Anda di halaman 1dari 75

MINAT MASYARAKAT TERHADAP PENSERTIPIKATAN TANAH

DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA


PROVINSI JAWA TENGAH
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Sebutan Sarjana Sains Terapan

Disusun Oleh :
Eli Setianti
NIM. 05142158/P

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
YOGYAKARTA
2009
i

HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
MINAT MASYARAKAT TERHADAP PENSERTIPIKATAN TANAH
DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA
PROVINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh :
Eli Setianti
NIM. 05142158/P
Telah dipertahankan di hadapan
adapan Kelompok Penguji
Pada Tanggal 27
2 Juli 2009 dan Dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat
SUSUNAN KELOMPOK PENGUJI
Ketua

Sekretaris

Anggota

Sri Kistiyah, S.H., M.Si.

Drs. Soeradji

Heri Mustain, A.Ptnh.,


A.Ptnh M.Si

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Soeradji

R.Deden Dani Saleh, S.Sos., M.Si.


Yogyakarta,
Juli 2009
SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL
Ketua

Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, MA


NIP 19521225 198603 1 002

ii

MOTTO

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu ada Kemudahan (Qs. Al Insyrah : 6 )

Jagalah selalu kelembutan hati, kebeningan jiwa, kesopanan moral dan


berjiwa besar . Takutlah engkau kepada Allah di mana saja engkau berada,
ikutilah suatu kejahatan itu dengan kebaikan yang akan menghapuskanya,
dan bergaulah sesama manusia dengan akhlak yang baik. (Arbain)

Barang siapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, didzalimi lalu
memaafkan dan mendzalimi lalu beristighfar maka bagi mereka keselamatan
dan mereka tergolong orang-orang yang memeperoleh hidayah. (HR Al
Baihaqi)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini, khusus Penyusun persembahkan kepada yang tercinta :


1. Dengan segala hormat, cinta, sayang dan baktiku pada Bapakku
Sugeng Raharjo dan Ibuku Musringah yang dengan penuh kesabaran,
khusuknya doa dan kesungguhan dalam ikhtiar demi memberikan yang
terbaik untuk anak-anaknya terima kasih doa mu telah
mengantarkanku mencapai kesuksesan.
2. Ketiga anakku adek-adekku Heri, Bowo dan Windi, yang memberi
semangat baik dalam suka maupun duka.
3. Dengan segala cinta, kasih sayang pada Kanda Brahmana Adi
Swaztika, yang dengan penuh kesabaran, khusuknya doa yang telah
banyak memberikan dukungan moril dan mental .
4. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat.
5. Almamaterku.

iv

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
seluruh rangkaian penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV pada Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional Yogyakarta. berkenan dengan itu maka penulis
menulis judul MINAT MASYARAKAT DALAM PENSERTIPIKATAN
TANAH DI KECAMATAN MANDIRAJA KABUPATEN BANJARNEGARA
PROVINSI JAWA TENGAH.
Selama proses penyusunan skripsi disadari sepenuhnya bahwa
tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak mungkin ini akan selesai. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini Penyusun mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Endriatmo Soetarto, M.A., selaku Ketua Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional Yogyakarta;
2. Dosen Pembimbing Bapak Drs. Soeradji sebagai dosen pembimbing I
dalam penulisan skripsi ini;
3. Dosen Pembimbing Bapak Raden Deden Dani Shaleh, S.Si, M.Si
sebagai dosen pembimbing II dalam penulisan skripsi ini;
4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh karyawan/karyawati pada Sekolah
Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta.
5. Rekan-rekan

Sekolah

Tinggi

Pertanahan

Nasional

yang

turut

memberikan saran dan kritik serta ide -ide yang cemerlang sehingga
peneliti semakin percaya diri dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua pihak yang dengan tanpa mengurangi rasa hormat yang tidak
dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya
sampai akhir penyelesaian skripsi ini.
Yogyakarta, Juli 2009
Penyusun

INTISARI
Tanah merupakan modal utama pembangunan dan juga merupakan
kebutuhan pokok yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Apabila
tanah tersebut tidak memiliki jaminan kepastian hukum maka akan
menimbulkan konflik kepemilikan tanah yang dapat diminimalisir antara lain
jika setiap pemilik bidang tanah mempunyai jaminan kepastian hukum hak
atas tanah berupa sertipikat. Saat ini sebagian besar masyarakat
Kecamatan Mandiraja menganggap bahwa kebutuhan akan sertipikat
belum terlalu di utamakan dikarenakan faktor internal seperti pendidikan,
pendapatan dan pengetahuan tentang sertipikat. faktor eksternal berada
Kantor Pertanahan terkait dengan adanya kepastian waktu dan biaya.
Sedangkan tujuan dari penulisan skripsi ini ingin mengetahui tingkat minat
masyarakat untuk mensertipikatkan tanahnya di Kecamatan Mandiraja
Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini metode
penelitian survai, pengumpulan datanya dari responden yaitu dengan
menggunakan kuesioner. Populasinya adalah seluruh masyarakat yang ada
di Kecamatan Mandiraja , penentuan sampel dengan 2 tahap yaitu smpel
wilayah kemudian dilanjutkan sampel perorangan. Untuk sampel wilayah
dengan menggunakan purposive sampling. Kemudian sampel peroranagan
dengan random sampling. Analisis yang digunakan adalah Regresi
Berganda.
Hasil penelitian didapatkan bahwa minat masyarakat di Kecamatan
Mandiraja sedang cenderung rendah Hal tersebut masyarakat menganggap
Faktor yang berpengaruh terhadap minat untuk mensertipikatkan tanah
adalah pendidikan dengan taraf signifikasi 98,9 %, pengetahuan tentang
sertipikat taraf signifikasi 99 %, waktu pembuatan sertipikat taraf signifikasi
99 % dan biaya pembuatan sertipikat taraf signifikasi 99 %. Agar lebih
meningkatnya minat masyarakat dalam pensertipikatan tanah hendaknya
pihak BPN lebih rutin lagi mengadakan PRONA, PRODA serta penyuluhan
tentang pertanahan. Hal ini demi terwujudnya tertib hukum pertanahan dan
tertib administrasi pertanahan.

vi

DAFTAR ISI
Halaman Judul...

Halaman Pengesahan...

ii

Motto ......................................................................................................

iii

Halaman Persembahan .........................................................................

iv

Kata Pengantar.......................................................................................

Intisari.....................................................................................................

vi

Daftar Isi

vii

Daftar tabel.............................................................................................

ix

Bab.I. Pendahuluan...

A. Latar Belakang.

B. Rumusan Masalah ..

C. Batasan Masalah.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

Bab II. Tinjauan Pustaka

A. Tinjauan Pustaka.

1. Pendaftaran Tanah.

2. Minat Masyarakat terhadap Pensertipikatan Tanah

16

a. Pengertian Minat.

16

b. Minat Masyarakat dalam Pensertipikatan Tanah

18

B. Kerangka Pemikiran..

22

C. Hipotesis..

25

Bab. III Metode Penelitian

26

A. Metode Penelitian

26

B. Lokasi Penelitian

26

C. Populasi . .

27

D. Sampel

27

E. Variabel Penelitian

29

F. Jenis Data

29

vii

G. Teknik Pengumpulan Data..

30

H. Teknik Analisis Data.

31

Bab. IV Gambaran Umum Daerah Penelitian

39

A. Keadaan Fisik Wilayah.

39

1. Letak Geografis dan Luas Wilayah

39

2. Penggunaan Tanah .

41

B. Keadaan Penduduk dan Sosial Ekonomi. .

42

1. Jumlah dan Komposisi Penduduk.

42

2. Pendidikan.. .. .

43

3. Jumlah Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian

45

C. Data Pertanahan

47

Bab. V Hasil Penelitian dan Pembahasan

49

A. Minat Masyarakat dalam Pensertipikatan Tanah.

49

B. Analisis Faktor yang berpengaruh terhadap Minat...

49

1. Pendidikan..

49

2. Pendapatan.. .

50

3. Pengetahuan tentang sertipikat tanah.................

51

4. Waktu Penyelesaian Sertipikat tanah .

51

5. Biaya Pengurusan Sertipikat

52

C. Penyajian Data

53

1. Uji Koefisien Determinasi..

53

2. Uji terhadap Model 55


3. Uji Signifikasi individual.. ............... 56
4. Analisis regresi

58

Bab. VI Penutup 62
A. Kesimpulan. 62
B. Saran. 62
Daftar Pustaka
Lampiran

viii

64

Daftar Tabel
Tabel 1. Luas Wilayah (HA) dan Persentase Tiap Desa
di Kecamatan Mandiraja..

40

Tabel 2. Luas Penggunaan Tanah di Kecamatan Mandiraja

41

Tabel 3. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin.. .

42

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk tiap Desa


di Kecamatan mandiraja ..

44

Tabel 5. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian


di Kecamatan mandiraja

46

Tabel 6. Sertipikat yang telah diterbitkan Kantor Pertanahan


Kabupaten Banjarnegara untuk Tahun 2008
untuk Kecamatan mandiraja

47

Tabel 7. Uji Koefisien Determinasi.... ..

53

Tabel 8. Hasil Uji terhadap Model Regresi Anova ....

55

Tabel 9. Pengujian Signifikasi t statistik terhadap minat masyarakat


dengan taraf nyata sebesar 0,05...

57

Tabel 10 Koefisien Regresi...... .

59

Tabel 11 Koefisien Regresi Variabel Signifikasi.... ..

59

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah pada dasarnya merupakan sumberdaya yang selain


memiliki kedudukan strategis karena pengaruhnya terhadap segala
kehidupan manusia juga merupakan salah satu sumberdaya yang
memiliki sifat dan karakter yang unik dengan keistimewaannya yang
dapat dipandang sebagai hasil, penghasil dan tempat (I Made Sandy,
1995 : 1). Tanah digunakan untuk tempat tinggal dan tempat berusaha
untuk mencukupi kebutuhan hidup. Tanah sebagai sumberdaya alam
dan unsur ruang, disamping menjadi modal utama pembangunan yang
merupakan kebutuhan pokok yang menyangkut hajat hidup orang
banyak.
Kegiatan pembangunan yang saat ini sedang dilaksanakan
semakin kompleks
kehidupan

dengan semakin meningkatnya

masyarakat.

