Makalah Forensik Aw
Makalah Forensik Aw
PENDAHULUAN
Kejahatan seksual termasuk aspek dari ilmu kedokteran forensik yang perlu
diperhatikan. Kejahatan terhadap kesusilaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan kepuasan seksual bagi dirinya dan
mengganggu kehormatan orang lain.
Dari data Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) pada 2012 lalu,
laporan untuk kekerasan seksual terhadap anak mengalami peningkatan. Ketua Komnas Anak
menyatakan sepanjang 2012 Komnas Anak telah menerima 2.637 kasus laporan pengaduan
kekerasan terhadap anak dan 62 % dari angka tersebut merupakan kekerasan seksual terhadap
anak. Jumlah persentase tersebut meningkat 20 % dari data 2010 sejumlah 42% kekerasan
seksual terhadap anak dan dan jumlah keseluruhan pelaporan sebanyak 2.426 kasus.
Pada 2011, Komnas Anak menyebutkan terdapat laporan kasus sebanyak 2.509 kasus
kekerasan terhadap anak dan dari jumlah kasus pelaporan tersebut, 58 % adalah kejahatan
atau kekerasan seksual. Korban kejahatan seksual tersebut adalah 82 % dari kalangan
ekonomi menengah kebawah.1
BAB II
LAPORAN KASUS
Anda bekerja sebagai dokter di IGD sebuah rumah sakit. Pada suatu sore hari datang
seorang laki-laki berusia 45 tahun membawa anak perempuannya yang berusia 14 tahun
menyatakan bahwa anaknya tersebut baru saja pulang dibawa lari oleh teman laki-laki yang
berusia 18 tahun selama 3 hari keluar kota. Sang ayah takut apabila telah terjadi sesuatu pada
diri putrinya. Ia juga bimbang apa yang akan diperbuat nya bila sang anak telah disetubuhi
laki-laki tersebut dan akan merasa senang apabila anda dapat menjelaskan berbagai hal
tentang aspek medikolegal dan kasus anaknya.
BAB III
PEMBAHASAN
1. KRONOLOGI KASUS
Seorang siswi kelas 3 SMP yang bernama Mawar mempunyai seorang pacar
bernama Eko. Eko berusia 18 tahun. Mereka kenal satu sama lain melalui jejaring sosial
Facebook. Pada suatu saat Eko mengajak Mawar untuk pergi ke Bandung dengan alasan
ingin menghabiskan akhir pekan di Bandung. Hubungan ini tidak diketahui oleh ayahnya
Mawar dan Mawar pun berbohong pada sang ayah bahwa akhir pekan ini bahwa sekolah
mengadakan Study Tour yang akan diadakan 3 hari tersebut. Saat Mawar pulang ke rumah,
ayahnya merasa curiga dengan sikap mawar yang berbeda. Mawar yang ceria tiba-tiba
menjadi pemurung dan berdiam diri di kamar. Selain itu Ayah Mawar melihat luka-luka pada
daerah yang tidak tertutup baju yaitu luka memar dan luka lecet pada daerah mulut, leher, dan
pergelangan tangan. Akhirnya ia menelepon ke sekolah untuk menanyakan mengenai Study
Tour tersebut. Pihak sekolah pun memberitahu bahwa tidak ada pelaksanaan Study Tour pada
akhir pekan kemarin. Mengetahui hal itu, Ayah Mawah marah dan memaksa Mawar untuk
bercerita kemana ia pergi dan apa yang terjadi. Namun, mawar diam saja seperti orang yang
depresi. Mawar tidak menceritakan dengan jelas, ia hanya bilang bahwa ia pergi dengan
pacarnya yang bernama Eko. Karena khawatir dan curiga kepada diri anaknya lalu ia pun
datang ke dokter untuk mendapat keterangan. Setelah diperiksa ternyata Mawar memang
sudah disetubuhi. Akhirnya Ayah Mawar melaporkan Eko kepolisian untuk menggugat Eko.
