BAB
6
5
AKUNTANSI
PEMERINTAH PUSAT
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari bab ini, seharusnya Saudara
bisa:
Menjelaskan ruang lingkup dan karakteristik
akuntansi pemerintah pusat
Memahami proses penyusunan neraca awal
Memahami siklus akuntansi pemerintah pusat
Melakukan pencatatan dan penyusunan
laporan keuangan pemerintah pusat
85
BAB VI
AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
A. Ruang Lingkup dan Karakteristik Akuntansi Pemerintah Pusat
Dasar hukum Akuntansi Pemerintah Pusat adalah Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 337/KMK.012/2003 tanggal 18 Juli 2003
tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan ini, Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat
adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses
elektronis dalam pengambilan data, pembukuan dan pelaporan semua transaki
keuangan, aset, utang dan akuitas seluruh entitas Pemerintah Pusat. Dalam
Pedoman Pelaksanaan SAPP, yang menjadi satu kesatuan dengan KMK diatas, SAPP
ini mempunyai beberapa tujuan yakni:
1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi dibawahnya melalui pencatatan,
pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum.
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi
yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan
terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntanbilitas.
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu
instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan.
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara
efisien.
Karakteristik SAPP.
SAPP mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut:
1. Basis Akuntansi.
SAPP menggunakan basis kas untuk pendapatan dan belanja, yang artinya
pendapatan diakui dan dicatat pada saat diterima oleh Kas Umum Negara dan
belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari Kas Umum Negara.
Sedangkan untuk pos-pos neraca, SAPP menggunakan basis akrual, yang
artinya aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat
terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkuangan
berpengaruh pada keuangan pemerintah, bukan pada saat kas diterima atau
diabayar.
2. Sistem Pembukuan.
SAPP menggunakan sistem pembukuan berpasangan (double entry system),
dimana persamaan akuntansi Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana digunakan
untuk mencatat setiap transaksi. Setiap transaksi dibukukan dengan
melakukan pendebetan suatu perkiraan dan secara bersamaan melakukan
pengkreditan di perkiraan lainnya yang terkait.
3. Sistem Terpadu dan Terkomputerisasi.
SAPP terdiri dari beberapa sub sistem yang saling berhubungan dan
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dimana proses pembukuan dan
86
BAKUN merupakan organisasi dibawah Departemen Keuangan yang salah satu tugasnya adalah mengelola
Sistem Akuntansi Pemerintahan. Setelah dilakukan reorganisasi Departemen Keuangan, tugas tersebut beralih
ke instansi Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Depkeu.
87
88
Kas di Bendahara Umum Negara atau kuasanya (dalam hal ini bendahara
penerimaan, bendahara pengeluaran, atau saldo kas lainnya yang diterima
oleh kementerian negara/lembaga karena penyelenggaraan pemerintahan.).
Untuk menentukan nilai saldo awal di Bank Indonesia dan Kas di KPPN, pemerintah
dapat menggunakan saldo rekening koran pemerintah pada Bank Indonesia atau
bank umum/persepsi yang dikeluarkan bank yang bersangkutan pada tanggal
neraca. Hanya, jumlah tersebut perlu dikurangi terlebih dahulu dengan nilai yang
bukan hak pemerintah, misalnya tagihan pihak ketiga yang merupakan titipan
kepada pemerintah seperti rekening Askes, Taspen dan Taperum.
Sedangkan untuk mendapatkan saldo Kas di Bendahara Umum Negara atau
kuasanya dapat dilakukan dengan inventarisasi fisik kas per tanggal neraca dan
melakukan rekonsiliasi dengan catatan yang ada di bendahara sehingga dapat
diketahui sisa uang yang menjadi tanggung jawab bendahara.
C. Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat
Siklus akuntansi Pemerintah Pusat akan terdiri dari tahapan sebagai berikut:
1. Penyusunan Neraca Awal.
Tahapan ini merupakan tahapan paling awal dan merupakan dasar dimulainya
transaksi. Sesuai dengan Bulletin Teknis Neraca Awal dari Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, hasil akhir tahap ini adalah Neraca yang berisikan informasi aktiva,
pasiva dan ekuitas dana. Urian-uraian tentang penyusunan Neraca Awal telah
dijelaskan dalam bagian sebelumnya dalam bab ini.
2. Pencatatan APBN yang telah disahkan.
APBN berisi rencana keuangan unit Pemerintah Pusat untuk satu tahun anggaran
yang terdiri dari pos pendapatan, belanja dan pembiayaan. Dengan demikian,
tahapan ini akan terdiri pencatatan atau penjurnalan atas pos-pos pendapatan,
pencatatan atas pos belanja dan pencatatan pos-pos pembiayaan, baik
penerimaannya maupun pengeluarannya. Sub sistem yang terlibat dalam tahapan ini
adalah Sistem Akuntansi Kas Umum Negara dari Sistem Akuntansi Pusat. Akun-akun
yang terlibat diantaranya adalah Estimasi Pendapatan, Apropriasi Belanja,
Surplus/Defisit, Estimasi Penerimaan Pembiayaan, Estimasi Pengeluaran
Pembiayaan, dan Pembiayaan Netto. Sedangkan, jumlahnya merupakan jumlah total
untuk keseluruhan APBN.
