Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PEMENUHAN KEBUTUHAN
PENGATURAN SUHU TUBUH
Pengampu
Sri Wahyuni SM

POKOK BAHASAN

A. Konsep dasar pengaturan Suhu Tubuh:


1. Hipotalamus dan perannya dalam
pengaturan suhu tubuh.
2. Pengaturan Suhu Tubuh.
3. Produksi panas dan kehilangan
panas.
4. Hal-hal yang mempengaruhi
Pengaturan Suhu Tubuh.

B. Proses Keperawatan dalam pemenuhan


kebutuhan pengaturan suhu tubuh :
1. Pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan pada gangguan
pengaturan suhu tubuh.
3. Tindakan keperawatan.
4. Evaluasi.
5. Dokumentasi.

A. Konsep Dasar pengaturan Suhu Tubuh


1. Hipotalamus dan perannya dalam pengaturan suhu
tubuh

Hipotalamus dan kelenjar pituitary terikat berdekatan


secara anatomi dan secara fungsional.

Hipotalamus :
- Adalah area kecil pada otak dibawah ventrikel -3.
- Hipotalamus memanjang kebawah menuju
batang pituitary.
- Hipotalamus adalah area sentralis kecil dari
sel-sel syaraf yang dihubungkan sistem syaraf
otonom dengan kelenjar pituitary.
- Hipotalamus merupakan pusat yang penting
untuk mengintegrasikan fungsi-fungsi dasar
untuk individual.

- Hipotalamus merupakan bagian sistem endokrin,


yang berikatan dekat dengan kelenjar pituitary yang
memberi masukan faktor-faktor kimiawi yang
mengalir kebawah salk pituitary ke dalam kelenjar
dan mengontrol aktivitas hormonal.

- Hipotalamus merupakan pusat pengaturan suhu :


Respon yang diaktifkan oleh dingin dikontrol
dari hipotalamus posterior.
Respon diaktifkan oleh panas dikontrol dari
hipotalamus anterior

2. Sistem pengaturan suhu tubuh :


A. Sistem syaraf :
Pemanasan dan Pendinginan
di kulit :

Menstimulasi ujung syaraf

Respon

Menggigil untuk kedinginan


Berkeringat untuk kepanasan

Lanjutan ..
Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari
darah yang mengalir.
Mengandung 2 pusat pengaturan suhu :
1. Berespon terhadap peningkatan suhu
vasodilatasi panas menguap
2. Berespon terhadap penurunan suhu
vasokonstriksi.
. Hipotalamus menerima stimulus dari talamus dan
melewati sistem syaraf otonom memodifikasi :
Aktifitas pulmoner
Sekresi keringat
Aktifitas kelenjar/otot.

B. Sistem Endokrin
- Medula adrenal : dingin meningkatkan
sekresi adrenalin : Menstimulasi
metabolisme Meningkatkan panas
- Kelenjar tiroid : dingin meningkatkan
sekresi tiroksin meningkatkan
metabolisme pembentukan panas.
Pemaparan panas menyebabkan :
- Peningkatan aliran darah melalui kulit.
- Meningkatkan pembentukan keringat

Pemaparan terhadap dingin menyebabkan :


- Menggigil
Vasokonstriksi pengaliran darah yang lebih dingin ke
hipotalamus.
- Sedikit darah mengalir ke kulit, sedikit kehilangan panas,
sedikit keringat
Peningkatan sekresi adrenalin dan tiroksin
Pengaturan suhu tubuh dapat dipertimbangkan sbb:
1. Penutupan perifer (kulit, subcutan, jaringan subcutan, otot)
dan anggota gerak.
2. Inti bagian dalam (bagian dada, abdomen, tengkorak).
Suhu penutupan perifer dapat bervariasi, tetapi suhu pada inti
bag. dalam harus tetap dipertahankan konstan.

3. Produksi panas dan kehilangan panas :


Panas didapat melalui :
a. Pembentukan panas :
panas dihasilkan oleh semua aktivitas metabolisme
dari tubuh
Jumlah panas yang dihasilkan oleh otot-otot internal
(jantung, hepar, dll) hampir mendekati konstan.
Jumlah panas yang dihasilkan oleh otot-otot skletal
bervariasi baik istirahat maupun latihan.
Cara lain untuk menghasilkan panas :
1. Aktivitas otot
2. Shivering (menggigil).
3. Non shivering termogenesis (bayi)

Lanjutan .
b. Pengambilan panas dari lingkungan :
- Radiasi langsung dari matahari
- Radiasi yang direfleksiksn dari langit
- Makan-minum panas, mandi air panas.
- Udara panas/iklim panas
- Tanah yang berhubungan dengan
tubuh.