2. ASPEK HUKUM
Kejahatan terhadap kesusilaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan sesorang yang
menimbulkan kepuasan seksual dan di sisi lain perbuatan tersebut mengganggu kehormatan
orang lain. Kejahatan seksual ialah kejahatan yang timbul diperoleh melalui persetubuhan.
3
Prosedur Medikolegal
Adapun prosedur medikolegal yang harus diperhatikan pada kasus kejahatan seksual :
1. Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari
penyidik yang berwenang (pasal 133 KUHAP)
2. Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau
korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, jangan
diperiksa, suruh korban kembali kepada polisi.
3. Setiap visum et repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada
tubuh korban pada waktu permintaan visum et repertum diterima oleh dokter.
4. Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban
adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakantindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan
disampaikan pada pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan
dilakukan atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan
itu dan tidak menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most
private part dari tubuh seorang wanita.
5. Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa badan.
6. Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin jangan ditunda terlampau lama. Hindarkan
korban menunggu dengan perasaan was-was dan cemas di kamar periksa. Apalagi bila
korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan tergantung
pada ingatan semata.
7. Visum et repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya visum et repertum
perkara cepat dapat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan dari
tahanan, bila ternyata ia tidak bersalah.
8. Terkadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ibu/ayah
untuk memeriksa anak perempuannya, karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih
perawan, atau karena ia merasa curiga kalau-kalau atas diri anaknya baru terjadi
persetubuhan.
Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar ingin
mengetahui saja, atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila dimaksudkan
akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa anak itu.
Katakan bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi dan
biasanya dilakukan di rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan
penerangan pada ibu/ayah itu, bahwa jika umur anaknya sudah 15 tahun, dan jika
persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan makan menurut undang-undang, laki-laki
yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan
anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu dianjurkan untuk meminta nasehat dari
pengacara. 4
Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan
pemeriksaan. Perlu deielaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan
dibuat dalam bentuk surat keterangan karena tidak mengetahui untuk apa surat
keterangan itu. Mungkin saja untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh
seseorang yang tidak bersalah. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis untuk
memeriksa dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya. 4
3. PROSEDUR MEDIKOLEGAL
Pengertian dari medikolegal sendiri adalah aspek hukum dari dunia medis atau dari
profesi dokter, di dalam medikolegal dokter berkewajiban menjalankan praktek profesi dan
membantu penyidik dalam menangani suatu kasus pidana.
Pengaturan prosedur medikolegal diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP). Didalam KUHAP disebutkan pengaturan dari penemuan atau pelaporan
hingga dijatuhkannnya vonis atau hukuman.
a. Penemuan dan Pelaporan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 25 KUHAP, Laporan adalah pemberitahuan
yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan
undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau
diduga akan terjadinya peristiwa pidana. Penemuan dan pelaporan dilakukan
oleh warga masyarakat yang melihat, mengetahui atau mengalami suatu
kejadian yang diduga merupakan suatu tindak pidana. Pelaporan dilakukan ke
pihak yang berwajib dan dalam hal ini yaitu Kepolisian RI, dll. Pelaporan juga
bisa dilakukan melalui instansi pemerintah terdekat seperti RT (Rukun
Tetangga) atau RW (Rukun Warga). Hak dan kewajiban pelaporan ini diatur
didalam pasal 108 KUHAP.
b. Penyelidikan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 5 KUHAP, penyelidikan adalah
serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau
tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara yang diatur oleh undang-undang.
Penyelidik yang dimaksud adalah setiap pejabat polisi negara Republik
Indonesia yang tertera didalam Pasal 4 KUHAP. Didalam Pasal 5 KUHAP
disebutkan wewenang dan tindakan yang dilakukan oleh penyelidik:
(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud pasal 4:
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang:
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana
2. Mencari keterangan dan barang bukti
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan
serta memeriksa tanda pengenal diri
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung
jawab
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:
1.
dan
2.
3.
