baik akibat cedera, proses degeneratif atau abnormalitas kecil yang tidak diketahui
sebelumnya.
4. Klasifikasi
Tidak ada klasifikasi ganglion secara khusus, namun berdasarkan posisi
ganglion timbul pada tempat-tempat berikut ini:
Pergelangan tangan punggung tangan ("dorsal wrist ganglion"), pada telapak
tangan ("volar wrist ganglion"), atau kadang pada daerah ibu jari. Kista ini berasal
dari salah satu sendi pergelangan tangan, dan kadang diperberat oleh cedera pada
pergelangan tangan.
Telapak tangan pada dasar jari-jari ("flexor tendon sheath cyst"). Kista ini berasal
dari saluran yang menjaga tendon jari pada tempatnya, dan kadang terjadi akibat
iritasi pada tendon - tendinitis.
Bagian belakang tepi sendi jari ("mucous cyst"), terletak disebelah dasar kuku.
Kista ini dapat menyebabkan lekukan pada kuku, dan dapat menjadi terinfeksi dan
menyebabkan infeksi sendi walaupun jarang. Hal ini biasanya disebabkan arthritis
atau taji tulang pada sendi.
5. Tanda dan Gejala
Meskipun kista ganglion umumnya asimtomatik, gejala yang muncul dapat
berupa keterbatasan gerak, parestesia dan kelemahan. Kista ganglion umumnya
soliter, dan jarang berdiameter diatas 2 cm. Dapat melibatkan hampir semua sendi
pada tangan dan pergelangan tangan. Dorsal wrist, volar wrist, volar retinakular dan
distal interfalangeal merupakan kista ganglion yang paling sering ditemukan pada
tangan dan pergelangan tangan. Ganglion terbesar terletak di belakang lutut dan biasa
disebut Kista Baker.
Ganglion umumnya tidak nyeri; namun dapat menyebabkan nyeri ketika
digerakkan atau menyebabkan masalah mekanis (terbatasnya ruang gerak) tergantung
dari lokasi ganglion tersebut. Kista ganglion memiliki kecenderungan untuk
membesar dan mengecil, kemungkinan karena cairan yang terdapat dalam kista
terserap kembali ke dalam sendi atau tendon untuk kemudian diproduksi kembali.
Masalah terbesar dengan ganglion adalah ketakutan pasien bahwa benjolan
tersebut merupakan sesuatu yang gawat. Diagnosis didasarkan atas riwayat penyakit,
pemeriksaan fisis, dan kemungkinan foto sinar x polos atau USG. Kista dapat
dibedakan dari tumor padat melalui transiluminasi (berkas sinar akan melewati cairan
yang memenuhi ganglion, tapi tidak jika merupakan massa tumor yang padat).
Pencitraan USG juga telah digunakan untuk membedakan massa padat dan kistik di
tangan.
6. Patofisiologi
Normalnya, sendi dan tendon dilumasi oleh cairan khusus yang terkunci di
dalam sebuah kompartemen kecil. Kadang, akibat arthritis, cedera atau tanpa sebab
yang jelas, terjadi kebocoran dari kompartemen tersebut. Cairan tersebut kental
seperti madu, dan jika kebocoran tersebut kecil maka akan seperti lubang jarum pada
pasta gigi. Jika pasta gigi ditekan, walaupun lubangnya kecil dan pasta di dalamnya
kental, maka akan mengalir keluar- dan begitu keluar, tidak dapat masuk kembali. Hal
ini bekerja hampir seperti katup satu arah, dan akan mengisi ruang di luar area lubang.
Ketika kita menggunakan tangan kita untuk bekerja, sendi akan meremas dan
menyebabkan tekanan yang besar pada kompartemen yang berisi cairan tersebut ini
dapat menyebabkan benjolan dengan tekanan yang besar sehingga sekeras tulang.
Cairan pelumas mengandung protein khusus yang menyebabkannya kental dan
pekat dan menyulitkan tubuh untuk mereabsorbsi jika terjadi kebocoran. Tubuh akan
mencoba untuk menyerap kembali cairan tersebut, tapi hanya sanggup menyerap air
yang terkandung didalamnya sehingga membuatnya lebih kental lagi. Biasanya, pada
saat benjolan cukup besar untuk dilihat, cairan tersebut telah menjadi sekental jelly.
Fatofisiologi ganglion digambarkan sebagai berikut.
Arthtritis/ cedera pada sendi atau tendon
Benjolan terbentuk dengan tekanan yang besar (benjolan benjadi keras, sekeras tulang/
ganglion)
Keterbatasan gerak
Nyeri
7. Penatalaksanaan
Terdapat tiga pilihan utama penatalaksanaan ganglion. Pertama, membiarkan
ganglion tersebut jika tidak menimbulkan keluhan apapun. Setelah diagnosis
ditegakkan dan pasien diyakinkan bahwa massa tersebut bukanlah kanker atau hal lain
yang memerlukan pengobatan segera, pasien diminta untuk membiarkan dan
menunggu saja. Jika ganglion menimbulkan gejala dan ketidaknyamanan ataupun
masalah mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan: aspirasi (mengeluarkan isi
kista dengan menggunakan jarum) dan pengangkatan kista secara bedah.
Aspirasi melibatkan pemasukan jarum ke dalam kista dan mengeluarkan
isinya setelah mematirasakan daerah sekitar kista dengan anestesi lokal. Karena
diperkirakan bahwa inflamasi berperan dalam produksi dan akumulasi cairan di dalam
kista, obat anti inflamasi (steroid) kadang diinjeksikan ke dalam kista sebagai usaha
untuk mengurangi inflamasi serta mencegah kista tersebut terisi kembali oleh cairan
kista. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menggunakan substansi lain seperti
hialuronidase bersama dengan steroid setelah aspirasi meningkatkan angka
kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan substansi tambahan.