Hal

tersebut

berdampak

aktivitas

meningkatnya

kebutuhan terhadap tanah. Dalam memenuhi akan kebutuhan tersebut


banyak terdapat kepentingan dari berbagai pihak yang dapat
menimbulkan konflik kepentingan dari berbagai pihak, jika tidak
dilakukan secara seimbang antara kepentingan pembangunan dan
kepentingan masyarakat. Konflik tersebut dapat diminimalisir antara

lain jika setiap pemilik bidang tanah mempunyai jaminan kepastian


hukum hak atas tanah berupa sertipikat.
Dengan demikian keberadaan sertipikat dalam memberikan
jaminan kepastian hukum hak atas tanah menjadi sangat penting.
Fungsi utama sertipikat hak atas tanah adalah sebagai alat bukti
kepemilikan hak atas tanah seseorang. Alat bukti lain misalnya akta
jual beli, saksi-saksi, surat keterangan pemberian hak, letter C, girik,
Petok D ataupun alat pembuktian lainnya seperti yang tercantum
dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah merupakan alat bukti sebagai alas hak untuk
dilakukannya konversi hak atas tanah.
Seperti yang ditegaskan pada peraturan perundangan bahwa
sertipikat sebagai alat bukti yang kuat. Hal tersebut tertuang dalam
Pasal 19 ayat (2) huruf c Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 (yang
disebut UUPA) yang menyatakan bahwa pemberian surat-surat tanda
bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Alat
pembuktian tersebut dalam Pasal 1 butir (20) PP Nomor 24 Tahun
1997 disebutkan:
Sertipikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA untuk hak
atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masingmasing sudah dibukukan dalam buku tanah yang
bersangkutan.
Sebagai alat bukti yang kuat dalam hal ini berarti selama tidak ada alat
bukti lain yang membuktikan sebaliknya, maka keterangan yang ada

dalam sertipikat harus dianggap benar dengan tidak perlu bukti


tambahan.
Sertipikat hak atas tanah yang dimiliki oleh masyarakat akan
diperoleh dari kegiatan pendaftaran tanah yang dapat dilakukan
dengan cara konversi, penegasan, dan pengakuan hak untuk tanahtanah yang berasal dari hak milik adat, sedangkan untuk tanah negara
dilakukan dengan cara pemberian hak. Jaminan kepastian hukum hak
atas tanah yang diberikan dari sertipikat menjadikan keberadaan
sertipikat sangat penting untuk dimiliki oleh setiap pemilik tanah.
Namun kenyataan saat ini keberadaan akan pentingnya
sertipikat masih belum terlalu diutamakan oleh masyarakat maupun
masih terdapat adanya masyarakat yang belum memahami. Hal ini
dapat dilihat dari kebiasaan masyarakat mengartikan bukti pemilikan
bidang tanah berupa letter C, girik, Pethuk ataupun alat pembuktian
lama lainnya seperti yang tercantum dalam Pasal 24 Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
dianggap merupakan bukti kepemilikan yang sudah diakui legalitasnya
oleh pemerintah. Hal tersebut sebenarnya hanya merupakan bukti
kepemilikan awal sebagai landasan konversi penegasan pengakuan
hak pada saat didaftarkan di Kantor Pertanahan.
Sertipikat hak atas tanah adalah surat tanda bukti hak atas
tanah yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dalam rangka
pendaftaran tanah. Dalam penerbitan sertipikat yang dikeluarkan oleh
Pejabat yang berwenang dalam pendaftaran tanah saat ini adalah

pejabat di lingkungan

Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia.
Pemerintah

mempunyai

kewajiban

untuk

mendaftarkan

bidang-bidang tanah di seluruh Indonesia yang tertuang dalam Pasal


19 ayat (1) UUPA, yaitu: untuk menjamin kepastian hukum oleh
Pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik
Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah. Pendaftaran tanah yang dilakukan atas prakarsa dari
Pemerintah adalah Pendaftaran tanah secara sistematik. Pendaftaran
tanah jenis ini lebih diutamakan, hal ini disebabkan pendaftaran tanah
dengan cara ini akan lebih mempercepat perolehan data mengenai
bidang-bidang tanah yang akan didaftar. Namun karena pendaftaran
tanah jenis ini prakarsanya datang dari pemerintah, sehingga
memerlukan waktu untuk menyediakan dana, tenaga, serta peralatanperalatan yang diperlukan. Pelaksanaannya pun harus didasarkan
pada rencana kerja yang jangka waktunya agak panjang. Sehingga
dalam pelaksanaan pendaftaran bidang-bidang tanah diseluruh
Indonesia

belum sepenuhnya terlaksana, hal tersebut dikarenakan

terdapatnya kendala seperti keterbatasan dana yang dimiliki oleh


Pemerintah.
Meskipun

Pemerintah

mempunyai

kewajiban

untuk

mendaftarkan bidang-bidang tanah di seluruh Indonesia, namun hal


tersebut tidak semata-mata merupakan kewajiban dari Pemerintah
sepenuhnya.

Peran

serta

masyarakat

juga

diperlukan

dalam

pendaftaran tanah antara lain melalui pendaftaran tanah dengan


inisiatif sendiri atau dikenal dengan pendaftaran tanah sporadik.
Pelaksanaan pendaftaran tanah sporadik akan berhasil jika kesadaran
masyarakat tinggi akan pentingnya sertipikat tanah untuk jaminan
kepastian hukum hak atas tanah sangat dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, pendapatan, pengetahuan tentang sertipikat, waktu
pembuatan sertipikat serta biaya pensertipikatan tanah
Dengan demikian dalam penerbitan sertipikat dipengaruhi oleh
tingkat kesadaran masyarakat yang tercermin dari perilaku dan
keinginan masyarakat dalam mendaftarkan tanahnya di Kantor
Pertanahan. Menurut Purwadarminta (1976: 650) suatu keinginan,
perhatian, kesukaan atau kecenderungan hati pada sesuatu disebut
sebagai minat. Jadi apabila masyarakat mempunyai minat yang tinggi
terhadap sertipikat hak atas tanah, maka akan tercermin dari
perilakunya untuk mensertipikatkan tanahnya.
Namun kenyataannya tidak semua masyarakat mempunyai
keinginan untuk mendaftarkan tanahnya, sehingga hal ini dapat
menjadi salah satu

penghambat dalam pelaksanaan kegiatan

pendaftaran tanah. Sebagai salah satu contoh yaitu Kecamatan


Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Pada
kecamatan ini berdasarkan data dari Kantor Pertanahan Kabupaten
Banjarnegara pada tahun 2008 menunjukan bahwa jumlah bidang
tanah yang sudah bersertipikat kurang lebih 7981 bidang tanah dari
39.870 bidang tanah yang tersebar di 16 Desa. Hal ini berbeda dengan

Kecamatan Banjarnegara yang meskipun mempunyai luas daerah


yang hampir sama namun menurut data dari Kantor Pertanahan
Kabupaten Banjarnegara jumlah sertipikat kurang lebih 13.637 yang
tersebar di 13 Desa.
Berdasarkan data tersebut diketahui jumlah bidang tanah yang
telah didaftarkan oleh masyarakat di Kecamatan Mandiraja lebih
sedikit

dibandingkan

Kecamatan

Banjarnegara.

Dengan

masih

terdapat banyaknya bidang-bidang tanah yang belum didaftar, maka


maka bidang-bidang tanah tidak ada jaminan kepastian hukum hak
atas tanah. Sehingga hal tersebut dimungkinkan akan menimbulkan
konflik pemilikan tanah di masa akan datang. Oleh karena itu menurut
penulis hal ini menarik untuk diteliti lebih mendalam. Berdasarkan hal
tersebut penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul:
Minat Masyarakat terhadap Pensertipikatan Tanah di Kecamatan
Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan masalah


dalam 2 (dua) pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. berapa besar minat masyarakat di Kecamatan Mandiraja dalam
pensertipikatan tanah?
2. berapa

besar

pengaruh

faktor

pendidikan,

pendapatan,

pengetahuan tentang sertipikat, waktu dan biaya pensertipikatan

tanah

terhadap

minat

masyarakat

untuk

mensertipikatkan

tanahnya?.
C. Batasan Masalah
1. Pensertipikatan tanah yang dimaksud adalah pensertipikatan tanah
yang berasal dari tanah hak adat yang didaftarkan oleh masyarakat
Kecamatan

Mandiraja

ke

Kantor

Pertanahan

Kabupaten

Banjarnegara;
2. Kegiatan untuk memperoleh Sertipikat Tanah yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kegiatan Pendaftaran Tanah untuk
pertama kali secara. sporadik

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan
adalah:
a. untuk mengetahui minat masyarakat dalam pensertipikatan
tanah;
b. untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi minat masyarakat
dalam pensertipikatan tanah.
2. Kegunaan penelitian
a. untuk diri sendiri (penulis), menambah pengetahuan di bidang
pertanahan

mengenai

pensertipikatan tanah;

minat

masyarakat

terhadap

b. penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada


Badan

Pertanahan

Nasional

Republik

Indonesia

dalam

mengambil kebijakan untuk meningkatkan minat masyarakat


terhadap pensertipikatan tanah miliknya;
c. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
hukum

masyarakat,

khususnya

tertib

hukum

kesadaran
pertanahan

sangatlah penting dalam menunjang pembangunan hukum dan


pembangunan nasional.
d. dapat dipublikasikan dan digunakan sebagai bahan pustaka
pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta;

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendaftaran Tanah

Adanya anggapan bahwa bidang tanah yang telah terdaftar


di kantor desa yang tercatat dalam register A, B ataupun C yang
diadministrasikan oleh sekretaris desa sudah merupakan bukti
kepemilikan tanah yang sah atau kuat. Bukti yang berupa petuk
atau Girik atau letter C dianggap penduduk merupakan bukti yang
kuat. Bahkan pembayaran pajak tanah dari IPEDA atau Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) dianggap merupakan pengakuan akan
eksistensi dari pembayarnya sebagai pemilik yang sah dari bidang
tanah yang terkena pajak tersebut. Bahkan terdapat tradisi atau
sistem norma di masyarakat bahwa kepastian atas status tanah
tidak berdasarkan atas surat atau sertipikat, tetapi atas pengakuan
dari komunitas. Setiap warga masyarakat mengetahui status tanah
yang ada dikomunitasnya (Sarjono Jatiman dalam Seminar
Nasional Pertanahan,1996:135 dalam Suharno : 2001 : 22).
Letter A, B atau C hanya merupakan bukti awal dan belum
merupakan bukti yang sah dan kuat atas kepemilikan bidang tanah.
Petuk atau girik atau letter merupakan pengakuan dari desa dalam
bentuk pengadministrasikan bidang-bidang tanah yang harus

10

ditindak lanjuti dengan didaftarkan hak tanahnya di Kantor


Pertanahan tempat bersangkutan bertempat tinggal.
Letter A merupakan di simpan

di kantor desa yang

berisikan bidang tanah negara termasuk tanah milik sultan dan


milik pakualaman, tanah kas desa, dan tanah yang dimiliki oleh
rakyat. Letter B mengadminisrasikan jumlah pemilikan tanah dalam
tiap-tiap persilnya dilengkapi dengan ukuran-ukuran yang dibuatkan
peta repartisi yang menggambarkan kepemilikan tanah tiap-tiap
persilnya.

Sedangkan

letter

khusus

mengadministrasikan

kepemilikan tanah yang dimiliki oleh setiap warga beserta


perubahannya. Kutipan letter C diberikan kepada penduduk pemilik
tanah sebagai bukti awal atas kepemilikan bidang tanahnya. Letter
E merupakan tanda hak milik sementara atas bidang tanah yang
belum dilengkapi dengan surat ukur yang disebut juga sertipikat
sementara. Sedangkan letter D merupakan tanda hak milik atas
tanah yang memuat satu bidang tanah yang disertai surat ukurnya.
Letter D merupakan pengecualian dengan daerah-daerah lain di
wilayah Indonesia karena DIY merupakan daerah istimewa dan
UUPA baru berlaku pada tahun 1984, untuk daerah lain telah
berlaku sejak tahun 1960.
Menurut Boedi Harsono (2003: 72) pengertian pendaftaran
tanah adalah:
Suatu rangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh
Negara/Pemerintah secara terus menerus dan teratur,
berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu

11

mengenai tanah-tanah tertentu, yang ada di wilayahwilayah


tertentu,
pengolahan,
penyimpanan
dan
penyajiannya bagi kepentingan rakyat, dalam ranka
memberikan jaminan kepastian hukum di bidang
pertanahan, termasuk penerbitan tanda-buktinya dan
pemeliharaannya.
Pendaftaran

tanah

merupakan

salah

satu

kegiatan

yang

dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka memberikan jaminan


kepastian hukum kepada pemilik tanah.
Pendaftaran tanah merupakan kegiatan yang sangat
penting untuk mengetahui status dan kedudukan hukum suatu
obyek maupun subyek hak atas tanah. Seperti yang dikemukakan
Effendi Perangin (1986 : 95) bahwa:
Dengan diselenggarakannya pendaftaran tanah maka
pihak-pihak
yang
bersangkutan
dengan
mudah
mengetahui status hukum daripada tanah yang dihadapi,
letak, luas, batas-batasnya, siapa yang empunya dan
beban apa. yang ada diatasnya.
Sebagai tanda bukti bahwa suatu obyek dan subyek hak
atas tanah mempunyai jaminan kepastian hukum, pemerintah akan
memberikan tanda bukti jaminan kepastian hukum yang berupa
sertipikat.
Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan
hukum kepada pemegang hak atas tanah suatu bidang
tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yan terdaftar,
agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai
pemegang hak yang bersangkutan. Untuk itu kepada
pemegang haknya diberikan sertipikat sebagai surat tanda
buktinya (Boedi Harsono, 1999:458).
Dalam Pasal 19 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
telah disebutkan bahwa :

12

(1)

Untuk

menjamin

kepastian

hukum

oleh

pemerintah

diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik


Indonesia

menurut

ketentuan-ketentuan

yang

diatur

dengan Peraturan Pemerintah


(2)

Pendaftaran tanah tersebut dalam ayat 1 Pasal ini meliputi:


a. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah
b. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak
tersebut
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat.