4.
c. Penyidikan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 1 KUHAP, penyidikan adalah serangkaian
tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undangundang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya. Penyidikan dilakukan oleh penyidik yaitu pejabat polisi Negara
RI dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang sebagaimana diatur di dalam pasal 6 KUHAP. Penyidik dapat
meminta bantuan seorang ahli dan didalam hal kejadian mengenai tubuh
manusia, maka penyidik dapat meminta bantuan dokter untuk dilakukan
penanganan secara kedokteran forensik. Kewajiban seorang dokter antara lain:
1. Melakukan pemeriksaan kedokteran forensik atas korban apabila
diminta secara resmi oleh penyidik.
2. Menolak
melakukan
kedokteran
pemeriksaan
kedokteran
10
Untuk melakukan prosedur Bedah mayat klinis, anatomis, dan transplantasi oleh
seorang dokter forensik diatur menurut peraturan pemerintah No.18 Tahun
1981. Dan bagi seorang dokter forensik yang membuat sebuah keterangan palsu
didalam hasil akhir pemeriksaan dikenakan Pasal 267 KUHP dan pasal 7
KODEKI.
d. Pemberkasan Perkara
Hal dilakukan oleh penyidik, menghimpun semua hasil penyidikannya,
termasuk hasil pemeriksaan kedokteran forensik yang dimintakan kepada
dokter. Dan nanti hasil berkas perkara ini akan diteruskan ke penuntut umum.
e. Penuntutan
Sesuai dengan pasal 1 ayat 7 KUHAP. Penuntutan yaitu tindakan penuntut
Umum untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang
berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini
dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di sidang
Pengadilan.
f. Persidangan
Didalam persidangan dipimpin oleh hakim atau majelis hakim. Dimana
didalam persidangan itu dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa, para saksi
dan juga para ahli. Dokter dapat dihadirkan di sidang pengadilan untuk
bertindak selaku saksi ahli atau selaku dokter pemeriksa. Dokter pun berhak
menolak menjadi saksi/ahli yang sebagaimana diatur dalam pasal 120, 168,
179 KUHAP.
11
g.
Vonis
Vonis dijatuhkan oleh hakim dengan ketentuan sebagai berikut:
Keyakinan pada diri hakim bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana
dan bahwa terdakwa memang bersalah melakukan tindak pidana tersebut
4. PEMERIKSAAN MEDIS
a. Anamnesis
Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada Visum et Repertum dengan judul
keterangan yang diperoleh dari korban. Terdiri dari bagian yang bersifat umum dan khusus.
Anamnesis umum meliputi :
b. Pemeriksaan Pakaian
Pada pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti seperti :
Apakah terdapat robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada
pakaian
Apakah ada kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani, lumpul dan lainlain dari tempat kejadian
Adakah benda-benda yang melekat pada pakaian dan mengandung trace evidence
Adakah tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberikan obat tidur/bius dan
needle marks
Bagaimana kondisi pupil, refleks cahaya, berat badan, tekanan darah, jantung, paru
dan abdomen
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan pada daerah genitalia, meliputi :
Ada tidaknya rambut kemaluan saling melekat menjadi satu (karena air mani yang
mengering) dan adakah bercak mani sekitar alat kelamin
13
Apakah pada vulva terdapat tanda-tanda bekas kekerasan seperti hiperemi, edema,
memar dan luka lecet (goresan kuku), lalu apakah introitus vagina hiperemi atau
edema
Bagaimana jenis dari selaput dara, adakah ruptur atau tidak dan bila ada ruptur,
tentukan ruptur baru atau lama dan catat lokasi ruptur, teliti apakah sampai ke insertio
atau tidak
Apakah frenulum labiorum pudendi dan commisura labiorum posterior utuh atau tidak
5. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam sel vagina, dilakukan dengan
pengambilan lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas,
atau swab. Bahan yang diperiksa diambil dari forniks posterior, mungkin dengan speculum.
Pada anak-anak seperti pada kasus ini ataupun pada yang selaput daranya utuh pengambilan
sebaiknya dib atasi dari speculum saja.
