Diajukan Kepada:
Pembimbing : dr. Lopo Triyanto, Sp. B (K). Onk
Disusun Oleh :
Gita Putri Benavita (1910221025)
i
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN
ILMU BEDAH
Presentasi Kasus
Disusun Oleh :
Gita Putri Benavita (1910221025)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan presentasi kasus yang berjudul "Tumor Tiroid"
tepat pada waktunya. Penulisan presentasi kasus ini merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Ucapkan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. dr. Lopo Triyanto, Sp.B (K). Onk selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan presentasi kasus
ini.
2. Dokter-dokter spesialis dan sub-spesialis bedah di SMF Ilmu Bedah di
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
3. Rekan-rekan Co-Assisten Bagian Ilmu Bedah atas semangat dan dorongan
serta bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf dan menerima segala
masukan yang bersifat membangun.
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................. 4
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
tissue tumor dengan masalah yang sering muncul adalah cemas berhubunga dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit dan setelah operasi masalah yang muncul
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka post operasi) dan
resiko infeksi.
I.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan kasus ini yaitu untuk menambah pamahaman klinis
mengenai soft tissue tumor khususnya pada segi diagnosis, pengenalan etiologi,
faktor risiko, gejala klinis serta terapi
6
BAB II
STATUS PASIEN
II.1 Identitas pasien
No. RM : 02117130
Nama : Tn. R
Usia : 69 Tahun
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
II.2 Anamnesa
Keluhan Utama :
Benjolan di punggung
7
Setelah benjolan pecah, benjolan selalu mengeluarkan rembesan darah.
Keluhan demam, mual dan muntah disangkal, makan dan minum cukup,
buang air besar dan buang air kecil lancar dan tidak ada keluhan.
D. Tanda vital
- Suhu : 36.5 C
E. Status Generalis :
8
- Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)
- Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-) CRT <2 detik
9
II. 4 Pemeriksaan Penunjang
II. 5 Diagnosa
II. 6 Tatalaksana
II. 7 Prognosis
10
BAB III
LANDASAN TEORI
11
Otot-otot penggerak bahu diantaranya, m. deltoideus memiliki
tiga bagian yang ketiganya berinsersio pada deltoid tuberosity dan berorigo
di sepertiga lateral os scapula (deltoid anterior), acromion proc (deltoid
midle) dan spina scpula (deltoid posterior) ketiga otot tersebut di persarafi
oleh n. axilaris (C6-7), m. latsimus dorsi berorigo di Th 7-12 dan berinsersio
pada crista tuberculus minoris dipersarafi oleh n. thoraco dorsal (C6-8), m.
teres mayor berinsersio pada humerus berorigo pada cingulum ekstremitas
superior dan disarafi oleh n. subscapularis inferior (C5-6) dan m. pectoralis
mayor berorigo pada sepertiga medial calvikula dan berinsersio pada lateral
sulkus bicipitalis yang dipersarafi oleh n. laterar dan medial pectoralis (C5-
8 dan Th 1) (Hounglum & Bertoti, 2012).
12
III.2 Soft Tissue Tumor
Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya
berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan,
atau retroperitoneum (Toy et al. 2011).
Tumor jaringan lunak merupakan kelompok tumor yang sangat
heterogen dan diklasifikasikan berdasarkan gambaran histologinya. Sebagai
contoh, lipoma dan liposarkoma merupakan tumor dengan gambaran jaringan
lemak, sementara hemangioma dan angiosarcoma mengandung sel yang
menggambarkan sel endotel. Klasifikasi histologisnya yang bervariasi ini
biasanya dibagi lagi dalam bentuk jinak atau ganas.
Jaringan lunak atau soft tissue merupakan jaringan ekstraskeletal
non-epitel dan terpisah dengan system retikuloendotelial, glia, serta jaringan
penyokong dari berbagai organ parenkim. Jaringan lunak terdiri dari otot,
lemak, dan jaringan ikat beserta pembuluh darah yang menyuplai jaringan ini.
Berdasarkan perjanjian, jaringan lunak juga meliputi system saraf periferm,
menyebabkan tumor yang timbul dari saraf tampak sebagai tumor jaringan
lunak dan memberikan gambaran serupa dalam diagnosis banding serta
penanganannya. Secara embriologi, jaringan lunak berasal dari mesoderm
sebagian berasal dari neuroderm.
Adapun pemeriksaan penunjang tumor jaringan lunak diantaranya
dengan foto rontgen, ultrasonografi, CT-Scan, dan MRI. (Sjamsuhidajat.
2010). Penatalaksanaan pada tumor meliputi operasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Operasi untuk menghancurkan atau mengangkat tumor.
Radioterapi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor ganas yang
radiosensitive dan juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan
operasi dilakukan. Kemoterapi merupakan penatalaksanaan tambahan pada
tumor ganas tulang dan jaringan lunak, obat-obatan yang dipergunakan adalah
metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum. Pemberian
kemoterapi biasanya dilakukan pada pra/pasca operasi (Muttaqin. 2008).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan soft tissue tumor yaitu
adanya keluhan nyeri yang menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan ke jaringan sekitarnya. Pemeriksaan lokasi tumor, besar, bentuk,
13
batas dan sifat tumor. Adanya gangguan pergerakan sendi akibat adanya tumor,
spasme otot dan kekakuan tulang belakang jika tumor terdapat pada tulang
belakang. Pemeriksaan neurologis untuk menentukan adanya penekanan tumor
pada saraf-saraf tertentu (Muttaqin. 2008).
