Anda di halaman 1dari 9

SECOND LOOK LAPARATOMI

DEFINISI
Laparatomi merupakan suatu prosedur tindakan pembedahan dengan
melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen.Kata Laparatomi terbentuk dari
dua kata Yunani, lapara dan tome.Kata lapara berarti bagian lunak dari
tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul.Sedangkan tome berarti
pemotongan

(Sjamsudidajat,

2005).

Second

look

Laparotomi

Merupakan

pembedahan laparatomi kedua yang biasanya dilakukan setelah pembedahan


pertama dan sudah melakukan kemoterapi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien sebelum
dilakukan laparatomi adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap atau Complete blood count adalah suatu
jenis pemeriksaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit
dan atau untuk meihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu
penyakit.

Pemeriksaan

darah

parameter pemeriksaan, yaitu

lengkap

terdiri

: hemoglobin,

dari

beberapa

jenis

hematokrit, leukosit,

trombosit, eritrosit, indeks eritrosit, laju endap darah, hitung jenis


leukosit, platelet distribution width dan red cell distribution width.
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Kadar hemoglobin harus dipastikan dalam rentang normal
sebelum dilakukan operasi untuk memastikan bahwa klien tidak akan
mengalami anemia selama dan setelah operasi dilakukan.
2. Bleeding Time dan Coagulation Time
Bleeding time (BT) menilai kemampuan darah untuk membeku setelah
adanya luka atau trauma, dimana trombosit berinteraksi dengan dinding
pembuluh darah untuk membentuk bekuan. Coagulation time (CT) adalah
waktu yang diperlukan darah untuk membeku atau waktu yang
diperlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan.
BT dan CT harus diperhatikan sebelum dilakukan operasi
mengetahui kemampuan tubuh klien dalam pembekuan darah

untuk

3. Ultrasonograf
Pemeriksaan ini dapat menentukan letak dan batas kista,
4. EKG

PROSEDUR LAPAROTOMI

Desinfeksi lapangan operasi dengan antiseptik kemudian dipersempit


dengan linen steril.

Irisan dapat transversal supra umbilical/infra umbilikal incisions.

Incisi midline khusus untuk trauma dengan shock hipovolemi dengan


mempertimbangkan accessibility dan extensibility.

Dilanjutkan irisan di subkutis sampai tampak fascia.

Fascia diiris secukupnya dilanjutkan pemotongan fascia dengan gunting


jaringan sampai tampak mm. rectus abdominis splitting pada otot
tersebut; lemak preperitoneal disisihkan sampai terlihat peritoneum
parietale.

Peritoneum di buka dengan gunting kemudian dengan perlindungan


tangan operator peritoneum dibuka sepanjang irisan.

Pada kedua tepi luka dipasang hak untuk memperluas akses ke rongga
abdomen

dilanjutkan

dengan

tindakan

sesuai

temuan

operasi.

(pengangkatan kista)

Penutupan luka operasi dimulai dengan menjahit peritoneum dengan


catgut plain secara continous- locking, kemudian kedua otot rectus
abdominis di jahit dengan catgut plain secara simple interrupted.

Fascia dijahit dengan vicryl secara continous-locking; kemudian lemak


subkutis dijahit dengan catgut plain simple interrupted.

Kulit dijahit dengan vicryl secara subcuticuler jika operasi nonkontaminasi,


tetapi jika kontaminasi dengan monoflament non absorbable atau silk
secara simple interrupted.

Untuk teknik upper transverse incisions dilakukan irisan 2 jari di superior


umbilicus transversal, diperdalam sampai lemak subkutis hingga tampak
fascia; dilakukan irisan pada fascia.

Otot rectus abdominis dan otot obliqus externus, internus dan transversus
abdominis

dipotong dengan electrocauter yang juga berguna untuk

mengendalikan perdarahan.

Peritoneum parietale di buka dengan gunting jaringan, kemudian dengan


perlindungan tangan operator peritoneum dibuka sepanjang irisan.

Ligamentum teres hepatis dipotong dan di ligasi dengan silk.

Kedua sisi luka operasi dipasang hak dan dilakukan tindakan sesuai
temuan operasi.

Penutupan luka operasi dimulai dengan menjahit peritoneum dengan


catgut plain secara continous- locking, kemudian jaringan otot abdominis
di jahit dengan catgut plain/vicryl secara simple.

