Anda di halaman 1dari 20

Presentasi Kasus

Soft Tissue Tumor Punggung

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di


Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Prof. Margono Soekarjo Purwokerto

Diajukan Kepada:
Pembimbing : dr. Lopo Triyanto, Sp. B (K). Onk

Disusun Oleh :
Gita Putri Benavita (1910221025)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU BEDAH


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
RUMAH SAKIT PROF. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
PERIODE 30 SEPTEMBER 2019 – 7 DESEMBER 2019

i
LEMBAR PENGESAHAN KOORDINATOR KEPANITERAAN

ILMU BEDAH

Presentasi Kasus

Soft Tissue Tumor Punggung

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan


Klinik di Departemen Ilmu Bedah Rumah Sakit Prof. Margono
Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :
Gita Putri Benavita (1910221025)

Telah Disetujui oleh Pembimbing

Nama Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

Dr. Lopo Triyanto, Sp.B (K). Onk .............................. ....................

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan penulisan presentasi kasus yang berjudul "Tumor Tiroid"
tepat pada waktunya. Penulisan presentasi kasus ini merupakan salah satu syarat
untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Bedah RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Ucapkan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. dr. Lopo Triyanto, Sp.B (K). Onk selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan presentasi kasus
ini.
2. Dokter-dokter spesialis dan sub-spesialis bedah di SMF Ilmu Bedah di
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
3. Rekan-rekan Co-Assisten Bagian Ilmu Bedah atas semangat dan dorongan
serta bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf dan menerima segala
masukan yang bersifat membangun.

Purwokerto, November 2019


Penulis

Gita Putri Benavita

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 3

DAFTAR ISI................................................................................................. 4

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 5

I.1 Latar Belakang ................................................................................ 5

1.2 Tujuan ............................................................................................. 5

BAB II STATUS PASIEN .......................................................................... 7

II.1 Identitas pasien............................................................................... 7

II.2 Anamnesa ....................................................................................... 7

II.3 Pemeriksaan Fisik .......................................................................... 8

II. 4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 9

II. 5 Resume ......................................... Error! Bookmark not defined.

II. 6 Diagnosa ..................................................................................... 10

II. 7 Diagnosa Banding ........................ Error! Bookmark not defined.

II. 8 Tatalaksana ................................................................................. 10

II. 9 Prognosis ..................................................................................... 10

BAB III LANDASAN TEORI ....................... Error! Bookmark not defined.

III.1 Anatomi Hisologi Kelenjar Tiroid ............. Error! Bookmark not


defined.

III.2 Fisiologi Hormon Tiroid.............. Error! Bookmark not defined.

III.3 Tumor Tiroid ............................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 18

4
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi


dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
(Sjamsuhidayat, 2010: 134).
Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari
jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggonta gerak, badan atau
reptroperitoneum (Toy et al.2011: 120). Penyebab pasti timbulnya soft tissue tumor
ini belum jelas, namun banyak faktor yang di duga berperan. Kondisi genitik 66%,
paparan radiasi 1%, infeksi 3 % dan trauma 30 % merupakan faktor resiko yang
berhubungan erat dengan terjadinya soft tissue tumor. Lokasi yang paling sering
ditemukan yaitu kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha,
20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher dan 30% di badan dan
retroperitoneum. (M. Clevo, 2012: 85)
Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), Soft Tissue Tumor
merupakan benjolan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Menurut WHO
pada tahun 2012 angka penderita soft tissue tumor secara global, sekitar 14,1 juta
orang yang menderita soft tissue tumor. Dalam data WHO tahun 2008, Asia
Tenggara menyumbang 725.600 kasus. (ACS, 2012: 2)
Pasien soft tissue tumor biasanya di bawa oleh keluarga ke rumah sakit atau
unit kesehatan lainnya. Karena keluarga tidak mampu merawat, benjolan semakin
lama semakin membesar dan kadang-kadang pasien mengeluh nyeri. Beberapa
alasan yang lazim keluarga membawa pasien ke rumah sakit yaitu benjolan semakin
lama semakin membesar, keluarga mengira itu kanker dan pasien merasa nyeri. Soft
Tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan oleh
neoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal,
progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker. (M. Clevo, 2012: 84)
Soft tissue tumor umumnya dapat ditangani dengan tindakan bedah dan
keperawatan. Dalam penatalaksanaan keperawatan pada soft tissue tumor di
lakukan tindakan pembedahan kecil (exsici). Bisanya dalam asuhan keperawtan soft

5
tissue tumor dengan masalah yang sering muncul adalah cemas berhubunga dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit dan setelah operasi masalah yang muncul
adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka post operasi) dan
resiko infeksi.

