Anda di halaman 1dari 14

BAB lV

SIFAT-SIFAT KAYU UNTUK MEBEL DAN KERAJINAN


Sifat kayu yang harus diperhatikan didalarn setiap jenis kayu untuk mebel dan
kerajinan kayu terutama adalah sifat fisika dan fisik, kernudian menyusui sifat kekuatan, sifat
pengerjaan, perekatan, pengeringan dan keawetannya.
A. Sifat Fisika
Sifat fisika kayu adalah sifat-sifat kayu asli yang telah dimihiki kayu tersebut, tetapi
mudah berubah karena pengaruh kondisi lingkungan dimana kayu tersebut berada (dipakai).
Jadi sifat ini misalnya kayu di Yogyakarta (masih berupa bahan atau barang jadi akan
berbeda sifat-sifatnya dengan di Bogor atau bahkan di Luar Negeri (Eropa Australia, Amerika
dan sebagainya. Sifat-sifat ini yang sering

belum

diketahui, sehingga berakibat

mengecewakan pasar pembeli


Sifat fisika kayu yang penting meliputi : kandungan air kayu, nilai penyusutan dan
berat jenis (sesuai dengan berat kayu). Kandungan air didalarn setiap kayu harus diketahui
dengan jelas, pada kondisi kapan sala. Dan basah sampal kering (siap dipakai), kandungan
air kayu disebut berturut-turut:
1. kandungan air kayu masih berdiri atau baru saja ditebang disebut dengan kandungan
air kayu segar, besarnya rata-rata di atas 40 %
2. kandungan air apabila sudah dibiarkan beberapa saat tetapi belum kering disebut
dengan kandungan air kayu basah, besamya rata-rata antara 30 - 40 %
3. kandungan air yang sudah mulai mengering tetapi belum siap pakai disebut
kandungan air kayu setengah kering, besarnya rata-rata antara 18 - 30 %
4. kandungan air di dalam kavu yang telah kering benar disebut dengan kandungan air
siap pakai atau kandungan air kering udara atau kering angin. di Indonesia besarnya
rata-rata antara 10- 18%, di daerah sub tropis kurang dari 10%.
Kayu dengan kandungan air segar waktunya pendek dan tidak mempunvai efek
negatif pada kondisi kavu, tetapi setelah memasuki kandungan air basah maka kayu akan
terancam serangan jamur, cendawan atau bahkan dapat juga diserang lain-lain serangga
perusak kayu seperti bubuk, ngenget (bahasa Jawa), rayap atau bahkan kumbang misalnya.
Serangan jenis ini masih memungkinkan sampai fase kandungan air setengah kering.
Kondisi ke dua dan ke tiga inilah yang sering tidak diperhatikan sehingga produk mebel dan
kerajinan menjadi berwarna biru/hitam. lorek-lorek (bukan karena warna asli) atau juga
diserang bubuk kayu. Bahkan pada kondisi ke tiga (kandungan air kayu setengah kering)
Universitas Gadjah Mada

