, agregat halus,
agregat kasar ataupun penyelidikan bahan tambah. Beberapa standard dapat diadopsi dari
prosedur standard untuk penyelidikan bahan-bahan tersebut, seperti SNI, ASTM, ACI,
dan sebagainya.
TEKNOLOGI BETON
B. Proses Penyelidikan
Proses penyelidikan dalam pekerjaan beton meliputi semua tahapan yang dimulai
dari penyelidikan dan pencarian sumber material, pengambilan contoh uji (sampel),
pengujian bahan, perancangan komposisi, pengadukan, pengambilan contoh uji beton
segar, perawatan, dan pengujian beton keras.
C. Prosedur Standard
1. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Menurut Standar Nasional Indonesia, pengujian bahan tertuang dalam Pedoman
Beton 1989 (draft konsesus) mengenai persyaratan pelaksanaan konstruksi. Ketentuan
yang sudah dibakukan dan menjadi syarat standar, antara lain :
a. Semen, air, dan agregat harus memenuhi ketentuan dalam SK.SNI.S-04-1989-F
spesifikasi bahan bangunan bagian A (bahan bangunan bukan logam) meliputi
spesifikasi tentang perekat hidrolis, air, dan agregat sebagai bahan bangunan.
b. Metode perancangan dalam pembuatan beton harus mengikuti tata cara yang
disyaratkan dalam SK.SNI.T-15-1990-03 untuk perancangan campuran beton
normal.
c. Setelah komposisi bahan penyusun beton didapatkan, maka tahapan pengadukan
dan pengecorannya juga harus mengikuti SK.SNI.T-28-1991-03 tentang tata cara
pengadukan dan pengecoran beton.
ASTM
Standard
C.172
C.183
C.702
C.311
C.823
D.75
TEKNOLOGI BETON
Method for Sampling and Testing Calcium Chloride for Roads and
Structural Application
Practice for Random Sampling of Construction Material
Practice for Probability Sampling of Material
Practice foa Choice of Sample Size to Estimate The Average Quality of
a Lot or Process
Practice for Acceptance of Evidence Based on the Result of Probability
Sampling
D.345
D.3665
E.105
E.122
E.141
E. Kualitas Pengujian
Kualitas pengujian sebagai kontrol dalam suatu proses sudah banyak diwujudkan
dalam sebuah standar yang meliputi kontrol terhadap kualitas pengambilan sampel,
pengujian dan evaluasi penerimaan. Selain hal baku tersebut kualitasnya sangat
dipengaruhi oleh system dalam laboratorium itu sendiri.
F. Hirarki Penyelidikan Beton
Secara hirarki penyelidikan dimulai dari saat pengambilan material di sumbernya
(quarry) yang merupakan penyelidikan pendahuluan. Penyelidikan ini dapat dilakukan
dengan pendekatan pendekatan praktis. Setelah dilakukan analisis kelayakan maka
barulah diambil sampel ujinya untuk kebutuhan laboratorium, kemudian dilakukan
penyelidikan. Hasilnya dianalisis dan diberikan suatu rekomendasi untuk tahap pengujian
selanjutnya. Jika kelayakan hasil uji laboratorium didapat, dilakukan tahapan
perancangan komposisi, pengadukan, dan pengambilan sampel uji beton segar serta
pengambilan contoh uji untuk tahap pengujian beton keras.
TEKNOLOGI BETON
BAB VIII
PERANCANGAN CAMPURAN
A. Uraian Umum
Campuran beton merupakan perpaduan dari komposit material penyusunannya.
Karakteristik dan sifat bahan akan mempengaruhi hasil rancangan. Perancangan
campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan bahan
penyusun beton.
B. Kriteria Perencanaan
Kriteria dasar perancangan beton adalah kekuatan tekan dari hubungannya dengan
faktor air semen yang digunakan.Menurut Abram untuk menghasilkan kekuatan yang
tinggi penggunaan air dalam campuran beton harus minimum. Jika air yang digunakan
sedikit akan timbul kesulitan dalam pengerjaan. Pemilihan agregat yang digunakan juga
akan mempengaruhi sifat pengerjaan. Butiran yang besar akan menyebabkan kesulitan,
TEKNOLOGI BETON
terutama karena akan menimbulkan segregasi, jika ini terjadi kemungkinan terbentuknya
rongga-rongga pada saat beton mengeras akan semakin besar.