I.2 Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini yaitu untuk menambah pamahaman klinis
mengenai soft tissue tumor khususnya pada segi diagnosis, pengenalan etiologi,
faktor risiko, gejala klinis serta terapi

6
BAB II
STATUS PASIEN
II.1 Identitas pasien
No. RM : 02117130

Nama : Tn. R

Usia : 69 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Alamat : Pemalang, Jawa Tengah

Status menikah : Menikah

Tanggal masuk : 11 November 2019

Bangsal : Ruang Soepardjo Roestam Atas

II.2 Anamnesa

Keluhan Utama :
Benjolan di punggung

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Pasien datang ke pelayanan rawat jalan (Poli) bedah onkologi Rumah Sakit
Margono Soekarjo Purwokerto sekitar 1 bulan yang lalu dengan keluhan
benjolan pada punggung kiri dengan ukuran sebesar kepalan tangan,
benjolan dirasakan muncul sejak tiga bulan yang lalu.
• Benjolan baru diketahui kurang lebih tiga bulan yang lalu saat di RS Siaga
Medika. Benjolan sempat dilakukan operasi eksisi biopsi, kemudian
dilakukan pemeriksaan histopatologinya. Benjolan kemudian muncul
kembali ketika kontrol rawat jalan yang ke-3 di RS Siaga Medika setelah
dilakukan eksisi. Kemudian, dirujuk ke RSMS dan melakukan 3 kali kontrol
rawat jalan sebelum dilakukan operasi eksisi biopsi di RSMS pd tanggal 12
November 2019, benjolan sempat pecah pada tanggal 7 November 2019.

7
Setelah benjolan pecah, benjolan selalu mengeluarkan rembesan darah.
Keluhan demam, mual dan muntah disangkal, makan dan minum cukup,
buang air besar dan buang air kecil lancar dan tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien menyangkal riwayat hipertensi, diabetes mellitus, dan
gangguan ginjal. Pasien juga menyangkal memiliki riwayat alergi, baik
terhadap makanan maupun obat-obatan.

Riwayat Penyakit keluarga :


Pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang mempunyai
benjolan serupa. Keluarga pasien juga tidak ada yang menderita kanker,
hipertensi, diabetes mellitus dan alergi.

Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien merupakan seorang petani. Pasien tinggal dirumah bersama


seorang istri. Memiliki kebiasaan makan 3 kali sehari dengan lauk pauk
dan sayuran. Pasien juga sudah jarang berkerja sebagai petani.

II.3 Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum : Tampak sakit sedang

B. Kesadaran : Compos Mentis

C. Gizi : BB : 55 Kg TB: 170 cm

D. Tanda vital

- Tekanan darah : 126/79 mmHg

- Nadi : 75 x/ menit, reguler, isi cukup

- Pernafasan : 22 x/ menit reguler, saturasi 99%

- Suhu : 36.5 C

E. Status Generalis :

- Mata : konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-

8
- Mulut : mukosa lembab, sianosis (-)

- Leher : trakea di tengah, massa (-), retraksi (-)

- Limfonodi : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)

- Jantung : BJ I/II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru : suara dasar napas vesikuler (-/-), wheezing (-/-),


rhonki (-/-)

- Abdomen : datar, supel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

- Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-) CRT <2 detik

F. Status Lokalis regio scapularis:


 Inspeksi : Terdapat massa kira-kira sebesar bola tennis
yang terletak pada regio dorsum dextra, berbatas tegas, warna
kemerahan, tidak terdapat benjolan disekitarnya.
 Palpasi : pada regio scapularis dextra terdapat nodul
berukuran 8x12 cm, konsistensi kenyal padat, tidak teraba
hangat, permukaan rata, batas tegas, nyeri tekan (-).

