Anda di halaman 1dari 7

Kista ganglion

Definisi
Ganglion terjadi pada sendi diartrodial yang dapat bergerak bebas. Kista ganglion adalah
kista yang berisi cairan bening kental dengan dinding tipis yang berasal dari kapsul sendi atau
sarung tendo. Kapsul sendi terdiri kapsul fibrosa dan membrane sinovium. Membran sinovium
menghasilkan cairan yang kental yang melumasi permukaan sendi dan tedon. Cairan ini bening,
tidak bewarna. Asam hialuronat adalah senyawa utama yang bertanggung atas viskositas cairan
sinovial. Kandungan lainnya adalah albumin, globulin dan glukosamin, air.
Epidemiologi
Kista ganglion merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering ditemukan pada
tangan dan pergelangan tangan. Kista ini dapat mengenai berbagai usia, 70% terjadi pada
dekade kedua dan ketiga kehidupan. Perempuan tiga kali lebih banyak menderita dibandingkan
laki-laki.
Etiologi
Teori terbaru yang dikemukkan oleh angelides tahun 1999 menjelaskan bahwa kista
terbentuk akibat trauma jaringn atau iritasi sendi yang menyebabkan keluarnya cairan synovial
dan meningkatknya produksi asam hialuronidase.
Patofisiologi
Ketika kita menggunakan tangan kita untuk bekerja, sendi akan terpakai dan
menyebabkan tekanan besar pada kompartemen yang berisi cairan. Jika digunakan terus menerus
maka akan terjadi cedera yang responnya akan mengeluarkan cairan ke ruang interstitial. Sendi
bekerja hampir seperti katup satu arah sehingga tidak dapat kembali lagi. Tubuh akan merespon
dengan menyerap kandungan air saja sehingga membuat cairan yang keluar lebih kental dan sulit
digerakkan dari dasar.

JURNAL READING

Disusun Oleh :
Mustika tri handayani (13202211135)

Diajukan sebagai syarat mengikuti ujian di kepaniteraan klinik


Departemen Bedah Rumah Sakit DR. AK GANI

Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah RS. AK. GANI


Periode 20 Oktober s.d 28 Desember 2014

Jurnal reading
Tatalaksana kista ganglion: Matthew Sue, B. fung, dan C.P Lung
Abstrak :
Kista ganglion adalah tumor jaringan lunak yang terjadi di tangan dan pergelangan
tangan. Kista ini tidak bergejala. Keluhan yang didapat adalah nyeri, parestesia, lemas. Hanya
dua gejala yang paling menganggu yaitu penampilan (kosmetik) dan ketakutan perubahan
menjadi ganas. Kista ini 58% dapat sembuh secara spontan namun pilihan pengobatan lainnya
adalah konservatif dan eksisi bedah. Jurnal ini menyimpulkan bahwa terapi konservatif tidak
efektif dalam mengobati kista ganglion. Tetapi walaupun begitu, peneliti menyarankan bagi
pasien yang ingin mengobati simptomatik saja untuk tidak memilih pembedahan. Dibandingkan
dengan konservatif, pembedahan lebih rendah angka kekambuhan tetapi memiliki komplikasi
dalam jangka waktu lama lebih tinggi. Peneliti memperlihatkan bahwa pengobatan secara bedah
tidak lebih baik dalam mengobati simptomatik dibandingkan dengan konservatif. Jika gejala
simptomatik yang menjadi perhatiaan utama pasien, konservatif lebih disarankan dibandingkan
dengan pembedahan walaupun pembedahan akan mengurangi angka kekambuhan.
Pendahuluan
Kista ganglion adalah tumor jaringan lunak terbanyak yang terdapat di tangan dan
pergelangan tangan. Tempat predileksi sebagian besar terdapat di punggung tangan (70%),
telapak tangan (20%), dan bagian sarung tendon jari-jari. Sebagian besar pasien mengobati kista
ini karena alasan kecantikkan atau ketakutan akan berubahnya tumor menjadi ganas. Pilihan
terapi berupa sembuh spontan, konservatif (non bedah) seperti aspirasi dengan atau tanpa injeksi
steroid atau hialuronidase, dan pembedahan berupa eksisi. Peneliti meneliti hasil terakhir dari
beberapa terapi dan membandingkannya dilihat dari angka kekambuhan dan komplikasi.
Metode:
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah database elektronik dari Medline, PubMed
dan Cochrane libraries dengan kata kunci ganglion, conservative treatment, surgery, outcomes.
Kriteria inklusi yang digunakan adalah (1) dipublikasi dalam bahasa inggris, (2) terapi untuk
ganglion di tangan dan pergelangan tangan. Angka keberhasilan, kekambuhan, komplikasi dan
fungsi pergerakan dibandingkan di dalam jurnal ini.
Observasi
Sebagian besar pasien dengan kista ganglion asimptomatik. Selain benjolan, beberapa
orang mengeluhkan nyeri, kelemahan, dan parestesi. Barnes et al. (1994) melaporkan bahwa
19.5% lebih memperhatikan keluhan yang muncul dibandingkan dengan benjolannya.
Westbrook et al. melaporkan sebagian besar pasien mengobati kista karena alasan kecantikkan