TEKNOLOGI BETON
Persyaratan kuat tekan didasarkan pada hasil uji kuat tekan silinder. Jika
menggunakan kuat tekan dengan hasil uji kubub yang bersisi 150 mm, maka hasilnya
dikonversi denagn persamaan :
Fc = {0,76 + 0,2 log (fck/15)} * fck
Dimana:
Fc = kuat tekan beton yang disyaratkan, Mpa
Fck = kuat tekan beton, Mpa, dari uji kubus beton bersisi 150
3. Slump
Slump ditetapkan sesuai dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan agar diperoleh
beton yang mudah dituangkan dan dipadatkan atau dapat memenuhi syarat
workability.
4. Besar Butir Agregat Maksimum
Besar butir agregat maksimum dihitung berdasarkan ketentuan:
Seperlima jarak terkecil antar bidang bidang samping cetakan
Seperlima dari tebal plat
Tiga per empat dari jarak bersih minimum diantara batang batang atau
berkas berkas tulangan
TEKNOLOGI BETON
f. Lakukan uji tekan pada umur 28 hari. Jika ingin diketahui hasil yang cepat, uji
kuat tekan dapat dilkukan pada umur 3,7,dan 14 hari.
BAB IX
PENGERJAAN BETON
A. Uraian Umum
Pencampuran bahan bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu
komposisi yang solid dari bahan bahan penyusun berdasarkan rancangan campuran
beton. Agar tetap terjaga konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut dalam
pengolahan beton perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan dilapangan meliputi
persiapan, penakaran, pengadukan (mixing), penuangan atau pengecoran (placing),
pemadatan (vibrating), penyelesaian akhir (finishing), dan perawatan (curing).
B. Persiapan
TEKNOLOGI BETON
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah
(PB, 1989:27) :
1. Semua peralatan untuk pengadukan dan pengangkutan beton harus bersih.
2. Ruang yang akan diisi dengan beton harus bebas dari kotoran kotoran yang
mengganggu.
3. Untuk memudahkan pembukaan acuan, permukaan dalam acuan boleh dilapisi
dengan bahan khusus (lapisan minyak mineral, lapisan bahan kimia (form release
agent), atau lembaran polyurethane.
4. Pasangan dinding beton yang berhubungan langsung dengan beton harus dibasahi air
sampai jenuh.
5. Tulangan harus dalam keadaan bersih dan bebas dari segala lapisan penutup yang
dapat merusak beton atau mengurangi lekatan antara beton dengan tulangan.
6. Air yang terdapat pada ruang yang akan diisi beton harus dibuang, kecuali apabila
penuangan dilakukan dengan tremi atau telah seijin pengawas ahli.
7. Semua kotoran, serpihan beton, dan material lain yang menempel pada pemukaan
beton yang telah mengeras harus dibuang sebelum beton yang baru dituangkan pada
permukaan beton yang telah mengeras tersebut.
C. Penakaran
Beton yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih besar atu sama dengan 20
MPa, proporsi penakarannya harus didasarkan atas penakaran berat. Sedangkan beton
yang mempunyai kekuatan tekan (fc) lebih kecil dari 20 Mpa, proporsi penaklarannya
boleh menggunakan teknik penakaran volume. Tekniknya harus didasarkan atas
penakaran berat yang dikonversikan kedalam penakaran volume untuk setiap campuran
bahan penyusunnya.
D. Pengadukan (Pencampuran)
Secara umum pengadukan dilakukan sampai didapatkan suatu sifat yang plastis
dalam campuran beton segar. Indikasinya adalah warna adukan merata, kelecakan yang
cukup, dan tampak homogen. Selama proses pengadukan, harus dilakukan pendataan
rinci mengenai jumlah batch aduk yang dihasilkan, proporsi material, perkiraan lokasi
dari penuangan akhir pada struktur, dan waktu dan tanggal pengadukan serta penuangan.