Foto Klinis Tn. R sebelum Operasi Eksisi Biopsi

9
II. 4 Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan Laboratorium (11 November 2019)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 13.4 11,2 – 17,3 g/Dl
Leukosit 13.440 H 3800 –10600 U/L
Hematokrit 40 40– 52 %
Eritrosit 4.4 4,4 – 5,9 ^6/uL
Trombosit 199.000 150.000– 440.000 /uL
MCV 90.8 80 – 100 fL
MCH 30.7 26 – 34 Pg/cell
MCHC 33.8 32 – 36 %
RDW 12.9 11,5 – 14,5 %
MPV 10.6 9,4 – 12,4 fL
Basofil 0.1 0–1%
Eosinofil 0.1 L 2–4%
Batang 0.7 L 3–5%
Segmen 76.4 H 50 – 70
Limfosit 12.9 L 25 – 40 %
Monosit 8.9 H 2-8
Granulosit 10.350 H
Pt 11.6 9.9 – 11.8 detik
Aptt 39.3 H 26.4 – 37.5 detik
Ureum Darah 24.38 14.98 – 38.52 mg/dL
Kreatinin 1.02 0.70– 1.30 mg/dL
Darah

II. 5 Diagnosa

Soft Tissue Tumor Punggung

II. 6 Tatalaksana

Eksisi Biopsi 12 November 2019

II. 7 Prognosis

1. Quo ad Vitam : dubia ad bonam

2. Quo ad functionam : dubia ad bonam

3. Quo ad sanationam : dubia ad bonam

10
BAB III
LANDASAN TEORI

III. 1 Anatomi Punggung

Otot-otot punggung dan bahu diantaranya adalah m. latissimus


dorsi, m. trapezius, m. deltoideus, m. levator scapulae, m. serratus anterior,
m. teres mayor dan m. teres minor, m. romboideus mayor dan m. romboides
minor, m. subscapularis, m. supraspinatus, dan m. infraspiatus.
Trigonum deltoipektoralis adalah regio yang dibatasi oleh m.
deltoideus, m. pektoralis mayor, dan di superior oleh sebagian kecil
klavikula yang bukan merupakan origo untuk tiap otot ini.
Fasia klavipektoralis adalah lembaran jaringan ikat yang kuat.
Bagian teratas fasia ini membentuk dasar bagi trigonum deltopektoralis. Di
superior fasia ini melekat ke klavikula di sekitar m. pektoralis minor. Fasia
ini terus ke bawah sebagai ligamentum suspensorium aksila dan
menyambung dengan dasar fasia ketiak. Fasia klavipektoralis ditembus oleh
empat struktur. Dua struktur mengalir ke dalam: vena sefalika dan limfatik
dari kelenjar getah bening infraklavikularis. Begitu pula, dua struktur
menembus fasia ke arah luar: arteri torakromialis dan nervus pektoralis
lateralis (yang mempersarafi m. pektoralis mayor dan m. pektoralis minor.
Dua rongga anatomis yang penting pada regio bahu adalah: regio
kuadrangualaris yang merupakan rongga intermuskularis tempat lewatnya
n. aksilaris dan pembuluh darah sirkumfleksa humeri posterior ke arah
belakang dan pembuluh darah sirkumfleksa humeri posterior ke arah
belakang dan mengelilingi kolum chirurgikum humerus. Di atas dibatasi
oleh m. subscapularis dan m. teres minor serta dibawah dibatasi oleh m.
teres mayor. Kaput longun m. triseps dan kolum chirurgikum humerus
merupakan batas medial dan lateralnya. Berikutnya adalah rongga trigonum
dibatasi oleh m. teres mayor, m. teres minor, dan kaput longum m. triseps.
Arteri sirkumfleksa scapulae lewat dari depan ke belakang melalui rongga
ini untuk mencapai fosa infraspinatus.

11
Otot-otot penggerak bahu diantaranya, m. deltoideus memiliki
tiga bagian yang ketiganya berinsersio pada deltoid tuberosity dan berorigo
di sepertiga lateral os scapula (deltoid anterior), acromion proc (deltoid
midle) dan spina scpula (deltoid posterior) ketiga otot tersebut di persarafi
oleh n. axilaris (C6-7), m. latsimus dorsi berorigo di Th 7-12 dan berinsersio
pada crista tuberculus minoris dipersarafi oleh n. thoraco dorsal (C6-8), m.
teres mayor berinsersio pada humerus berorigo pada cingulum ekstremitas
superior dan disarafi oleh n. subscapularis inferior (C5-6) dan m. pectoralis
mayor berorigo pada sepertiga medial calvikula dan berinsersio pada lateral
sulkus bicipitalis yang dipersarafi oleh n. laterar dan medial pectoralis (C5-
8 dan Th 1) (Hounglum & Bertoti, 2012).