III.2.1 Etiologi
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak. Dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi virus Epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
14
III.2.3 Klasifikasi
No. Jaringan Asal Bentuk Tumor
1. Fibrous Fibroma/Fibrosarcoma
2. Fibrohistiocytic Malignant fibrous histiocytoma
3. Lipomatous Lipoma/Liposarcoma
4. Smooth muscle Leiomyoma/Leiomyosarcoma
5. Skeletal muscle Rhabdomyoma/Rhabdomyosarcoma
6. Blood vessel Angioma/Angiosarcoma
7. Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8. Perivascular Hemangioma/Malignant hemangio
pericytoma
9. Synovial Synovial sarcoma
10. Paraganglionic Malignant paraganglioma
11. Mesothelial Malignant schwannoma
12. Extra skeletal cartilaginous dan Chondroma/Extraskeletal
chondrosarcoma
osseus
Extraskeletal osteosarcoma
13. Mesenchymal Malignant mesenchymoma
14. Neural Neuroblastoma
Epithelioid sarcoma
Gradasi Histopatologis
Termasuk dalam penilaian gradasi adalah :
- Tingkat selularitas
- Diferensiasi
- Pleomorfi
- Nekrosis
- Jumlah mitosis
15
American Joint Commission on Cancer (AJCC) dan Memorial Sloan-
Kettering Cancer Center (MSKCC) membedakan atas gradasi rendah dan
tinggi.
Disamping gradasi, diperlukan pula informasi pemeriksaan histopatologi
berupa :
- Ukuran tumor
- Tipe dan sub-tipe
- Batas sayatan (margin)
- Invasi
Stadium Klinik
Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
T – Primary tumor
T0 No evidence of primary tumor
T1 Tumor <5 cm in greatest dimension
T1a Superficial tumor
T1b Deep tumor
T2 Tumor >5 cm in greatest dimension
T2a Superficial tumor
T2b Deep tumor
N – Regional lymph nodes
N0 No regional lymph node metastasis
N1 Regional lymph node metastasis
M – Distant metastasis
M0 No distant metastasis
M1 Distant metastasis
G – Histopathologic grade
Low grade
High grade
Stage Grouping (TNM System 6th edition, 2002)
Stage IA Low grade T1a N0 M0
Low grade T1b N0 M0
16
Stage IB Low grade T2a N0 M0
Low grade T2b N0 M0
Stage IIA High grade T1a N0 M0
High grade T1b N0 M0
Stage IIB High grade T2a N0 M0
Stage III High grade T2b N0 M0
Stage IV Any Any T N1 M0
Any AnyT AnyN M1
II.2.4 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung
pada lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis
dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat
membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan
agak sukar dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun
tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok
dan perdarahan pada kulit diatasnya.
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh.
Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan
yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah
terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di
visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang
tidak nyeri, hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat
17
pula perdarahan gastro intestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan
neuro vaskular.
Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya.
Keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap
jaringan sekitar. Keluhan yang berhubungan dengan metastasis jauh.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita
dan tanda-tanda metastasis pada paru , hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi :
Tumor primer :
Lokasi tumor
Ukuran tumor
Batas tumor, tegas atau tidak
Konsistensi dan mobilitas
Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik /
sensorik dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi
usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi.
Metastasis regional perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran
kgb regional.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada tulang.
2. MRI / CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya,
3. Angiografi atas indikasi,
4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru
5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
7. Biopsi :
Tidak dianjurkan pemeriksaan FNAB (sitologi)
Sebaiknya dilakukan “core biopsy” atau ‘tru cut biopsy” dan lebih
dianjurka untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor <
3 cm dilakukan biopsi eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi incisi.
18
Untuk kasus kasus tertentu bila pemeriksaan Histo PA meragukan,
dilakukan pemeriksaan imunohistokimia.
Setelah dilakukan pemeriksaan di atas Diagnosis Klinis
Onkologi telah dapat ditegakkan, selanjutnya ditentukan Stadium Klinik
tumor soft tissue Sesuai tabel di atas.
Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus
dipastikan apakah kasus tumor soft tissue tersebut kurabel atau tidak,
resektabel atau tidak, dan harus dipastikan modalitas apa yang dimiliki
(operasi, radiasi, khemoterapi), serta kemungkinan tindakan rehabilitasi.
II.2.5 Penatalaksanaan
Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak
adalah eksisi yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan
berbeda pada sarkoma jaringan lunak.
Prosedur terapi untuk tumor jaringan lunak yang tergolong ganas atau
yang disebut sarkoma jaringan lunak dibedakan atas lokasinya, antara lain
a. Ekstremitas
b. Visceral/retroperitoneal
c. Bagian tubuh lain
d. SJL dengan metastasis jauh
II.2.6 Prognosis
Prognosis dari tumor jaringan lunak yang tergolong jinak umumnya baik, dan
bergantung pada :
• Staging dari penyakit
• Lokasi serta besar dari tumor.
• Ada atau tidaknya metastase
• Respon tumor terhadap terapi.
• Umur serta kondisi kesehatan dari penderita.
• Toleransi penderita terhadap pengobatan, prosedur terapi.
• Penemuan pengobatan yang terbaru.
19
DAFTAR PUSTAKA
20