atau ketakutan menjadi ganas. 26% pasien lebih memperhatikan keluhan nyeri, dan 8%
mengeluhkan sensasi dan keterbatasan gerak tangan.
Bagi mereka yang memiliki tumor jinak memilih untuk diobservasi saja, tidak terkecuali
pada ganglion yang rasa sakitnya lebih ringan dibandingkan penyakit tulang lain, seperti carpal
tunnel syndrome dan osteoarthritis. Angka kesembuhan bagi pasien ganglion yang hanya
diobservasi adalah berkisar 40-58% (tabel 1). Jadi observasi menjadi pilihan bagi passion yang
tidak menginginkan tindakan apapun,
Terapi konservatif
1. Aspirasi
Aspirasi sendiri merupakan terapi sederhana untuk mengobati kista. Terapi ini memiliki
angka keberhasilan mencapai 36-85% tetapi memiliki kekambuhan tinggi yaitu 15-69%.
Sebagian besar kepustakaan menunjukkan lebih dari setengah kejadian kista ganglion
diaspirasi saja. Hal ini akan membuat angka kekambuhan (tabel 2). Metode lain telah
dicoba untuk meningkatkan efektivitas. Zubowicz dan Ischii melaporkan angka
kekambuhan berkisar 15% apabila aspirasi diulangi sebanyak 3 kali. Dilain sisi, mereka
mengingatkan bahwa angka keberhasilan aspirasi dalam mengobati kista menurun bila
aspirasi diulangi. Banyak tusukkan pada dinding kista tidak akan meningkatkan hasil
akhir lebih baik dibandingkan aspirasi ganglion satu kali.
2. Steroid
Becker menyarankan penggunaan injeksi steroid dalam terapi ganglion dengan 87%
angka keberhasilan. Berdasarkan teori bahwa inflamasi kronis mengambil peran dalam
patogenesis ganglion. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan angka keberhasilan
yang beragam. Varley et al. menggunakan uji secara acak untuk membandingkan aspirasi
dengan atau tanpa steroid dan menyimpulkan bahwa penambahan injeksi steroid tidak
bermanfaat karena menyebabkan atrofi lemak subkutan dan depigmentasi kulit sebagai
komplikasinya.
3. Sclerotherapy
Skeloterapi dapat digunakan dalam terapi ganglion. Zat sklerosan diinjeksikan ke
kantung ganglion untuk merusak dinding mukosa intima dan menyebabkan fibrosis untuk
mengurangi angka kekambuhan. Kepustakaan sebelumnya menunjukkan angka
keberhasilan mencapai 78-100%. Mackie et al. membuktikan bahwa ganglion tidak
memiliki dinding mukosa intima secara histologi dan angka ketidak keberhasilan
mencapai 94%. Karena ada hubungan antara ganglion dengan sendi, sklerosan dapat
menembus ganglion menuju sendi dan tendo dan merusak mereka. Sejak artikel ini
dipublikasikan, zat sklerosan tidak digunakan lagi. Teknik terbaru dikembangkan untuk
menyebabkan ganglion sclerosis tanpa risiko kerusakan sendi. Gumus menggunakan
elektrokauter menyebabkan ganglion sclerosis dan menunjukkan hasil yang lebih baik.
Tetapi teknik ini belum digunakan secara luas.