Pemeriksaan terhadap kuman N. gonorrhoea dapat dilakukan dengan pulasan
pewarnaan gram dari sekret ureter. Pemeiksaan dilakukan pada hari ke 1, 3, 5 dan 7. Jika
pada pemeriksaan didapatkan N. gonorrhoea berarti terbukti adanya kontak seksual dengan
seseorang penderita bila pada pria tertuduh juga ditemukan N. gonorrhea, ini merupakan
petunjuk yang cukup kuat. Jika terdapat ulkus, sekret perlu diambil untuk pemeriksaan
serologik ataupun bakteriologi.
Pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan toksikologi terhapap urin dan darah juga
diperlukan jika ada indikasi.
Pemeriksaan pria tersangka dapat dilakukan dengan bercak darah yang ada pada
pakaiannya akibat tanda kekerasan maupun aktivitas seksual yang berasal dari darah deflorasi
14
6. INTERPRETASI HASIL
1. Anamnesis
Usia
: 14 tahun
TTL
: 13 Mei 1998
Status
: belum menikah
Siklus haid
: 28hari, teratur
Berdasarkan hasil ini, maka dapat dipastikan bahwa umur korban merupakan umur
yang belum waktunya untuk dikawin.
Waktu kejadian
Lokasi kejadian
2. Pemeriksaan Pakaian
Saat datang untuk melakukan pemeriksaan,korban datang dengan pakaian yang cukup
15
rapi, bersih, dan tidak ada robekan.Korban tidak menggunakan pakaian yang sama
dengan yang dikenakan saat kejadian.
3. Pemeriksaan Fisik
Hasil
Kesadaran
Compos mentis
Tekanan darah
120/80
Nadi
89x/menit
Respiratory rate
20x/menit
Suhu
36,5oC
Berat badan
45 kg
Tinggi badan
155 cm
Refleks
cahaya
Interpretasi
Normal
dan Normal
pupil
-
Penampilan : rambut diikat satu tidak rapi; wajah tampak sedih, murung, dan malu
Tidak ada needle marks tidak terdapat tanda-tanda diberikan obat tidur, tidak
ada tanda-tanda kehilangan kesadaran (sesuai dengan hasil anamnesis pada
korban)
Lebam di daerah paha dan gigitan di sekitar putting susu tanda kekerasan
7. VISUM ET REPERTUM
Lamp. : Satu sampul tersegel---------------------------------------------------------------------------Perihal : Hasil Pemeriksaan ---------------------------------------------------------------------------Atas Korban Mawar -----------------------------------------------------------------------------
PROJUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
NO: KF 25/VR/IV/2013
Yang bertanda tangan di bawah ini, Seven, dokter ahli kedokteran forensik pada
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta,
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta No.Pol:
B/790/VR/IX/13/Serse tertanggal 9 April 2013, maka pada tanggal sembilan April dua ribu
tiga belas, pukul satu siang Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di ruang pemeriksan
Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Trisakti telah melakukan pemeriksaan atas korban
yang menurut surat permintaan tersebut adalah:
17
Nama
: Mawar
Jenis kelamin
: Perempuan
Umur
Kewarganegaraan
: Indonesia
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
Hasil pemeriksaan
Rambut kemaluan : Saling melekat menjadi satu karena air mani yang mengering
dan adanya bercak mani sekitar alat kelamin-------------------------------------------------
Mulut alat kelamin : Pada kedua bibir kecil kemaluan tampak kemerahan, terdapat
luka lecet tekan dan memar yang merupakan tanda kekerasan------------------------------
18
Selaput dara
Leher rahim
g. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya sel mani dalam leher rahim--------------
KESIMPULAN
Pada anak perempuan yang baru berumur 14 tahun ini ditemukan sel mani dalam liang
vagina, selanjutnya ditemukan robekan selaput dara pada lokasi pukul enam sesuai dengan
arah jarum jam.---------------------------------------------------------------------------------------------------------------Ditemukan juga luka memar dan lecet akibat kekerasan tumpul di daerah mulut, leher,
pergelangan tangan, paha bagian dalam, bokong, pinggang, dan jejas gigit pada daerah
payudara.------------------------------------------------------------------------------------------------Dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium memang benar yang bersangkutan
telah terjadi persetubuhan.------------------------------------------------------------------------------
Demikian saya uraikan dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaikbaiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP------------------------------------------------
dr. Seven
NIP 13001091--------
19
8. PSIKOSOSIAL
Pelaku merupakan pelaksana utama dalam hal terjadinya perkosaan tetapi bukan
berarti terjadinya perkosaan tersebut semata-mata disebakan oleh perilaku menyimpang
dari p e l a k u , tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berada di luar diri si
pelaku.Namun secara umum dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya
kejahatan dibagi dalam 2 bagian yaitu: faktor interna, dan faktor eksterna.