(3)

Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat


keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas
ekonomi serta kemungkinan penyelenggaraan, menurut
pertimbangan Menteri Negara

(4)

Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang


bersangkutan dengan pendaftaran termasuk dalam ayat
(1), dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu
dibebaskan dari pembayaran biaya tersebut.
Sedangkan yang ditujukan kepada pemegang hak yang

bersangkutan dengan maksud untuk memperoleh mengenai


kepastian haknya telah diatur dalam Pasal 23 yaitu :
(1)

Hak milik, demikian pula setiap peralihannya, hapusnya


dan

pembebanannya

dengan

hak-hak

lain

harus

13

didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud


dalam pasal 19
Pasal 32 yaitu :
(1)

Hak guna usaha, termasuk syarat-syarat pemberiannya


demikian pula setiap peralihan dan penghapusan hak
tersebut, harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan
yang dimaksud dalam pasal 19

Pasal 38 yaitu:
(1)

Hak

guna

pemberiannya,
hapusnya

hak

bangunan,
demikian
tersebut

termasuk
juga

setiap

harus

syarat-syarat
peralihan

didaftarkan

dan

menurut

ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam pasal 19.


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, Pasal 3 menyebutkan pendaftaran tanah itu
bertujuan :
a.

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum


kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan
rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar dengan
mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak
yang bersangkutan;

b.

Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang


berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah
dapat

memperoleh

data

yang

diperlukan

dalam

14

mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang


tanah dari satuan rumah susun yang sudah terdaftar;
c.

Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan.


Obyek

pendaftaran

tanah

itu

menurut

Peraturan

Pemerintah nomor 24 Tahun 1997 Pasal 9 ayat (1) meliputi :


a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan dan hak pakai
b. Tanah hak pengelolaan
c. Tanah wakaf
d. Hak milik atas satuan rumah susun
e. Hak tanggungan
f. Tanah Negara
Adapun kegiatan pendaftaran tanah dapat dilakukan
dengan 2 (dua) cara, yaitu secara sistematik dan secara sporadik.
Pendaftaran tanah sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak, yang meliputi
semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan. Sedangkan
Pendaftaran Tanah sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah
untuk

pertama

kali

mengenai

satu

atau

beberapa

obyek

pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa


atau kelurahan secara individual atau massal yang dilakukan atas
permintaan pemegang atau penerima hak atas tanah yang
bersangkutan.

15

Dalam pasal 19 ayat (4) UUPA (Budi Harsono, 1992 : 11)


menetapkan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari
ketentuan membayar biaya pendaftaran tanah. Ketentuan ini tidak
dilaksanakan dilapangan. Mayoritas pemilik tanah di pedesaan
dengan

pendapatan

yang

relatif

rendah

tidak

mampu

mensertipikatkan tanahnya. Biaya pensertipikatan tanah oleh


masyarakat dianggap mahal. Sikap penduduk terhadap biaya
pensertipikatan tanah, oleh penduduk dipahami sebagai kesadaran
subyektif (Ritzer, 1985 : 55). Kesadaran subyektif timbul sebagai
sifat aktif dan kreatif individu dalam memahami sesuatu.
Pada prinsipnya pemerintah lebih menitikberatkan pada
pendaftaran tanah sistematik, namun karena keterbatasan dana,
peralatan, dan tenaga maka pelaksanaannya dimungkinkan pula
dengan pendaftaran tanah sporadik. Pendekatan sporadik bersifat
pasif dengan menunggu masyarakat yang datang ke kantor
pertanahan untuk mendaftarkan tanahnya dan biaya sepenuhnya
ditanggung oleh pemilik bidang tanah. Sedangkan pendekatan
sistematik bersifat aktif, pemerintah dalam hal ini petugas kantor
pertanahan mendatangi masyarakat di suatu desa dengan
memetakan secara lengkap desa tersebut dan mensertipikatkan
semua bidang tanah yang ada yang sedang tidak dalam masalah,
dan dengan biaya yang relatif murah karena sebagian besar
subsidi oleh pemerintah.

16

Menurut Soemardjono 1989 dalam Suharno (2001:28)


mengatakan bahwa bagi seseorang yang tidak mempunyai
kepentingan mendesak yang mengharuskan untuk mendaftarkan
tanahnya, dan tahu bahwa walaupun tanahnya tidak didaftarkan
tidak ada sanksinya, ditambah lagi dengan adanya biaya yang
dianggap relatif mahal dan penyelesaiannya dianggap dalam waktu
cukup lama dan tidak jelas, akan membuat seseorang cenderung
untuk tidak melakukan pendaftaran tanah. Seseorang tidak
mempunyai motif untuk mensertipikatkan tanahnya dengan kata
lain masyarakat kurang berkeinginan untuk mensertipikatkan tanah
yang dimiliki.
Sertipikat hak atas tanah yang merupakan hasil akhir dari
kegiatan Pendaftaran tanah berfungsi sebagai alat pembuktian.
Sehingga dengan adanya sertipikat maka dapat dikatakan bawa
suatu hak atas tanah sudah memiliki jaminan kepastian hukum.
2. Minat Masyarakat terhadap Pensertipikatan Tanah

a. Pengertian Minat
Pengertian minat adalah suatu keinginan, perhatian,
kesukaan

atau

kecenderungan

hati

pada

sesuatu

(Purwadarminta, 1976 : 650). Sedangkan menurut Suwarno


(1987 : 184), minat seseorang tersirat dan terpadu dalam motif
dan motivasinya bersama-sama dengan komponen lain seperti

17

kemampuan (biaya), pengetahuan, waktu, kondisi sosial dan


kebutuhan individual.
Pengertian motif menurut Walgito (1990:142) adalah
suatu

kekuatan

yang

ada

dalam

diri

seseorang

yang

menyebabkan orang tersebut bertindak atau berbuat sesuatu.


Dorongan ini tertuju pada sesuatu tujuan tertentu. Namun
adapula perbuatan yang tidak didorong oleh motif, di mana
perbuatan itu berlangsung secara otomatis.
Salah

satu

jenis

motif

yang

dikemukakan

oleh

Woodworth and Marquis dalam Walgito (1990:152) adalah motif


obyektif (obyektive motives) yaitu :
motif untuk mengadakan hubungan dengan keadaan
sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda
misalnya motif eksplorasi, motif manipulasi, minat. Minat
merupakan motif yang tertuju kepada sesuatu yang
khusus. Telah dikemukakan bahwa bila individu telah
mempunyai minat terhadap sesuatu, maka perhatiannya
akan dengan sendirinya tertarik kepada objek tersebut.
Sedangkan pengertian motivasi secara umum sering
diartikan sebagai :
sesuatu yang ada pada diri seseorang yang dapat
mendorong,
mengaktifkan,
menggerakkan
dan
mengarahkan perilaku seseorang. Dengan kata lain
motivasi itu ada dalam diri seseorang dalam wujud niat,
harapan, keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi ada dalam diri manusia terdorong oleh karena
adanya : (1) Keinginan untuk hidup; (2) Keinginan untuk
memiliki sesuatu; (3) Keinginan akan kekuasaan; (4)
Keinginan akan adanya pengakuan. Sehingga secara
singkat, motivasi dapat diartikan sebagai dorongan atau
keinginan yang dapat dicapai dengan perilaku tertentu
dalam suatu usahanya. (http://niasbarat.org Powered by
Joomla! Generated: 12 March, 2008)

18

Menurut Siagian (1995:142) terdapat tiga komponen


utama dalam motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan.
Kebutuhan yang merupakan segi pertama dari motivasi, timbul
dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan
dalam dirinya. Kedua, dorongan yang merupakan usaha
pemenuhan kekurangan yang terarah. Berorientasi pada
tindakan pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan
oleh seseorang. Dorongan dapat bersumber dari dalam diri
seseorang dan dapat pula bersumber dari luar diri orang
tersebut. Ketiga adalah tujuan yang merupakan segala sesuatu
yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan.
Dengan

pencapaian

tujuan

berarti

mengembalikan

keseimbangan dalam diri seseorang sehingga mengurangi atau


bahkan

menghilangkan

dorongan

tertentu

untuk

berbuat

sesuatu.
Dengan demikian pengertian minat, motif dan motivasi
pada dasarnya mempunyai suatu kesamaan yaitu adanya suatu
keinginan untuk melakukan sesuatu.
b. Minat Masyarakat terhadap Pensertipikatan Tanah
Dengan adanya minat masyarakat untuk mendaftarkan
tanahnya, maka secara tidak langsung akan membantu

19

pemerintah dalam rangka memberikan jaminan kepastian


hukum hak atas tanah bagi para pemiliknya.
Minat untuk mendaftarkan tanah tersirat di dalam
motivasi seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya. Minat
seseorang dalam mensertipikatkan tanahnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti yang diungkapkan Suharno (2002 : 3)
bahwa:
Individu akan mempunyai minat apabila telah mendapat
pengetahuan yang baik yang berasal dari lingkungannya,
media massa, maupun penyuluhan-penyuluhan (faktor
eksternal) serta faktor-faktor dalam diri individu yang
bersangkutan (faktor interal) yang meliputi (1)umur, (2)
jumlah anak (3) jumlah bidang tanah (4) luas tanah (5)
pendapatan (6) pendidikan (7)pengetahuan (8)
pekerjaan.
Jadi minat untuk mensertipikatkan tanah akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dari masyarakat yang diperoleh dari lingkungan,
media massa dan penyuluhan, serta faktor dari dalam diri
manusianya.
Minat untuk memiliki sertipikat akan didasari oleh suatu
tujuan tertentu dimana hal ini yang mendorong seseorang untuk
segera mensertipikatkan tanahnya. Dorongan ini mungkin timbul
dikarenakan suatu kebutuhan seseorang akan sertipikat tanah
atau

karena

keuntungan

seseorang
dan

tersebut

manfaat

jika

sangat
bidang

mengerti

akan

tanahnya

telah

bersertipikat.
Sebagai alat pembuktian, sertipikat berbeda dengan alat
bukti lain:

20

Beda sertipikat dengan alat bukti lain adalah bahwa


sertipikat ditegaskan oleh peraturan perundangan
sebagai alat bukti yang kuat. Kuat dalam hal ini berarti
selama tidak ada alat bukti lain yang membuktikan
ketidakbenarannya maka keterangan yang ada dalam
sertipikat harus dianggap benar dengan tidak ada bukti
tambahan, sedangkan alat bukti ini hanya dianggap
sebagai bukti permulaan harus dikuatkan oleh alat bukti
yang lain (Effendi Perangin, 1990 : 2).
Sertipikat hak atas tanah merupakan alat pembuktian yang kuat
selama

tidak

ada

alat

bukti

lain

yang

membuktikan

ketidakbenaran dari keterangan yang terdapat pada sertipikat.