4. Hialuronidase
Kandungan ganglion yang terlalu pekat untuk dikeluarkan sehingga walaupun di
aspirasi mungkin tidak semuanya dapat dikeluarkan. Beberapa peneliti meneliti
penggunaan zat hialuronidase, dimana hialuronidase sendiri merupakan salah satu
kandungan dalam ganglion. Otu melaporkan bahwa 95% berhasil sembuh dari ganglion
diikuti selama 6 bulan. Paul Sochart mengatakan penggunaan hialuronidase bersamaan
dengan steroid menghasikan angka keberhasilan lebih tinggi dibandingkan penggunaan
steroid sendiri, terbukti pada 49% orang tua menunjukkan angka keberhasilan lebih tinggi
dibandingkan 20% orang yang mendapat terapi steroid saja. Tetapi di lain sisi, Akkerhuis
et al. melaporkan angka kekambuhan sebanyak 77% bila sesorang mendapat terapi
hialuronidase untuk ganglion. Hialuronidase dapat menyebabkan reaksi alergi
5. Immobilisassi
Imobilisasi setelah aspirasi masih menjadi perdebatan. Richman et al.
menunjukkan 3 minggu imobilisasi setelah aspirasi akan meningkatkan angka
keberhasilan lebih tinggi pada ganglion bagian punggung tangan. Di lain sisi, Korman et
al. mengatakan imobilisasi setelah aspirasi tidak menunjukkan angka keberhasilan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan aspirasi sendiri. Immobilisasi ini akan menyebabkan
kekakuan, kesulitan, bahkan ekonomi secara tidak langsung.
6. Threat technique
Gang dan Makhlouf mengenalkan threat technique untuk metode pengambilan
ganglion baru. Caranya adalah dengan memasukkan dua benang melewati ganglion
kemudian dibuat simpul sisi sudut kanan dengan sisi lawannya. Selanjutnya dipijat isi
ganglion agar keluar. Angka kekambuhan sebanyak 4.8% dan 11% mendapatkan kultur
feses yang positif. Sedangkan singhal et al. menggunakan teknik yang sama dan 50%
angka keberhasilannya.
Hampir setengah pasien kasus kista ganglion sembuh secara spontan. Terapi non
bedah sebenarnya tidak efektif walaupun angka komplikasiya rendah. Beberapa laporan
menunjukkan 0% untuk komplikasi sedangkan sebagian laporan lainnya hanya
menunjukkan komplikasi ringan seperti pembengkakkan dan nyeri. Tetapi terapi non
bedah dapat menjadi alternatif apabila ingin menghilangkan keluhan dan pasien tidak
ingin dibedah.
Beberapa keuntungan lainnya dari terapi nonbedah (konservatif) seperti aspirasi
menunjukkan bahwa kista ganglion yang terdapat di tubuh merupakan tumor jinak dan
mengurangi ketakutan pasien akan keganasan.
7. Pembedahan
Tahun 1976, angelides dan Wallace mengenalkan teknik bedah yaitu eksisi kista. Operasi
pengambilan ligament scapholunate termasuk kapsul sendi digunakan unntuk
menurunkan angka kekambuhan. Teknik ini sekarang merupakan teknik yang
memerlukan biaya mahal.