Kehilangan panas dengan 3 cara :


A. Dari Kulit :
- Radiasi : Kehilangan panas dalam bentukgelombang panas
infra merah (gelombang elektromagnetik). Tubuh manusia
menyebarkan gelombang panas kesegala jurusan. Bila
seseorang telanjang maka akan kehilangan 60% dari
kehilangan panas total.
- Konduksi : Adalah pemindahan panas secara langsung dari
tubuh ke suatu benda yang lebih dingin. Mis : tubuh pada
kursi besi, meja, tempat tidur dll. Termasuk udara dan air.
Bila seseorang telanjang maka akan kehilangan 3% dari
kehilangan panas total.
- Konveksi : adalah kehilangan panas dengan cara pergerakan
udara atau cairan. Pergerakan sesuai aliran udara/air yang
menerpa kulit (angin, kipas angin). Bila seseorang telanjang
maka kehilangan 15% dari kehilangan panas total.

- Evaporasi (penguapan) : Penguapan terjadi melalui


permukaan kulit, jalan nafas (hidung, mulut, paru).
Pada orang yang mempunyai kelainan pada kelenjar
keringat, maka tahan terhadap suhu dingin dan pasien
merasa kepanasan. Bila seseorang telanjang maka
akan kehilangan 22% dari kehilangan panas total
B. Dari dalam udara expirasi : panas terikat dengan
butir-butir air pada suhu tubuh.
C. Dari dalam urine dan faeces.

Pengendalian suhu oleh evaporasi air dari kulit ada 2 cara :


a. Respirasi insensible :
Lebih kurang 240 cc air berdifusi melalui kulit selama 24 jam.
Disebut insensibel karena kehilangan ini tidak dapat
dirasakan dan tidak dapat terlihat. Proses difusi ini
berlangsung terus dan tidak terpengaruh banyak oleh
lingkungan. Lebih dari 140 kalori panas hilang dengan cara
ini dalam 24 jam.
b. Keringat :
Mengandung Na Cl, urea dan asam laktat dalam cairan yang
terlarut. Cairan disekresi dari kelenjar keringat dan
menyebar ke seluruh kulit. Keringat disekresi sebagai akibat
dari dilatasi pembuluh kulit dibawah pengaruh syaraf,
hipotalamus, cortek cerebral dan bagian-bagian lain di SSP.

Berkeringat meningkat oleh karena :


- Peningkatan suhu tubuh.
- Keadaan emosional
- Latihan
- Pingsan, mual, muntah, rendahnya kadar gula darah.
Keringat yang dikeluarkan dalam suhu panas tinggi
sebanyak :
- 1,7 liter : 1000 kilo kalori/hilang dalam 1 jam
- 12 liter : 7000 kilo kalori/hilang dalam 24 jam

4. Hal-hal yang mempengaruhi pengaturan suhu tubuh


(Kelainan pengaturan suhu tubuh)
Batasan normal suhu tubuh: - Dipertahankan antara
36-37.5 der.C. Ada kenaikan 0,5 der C. pada saat
terjadi ovulasi

Demam
Adalah peningkatan titik patokan (set poin) suhu di
hipotalamus. Dengan peningkatan titik patokan, maka
hipotalamus mengirim sinyal untuk meningkatkan
suhu tubuh. Penyebab demam : adanya bakteri, tumor
otak, keadaan lingkungan dengan serangan demam.

Temperatur tubuh di berbagai


keadaan (E.F.Dubois, 1948) :

Suhu >44 Batas atas bertahan hidup


Suhu 42-44 Pengaruh temperatur mengalami gangguan
serius.
Lesi pada otak
Suhu 40-42 Terapi demam segera
Suhu 38-40 Pengaruh temperatur pada demam
Demam/kerja fisik
Suhu 36-38 Keadaan sehat
Batas normal
Suhu 30-36 Ada gangguan temperatur
Suhu < 28 Pengaruh tem. Hilang
Batas bertahan hidup

Patogenesis Demam:
Endotoksin, Peradangan
Rangsangan pirogenik lain

Monosit, Makropak, sel Kupffer


Sitokin
Hipotalamus
Prostaglandin
Peningkatan Titik Suhu

Demam

Demam terjadi 3 tahapan :


1. Suatu serangan menggigil : Menggigil yang hebat
disebut rigor. Pembuluh darah kulit berkonstriksi
dan kehilangan panas dikurangi sampai batas
maksimal.
2. Suhu meningkat : pembuluh darah kulit berdilatasi
proses metabolisme dipercepat dan terdapat
pembentukan panas yang lebih besar.
3. Suhu menurun, panas yang hilang menjadi lebih
besar dari panas yang dibentuk keringat banyak.