Penjahitan lemak subcutis dengan catgut plain secara simple intrupted

Kulit dijahit dengan vicryl secara subcuticuler jika operasi nonkontaminasi,


tetapi jika kontaminasi dengan monoflament non absorbable atau silk
secara simple interrupted.

Untuk tehnik lower transverse incisions dilakukan irisan 2 jari di inferior


umbilicus transversal atau interspina, diperdalam sampai lemak subkutis
hingga tampak fascia; dilakukan irisan pada fascia.

Otot rectus abdominis dan otot obliqus externus, internus dan transversus
abdominis

dipotong dengan electrocauter yang juga berguna untuk

mengendalikan perdarahan.

Peritoneum parietale di buka dengan gunting jaringan, kemudian dengan


perlindungan tangan operator peritoneum dibuka sepanjang irisan.

Urachus dipotong dan di ligasi dengan silk.

Kedua sisi luka operasi dipasang hak dan dilakukan tindakan sesuai
temuan operasi.

Penutupan luka operasi dimulai dengan menjahit peritoneum dengan


catgut plain secara continous- locking, kemudian jaringan otot abdominis
di jahit dengan catgut plain/vicryl secara simple.

Penjahitan lemak subcutis dengan catgut plain secara simple intrupted

Kulit dijahit dengan vicryl secara subcuticuler jika operasi nonkontaminasi,


tetapi jika kontaminasi dengan monoflament non absorbable atau silk
secara simple interrupted

DAFTAR PUSTAKA
Kate, Vikram. 2011. Exploratory Laparotomy. Diakses 1 Oktober 2015 pukul
20.00 dari: http://emedicine.medscape.com/article/1829835-overview
Liewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Edisi 6.
Jakarta : Hipokrates.
Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

KEMOTERAPI
Definisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah segolongan obat-obatan yang dapat menghambat
pertumbuhan kanker atau bahkan membunuh sel kanker. Obat-obat anti kaker ini
dapat

digunakan

sebagai

terapi

tunggal

(active

single

agents),

tetapi

kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi


sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah

satu obat mungkin sensitif terhadap obat lainnya. Dosis obat sitostatika dapat
dikurangi sehingga efek samping menurun.
Tujuan Kemoterapi
Tujuan kemoterapi adalah untuk menyembuhkan pasien dari penyakit
tumor ganasnya. Kemoterapi bisa digunakan untuk mengatasi tumor secara lokal
dan juga untuk mengatasi sel tumor apabila ada metastasis jauh. Secara lokal
dimana vaskularisasi jaringan tumor yang masih baik, akan lebih sensitif
menerima kemoterapi sebagai antineoplastik agen. Dan karsinoma sel skuamosa
biasanya sangat sensitif terhadap kemoterapi ini.
Cara Pemberian Kemoterapi
Secara umum kemoterapi bisa digunakan dengan 4 cara kerja yaitu :
1

Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi mendahului pembedahan


dan radiasi.

Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi diberikan bersamaan dengan


radiasi pada kasus karsinoma stadium lanjut.

Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi tambahan paska pembedahan


dan atau radiasi

Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa radiasi dan pembedahan


terutama pada kasus kasus stadium lanjut dan pada kasus kanker jenis
hematologi (leukemia dan limfoma).
Menurut prioritas indikasinya terapi

terapi kanker dapat dibagi menjadi dua

yaitu terapi utama dan terapi adjuvan (tambahan/ komplementer/ proflaksis).


Terapi utama dapat diberikan secara mandiri, namun terapi adjuvan tidak dapat
mandiri, artinya terapi adjuvan tersebut harus meyertai terapi utamanya.
Tujuannya adalah membantu terapi utama agar hasilnya lebih sempurna.
Efek Samping Kemoterapi
Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang
membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus
gastro intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum
tulang yang memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa
terjadi mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel
rambut mengakibatkan kerontokan rambut.13

Jaringan tubuh normal yang

cepat proliferasi misalnya sum-sum tulang, folikel rambut, mukosa saluran


pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya sel kanker

menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat lebih lama
dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel
kanker.
Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap
jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa
kronik fbrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi
dan sebaiknya dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi
juga merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi.
Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi
tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas
permukaan tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan
(kg). Selain itu faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita.
Untuk menentukan keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan
umum (kurus sekali, tampak kesakitan, lemah sadar baik, koma, asites, sesak,
dll), status penampilan (skala karnofsky, skala ECOG), status gizi, status
hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi jantung, paru dan lain sebagainya.
Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi,
pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting)
maka dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping
terhadap organ tersebut lebih minimal. Efek Samping secara spesifk untuk
masing-masing obat dapat dilihat pada lampiran 2.
Efek samping kemoterapi dipengaruhi oleh :
1

Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifk terhadap organ tubuh


tertentu. (lampiran 2)

Dosis.