Sebagai alat pembuktian yang kuat terhadap pemegang hak
atas tanah, serta diakuinya oleh peraturan perundangan, maka
kepada pemegang hak atas tanah di Indonesia seharusnya
berusaha agar setiap bidang tanah yang dimiliki atau dikuasai
didaftarkan di Kantor Pertanahan untuk memperoleh sertipikat.
Seseorang yang mempunyai pengetahuan mengenai
pensertipikatan tanah, yaitu mengenai tujuan dan manfaat
sertipikat, maka akan secara langsung atau tidak langsung akan
membentuk

dirinya

pemahaman

yang

suatu

serapan,

dimilikinya,

akan

pengetahuan,
menimbulkan

dan
suatu

rangsangan minat mensertipikatkan tanah.


Tingkat pengetahuan seseorang biasanya terkait erat
dengan tingkat pendidikan, keduanya memiliki hubungan positif.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang biasanya semakin
tinggi pula pengetahuan serta tingkat kesadaran seseorang.
Tingkat

pendidikan

masyarakat

yang

memadai

akan

21

memberikan kesadaran yang lebih tinggi dan memudahkan bagi


pengembangan identifikasi terhadap tujuan pembangunan yang
dimungkinkan dalam melaksanakan peraturan perundangan
yang berlaku, termasuk peraturan-peraturan hukum pertanahan,
sehingga

dapat

disimpulkan

bahwa

tingkat

pendidikan

masyarakat pedesaan yang relatif masih rendah berpengaruh


terhadap minat mereka dalam upaya pensertipikatan tanah.
Menurut Teori kebutuhan oleh Abraham Maslow yang
menyatakan

bahwa

bagi

kelompok

masyarakat

dengan

pendapatan cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, mereka


baru mencapai tahap pemenuhan kebutuhan dasar (basic
need).

Sedangkan

bagi

kelompok

masyarakat

dengan

pendapatan tinggi, mereka telah mencapai tahap pemuasaan


kebutuhan keamanan (Security). Berkaitan dengan hal tersebut,
maka pendapatan dapat dihubungkan dengan rasa aman
termasuk mengamankan bidang tanahnya. (Suharno, 2001: 19).
Sehingga faktor pendapatan akan berpengaruh terhadap
tingkah laku masyarakat untuk mensertipikatkan tanahnya
terkait dengan pemenuhan kebutuhan keamanan akan tanah.
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap minat
masyarakat di antaranya adalah waktu pembuatan sertipikat,
dan biaya pembuatan sertipikat. Dalam pensertipikatan tanah
biaya sangat terkait dengan tingkat ekonomi masyarakat karena
dalam pengurusan sertipikat memerlukan biaya yang tidak

22

sedikit, sehingga biaya akan sangat berpengaruh dalam


mensertipikatan

tanah.

Karena

didalam

mensertipikatkan

tanahnya masyarakat akan mengeluarkan biaya yang tidak


sedikit.

Sehingga

dikalangan

masyarakat

masih

timbul

anggapan bahwa hanya orang-orang yang mampu saja yang


dapat mensertipikatatkan tanahnya. Hal ini selaras dengan
penjelasan Effendi Perangin (1986:9) :
Untuk memperoleh sertipikat hak atas tanah diperlukan usaha,
waktu dan biaya. Usaha yaitu berupa memohon sertipikat, dan
mempersiapkan syarat-syarat yang diperlukan, menghadap
pejabat tertentu, semua itu memerlukan waktu yang cukup
banyak.
Begitu pula yang diungkapkan oleh Suharno (2003:21)
selain itu pemerintah telah banyak melakukan reformasi
dibidang peraturan perundangan termasuk tata cara yang lebih
sederhana dan penurunan biaya sertipikasi dengan harapan
masyarakat tidak direpotkan dengan tata cara sertipikasi yang
berbelit belit dan dengan biaya terjangkau.
B. Kerangka Pemikiran
Keterbatasan tanah dapat menimbulkan konflik pemilikan
tanah di masyarakat seperti persengketaan batas tanah, penipuan surat
pemilikan tanah dan penggarapan tanah dengan tanpa seijin dari yang
berhak sedangkan keberadaan tanah itu sendiri relatif tetap. Untuk
menghindari atau mengantisipasi timbulnya permasalahan tanah
dimasa yang akan datang, tanah yang dimiliki masyarakat harus

23

mempunyai jaminan kepastian hukum hak atas tanah dengan


didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Tanah yang telah
didaftar tersebut diberi alat bukti (sertipikat) sebagai alat bukti yang kuat
kepemilikan hak atas tanah.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
penyelenggaraan pendaftaran tanah dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu secara sistematik dan sporadik. Dalam kegiatan pendaftaran
tanah secara sporadik dipengaruhi tingkat motivasi masyarakat yang
mendorong dengan penuh kesadaran untuk mensertipikatkan tanahnya
dan peranan dari Kantor Pertanahan. Kebutuhan masyarakat untuk
memperoleh sertipikat agar mendapat jaminan kepastian hukum
didorong oleh motivasi yang ada dalam dirinya. Sedangkan minat
tersirat dalam motivasi seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya.
Minat seseorang untuk mensertipikatkan tanahnya dipengaruhi oleh
beberapa

faktor

di

antaranya

tingkat

pendidikan,

pendapatan,

pengetahuan tentang sertipikat tanah, waktu pembuatan sertipikat


ataupun

biaya

pembuatan

sertipikat.

Untuk

lebih

memperjelas

pemikiran di atas, maka dapat dilihat pada bagan alir kerangka


pemikiran berikut ini:

24

BAGAN ALIR KERANGKA PEMIKIRAN


Pendaftaran Tanah

Sistematik

PAP
PAP

Sporadik

LMPDP
LMPD

Massal
Swadaya

Prona
Swadaya

Rutin

Faktor yang mempengaruhi minat masyarakat

Internal
1. Pendidikan

Eksternal
1. Waktu pembuatan
sertipikat

2. Pendapatan
3. Pengetahuan tentang
sertipikat

2. Biaya pembuatan
sertipikat

Minat Masyarakat dalam Pensertipikatan Tanah

Keterangan
diteliti
tidak diteliti

25

C. Hipotesis
Dalam kaitannya dengan perumusan masalah, tujuan
penelitian dan kerangka

pemikiran

yang dikemukakan,

maka

Penyusun mempunyai hipotesis sebagai berikut:


1.

minat masyarakat untuk mensertipikatkan tanah di Kecamatan


Mandiraja Kabupaten Banjarnegara masih rendah;

2.

bahwa pendidikan, pendapatan, pengetahuan tentang sertipikat,


waktu pembuatan sertipikat, dan biaya pembuatan sertipikat
merupakan faktor yang mempengaruhi minat masyarakat dalam
mendaftarkan tanahnya di Kantor Pertanahan.

26

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
survai dengan pendekatan explanatory. Penelitian survai adalah
penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data yang pokok (Masri
Singarimbun

dan Sofian Effendi,

1989:3).

Kuesioner sebagai

pengumpul data yang pokok dibagikan kepada responden yang


merupakan sampel dari suatu populasi. Sedangkan yang dimaksud
dengan pendekatan explanatory yaitu menjelaskan hubungan kausal
dari pengujian hipotesis. Penulis bermaksud menjelaskan hubungan
antara variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian

ini

dilaksanakan

di

Kecamatan

Mandiraja

Kabupaten Banjarnegara, hal ini berdasarkan pertimbangan:


1. belum pernah dilakukan penelitian yang sama di daerah tersebut;
2. masih banyak terdapatnya bidang-bidang tanah yang belum
didaftarkan oleh pemiliknya.
3. Menurut data dari Kantor Pertanahan Kabupaten Banjarnegara
jumlah bidang tanah yang bersertifikat sebesar 20 %.

27

C. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi


Arikunto, 1996:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pemilik tanah di Kecamatan Mandiraja yang mempunyai bidang tanah,
baik yang sudah mensertipikatkan tanahnya maupun yang belum
mensertipikatkan satupun bidang tanahnya. Jadi populasi berjumlah
39.870 pemilik bidang tanah yang ada di Kecamatan Mandiraja.
D. Sampel

Pada dasarnya yang dimaksud dengan teknik pengambilan


sampel adalah suatu cara untuk mengambil anggota sampel yang
representatif

terhadap keseluruhan populasi. Sampel adalah

sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 1998 :


117). Dalam pengambilan sampel menggunakan cara purposive
sampling dengan pertimbangan dapat mewakili seluruh anggota
populasi yang ada . Pada penelitian ini, pengambilan sampel dibagi
menjadi dua tahap yaitu : (1) sampel wilayah (Area Sampilng), (2)
sampel perorangan. Teknik pengambilan sampel dijelaskan sebagai
berikut :
1. Sampel Wilayah (Area Sampling)
Teknik pengambilan sampel ini didahulukan dengan memilih
(empat) Desa dari 16 (enambelas) Desa yang ada di wilayah
Kecamatan Mandiraja. Desa yang telah dipilih sebagai sampel

28

yaitu sebanyak 4 (empat) desa dengan pertimbangan jumlah desa


yang memiliki sertipikat sedikit diantara desa-desa lainnya dengan
persentase jumlah bidang tanah yang sudah

bersertipikat di

bawah 10%. Desa yang dipilih untuk diambil sampelnya adalah :


a. Desa Jalatunda dengan persentase tanah yang sudah
bersertifikat sebesar 2% dari jumlah bidang yang ada atau 48
sertipikat tanah dari 2410 bidang tanah di Desa Jalatunda.
b. Desa Kaliwungu, dengan persentase tanah yang sudah
bersertifikat sebesar 4% dari jumlah bidang yang ada atau 117
sertipikat tanah dari 3095 bidang tanah di Desa Kaliwungu.
c. Desa Glempang dengan persentase tanah yang sudah
bersertifikat sebesar 8% dari jumlah bidang yang ada atau 293
sertipikat tanah dari 3777 bidang tanah di Desa Glempang.
d. Desa Salamerta, dengan persentase tanah yang sudah
bersertifikat sebesar 9% dari jumlah bidang yang ada atau 232
sertipikat tanah dari 2593 bidang tanah di Desa Salamerta.
2. Sampel perorangan
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara
memilih pemilik tanah dari keempat desa yang telah ditetapkan
menjadi sampel area diatas. Sampel perorangan ini diambil secara
acak (Random Sampling). Dalam teori sampling dikatakan bahwa
sampel yang terkecil dan dapat mewakili distribusi normal adalah
30 (Pabundu Tika, 2005 :25). Jadi sampel yang akan diambil
adalah sebagian dari anggota masyarakat baik yang sudah

29

mensertipikatkan tanahnya ataupun yang belum sejumlah 60


responden. Sampel tersebut diambil 2 (dua) kali lipat untuk lebih
meyakinkan.
A. Variabel Penelitian

Variabel yang mempengaruhi minat masyarakat dalam


mensertipikatkan tanahnya adalah:
1. pendidikan (X1);
2. pendapatan (X2);
3. pengetahuan tentang sertipikat (X3);
4. waktu pembuatan sertipikat (X4);
5. biaya pensertipikatan tanah (X5).
B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:


1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti di
lapangan

dengan

alat

kuesioner

yang

diberikan

kepada

responden, yaitu :
a. Identitas pemohon, terdiri dari nama, umur, jenis kelamin dan
alamat;
b. Pendidikan formal terakhir pemohon

30

c. Pendapatan bersih yang diperoleh dari mata pencaharian


utama kepala keluarga dan anggota keluarga, termasuk
pendapatan sampingan tiap satu bulan dalam bentuk apapun
d. Pengetahuan masyarakat mengenai arti penting sertipikat hak
atas tanah
e. Waktu pembuatan sertipikat yang digunakan masyarakat untuk
mendaftarkan tanahnya melalui pendaftaran tanah pertama
kali.
f. Biaya pembuatan sertipikat yang harus dikeluarkan oleh
masyarakat

untuk

mendaftarkan

tanahnya

di

Kantor

Pertanahan Kabupaten Banjarnegara.