TEKNOLOGI BETON
TEKNOLOGI BETON
3.
4.
H. Pemadatan Beton
TEKNOLOGI BETON
Pemadatan dilakukan segera setelah beton dituang. Kebutuhan akan alat pemadat
disesuaikan dengan kapasitas pengecoran dan tingkat kesulitan pengerjaan. Pemadatan
dilakukan sebelum terjadinya setting time pada beton.
kemungkinan terjadinya cracking besar, perlu perawatan pad asaat setting, perlu
pendinginan material, durabilitas berkurang, dan homogenitas berkurang.
M. Tindakan Pencegahan
Tindakan pencegahan dilakukan agar kekuatan dan sifat sifat beton segar dapat
tejaga. Tindakan pencegahan ini meliputi bahan bahan pencampur dan pelaksanaan
pada beton segar.
2.
g. Alat pengecoran, meliputi alat aduk, alat angkut, alat pemadatan, dan alat
finishing.
h. Metode pelaksanaan, meliputi metode penuangan, pemadatan, finishing, dan
metode perawatan.
i.
3.
Pelaksanaan
a. Kontrol kondisi material di stock field, meliputi kecukupan dari material yang
ada disesuaikan dengan kebutuhan beton jadi, kontrol cek dengan hasil uji
laboratorium tentang material penyusun beton.
b. Pengambilan contoh beton segar untuk menguji konsistensi dan kelecakan
(slump test), bleeding, segregasi, ketepatan campuran, dan pembuatan benda
uji.
c. Tindakan perbaikan segera yang meliputi cara perbaikan dan material yang
digunakan.
d. Lingkungan
4.
Quality control
a. Pemeriksaan secara regular material dilapangan atau digudang
b. Pengambilan contoh uji (specimen) secara acak
c. Pendataan lengkap untukj setiap uji contoh
TEKNOLOGI BETON
BAB X
PENGUJIAN BETON
A. Uraian Umum
Pengambilan contoh uji dan pengujian dalam pelaksanaan pekerjaan beton secara
umum dapat dibagi mnjadi tiga kegiatan. Pertama, pengambilan contoh dan pengujian
material penyusun beton. Kedua, pengambilan contoh dan pengujian beton segar dan
pengaruhnya nanti setelah beton mengeras. Ketiga, pengambilan contoh dan pengujian
beton keras. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai kekuatan dari struktur
yang direncanakan dan langkah perbaikan selanjutnya.
B. Pengambilan Contoh Material
1.
Portland Cement
TEKNOLOGI BETON
Agregat
Pengambilan contoh uji dalam agregat pun harus dilakukan secara acak,
namun karena variabilitas sumber agregat yang tinggi maka pengambilan contoh
pun bergantung pada tempat asal agregat.
3.
Air
Contoh air harus mewakili aspek homogenitas. Pelaksanaannya dapat
dilakukan secara regular. Pengujian khusus untuk air jarang dilakukan karena
secara visual kita dapat menentukan layak tidaknya air tersebut.
4.
Bahan tambah
Bahan tambah diuji sesuai dengan manualnya.
C. Pertimbangan Statistik
Dasar dasar statistik yang digunakan untuk perencanaan beton dan materialnya
digunakan untuk mengontrol karakteristik material. Variable nilai statistic yang seringkali
digunakan dalam pekerjaan beton adalah variable mean (rata rata aritmetik) dan standar
deviasi. Rata rata aritmetik digunakan untuk melihat kecenderungan dari data
berdasarkan nilai tengahnya, sedangkan kecenderungan penyimpangan yang diijinkan
dilihat dari standar deviasinya.
D. Pengujian Material
Pengujian material penyusun beton meliputi pengujian terhadap Portland Cement,
air, agregat, dan bahan tambah (admixture/additive). Bentuk dan cara penguyjian
disesuaikan dengan rencana metode perancangan campuran beton yang digunakan.
Menurut SNI, pengujian material ini harus mengikuti SK.SNI-S-04-1989-F.