Hipotermia :
- Adalah penurunan panas yang berlebihan
- Dapat terjadi bila seorang terpapar pada kondisi extrem
- Orang telanjang mengalami defisiensi sekresi hormon tiroid.
Dapat menyebabkan kematian pada bayi, usila.
- Hipotermi merupakan pembentukan yang tidak disengaja
pada kegiatan tertentu oleh pendingin darah/kulit untuk
mengurangi proses metabolisme sampai batas minimum.
- Hipotermi buatan ;
@ Memberikan sedatif untuk menekan aktifitas pengaturan
suhu hipotalamus dalam operasi.
@Mendinginkan dengan es (beku: fros bite), dapat terjadi
kerusakan permanen jaringan.

B. Proses Keperawatan dalam


Pengaturan Suhu
1. Pengkajian Data Dasar (Doengus, 1999)
Data tergantung pada :
- Tipe, lokasi, durasi, proses infeksi pada organ terkena
Pengkajian pada Peningkatan Suhu :
- Aktifitas/Istirahat :
Gejala : malaise
- Sirkulasi :
Tanda :
- tekanan darah normal
- denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik),
lemah/hilang/takikardia ekstrem (syok)
- Suara jantung : disritmia (disfungsi miocard, efek
asidosis/tidak ada keseimbangan elektrolit.

Eleminasi: gejala diare


Makanan/cairan :
Gejala : anoreksia, mual, muntah
Tanda : penurunan BB, penurunan lemak subcutan
Neurosensori :
Gejala : sakit kepala, pusing, pingsan
Tanda : gelisah, ketakutan, kacau mental,
disorientasi, delirium/coma.
Nyeri/kenyamanan :
Gejala : kejang abdominal, lokalisasi, rasa sakit
urtikaria/pruritis umum.

Pernafasan :
Gejala : Takipnea dengan penurunan kedalaman
pernafasan.
Tanda :- Suhu meningkat (>37.5 der.C)
normal
(lansia)
sub normal (< 36,5 der. C)
- Menggigil
- Luka yang sulit/lama sembuh
drainase purulen (nanah) lokasi eritema
- Ruam eritema.

Seksualitas :
Gejala : pruritis perianal. Baru saja aborsi.
Tanda : maserasi vulva, skret vagina.
Penyuluhan :
Gejala : - Masalah kes. Kronis/melemah
- Menjalani post operasi
- Penggunaan antibiotika
Rencana Pemulangan : Bila dengan perawatan
di rumah, perawatan diri dll.

Pemeriksaan Diagnostik :
1. Kultur (luka, sputum, urune, darah)
- Mengidentifikasi organisme penyebab demam/radang.
- Untuk menentukan obat yang efektif.
2. Sel darah putih :
- Leucopenia (penurunan SDP) sebelumnya
- Leucositosis ( 15.000 30.000)
3. Elektrolit serum :
- Ketidakseimbangan elektrolit asidosis, perpindahan
cairan, perubahan fungsi ginjal.
4. Glukose serum :
- Sebagai respon dari puasa perubahan seluler dalam
metabolisme.
5. Urinalisis : bakteri penyebab infeksi.

Diagnosa Keperawatan :
1. Resiko tinggi infeksi b/d :
- Penurunan sistem tubuh
- Kegagalan untuk mengenal dan mengatasi infeksi
- prosedur infasif
- Nosokomial.
2. Hipertermi b/d :
- Peningkatan metabolisme/penyakit
- Dehidrasi
- Efek langsung dari sirkulasi endotosin pada hipotalamus
3. Resiko Tinggi kekurangan cairan b/d :
- Peningkatan pada vasodilatasi
- Permeabilitas kapiler/kebocoran cairan ke dalam lokasi
interstisiil.