2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung
berupa dokumen, arsip yang terkait dengan penelitian ini yaitu
berasal dari Kantor Pertanahan Kabupaten dan Kantor Kecamatan
/Instansi terkait.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh Penyusun dalam
penelitian ini adalah :
1. Kuesioner/Angket
Teknik pengumpulan data dengan cara membagikan kuisioner
pada para responden guna memperoleh informasi yang akurat
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penyusun.

31

Penggunaan alat kuesioner dilakukan untuk pengumpulan data


primer, hal ini dimaksudkan agar data-data yang diperoleh dengan
kuesioner sebagai alat pengumpulan datanya dapat menghemat
biaya, waktu serta tenaga .
2. Studi Pustaka
Pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari bukubuku berkaitan dengan permasalahan yang Penyusun teliti.
3. Studi dokumen
Pengumpulan data yang dilakukan dengan memperoleh dari data
arsip, dokumen dan catatan-catatan yang berhubungan dengan
masalah

penelitian.

Data

tersebut

diperoleh

dari

Kantor

Pertanahan dan Instansi terkait.


D. Teknik Analisis Data
Analisis Data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun
dan Effendi, 1995 : 263). Teknik analisis data dilaksanakan dengan
menggunakan

analisis

statistik

regresi

berganda

(Multiple

Regression).
Teknik

analisis

regresi

berganda

digunakan

untuk

menjelaskan hubungan antara satu dependent variable dengan dua


atau lebih independent variable. (Suharsimi Arikunto, 1996 : 286).
Data kualitatif yang diperoleh dari wawancara akan diubah menjadi
data kuantitatif, dengan ukuran ordinal untuk variabel minat terhadap

32

pensertipikatan

tanah dan pengetahuan tentang arti penting

sertipikat.
Tingkat ukuran ordinal banyak digunakan dalam penelitian
sosial terutama untuk mengukur kepentingan,sikap atau
persepsi.melalui pengukuran ini peneliti dapat meneliti
respondennya kedalam urutan rangking atas dasar sikapnya
pada objek atau tindakan tertentu,(Masri Singarimbun dan
Sofian Effendi,1989:102).
Sedangkan

untuk

variabel

tingkat

pendidikan,

dan

pendapatan yang dimiliki menggunakan skala rasio.


Skala Rasio merupakan pengukuran yang paling tinggi.
Skala rasio adalah hasil pengukuran untuk nilai
sesungguhnya bukan kategori seperti pada skala nominal,
ordinal ataupun interval. (Wahana Komputer, 2003 : 9).
Untuk memperjelas metode pengukuran dari tiap variabel
yang telah dijelaskan atas,maka dapat diperinci sebagai berikut:
1. Variabel Y = Minat masyarakat
a. Untuk minat masyarakat terdiri dari 8 (delapan) pertanyaan dan
setiap pertanyaan diberikan 3 alternatif jawaban
b. Dari tiga alternatif

jawaban tersebut diberikan skor sebagai

berikut:
1) Bila jawaban a,diberi skor 3.
2) Bila jawaban b,diberi skor 2.
3) Bila jawaban c,diberi skor 1.
c. Hasil

dari

skoring

tersebut

kemudian

dijumlahkan

yang

kemudian dilakukan penggolongan yang terdiri dari 3 kriteria,


yaitu :
1) Jumlah skor 8-12 kriteria rendah.

33

2) Jumlah skor 13-18 kriteria sedang.


3) Jumlah skor 19-24 kriteria tinggi.
2. Variabel X1 = Tingkat pendidikan.
Banyaknya pertanyaan untuk variabel tingkat pendidikan ini
adalah sebanyak 1 (satu) pertanyaan dengan alternatif 5 (lima)
jawaban.

Masri

Singaribun

dan

Sofian

Effendi

(1987:272)

menyebutkan bahwa untuk variabel tingkat pendidikan sering


digunakan penggolongan sebagai berikut :Tingkat sekolah dan SD
tidak tamat (0-5 tahun), Tamat SD (6-8 tahun), Tamat SLTA (12
tahun keatas). Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan skala
rasio untuk tingkat pendidikan sebagai berikut : Tidak sekolah
(skor.0), Tamat SD (skor.1), Tamat SLTP (skor.2), Tamat SLTA
(skor.3), Sarjana (skor.4).
3. Variabel X2 = Pendapatan
Diajukan 2 (dua) pertanyaan secara langsung kepada responden.
Untuk mengukur pendapatan bersih didapatkan dari pendapatan
dan pengeluaran dari responden.
4. Variabel X3 = Pengetahuan tentang arti penting sertipikat
a. Untuk pengetahuan tentang arti penting sertipikat terdiri dari 6
(enam) pertanyaan dan setiap pertanyaan diberikan 3 alternatif
jawaban.
b. Dari 3 alternatif jawaban tersebut diberikan skor sebagai berikut:
1) Bila jawaban a, diberi skor 3
2) Bila jawaban b, diberi skor 2.

34

3) Bila jawaban c, diberi skor 1.


c. Hasil

dari

skoring

tersebut

kemudian

dijumlahkan

yang

kemudian dilakukan penggolongan yang terdiri dari 3 kriteria,


yaitu :
1) Jumlah skor 6 9 kriteria tidak mengetahui
2) Jumlah skor 10 13 kriteria kurang mengetahui
3) Jumlah skor 14 18 kriteria mengetahui
5. Variabel X4 = waktu pembuatan sertipikat
Diajukan pertanyaan secara langsung kepada responden dengan 3
(tiga) alternatif jawaban.
6. Variabel X5 = Biaya Pembuatan Sertipikat
Diajukan pertanyaan secara langsung pada responden mengenai
besarnya biaya sertipikat yang dikeluarkan dalam pengurusan
sertipikat.
Adapun analisis data dengan menggunakan teknik analisis
regresi berganda dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Uji Parsial (t)
Uji parsial (t) ini digunakan untuk menelusuri pengaruh secara
parsial signifikan variabel-variabel bebas yaitu tingkat pendidikan,
pendapatan, pengetahuan tentang arti penting sertipikat, waktu dan
biaya pensertipikatan tanah terhadap variabel terikat yaitu minat
masyarakat dengan rumus dan hipotesis statistik sebagai berikut:
Hipotesis Statistik
Ho

Bi

= 0

Hi

Bi

35

Rumus Uji t
t

Bi
SBi

..(1)

Keterangan
Bi

Koefisien Regresi

SBi

Simpangan Baku Bi ke i

Kaidah Keputusan untuk pengujian hipotesis yang digunakan


adalah = 0,05 atau taraf nyata 95 %.
H i diterima apabila :
-

t Hitung < - t Tabel atau t Hitung > t Tabel atau Sig t < = 0,05

H o diterima apabila :
-

t Hitung > - t Tabel atau t Hitung < t Tabel atau Sig t > = 0,05

2. Uji Keseluruhan (F)


Uji Keseluruhan (F) ini digunakan untuk menguji variabel bebas
yang meliputi variabel pendidikan, pendapatan, pengetahuan
tentang arti penting sertipikat, waktu dan biaya pensertipikatan
tanah secara keseluruhan

berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat yaitu minat masyarakat dalam pensertipikatan tanah


yang secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : B 1 = B 2 = B3 = B 4 = B5 = 0
0

Artinya H0 diterima, yang menunjukkan bahwa secara keseluruhan


tidak ada variabel yang berpengaruh secara nyata.

36

Hi :

B1

Artinya Hi diterima, yang menunjukkan bahwa ada variabel bebas


yang berpengaruh secara nyata.
Untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan kriteria uji statistik (F)
sebagai berikut:

R / k
( 1 - R) / (N k 1)

. (2)
Keterangan:
R

Koefisien Determinan

Banyaknya variabel bebas

Bilangan Konstanta

Banyaknya sampel

Dari kriteria uji tersebut, kaidah keputusannya adalah sebagai


berikut :
> F 0,05 = ada variabel bebas yang
berpengaruh

secara

signifikan
F Hitung
F 0,05 = tidak ada variabel bebas
yang berpengaruh secara signifikan
3. Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi merupakan alat statistik dimana digunakan untuk
membandingkan hasil pengukuran 2 (dua) variabel yang berbeda

37

agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel


ini. (Suharsimi Arikunto, 1996 : 246 )
Besar nilai koefisien korelasi

( R ) dalam penelitian ini dapat

diketahui dari penerapan rumus sebagai berikut :

R=

b 1.yX 1 + b 2.yX 2 b 3yX 3 + b 4.yX 4+ b 5.yX 5


y

Keterangan:
R

= Koefisien Korelasi

b (1,2,3,4,5)

= Koefisien Regresi Tiap Variabel Bebas

yX (1,2,3,4,5)

= Hasil Perhitungan dari Nilai Skor Deviasi

4. Koefisien Determinasi ( R )
Koefisien Determinasi digunakan untuk mencari nilai besarnya
sumbangan variabel-variabel bebas dalam persamaan regresi
dalam menjelaskan variabel terikat. Nilai koefisien determinasi yang
semakin mendekati 1, maka garis tersebut semakin baik, yang
berarti variabel bebas semakin berpengaruh terhadap variabel
terikat.
5. Persamaaan Garis Regresi
Persamaaan Garis Regresi merupakan persamaan garis yang
terbentuk antara variabel bebas dengan variabel terikat dari hasil
pengolahan data.
Persamaan garis regresi dapat dirumuskan sebagai berikut:

38

a + b 1 X 1+ b 2 X 2 + b 3 X 3 +

b4 X4 + b5 X5

Keterangan:
Y

= Variabel Terikat (Kriterium)

= Konstanta (bilangan tetap)

b (1,2,3,4)

= Besarnya Koefisien Regresi

X (1,2,3,4)

= Variabel bebas (Prediktor)

Dalam penelitian ini:


Y

Minat masyarakat terhadap pensertipikatan


tanah

X1

Tingkat Pendidikan

X2

Pendapatan

X3

Pengetahuan tentang arti penting sertipikat

X4

Waktu pembuatan sertipikat tanah

X5

Biaya pensertipikatan tanah

Semua perhitungan untuk menguji hipotesis dilaksanakan


dengan komputer dengan program SPSS ( Statistic Package for
Social Sciencies).

39

BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Fisik Wilayah
1. Letak Geografis dan Luas Wilayah
Kecamatan Mandiraja merupakan salah satu dari 20
(duapuluh) Kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara
Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kecamatan Mandiraja
terletak diantara 1092720 BT 1093245 BT dan 72630 LS
73125 LS dengan batas-batas wilayah administrasi adalah
sebagai berikut :
a.

Sebelah Utara

Kecamatan

Rakit

Kabupaten

Purwonegoro

Kabupaten

Kebumen

Kabupaten

Banjarnegara
b.

Sebelah

Timur

Kecamatan
Banjarnegara

c. Sebelah Selatan

: Kecamatan
Kebumen

d. Sebelah Barat

: Kecamatan

Purwareja

Klampok

Kabupaten Banjarnegara
Kecamatan Mandiraja merupakan wilayah dengan luas wilayah
5.261,575 Ha, dilihat dari topografinya, wilayah ini termasuk
dataran rendah dengan ketinggian 131 m diatas permukaan laut.