20

disamping masih rnemungkinkan di serang organisme perusak kayu, kayu juga mulai mudah
terkena cacat mekanis, seperti : retak, pecah-pecah, melengkung. bergelombang dan
sebagainya. Gambaran ini merupakan cacat-cacat lain yang sekaligus terj adi pada kondisi
ke tiga tadi
Oleh karena itu kayu pada kondisi ke dua dan ke tiga ini harus paling diwaspadai.
Caranya yaitu dengan segera mengeringkan di panas matahari atau buatan (dengan alat),
tetapi harus hati-hati, pelan (tidak mendadak ingin cepat kering) dan terkontrol. Didalam
istilah ilmiahriya disebut dengan pengeringan kayu yang terjadwal. Kalau hal mi dapat
dilakukan dengan baik, maka kemungkinan terjadinya ke dna macam cacat kayu tadi bisa
dikurangi atau dihindarkan. Memang rnasalahnya sering kontradiksi bertentangan), karena
kayu pada kondisi setengah kering mudah dikeriakan sehingga orang/pengrajin lebih suka
mulai mengerjakan. Hal ini sebenarnya boleh juga tetapi hams diingat bahwa jangan
berlama-lama dan bahkan lupa segera dikeringkan. Kalau masih juga diserang jamur, bubuk
dan sebagainya dapat diatasi dengan perlakuan pengawetan. Untuk perlakuan ini akan
diuraikan tersendiri di belakang.
Sebenarnya kondisi kayu yang paling aman adalah kondisi kering udara (siap pakai).
karena kayu relatif sudah minimal mengalami cacat bahkan terbebas dan pengaruh
serangan biologis dan mekanis tadi, atau dengan perkataan lain kayu sudah lebih stabil dan
tahan. Di Indonesia kavu dalarn kondisi mi dapat diukur dengan kandungan aimya yaitu
antara 10-18%. Perbedaan nilai kandungan air siap pakai ini dipengaruhi jenis kayu dan
ternpat/lingkungan penggunaannya. Di Yogyakarta, kondisi ini dicapai antara 12-14%
(karena kelembaban udara diatas 60 %), daerah pantai (dataran rendah) antara 10-12%,
daerah pegunungan (dataran tinggi) antara 14-18%. Di Eropa atau daerah sub tropik lain
rata-rata kondisi kering udara (siap pakai) ini sekitar 6-10% juga dalam ruangan ber AC dan
ber-pemanas). sehingga informasi ini penting untuk produk yang diekspor. Kondisi
kandungan air yang tidak sama dan tidak disiapkan akan menyebabkan tirnbulnya cacat
mekanis tadi. Adanya cacat ini apabila masih terjadi, padahal cara penyiapan dan
pengerjaannya sudah baik, dapat diatasi dengan cara stabilisasi dimensi dan akan
diterangkan pada bab yang lain.
Untuk menentukan kadar air kayu digunakan contoh uji berukuran : 2 x 2 x 2 (dalam
in atau cm). Besarnya kadar air kayu dihitung dengan rumus:
Kadar Air (%) =

Berat awal - Berat kering tanur


Berat kering tanur

x 100 %

Sifat fisika ke dua yang penting adalah penyusutan kayu. Penyusutan kayu yang
tidak terkendali akan menyebabkan cacat mekanis yang fatal, seperti : retak, pecahpecah,
melengkung, bergelombang dan sebagainya. Kejadiannya adalah pada saat kayu masuk
Universitas Gadjah Mada

21

kondisi ke tiga, yaitu waktu dalam kondisi kayu setengah kering (di bawah titik jenuh serat).
Kernungkinan terjadinya adalab pengeringan yang kurang cermat dan kandungan air kayu
yang belum pas dengan lingkungannya. Apabila fase ini sudah dapat dilewati maka kayu
(berupa bahan setengah jadi atau hasil akhir) akan aman dan tetap mempunyai mutu yang
baik kapan saja. Sifat penyusutan tiap jenis kayu dan ketebalan sortimen yang berbeda juga
berbeda-beda, sehingga di dalam pemilihan jenisnya hams ikut diperhatikan. Inilah syarat
lain didalam memilih jenis kayu untuk mebel dan kerajinan kayu agar tidak menimbulkan
masalah yang serius. Kayu dengan tekstur (kondisi) halus-agak halus, warna menarik dan
mempunyai nilai penyusutan yang rendah sangat baik untuk bahan mebel dan kerajinan
kayu. Nilai penyusutan kavu yang cukup tinggi (lebih 6,5/b) sering menimbulkan masalah
baru dan perlu penanganan khusus yang harus disertai dengan penambahan biaya.
Untuk menentukan nilai penyusutan kayu digunakan contoh uji berukuran: 1 x 1 x 4
atau 2 x 2 x 2 (dalam in atau cm). Besarnya nilai penvusutan kayu dihitung dengan rumus:
1. Penyusutan arah tangensial atau radial
Penyusutan (%) =

Dimensi awal - Dimensi kering tanur


Dimensi awal

x 100 %

Rasio penyusutan tangensial dan radial yang baik pada bahan kayu untuk mebel dan
kerajinan adalah 1,0-1,5.
2. Penyusutan Volumetrik
Penyusutan volumetrik dihitung dengan rumus:
Penyusutan (%) Titik jenuh serat x Berat jenis (volume basah).
Dimana titik jenuh serat = 25-30% dan penyusutan volumetrik yang ideal adalah
antara 12-21%.
Disamping dua hal tersebut, informasi berat jenis kayu mempunyai peran penting
walaupun tidak langsung. Berat jenis kayu secara mudah dapat didekati sebagai berat kayu
saja. Jenis kayu untuk produk mebel dan kerajinan berdasar berat jenisnya dapat
digolongkan atas dua kelompok besar, yaitu:
1.

yang menggunakan bahan kayu dengan berat jenis menengah ke atas (0,56 ke
atas), seperti untuk : semua jenis mebel, bubutan, ukiran, patung dan
sebagainya. Untuk keIompok ini tidak baik digunakan kayu yang lunak dan kasar.