E. Pengujian Bahan Penyusun Beton
Tabel 10.1 Beberapa standar pengujian bahan menurut ASTM
Pengujian
Semen Portland
Tes kuat tekan mortar dengan kubus 50 cm
Analisis kandungan kimia dengan semen hidrolis
ASTM Standar
C.109
C.114
TEKNOLOGI BETON
C.115
C.151
C.183
C.185
C.186
C.191
C.204
C.226
C.451
C.452
C.563
C.1038
C.109
D.512
D.516
C.29
C.40
C.87
C.88
C.117
C.123
C.131
C.136
C.142
C.227
C.289
C.330
C.331
C.342
C.535
ASTM Standar
C.138
C.143
C.172
C.173
C.231
C.232
C.1078
TEKNOLOGI BETON
C.1079
Standar ASTM
C.617
C.31
C.192
C.495
C.873
C.116
C.39
C.215
C.293
C.78
C.1018
TEKNOLOGI BETON
BAB XI
EVALUASI PEKERJAAN BETON
A. Uraian Umum
Evaluasi penerimaan pekerjaan beton merupakan suatu proses untuk melihat hasil dan
menganalisis pengujian yang telah dilakukan. Evaluasi ini meliputi evaluasi terhadap kualitas
bahan-bahan penyusunnya, kulitas beton segar, dan kualitas beton keras.
B. Statistik
Elevasi statistik dimaksudkan untuk melihat hasil pengujian data melalui survei
sampel ataupun pengujian langsung dilaboratorium dengan pendekatan atau kaidah
statistik.
TEKNOLOGI BETON
.
C. Distribusi Data
1. Populasi dan Sampel
Pengertian populasi dalam statistik adalah suatu kelompok data dengan sifat dan
karakteristik yang diduga sama, sedangkan pengertian sampel adalah data individu
dalam kelompok yang mempunyai peluang untuk dipilih sebagai data.
2. Dsitribusi Frekuensi
Data statistik yang diperoleh melalui survei sampel atau hasil percobaan biasanya
terdiri dari kumpulan data numerik yang kasar dan tidak teratur. Maka data tersebut
harus diatur menurut suatu cara, yaitu melihat distribusinya yang menggambarkan
suatu pola tertentu.
1. Uji Normalitas
Data ahasil penyelidikan bahan, beton segar ataupun beton keras secara
statistik harus di uji mengenai normalitasnya.Uji normalitasnya dapat mengikuti
pengujian non-parametrik. Hasil uji kemudian dibuat suatu hubungan sebab akibat
dapat berbentuk regresi linear dan dianalisis kekuatan hubungan tersebut.
2. Pengujian Keberartian Model
Keberartian suatu model dalam statistik haruslah di uji melalui pengujian
hipotesis. Hal tersebut dilakukan dengan menghitung terlebih dahulu koefisien
korelasi sederhana, rumus produk momen dapt digunakan jika garis persamaan
regrasi sederhana yang dihasilkan berbentuk linier. Persamaan regresi sederhana yang
dihasilkan kemudian di uji keberartian untuk linieritasnya.
TEKNOLOGI BETON
TEKNOLOGI BETON
BAB XII
PERAWATAN DAN PERBAIKAN STRUKTUR
BETON
A. Uraian Umum
Beton yang telah dibuat menjadi struktur , harus dirawat sedemikian rupa selama
usia strukturnya. Tindakan-tindakan perawatan ini dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya usia ekonomi struktur tersebut.
B. Kerusakan-kerusakan pada Beton
1. Kerusakan Akibat Pengaruh Mekanis
Pengaruh mekanis yang paling umum adalah gempa. Beton harus
direncanakan agar dapat berperilaku daktail (mempunyai sifat daktalitas). Variasi
TEKNOLOGI BETON
dampak yang timbul dapat berupa goresan goresan (retak rambut) akibat pengaruh
bahan dan getaran yang kecil (ledakan) sampai ke kerusakan hancur (gempa tinggi).
Untuk menghindari hal ini strukturnya harus mengikuti SK.SNI.T-15-1991-03
mengenai tata cara perancangan bangunan gedung.