40

Wilayah Kecamatan Mandiraja memiliki 16 (enambelas)


Desa, pembagian wilayah administrasi Kecamatan dapat dilihat
pada Tabel 1 berikut ini :
Tabel 1 : Luas Wilayah (HA) dan Persentase Tiap Desa di
Kecamatan Mandiraja.
Desa

Luas (HA)

Persentasi (%)

(1)

(2)

(3)

1.

Salamerta

427.740

8.90

2.

Glempang

569.910

10.83

3.

Kebanaran

521.687

9.92

4.

Kaliwungu

529.725

10.07

5.

Somawangi

690.000

13.11

6.

Jalatunda

684.660

13.01

7.

Kebakalan

86.390

1.64

8.

Mandiraja Wetan

150.852

2.87

9.

Mandiraja Kulon

177.965

3.38

10. Banjengan

124.683

2.37

11. Kertayasa

343.425

6.53

12. Candiwulan

111.590

2.12

13. Simbang

158.500

3.01

14. Purwasaba

282.155

5.36

97.558

1.85

259.735

4.94

5.261.575

100

15. Blimbing
16. Panggisari
JUMLAH

Sumber : Monografi Kecamatan Mandiraja , 2007


Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa Desa Somawangi
merupakan Desa yang mempunyai wilayah yang paling luas yaitu
690 Ha atau 13.11 % dari luas wilayah. Sedangkan Desa
Kebakalan merupakan Desa yang mempunyai wilayah paling
sempit yaitu 86.390 Ha atau 1.64 % dari luas wilayah.

41

2. Penggunaan Tanah
Penggunaan

tanah

selalu

berhubungan

dengan

kegiatan manusia. Hal tersebut dikarenakan tanah diusahakan


untuk berbagai kepentingan. Dengan demikian semakin banyak
kebutuhan akan tanah yang harus dipenuhi terutama yang
digunakan untuk kegiatan fisik bangunan. Penggunaan tanah di
Kecamatan Mandiraja sebagian besar merupakan tanah kering
yang diperuntukkan sebagai pekarangan/perumahan, tegal/kebun,
dan ladang. Penggunaan tanah di Kecamatan Mandiraja dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
Tabel 2 : Luas Penggunaan Tanah di Kecamatan Mandiraja
Jenis Pengunaan
1. Pekarangan/Bangunan

Luas (Ha)

Persentase (%)

1.847,583

35

875,242

17

3. Sawah

1.663, 28

31,65

4. Kolam

27,770

0,005

5. Hutan Negara

687.00

13,35

160,7

5.261,575

100

2. Tegal/Kebun

6. Lain-lain
Jumlah

Sumber : Monografi Kecamatan Mandiraja, 2007


Melihat pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis penggunaan
tanah pekarangan/bangunan yang paling luas yaitu 1.847,583 Ha
atau 35 % sedangkan penggunaan tanah yang paling kecil adalah
untuk kolam yaitu 27,770 Ha atau 0,005 %.

42

B. Keadaan Penduduk dan Sosial Ekonomi


1. Jumlah dan komposisi penduduk
Penduduk di wilayah Kecamatan Mandiraja adalah
66.729 jiwa, yang terdiri dari 32.730 laki laki dan 33.999
perempuan. Hal ini menunjukan komposisi jumlah penduduk yang
relatif seimbang antara laki laki dan perempuan. Mata pencarian
penduduk bervariasi pada masing-masing bidang yang berbeda
sesuai dengan profesi, kemampuan dan modal kerja yang dimiliki.
Sebagian besar adalah sebagai petani dan buruh tani. Jumlah
penduduk Kecamatan Mandiraja menurut jenis kelamin di tiap
Desa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 : Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Desa

Laki-laki

(1)

(2)

Perempuan
(3)

Jumlah
(4)

1.

Salamerta

2.054

2.691

4.745

2.

Glempang

2.728

2.835

5.563

3.

Kebanaran

2.150

2.251

4.401

4.

Kaliwungu

1.844

1.931

3.775

5.

Somawangi

3.425

3.560

6.985

6.

Jalatunda

1.872

1.961

3.833

7.

Kebakalan

725

751

1.476

8.

Mandiraja Wetan

2.086

2.077

4.163

9.

Mandiraja Kulon

2.866

2.877

5.743

10. Banjengan

1.183

1.174

2.357

11. Kertayasa

2.950

3.007

5.957

12. Candiwulan

1.272

1.218

2.490

13. Simbang

1.121

1.072

2.193

43

14. Purwasaba

3.093

3.265

6.358

15. Blimbing

1.228

1.193

2.421

16. Panggisari

2.133

2.136

4.269

32.730

33.999

66.729

JUMLAH

Sumber : Monografi Kecamatan Mandiraja, 2007


Berdasarkan Tabel 3 Desa Somawangi mempunyai jumlah
penduduk terbanyak yaitu 6.985 jiwa. Hal tersebut dikarenakan
wilayah Desa Somawangi yang paling luas sehingga menampung
banyak penduduk daripada desa lainnya. Sedangkan Desa
Kebakalan merupakan desa yang paling kecil dengan jumlah
penduduk sebesar 1.476 jiwa . Hal tersebut merupakan dampak
dari kecilnya wilayah desa Kebakalan sehingga menampung
penduduk paling sedikit.
2. Pendidikan
Tinggi rendahnya pendidikan dan pengetahuan yang
dimiliki seseorang akan mempengaruhi mental sikap dan cara
berfikir, serta cara bertindak seseorang terhadap hal yang sedang
dihadapinya, artinya bila seseorang yang berpendidikan tinggi
akan lebih mudah menerima dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan dan kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Mandiraja
relatif bervariasi yang pada umumnya masih didominasi lulusan
Sekolah Dasar (SD), SLTP/Sederajat dan SLTA/Sederajat. Hal ini
dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini :

44

Tabel 4 : Tingkat Pendidikan Penduduk tiap Desa di Kecamatan


Mandiraja
Desa

Tamat Tamat Tamat


AK/PT SLTA SLTP

Tamat
SD

Tidak
Tamat Jumlah
SD
(6)
(7)
1.737
3.822

1.

(1)
Salamerta

(2)
18

(3)
146

(4)
216

(5)
1.721

2.

Glempang

32

147

348

2.185

2.173

4.869

3.

Kebanaran

53

196

293

1.313

1.863

3.702

4.

Kaliwungu

22

91

186

1.689

1.399

3.373

5.

Somawangi

40

179

337

2.517

1.324

4.381

6.

Jalatunda

65

80

1.514

2.344

3.996

7.

Kebakalan

34

188

210

563

386

1.365

8.

Mandiraja

88

512

752

1.532

1.002

3.870

145

715

785

1.780

1.827

5.236

10. Banjengan

15

119

187

783

942

2.028

11. Kertayasa

97

347

538

2.482

1.778

5.226

12. Candiwulan

42

166

47

953

723

1.915

13. Simbang

27

165

182

766

632

1.756

14. Purwasaba

61

310

548

2.111

2.452

5.466

15. Blimbing

24

142

184

628

1.004

1.966

16. Panggisari

66

307

489

1.630

1.324

3.800

5.382 24.167 22.910

56.771

Wetan
9.

Mandiraja
Kulon

773

3.795

Sumber : Monografi Kecamatan Mandiraja, 2007


Melihat Tabel 4 menunjukan bahwa tingkat pendidikan di wilayah
Kecamatan Mandiraja rata-rata didominasi oleh tidak lulus SD,
lulusan SD, SLTP/Sederajat dan SLTA/Sederajat. Untuk yang
tidak lulus Sekolah Dasar (SD) mencapai 22.910 atau 40,35 % dari
jumlah penduduk Kecamatan Mandiraja, untuk Lulusan SD

45

mencapai 24.167 orang atau 42,56%, lulusan SLTP/Sederajat


yang mencapai 5.382 orang atau 9,48 %, sedangkan untuk lulusan
SLTA/Sederajat mencapai 3.795 orang atau 6,68 %. Untuk tingkat
pendidikan yang paling sedikit adalah lulusan Perguruan Tinggi
yang hanya berjumlah 773 orang atau 1,36 %. Jumlah lulusan
Perguruan Tinggi terbesar adalah di Desa Mandiraja Kulon
dikarenakan

desa

tersebut

merupakan

ibukota

kecamatan

Mandiraja yang didukung dengan aksesibititas yang cukup baik


untuk pergi ke sekolah. Sedangkan Desa Jalatunda merupakan
desa yang paling sedikit lulusan Perguruan Tinggi dikarenakan
sulitnya aksesibilitas ke daerah tersebut sehingga berpengaruh
pada rendahnya pendidikan mereka karena keinginan mereka
untuk bersekolah sangat rendah.
3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata

pencaharian

penduduk

di

suatu

wilayah

menggambarkan kegiatan atau aktivitas penduduk itu sendiri dan


sangat dipengaruhi antara lain oleh sumber daya manusia yang
tersedia. Secara umum mata pencarian penduduk Kecamatan
Mandiraja bekerja sebagai buruh konstruksi bangunan dan petani
yang

mengerjakan

tanahnya

sendiri,

sedangkan

penduduk

bermata pencarian sebagai TNI/POLRI yang paling sedikit. Secara


rinci dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

46

Tabel 5 : Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di


Kecamatan Mandiraja
Mata Pencaharian

Jumlah (jiwa)

Persentase

1.

Petani

18.182

43,57

2.

Buruh Tani

12.845

30,78

3.

Buruh Industri

815

2,12

4.

Buruh Bangunan

1.144

2,74

5.

Pedagang

3.505

8,40

6.

Angkutan

887

2,12

7.

PNS

1.318

3,15

8.

TNI/POLRI

178

0,4

9.

Pensiunan

364

0,8

10. Penggalian

318

0,72

2.166

5,1

41.732

100

11. Lain-lain
Jumlah

Sumber : Monografi Kecamatan Mandiraja, 2007


Berdasarkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa
penduduk dengan mata pencarian petani dan buruh tani yang
mendominasi penduduk menurut mata pencarian di Kecamatan
Mandiraja yaitu petani sebanyak 18.182 orang atau 43,57% dan
buruh tani sebanyak 12.845 orang atau 30,78% dari seluruh
jumlah penduduk. Mata pencarian sebagai TNI/POLRI adalah
yang paling sedikit yaitu sebanyak 178 orang atau 0,4% dari
jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian.

47

C. Data Pertanahan
Data mengenai sertipikat yang telah diterbitkan oleh Kantor
Pertanahan Banjarnegara di Kecamatan Mandiraja dapat dilihat pada
Tabel 6 berikut :
Tabel 6 : Sertipikat yang telah Diterbitkan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Banjarnegara Sampai Dengan Tahun 2008
untuk daerah Kecamatan Mandiraja.
Desa

Jumlah Sertipikat
HM

HP

HGB

Jumlah

Persentase

Bidang

(%)

1. Salamerta

232

2.593

2. Glempang

293

3.777

3. Kebanaran

699

3.601

19

4. Kaliwungu

117

3.095

5. Somawangi

534

4.679

11

6. Jalatunda

48

2.410

7. Kebakalan

323

939

34

8. Mandiraja

465

10

1.996

23

818

14

2.515

32

Wetan
9. Mandiraja
Kulon
10. Banjengan

287

1.137

25

11. Kertayasa

648

2.773

23

12. Candiwulan

270

1.597

17

13. Simbang

209

1.661

13

1686

3.213

53

329

1.149

28

1024

2.735

37

39.870

100

14. Purwasaba
15. Blimbing
16. Panggisari

7981

24

48

Sumber : Kantor Pertanahan Kabupaten Banjarnegara, 2008


Berdasarkan tabel 6 jumlah sertipikat yang telah diterbitkan
sebanyak 7981 buah dengan jumlah keseluruhan bidang tanah
mencapai 39.870 Penduduknya yang paling banyak berminat
mensertipikatkan tanahnya adalah di Desa Purwasaba dengan
persentase 53% sebanyak 1686 buah dari 3.213 keseluruhan bidang
di desa tersebut. Hal tersebut menurut informasi yang diperoleh dari
Kantor Pertanahan Kabupaten Banjarnegara, banyaknya jumlah
sertipikat di Desa Purwasaba karena seringnya PRONA dan PRODA
yang

dilaksanakan

sehingga jumlah sertipikat

cukup banyak.