4. Resiko tinggi Pertukaran Gas b/d :


- Perubahan suplai O2 efek endotoksin pada pusat
pernafasan di medulamenyebabkan hipo/hiperventilasi
- Perubahan aliran darah (perubahan tahnan vaskuler)
- Perubahan membran kapiler (peningkatan permeabilitas
kapiler)
- Terganggunya pengiriman O2 di dalam jaringan (endotoxin
menyebabkan kerusakan di dalam sel/kapiler.
5. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan b/d :
- Kesalahan interpretasi informasi
- Keterbatasan kognitif
Adanya pertanyaan-pertanyaan, tidak taat mengikuti instruksi.

Rencana Keperawatan
1.
Resiko tinggi infeksi
Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan penyembuhan seiring
perjalanan waktu
- Bebas dari sekresi purulen, bebas dari
febris.

INTERVENSI
Berikan isolasi/pantau
pengunjung sesui dengan
indikasi

Cuci tangan sebelum dan


sesudah melakukan tindakan
Dorong pasien untuk
menutup mulut dan hidung
pad waktu batuk/bersin.

RASIONAL
Isolasi luka/linen dan
mencuci tangan untuk
drainase luka/pembatasan
pengunjung dibutuhkan
untuk melindungi pasien
dan mengurangi
kemungkinan infeksi.

Mengurangi kontaminasi
silang

Mencegah penyebaran
infeksi melalui droplet
infeksi.

Batasi penggunaan
alat/prosedur infasif jika
memungkinkan
Gunakan tehnik steril pada
waktu penggantian
balutan/penghisapan/berikan
lokasi perawatan, misalnya
infus, kateter.
Menggunakan sarung
tangan dalam perawatan
luka
Pantau suhu tubuh

Mengurang jumlah lokasi


yang dapat menjadi tempat
masuknya organisme.
Mencegah masuknya
bakteri, mengurangi resiko
infeksi nosokomial.

Mencegah penyebaran
infeksi/kontaminasi.

Demam 38.5 C-40 C efek


endotoksinpada hipotalamus
Hipotermi tanda
penurunan perfusi jaringan

Amati adanya menggigil


dan diaforesis

Menggigil seringkali
mendahului memuncaknya
suhu adanya infeksi umum

Kolaborasi pemeriksaan
spesimen urine, darah,
sputum, luka dalam
pewarnaan gram, kultur

Identifikasi terhadap portal


entry dan organisme
penyebab radang, penting
dalam pengobatan

Berikan obat anti infeksi


sesuai petunjuk.

Dapat
membasmi/memberikan
imunitas sementara untuk
infeksi umum/penyakit
khusus

2. Hipertermia
Tujuan/kriteria hasil:
- Suhu dalam batas normal
- Bebas dari kedinginan
- Tidak mengalami komplikasi

INTERVENSI
- Pantau suhu pasien
(derajad dan pola),
perhatian menggigil/
diaforesis.

RASIONAL
- Suhu 38.9C-41.1C menunjukkan
proses penyakit infeksius kut.
Pola demam dapat dibantu dalam
diagnosis. Demam lanjut lebih 24
jam menunjukkan pneumonia.
Demam skarlet (tipoid). Demam
remiten(infeksi paru). Deman
intermiten (kembali normal dalam
24 jam), endokarditis, TB.
Menggigil mendahului puncak
suhu. Penggunaan antipiretik
mengubah pola demam. Bila
demam tetap lebih dari 38,9C.

Pantau suhu
lingkungan sesuai
indikasi
Berikan kompres
mandi hangat,
hindari penggunaan
alkohol.

Kolaborasi
memberikan anti
piretik, mis ;aspirin,
dll.

-Suhu ruangan dirubah untuk


mempertahankan suhu
mendekati normal.
- Dapat membantu mengurangi
demam. Penggunaan air
es/alkohol mungkin
menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara
aktual. Alkohol dapat
mengeringkan kulit
- Untuk mengurangi demam
aksi sentral hipotalamus
membatasi pertumbuhan
microorganisme

3. Resiko Tinggi kekurangan cairan


Tujuan/kriteria hasil :
- Mempertahankan volume sirkulasi adekwat
dengan tanda vital dalam batas normal, nadi perifer
teraba keluaran urine adekwat.
INTERVENSI

RASIONAL

- Ukur dan catat keluaran

- Penurunan keluaran urine

urine dan berat jenis. Catat


ketidakseimbangan dan
keluaran komulatif dan
hubungannya dengan BB
setiap hari. Dorong masukan
cairan oral sesuai toleransi

dan berat jenis akan


menyebabkan hipovolemia.
Keseimbangan cairan dengan
penambahan BB, dapat
mengindikasikan edema.