2. Kerusakan Akibat Pengaruh Fisika
Kerusakan ini akibat pengaruh temperatur yang dapat menimbulkan
kehilangan panas hidrasi dan kebakaran. Kerusakan lainnya akibat waktu dan suhu
misalnya creep & crack serta penurunan yang tidak sama pada tanah dasarnya.
3. Kerusakan Akibat Pengaruh Kimia
Kerusakan ini umumnya paling banyak muncul pada struktur beton.
Kerusakan ini berkaitan langsung dengan struktur dan lingkungan setempat,
misalnya, akibat korosi, tingkat keasaman yang tinggi, dan lainnya.
C. Pemeriksaan dan Perawatan Kemudian
Kerusakan umumnya terjadi 50% pada tahapan desain. Untuk meneliti kerusakan
pada tahapan berikutnya (preventine action) setelah struktur jadi maka perlu dilakukan
tindakan pemeriksaan secara berkala selama lima tahun sekali.
D. Metode Pemeriksaan
1. Pemeriksaan visual
Pemeriksaan visual ditujukan pada tempat tempat rawan (akibat korosi)
misalnya, elemen tipis, pemasangan pagar berkisi, saluran air, balkon (konsol),
sambungan sambungan. Hasilnya ditabelkan pada tabel kerusakan dan
penyebabnya.
Tabel 12.1 Kerusakan dan Penyebab
No
1
2
3
4
5
6
Kerusakan
Retak halus keliatan (retak
rambut)
Rongga dalam beton
Permukaan berpasir (laitance)
Kerusakan setempat
Karat
Bintik - bintik coklat diretakan
Penyebab
Kering-susut, hidrasi, kelebihan beban
struktur, dan deformasi tak sempurna
Segresi, penguapan tak sempurna
Bleeding, kurang perawatan
Beban mekanis (gempa)
Korosi
Pengaruh klorida
TEKNOLOGI BETON
2. Pemeriksaan detail
a. Pengukuran selimut beton dengan steel detector.
b. Pengukuran karbonat dengan pengujian bor inti (core-drill).
c. Pengukuran kadar klorida dari contoh uji bor inti.
d. Pemeriksaan kekerasan dan permeabilitas (permeability) beton.
TEKNOLOGI BETON
BAB XIII
AGREGAT RINGAN
A. Uraian Umum
Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar 300 1850 kg/m.
Agregat ringan biasanya digunakana atas pertimbangan ekonomis dan struktural.Secara
struktural pertimbangan didasarkan atas biaya produki untuk menghasilkan agregat
ringan dan pengerjaan struktur betonnya sendiri.
B. Klasifikasi Agregat Ringan
Menurut ASTM C.330 agregat ini dibedakan menjadi :
1. Agregat yang dihasilkan dari pembekahan, kalsinasi atau hasil sintering. Misalnya
tanah liat, abu terbang , lempung.
TEKNOLOGI BETON
2. Agregat yang dihasilkan melalui pengolahan bahan alam. Misalnya skoria, batu
apung atu tuff.
C. Agregat Alami
Kelompok utama agregat ringan alami meliputi jenis jenis agregat diatomite,
pumice (batu apung), scoria, yang semuanya termasuk batuan asli vulkanik.
D. Agregat Buatan
Sebagai bahan pengganti agregat ringan alami dapat digunakan agregat buatan.
Kelompok utama dari agregat buatan adalah agaregat yang berasaldari hasil pemanasan,
dari hasil pendinginan dan dari hasil industri cinder.
Uraian
Persyaratan
1,5 mg
Hilang pijar
5%
No
Uraian
Persyaratan
2%
7%
TEKNOLOGI BETON
Agregat halus
1120
Agregat kasar
880
Gabungan
1040
F. Gradasi Agregat
Apabila digunakan agregat ringan sebagai campuran beton, maka agregat harus
memenuhi ketentuan dan syarat syarat dari ASTM C.330-80.
G. Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan dengan Agregat Ringan
Menurut SNI: 03-3449-1994
Tabel 13.2 Batas Kekuatan Konstruksi Beton Ringan
Kontruksi beton ringan
Kuat tekan
Berat isi
Struktural
Minimum
17,24
1400
Maksimum
41,36
1860
Jenis agregat
Agregat
ringan dibuat
melalui proses pemanasan
dari suatu serpih, lempung
dan abu terbang.
Struktural ringan
Minimum
6,89
800
Maksimum
17,24
400
TEKNOLOGI BETON
Minimum
maksimum
800
1120 kg/m
b. Agregat kasar
800 kg/m
c. Agregat gabungan
1040 kg/m
TEKNOLOGI BETON
Kekuatan tekan hasil uji beton yang mernggunakan agregat ringan diambil
berdasarkan rat rata tiga benda uji. Rata- rata kekuatan tekan minimum yang hrus
dimiliki beton yang menggunakan agregat ringan didasarkan berat isi kering maksimum.
J. Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural
Metode ini digunakan untuk menentukan isi dari beton ringan struktural, memuat
persyaratan, cara uji dan perhitungan berat untuk tujuan perencanaan dan pelaksanaan
kontruksi beton. Berat isi beton ringan struktural adalah berat isi beton maksimum 1900
kg/m untuk penggunaan sebagai kopmponen struktur.
BAB XIV
BETON MUTU TINGGI
A. Uraian Umum
Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang begitu pesat, ternyata kriteria
beton tinggi juga berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan kemajuan tingkat
mutu yang berhasil dicapai.
B. Faktor yang Harus Diperhatikan
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam
menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi, meliputi faktor air semen (FAS),
kualitas agregat halus, kualitas agregat kasar, dan penggunaan bahan tambah baik
admixture (kimia) maupun aditif (mineral).
TEKNOLOGI BETON
Bc =
TEKNOLOGI BETON
BAB XV
JENIS BETON LAINNYA
A. Uraian Umum
Beton dapat dibedakan menjadi tiga berdasarkan beratnya yaitu beton berat,
beton sedang, dan beton ringan. Berdasarkan volumenya beton dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu ringan, berat, normal.
B. Beton Ringan
Agregat yang digunakan umumnya merupakan hasil pembakaran shale,
lempung slates, residu slag, residu batu bara, dan banyak lagi hasil pembakaran
TEKNOLOGI BETON
vulkanik (Holm, 1994: 522). Berat jenis agregat ringan sekira 1900 kg/ m3 atau
berdasarkan kepentingan penggunaan strukturnya berkisar antara 1440-1850 kg/ m3,
dengan kekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa (ACI-318).
C. Beton Berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang mempunyai
beratIsi lebih besar dari berat normal atau lebih dari 2400 kg/ m3. Beton yang
mempunyai berat yang tinggi ini biasanya digunakan untuk kepentingan tertentu
seperti menahan radiasi, menahan benturan dan yang lainnya.
1.
Ferro-cement
Adalah bahan gabungan yang diperoleh dari campuran beton dengan tulangan
kawat ayam/ kawat yang di anyam. Beton jenis ini akan mempunyai kekuatan tarik
yang tinggi dan daktail, serta lebih waterproofing.
Kelebihan ferro cement :
a. Struktur ringan dan tipis dimana reduksi berat sendiri sampai dengan 30 % dan
rebar sekitar 15%,
b. Memungkinkan untuk dipabrikasi,
c. Kemudahan pengerjaan,
d. Dan penghematan bahan cetakan.
TEKNOLOGI BETON
2.
Serat Semen
Lembaran serat semen atau lebih dikenal dengan eternit ialah suatu campuran
serat tumbuh tumbuhan dan semen portland atau semen sejenis ditambah air, tanpa
atau dengan bahan tambahan lainnya.
Syarat mutu yang harus dipenuhi oleh serat semen adalah :
1) Lembaran serat semen harus mempunyai tepi potongan yang lurus, rata, dan tidak
mengkerut, sama tebalnya, bersuara nyaring jika disentuh dengan benda keras
yang menunjukkan bahwa lembaran tidak pecah atau retak.