Sedangkan desa paling sedikit untuk mensertipikatkan tanahnya


adalah Desa Jalatunda dengan persentase sebesar 2 % sebanyak 48
buah sertipikat dari 2.410 keseluruhan bidang tanah. Hal tersebut
disebabkan karena jarangnya PRONA dan sulitnya aksesibilitas ke
desa tersebut seperti kondisi jalan yang rusak, fasilitas umum dan
fasilitas sosial yang sangat kurang.
Adapun secara keseluruhan jumlah bidang tanah yang
sudah bersertipikat di Kecamatan Mandiraja adalah 20 % dari jumlah
keseluruhan 39.870 bidang tanah.

49

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Minat Masyarakat dalam Pensertifikatan Tanah


Minat atau keinginan masyarakat Kecamatan Mandiraja untuk
mensertipikatkan tanahnya berdasarkan penelitian yang dilakukan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yaitu sebagai berikut :
1. Minat Rendah sebesar 40 %
2. Minat Sedang sebesar 45 %
3. Minat Tinggi sebesar 15 %
Berdasarkan hasil olahan SPSS tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata
minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah di Kecamatan
Mandiraja adalah sedang cenderung rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan masyarakat untuk
mensertipikatkan
berpengaruh

tanah

bervariasi,

yaitu pendidikan,

faktor

yang

diperkirakan

pendapatan, pengetahuan tentang

sertipikat, waktu pembuatan sertipikat. Kemudian besarnya pengaruh


masing-masing

faktor

akan

dianalisis

lebih

menggunakan SPSS, sehingga diketahui

dalam

dengan

besarnya pengaruh

terhadap minat masyarakat.


B. Analisis faktor yang berpengaruh terhadap minat
1. Pendidikan
Secara umum tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Mandiraja
sangat rendah karena didominasi oleh tidak lulus SD sebesar

50

40,35% dan lulus SD sebesar 40%. Faktor pendidikan sangat


berpengaruh terhadap sikap mental dan pola pikir secara cara
bertingkah laku seseorang, artinya orang yang berpendidikan tinggi
akan

lebih

mudah

untuk

menyesuaikan

jaman

dan

ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dengan jumlah 80,35 % rata-rata


hanya sampai pada lulus SD akan memberi dampak terhadap
rendahnya keinginan untuk mendaftarkan tanahnya ke Kantor
Pertanahan. Hasil uji T yang diperoleh dari perhitungan SPSS
variabel pendidikan mempengaruhi minat masyarakat sebesar
98,9% artinya berpengaruh sangat signifikan. Rendahnya tingkat
pendidikan

masyarakat

Kecamatan

Mandiraja

berpengaruh

terhadap rendahnya minat masyarakat dalam mensertifikatkan


tanah.
2. Pendapatan
Berdasarkan hasil olahan SPSS faktor pendapatan tidak signifikan
terhadap minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanahnya
artinya variabel pendapatan memberikan pengaruh yang sangat
kecil terhadap keinginan masyarakat untuk mensertipikatkan tanah.
Hasil wawancara yang dilakukan dalam penelitian baik yang
berpendapatan rendah dibawah Rp.500.000 ataupun tinggi diatas
Rp.1.000.000,- masih menganggap mahalnya biaya pensertipikatan
tanah. Kebutuhan akan pentingnya pemberian jaminan kepastian
hukum hak atas tanah terhadap tanah yang dimiliki belum menjadi
prioritas utama untuk dilaksanakan oleh masyarakat. Meskipun

51

mereka mempunyai penghasilan tinggi masih enggan untuk


mensertipikatkan tanah karena dianggap kurang penting bagi
masyarakat. Hal tersebut yang menjadikan variabel pendapatan
tidak

berpengaruh

terhadap

keinginan

masyarakat

untuk

mensertipikatkan tanah. Besar kecilnya pendapatan masyarakat


tidak memberikan pengaruh terhadap minat masyarakat dalam
pensertipikatan tanah.
3. Pengetahuan tentang Pensertipikatan Tanah
Tingkat pengetahuan masyarakat tentang pensertipikatan tanah di
daerah penelitian terdiri atas tiga kategori yaitu pengetahuan tinggi
(skor 14-18), sedang (skor 10-13) dan rendah (skor 6-9). Menurut
hasil pengolahan data menunjukkan bahwa

sebagian besar

masyarakat Kecamatan Mandiraja memiliki pengetahuan yang


sedang. Rata-rata tingkat pengetahuan menunjukkan perbedaan
sangat meyakinkan (0,000). Artinya bahwa tingkat pengetahuan
terhadap

pensertipikatan

tanah

akan

mempengaruhi

minat

masyarakat dalam mensertipikatkan tanahnya. Berdasarkan hasil


dari kuesioner tersebut didapatkan bahwa sekitar 30 % masyarakat
Kecamatan

Mandiraja

berpengetahuan

rendah,

45

berpengetahuan sedang dan 25% berpengetahuan tinggi.


4. Waktu penyelesaian sertipikat tanah
Waktu penyelesaian sertipikat yang diperlukan oleh masyarakat
untuk mendaftarkan tanah pertama kali dibedakan menjadi tiga

52

kategori yaitu jika waktu kurang dari 6 Bulan maka waktunya cepat;
jika waktu 6-12 bulan maka waktu cukup lama; jika lebih dari 12
bulan maka waktunya lama. Hasil uji beda rata-rata waktu yang
diperlukan masyarakat untuk mensertipikatkan tanah yaitu dengan
taraf signifikasi < 0,000. Makna angka tersebut, secara umum bagi
masyarakat di Kecamatan Mandiraja merasa, bahwa waktu
penyelesaian sertipikat

lama. Menurut hasil analisis regresi

berganda ditunjukkan bahwa diantara kelima faktor yang paling


berpengaruh

terhadap

keinginan

masyarakat

untuk

mensertipikatkan tanah adalah variabel waktu pensertipikatan


tanah. Dengan memiliki nilai beta (0,358) dan nilai T (4,767) yang
terbesar, dengan signifikan T (0,000) yang terkecil diatara lima
variabel. Kenyataan tersebut diatas mengandung makna, bahwa
semakin lama proses pensertipikatan tanah akan mempengaruhi
minat masyarakat dalam mensertipikatkan tanah.
5. Biaya Pengurusan Sertifikat
Biaya pengurusan sertipikat yang harus dikeluarka oleh masyarakat
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu mahal diatas Rp.1000.000,
sedang antara Rp.500.000 sampai dengan Rp.1.000.000 dan tidak
mahal dibawah Rp.500.000. Hasil uji beda rata-rata varibel biaya
didapatkan taraf signifikasi < 0,000. Makna angka tersebut, secara
umum bagi masyarakat di Kecamatan Mandiraja merasa, bahwa
biaya

administrasi

pengurusan

sertipikat

terlalu

mahal.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dapat dilihat bahwa

53

keinginan masyarakat untuk mensertipikatkan tanah dipengaruhi


secara signifikan oleh variabel biaya pengurusan sertipikat tanah.
Dengan memiliki nilai beta (0,341) dan nilai T (4,462), dengan
signifikan T (0,000) sangat kecil. Kenyataan tersebut diatas
mengandung makna, bahwa variabel biaya pensertipikatan tanah
berpengaruh 99% sangat signifikan terhadap minat masyarakat.
C. Penyajian Data
1. Uji Koefisien determinasi
Uji koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian ini
bertujuan untuk mencari nilai besarnya sumbangan variabelvariabel bebas dalam persamaan regresi dalam menjelaskan
variabel terikat. Nilai koefisien determinasi yang semakin mendekati
1 (satu), maka garis tersebut semakin baik, yang berarti variabel
bebas

semakin

berpengaruh

terhadap

variabel

terikat.

menunjukkan proporsi variasi nilai variabel tak bebas yang


diterangkan oleh variasi variabel bebas. Hasil perhitungan uji
koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 7. Uji Koefisien Determinasi

Model

R
.860a

Adjusted R

Std. Error of

Square

the Estimate

.716

1.27395

R Square

.740

54

Berdasarkan data pada tabel 7 dapat dikemukakan sebagai berikut:


a.

Nilai R menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan


antara variabel minat masyarakat dengan variabel bebas. Dari
tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai R sebesar 0,860. Hal
ini berarti bahwa adanya hubungan yang nyata antara minat
masyarakat dengan variabel-variabel bebas.

b.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, nilai koefisien


determinasi (R) adalah 0,740, artinya bahwa 74% dipengaruhi
oleh variable-variabel bebas yang terdiri dari pendidikan,
pengetahuan, pendapatan,

waktu penyelesaian, dan biaya

pendaftaran. Hal ini berarti masih ada variabel bebas lain di


luar variabel-variabel bebas tersebut yang mempengaruhi
minat masyarakat di daerah penelitian sebesar 26%.
Berdasarkan

hasil

wawancara

dengan

responden

di

Kecamatan Mandiraja, kurangnya keinginan masyarakat untuk


mensertipikatkan tanahnya adalah karena adanya kebijakan bank
bahwa Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan
Bangunan (SPPT PBB) yang merupakan bukti awal penguasaan
tanah dapat dijadikan agunan di bank. Hal tersebut akan
membentuk

pola

pikir

masyarakat

terutama

yang

tingkat

pendidikannya masih rendah bahwa cukup dengan memiliki SPPT


PBB dan membayar pajak sudah ada pengakuan dari Negara
mengenai kepemilikan tanah mereka dan juga dapat dijadikan
agunan di bank untuk modal usahanya. Kebijakan dari Bank-bank

55

tertentu yang menerima SPPT PBB sebagai jaminan kredit akan


melemahkan posisi sertipikat. Walaupun menurut hasil wawancara
dengan masyarakat bahwa besarnya kredit yang diberikan oleh
Bank tidak sebesar apabila mengagunkan menggunakan sertipikat
hak atas tanah. Kredit yang diberikan oleh Bank kepada
masyarakat dengan SPPT PBB sebagai agunan adalah tidak lebih
besar dari Rp.5.000.000,- (lima juta rupiah).
Dengan adanya kebijakan Bank tersebut maka keberadaan
sertipikat kurang dianggap penting oleh masyarakat Kecamatan
Mandiraja yang hendak meminjam uang ke Bank untuk berbagai
kepentingan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor minat
masyarakat dalam mensertipikatkan tanahnya di Kecamatan
Mandiraja sedang cenderung rendah. Tetapi, adanya SPPT PBB
sebagai agunan di bank bukan merupakan bagian dari penelitian.
2. Uji Terhadap Model
Uji terhadap hubungan linieritas ini merupakan pengujian
terhadap model regresi yang digunakan. Hasil yang di dapat dari
pengujian ini dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :
Tabel 8. Hasil uji terhadap model regresi
Model

Anova
df
Mean
square
5
49.869

Regression

Sum of
Squares
249.344

Residual

87.639

54

Total

336.983

59

1.623

Sig

30.727

.000a

56

Berdasarkan Tabel 8 hasil uji terhadap model regresi yang


digunakan menunjukkan bahwa model regresi yang digunakan
sudah benar, dimana didapatkan Sig (Anova) sebesar 0.000.
Apabila Sig kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, dan
apabila Sig lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak.
Dari data hitungan table 8 menunjukkan Ho ditolak dan H1 diterima.
Artinya terdapat hubungan linier antara minat masyarakat dengan
pendidikan, pendapatan, pengetahuan, biaya pensertipikatan dan
waktu penyelesaian. Dalam hal ini Ho menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara variabel terikat dan variabel bebasnya,
sedangkan H1 menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel
terikat dan variabel bebas. Varibel bebas seperti pendidikan,
pendapatan, pengetahuan, waktu pembuatan sertipikat dan biaya
pembuatan sertipikat secara bersama-sama berpengaruh terhadap
minat masyarakat sebagai variabel terikat.
3. Uji Signifikasi Individual
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara individu
variabel-variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel

terikat.