2.

yang menggunakan bahan kayu dengan berat jenis sekitar menengah (agak
lunak sampai agak keras) seperti untuk : jenis mebel replika, kerajinan topen,
wayang golek, wayang kehtik, mainan anak-anak dan sebagainya Untuk
kelompok ini baik digunakan kayu yang relatif lunak (tidak sangat lunak) sampai
sedikit agak keras. Kalau ditunjukkan dengan berat jenis yaitu kira-kira 0,30 0,56. Untuk tujuan souvenir dan kayu tidak ada persyaratan besarnya berat jenis.
Universitas Gadjah Mada

22

Sifat pengelompokan ini secara umum dilakukan berdasar sifat-sifat kayu aslinya,
kaitannya dengan pengerjaan dan penggunaannya nanti. Kelompok satu diatas biasanya
masih diperlukan sedikit kekuatan dibandingkan dengan kelompok dua.
Untuk menentukan berat jenis kayu digunakan contoh uji berukuran 2 x 2 x 2 (dalam
in atau cm). Besarnya berat jenis kayu dihitung dengan rumus:
Berat kering tanur
Berat jenis =
volume basah
Sifat lain yang juga penting dalam kaitannya dengan bahan dan hasil mebel dan
kerajinan kayu adalah sitt fisik kayu.
B. Sifat Fisik
Sifat fisik kayu yaitu sifat-sifat kayu yang berkaitan dengan kenampakan. Jadi
termasuk didalamnya: wama kayu (termasuk serat dan cerat kayu), baunya, kesan raba
(termasuk tekstur), kilapnya, kekerasan dan beratnya. Dua yang terakhir sudah sedikit
disinggung dimuka sehingga tidak perlu dipefluas lagi.
Warna kayu diperlukan secara khas didalam produk mebel dari kerajinan kayu.
Sebagai contoh misalnya topeng berwarna hitam tentu tidak pas (tidak disukai). Disamping
itu di dalam finifhing ang menginginkan warna asli masih nampak akan mengalami kesulitan,
kecuali finishing yang akan merubah sama sekali warna asli bahan/kayunya. Warna
diperlukan disamping memberikan nilai artistikIdekoratif juga untuk memenuhi selera
pembeli. Secara umum kayu untuk mebel dan kerajinan ukiran, bubutan dan patung dapat
berwarna putih-kuning, coklat-kuning, coklat muda, coklat tua sampai coklat kehitaman,
Adanya cerat dan serat yang beraneka ragam sering lebih disukai dan menarik pembeli
Jenis kelompok produk mebel kerajinan yang dihasilkan kebanyakan didominir oleh warna
coklat muda sampai coklat kehitaman. Kebanyakan juga masih diinginkan untuk diperoleh
warna asli, artinya setelah difinishing, cerat dan serat yang ada masih tampak. Sangat
berbeda dengan kelompok kerajinan topeng, wayang golek, wayang kelitik dan mebel
replika. Bahan dan hasil mebel dan kerajinan yang dipakai umumnya bisa berwarna : putih,
putih-kuning, kuning, putih-kuning kecoklatan; tetapi sangat jarang berwarna coklat-coklat
tua atau bahkan coklat kehitaman. Jenis kelompok produk mebel dan kerajinan ini
kebanyakan

juga

dilakukan

finishing,

yaitu

tambahan-tambahan

perlakuan

untuk

memperbaiki, memperindah permukaan guna mendapatkan nilai yang lebih atau sekaligus
untuk memenuhi selera konsumen/pembeli. Yang paling banyak adalah perlakuan finishing
dengan pengecatan.
Universitas Gadjah Mada