FAKTOR INTERNA
Faktor-faktor yang terdapat pada diri individu.Faktor ini khusus dilihat dari individu serta
dicari hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan perkosaan. Hal ini dapat ditinjau
dari:
(a) Faktor Kejiwaan, yakni kondisi kejiwaan atau keadaan diri yang tidak
normal
dari
seseorang
dapat
juga
mendorong
seseorang
melakukan
FAKTOR EKSTERNA
Faktor eksterna adalah faktor-faktor yang berada di luar diri si pelaku.Faktor eksterna
20
ini berpangkal pokok pada individu. Dicari hal-hal yang mempunyai hubungan
dengan kejahatan kesusilaan. Hal ini dapat ditinjau dari:
(a) Faktor Sosial Budaya, meningkatnya kasus-kasus kejahatan kesusilaan atau perkosaan
terkait erat dengan aspek sosial budaya. Karena aspek sosial budaya yang berkembang
ditengah-tengah
masyarakat
itu
sendiri
sangat
mempengaruhi
naik
dan
kadang-kadang
dan
berbagai
perhiasan
yang
mahal,
9. PERAN LSM
Dalam bidang perlindungan anak adanya eskalasi kriminalis terhadap anak belum
banyak menunjukkan perlindungan maksimal. Data dari Komisi Perlindungan Anak (KPAI)
menunjukkan selama tahun 200a terdapat 455 kasus kekerasan terhadap anak. Di samping itu,
data dari Kejaksaan Agung selama tahun 2006 terdpaat 600 kasus kekerasan terhadap anak
yang telah diputus oleh peradilan. Anak masih dijadikan objek sasaran perlakuan yang tidak
seharusnya atau menjurus ke bentuk kriminalitas pleh pihak-pihak
yang tidak
bertanggungjawab, dan oleh oknum pelaku anak. Hal itu banyak dipengaruhi oleh lingkungan
yang sarat dengan informasi dan teknologi, pornografi, dan lain-lain memicu kegiatan yang
bersifat kriminal, seperti pencabulan, pelecehan seksual, perkosaan, perdagangan anak,
21
22
23
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
KEJAHATAN SEKSUAL
A. Definisi
Kejahatan seksual adalah tindakan seksual apa pun yang dilakukan seseorang pada
yang lain tanpa persetujuan dari orang tersebut. Kejahatan seksual terdiri dari penetrasi
genital, oral, atau anal oleh bagian tubuh pelaku atau oleh sebuah objek benda.
Beberapa varian kejahatan seksual antara lain pemerkosaan dalam pernikahan (marital rape)
dilakukan oleh suami/istri dengan paksa terhadap pasangannya; acquitance rape, dilakukan
oleh orang yang telah dikenal sebelumnya, incest dilakukan terhadap saudara kandung
sendiri; date rape dilakukan pada saat sedang kencan; statutory rape bermakna adanya
hubungan seksual dengan seorang perempuan dibawah umur, yang rentang usianya
ditentukan oleh hukum (rentang usia 14-18 tahun); child sexual abuse diartikan dengan
interaksi antara seorang anak dengan dewasa dimana anak tersebut digunakan sebagai
perangsang seksual dari orang dewasa itu atau orang lain.