Data

diperoleh

dari

masyarakat,

dengan

menggunakan taraf nyata 0,05. Hasil pengujian dapat dilihat pada


tabel 9 berikut :

57

Tabel 9. Pengujian signifikasi t-statistik terhadap minat masyarakat


dengan taraf nyata sebesar 0,05.

Variabel Bebas

Signifikasi

Kesimpulan

pendidikan

.011

Signifikan

pendapatan

.225

Tidak Signifikan

pengetahuan

.000

Signifikan

waktu

.000

Signifikan

Biaya pendaftaran

.000

Signifikan

Berdasarkan

Tabel

dapat

dilihat

bahwa

variabel

yang

berpengaruh secara signifikan dengan taraf nyata 0,05 atau nilai


signifikasi sebesar 95% terhadap minat masyarakat dalam
mensertipikatkan tanah di Kecamatan Mandiraja adalah :
a.

Pendidikan dengan nilai signifikasi 0,011 yang berarti nilai t


hitung lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Hal ini berarti bahwa
pendidikan berpengaruh secara signifikan sebesar 98,9%
terhadap minat masyarakat. Artinya semakin tinggi pendidikan
seseorang maka minat untuk mensertipikatkan tanah akan
semakin tinggi,

b.

Pendapatan dengan nilai tidak signifikasi 0,225 yang berarti


nilai t hitung lebih besar dari taraf nyata 0,05. Hal ini berarti
bahwa pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap minat masyarakat.

58

c.

Pengetahuan tentang sertipikat tanah dengan nilai signifikasi


0,000 yang berarti nilai t hitung lebih kecil dari taraf nyata 0,05.
Hal

ini

berarti

bahwa

pengetahuan

tentang

sertipikat

berpengaruh secara signifikan sebesar 99 % terhadap minat


masyarakat untuk mensertipikatkan tanah. Semakin baik
tingkat pengetahuan masyarakat tentang sertipikat tanah
maka

akan

menambah

minat

masyarakat

untuk

mensertipikatkan tanah.
d.

Waktu penyelesaian dengan nilai signifikasi 0,000 yang berarti


nilai t hitung lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Hal ini berarti
bahwa waktu penyelesaian pembuatan sertipikat juga akan
berpengaruh secara signifikan sebesar 99% terhadap minat
masyarakat.

e.

Biaya Permohonan dengan nilai signifikasi 0,000 yang berarti


nilai t hitung lebih besar dari taraf nyata 0,05. Hal ini berarti
bahwa Biaya Pensertipikatan berpengaruh secara signifikan
sebesar 99% terhadap minat masyarakat.

4. Analisis Regresi
Perhitungan prediksi minat masyarakat menggunakan
persamaan regresi linier berganda. Persamaan umum regresi linier
berganda adalah:
Yi = a + b1X1 + b2X2 +..........+ bkXk

59

Koefisien regresi minat masyarakat yang dihasilkan adalah


dapat dilihat pada Tabel 10 berikut :
Tabel 10. Koefisien Regresi
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficient

Model

t
B

Std

Sig

Beta

Error
Pendidikan

.478

.182

.238

2.633

.011

Pendapatan

3.943E-7

.000

.109

1.228

.225

Pengetahuan

.264

.066

.309

3.998

.000

Waktu penyelesaian

1.140

.302

.358

4.767

.000

Biaya pensertipikatan

1.839

.412

.341

4.462

.000

Pada uji signifikasi telah didapatkan hasil variabel-variabel


yang signifikan berpengaruh terhadap minat masyarakat dalam
pensertipikatan tanah. Koefisien masing-masing variabel yang
signifikan berpengaruh terhadap minat masyarakat dapat dilihat
pada Tabel 11 sebagai berikut :
Tabel 11. Koefisien Regresi Variabel Signifikan
Unstandardized
Model

Coefficients
B

Std
Error

Standardized
Coefficient

Sig

Beta

Pendidikan

.478

.182

.238

2.633

.011

Pendapatan

3.943E-7

.000

.109

1.228

.225

Pengetahuan

.264

.066

.309

3.998

.000

Waktu penyelesaian

1.140

.302

.358

4.767

.000

Biaya pensertipikatan

1.839

.412

.341

4.462

.000

60

Berdasarkan hasil analisis koefisien regresi pada Tabel 11


tersebut dapar dibuat persamaan regresi sebagai berikut :
Yi = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5
Keterangan
Yi

= Minat Masyarakat

= Konstanta

b1.....b5

= Koefisien Regresi

X1

= Pendidikan

X2

= Pendapatan

X3

= Pengetahuan

X4

= Waktu Penyelesaian

X5

= Biaya Pensertifikatan tanah


Berdasarkan rumus

persamaan regresi

tersebut

dibuat

persamaan dari hasil koefisien regresi sebagai berikut :


Yi = 7.246 + 0.478X1 + 3.943E-7X2 + 0.264X3 + 1.140X4 +1.839X5
Hubungan nyata antara variabel bebas dan variabel terikat
dapat ditunjukan dalam persamaan garis. Salah satu variabel bebas
yaitu variabel pendidikan hubungannya dengan minat masyarakat
dalam pensertipikatan tanah dapat dilihat dalam persamaan garis
berikut ini:

61

62

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, secara garis besar dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Minat masyarakat Kecamatan Mandiraja untuk mensertipikatkan
tanahnya adalah sedang cenderung rendah. Dengan klasifikasi 3
(tiga) yaitu rendah sebesar 40%, sedang sebesar 45%, dan tinggi
sebesar 15%.
2. Faktor

yang

berpengaruh

dari

hasil

pembahasan

dengan

menggunakan Multiple Regresion / Regresi berganda adalah faktor


pendidikan dengan taraf signifikasi X1= 98,9%; faktor pendapatan
masyarakat dengan taraf signifikasi X2 = 74%; faktor pengetahuan
tentang sertipikat tanah dengan taraf signifikasi X3 = 99%; faktor
pelayanan dari kantor pertanahan terkait waktu penyelesaian
dengan taraf signifikasi sebesar X4 = 99%; dan faktor biaya
pensertipikatan tanah dengan taraf signifikasi sebesar X5 = 99%.
Dapat

diketahui

dari

hasil

penelitian

ini

bahwa

waktu

pensertipikatan menjadi faktor yang berpengaruh terbesar terhadap


minat masyarakat untuk mensertipikatkan tanahnya di Kecamatan
Mandiraja.

63

B. Saran
1. Agar lebih meningkatnya minat masyarakat dalam pensertipikatan
tanah hendaknya pihak Badan Pertanahan Nasional bekerja sama
dengan instansi terkait lebih rutin lagi mengadakan PRONA,
PRODA.

Hal

ini

mensertipikatkan

untuk
tanah

memacu

minat

miliknya

karena

masyarakat

untuk

dengan

sering

diadakannya kegiatan PRONA, PRODA maka masyarakat akan


lebih termotivasi untuk mensertipikatkan bidang tanahnya.
2. Untuk

meningkatkan

pendidikan

pengetahuan

masyarakat

yang

dengan

rendah

maka

latar

belakang

perlu

diadakan

penyuluhan dan sosialisasi pertanahan kepada masyarakat,


dengan jalan hal ini untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang hukum tanah termasuk pendaftaran tanahnya. Misalnya
Penyuluhan secara berkala minimal satu tahun sekali dari Kantor
Pertanahan terutama untuk daerah yang memiliki minat masyarakat
paling rendah dalam mensertipikatkan tanah. Dari hasil penelitian di
Kecamatan Mandiraja minat masyarakat untuk mensertipikatkan
tanah miliknya sedang cenderung rendah. Untuk itu perlu kiranya
perhatian khusus dari Kantor Pertanahan Kabupaten Banjarnegara
agar

minat

masyarakat

di

Kecamatan

Mandiraja

semakin

meningkat, sehingga dapat terwujudnya tertib hukum pertanahan


dan tertib administrasi pertanahan.

64

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan : Jakarta
---------, (2001). Rencana Strategi (Renstra), Badan Pertanahan Nasional
Pratisto, Arif, (2009). Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17, Jakarta,
PT. Gramedia
Arikunto, Suharsimi, (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, Rineka Cipta, Yogyakarta
Harsono, Boedi, (1997). Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan
Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,
Jakarta, Penerbit Djambatan
Joomla! Generated. (12 Maret 2008). Teori Motivasi. http://niasbarat.org
Powered by Joomla! Generated

Moeldjono Djokosantoso, (2003). Beyond Leadership. 12 Konsep


Kepemimpinan, Jakarta, PT. Elex Media Computindo
Nugroho Aristiono, (2006), Ketika Individu Terintegrasi Dalam Masyarakat,
Empowerment of Society Institute (Tidak Dipublikasikan)
Yogyakarta
Perangin, Effendi, (1990). Praktek Pengurusan Sertipikat Hak atas Tanah,
CV. Rajawali
Purwadarminta, W.J.S, (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta,
Penerbit PN. Balai Pustaka
Ritzer, George, (2002). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma
Ganda, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Sandi, I Made, (1995). Tanah Muka Bumi, Jakarta, PT. Indigraph Bhakti,
FMIPA- Universitas Indonesia
Siagian, Sondang P, (1995). Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta,
Rineka Cipta
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, (1989). Metode Penelitian Survei,
Jakarta, LPE3ES

65

Suharno, (2001). Pemilikan dan pensertipikatan Tanah (Kasus di Desa


Giritirto Kecamatan Turi Kabupaten Sleman), Tesis,
Yogyakarta
Suharno dan Patrick A. Ekel, (2003). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Partisipasi Masyarakat Pensertipikatan Tanah di Kabupaten
Purworejo Propinsi Jawa Tengah, dalam Bhumi, STPN :
Yogyakarta
Tika, Moh. Pabundu, (2005). Metode Penelitian Geografi, Bumi Aksara :
Jakarta
Walgito, Bimo, (1975). Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, Andi
Offset

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a

ELI SETIANTI

2. NIM/NIP

05142158/198308022003122002

3. Tempat/Tanggal Lahir :

Banjarnegara/02 Agustus 1983

4. Jenis Kelamin

Perempuan

5. Agama

Islam

6. Alamat Rumah

Desa Kalipelus Rt 04 Rw 04
Kec. Purwonegoro Kab. Banjarnegara

7. Status Perkawinan

Belum Kawin

8. Nama Instansi

Kanwil BPN Provinsi Bengkulu

9. Alamat Kantor

Jl. Basuki Rahmat No.7 Bengkulu

10. Jabatan

Staf Bagian Hak Tanah dan Pendaftaran


Tanah

11. Pangkat/Golongan

Pengatur Muda Tk. I (II/b)

12. Riwayat Pendidikan

- SD Negeri Kalipelus III, Lulus Tahun 1996


- SLTP Negeri 1 Banjarnegara, Lulus Tahun
1999
- SMU Negeri 1 Banjarnegara, Lulus Tahun
2002

13. Riwayat Pekerjaan

- CPNS (II/a) Desember Tahun 2003


- PNS Pengatur Muda (II/a) Februari 2005
- Tugas

Belajar

Pertanahan
2005

pada

Nasional

Sekolah

Tinggi

Yogyakarta

Tahun

Anda mungkin juga menyukai