INTERVENSI

RASIONAL

Pantau tekanan darah dan


denyut jantung, ukur CVP

Palpasi denyut perifer

Kaji membran mukosa kering


turgor kulit yang kurang baik,
rasa haus.
-

Pengurangan dalam sirkulasi


volume cairan dapat
mengurangi tekanan darah/CVP
-Denyut lemah, mudah hilang
dapat menyebabkan
hipovolemia.
Hipovolemia memperkuat
tanda-tanda dehidrasi
-

INTERVENSI
Amati edema perifer

RASIONAL
Kehilangan cairan dari
kompartemen vaskuler ke
dalam ruang interstitial akan
menyebabkan edema jaringan.

Kolaborasi pemberian cairan


IV.

Pantau nilai laboratorium

Beberapa cairan dibutuhkan


untuk mengatasi hipovolemia,
meningkatkan permebelitas
kapiler
Mengevaluasi perubahan di
dalam hidrasi.
-

4. Resiko Tinggi pertukaran gas


Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan GDA dan pernafasan dalam batas normal,
bunyi nafas bersih.
- Tidak mengalami dispnea/sianosis

INTERVENSI

RASIONAL

- Pertatahankan jalan nafas.


Tempatkan pasien pada posisi
yang nyaman dengan kepala
pada tempat tidur tinggi.

- Meningkatkan ekspansi paru,


upaya pernafasan.

INTERVENSI

RASIONAL

Pantau frekensi dan


kedalaman pernafasan. Catat
penggunaan otot aksesori
upaya untuk bernafas

Ubah posisi, dorong untuk


batuk dan latihan nafas
dalam.
-

Pernafasan cepat/dangkal karena


hipoksemia, stres dan sirkulasi
endotoksin. Hipoventilasi sebagai
mekanisme kompensasi yang tidak
efektif dan merupakan indikasi
diberikan ventilitator.
- Sebagai bersihan pulmonal yang
baik untuk mengurangi
ketidakseimbangan ventilasi
memobilisasi dan memudahkan
pembuangan sekresi, dalam
memaksimalkan pertukaran gas

INTERVENSI

RASIONAL

-Kolaborasi dalam memberikan


O2 tambahan dengan jalur yang
sesuai :
Kanul nasal
Masker dll.

- Tinjau sinar x dada

Diperlukan untuk mengoreksi


hipoksemia dengan
menggagalkan asidosis
respiratorik.

Perubahan menunjukkan
komplikasi pulmonal.
Misal ; edema.

5. Kurang Pengetahuan :
Tujuan/kriteria hasil :
- Menunjukkan pemahaman proses penyakit dan
prognosis
- Dengan tepat menunjukkan prosedur yang
diperlukan dan menjelaskan rasional dari
tindakan.
- Memulai perubahan gaya hidup yang
diperlukan.
- Ikut serta dalam program pengobatan.

INTERVENSI
-Tinjau proses penyakit dan
harapan masa depan.

RASIONAL
-Memberikan pengetahuan
dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan.
- Tinjau faktor resiko individual -Terapi glukokortikoid
disfungsi ginjal/hati, penyakit
dan bentuk penularan tempat
neoplastik, jantung rematik,
masukknya infeksi
DM dapat mencetuskan
septisemia. Berikan informasi
tindakan protektif.
-Berikan informasi mengenai
- Meningkatkan pemahaman
terapi obat-obatan, interaksi,
dan kerja sama dalam
efek samping dan pentingnya
penyembuhan dan mengurangi
ketaatan pada program
resiko kambuhnya/ komplikasi.

INTERVENSI

RASIONAL

Diskusikan kebutuhan untuk


pemasukan nutrisi yang
tepat/seimbang.
-Tinjau perlunya kesehatan pribadi
dan kebersihan lingkungan

Perlu penyembuhan optimal dan


kesejahteraan umum

Membantu mengontrol lingkungan


dengan mengurangi jumlah bakteri
patogen yang ada.
-Identifikasi tanda-tanda/gejala yang
- Pengenalan dini dari
membutuhkan evaluasi
perkembangan/kambuhnya infeksi
medis,mis:peningkatan suhu menetap, akan memungkinkan intervensi dan
takhikardi,anoreksia
mengurangi resiko perkembangan
kearah situasi yang membahayakan
jiwa
-Penggunaan pencegahan terhadap
-Tekankan pentingnya imunisasi
infeksi
propilaktik/terapi antibiotik sesuai
kebutuhan
-

Anda mungkin juga menyukai