Jika kista rusak, menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi saraf
(hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada saraf) atau
timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan. Hal ini melibatkan
insisi di atas kista, identifikasi kista, dan mengangkatnya bersama dengan sebagian
selubung tendo atau kapsul sendi dari mana kista tersebut berasal. Lengan kemudian
dibalut selama 7-10 hari. Eksisi kista ini biasanya merupakan prosedur minor, tapi
dapat menjadi rumit tergantung pada lokasi kista dan apakah kista tersebut melekat
pada struktur lain seperti pembuluh darah, saraf atau tendon.
8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi tergantung pada lokasi dan ukuran ganglion.
Komplikasi utama adalah keterbatasan gerak pada sendi dimana terdapat ganglion.
Tidak seperti tumor lain, ganglion tidak pernah berubah menjadi ganas.
Komplikasi yang dapat terjadi akibat prosedur bedah yang dilakukan berupa
rekurensi walaupun kemungkinannya tidak besar. Selain itu juga terdapat resiko
infeksi, keterbatasan gerak, kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Data Fokus Pengkajian
a. Wawancara
Identitas penderita meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
Keluhan Utama: Adanya rasa nyeri ketika digerakan, namun terkadang
asimtomatis. Ada terlihat suatu benjolan yang letaknya di dekat sendi.
Riwayat kesehatan sekarang: Berisi tentang kapan terjadinya benjolan, penyebab
lain yang menyertai terjadinya ganglion serta upaya yang telah dilakukan oleh
penderita untuk mengatasinya.
Riwayat kesehatan dahulu, Adanya riwayat ganglion sebelumnya. Riwayat
aktifitas dan pekerjaan klien yang mungkin berhubungan dengan terjadinya
ganglion.
Riwayat kesehatan keluarga, adakah riwayat penyakit yang sama pada keluarga
dan penyakit keturunan ataupun penyakit menular.
Riwayat psikososial, Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi
yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
b. Pemeriksaan Fisik
Status kesehatan umum: Meliputi keadaan penderita secara umum, kesadaran,
tinggi badan, berat badan dan tanda tanda vital.
Kepala dan leher: Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, adakah gangguan pendengaran, keadaan lidah, gigi, gusi, dan indra
penglihatan.
Sistem integumen, Turgor kulit, adanya benjolan pada area sendi yang dapat
dipegang dan digerakan, kelembaban dan suhu kulit, tekstur rambut dan kuku.
Sistem pernafasan: Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.
Sistem
kardiovaskuler:
Perfusi
jaringan,
nadi
perifer,
adakah
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
Sistem gastrointestinal: apakah ada rasa mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
Sistem urinary: keadaan umum sistem urinaria klien, adakah keluhan pada
sistem urinaria.
Sistem muskuloskeletal: Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn
tinggi badan.
Sistem neurologis: apakag ada terjadi penurunan sensoris, parasthesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan radiologi
untukmenentukan sejauh mana/ sebesar apa ganglion tersebut, namun tanpa
dilakukan radiologipun ganglion dapat di tentukan besarnya. Temuan radiografik
biasanya normal, dan MRI berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis.
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan dilakukan analisa
serta sintesa data. Dalam mengelompokan data dibedakan atas data subyektif dan data
obyektif dan berpedoman pada teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
Kebutuhan dasar atau fisiologis
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan cinta dan kasih saying
Kebutuhan harga diri
Kebutuhan aktualisasi diri
Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab, yang dapat
memungkinkan).
Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain
adalah
tahap
pelaksananan
terhadap
rencana
tindakan
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi
ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
engan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawat mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
Berhasil: prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
Tercapai sebagian: pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai: pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dandy David J. & Dennis J. Edwards, Disorders of the Wrist and Hand in
EssentialOrthopaedics and Trauma 4th edition, Churchill Livingstone, London, 2003.
2. Eaton Charles, Ganglion Cysts in www.e-hand.com accessed on June 21, 2007.
3. Andersson, Bruce Carl, Dorsal Ganglion in Office Orthopedics for Primary
Care:Treatment 3rd edition, Saunders Elsevier, Philadelphia, 2006.
4. Carr, Andrew J & William Hamilton, Hand and Wrist in Orthopaedics in PrimaryCare 2nd
edition, Elsevier, London, 2005.
5. Kouris George J, Ganglion Cyst in www.emedicine.com accessed on June 21, 2007.
6. Hochwald Neal L & Green Steven M in Tumors, Spivak Jeffrey M ed. et al
inOrthopaedics A Study Guide, McGraw-Hill, New York, 2002.
7. Sjamsuhidajat R, Jong WD (ed.), Kulit dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta,1997.
8. Carter A. Michael, Anatomi Tulang dan Sendi dalam Patofisiologi Konsep KlinisProsesproses Penyakit, editor Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, EGC, Jakarta, 1995.
9. Canale S. Terry (Ed.), Tumors of Synovial Tissue in Campbells OperativeOrthopaedics
Volume One, 10th edition, Mosby, Toronto, 2003.
10. Trumble Thomas E., Jeffrey E. Budoff & Roger Cornwall, Soft Tissue Neoplasms:Benign
and Malignant in Hand, Elbow & Shoulder: Core Knowledge in Orthopaedics,Mosby,
Philadelphia, 2006.