23

Selain itu bau kayu sering memberikan peran nilai produk kerajinannya. Sebagai
contoh patung cendana, orang akan memperianyakan kalau tidak ada ban harumnya.
Alasannya kayu cendana itu pasti harum menawan, dan juga mungkin takut kalau
dipalsukan. Banyak jenis kayu yang serupa tetapi tidak sama mutunya. Secara umum
memang peran bau tidak sangat menonjol, tetapi pada urnumnya produk mebel dan
kerajinan kayu yang dihasilkan tidak boleh menimbulkan kesan bau yang tidak sedap. Kayu
dengan bau harum, agak harum, tawarsegar, bau kamfer, bau terpenting pada umumnya
masih dianggap merawan, tetapi sekali-kali jangan menimbulkan bau apek (bahasa Jawa.
atau bahkan berbau tidak enak. Bau kayu sebenarnya bersifat asli, tetapi sampai kondisi
tertentu bau kayu akan berkurang atau hilang. Namun demikian jangan sampai setelah bau
aslinya berkurang lantas timbul bau lain yang tidak enak/busuk. Biasanya bau terakhir ini
timbul karena pengaruh penyimpanan atau pemberian bahan finishing yang tidak
diperhatikan.
Kesan raba umumnya bersifat relatif, tetapi produk mebel dan kerajinan kayu
termasuk dituntiit mempunyai kesan raba yang tidak kasar. Hal ini disebabkan karena nurani
manusia yang suka halus. Sifat kesan raba juga merupakan sifat asli tetapi dapat diperbaiki
dan ditingkatkan oleh perlakuan pengrajinnya. Namun dernikian tidak mungkin kayu kasar
diperbaiki menjadi halus. Peningkatannya memang ada tetapi tidak drastis, kecuali finishing
dengan pengecatan memang dapat merubah sama sekali sifat kesan raba tadi. Usaha yang
wajar misalnya dengan pengetaman, perempelasan dan sebagainya. Kayu untuk mebel dan
kerajinan dianjurkan mempunyai kesan raba agak halus sampai halus sekali . Sifat ini sangat
dipengaruhi oleh tekstur kayu dan zat-zat tambahan yang ada didalamnya. Tekstur
merupakan sifat kehalusan kayu yang dapat mempengaruhi mutu atau kualitas produk.
Sifat yang berkaitan dengan kilap kayu terutama diperlukan oleh kelompok mebel
dan kerajinan patung, ukran, bubutan. Oleh karena itu kayu yang dipakai dianjurkan yang
mempunyai kilap tidak suram. Katakanlah kayunya harus agak mengkilap sampai sangat
mengkilap . Hal ini disebabkan karena sifat asli dan kayu sering masih diinginkan di dalam
produk tersebut. Memang ada relatifnya karena tidak semua orang rnernpunyai selera yang
demikian. Sifat ini berasal dan kayu itu sendiri secara alami dan akan terlihat kalau diberikan
pencahayaan. Perabot (kerajinan) kayu yang tampak berkilau di dalam ruang yang diterangi
lampu urnumnya lebih berkesan menanik. Lain halnya untuk keraiinan kelompok topeng dan
aneka yang kayu, persyaratan ini tidak terlalu ketat dan kilap kayunya boleh suram atau tidak
mengkilap. Alasannya karena sebagian besar produknya dilakukan finishing dengan
penutupan (misalnya dengan dicat).
Selain sifat fisika dan fisik kayu yang telah diuraikan di depan, peran sifat kekuatan
kayu kadang-kadang juga diperlukan didalam produk mebel dan kerajinan tertentu.
Universitas Gadjah Mada