3. Pencatatan DIPA
Setelah APBN disahkan, maka unit Pemerintah Pusat melalui Departemen
Keuangan mengalokasikan pos-pos yang terdapat pada APBN kepada unit-unit
pengguna anggaran dalam bentuk DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran). DIPA
tersebut oleh Sistem Akuntansi Pusat akan dicatat dalam sub sistem Sistem
Akuntansi Umum dan oleh instansi pengguna anggaran akan dicatat dalam Sistem
Akuntansi Instansi. Akun-akun yang terlibat diantaranya Estimasi Pendapatan yang
89
sistem yang alurnya sangat jelas, dimana pencatatan transaksi akan mengakibatkan
perubahan atas rekening-rekening yang berkaitan sedemikian rupa sehingga
prosesnya menjadi sangat teratur.
D. Ilustrasi Transaksi
Dimisalkan bahwa, sejak tahun 20X1, pemerintah pusat Republik Indonesia memulai
menerapkan standar akuntansi pemerintahan di lingkungannya. Persiapan-persiapan
untuk menyusun laporan keuangan telah dilakukan, termasuk persiapan untuk
menyusun neraca awal tahun. Dari langkah persiapan tersebut, dihasilkan data
sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
URAIAN
Kas di Bendahara Pembayar
Kas di Bendahara Penerima
Kas di Bank Indonesia
Piutang
Persediaan
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Investasi Jangka Pendek
Investasi Jangka Panjang
Kewajiban Jangka Pendek Bagian Lancar Hutang LN
Kewajiban Jangka Panjang Hutang LN
JUMLAH
(Rupiah)
20.000.000
560.000.000
340.000.000
75.000.000
15.000.000
60.000.000
350.000.000
240.000.000
600.000.000
50.000.000
130.000.000
210.000.000
950.000.000
Langkah berikutnya yang harus dilakukan oleh unit pemerintah pusat adalah
menyusun neraca awal. Jurnal-jurnal yang perlu disusun untuk kepentingan itu
adalah:
Atas kas yang tersedia, setelah dilakukan kas opname atau rekonsiliasi bank,
dilakukan penjurnalan sebagai berikut: (untuk penyederhanaan, angka yang
tercantum dalam jurnal dalam ribuan rupiah)
Penjurnalan Saldo Awal Kas
Sistem Akuntansi Umum (SAU)
Kas di Bendahara Pembayar
Uang Muka dari Kas Umum Negara
20.000
560.000
20.000
560.000
15.000
15.000
91
450.000
450.000
Instansi B
Kas di Bendahara Pembayar
Uang Muka dari Kas Umum Negara
Kas di Bendahara Penerima
Pendapatan Ditangguhkan
5,000
5.000
110.000
110.000
20,000
20.000
340,000
340.000
75.000
75.000
60.000
60.000
Instansi B
Piutang ..
Cadangan Piutang .
15.000
15.000
92
15.000
15.000
10.000
10.000
Instansi B
Persediaan ..
Cadangan Persediaan .
5.000
5.000
60.000
350.000
240.000
600.000
1.250.00
0
40.000
250.000
150.000
420.000
870.000
Instansi B
Tanah
Peralatan & Mesin
Gedung & Bangunan
Jalan, Irigasi & Jaringan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap .
20.000
100.000
90.000
180.000
320.000
93
50.000
130.000
50.000
130.000
40.000
100.000
40.000
100.000
Instansi B
Investasi Jangka Pendek
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Pendek
10.000
30.000
10.000
30.000
210.000
950.000
210.000
950.000
94
150.000
750.000
150.000
750.000
Instansi B
Dana yang harus disediakan u/ pembay Utang Jk Pendek
Kewajiban Jangka Pendek
60.000
200.000
60.000
200.000
210.000
210.000
Dengan demikian, dari jurnal-jurnal diatas, maka dapat disusun neraca awal
pemerintah pusat sebagai berikut:
NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 1 JANUARI 20x1
APBN YANG DISAHKAN
Dimisalkan bahwa APBN yang disetujui oleh DPR adalah:
No
1
3
4
Keterangan
Pendapatan :
- Pendapatan Pajak
- Pendapatan Retribusi
Jumlah Pendapatan
Belanja :
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal :
- Belanja Gedung & Bangunan
- Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
Jumlah Belanja
Surplus/Defisit Tahun Berjalan
Pembiayaan :
Penerimaan Pembiayaan :
- Penggunaan SiLPA
- Pinjaman Luar Negeri
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan :
- Pembayaran Pokok Pinjaman LN
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Netto
APBN
(dalam Rp)
1.650.000.000
700.000.000
2.350.000.000
600.000.000
950.000.000
400.000.000
450.000.000
2.450.000.000
(50.000.000)
10.000.000
60.000.000
70.000.000
20.000.000
20.000.000
50.000.000
95
Pegawai
Barang & Jasa
1.650.00
0
1.650.00
0
700.000
700.000
1.550.00
0
600.000
950.000
850.000
400.000
450.000
Pegawai
Barang & Jasa
1.000.00
0
1.000.00
0
500.000
500.000
1.000.00
0
350.000
650.000
650.000
Gedung & Bangunan
Jalan, Irigasi & Jaringan
250.000
350.000
Instansi B
Estimasi Pendapatan Pajak
Surplus/Defisit
650.000
200.000
Surplus/Defisit
Apropriasi Belanja
Apropriasi Belanja
Surplus/Defisit
Apropriasi Belanja
Apropriasi Belanja
550.000
96
200.000
Pegawai
Barang & Jasa
250.000
300.000
200.000
650.000
150.000
100.000