Lingkungan sosial kita sering salah persepsi tentang kejahatan seksual.Korban sering
disalahkan bahwa kejahatan susila itu diakibatkan oleh tingkah lakunya sendiri.
B. Dampak Kejahatan Seksual pada Anak
Dampak kejahatan seksual lebih dari apa yang bisa kita bayangkan. Stephen J.
Sossetti dengan tepat mengatakan bahwa dampak kejahatan seksual pada anak adalah
membunuh jiwanya. Luka kejahatan akan dibawa oleh seorang anak hingga ia dewasa,
menjadi luka abadi yang sulit dihilangkan.
Korban kejahatan seksual akan mengalami pasca trauma yang pahit. Kejahatan
24
seksual dapat merubah kepribadian anak seratus delapan puluh derajat.Dari yang tadinya
periang menjadi pemurung, yang tadinya energik menjadi lesu dan kehilangan semangat
hidup. Pada beberapa kasus, ada pula anak yang menjadi apatis dan menarik diri, atau
menjadi psikososial dengan prilaku agresif, liar dan susah diatur.
Dampak lain yang akan muncul dari kekerasan pelecehan pelajar akan melahirkan
pesimisme dan apatisme dalam sebuah generasi. Selain itu terjadi proses ketakutan dalam diri
anak untuk menciptakan ide-ide yang inovatif dan inventif. Kekerasan yang terjadi pada
peserta didik di sekolah dapat mengakibatkan dampak psikis yaitu:
Trauma psikologis, rasa takut, rasa tidak aman, dendam, menurunnya semangat belajar, daya
konsentrasi, kreativitas, hilangnya inisiatif, serta daya tahan (mental) siswa, menurunnya rasa
percaya diri, inferior, stress, depresi dsb. Dalam jangka panjang, dampak ini bisa terlihat dari
penurunan prestasi, perubahan perilaku yang menetap,
Anak
yang
mengalami
tindakan
kekerasan
kejahatan
seksual
tanpa
ada
penanggulangan, bisa saja menarik diri dari lingkungan pergaulan, karena takut, merasa
terancam dan merasa tidak bahagia berada diantara teman-temannya.Mereka juga jadi
pendiam, sulit berkomunikasi baik dengan guru maupun dengan sesama teman. Bisa jadi
mereka jadi sulit mempercayai orang lain, dan semakin menutup diri dari pergaulan.
Sebagai korban, mereka kehilangan haknya atas pendidikan, dan haknya untuk bebas
dari segala bentuk kekerasan fiisik dan mental yang tidak manusiawi.Martabat anak
direndahkan. Pertumbuhan dan perkembangan anak akan terhambat.
C. Pemeriksaan Medis
I.
Anamnesis
Anamnesis atau metode wawancara pada korban yang dilakukan dokter untuk
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pemeriksaan medis dan juga forensik.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan anamnesis, yaitu:
25
Pemeriksaan pakaian
III.
Pemeriksaan Umum
Yang perlu dilakukan pada pemeriksaan umum antara lain deskripsi penampilan :
rambut rapi/kusut, ekspresi wajah, emosi pasien, tenang/gelisah. Tanda pernah hilang
kesadaran, needle marks. Tanda-tanda bekas kekerasan dan perlawanan pada daerah
predileksi
(mulut,
leher,
pergelangan
tangan,
26
lengan,
paha
bagian
dalam,
pinggang).Pemeriksaan antropometri : tinggi badan, berat badan. Selain itu ,tanda-tanda vital
juga
penting
dalam
pemeriksaan
umum.
Pemeriksaan
pupil
ukuran
(pin
Pasien atau korban dirujuk pada seorang psikolog atau psikiater untuk diperiksa status
kejiwaan atau mentalnya.Pasien mungkin menderita trauma psikis dan perubahan tingkah
laku. Perujukan dan pemeriksaan ini berkaitan dengan pelaporan dalam visum et repertum
juga untuk pengobatan.
VI.