24

C. Sifat Kekuatan
Sifat kekuatan kayu juga disebut dengan sifat mekanika, sehingga lingkupnya terdiri
alas kekuatan kayu pada umumnya, keuletan, sifat belah, kekerasannva dan sebagainya.
Sifat kekuatan pada umumnya, diperlukan terutama dan kelompok mebel dan kerajinan
patung, terutama lagi pada ukiran dan bubutan. Hal ini disebabkan karena ukiran dan
bubutan sering dipadukan dalam suatu ornamen konstruksi (bangunan) atau paling tidak
pada mebelair di mana kekuatan kayu dibutuhkan (kelas kuat I - Ill). Sebagai contoh: tiang
bangunan/rumah diukir, dinding rumah diukir, mebel air diukir dan dibubut kakinya dan
sebagainya. Dengan demikian maka kayunya harus mendukung kegunaannya tadi, yaitu
harus mempunyai kekuatan yang memadai. Pada umumnya kekuatan kayu yang cukup
dimiliki oleh kayu yang berwarna kuning-coklat sampai coklat kehitaman dengan kekerasan
yang cukup pula. Kayu berwarna putih dan lunak jelas tidak mempunyai kekuatan yang
memadai dan sekaligus keuletan kayu termasuk syarat kuatnya kayu. Syarat ulet ini dapat
diperlakukan untuk semua jenis produk mebel dan kerajinan kayu. karena keuletan
mendukung kualitas produknya. Biasanya. kayu yang ulet adalah: tidak mudah patah, tidak
mudah retak tetapi tetap mudah dikerjakan. Jangka waktu kerusakannya iuga relalif lebih
lama pada kayu yang ulet ini. sehingga secara tidak langsung juga mendukung mutu produk
dan menambah kepuasan pembeli.
Sifat belah selalu dikaitkan dengan cara pengerjaannya. Dua hal penting yang
berkaitan dengan sifat belah ini yaitu kekompakan tekstur kayunya dan kebaikan sifat
perekatannya. Kayu dengan nilai belah yang tinggi berarti kompak, ulet dan rata, sehingga
kayunya tidak mudah pecah, terutama karena perlakuan pengerjaan. Kayu dengan sifat
belah yang baik berarti jika direkat dengan perekat (karena memerlukan sambungan
misalnya), akan menghasilkan daya rekat yang baik. Hal ini penting pada semua jenis hasil
mebel dan keraiinan ukiran, bubutan. mainan anak-anak dan sebagainya. yang pada
umumnya memerlukan perekatan pada sambungannya, yaitu antara komponen satu dengan
yang lain. Kayu-kayu dengar. warna relatif lebih muda serat lurus, tekstur lebih halus, secara
umum mempunyai daya belah dan daya rekat yang baik. Untuk keperluan mebel dan
kerajinan yang lain umumnya tidak diperlukan persyaratan kekuatan kayu.
Kelas kekuatan kayu dapat diberikan sebagai berikut:

Universitas Gadjah Mada

25

Tabel 4. Daftar Kelas Kuat Kayu


Kelas Kuat

Berat Jenis

Kekuatan(kg/Cm2)
Lengkung (maksimum)

Tekan (maksimum)

Iebih 0,90

Lebih 1,100

lebih 650

II

0,60 - 0,90

775 - 1,100

425 - 650

III

0,40 - 0,60

500 - 725

300 - 425

IV

0,30 - 0,40

300 - 500

215 - 300

kurang 0,30

kurang 300

kurang 215

Untuk menguji besarnya kekuatan kayu untuk mebel dan kerajinan, yang penting
diketahui adalah kekerasan kayu kemudian kekuatan tekan (tegak lurus dan sejajar serat)
atau dapat dilengkapi pula dengan kekuatan pukul dan kekuatan belahnya.
Pengulian kekerasan kayu digunakan contoh uii berukuran: 2 x 2 x 2 (dalarn in atau
cm), kekuatan tekan sejajar serat: 2 x 2 x 8 (dalam in atau cm), kekuatan tekan tegak lurus
serat: 2 x 2 x 6 (dalam in atau cm), kekuatan pukul : 2 x 2 x 12 (dalam in atau cm). kekuatan
belah : 2 x 2 x 4 (dalam in atau cm) (lekukan 0,5 in dalam satu sisi).
Rumus perhitungannya adalah:
1. Kekerasan (kg/cm2) : sesuai dengan hasil pembebanan maksimurn
2. Kekuatan tekan (kg/cm2):
Beban maksimum
Sejalar serat =
Luas hidang tekan
Beban maksimurn
Tegak lurus serat =
Luas bidang tekan
Usaha maksimum
3. Kekuatan pukul (kg/cm2) =
2,4 tebal x lebar
Universitas Gadjah Mada