7.1. Angka Kekambuhan


Berdasarkan penelitian dari Angelides dan Wallace yang mengatakan angka
kekambuhan dari tindakan pembedahan cukup rendah yaitu 1%. Tetapi beberapa
penelitian menunjukkan angka kekambuhan yang beragam, rata-rata menunjukkan 031.2% Hanya dua penelitian yang membandingkan angka kekambuhan antara terapi
konservatif dan tindakan bedah. Limpapayom dan Wilairatana membandingkan aspirasi,
injeksi steroid, imobilisasi dengan pembedahan. Sedangkan Akkerhuis et al.
membandingkan hialuronidase dengan pembedahan. Hasilnya semua menunjukkan
bahwa pembedahan memiliki angka kekambuhan yang lebih rendah.
7.2 komplikasi
Komplikasi dari tindakkan bedah antara lain infeksi, neuroma, jaringan parut,
kerusakan nervus medianus dan arteri radialis. Kesempatan seseorang mendapatkan
komplikasi rata-rata sebesar 0-56% (table 5). Pada penelitian kohort Dias dan Buch yang
mengatakan bahwa komplikasi pembedahan lebih tinggi daripada konservatif.
Ketidakstabilan ligament Scapholunate terjadi setelah eksisi ganglion pada
punggung tangan. Sebagian mengatakan bahwa cedera pada ligament periscaphoid
karena penekanan ganglion bukan karena eksisi. Kivett et al. mengamati 61 pasca
ganglionektomi melalui pemeriksaan fisik dan radiografi yang hasilnya menunjukkan
eksisi ganglion berefek pada ketidakstabilan pergelangan tangan.
7.3 Gerakan dan efek lainnya
Tindakan pembedahan tidak menghasilkan hasil yang baik. Angelides et al.
melaporkan 1.2% pasien kehilangan kemampuan 0-100 Fleksi volar setelah pembedahan,
walaupun hal ini bukanlah fungsi yang signifikan. Penelitian Sanders meneliti pasien
yang mengalami kista ganglion di punggung tangan. Satu dari delapan pasien yang
diikuti perjalanan penyakitnya mengalami nyeri yang menetap setelah pembedahan. 3
dari 8 pasien mengalami keterbatasan gerak. Clay dn clement mengatakan selama
pembedahan akan menimbulkan rasa sakit pada 79% pasien, nyeri yang semakin
menghebat pada 8 %pasien, 17% pasien mengeluh susah untuk menggenggam. Nyeri
yang menetap, keterbatasan gerak dan kelemahan menggenggam (tabel 6).
Dua penelitian kohort dari Dias membandingkan hasil akhir dari observasi, aspirasi
dan pembedahan pada ganglion yang di punggung tangan dan telapak tangan. Tidak ada
perbedaan signifikan antara keluhan pasca pengobatan diantara ketiganya. Perbedaan
terlihat hanya pada waktu pemulihan. Pembedahan membutuhkan waktu pemulihan lebih
lama rata-rata 14.9 hari dan tercepat 10.9 hari jika telapak tangan, punggung tangan, dan
pergelangan tangan tidak digunakan. Sedangkan 3.5 hari sampai 3.2 hari untuk aspirasi.
8. Athroscopic excision
Pada tahun 1995, Oestermen dan Raphel mengembangkan teknik bedah athroscopic
excision untuk ganglion punggung tangan. Keuntungan athroscopic resection
meminimalkan jaringan parut pasca operasi dan hal-hal yang merugikan bagi sendi
midcarpal dan radiocarpal.

Teknik ini menimbulkan hasil yang lebih baik dibandingkan eksisi terbuka (tabel 4
dan 5). Peneltian Prospective pada tahun 2008 menyatakan angka kekambuhan antara
athroscopic resection dan eksisi terbuka. Penelitian ke depannya diperlukan untuk
mengetahui secara akurat efektivitas dari teknik ini.
Kesimpulan: sebagian besar pasien tidak mengeluhkan gejala. Sembuh spontan pada
58%. Menunggu dan observasi menjadi pilihan bagi pasien yang asimptomatik dan tidak
menginginkan tindakan. Terapi non bedah atau konservatif meliputi aspirasi, injeksi
steroid, sclerotherapy, hialuronidase umumnya tida begitu efektif. Tetapi sejak terbukti
angka komplikasinya rendah pada terapi tersebut maka digunakan untuk mengurangi
gejala bagi yang tidak menginginkan operasi. Tindakan pembedahan memiliki angka
kekambuhan lebih rendah dibandingkan konservatif. Di sisi lain, pembedahan
memberkan efek kompikasi lebih tinggi dn waktu penyembuhan lebih lama, dan
hilangnya keluhan tidak terlalu signifikan dibandingkan terapi konservatif.

Anda mungkin juga menyukai