Pemeriksaan khusus seperti analisis sampel yang diperoleh dari tubuh dan pakaian
27
dapat dianalisis DNA dari semen, rambut pubis.Perlu juga pemeriksaan ada tidaknya infeksi
kuman, misalnya N. gonorrhea.Serta, periksa darah korban jika indikasi diberi obat-obatan
tertentu.Jika rentang waktu kejadian dan pemeriksaan cukup lama, maka dapat dilakukan tes
kehamilan.Selain itu dapat dilakukan juga pemeriksaan terhadap tersangka antara lain
kecocokan DNA pria dengan DNA pada tubuh korban, ada/tidaknya epitel vagina pada penis
tersangka.
VII.
Adanya robekan lama selaput dara disertai adanya erosi dan peradangan jaringan
vulva merupakan tanda-tanda persetubuhan. Sedangkan keluhan sakit bila kencing
kemungkinan merupakan sexual transmitted disease.
Pada pemeriksaan fisik lain kemungkinan ditemukan tanda kekerasan berupa memar,
bekas gigitan, tanda kuku dan lain-lain. Pada pemeriksaan lab bisa saja ditemukan sisa
sperma atau cairan mani pada usap vagina di fornix posterior ataupun pada pakaian dalam
korban.
Bila terjadi kasus seperti ini, sebagai dokter kita harus mengetahui bahwa
persetubuhan di luar perkawinan dengan anak di bawah umur 12 tahun adalah tindak pidana
sesuai pasal 287 ayat 1 dan 2 KUHP. Hukum dalam kasus ini menyebutkan bahwa tiap orang
dengan umur di bawah 18 tahun yang belum menikah sebagai orang yang belum mampu
membuat pertimbangan dan keputusan untuk suatu perbuatan hukum.Dalam kasus ini, bila
terjadi persetubuhan, tanpa memandang si anak menyetujui atau tidak persetubuhan itu, maka
dianggap persetubuhan tadi terjadi tanpa persetujuan (consent) si anak.
Dokter juga harus menjelaskan pada ibu si anak bahwa kasus ini adalah tindak pidana
28
yang harus dilaporkan pada polisi, dan menjelaskan bahwa dengan menyembunyikan suatu
tindak pidana dia sendiri bisa dihukum, dan dengan memudahkan terjadinya persetubuhan
dan atau percabulan pada anaknya, ia dapat dituntut dengan delik pidana pasal 295 KUHP
dengan ancaman penjara 5 tahun. Dokter juga bisa merujuk pada spesialis obgyn dan dokter
spesialis forensic atau specialis jiwa ataupun seorang psikolog.
Dokter spesialis obgyn akan memeriksa lebih teliti tentang adanya tanda-tanda
persetubuhan
baik
dengan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
dengan
memperhatikan
Medikamentosa
Terapi luka fisik segera, kemudian lakukan terapi medis untuk mencegah penyakit
29
Non-medika Mentosa
30
BAB V
KESIMPULAN
Pada kasus ini, awalnya Ayah Mawar yang membawa Mawar langsung ke IGD untuk
diperiksa. Saat hasil pemeriksaan keluar ternyata memang benar kalau Mawar sudah
disetubuhi. Selain itu, ditemukan pula tanda-tanda kekerasan seperti luka lebam di paha dan
luka lecet ditempat lainnya. Namun, hasil pemeriksaan tersebut hanyalah surat keterangan
medis, bukan visum et repertum sehingga tidak bisa dijadikan sebagai bukti yan sah.
Oleh karena itu kami menganjurkan agar Mawar segera dibawa ke kantor polisi. Lalu
pihak penyidik akan memberikan surat kepada ahli, dalam hal ini dokter. Setelah itu, barulah
didapatkan visum et repertum yang merupakan bukti yang sah di peradilan. Dengan bukti
yang sah ini, Ayah Mawar dapat menggugat pacar Mawar yang bernama Eko.
31
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Ira Dwiati. Perlindungan Hukum Terhadap Korban Tindak Pidana Perkosaan Dalam
Peradilan Pidana. http://eprints.undip.ac.id/17750/1/Ira_Dwiati_Tesis.pdf . Acesses
on 10 April 2013.
32