26

Beban tarik maksimum


4. Kekuatan belah (kg/cm2) =
Lebar
D. Sifat Pengerjaan Kayu
Sifat ini sangat penting diketahui apabila pengerjaan kayu yang akan dijadikan
produk mebel dan kerajinan dilakukan dengan tangan, sedangkan apabila dikerjakan dengan
peralatan mesin relatif kurang berarti. Informasi ini dirasakan langsung oleh yang
rnengerjakan (pengrajin). Dan sifat pengerjaan dapat diketahui kecepatan kerja, kemudahan
kerja, penghematan alat, masa nyaman kerja, hasil kerja (jumlah dan nilai produk) dan
sebagainya. Biasanya sifat pengenjaan berkaitan dengan : produktivitas dan kualitas produk,
yaitu berapa jumlah hasil kerajinan yang diperoleh dan bagaimana hasil mutu produk
tersebut. Sebagai contoh : seorang pengrajin yang mengerjakan pekerjaan pengukiran kayu
jati berkomentar bahwa pengerjaannya mudah, cepat. enak, tidak keras, dan hasil kerjanya
halus-rata serta bagus. Di lain hal seorang pengrajin yang mengukir kayu glugu untuk
ornamen tiang bangunan berkomentar bahwa pengerjaan kayu tersebut sulit, lama. keras.
harus mengulang-ulang, dengan hasil kerja yang kurang rata, kurang halus dan sebagainya.
Sifat pengerjaan kayu dipengaruhi oleh: sifat kayu aslinya, tingkat kekeringannya, arah serat
kayu, ketrampilan tenaga kerjanya, ketajaman peralatan yang digunakan, serta pengetahuan
teknis lainnya yang berkaitan dengan pengerjaan kayu. Untuk mengerjakan kayu untuk
mebel dan kerajinan, seorang pengrajin harus mengetahui sema sedikit (minimal)
pengetahuan tentang sifat-sifat kayu dan ketrampilan kerja yang cukup.
Sifat pengerjaan kayu untuk mebel dan kerajinan kayu yang perlu diketahui adalah:
sifat penggergajian (pemotongan dan pembelahan)
sifat pelobangan (bulat atau bor dan persegi)
sifat pembubutan
sifat pengetaman
sifat penghalusan (pengampelasan)
Disamping itu dapat pula disertakan sifat pemakuan dan penyekerupan, perekatan
dan sebagainya. Sifat pengerjaan ini umumnya hanya sebagai tambahan kecuali sifat
perekatan biasanya penting diketahui pada produk-produk mebel yang sekaligus menyatu
dengan ukiran atau bubutan yang mernerlukan perekatan.
Sifat pengerjaan kayu dapat diketahui melalui pengujian dengan mesin pengerjaan
kayu atau pengerjaan dengan tangan oleh tukang kayu, pengrajin atau operator. Hasil dan
proses diamati berdasarkan cacat yang terjadi yaitu berupa serat terangkat (raised grain,),

Universitas Gadjah Mada

27

serat berbulu halus (fuzzy grain, serat tersobek (torn grain) dan cacat bekas serpihan (chip
mark).

Serat terangkat adalah kondisi kekasaran yang menghiasi permukaan kayu.


Permukaan kayu akibat adanya serat terangkat dapat kelihatan dan terasa
berombak, sejalan dengan sifat kekerasan kayu. Serat terangkat kadang-kadang
terlihat sebagai sobekan-sohekan halus yang terangkat setelah proses pengerjaan
dan umumnya dipengaruhi oleh jenis kayu, bagian kayn (horizontal, vertikal), arah
serat kayu, tekstur kayu, porositas kayu dan kekeringan kavu.

Serat berbulu halus adalah keadaan pennukaan kayu setelah dikerjakan yaitu berupa
kelompok serat-seral kecil (harus) atau partikel-partikel kecil yang tetap melekat pada
permukaan kayu, umumnya berasal dari bahan-bahan sel kayu (dinding sel) yang
terluka karena proses pembubutan, pengetaman (penyerutan), pengampelasan dan
sebagainya.

Serat tersobek adalah cacat pengerjaan pada permukaan kayu karena adanya
lembaran-lembaran serat kayu yang terangkat keluar atau dapat pula berupa bekasbekas serpihan yang terangkat karena aktivitas proses pengerjaan kayu. Cacat
berupa sobekan biasanya masih melekat pada permukaan kayu tetap tidak kuat.

Cacat bekas serpihan ada kaitannya dengan adanya cacat-cacat karena proses
pengeriaan yang lain terutama karena adanya serat tersobek. Umumnya berupa luka
atan guratan karena pengaruh peralatan yang mengerlakan (mala pisan, mata ketam,
mata gergaji dan lain-lain). Kalau ada serat atau serpihan biasanya mudah
dilepaskan dan memberikan bekas-bekas asal serpihan tersebut. Ketajaman alat.
arah atau kedudukan alat (kemiringan), arah serat, kekeringan kayu, tekstur kayu
dapat mempengaruhi adan a cacat bekas serpihan ini.
Empat macam cacat pengerjaan kayu tersebut harus diketahui dengan lengkap,

tetapi informasi yang diperlukan pada setiap parameter sifat pengerjaan kayu cukup hanya
berupa hasil rata-ratanya saja.
NiIa hasil rata-rata sifat pengeraan kayu yang dinyatakan dalam persen cacat yang
terjadi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 5. Penilaian Kelas Pengerjaan Kayu
Cacat Pengerjaan(%)