2) Permukaan lembaran harus tidak menunjukkan retak retak, kerutan atau cacat
lainnya yang dapat mempengaruhi sifat pemakaiannya.
3) Bidang potong lembaran harus menunjukkan campuran yang merata, tidak
berlobang lobang.
4) Lembaran harus mudah dipotong, digergaji,dan dipalu tanpa terjadinya cact atau
keretakan.
b.
Bahan baku yang dipakai untuk pembuatan serat semen adalah campuran serat
tumbuh- tumbuhan, sement portland atau dengan bahan tambahan laiannya. Bahan
bahan tersebut harus memenuhi syarat pengujian mutu bahan untuk beton. Serat yang
digunakan untuk pembuatan serat semen adalah serat yang dapat menyerap air.
E. Beton Siklop
TEKNOLOGI BETON
Beton jenis ini menggunakan agaregat yang besar besar, sampai 20 cm,
batasnya tidak lebih dari 20%. Digunakan untuk pekerjaan beton massa.
F. Beton Hampa (Vacuum Concrete)
Beton vakum adalah beton yang air sisa dari proses hidrasinya sekitar 50%,
disedot keluar setelah beton mengeras. Peyedotan ini dinamakan vacuum method.
BAB XVI
TANYA JAWAB
A. Pertanyaan
1. Irwan
Apa nama alat pengaduk beton dan dengan alat apa untuk pengambil sampel
agregat?
2. Siti
Dengan cara apakah pengawasan beton dilakukan selama pengadukan beton?
3. Hilman
Jelaskan keuntungan aditif mengurangi panas hidrasi?
TEKNOLOGI BETON
4. Adit
Bagaimana kriteria campuran beton plastis serta ciri cirinya?
5. Demas
Bagaimana cara pengecoran dalam air dan faktor apa yang membuat beton itu
kuat?
B. Jawaban
1. Jawaban untuk pertanyaan Irwan
Pengadukan beton dapat dilakukan dengan dua cara manual dan mesin. Untuk
yang manual biasanya menggunakan cangkul dengan mengaduk campuran beton.
Sedangkan dengan mesin dapat dilakukan dengan molen dan truk molen
disesuaikan kapasitas dan kondisi di lapangan. Pengambilan sampel cukup
diambil beberapa dan dilakukan pengujian.
2. Jawaban untuk pertanyaan Siti
Pengawasan beton dengan kondisi ketika dilapangan haruslah melihat adonan
beton tersebut apabila memenuhi syarat boleh digunakan biasanya dilakukan
slump test untuk mengetahui adonan beton tersebut apabila kita memesan dari
pabrik yang dibawa dengan truk molen. Jadi dibutuhkan pengawasan yang ketat
oleh penanggung jawabnya. Setelah itu biasanya adonan beton dicetak pada
silinder untuk sampelnya dibawa diuji di laboratorium, agar dapat diketahui
apakah beton tersebut memenuhi syarat atau tidak.
TEKNOLOGI BETON
BAB XVII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Beton pada dasarnya mempunyai karakteristik tertentu sehingga dalam
penggunaan beton sendiri harus memahami sifat, kekuatan, kelemahan,
penanganannya, perawatannya dan sebagainya. Hal tersebut di dapat dari inovasi
teknologi beton yang berkembang karena penggunaan beton dalam pekerjaan
konstruksi harus disesuaikan dengan kondisinya serta efektifitas dalam menggunakan
maupun pekerjaan serta biaya.
B. Saran
TEKNOLOGI BETON
Bahwa materi teknologi beton ini masih cukup luas dan selalu ada
pembaharuan sehingga diperlukan penggalian informasi dan ilmunya dari berbagai
sumber yang terdepan, dan juga harus tetap mengacu pada persyaratan atau ketentuan
yang berlaku sekarang ini. Sehingga dengan cara ini penggunaan beton dapat lebih
efektif dan juga dapat dilakukan dengan beberapa metode sehingga dalam
pelaksanaanya dapat mempermudah untuk pekerjaan konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
TEKNOLOGI BETON
SNI. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
TEKNOLOGI BETON