12
III.2 Soft Tissue Tumor
Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya
berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan,
atau retroperitoneum (Toy et al. 2011).
Tumor jaringan lunak merupakan kelompok tumor yang sangat
heterogen dan diklasifikasikan berdasarkan gambaran histologinya. Sebagai
contoh, lipoma dan liposarkoma merupakan tumor dengan gambaran jaringan
lemak, sementara hemangioma dan angiosarcoma mengandung sel yang
menggambarkan sel endotel. Klasifikasi histologisnya yang bervariasi ini
biasanya dibagi lagi dalam bentuk jinak atau ganas.
Jaringan lunak atau soft tissue merupakan jaringan ekstraskeletal
non-epitel dan terpisah dengan system retikuloendotelial, glia, serta jaringan
penyokong dari berbagai organ parenkim. Jaringan lunak terdiri dari otot,
lemak, dan jaringan ikat beserta pembuluh darah yang menyuplai jaringan ini.
Berdasarkan perjanjian, jaringan lunak juga meliputi system saraf periferm,
menyebabkan tumor yang timbul dari saraf tampak sebagai tumor jaringan
lunak dan memberikan gambaran serupa dalam diagnosis banding serta
penanganannya. Secara embriologi, jaringan lunak berasal dari mesoderm
sebagian berasal dari neuroderm.
Adapun pemeriksaan penunjang tumor jaringan lunak diantaranya
dengan foto rontgen, ultrasonografi, CT-Scan, dan MRI. (Sjamsuhidajat.
2010). Penatalaksanaan pada tumor meliputi operasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Operasi untuk menghancurkan atau mengangkat tumor.
Radioterapi merupakan suatu cara untuk eradikasi tumor ganas yang
radiosensitive dan juga sebagai penatalaksanaan awal sebelum tindakan
operasi dilakukan. Kemoterapi merupakan penatalaksanaan tambahan pada
tumor ganas tulang dan jaringan lunak, obat-obatan yang dipergunakan adalah
metotreksat, adriamisin, siklofosfamid, vinkristin, sisplatinum. Pemberian
kemoterapi biasanya dilakukan pada pra/pasca operasi (Muttaqin. 2008).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan soft tissue tumor yaitu
adanya keluhan nyeri yang menunjukkan tanda ekspansi tumor yang cepat dan
penekanan ke jaringan sekitarnya. Pemeriksaan lokasi tumor, besar, bentuk,

13
batas dan sifat tumor. Adanya gangguan pergerakan sendi akibat adanya tumor,
spasme otot dan kekakuan tulang belakang jika tumor terdapat pada tulang
belakang. Pemeriksaan neurologis untuk menentukan adanya penekanan tumor
pada saraf-saraf tertentu (Muttaqin. 2008).

III.2.1 Etiologi
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak. Dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi virus Epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.

III.2.2 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor
atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam
tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh. Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat
bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri atau bengkak.

14
III.2.3 Klasifikasi
No. Jaringan Asal Bentuk Tumor
1. Fibrous Fibroma/Fibrosarcoma
2. Fibrohistiocytic Malignant fibrous histiocytoma
3. Lipomatous Lipoma/Liposarcoma
4. Smooth muscle Leiomyoma/Leiomyosarcoma
5. Skeletal muscle Rhabdomyoma/Rhabdomyosarcoma
6. Blood vessel Angioma/Angiosarcoma
7. Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8. Perivascular Hemangioma/Malignant hemangio
pericytoma
9. Synovial Synovial sarcoma
10. Paraganglionic Malignant paraganglioma
11. Mesothelial Malignant schwannoma
12. Extra skeletal cartilaginous dan Chondroma/Extraskeletal
chondrosarcoma
osseus
Extraskeletal osteosarcoma
13. Mesenchymal Malignant mesenchymoma
14. Neural Neuroblastoma

Extraskeletal Ewing’s sarcoma


15. Miscellaneous Alveolar soft part sarcoma

Epithelioid sarcoma

Malignant extra renal rhabdoid tumor

Desmoplastic small cell tumor

Gradasi Histopatologis
Termasuk dalam penilaian gradasi adalah :
- Tingkat selularitas
- Diferensiasi
- Pleomorfi
- Nekrosis
- Jumlah mitosis

15
American Joint Commission on Cancer (AJCC) dan Memorial Sloan-
Kettering Cancer Center (MSKCC) membedakan atas gradasi rendah dan
tinggi.
Disamping gradasi, diperlukan pula informasi pemeriksaan histopatologi
berupa :
- Ukuran tumor
- Tipe dan sub-tipe
- Batas sayatan (margin)
- Invasi