Penilaian
Kelas

Sifat Pengerjaan

Kurang dari 20

sangat baik

20 40

II

baik

40 - 60

III

sedang
Universitas Gadjah Mada

28

60 - 80

IV

jelek

Iebih dari 80

sangat jelek

Catatan: ada pula yang menilai berdasarkan baan permukaan kayu bebas cacat, sehingga
klasifikasinya terbalik dengan daftar tersebut di atas.
Penentuan besarnya cacat pengeraan kayu tersebut dapat dilakukan dengan
membandingkan bagian cacat pada permukaan kayu tersebut terhadap seluruh permukaan
kayu yang ada, dinyatakan dalam persen.
Adapun penentuannya dapat dilakukan dengan
1. Menggunakan perbandingan berat.
Dengan cara memindahkan gambar cacat pengerjaan kayu pada kertas kalkir kemudian
memotongnya dan menimbang, beratnya, kemudian dibandingkan terhadap berat
seluruh permukaan kertas kalkir dan bias permukaan kayu tersebut.
2. Menggunakan perbandingan luas
Dapat dilakukan dengan sistem dolgrit, sistem kisi-kisi, planimeler dan transek.
Penggtinaan sistem dogril dan dengan kisi-kisi lebih cepat dan mudah. Caranya dengan
menghitung luas gambar cacat yang telah dipindahkan pada kertas kakir dan
membandingannya dengan luas seluruh pennukaan kertas kalkir (permukaan kayu)
tersebut.
Selanjutnya dalam pengujian sifat pengerjaan di Laboratorium dapat disiapkan
contoh uji yang berasal dari papan berukuran tebal 2 cm, lebar 17 cm dan panjang 120 cm.
Dari papan tersebut kemudian dibuat contoh uji sebagai berikut:

Gambar 1. Asal dan ukuran contoh uji pengerjaan dan perekatan kayu
Universitas Gadjah Mada

29

Pengujian diusahakan dengan conloh uji yang homogen, sama baik (bebas cacat
alami) dan pada kondisi kering udara.

E. Sifat Perekatan
Sifat perekatan lingkupnya agak terbatas, misalnya pada produkproduk mebel dan
kerajinan kayu yang memeriukan proses perekatan, misalnya pada mebel, patting, bubutan
dan sebagainya.
Proses perekatan bisa dilakukan pada produk setengab jadi atau jadi dan
dipengaruhi besarnya kadar air kayu, kadar kimia (ekstraktif non karbohidrat), arah serat
kayu, jenis dan mutu perekat serta proses pengerjaan perekatan itu sendiri. Perekatan
biasanya hanya dilakukan pada dua nmka kayu yang disamakan (direkatkan) dan setelah
diuji apabila mempunyai kekuatan rekat iebth dan 17,6 kg/cm2 berarti hasil perekatan cukup
baik.
Adapun jenis-jenis perekat yang dapat digunakan adalah:

Pastoila Standard

Nippon Aibon (601 - A)

Aica Aibon A -321 SH

Rakoil Prima Dx

Rakoil Exspress - 25 (PVAc)

Herferin (300 11 D)
Dapat diperoleh dalam kemasan kaleng seperempat, setengah dan satu kg. Jenis-

jenis perekat ini mudah diperoleh (dibeli) ditoko.


Bentuk dan ukuran contoh uji perekatan yang diambil dari gambar I didepan adalah
(dalam in):

Universitas Gadjah Mada

30

Gambar 2. Contoh Uji Perekatan Kayu untuk bahan mebel dan kerajinan
Besarnya kekuatan rekat dihitung dengan rumus:
Kekuatan rekat kg/cm) =