Jadwal pemberian.

Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).

Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada


organ tertentu.

Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang


apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum
memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sbb.
1

Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status


penampilan <= 2

Jumlah lekosit >=3000/ml

Jumlah trombosit>=120.0000/ul

Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10

Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )

Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).

Elektrolit dalam batas normal.

Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia


diatas 70 tahun.

DAFTAR PUSTAKA
1 Sukardja IGD. Onkologi Klinik , Edisi 2, Airlaga University Press, 2000 : 243
55
2 Kentjono WA, Kemoterapi pada Tumor Ganas THT-Kepala Leher Pendidikan
Kedokteran Berkelanjutan III Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok-Kepala
Leher, SMF Ilmu Penyakit THT FK Unair/ RSUD dr. Soetomo, Surabaya
November 2002,108- 21
Quinn FB, Ryan,WM ; Chemotherapy for Head and Neck Cancer; Grand Rounds
Presentation, UTMB, Dept. of Otolaryngology; April 16, 2003

SURGICAL STAGING

Surgical staging adalah suatu tindakan bedah laparatomi eksplorasi yang


dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perluasan suatu kanker ovarium
dengan

melakukan

evaluasi

daerah-daerah

yang

potensial

akan

dikenai

perluasan atau penyebaran kanker ovarium. Temuan pada surgical staging akan
menetukan stadium penyakit dan pengobatan adjuvant yang perlu diberikan.
Bila pada eksplorasi secara visual dan palpasi tidak ditemukan penyebarana
makroskopis

dari

kanker,

penyebaran

mikroskopis

harus

dicari

dengan

melakukan pemerikasaan mikroskopis cairan peritoneum, biopsy peritoneum,


omentektomi, dan linfadenoktomi kelenjar getah bening pelvis dan para aorta.
Teknik Surgical Staging
Pada penderita tumor ovarium yang dicurigai ganas insisi abdomen hendaklah
insisi mediana atau paramedian yang cukup luas agar memudahkan melakukan
eksplorasi rongga perut bagian atas. Prosedur standar yang harus dilakukan
adalah:
1. Insisi mediana melewati umbilicus sampai diperoleh kemudahan untuk
melakukan eksplorasi rongga abdomen atas.
2. Contoh asites atau cairan di cavum dauglas, fosa parakolika kanan dan kiri
dan subdiafragmadiambil sebanyak 20-50 cc untuk pemeriksaan sitologi.
Dapat diakukan dengan alat suntik 20 cc atau 50 cc yang ujungnya telah
disambung dengan kateter.
3. Bila tidak ada asites atau cairan di cavum dauglas,pembilasan peritoneum
harus dilakukan dengan memasukkan 50-100 cc larutan faal. Dilakukan
pada lokasi Cul de sac, palakolika kanan dan kiri, hemi difragma kanan
dan kiri. Kemudian cairan itu diambil kembali dengan lat suntik tadi.
4. LAkukan Eksplorasi sistemik
5. Tumor ovarium diangkat sedapatnya in toto dan dikirim untuk pemeriksan
potong beku (frozen section).

6. Bila hasil potong beku ternyata ganas, dilanjutkan untuk pengangkatan


seluruh genitalia interna engan histerektomi total dan salpingooofarektomi
bilateral.
7. Untuk mengetahui adanya mikrometastasis dilakukan:
1. Biopsi peritoneum: kavum Douglas, paravesika urinaria parakolika
kanan dan subdiafragma
2. Biopsi perlengketan organ peritoneal
3. Limpadenoktomi sistematik kelenjar getah bening pelvis dan para
aorta
4. omentektomi
5. Apendektomi jika tumor jenis musinosum
Jika tindakan surgical staging dilakukan dengan benar disebut dengan
complete surgical staging. Sebaliknya, jika ada langkah-langkah yang
ditinggalkan, disebut incomplete surgical staging.

Anda mungkin juga menyukai