Stadium Klinik
Berdasarkan UICC dan AJCC 2002
T – Primary tumor
T0 No evidence of primary tumor
T1 Tumor <5 cm in greatest dimension
T1a Superficial tumor
T1b Deep tumor
T2 Tumor >5 cm in greatest dimension
T2a Superficial tumor
T2b Deep tumor
N – Regional lymph nodes
N0 No regional lymph node metastasis
N1 Regional lymph node metastasis
M – Distant metastasis
M0 No distant metastasis
M1 Distant metastasis
G – Histopathologic grade
Low grade
High grade
Stage Grouping (TNM System 6th edition, 2002)
Stage IA Low grade T1a N0 M0
Low grade T1b N0 M0

16
Stage IB Low grade T2a N0 M0
Low grade T2b N0 M0
Stage IIA High grade T1a N0 M0
High grade T1b N0 M0
Stage IIB High grade T2a N0 M0
Stage III High grade T2b N0 M0
Stage IV Any Any T N1 M0
Any AnyT AnyN M1

II.2.4 Diagnosis
a. Anamnesis
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung
pada lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis
dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat
membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan
agak sukar dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun
tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok
dan perdarahan pada kulit diatasnya.
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh.
Keluhan utama pasien SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan
yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah
terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di
visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang
tidak nyeri, hanya sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat

17
pula perdarahan gastro intestinal, obstruksi usus atau berupa gangguan
neuro vaskular.
Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya.
Keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap
jaringan sekitar. Keluhan yang berhubungan dengan metastasis jauh.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita
dan tanda-tanda metastasis pada paru , hati dan tulang.
2. Pemeriksaan status lokalis meliputi :
Tumor primer :
 Lokasi tumor
 Ukuran tumor
 Batas tumor, tegas atau tidak
 Konsistensi dan mobilitas
 Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik /
sensorik dan tanda-tanda bendungan pembuluh darah, obstruksi
usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi.
 Metastasis regional perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran
kgb regional.
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya infiltrasi pada tulang.
2. MRI / CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya,
3. Angiografi atas indikasi,
4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru
5. USG hepar / sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis
6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.
7. Biopsi :
 Tidak dianjurkan pemeriksaan FNAB (sitologi)
 Sebaiknya dilakukan “core biopsy” atau ‘tru cut biopsy” dan lebih
dianjurka untuk dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor <
3 cm dilakukan biopsi eksisi dan bila > 3 cm dilakukan biopsi incisi.

18
 Untuk kasus kasus tertentu bila pemeriksaan Histo PA meragukan,
dilakukan pemeriksaan imunohistokimia.
Setelah dilakukan pemeriksaan di atas Diagnosis Klinis
Onkologi telah dapat ditegakkan, selanjutnya ditentukan Stadium Klinik
tumor soft tissue Sesuai tabel di atas.
Sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus
dipastikan apakah kasus tumor soft tissue tersebut kurabel atau tidak,
resektabel atau tidak, dan harus dipastikan modalitas apa yang dimiliki
(operasi, radiasi, khemoterapi), serta kemungkinan tindakan rehabilitasi.

II.2.5 Penatalaksanaan
Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak
adalah eksisi yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan
berbeda pada sarkoma jaringan lunak.
Prosedur terapi untuk tumor jaringan lunak yang tergolong ganas atau
yang disebut sarkoma jaringan lunak dibedakan atas lokasinya, antara lain
a. Ekstremitas
b. Visceral/retroperitoneal
c. Bagian tubuh lain
d. SJL dengan metastasis jauh

II.2.6 Prognosis
Prognosis dari tumor jaringan lunak yang tergolong jinak umumnya baik, dan
bergantung pada :
• Staging dari penyakit
• Lokasi serta besar dari tumor.
• Ada atau tidaknya metastase
• Respon tumor terhadap terapi.
• Umur serta kondisi kesehatan dari penderita.
• Toleransi penderita terhadap pengobatan, prosedur terapi.
• Penemuan pengobatan yang terbaru.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sukardja, I Dewa Gede. 2005. Onkologi Klinik Edisi 2. Airlangga University


Press. Surabaya.
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors. Fifth Edition. China :
Mosby Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.
Jakarta : Sagung Seto
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta
: EGCToy, Eugene C; Liu,Terrence H dan Campbell, Andre R. 2011. Case

20

Anda mungkin juga menyukai