Beban maksimum
Luas bidang rekat

F. Sifat Pengeringan Kayu


Uraian ini sebagian besar sudah diuraikan bersamaan dengan penjelasan sifat fisika
didepan, yaitu yang berkaitan dengan kadar air dan penyusutan kayu.
Sifat pengeringan berhubungan dengan penyiapan bahan baku kayu dan kekeringan
produk mebel dan kerajinan yang dihasilkan. Uraian yang berkaitan dengan penyiapan
bahan baku kayu akan diberikan tersendiri. Pada umunmya sifat pengeringan yang penting
adalah cara pengeningan dan hasil pergeringannya, yaitu:
1. Cara pengeringannya harus murah dan mudah dilakukan.
2. Hasil pengeringannya harus dengan cacat minimal dan secara umum berkualitas
baik.
Cara pengeringan yang murah dimaksudkan agar terjangkau oleh kemampuan
perajin mebel dan kerajinan kayu. karena sebagian besar merupakan kelompok industri kecil
atau rumah tangga. Kecuali apabila membentuk kelompok usaha yang terkoordirnr dan
cukup modal dapat meuggunakan cara pengeringan yang lebib besar dan modern misainya
dengan oven (dry kiln). Pengeringan dengan pengasapan dan panas matahari dapat
diterapkan pada pengrajin mebel dan kerajinan kayu, karena murah dan rnudah dilakukan.
G. Sifat Keawetan Kayu
Universitas Gadjah Mada

31

Yang dimaksud dengan sifat keawetan kayu adalab sifat keawetan alami. Keawetan
alami suatu kayu dibedakan dalam kelas-kelas awet sebagai berikut:
Tabel 6. Daftar Kelas Awet Kayu
Kelas Awet

Keadaan

Selalu berhubungan

II

III

IV

8 tahun

5 tahun

3 tahun

sangat

sangat

pendek

pendek

beberapa

sangat

tahun

pendek

pendek

dengan tanah lembab

Hanya dipengaruhi

20 tahun

15 tahun

10 tahun

cuaca, tetapi dijaga


supaya tidak terendam air
dun tidak kekurangan
udara

tidak

tidak

sangat

beberapa

terbatas

terbatas

lama

tahun

tidak

tidak

tidak

20 tahun

20 tahun

terbatas

terbatas

terbatas

tidak

jarang

cepat

sangat

sangat

hampir

cepat

cepat

tidak

tidak

sangat

berarti

cepat

Di bawah atap tidak


berhubungan dengan
tanah lembab dan tidak
kekurangan udara

Seperti di atas tetapi


dipelihara dengan baik
dan dicat dengan teratur

Serangan rayap tanah


Serangan bubuk kayu
kering

tidak

tidak

Jenis kayu untuk mebel dan kerajirian kayu sebaiknya mempunyai kelas awet I - III,
jika harus dilakukan pengawetan dapat dilakukan secara tradisional atau dengan buatan
(khemis).
Keawetan alami suatu kayu berasal dari hasil proses pertumbuhan tumbuhan
penghasil kayn tersebut, yatu berupa kumpnian zat-zat kimia kayu terutama zat ekstraktif
yang hersifat racun. Dengan demikiai pada kayu-kayu yang tua umumnya mempunyai
tingkatan keawetan yang lebih baik.
Apabila komponen kimia dalarn kana tersebut lebih banyak berupa karbohidrat
seperti gula, tepung, dan sebagian protein maka kayu umurnnya iebth mudali diserang
organisme perusak kayu. Kayu yang demikian iebih baik diawetkan secara tradisional yaitu
dengan merendam dalam air (kolam berlumpur). Kalau kurangnya keawetan kaya tersebut

Universitas Gadjah Mada

32

karena kandungan zat racunnya yang rendah (non karbohidrat) maka lebih baik dilakukan
dengan pengawetan buatan.
Berdasar serangan organisme perusak kayu pada produk-produk mebet dan
kerajinan kayu bisa terjadi dengan:
1. Serangan dugan pada awal prosesing
2. Serangan ringan terus menerus
3. Serangan berat pada kondisi tertentu
4. Serangan berat berulang
5. Serangan ringan dan berat setiap saat dan tidak tetap
Jenis-jenis kayu pinus, ramin, karet, pulai, kemiri sebaiknya seawal mungkin
diawetkan

secara

ringan

dengan

penyemprotan,

pencelupan,

pengkuasan

atau

perendaman, tetapi pada tahap berikutnya bisa dilakukan pengawetan yang lebih baik
(sempurna). Jenis-jenis kayu tersebnt pada kondisi tertentu mudah diserang jamur dan
bubuk kayu.

Universitas Gadjah Mada

33

Anda mungkin juga menyukai